INTERNALISASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAMI DI KALANGAN SANTRI KALONG PONDOK PESANTREN MIFTAHUSSALAM BANYUMAS

(1)

i

MIFTAHUSSALAM BANYUMAS

Tesis

Diajukan untukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Studi Islam (M.S.I)

dalam Bidang Psikologi Pendidikan Islam

Diajukan oleh: Kastono, S.Pd NIM 20121010015

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI ISLAM PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

ii

DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAMI

DI KALANGAN SANTRI KALONG PONDOK PESANTREN

MIFTAHUSSALAM BANYUMAS

Diajukan oleh: Kastono, S.Pd NPM. 20121010015

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tesis Pada tanggal 6 September 2016

Susunan Dewan Penguji Tesis

Ketua/Sekretaris

Dr. Aris Fauzan, MA Penguji

Dr. Muhammad Nurul Yamin, M.Si

Pembimbing I/Anggota Penguji Pembimbing II/Anggota Penguji

Dr. Arif Budi Raharjo, M.Si Drs. Muhsin Haryanto, M.Ag

Tesis ini diterima sebagai salah satu persyaratan Memperoleh gelar Magister Studi Islam

Tanggal, 6 September 2016 Ketua Program Studi,


(3)

iii Yang bertanda tangan di bawah ini saya: Nama : Kastono, S.Pd.

NIM : 20121010015

Alamat : Jalan Raya Kejawar No. 072 Banyumas Desa Kejawar RT.03/01 Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumas.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul: INTERNALISASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAMI DI KALANGAN SANTRI KALONG PONDOK PESANTREN

MIFTAHUSSALAM BANYUMASadalah benar-benar karya asli saya, kecuali

kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya dan disebutkan dalam Daftar Pustaka Acuan. Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan di dalamnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Yogyakarta, 6 September 2016 Yang Menyatakan,

Kastono, S.Pd NIM. 20121010015


(4)

iv Universitas Muhammadyah Yogyakarta NOTA DINAS

Lamp. : 4 eksemplar Kepada Yth.

Hal : Penyerahan Tesis Ketua Program Magister Studi Islam Program Pascasarjana

Universitas Muhammadyah Yogyakarta Di Yogyakarta

Assalamu‟alaikum wr. Wb.

Setelah membaca, meneliti dan merevisi seperlunya, kami berpendapat bahwa

tesis saudara Kastono, S.Pd. yang berjudul: “INTERNALISASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAMI DI

KALANGAN SANTRI KALONG PONDOK PESANTREN

MIFTAHUSSALAM BANYUMAS”, telah dapat diujikan/di-munaqasyahkan. Bersama ini kami kirimkan naskahnya untuk segera dapat dijadwalkan dalam sidang ujian tesis.

Demikian, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Wassalamu‟alaikum. Wr.wb

4 Dzulhijjah 1437 H. Yogyakarta, 6 September 2016 Pembimbing I,


(5)

v NOTA DINAS

Lamp. : 4 eksemplar Kepada Yth.

Hal : Penyerahan Tesis Ketua Program Magister Studi Islam Program Pascasarjana

Universitas Muhammadyah Yogyakarta Di Yogyakarta

Assalamu‟alaikum wr. Wb.

Setelah membaca, meneliti dan merevisi seperlunya, kami berpendapat bahwa

tesis saudara Kastono, S.Pd. yang berjudul: “INTERNALISASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAMI DI

KALANGAN SANTRI KALONG PONDOK PESANTREN

MIFTAHUSSALAM BANYUMAS”, telah dapat diujikan/di-munaqasyahkan. Bersama ini kami kirimkan naskahnya untuk segera dapat dijadwalkan dalam sidang ujian tesis.

Demikian, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Wassalamu‟alaikum. Wr.wb

4 Dzulhijjah 1437 H. Yogyakarta, 6 September 2016 Pembimbing II,


(6)

vi

nilai kedisiplinan dalam membentuk karakter Islami santri kalong Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas. (3) mengetahui faktor-faktor yang dapat memengaruhi kedisiplinan santri kalong Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas. Nilai-nilai kedisiplinan yang diterapkan dalam membentuk karakter Islami santri di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas meliputi; (1) disiplin masuk kelas, (2) disiplin belajar, (3) disiplin waktu shalat, (4) disiplin berpakaian.

Subjek penelitian dari penelitian ini adalah santri kalong (nglaju) di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas pada internalisasi nilai-nilai kedisiplinan dalam pembentukan karakter Islami, yang dari mereka dapat diketahui perubahan perilaku, dimana santri kalong (nglaju) dalam proses pembelajaran harus mentaati tata tertib pesantren agar menjadi pribadi yang baik dan berdisiplin.

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi yaitu mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa: pengamatan terlibat, wawancara mendalam dengan melibatkan empat informan yaitu: Pengasuh Pesantren, Waka Kesiswaan, Guru Kelas dan Santri Kalong (nglaju), dan dokumentasi berupat ulisan dan gambar atau karya monumental sebagai pelengkap penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini,dapat penulis simpulkan: (1) perilaku santri kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas dalam hal kedisiplinan masih sangat kurang. (2) Secara umum internalisasi nilai-nilai kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas berjalan dengan baik, dan mampu membentuk karakter Islami. Faktor-faktor yang memengaruhi kedisiplinan santri kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas berdasarkan penelitian adalah: Pertama, ketauladanan

asatiz dalam memberikan contoh kedisiplinan pada para santri, tata cara berpakaian, proses pembelajaran, juga waktu shalat. Kedua, tata tertib disiplin santri dan hukuman yang mendidik bagi santri yang melanggar disiplin sebagai konsekuensi logis atas pelanggaran disiplin santri. Ketiga, sarana dan prasarana yang lengkap dan representatif yang mendukung proses kedisiplinan santri. Keempat, lingkungan yang mendukung kearah kedisiplinan.


(7)

vii

Boarding School Miftahussalam Banyumas (2) to analyze the discipline values in creating Islamic characteristics of santri kalong at the Boarding School Miftahussalam Banyunmas, (3) to find out the factors which can be implemented the Islamic characteristics of santri kalong at the Boarding School Miftahussalam Banyunmas covering (1) being punctual in starting classes, (2) being discipline in studying, (3) being punctual in performing shalat, (4) being discipline in dressing. The research subject of this research in santri kalong (nglaju) at the Boarding School Miftahussalam Banyunmas to internalize the discipline values in creating Islamic characteristic to change the behavior of the santri kalong (nglaju) in the learning process. They are expected to obey the rules of the boarding school to be a good and discipline individual.

The research type used by the researcher is qualitative research using the phenomenology approach which is trying to explain or reveal the concept meaning or experience phenomena based on the consciousness happened to some individuals. This research was done in natural situation. Therefore, there is no boundary in interpreting or understanding the meaning of the studied phenomena. The data collection technique used in this research are the involved observations, Companion, Vice Chief of Student Matters, Class Student and Teachers, and documentation in the form of writing and the pictures or the monumental works as the research complement.

Based on the research result which the researcher had done, it can be concluded that: (1) the behavior of santri kalong (nglaju) at the Boarding School Miftahussalam Banyunmas in the discipline values needs to be improved; (2) generally, the

internalization of the students‟ discipline values at the Boarding School Miftahussalam Banyunmas has run well and is able to creating the Islamic characteristics. The factors influencing the discipline of santri kalong (nglaju) at the Boarding School Miftahussalam Banyunmas are: First, the asatiz exemplary in giving the discipline medel to the students, the asatiz attendance, the dressing rules, learning process, and also the shalat time. Second, the rules of the students‟ discipline and

punishment which are educating the students violating the discipline as the logical

consequences on the students‟ violating. Third, the complete and representative facilities supporting the students‟ discipline process.


(8)

viii

melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan.

Dengan terselesaikannya tesis yang berjudul "

Internalisasi Nilai-Nilai

Kedisiplinan Dalam Pembentukan Karakter Islami Di Kalangan

Santri Kalong

(

nglaju

) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas

, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tinginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan tesis ini, terutama kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Bambang Cipto, MA, selaku Rektor Universitas Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. Dr.Arif Budi Raharjo, M.Si, selaku Kepala Program Magister Studi Islam Universitas Muhammadyah Yogyakarta

3. Drs. H. Muhsin Hariyanto, M.Ag, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan petunjuk, pengarahan dan dorongan moril dalam penyusunan dan penyelesaian tesis ini.

4. Segenap dosen pengampu program Pascasarjana Universitas Muhammadyah Yogyakarta yang telah banyak mengajarkan ilmu dan pengetahun kepada penulis.


(9)

ix menyelesaikan penulisan tesis ini.

6. Pimpinan Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas sehingga dapatmenyelesaikanpenulisantesisini.

7. Kepala Madrasah Tsanawiyah PPPI Miftahussalam dan Kepala Madrasah Aliyah PPPI Miftahussalam Banyumas yang telah membantu dalam memberikan informasi data santri hingga selesainya penelitian ini.

8. Istri dan anak-anakku tercinta yang telah mendukung dan selalu mendo‟akan hingga selesainya penulisan tesis ini.

9. Teman-temanku di program Pascasarjana Universitas Muhammadyah Yogyakarta yang telah ikut memotivasi penulis dalam menyusun tesis ini.

Semoga amal baik yang telah diberikan oleh mereka semua kepada penulis mendapatkan pahala disisi Allah SWT, Amien.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya. Amien.

Yogyakarta, 6 September 2016 Penulis,


(10)

x

Kebudayaan RI, tertanggal 22 Januari 1988 No. 158/1987 dan No. 0543b/U/1987. (Depag, 2003).

1. Konsonan

ARAB LATIN

Kons. Nama Kons. Nama

ا

alif tidak dilambangkan

ب

ba B Be

ت

ta T Te

ث

a Es (dengan titik di atas)

ج

jim J Je

ح

ha‟ H Ha (dengan titik di bawah)

خ

kha‟ Kh Ka dan Ha

د

dal D De

ذ

a Zet (dengan titik di atas)

ر

ra R Er

ز

za Z Zet

س

sin S Es

ش

syin Sy Es dan Ye

ص

sad Ş Es (dengan titik di bawah)

ض

dad D De (dengan titik di bawah)

ط

ta T Te (dengan titik di bawah)


(11)

xi

ف

ق

qaf Q Ki

ك

Kaf K Ka

ل

Lam L El

م

Mim M Em

ن

Nun N En

و

Wau W We

ه

Ha H Ha

ء

hamzah „ Apostrof

ي

ya Y Ya

2. VokalPendek

_ = a بتك kataba

_ = i لئس su‟ila

_ = u ب ذي yazhabu

3. Vokal Panjang

ا... = a لاق qala يا ا= ليق qila

وا u= لوقي yaqulu

4. Diftong

يا =ai فيك kaifa


(12)

xii

HALAMAN PENGESAHAN. ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

NOTA DINAS ... iv

ABSTRAK... vi

KATA PENGANTAR... viii

TRANSLITERASI ARAB-LATIN... x

DAFTAR ISI... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Kegunaan Penelitian ... 12

E. Kajian Pustaka ... 13

F. Kerangka Teori... 16

G. Metode Penelitian ... 23

H. Sistematika Penulisan ... 28

BAB II : LANDASAN TEORI A. Internalisasi Nilai ... 30

1. Pengertian Internalisasi ... 30

2. Pengertian Nilai ... 3. Unsur-unsur Internalisasi Nilai Kedisiplinan ……… 33 34 B. Kedisiplinan dalam Perkembangan Individu... 40

1. Pengertian Kedisiplinan ... 40

2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kedisiplinan... 49

C. Akhlak dan Karakter... 53

1. Akhlak ... 53

2. Karakter... 56

D. Pendidikan Pesantren ... 59

1. Pengertian Pesantren ... 60

2. Tujuan dan Karakteristik Pendidikan Pesantren ... 64

3. Tipologi dan Sistem Pendidikan Pesantren ... 67

BAB III : PROFIL SANTRI KALONG (NGLAJU) PONDOK PESANTREN MIFTAHUSSALAM BANYUMAS A. Sejarah Singkat Berdirinya Pesantren ... 75

B. Profil Santri Kalong (nglaju)... 78


(13)

xiii

H. Lembaga Pendidikan Formal... 91 I. Kegiatan Santri... 95

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Internalisasi Nilai-nilai Kedisiplinan Santri Kalong (nglaju) 100 B. Tata Tertib Santri ... 101 C. Faktor-faktor yang Memengaruh Kedisiplinan Santri Kalong

(nglaju) ... 101 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 112 B. Saran ... 113 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR TABEL


(14)

xiv

Tabe 1. Perkembangan Jumlah Santri Kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas 3 TahunTerakhir. 79

Tabel 2. Perkembangan Jumlah Santri Kalong (nglaju) Madrasah Tsanawiyah PPPI Miftahussalam Banyumas 3 Tahun Terakhir. 80

Tabel 3. Perkembangan Jumlah Santri Kalong (nglaju) Madrasah Aliyah PPPI Miftahussalam Banyumas 3 Tahun Terakhir. 81

Tabel 4. Karakteristik Keluarga Santri Kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas.83

Tabel 5. Asal Santri Kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas Banyumas 3 Tahun Terakhir.84

Tabel 6. Latar Belakang Pendidikan Santri Kalong (nglaju). 84

Tabel 7. Karyawan dan Tenaga Kependidikan Pondok Pesantren Miftahussalam BanyumasTahun Pelajaran 2015/2016. 87

Tabel 8. Jumlah Guru Setifikasi. 88

Tabel 9. Struktur Kurikulum MTs PPPI Miftahussalam Banyumas.92 Tabel 10. Struktur Kurikulum MA PPPI Miftahussalam Banyumas.94

Tabel 11. Jadwal Kegiatan Harian Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas. 95 Tabel 12. Jadwal Kegiatan Mingguan Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas.


(15)

INTERNALISASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN

DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAMI

DI KALANGAN SANTRI KALONG PONDOK PESANTREN

MIFTAHUSSALAM BANYUMAS

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Studi Islam (M.S.I)

dalam Bidang Psikologi Pendidikan Islam

Diajukan oleh: Kastono, S.Pd NIM. 20121010015

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI ISLAM PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah kedisiplinan masih manjadi problematika kehidupan yang cukup luas. Secara umum disiplin merupakan bagian dari latihan batin dan watak agar segala perbuatan seseorang sesuai dengan tata tertib yang berlaku. Oleh karena itu pengkajian mengenai disiplin juga menjadi perhatian para ahli. Disiplin dipandang sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman.1 Berdasarkan pendapat tersebut, kita memahami bahwa disiplin merupakan sesuatu yang menyatu di dalam diri seseorang. Bahkan disiplin itu sesuatu yang menjadi bagian dalam hidup seseorang, yang muncul dalam pola tingkah lakunya sehari-hari.

Disiplin terjadi dan terbentuk sebagai hasil dan dampak proses pembinaan cukup panjang yang dilakukan sejak dari dalam keluarga dan berlanjut dalam pendidikan di sekolah. Dalam konteks pendidikan agama yang diajarkan di sekolah ada hal yang sangat berkaitan dengan disiplin. Menurut Hasan Langgulung, bahwa shalat fardhu lima waktu dalam waktu-waktu tertentu dapat

1

D.Soemarmo.1998. Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah. Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi. hlm. 20.


(17)

membentuk disiplin yang kuat pada seseorang.2 Hal ini hampir sama yang diungkapkan oleh Zakiah Daradjat, bahwa shalat lima waktu merupakan latihan pembinaan disiplin pribadi.3 Ketaatan melaksanakan shalat pada waktunya, menumbuhkan kebiasaan untuk secara teratur dan terus menerus melaksanakannya pada waktu yeng ditentukan. Dalam kaitan di atas, penerapan disiplin dalam kehidupan sehari-hari berawal dari disiplin pribadi dan disiplin pribadi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar.4 Faktor dari dalam yang melibatkan diri sendiri berarti disiplin yang timbul adalah karena kesadaran.5

Kata disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ketaatan (kepatuhan) pada peraturan (tata tertib) berdisiplin berarti mentaati (mematuhi) tata tertib mendisiplinkan berarti mengusahakan supaya mentaati (mematuhi) tata tertib 6. Prijodarminto menyatakan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta melalui proses dari serangkaian tingkah laku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.7 Karena sudah menyatu dengan dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya.

2

Hasan Langgulung. 1986.Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi. Filsafat dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna. h. 401.

3

Zakiah Daradjat. 1996. Shalat Menjadikan Hidup Bermakna. Jakarta: Ruhama. h. 37.

4

D. Soemarmo. 1998.Pedoman…h. 32

5

Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Rahasia Sukses Belajar.Jakarta: Rineka Cipta. h. 13.

6

Tim Penyusun Kamus, Kamus besar Bahasa Indonesia ,op.cit . h.237

7


(18)

Terkait dengan pernyataan tersebut, di era yang serba mungkin dapat terjadi ini banyak permasalahan yang sering diperbincangkan banyak masyarakat, yaitu permasalahan yang berkaitan dengan santri usia remaja khususnya. Hal ini dikarenakan remaja baru berada pada masa transisi dari masa santri - santri menuju masa dewasa. Dalam hal ini merupakan masa kegoncangan jiwa.8

Menurut Bandura masa remaja adalah masa pertentangan dan masa pembrontakan9. Karena banyak masalah yang meliputi diri remaja baik secara fisik dan psikologis maka pada masa ini, remaja baru mengalami serta menghadapi suatu lingkungan yang baru, yang terjadi pada dirinya. Maka sudah jelas bahwa remaja pada saat itu belum memiliki sesuatu pegangan atau pandangan hidup yang mapan, akan tetapi karena mereka sangat membutuhkan bantuan dan bimbingan dari orang dewasa. Apabila lingkungan hidupnya kurang mendukung terhadap perkembangan jiwanya, misalnya kondisi keluarga yang kurang stabil (broken home), atau banyak terlibat dengan kemaksiatan, seperti pelacuran, mabuk-mabukan maka akan memengaruhi jiwa remaja tersebut.Jika suasana keagamaan yang berkaitan dengan moral atau akhlak yang jarang ditemui oleh remaja, maka sangat dimungkinkan remaja akan salah dalam memilih pegangan hidupmya. Selain perilaku akan meniru terhadap apa yang dilihatnya, sementara saat melihat sesuatu yang tidak baik, maka akan terjadi

8

Zakiah, Daradjat, 1970. Pembinaan Remaja. Jakarta : Bulan Bintang. h.26.

9

Singgih D.Gunarsa. 1986.,Psikologi Perkembangan Siswa dan Remaja. Jakarta: Gunung Muria h. 67.


(19)

masalah (problem) moral remaja atau dekandensi.10 Problem remaja yang sering kita kenal kenakalan remaja sepertinya saat sekarang telah menjadi suatu hal yang biasa dilakukan oleh remaja dimana-mana, termasuk dilingkungan pendidikan.

Menurut Zakiyah mengartikan masa remaja adalah fase peralihan dari santri menjelang dewasa.11 Sedangkan menurut Gusnawirta, mengatakan definisi remaja adalah kelompok usia yang mengalami masa pubertas, dimana terjadi pertumbuhan fisik dan perkembangan emosi dalam dirinya. Perubahan itu umumnya terjadi pada usia sekitar 12 tahun sampai 16 tahun.12

Usia remaja adalah usia yang paling rentan melakukan penyimpangan kedisiplinan dan moral, karena usia remaja bagaikan pisau bermata dua. Pada usia ini, orang tua dan sekolahdituntut dapat mengarahkan remaja kepada kebaikan. Sayangnya, kemajuan pendidikan yang semakin modern, ternyata gagal dan tidak mampu mengubur potensi tindak penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat khususnya di kalangan remaja.

Islam memandang bahwa Pendidikan harus bertumpu dan berorentasi pada pembentukan insan kamil, baik fungsinya sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifah Allah di muka bumi, sebab eksistensi manusia sebagai hamba Allah

10

Sulchan Yasin. 1987. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amanah. h. 113.

11

Zakiyah , Daradjat. 1977.Membina Nilai-nilai Moral Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang,.h. 10.

12


(20)

sekaligus sebagai wakil Allah di muka bumi.13Fungsi manusia sebagai hamba Allah telah dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat Adz-Dzariyat ayat 56.



Artinya: ”dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” (QS.Adz-Dzariyat, 51 : 56)14

Sebagai seorang abdi harus tunduk patuh akan perintah perintah-Nya dan menjauhi segala yang dilarang. Disamping memikul ta‟lif sebagai hamba Allah manusia juga mempunyai fungsi sebagai khalifah (wakil) Allah dimuka bumi.Tugas sebagai khalifah Allah adalah mengolah dan memakmurkan bumi sesuai kehendak-Nya. Banyak orang yang telah memenuhi kriteria sebagai hamba Allah tapi gagal sebagai khalifah Allah, khalifah Allah harus mewakili sifat sifat Allah, banyak yang sudah shalat, baca Al-Qur‟an, puasa, akan tetapi, masih melakukan penyimpangan, membuang sampah sembarangan, mengobat ikan di sungai dan masih banyak penyimpangan-penyimpangan sikap yang seharusnya tidak dilakukan sebagai wakil Allah di muka bumi ini.

Dalam konfrensi pendidikan di Islamabat tahun 1980 bahwa pendidikan harus merealisasikan cita-cita (idealitas) Islam baik yang mencakup pengembangan kepribadian muslim secara menyeluruh yang harmonis berdasarkan fisiologis dan psikologis maupun yang mengacu kepada keimanan dan sekaligus berilmu pengetahuan secara berkeseimbangan sehingga

13Hery noer Aly. 2000. Watak Pendidikan Islam . Jakarta: Friska Agung Insani. h. 11

14


(21)

terbentuklah muslim yang paripurna berjiwa tawakkal secara total kepada Allah sebagaimana firman Allah Surat Al-An‟am Ayat 162:









Artinya: “Katakanlah sesungguh shalatku ibadahku hidup dan matiku hanya bagi

Allah Tuhan semesta alam”. (QS. Al-An‟am, 33 : 162)15

Keluarga merupakan pendidikan pertama yang dialami santri dalam keluarga, namun demikian pendidikan santri-santrinya seringkali di amanatkan kepada pihak sekolah sebagai lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat berbagai macam disiplin ilmu. Salah satu bentuk disiplin diantaranya tepat waktu shalat, disiplin belajar dan bekerja yang itu semua merupakan bagian dari pendidikan dan pembelajaran yangada dalam sebuah lembaga pendidikan.

Ada tiga lembaga pendidikan tempat santri belajar untuk tercapai pembentukan karakter dan pengembangan potensi pada diri santri yaitu pendidikan formal, non formal dan informal. Salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal dan informal yaitu lembaga pendidikan di pondok pesantren. Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal dan non formal di bidang keagamaan. Dimana pondok pesantren telah memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap perkembangan kehidupan masyarakat, baik masyarakat disekitar pondok pesantren maupun masyarakat luas, karena out put

dari pondok pesantren menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, dan kiprah

15


(22)

pondok pesantren di tengah masyarakat dalam menunjang program-program pemerintah dan pembangunan tidak diragukan lagi. Rasa tanggungjawab dan disiplin sebagai seorang santri muncul dengan kesadaran sendiri tanpa ada paksaan dari pihak lain. Salah satu sifat manusia yang berkualitas adalah berdisiplin, dimana disiplin itu dikembangkan melalui pendidikan.

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki kekhasan, baik dari segi sistem maupun unsur pendidikan yang dimilikinya. Perbedaan dari segi sistem, terlihat dari proses belajar mengajar yang cenderung tergolong sederhana, meskipun harus diakui ada juga pondok pesantren yang memadukan sistem modern dalam pembelajarannya.

Zamakhsyari Dhofier, membuat dua tipologi santri yang belajar di pesantren. Pertama, santri mukim, yaitu santri yang menetap, tinggal bersama kyai dan secara aktif menuntut ilmu dari kyai. Dapat juga secara langsung sebagai asatiz pesantren yang ikut serta bertanggung jawab atas keberadaan santri lain. Setiap santri yang mukim telah lama menetap dalam pesantren secara tidak langsung bertindak sebagai santri mukim.

Kedua, Santri Kalong, yaitu seorang santri yang berasal dari sekitar desa pesantren yang pola belajarnya tidak dengan jalan menetap/mukim di pesantren, melainkan semata-mata belajar dan langsung pulang ke rumah setelah belajar di pesantren selesai.16

16

Dhofier, Zamakhsyari. 1985. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES. h. 52


(23)

Menanamkan kedisiplinan kepada para santri di pondok pesantren merupakan sebuah keharusan, mengingat disiplin akan membentuk kepribadian para santri. Untuk memahami pengertian disiplin, ada beberapa pendapat para ahli antara lain :

1. Menurut W.J.S. Poerwadar minta disiplin adalah: “Latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati kedisiplinan

santri dan peraturan”.17

2. Sedangkan menurut Amatembun disiplin adalah: “Suatu keadaan tertib dimana para pengikut itu tunduk dengan senang hati pada ajaran-ajaran pemimpin atau suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang bergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati”.18

3. Sedangkan menurut Oemar Hamalik disiplin yaitu: “Mengikuti atau belajar

dibawah seorang pemimpin”.19

4. Menurut Purbawakaca: “Disiplin adalah proses pengamalan atau pengabdian kehendak-kehendak langsung, dorongan-dorongan keagamaan, keinginan atau kepentingan kepada suatu cita-cita atau tujuan tertentu untuk mencapai

efek yang lebih besar”.20

17

WJS.Poerwadarminta. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. h. 245.

18

Amatembun. 1981. Management Kelas. Bandung :IKIP. Cet ke-1. H. 8.

19

Oemar Hmalik. 1981. Mengajar, Azas, Metodik. Bandung: Pustaka Mardiana. Cet ke-2, h. 210.

20


(24)

5. Sedangkan menurut Soejardo, disiplin adalah: “Kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak sesuai dan bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan

melindungi sesuatu yang telah ditetapkan”.21

Pendapat para ahli diatas mengindikasikan bahwa kedisiplinan itu berupa peraturan , baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang harus dipatuhi oleh semua orang yang berada dalam lingkup kedisiplinan, dan dalam hal ini pada hakekatnya semua orang adalah termasuk kedalam lingkup kedisiplinan, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan madrasah, maupun lingkungan masyarakat, yang mana disiplin itu sendiri dilaksanakan agar tujuan yang diinginkan tercapai.

Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas merupakan salah satu Lembaga Pondok Pesantren di Kabupaten Banyumas yang merupakan Lembaga Pendidikan Pesantren yang memiliki sistem pendidikan modern (khalaf) dengan mengkolaborasikan dua sistem pendidikan sebagai motor penggerak berlangsungnya proses belajar mengajar, pertama adalah sistem pesantren yang menerapkan sistem pengawasan santri selama 24 jam, khususnya bagi santri mukim, yaitu santri yang tinggal di asrama pondok pesantren, sehingga semua aktifitas santri akan terpantau dalam rangka meminimalisir berbagai permasalahan santri baik dalam proses pembelajaran sampai dengan perilaku

21

Soedijarto. 1999. Pendidikan Sebagai Sarana Reformasi Mental Dalam Upaya Pembangunan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka. h. 51.


(25)

santri sehari-hari. Kurikulum pesantren mengacu dari Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo untuk penguatan pengembangan bahasa Arab dan bahasa inggris sebagai program unggulan yang dilaksanakan pada sore hari (bada‟

ashar) dan pagi hari (ba‟da shubuh). Kedua adalah sistem pendidikan madrasah, yang merupakan sistem setara dengan pendidikan di madrasah umum (formal), dimana kurikulum madrasah dibawah kurikulum Diknas dan Kemenag. Materi pembelajaran berlangsung sebagaimana madrasah pada umumnya mulai jam 07.00 sampai 13.50, yang selama proses pembelajarannya bukan hanya diikuti para santri mukim akan tetapi juga santri kalong yakni santri yang tidak tinggal di asrama pesantren. Namun seiring perjalanan berlangsungnya perkembangan pendidikan dan perkembangan yang dilakukan Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas ini hingga saat ini nilai-nilai kedisiplinan belum sepenuhnya membentuk karakter Islami bagi para santri. Banyak faktor yang memengaruhi, diantaranya latarbelakang santri, keluarga, lingkungan, termasuk kendala pesantren dalam menerapkan kedisiplinan santri santri karena masih kurang maksimalnya pengawasan terutama pada santri kalong, dimana santri kalong

setelah mengikuti pelajaran di madrasah mereka pulang kerumah dan bermain di lingkungan masing-masing tidak ada pengawasan bagaimana etika pergaulan, shalat, amaliah sehari-hari sehingga ini akan berdampak pada kedisiplinan santri disiplin pondok pesantren akan terabaikan dan tidak menutup kemungkinan ada diantara mereka yang justru bisa memengaruhi santri mukim untuk bertindak tidak disiplin dan melanggar kedisiplinan santri pesantren. Berdasarkan temuan di


(26)

lapangan ternyata masih banyak santri yang melakukan pelanggaran tata tertib disiplin yang sudah diterapkan di pondok pesantren.

Berdasarkan wawancara dengan pengasuh Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas bahwa nilai-nilai kedisiplinan yang harus diterapkan dan dapat membentuk karakter Islami santri meliputi ; (1) Tepat waktu masuk kelas, (2) Disiplin belajar, (3) Shalat tepat waktu, (4) Disiplin berpakaian. Nilai-nilai kedisiplinan tersebut masih belum sepenuhnya dilakukan oleh santri kalong.22 Hal ini yang menjadi kurang disiplinnya santri kalong terhadap kedisiplinan santri yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Miftahussalam.

Dari latar belakang masalah diatas penulis memfokuskan penelitian ini

dengan judul “Internalisasi Nilai-Nilai Kedisiplinan Dalam Pembentukan Karakter Islami Di Kalangan Santri Kalong Pondok Pesantren Miftahussalam

Banyumas.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang akan dikaji adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perilaku santri kalong (nglaju) di Pondok Pesantren Miftahussalam Kabupaten Banyumas.

2. Bagaimana internalisasi nilai-nilai kedisiplinan dalam membentuk karakter Islami santri kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas.

22

Wawancara dengan K.Kasno Matholi, S.Pd.I, Pengasuh Pesantren Miftahussalam (Banyumas, 16 Juni 2016)


(27)

3. Apakah faktor-faktor yang memengaruhi kedisiplinan santri kalong (nglaju) di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui secara mendalam perilaku santri kalong di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas.

2. Menganalisis nilai-nilai kedisiplinan dalam membentuk karakter Islami santri kalong Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas.

3. Mengetahui faktor-faktor yang dapat memengaruhi kedisiplinan santri kalong

Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas. D. Kegunaan Penelitian

Adapun, ditinjau dari segi manfaatnya penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua manfaat utama.

a. Manfaat teoritis

Ditinjau dari segi teoritis, penelitian ini dapat memberikan wawasan baru terutama mengenai pemahaman dan keberadaan santri kalong. Penelitian ini juga dapat memberikan sumbangsih pada dunia psikologi pendidikan.

b. Manfaat praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, yaitu untuk menambah pengetahuan dan penerapan ilmu yang sudah diperoleh di bangku kuliah terhadap masalah nyata yang dihadapi oleh dunia pendidikan


(28)

2. Bagi Pondok Pesantren, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai best practice mengenai kedisiplinan santri kalong(nglaju)

3. Bagi santri kalong (nglaju), yaitu untuk lebih menciptakan kedisiplinan dan senang belajar

4. Bagi pengasuh/asatiz, yaitu memberikan perhatian dan pengawasan yang maxsimal kepada para santri kalong terutama dalam hal kedisiplinan. E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka dimaksudkan untuk mencari penelitian-penelitian terdahulu sebagai perbandingan. Artinya, bisa dilanjutkan atau tidak penelitian ini tergantung dari seberapa jauh perbedaan dan persamaan dalam pengambilan obyek, subyek dan terutama lokus penelitian. Penelitian-penelitian terdahulu yang telah peneliti telaah diantaranya:

1. Basiran, (2010) Pengelolaan Kedisiplinan Santri (Studi Situs: SMA 1 Tunjungan, Blora)23.Tesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitian ini adalah: 1) pelanggaran kedisiplinan oleh santri dalam kegiatan intrakurikuler masih sering terjadi, baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja, 2) kepala madrasah sering kali memberikan teladan dalam kedisiplinan, baik secara lisan maupun dengan tindakan, 3) pelanggaran kedisplinan dalam kegiatan intrakurikuler akan mendapat sanksi sesuai dengan jenis palanggaran yang dilakukan, 4) madrasah membagi pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler menjadi dua, yaitu yang bersifat wajib

23


(29)

seperti pramuka dan yang bersifat pilihan seperti olahraga dan kesenian, 5) partisipasi santri kalong dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka masih rendah, 6) asatiz pembina ekstrakurikuler pramuka memberikan sanksi yang bersifat mendidik kepada pelanggar dengan cara membuat kliping yang berkaitan dengan kepramukaan. Untuk meningkatkan kedisiplinan dapat dilakukan dengan cara 1) teladan oleh pemimpin, baik secara lisan maupun tindakan, 2) pemberian sanksi secara tegas dan mendidik, 3) menerapkan aturan tertulis secara adil.

2. Muyasaroh, (2008) Pengaruh Persepsi Santri Tentang Kompetensi dan Kedisiplinan Terhadap Keaktifan belajar, Surabaya: IAIN Sunan Ampel.Tema penulisan tesis pada variabel bebas sama dengan tema yang penulis lakukan. Perbedaannya hanya pada variabel terikat. Hasil penelitian ini Kompetensi memberi pengaruh terhadap kedisiplinan sebesar, 76,47%. Pada variabel terikat membahas mengenai keaktifan belajar. Sedangkan pembahasan ini terfokus pada penelitian tentang kedisiplinan belajar pada santri.24

3. Siti Nur Hidayah (2010) Tesis, Peran Asatiz PAI dalam Membentuk Kepribadian Santri di SMP Negeri 1 Ngunut Tulung Agung UIN Malang. Siti Nur Hidayah ini mengatakan bahwa dalam membentuk kepribadian santri di SMP Negeri 1 Ngunut asatiz juga melakukan pendekatan klasik dimana

24

Muyasaroh. 2008. Tesis. Pengaruh Persepsi santri tentang Kompetensi dan Kedisiplinan terhadap Keaktifan belajar Surabaya: IAIN Sunan Ampel.


(30)

asatiz harus dapat memposisikan dirinya sebagai asatiz, orang tua, dan kapan memposisikan dirinya sebagai kawan. Selain itu asatiz pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Ngunut juga memposisikan dirinya sebagai seseorang yang dapat memberikan masukan kepada peserta didik dengan memberikan bimbingan konseling, informan, dan fasilitator yang nantinya dapat membentuk kepribadian santri yang dapat dibanggakan oleh semua orang.25

4. Nur Kholis, (2007) tesis, Pengaruh Kepemimpinan dan Kompetensi Santri terhadap Kedisiplinan belajar Santri. Surabaya: IAIN Sunan Ampel.Tesis ini mengkaji masalah kepemimpinan dan kompetensi santri terhadap kedisiplinan belajar santri. Hasil penelitian ini memberi pengaruh terhadap kedisiplinan sebesar, 84,72%.Tema penulisan tesis pada variabel bebas terdapat kesamaan dalam pembahasan kepemimpinan santri. Variabel yang lain terdapat perbedaan, yaitu membahas tentang kompetensi. Sedangkan variabel terikat sama-sama membahas kedisiplinan belajar .26

5. Masturin, “Amalan Tarekat Dalailul Khairat Dan Prilaku Sosial

Pengikutnya (Studi di Pondok Pesantren Darul Falah Jekulo Kudus)”.Tesis tersebut telah diuji oleh Dewan Penguji Program Magister Studi Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 16 Juni 1999. Dalam

25

Siti Nur Hidayah. 2010. Tesis. Peran Asatiz PAI dalam Membentuk Kepribadian Santri di SMP Negeri 1 Ngunut Tulung Agung UIN Malang.

26

Nur Kholis. 2007. Tesis. Pengaruh Kepemimpinan dan Kompetensi Asatiz terhadap Kedisiplinan belajar Santri.


(31)

tesis tersebut dijelaskan bahwa Tarekat merupakan suatu sistem latihan yang penuh kesungguhan untuk membersihkan hati dari sifat-sifat tercela. Oleh karena itu sasaran tarekat adalah hati atau jiwa atau rokhani yang menjadi sumber segala sikap dan prilaku manusia untuk menuju kebersihan batin agar mendapatkan keridha-an Allah SWT. Dalam tesis tersebut oleh peneliti, hanya memaparkan bahwa pengamal tarekat Dalail Al-Khairat telah terbukti mempunyai prilaku yang baik seperti prilaku sosial budaya, prilaku sosial kemasyarkatan prilaku sosial pendidikan, prilaku sosial politik dan ekonomi belum sampai kepada nilai-nilai pendidikan akhlak secara sepesifik.27

Berdasarkan kelima tesis tersebut di atas, masing-masing tesis memiliki kelemahan dan kelebihan. Dalam penyusunan tesis ini peneliti memiliki teori dan teknik yang berbeda, baik dari segi penyusunan pengetahuan teori maupun objek kajian penelitian. Sedangkan teori yang ada dari kelima tesis tersebut dapat dijadikan bahan referensi dan pertimbangan dalam menyusun tesis.

F. Kerangka Teori 1. Internalisasi nilai

Berbicara mengenai internalisasi, setiap manusia telah mengalami internalisasi sejak lahir sampai sekarang ini. Internalisasi tersebut diperoleh melalui sebuah komunikasi yang terjadi dalam bentuk sosialisasi dan

27

Masturin. 1999. Tesis. “Amalan Tarekat Dalailul Khairat Dan Prilaku Sosial Pengikutnya (Studi di Pondok Pesantren Darul Falah Jekulo Kudus )”.Universitas Muhammadiyah Surakarta.


(32)

pendidikan. Dalam melakukan proses internalisasi nilai-nilai budaya ikut ditanamkan yang tujuannya setelah manusia mengerti nilai-nilai tersebut maka akan dibentuk menjadi sebuah kepribadian. Adapun definisi dari internalisasi dapat diketahui sebagai berikut.

a. Chaplin, (2005:256), Internalisasi (internalization) diartikan sebagai penggabungan atau penyatuan sikap, standar tingkah laku, pendapat, dan seterusnya di dalam kepribadian.28

b. Reber, sebagaimana dikutip Mulyana (2004:21) mengartikan internalisasi sebagai menyatunya nilai dalam diri seseorang, atau dalam bahasa psikologi merupakan penyesuaian keyakinan, nilai, sikap, praktik dan aturan – aturan baku pada diri seseorang. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa pemahaman nilai yang diperoleh harus dapat dipraktikkan dan berimplikasi pada sikap. Internalisasi ini akan bersifat permanen dalam diri seseorang.29

c. Ihsan (1997:155), memaknai internalisasi sebagai upaya yang dilakukan untuk memasukkan nilai – nilai kedalam jiwa sehingga menjadi miliknya.30

Definisi-definisi dari beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa internalisasi sebagai proses penanaman nilai kedalam jiwa seseorang sehingga

28

J.P. Chaplin. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. h. 256.

29

Rohmat Mulyana. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. h. 21.

30

Fuad Ihsan. 1997. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. h. 155ependidi(Jakarta:Rineka cipta, 1997), h. 155.Fuad Ihsaasar KJakarta:Rinekakacipta99755.


(33)

nilai tersebut tercermin pada sikap dan prilaku yang ditampakkan dalam kehidupan sehari – hari (menyatu dengan pribadi).

2. Kedisiplinan

Secara etimologis, “disiplin” berasal dari bahasa Latin, desclipina, yang menunjukkan kepada kegiatan belajar mengajar.Istilah tersebut sangat dekat dengan istilah dalam bahasa Inggris, disciple yang berarti mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin. Istilah bahasa Inggris lainnya adalah discipline, yang berarti tertib, taat, atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri.31

Secara terminologis, banyak pakar yang mendefinisikan disiplin.

Soegarda Poerbakawatja mendefinisikan disiplin adalah “suatu tingkat

kedisiplinan santri tertentu untuk mencapai kondisi yang baik guna memenuhi

fungsi pendidikan”.32

Pengertian disiplin ditinjau dari segi etika.Hal ini sebagaimana dirumuskan oleh John Macquarrie :

"Discipline has two related meaning. It may mean the maintenance of certain standard of conduct through the enforcement of them by appropriate penalties or it may mean the training of person so they will conduct themselves according to given standard".33

31Tulus Tu‟u. 2004.

Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Santri. Jakarta: Grasindo. h. 30.

32

Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H. Harahap. 1982. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. h. 81.

33

John Macquarrie (ed). 1967. A Dictionarry of Christian Etnics. London: Pres Ltd.. sebagaimana dikutip oleh Balitbang Dikbud, hal. 24.


(34)

Dari definisi di atas secara implisit terkandung tiga pengertian, yaitu: (1) disiplin sebagai suatu perbuatan, (2) disiplin sebagai suatu kemauan, dan (3) disiplin sebagai suatu rangkaian peraturan yang memiliki tujuan tertentu (sistem peraturan).

Pengertian disiplin dilihat dari segi psikologi. James Drever mengemukakan:

“Discipline originally synonymous with education in modern usage the root notion in control of conduct either by an external authority, or by

the individual himself …at the same time training and discipline may be

distinguished by restricting the letter to self initiated effort in performing a certain task, as distinct from merely going through its performance, in which case there may be some truth in the doctrine as

regards discipline, in the sense of control”.34

Ditinjau dari segi psikologis, berdasar pendapat Drever diatas, pengertian disiplin pada mulanya diartikan sama dengan pendidikan

(education) dan latihan (training). Pengertian disiplin yang lebih kemudian menitikberatkan pada persoalan pengendalian perbuatan. Pengendalian tersebut dapat terjadi karena ada kekuatan baik yang berasal dari luar maupun dari dalam individu yang bersangkutan.

Tulus Tu‟u mengartikan kedisiplinan sebagai kesadaran diri yang

muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan mentaati peraturan-peraturan, nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu lingkungan tertentu. Kesadaran

34

James Drever. 1986. A Dictionrry of Psychology, (Harmondwort Midlesex : Penguin Books Ltd. hal. 68.


(35)

itu antara lain, jika dirinya berdisiplin baik, maka akan memberi dampak yang baik bagi keberhasilan dirinya di masa mendatang.35

Kedisiplinan merupakan salah satu nilai yang penting untuk ditanamkan dan dikembangkan dalam diri santri. Disiplin perlu ditegakkan karena melatih sikap mental dan keteguhan hati dalam melaksanakan apa yang telah ditetapkan. Dengan disiplin segala sesuatu akan terlaksana dengan baik, tepat dan teratur sesuai dengan tata nilai yang telah ditetapkan.36

Prajudi Atmosudirjo merumuskan kedisiplinan sebagai berikut :

a. Sikap mental (state of mind, mental attitude) tertentu yang merupakan sikap dan kedisiplinan santri.

b. Suatu pengetahuan (knowledge) tentang sistem aturan-aturan perilaku, sistem atau norma-norma kriteria standar yang menumbuhkan insight dan kesadaran (consciousness)

c. Suatu sikap yang secara wajar menunjukkan kesanggupan hati, pengertian dan kesadaran hati untuk mentaati segala apa yang diketahui itu secara cermat dan tertib.37

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa disiplin adalah suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk menepati atau mematuhi dan

35

Tulus Tu‟u. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Santri. Jakarta: Grasindo. h. Viii.

36

Shochib, Moh. 2003. Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Siswa Mengembangkan Disiplin, Jakarta:PT.Asdi Mahasatya. h.11.

37

Prajudi Atmosudirjo. 1976. Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan Keputusan (Dicision Making). Jakarta: Pustaka Bradjaguna. h. 64.


(36)

mendukung ketentuan, kedisiplinan santri, peraturan, nilai serta kaidah yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih.

Dalam ajaran Islam banyak ayat Al-Qur‟an dan Hadits yang memerintahkan disiplin dalam arti ketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan, antara lain surat An Nisa ayat 59:



















Artinya:Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS an-Nisa, 04 : 59)38

Disiplin adalah kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang prinsip, tekun dalam usaha maupun belajar, pantang mundur dalam kebenaran, dan rela berkorban untuk kepentingan agama dan jauh dari sifat putus asa. Perlu kita sadari bahwa betapa pentingnya disiplin dan betapa besar pengaruh kedisiplinan dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa maupun kehidupan bernegara.

38


(37)

3. Santri kalong

Asal usul perkataan “santri” setidaknya ada dua pendapat yang bisa

dijadikan rujukan. Pertama, santri berasal dari kata “santri” dari bahasa Sansekerta yang artinya melek huruf. Kedua, kata santri yang berasal dari

bahasa Jawa “cantrik” yang berarti seseorang yang mengikuti seseorang asatiz

kemanapun pergi atau menetap dengan tujuan dapat belajar darinya suatu ilmu pengetahuan.39

Santri dalam sebuah lembaga pendidikan pondok pesantren ada dua kelompok, yaitu santri kalong dan santri mukim. Santri kalong merupakan santri yang tidak menetap dalam pondok pesantren tetapi pulang kerumah masing-masing setelah mengikuti suatu pelajaran di pondok pesantren. Santri kalong biasanya berasal dari daerah sekitar pondok pesantren. Santri kalong

yaitu santri-santri yang berasal dari desa sekelilingnya, yang biasanya mereka tidak tinggal di pondok kecuali kalau waktu-waktu belajar (madrasah dan mengaji) saja, mereka bolak-balik (nglaju) dari rumah.40

Sedangkan santri mukim ialah santri yang menetap dalam pondok pesantren, biasanya berasal dari daerah yang jauh. Pada masa lalu, kesempatan untuk pergi dan menetap di sebuah pesantren merupakan keistimewaan bagi santri karena dia harus penuh cita-cita, memiliki

39

Edi Suharto. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyatkajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT Reflika Aditama. h. 58.

40


(38)

keberanian yang cukup untuk dan siap menghadapi tantangan akan dialaminya di pesantren.41

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Ditinjau dari segi pendekatan terhadap permasalahannya penelitian ini digolongkan kedalam penelitian kualitatif, yaitu meneliti segala sosial yang berlangsung secara alamiah. Peneliti dihadapkan dengan metode studi kasus. Perhatian peneliti ditekankan bagaimana gejala itu muncul,validitas penelitian ditekankan pada kemampuan peneliti.42

Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.43 Penelitian ini termasuk jenis studi kasus, pengelompokan kedalam sifat itu didasarkan atas ciri-ciri yaitu gejala yang diteliti bersifat kontemporer, bukan historik, serta berada dalam kehidupan nyata, batas-batas antara gejala yang diteliti dengan latar penelitian tidak dapat dinyatakan secara tegas dan menggunakan sumber data ganda. Dalam hal ini objek yang diteliti adalah Internalisasi nilai-nilai kedisiplinan dalam membentuk karakter Islami dikalangan santri kalong

(nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas.

41

Suismanto. 2004. Menelusuri.... h. 54-55

42

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktis. Jakarta: Rineka cipta. h. 16

43


(39)

2. Kehadiran Peneliti di Lapangan

Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrument utama, oleh karenanya peneliti harus berada dilokasi penelitian selama proses penelitian untuk melakukan pengumpulan data. Penelitian dengan pendekatan kualitatif harus menyadari bahwa dirinya adalah perencana, pelaksana pengumpulan data, penganalisis data dan sekaligus pelapor dari hasil penelitian yang dilakukannya. Oleh karena itu, peneliti harus dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi dilapangan. Hubungan baik antara peneliti dengan subjek penelitian merupakan kunci utama keberhasilan pengumpulan data, yang dapat menjamin kepercayaan dan saling pengertian.Tingkat kepercayaan yang tinggi akan membantu kelancaran proses penelitian sehingga data yang di inginkan akan dapat diperoleh dengan mudah dan lengkap. Peneliti harus menghindari kesan-kesan yang merugikan informan. Kehadiran dan keterlibatan peneliti harus diketahui secara terbuka oleh objek penelitian.44

Sebagai instrumen utama, konsekuensi psikologis bagi peneliti untuk memasuki latar yang memiliki norma, nilai, aturan, dan budaya harus dipahami dan dipelajari oleh peneliti. Interaksi antara peneliti dengan subjek penelitian memiliki peluang bagi timbulnya interst dan konflik minat yang tidak diharapkan sebelumnya.Untuk menghindari hal itu maka peneliti harus memperhatikan etika penelitian.45

44

Meleong, L.,J. 2002. Metodologi …, h. 34.

45


(40)

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi yaitu mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu.Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji.

Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong) “penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”46

Moleong, mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik,dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

ilmiah”47

Oleh karena itu, selama proses penelitian, peneliti akan lebih banyak berkomunikasi dengan subjek penelitian di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas. Selajutnya dalam penelitian ini peneliti akan lebih banyak menguraikan secara deskriptif hasil temuan-temuan di lapangan.

46

Meleong, L,J. 2002. Metodologi …. h. 4

47


(41)

4.Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan fokus penelitian maka yang dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :

a. Teknik Wawancara (interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.48Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana nilai-nilai kedisiplinan dalam membentuk karakter Islami dikalangan santri kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas.Wawancara dilakukan dari empat

informanyakni Pengasuh pesantren, Waka Kesantrian, Asatiz kelas dan santri.Wawancara yang dibicarakan tentang pengamatan dan tindakan yang dilakukan santri kalong (nglaju) pada saat pembelajaran dikelas maupun diluar kelas terutama pada waktu jam istirahat.

b. Teknik Observasi (pengamatan)

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis, mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk

48


(42)

kemudian dilakukan pencatatan.49Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses peneliti dalam melihat situasi penelitian.

Teknik ini sangat relevan digunakan dalam penelitian yang meliputi pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku santri dan interaksi santri dan kelompoknya. Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang bisa digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan kejadian dan lain-lain.Teknik ini dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai kedisiplinan dalam membentuk karakter Islami dikalangan santri kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas.

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu dan perasan. Observasi dilakukan pada saat jam istirahat. Alasan peneliti melakukan observasi ini adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku santri kalong (nglaju), dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

Teknik observasi yang dilakukan dalam penelitian ini mengunakan Observasi partisipatif, yaitu dengan pengumpulan data yang digunakan

49

P.JokoSubagyo. 1997. “Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek”. Jakarta: Rineka Cipta, h. 63.


(43)

untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.

c. Teknik Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.50 Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih kredibel/dapat dipercaya.51Teknik ini dilakukan untuk mengetahui adanya dokumen nilai-nilai kedisiplinan dalam membentuk karakter Islami dikalangan santri kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan arah yang lebih jelas dan lebih mudah penulisan ini di bagi menjadi beberapa bagian yaitu :

Bab Pertama adalah latar belakang masalah yang menguraikan perihal sebab-musabab penelitian ini dilakukan. Kemudian rumusan masalah yang berisikan point-point pertanyaan yang akan dijadikan pembahasan pada tesis ini. Selanjutnya adalah tujuan penelitian yang menguraikan tentang tujuan-tujuan penting diadakannya penelitian dan dibarengi pula dengan manfaat penelitian.

50

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendeketan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. cet. IX, h. 329.

51


(44)

Selanjutnya adalah tinjauan pustaka.Tinjauan ini berfungsi untuk menguraikan hasil-hasil penelitian serta karya-karya yang telah dipublikasikan sebelum penelitian ini. Dan disusul dengan kerangka teoritik yang merupakan kerangka acuan untuk melakukan analisis pada bab selanjutnya, dan terakhir adalah metode penelitian, yang digunakan sebagai landasan penelitian dalam pengulasannya kelak.

Bab kedua adalah Landasan Teori, yang meliputi pemaparan tentang pengertian Internalisasi Nilai dan berbagai hal yang melingkupinya, kemudian dipaparkan juga perihal Kedisiplinan dalam Perkembangan Individu serta berbagai hal yang melingkupinya, kemudian dipaparkan perihal Akhlak dan Karakter, kemudian membahas Pendidikan Pesantren.

Bab ketiga adalah tentang Profil Santri Kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas. Point-point yang dibahas adalah antara lain: Sejarah Berdirinya pesantren, Profil Santri Kalong (nglaju), dan Visi-Misi Pondok Pesantren Miftahussalam.

Bab keempat adalah hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi: Internalisasi nilai-nilai kedisiplinan santri kalong (nglaju), tata tertib santri, dan faktor-faktor yang memengaruhi kedisiplinan santri kalong (nglaju).

Bab Kelima adalah penutup, yang didalamnya memuat kesimpulan dan saran-saran.


(45)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Internalisasi Nilai

1. Pengertian Internalisasi

Internalisasi (internalization) diartikan sebagai penggabungan atau penyatuan sikap, standar tingkah laku, pendapat dan seterusnya di dalam kepribadian.52

Dalam kamus besar bahasa Indonesia Internalisasi diartikan sebagai penghayatan, penugasan, penguasaan secara mendalam yang berlangsung melalui pembinaan, bimbingan, penyuluhan, penataran, dansebagainya.53

Jadi internalisasi merupakan proses yang mendalam untuk menghayati nilai-nilai kedisiplinan yang dipadukan dengan nilai-nilai pendidikan secara utuh yang sasarannya menyatu dalam kepribadian peserta didik, sehingga menjadi satu karakter atau watak peserta didik. Dalam pengertian psikologis, internalisasi mempunyai arti penyatuan sikap atau penggabungan, standart tingkah laku, pendapat, dalam kepribadian. Freud menyakini bahwa super ego atau aspek moral kepribadian berasal dari internalisasi sikap-sikap orang

52

J.P Chaplin. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. h. 256.

53

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departement Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. h.336


(46)

tua.54Dalam proses internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik ada 3 tahapan yang terjadi yaitu :

a. Tahap tranformasi nilai :

Tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pendidik dalammenginformasikan nilai-nilai yang baik dan kuran baik. Pada tahap ini hanya terjadi komuniasi verbal antara asatiz dan santri.

b. Tahap Transaksi nilai :

suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua arah atau interaksi antara santri dengan pendidik yang bersifat timbal balik.

c. Tahap transinternalisasi

tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap transaksi. Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tapi juga sikap mental dan kepribadian.Jadi pada tahap ini komunikasi kepribadian yang berperan secara aktif.55

Dari pengertian internalisasi yang dikaitkan dengan perkembangan manusia, bahwa proses internalisasi harus sesuai dengan tugas-tugas perkembangan. Internalisasi merupakan sentral perubahan kepribadian yang merupakan dimensi kritis terhadap perubahan diri manusia yang didalamnya

54

James Caplin. 1993. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. h.256

55


(47)

memiliki makna kepribadian terhadap respon yang terjadi dalam proses pembentukan watak manusia.

Reber, sebagaimana dikutip Mulyana mengartikan internalisasi sebagai menyatunya nilai dalam diri seorang, atau dalam bahasa psikologi merupakan penyesuaian keyakinan, nilai,sikap, praktik dan aturan-aturan baku pada diri seseorang.56 Pengertian ini mengisyaratkan bahwa pemahaman nilai yang diperoleh harus dapat dipraktikkan dan berimplikasi pada sikap. Internalisasi ini akan bersifat permanen dalam diri seseorang.

Sedangkan Ihsan memaknai internalisasi sebagai upaya yang dilakukan untuk memasukan nilai-nilai kedalam jiwa sehingga menjadi miliknya.57 Jadi masalah internalisasi ini tidak hanya berlaku pada pendidikan agama saja, tetapipada semua aspek pendidikan, pada pendidikan pra-madrasah, pendidikan madrasah, pendidikan tinggi, pendidikan latihan perasatizan dan lain-lain.

Dalam kaitannya dengan nilai, pengertian-pengertian yang diajukan oleh beberapa ahli tersebut pada dasarnya memiliki subtansi yang sama. Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa internalisasi sebagai proses penanaman nilai kedalam jiwa seseorang sehingga nilai tersebut tercermin pada sikap dan perilaku yang ditampakan dalam kehidupan sehari-hari.Suatu

56

Rohmat Mulyana. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. h. 21

57


(48)

nilai yang telah terinternalisasi pada diri seseorang memang dapat diketahui ciri-cirinya dari tingkah laku.

2. Pengertian Nilai

Istilah nilai adalah sesuatu yang abstrak yang tidak bisa dilihat, diraba, maupun dirasakan dan tak terbatas ruang lingkupnya. Nilai sangat erat kaitannya dengan pengertian-pengertian dan aktifitas manusia yang kompleks, sehingga sulit ditentukan batasannya,karena keabstrakannya itu maka timbul bermacam-macam pengertian, di antaranya sebagai berikut:

a. Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus pada pola pemikiran, perasaan, keterkaitan maupun perilaku.58

b. Nilai adalah suatu pola normatif, yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi-fungsi bagia-bagiannya.59

c. Nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan.60

d. Nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan, tetapi hanya dapat dialami dan dipahami secara langsung.61

e. Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, bukan benda kongkrit, bukan fakta, bukan hanya persoalan benar salah yang menurut pembuktian

58

Zakiyah Darajat. 1992. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang. h. 260

59

H.M. Arifin. 1987. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara. h.141

60

Rohmat Mulyana,. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. h.11

61


(49)

empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.62

3. Unsur-unsur Internalisasi Nilai Kedisiplinan

1. Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas yang meliputi kegiatan-kegiatan harian, mingguan, bulanan dan tahunan merupakan kegiatan-kegiatan yang nantinya akan ikut serta dalam membentuk sebuah keterpaduan demiterciptanya suasana lingkungan di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler akan memberikan pengalaman-pengalaman yang terkait langsung dengan pribadi santri terutama menanamkan nilai kedisiplinan. Sebagaimana ditulis oleh Rahmat Mulyana bahwa kesadaran nilai dan internalisasi nilai-nilai adalah dua proses pendidikan nilai yang terkait langsung dengan pengalaman-pengalaman pribadi santri.63

Selain itu ditemukan juga pendapat Taylor yang menyatakan bahwa setiap individu mendapatkan pendidikan melalui cara saat ia meluangkan waktunya dan situasi ketika dia dilibatkan atau dalam peristiwa yang seketika dialaminya.64

62

Thoba Chatib. 1996. Kapita ….h. 61

63

Rahmat Mulyana. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Cet. 1. h. 214.

64


(50)

Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas semuanya akan memberikan kemungkinan terjadinya kesadaran nilai pada santri yang terkait langsung dengan konteksnya sehingga kesadaran nilai tersebut dapat berkembang lebih cepat dan lebih melekat pada diri santri. Hafalan juz „amma sepuluh menit pada setiap awal masuk jam pelajaran pertama, bila dipahami dan dihayati maknanya oleh santri selain memiliki nilai disiplin menghafal juga membentuk karakter Islami pada diri santri.

2. Lingkungan

Lingkungan dalam hal ini merupakan hasil keterpaduan dari dikembangkannya kegiatan-kegiatan, tata tertib dan lingkungan benda. Sehingga hasil dari pengembangan tersebut akan tercipta sebuah lingkungan sekolah, baik lingkungan sosial ataupun lingkungan fisik atau benda. Lingkungan tersebut merupakan pemandangan yang akan selalu berada di hadapan santri. Dalam pengembangannya, melibatkan asatiz, karyawan, santri serta sarana dan prasarana. Adanya kegiatan-kegiatan ekstraklurikuler baik kegiatan harian, mingguan, bulanan atau tahunan semuanya itu akan ikut menunjang terhadap terciptanya lingkungan Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas yang akan selalu dekat dengan santri. Dalam sehari-harinya santri akan menjadi pelaku sekaligus menyaksikan dari dikembangkannya kegiatan-kegiatan tersebut. Untuk mewujudkan lingkungan madrasah sesuai dengan 7K (kekeluargaan, keamanan,


(51)

ketertiban, keindahan, kebersihan, kerukunan dan ketenteraman), telah diadakan tata tertib. Mengingat asatiz dan karyawan merupakan pihak yang ikut terlibat dalam penciptaan suasana lingkungan maka tata tertib tersebut mencakup tata tertib asatiz dan karyawan dan tata tertib santri. Tata tertib tersebut dikembangkan kearah terwujudnya lingkungan madrasah yang mencakup sikap dan perilaku, penampilan serta keadaan lingkungan. Lingkungan tersebut, selain sebagai pelaku, santri akan dihadapkan atau berada dalam lingkungan manusia yang orang-orangnya selalu berpenampilan rapi sesuai dengan ketentuan, orang-orang yang selalu menjaga kebersihan, ketertiban, keindahan, keamanan, kekeluargaan, kerukunan, dan ketenteraman (7K), orang-orang yang selalu menghindari perbuatan-perbuatan destruktif, berperilaku sopan santun dan berpenampilan tidak mencolok. Lingkungan semacam itu akan memberikan pelajaran yang berarti bagi santri, karena dengan lingkungan semacam itu akan terjadi interaksi edukatif. Sebagaimana pendapat Ibnu Sina yang menyatakan anak yang bergaul dengan sesama anak yang berakhlak akan terjadi interaksi edukatif, satu sama lain saling meniru, dengan demikian ia menjadi dasar budinya.65Disamping itu santri juga dihadapkan dengan lingkungan benda yang telah dikondisikan, baik dengan adanya tulisan-tulisan kaligrafi yang indah, taman dan lingkungan yang bersih.

65

Ali al-Jumbulati dan Abdul Fatah at Tuwaanisi. 1994. Perbandingan Pendidikan Islam . Jakarta: Rineka Cipta. Cet.1 h. 121.


(52)

3. Keteladanan

Abdurrahman an-Nahlawi menyatakan bahwa dalam pandangan psikologi akhlak manusia dalam perkembangan kepribadiannya selalu membutuhkan seorang tokoh identifikasi (dorongan untuk menjadi sama dengan orang lain).66Sebagai bagian yang ikut menentukan dalam proses internalisasi nilai-nilai kedisiplinan, keteladanan dilakukan oleh pihak-pihak non santri, pihak yang dimaksud adalah asatiz, kepala madrasah dan karyawan. Asatiz dan kepala madrasah telah menunjukkan perilaku-perilaku dan sikap yang otomatis akan menjadi teladan bagi santri karena memang

asatiz dan kepala sekolah merupakan pihak yang patut untuk diteladani. Di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas telah menunjukkan usaha yang serius dalam aspek peneladanan ini. Pihak-pihak non santri yakni kepala madrasah, asatiz dan karyawan semuanya berperilaku atau bersikap dengan perilaku atau sikap yang layak untuk diteladani. Peneladanan tersebut menunjukkan adanya kekompakan, terutama dari kepala madrasah yang akan menjadi teladan bagi dewan asatiz, karyawan dan santri. Kekompakan peneladanan tersebut akan memberikan sebuah sinergi keteladanan untuk para santri.

Keteladanan sebagai bagian penting pendidikan nilai sebagaimana telah disinggung dalam bagian terahulu bahwa keteladanan merupakan

66


(53)

merupakan inti dari metode pendidikan Nabi Muhammad saw. yang terlihat dalam al-Quran surat al-Ahzab surat ke33 ayat 21.





Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab, 33 : 21)67

4. Pembiasaan

Selain aspek keteladanan yang akandapat dijadikan referensi untuk berbuat atau bertindak oleh santri ketika berada dalam suatu keadaan yang sesuai dengan keadaan yang pernah dilihatnya, santripun memerlukan pembiasaan untuk dapat sampai pada pemilikan karakter Islami. Aspek pembiasaan yang diterapkan di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas menunjukkan adanya kesadaran bahwa pendidikan, terlebih internalisasi nilai-nilai kedisiplinan dalam pembentukan karakter Islami bukanlah sesuatu yang bersifat instan, tetapi sesuatu yang membutuhkan proses dan waktu. Pembiasaan tersebut meliputi pembiasaan yang terjadi dalam diri peserta didik dan pembiasaan yang terjadi pada diri santri melalui keberadaan lingkungan madrasah.

67


(54)

Pembiasaan pada bagian pertama akan lebih banyak berpengaruh terhadap sikap dan perilaku santri. Santri akan terbiasa berpenampilan rapi, terbiasa menjaga kebersihan, terbiasa mamatuhi peraturan, terbiasa shalat berjamaah dan lain-lain. Sedangkan pembiasaan pada bagian kedua akan lebih banyak berpengaruh terhadap lingkungan santri masing-masing. Santri juga akan berusaha untuk menciptakan lingkungan yang sesuai dengan lingkungan madrasah sebagai lingkungan yang selalu ditemui santri sehari-harinya. Santri yang telah terbiasa dengan aspek-aspek yang telah diupayakan pembiasaannya dimadrasah, akan dapat menjadikan peserta didik merasakan manfaat dari adanya pembiasaan tersebut, baik yang berhubungan dengan sikap dan perilaku maupun lingkungan madrasah.

Bila pembiasaan tersebut telah menjadi karakter dan tradisi santri hal itu akan menjadi sesuatu yang lebih berarti bagi santri, karena santri bukan hanya sadar akan nilai-nilai yang terkandung dalam aspek-aspek yang telah diupayakan pembiasaannya tersebut serta mengetahui manfaatnya tetapi santri juga merealisasikannya. Pembiasaan tersebut, akan dapat mewujudkan terjadinya pendidikan moral pada peserta didik melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus. Kaitannya dengan hal ini, ahli pendidikan A.S. John Dewey menyatakan bahwa pendidikan moral terbentuk


(55)

dari proses pendidikan dalam kehidupan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus.68

B. Kedisiplinan dalam Perkembangan Individu

1. Pengertian Kedisiplinan

Kedisiplinan adalah sebuah kepribadian yang harus dimiliki setiap individu seseorang agar bisa sukses dalam kehidupannya. Sikap berdisiplin seseorang akan mampu mengontrol dirinya agar bisa melaksanakan apa yang menjadi tugas dan kewajibannya baik terhadap tugas dan tanggungjawab dirinya sendiri maupaun tugas dan tanggungjawab dari orang lain. Karena itulah, disiplin diartikan sebagai sebuah kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan atau pengendalian. Pengawasan dan pengendalian ini bertujuan untuk mengembangkan watak agar dapat mengendalikan diri dan berperilaku tertib dan efisien.69

Prijodarminto menyatakan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta melalui proses dari serangkaian tingkah laku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.70 Karena sudah menyatu dengan dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya.

68

.Ali al-Jumbulati, 1994. Perbandingan…. h. 157

69

.Kadir. 1994.Penuntun Belajar PPKN. Bandung: Pen Ganeca Exact. h. 80

70


(56)

Secara etimologis, “disiplin” berasal dari bahasa Latin, desclipina, yang menunjukkan kepada kegiatan belajar mengajar. Istilah tersebut sangat dekat dengan istilah dalam bahasa Inggris, disciple yang berarti mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin. Istilah bahasa Inggris lainnya adalah discipline, yang berarti tertib, taat, atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri.71

Secara terminologis, banyak pakar yang mendefinisikan disiplin. Soegarda Poerbakawatja mendefinisikan disiplin adalah “suatu tingkat kedisiplinan santri tertentu untuk mencapai kondisi yang baik guna

memenuhi fungsi pendidikan”.72

Pengertian disiplin ditinjau dari segi etika.Hal ini sebagaimana dirumuskan oleh John Macquarrie :

"Discipline has two related meaning. It may mean the maintenance of certain standard of conduct through the enforcement of them by appropriate penalties or it may mean the training of person so they will conduct themselves according to given standard".73

Dari definisi di atas secara implisit terkandung tiga pengertian, yaitu: (1) disiplin sebagai suatu perbuatan, (2) disiplin sebagai suatu kemauan, dan (3) disiplin sebagai suatu rangkaian peraturan yang memiliki tujuan tertentu (sistem peraturan).

71Tulus Tu‟u. 2004.

Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Santri. Jakarta: Grasindo. h. 30.

72

Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H. Harahap. 1982. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. h 81.

73

John Macquarrie (ed). 1967.A Dictionarry of Christian Etnics. London: Pres Ltd. sebagaimana dikutip oleh Balitbang Dikbud. h. 24.


(1)

Lampiran 9.

Struktur Pengurus

MA PPPI Miftahussalam Banyumas Tahun Pelajaran 2015/2016

Kepala Madrasah : Drs.Nur Abdullah, M.Pd.I Waka Kurikulum : Amin Wahyudi, S.Pd Waka Kesantrian : Agus Priyanto

Waka Humas : Agam Edi Iriandono, S.Pd Waka BK : Puryanto, S.Ag

Ka TU : Parjono, A.Md


(2)

Lampiran 10:

Wawancara dengan santri kalong kelas VIII E MTs PPPI Miftahussalam


(3)

Wawancara dengan santri kalongkelas XIMA PPPI Miftahussalam


(4)

Foto saat pembelajaran di kelas VIII D


(5)

Lampiran 11.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Kastono

Tempat Tanggal Lahir : Sidoharjo, 8 Maret 1973 NUPTK : 6640751652200032

Alamat Rumah : Jl Raya Kejawar N0.72 Banyumas Ds.Kejawar RT.03/01 Banyumas Jawa Tengah

Alamat Kantor : Jl Raya Kejawar N0.72 Banyumas Nama Ayah : Taruno Rejo

Nama Ibu : Kasinah

Nama Istri : Erna Winarni

Nama Santri : 1. Tiara Nadia Salsabila 2. Luthfia Jihan Nabila 3. Mutia Keisya Abila

B. Riwayat Pendidikan

1. SD N 02 Sidoharjo Tahun Lulus 1985

2. SMP N 1 Pringsewu Tahun Lulus 1988

3. MA PPPI Miftahussalam Banyumas Tahun Lulus 1991 4. S-1 IKIP PGRI/PPB Wates Tahun Lulus 2007

5. S-2 UMY/PPI Tahun Lulus 2016

C. Riwayat Pekerjaan

1. Guru MTsNururohmah Kebumen Tahun 1996 – 1999

2. Guru MA Nururohmah Kebumen Tahun 2005 – 2007

3. Guru MTs PPPI Miftahussalam Tahun 2000 – Sekarang

Banyumas, 6 September 2016

KASTONO


(6)

Lampiran 12.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tata Tertib Santri

Lampiran 2. Observasi Kedisiplinan Santri Kalong (nglaju) Lampiran 3. Transkrip Wawancara

Lampiran 4. Kisi-kisi Wawancara Lampiran 5. Catatan Wawancara Lampiran 6. Profil lembaga

Lampiran 7. Struktur Pondok Pesantren Miftahussalam Lampiran 8. Pengurus MTs PPPI Miftahussalam

Lampiran 9. Struktur Pengurus MA PPPI Miftahussalam Lampiran 10. Foto/Gambar