PENGEMBANGAN SOCIAL CAPITAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN IPS: Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VII-D SMPN 45 Bandung.

(1)

No. Daftar FPIPS: 1913/UN.40.2.7/PL/2014 No. Daftar FPIPS: 4355/UN. 40. 2. 7/PL/2014

PENGEMBANGAN SOCIAL CAPITAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS

TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VII-D SMPN 45 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh :

DENI WIDANINGSIH 1006113

PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

No. Daftar FPIPS: 1913/UN.40.2.7/PL/2014 No. Daftar FPIPS: 4355/UN. 40. 2. 7/PL/2014

PENGEMBANGAN SOCIAL CAPITAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS

TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VII-D SMPN 45 Bandung)

Oleh Deni Widaningsih

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan MatematikadanIlmuPengetahuanAlam

© Deni Widaningsih 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

No. Daftar FPIPS: 1913/UN.40.2.7/PL/2014 No. Daftar FPIPS: 4355/UN. 40. 2. 7/PL/2014

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGEMBANGAN SOCIAL CAPITAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS

TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VII-D SMPN 45 Bandung)

Oleh: Deni Widaningsih

NIM. 1006113

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed NIP. 19611215 198603 2 003

Pembimbing II,

Dra. Hj. Neiny Ratmaningsih, M. Pd NIP.19611014 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan IPS

Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001


(4)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENGEMBANGAN SOCIAL CAPITAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung)

Oleh: Deni Widaningsih

Penelitian ini dilatarbelakangi dari hasil observasi di kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung yang memiliki beberapa permasalahan pada saat pembelajaran. Salah satunya yaitu rendahnya partisipasi siswa dalam pembelajaran berkelompok, hal ini ditandai dengan sikap siswa yang hanya mau menang sendiri, kurangnya komunikasi yang baik diantara siswa, tidak terbuka, kurang mengakui adanya siswa lain, kurang menghargai dan percaya pada siswa lain. Adanya sikap ini di antara siswa tersebut merupakan salah satu indikator masih lemahnya modal sosial (social capital) siswa. Model pembelajaran yang digunakan pun masih menggunakan model pembelajaran tradisional tanpa adanya pengembangan sikap dan keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa itu sendiri serta pengembangan dan modifikasi dari setiap kegiatan dan model pembelajaran. Maka, diterapkan model cooperative learning Tipe NHT pada pembelajaran IPS. Pada siklus I dan II sudah ada perubahan walupun dalam nilai kecil dan masih dalam kategori “cukup”, hal ini dikarenakan ketidaknyamanan siswa dalam kelompoknya yang mana didalam kelompok kurang adanya kerjasama dan interaksi dalam kelompok. Pada siklus III ini sudah berada pada kategori “baik”, peningkatan ini cukup signifikan dari siklus sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya perubahan kelompok siswa sesuai dari hasil analisis dan refleksi pada siklus II. Pada siklus IV mengalami peningkatan yang signifikan dan di kategorikan “baik”. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu pertama, Dengan diterapkannya model model cooperative learning tipe NHT sebagai upaya meningkatkan social capital siswa sudah berhasil dilaksanakan. Kedua adanya peningkatan social capital siswa yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dari keempat indikator social capital yang hampir mencapai kategori “baik” dalam semua aspek. Dengan demikian, terdapat pengaruh dari model cooperative learning tipe NHT dalam pembelajaran IPS sebagai pengembangan dan peningkatan social capital siswa. Rekomendasi dalam penelitian ini adalah agar guru dapat mencoba menggunakan model cooperative learning tipe NHT pada materi pelajaran lain dengan lebih mengembangkan sikap dan karakter siswa.


(5)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(6)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF STUDENTS SOCIAL CAPITAL THROUGH THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL NUMBERED

HEADS TOGETHER TYPE IN LEARNING IPS

(Classroom Action Research in Class of VII-D SMP Negeri 45 Bandung)

By:

Deni Widaningsih

This research was done based on the observation result in class of VII-D SMP Negeri 45 Bandung which had some problem in learning. One of it was the lack of students participation when learning in group, this was shown by selfish students behavior, lack of good communication among students, not open in attitude, not wanting to admit other’s existence, not respecting and believing in other students. This behavior among students was one indicator of weak students social capital. The learning method used was still the traditional method without behavior development and skill which should be given to students and development and modification from every activity and learning method. Because of this, cooperative learning model NHT type was implemented in learning IPS. In cycle I and II, there were changes although in a small mark and still in “enough” category, this was caused by students’ discomfort in their group where there were lack of cooperation and interaction in group. In cycle III, it was already in “good” category. This improvement was significant enough from the previous cycle. This was caused by the change of students group based on the analysis and reflection result in cycle II. In cycle IV, there was significant improvement in “good” category. The results obtained are: First, By implementing cooperative learning model NHT type as the effort to improve students’ social capital had been successfully done. Second, significant students social capital improvement. This was seen by four social capital indicators which almost reached “good” category in all aspects. Thus, there is influence from cooperative learning model NHT type in learning IPS as the development and improvement of students social capital. Recommendation in this research is that teacher could try using cooperative learning model NHT type in other learning materials by developing more behavior and students character.


(7)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(8)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Penjelasan Istilah ... 9

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Model Cooperative Learning ... 12

1. Definisi Cooperative Learning ... 12

2. Tujuan Cooperative Learning ... 13

3. Karakteristik Cooperative Learning ... 14

4. Manfaat Cooperative Learning ... 16

5. Unsur-unsur Penting dalam Cooperative Learning ... 17


(9)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Tinjauan Tentang Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together ... 18 1. Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together ... 18


(10)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe Numeberd Heads

Together ... 19

Pengelolaan Kelas Model Cooperative Learning Tipe Numeberd Heads Together ... 20

Manfaat Cooperative Learning Tipe Numeberd Heads Together ... 20

Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe Numeberd Heads Together ... 21

C. Tinjauan Tentang Social Capital ... 22

1. Definisi Modal Sosial (Social Capital) ... 22

2. Definisi Pembelajaran IPS ... 31

3. Tujuan IPS ... 33

4. Karakteristik IPS ... 34

5. Penerapan Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together untuk mengembangkan Social Capital Siswa pada Pembelajaran IPS .... ... 35

6. Penelitian Terdahulu ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

Lokasi Penelitian ... 39

Waktu Penelitian ... 39

B. Subjek Penelitian ... 40

C. Metode Penelitian ... 40

1. Penelitian Tindakan Kelas ... 41

D. Desain Penelitian ... 43

E. Prosedur Penelitian... 46

1. Tahapan Perencanaan Tindakan Penelitian ... 46

2. Tahapan Pelaksanaan Tindakan Penelitian ... 49


(11)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(12)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Instrumen Penelitian ... 51

1. Pedoman Observasi ... 52

2. Pedoman Wawancara ... 52

3. Catatan Lapangan ... 53

G. Teknik Pengumpulan Data ... 53

1. Observasi ... 53

2. Catatan Lapangan ... 53

3. Wawancara ... 54

4. Studi Dokumentasi ... 54

H. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 54

1. Teknik Pengolahan Data ... 54

2. Analisis Data ... 55

I. Uji Validasi Data dan Interpretasi ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umun Lokasi Penelitian ... 61

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 65

C. Langkah-langkah Perencanaan Pelaksanaan Penelitian ... 67

D. Deskripsi Silabus dan RPP ... 69

E. Deskripsi Pelaksanaa Tindakan ... 70

1. Siklus Pertama ... 70

2. Siklus Kedua ... 111

3. Siklus Ketiga ... 149

4. Siklus Keempat ... 181

F. Analisis Hasil Pembelajaran IPS Melalui Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together untuk Mengembangkan Social Capital Siswa .. ... 213

1. Perencanaan yang Dilakukan dalam Menerapkan model cooperative Learning Tipe NHT untuk Mengembangkan Social Capital Siswa dalam Pembelajaran IPS di Kelas VII-D ... 213


(13)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pelaksanaan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together untuk Mengembangkan Social Capital dalam Pembelajaran

IPS ... 217

3. Peningkatan Social Capital Siswa setelah diterapkannya Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together dalam Pembelajaran IPS ... 218

4. Kendala dan Solusi dalam Penerapan model Cooperative Learning Tipe NHT untuk Mengembangkan Social Capital Siswa ... 220

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 222

B. Saran ... 224

DAFTAR PUSTAKA ... xviii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xx

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... xxi


(14)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi Rentang Skor ... 57 Tabel 4.1 Jumlah Siswa SMP Negeri 45 Bandung ... 63 Tabel 4.2 Daftar Nama Kelompok Pada Siklus Pertama ... 74 Tabel 4.3 Hasil Observasi Kegiatan Guru Pada Siklus Pertama Menurut Observer

1 dan 2 ... 77 Tabel 4.4 Hasil Observasi dalam Melihat Social Capital Siswa pada Siklus

Pertama ... 81 Tabel 4.5 Data Angket Siswa “Pernyataan Positif” pada Siklus Pertama

Peningkatan Pembelajaran IPS ... 84 Tabel 4.6 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Pertama

Peningkatan Pembelajaran IPS melalui Model Pembelajaran NHT . 85 Tabel 4.7 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Pertama

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Networkimg ... 87 Tabel 4.8 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Pertama

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Resiprocity ... 91 Tabel 4.9 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Pertama

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Norms ... 93 Tabel 4.10 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Pertama

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Trust ... 94 Tabel 4.11 Data Angket Siswa “Pernyataan Negatif” pada Siklus Pertama

Peningkatan Social Capital dalam Pembelajaran IPS ... 97 Tabel 4.12 Nilai Proses Kelompok Pada Saat Diskusi Kelompok dan Diskusi

Kelas Siklus Pertama ... 99 Tabel 4.13 Nilai Individu Pada Saat Diskusi Kelompok dan Diskusi Kelas Siklus

Pertama ... 101 Tabel 4.14 Rubrik Penilaian Social Capital Siswa ... 107


(15)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(16)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS


(17)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.16 Hasil Observasi Kegiatan Guru Pada Siklus Kedua Menurut Observer 1 dan 2 ... 118 Tabel 4.17 Hasil Observasi dalam Melihat Social Capital Siswa pada Siklus

Kedua ... 122 Tabel 4.18 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Kedua

Peningkatan Pembelajaran IPS ... 125 Tabel 4.19 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Kedua

Peningkatan Pembelajaran IPS melalui Model Pembelajaran NHT ... 126

Tabel 4.20 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Kedua

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Networkimg... 129 Tabel 4.21 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Kedua

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Resiprocity ... 132 Tabel 4.22 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Kedua

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Norms ... 134 Tabel 4.23 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Kedua

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Trust ... 135 Tabel 4.24 Data Angket Siswa “Pernyataan Negatif” pada Siklus Kedua

Peningkatan Social Capital dalam Pembelajaran IPS ... 138 Tabel 4.25 Nilai Proses Kelompok Pada Saat Diskusi Kelompok dan Diskusi

Kelas Siklus Kedua ... 140 Tabel 4.26 Nilai Individu Pada Saat Diskusi Kelompok dan Diskusi Kelas Siklus

Kedua ... 142 Tabel 4.27 Daftar Nama Kelompok Pada Siklus Ketiga ... 152 Tabel 4.28 Hasil Observasi Kegiatan Guru Pada Siklus Ketiga Menurut Observer

1 dan 2 ... 155 Tabel 4.29 Hasil Observasi dalam Melihat Social Capital Siswa pada Siklus Ketiga ... 158


(18)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.30 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Ketiga Peningkatan Pembelajaran IPS ... 161

Tabel 4.31 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Ketiga Peningkatan Pembelajaran IPS ... 163 Tabel 4.32 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Ketiga

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Networkimg ... 164 Tabel 4.33 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Ketiga

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Resiprocity ... 166 Tabel 4.34 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Ketiga

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Norms ... 167 Tabel 4.35 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Ketiga

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Trust ... 168 Tabel 4.36 Data Angket Siswa “Pernyataan Negatif” pada Siklus Ketiga

Peningkatan Social Capital dalam Pembelajaran IPS ... 170 Tabel 4.37 Nilai Proses Kelompok Pada Saat Diskusi Kelompok dan Diskusi

Kelas Siklus Ketiga ... 174 Tabel 4.38 Nilai Individu Pada Saat Diskusi Kelompok dan Diskusi Kelas Siklus

Ketiga ... 175 Tabel 4.39 Daftar Nama Kelompok Pada Siklus Keempat ... 184 Tabel 4.40 Hasil Observasi Kegiatan Guru Pada Siklus Keempat Menurut

Observer 1 dan 2 ... 186 Tabel 4.41 Hasil Observasi dalam Melihat Social Capital Siswa pada Siklus

Keempat ... 189 Tabel 4.42 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Keempat

Peningkatan Pembelajaran IPS ... 192 Tabel 4.43 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Keempat


(19)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.44 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Keempat

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Networking ... 196 Tabel 4.45 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Keempat

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Resiprocity ... 197 Tabel 4.46 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Keempat

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Norms ... 199 Tabel 4.47 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Keempat

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Trust ... 200 Tabel 4.48 Data Angket Siswa “Pernyataan Negatif” pada Siklus Keempat

Peningkatan Social Capital dalam Pembelajaran IPS ... 201 Tabel 4.49 Nilai Proses Kelompok Pada Saat Diskusi Kelompok dan Diskusi

Kelas Siklus Keempat ... 205 Tabel 4.50 Nilai Individu Pada Saat Diskusi Kelompok dan Diskusi Kelas Siklus

Keempat ... 206 Tabel 4.51 Hasil Observasi Penerapan Model Cooperative Learning Tipe NHT

dalam Aspek Social Capital Siswa pada Setiap Siklusnya ... ... 220


(20)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS


(21)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta SMPN 45 Bandung ... 38 Gambar 3.2 Desain Model PTK Menurut Kemmis dan Taggart ... 44 Gambar 4.1 Denah Lokasi SMPN 45 Bandung ... 62 Gambar 4.2 Denah dan Posisi Duduk Siswa dengan Menggunakan Model Meja


(22)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS


(23)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS


(24)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR DIAGRAM


(25)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Hasil Presentase Observasi Guru Pada Siklus Pertama ... 79 Grafik 4.2 Hasil Presentase Observasi Siswa Pada Siklus Pertama ... 82 Grafik 4.3 Hasil Presentase Angket Siswa Pada Siklus Pertama ... 98 Grafik 4.4 Hasil Observasi Aktifitas Social Capital Siswa Dalam Kelompok Pada

Siklus Pertama ... 106 Grafik 4.5 Hasil Presentase Observasi Guru Pada Siklus Kedua ... 120 Grafik 4.6 Hasil Presentase Observasi Siswa Pada Siklus Kedua ... 123 Grafik 4.7 Hasil Presentase Angket Siswa Pada Siklus Kedua ... 139 Grafik 4.8 Hasil Observasi Aktifitas Social Capital Siswa Dalam Kleompok Pada

Siklus Kedua ... 147 Grafik 4.9 Hasil Presentase Observasi Guru Pada Siklus Ketiga ... 156 Grafik 4.10 Hasil Presentase Observasi Siswa Pada Siklus Ketiga ... 159 Grafik 4.11 Hasil Presentase Angket Siswa Pada Siklus Ketiga ... 173 Grafik 4.12 Hasil Observasi Aktifitas Social Capital Siswa Dalam Kleompok

Pada Siklus Ketiga ... 180 Grafik 4.13 Hasil Presentase Observasi Guru Pada Siklus Keempat ... 187 Grafik 4.14 Hasil Presentase Observasi Siswa Pada Siklus Keempat ... 190 Grafik 4.15 Hasil Presentase Angket Siswa Pada Siklus Keempat ... 204 Grafik 4.16 Hasil Observasi Aktifitas Social Capital Siswa Dalam Kleompok


(26)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Penelitian ini dilatarbelakangi dari permasalahan siswa yang ada dilapangan yang peneliti amati yaitu di SMP Negeri 45 Bandung, khususnya di kelas VII-D bahwa pada dasarnya proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dikelas tersebut sudah memiliki potensi yang bagus. Adanya interaksi sosial yang dimana kepentingan individual yang lebih dominan dan menguat dimana siswa lebih mementingkan keinginannya untuk mengerjakan tugas secara indiviual didalam diskusi dan kerja kelompok. Siswa merasa tidak mempercayai teman dalam akelompoknya untuk mengerjakan tugas kelompok dikarenakan adanya kekhawatiran tugas tersebut salah apabila dikerjakan oleh temannya. Diantara siswapun tidak ada yang mau saling membantu dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Siswa cenderung tidak ingin bergabung dalam kelompoknya saat pengerjaan tugas padahal sudah jelas instruksi yang diberikan oleh guru tugas tersebut dikerjakan secara berkelompok. Dari hal ini terlihat interaksi yang kurang baik, walaupun dalam proses pembelajarannya sudah baik. Siswa menganggap pembelajaran IPS dikelas masih dalam konteks pemahaman teori, konsep dan mengahafal saja, dan masih menggunakan model pembelajaran tradisional tanpa adanya pengembangan sikap dan keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa itu sendiri serta pengembangan dan modifikasi dari setiap kegiatan dan model pembelajaran. Masalah pembelajaran IPS ini diantaranya proses yang tidak berjalan lancar, kurangnya motivasi siswa saat belajar, siswa terkadang masih sulit untuk diajak bergabung, untuk disatukan dalam sebuah kelompok pun masih mengalami kesulitan. Hal ini ditandai dengan sikap siswa yang hanya mau menang sendiri, kurangnya komunikasi yang baik diantara siswa, tidak terbuka,


(27)

2

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kurang mengakui adanya siswa lain, kurang menghargai dan percaya pada siswa lain. Adanya sikap ini di antara siswa tersebut merupakan salah satu indikator masih lemahnya atau kurangnya modal sosial (social capital) siswa. Dengan adanya social capital dalam suatu kelompok dapat mempengaruhi penampilan semua siswa yang ada didalam kelompok tersebut. Adanya social capital dengan menghargai antara siswanya dan menggunakan aktifitas kelas yang mendorong siswa untuk berinteraksi secara kolaboratif. Sebagai makhluk sosial, setiap siswa seharusnya memiliki social capital, tentu dengan derajat modal sosial yang berbeda antara pseserta didik yang satu dengan siswa yang lainnya. Ibrahim (Badaruddin. 2008, hlm. 9) menyebutkan bahwa:

„hakikat modal sosial adalah hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan sehari-hari warga masyarakat, di mana hubungan sosial mencerminkan hasil interaksi sosial dalam waktu yang relatif lama sehingga menghasilkan jaringan, pola kerjasama, pertukaran sosial, saling percaya, termasuk norma dan nilai yang mendasari hubungan sosial tersebut‟.

Pola hubungan sosial inilah yang mendasari kegiatan bersama atau kegiatan kolektif antar warga (siswa). Masyarakat (siswa) tersebut mampu mengatasi masalah mereka secara bersama-sama (partisipasi aktif). social capital menunjukan jaringan, norma, kepercayaan dan timbal balik yang berpotensi pada produktivitas masyarakat (siswa). social capital tidak akan habis jika dipergunakan, melainkan semakin meningkat. Dengan social capital juga menujukkan pada kemampuan orang untuk berasosiasi dengan orang lain. Kegiatan bersama (kolektif) antar warga masyarakat dapat terbangun bila terpenuhi ketersediaan elemen-elemen modal sosial. Elemen-elemen pokok modal sosial tersebut antara lain adalah:

1) hubungan saling percaya (trust) 2) Interaksi atau jejaring (networking) 3) norma (norms)


(28)

3

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari hal tersebut, social capital yang akan dikembangkan yaitu kepercayaan (truts), norma dan nilai yang diyakini bersama (Value system), jejaring (networking) dan pertukaran timbal balik atau keseimbangan (resiprocity) yang harus dimiliki oleh siswa. Setiap siswa pasti mempunyai social capital yang tingkatannya berbeda-beda tergantung dari individu siswa itu sendiri. Dimana dalam social capital ini merupakan suatu komitmen dari setiap individu untuk dapat saling terbuka, saling percaya, saling melakukan jejaring interaksi, adanya suatu norma dan nilai yang diyakini bersama dan adanya pertukaran timbal balik serta memberikan keleluasaan bagi setiap siswa untuk berperan sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing dan dapat mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi. Sebagaimana interaksi sosial pada umumnya yang hampir selalu melibatkan social capital pada kehidupannya. Putnam (Mariana dalam Aris. 2009, hlm. 44) menyatakan bahwa:

modal sosial mengacu pada esensi dari organisasi sosial seperti trust, norma dan jaringan sosial yang memungkinkan pelaksanaan kegiatan lebih terkoordinasi, dan anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan bekerjasama secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan bersama, dan mempengaruhi produktifitas secara individual maupun berkelompok‟. Menurut fukuyama (Suharto. 2006, hlm. 2) modal sosial adalah kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan dalam sebuah komunitas. Modal sosial dapat diartikan sebagai sumber (resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas. Namun demikian, pengukuran modal sosial jarang melibatkan pengukuran terhadap interaksi itu sendiri. Melainkan, hasil dari interaksi tersebut, seperti terciptanya atau terpeliharanya kepercayaan antar warga masyarakat. Sebuah interaksi dapat terjadi dalam skala individual maupun institusional. Secara individual, interaksi terjadi manakala relasi intim antara individu terbentuk satu sama lain yang kemudian melahirkan ikatan emosiaonal.

“Interaksi terjadi karena berbagai alasan, orang-orang berinteraksi, berkomunikasi dan kemudian menjalin kerjasama pada dasarnya dipengaruhi oleh keinginan untuk berbagi cara mencapai tujuan bersama


(29)

4

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang tidak jarang berbeda dengan tujuan dirinya sendiri secara pribadi”

(Suharto. 2006, hlm. 3).

Keadaan tersebut dapat terjadi pada suatu kondisi dimana terdapat interaksi yang didalamnya berlangsung lama dan dari interaksi tersebut juga dapat menciptakan atau mengembangkan social capital. Dalam interaksi tersebut ikatan-ikatan emosional yang dijalin guna menumbuhkan kepercayaan dan keamanan yang tercipta dari adanya interaksi yang terjadi relatif lama.

Pembelajaran IPS yang diharapkan dengan memaknai hubungan diantara guru dan siswa, dimana siswa yang satu dengan siswa yang lainnya untuk memberikan peluang agar dapat mengoptimalkan hasil belajarnya. Kegiatan ini dilakukan secara sinergis antara kelompok yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang beragam dimana peran individu didalam kelompok dapat terlihat sesuai dengan potensi dan kemampuan siswa yang dikembangkan secara optimal. Sesuai dengan tujuan utama IPS adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat secara umum.

Munculnya sikap yang ditunjukkan siswa tersebut terhadap pembelajaran IPS bukan dikarenakan dari kesalahan siswa itu sendiri. Keberhasilan suatu sistem pembelajaran, guru merupakan komponen yang menetukan. Adanya kesenjangan dengan yang diharapkan dilapangan tersebut harus ditemukan alternatif dan solusinya. Dalam hal ini guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa.

Dalam pembelajaran guru bisa berperan sebagai perencana (planer) atau desainer (designer) pembelajaran, sebagai implementator dan atau mungkin keduanya. Dalam melaksanakan perannya sebagai implementator rencana dan desain pembelajaran guru bukanlah hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya akan tetapijuga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning)” (sanjaya, 2008. hlm. 15).


(30)

5

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kegiatan belajar yang sudah dirancang tersebut hanya bisa berhasil jika siswa belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Dalam praktek pembelajarannya harus senantiasa memperhatikan konteks yang berkembang. Dimana dalam pembelajaran IPS yang didalamnya berangkat dari fenomena keseharian, dan tidak bisa dilepaskan dari dinamika perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah, dinamika dan perubahan tersebut memiliki kekhasan sesuai dengan lingkungan masyarakat berada. Oleh karenanya, pembelajaran IPS bagi siswa menjadi keniscayaan untuk selalu dihubungkan dengan konteksnya, sehingga apa yang diperoleh siswa tidak hanya berada dalam wilayah kognisi, melainkan sampai kepada tataran dunia nyata yang ia jalani sehari-hari. Apa yang siswa dapatkan di sekolah merupakan apa yang ia jalani dan butuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak demikian, maka apa yang diperolehnya di sekolah hanya akan menjadi barang kadaluarsa yang tidak bernilai guna.

Berdasarkan hal di atas, dalam menciptakan suasana kelas yang ideal guru perlu melakukan suatu inovasi untuk peningkatan kualitas proses belajar mengajar dalam pembelajaran IPS melaui kelompok-kelompok kecil siswa yang didalamnya dapat saling mengembangkan modal sosial dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan bersama. Salah satunya ialah dengan memberikan model pembelajaran yang mampu mengembangkan modal sosial (social capital) siswa dalam proses belajar mengajar dan dapat membantu peran serta seluruh siswa yaitu dengan model pembelajaran cooperative learning tipe numbered heads together yang berorientasi pada keterlibatan siswa yang dapat menarik motivasi siswa dalam belajar aktif adalah menerapkan model cooperative learning tipe humbered heads together. Model ini adalah salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembelajaran numbered heads together adalah pembelajaran yang menuntut keseriusan siswa dalam belajar dan siswa juga dapat bekerjasama dalam berkelompok memecahkan suatu permasalahan yang berbentuk soal dalam pembelajaran.


(31)

6

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil penilaian social capital yang telah dilakukan pada observasi awal dapat dilihat hampir semua siswa belum bisa mengembangkan social capital mereka dalam lingkup sosial dan berinteraksi secara baik dan aktif dikelompok maupun diluar kelompok. Siswa hanya bisa menerapkan social capital mereka dalam lingkup internal saja, artinya siswa hanya bisa berinteraksi dengan teman atau rekan yang dekat dengan mereka. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa siswa sangat kurang dalam social capitalnya terutama dalam pembelajaran IPS.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti perlu mengatasi dan memperbaiki permasalahan tersebut dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Melalui penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat mengembangkan modal sosial (social capital) siswa di kelas VII-D SMPN 45 Bandung dalam belajar terutama pembelajaran IPS. Untuk mengembangkan social capital siswa tersebut dapat peneliti laksanakan melalui model cooperative learning tipe numbered heads together. Dari harapan dan kenyataan diatas peneliti ingin mencoba membahas dan meneliti permasalahan tersebut melalui judul Pengembangan Social Capital Siswa Melalui Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together Dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah dan gambaran umum mengenai social capital di kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung, maka ditemukan masalah yang sangat mendasar yang berkaiatan dengan model pembelajaran. Adapun permasalahannya adalah kurangnya social capita), khususnya kepercayaan dalam suatu kelompok siswa, nilai dan norma yang ada, jaringan sosial siswa dalam suatu kelompok dan model pembelajaran yang kurang bervariasi.


(32)

7

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan mengacu pada permasalahan diatas, maka perlu adanya pengembangan modal sosial dan model dalam pembalajaran IPS. Dari masalah diatas muncullah rumusan permasalahan, yaitu:

a. Bagaimana perencanaan guru IPS dalam mempersiapkan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS untuk mengembangkan social capital siswa kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung ?

b. Bagaimana pelaksanaan guru IPS dalam mempersiapkan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS untuk mengembangkan social capital siswa kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung ?

c. Bagaimana pengingkatan hasil-hasil dari model cooperative learning tipe numbered heads together dalam mengembangkan social capital pada siswa kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung?

d. Bagaimana solusi dalam mengahadapi kesulitan selama menerapkan model cooperative learning tipe numbered heads together untuk mengembangkan social capital siswa dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung?

C.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan social capital siswa melalui penerapan model pembelajaran numbered heads together dalam pembelajaran IPS. Dengan mendasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Untuk memperoleh gambaran mengenai rancangan guru dalam mengembangkan social capital melalui penggunaan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung.


(33)

8

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan guru dalam mengembangkan social capital melalui penggunaan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung.

3. Untuk memperoleh informasi bagaimana perkembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

4. Untuk mengetahui bagaimana kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam mengembangkan social capital serta solusi untuk mengatasi kendala tersebut dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung.

D.Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan penelitian ini yang terbagi menjadi 2, antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk memperkaya keilmuan serta sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya

b. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai salah satu sumber belajar bagi guru.

2. Manfaat Praktis

Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai perbaikan dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan social capital siswa melalui model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS pada jenjang SMP, selain itu manfaat lainnya di peruntuk sebagai berikut:

a. Bagi siswa


(34)

9

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Meningkatkan aktivitas belajar siswa dikelas pada pembelajaran IPS 3) Menghilangkan rasa jenuh

4) Dapat meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman sebaya

5) Mengembangkan social capital siswa b. Bagi guru

1) Dapat dijadikan inspirasi PTK khususnya yang berhubungan dengan penggunaan model cooperative learning tipe numbered heads together

2) Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya.

3) Mengembangkan dan meningkatkan profesinya sebagai guru profesional dalam meningkatkan pembelajaran IPS dengan penggunaan model cooperative learning tipe numbered heads together

4) Meningkatkan kualitas pembelajaran IPS dengan penggunaan model cooperative learning tipe numbered heads together

5) Memberikan kesempatan kepada guru untuk mengadakan pengkajian secara bertahap terhadap kegiatan pembelajaran IPS yang dilakukannya sehingga tercipta perbaikan yang berkesinambungan. 6) Memperbaiki dan meningkatkan kondisi belajar serta kualitas

pembelajaran IPS.

7) Mempermudah proses pembelajaran melalui penggunaan model cooperative learning tipe numbered heads together

8) Mengembangkan kemampuan dan pengetahuan guru mengenai model cooperative learning tipe numbered heads together dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar


(35)

10

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran Mata Pelajaran IPS 2) Memberikan masukan dan sumbangan yang positif terhadap kemajuan

sekolah d. Bagi peneliti

1) Meningkatkan profesionalisme peneliti sebagai calon guru dalam melaksanakan proses pembelajaran IPS di kelas.

2) Dapat menambah wawasan serta pengalaman dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas, khususnya yang berhubungan dengan pembelajaran IPS melalui penggunaan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam mengembangkan social capital 3) Dapat memberikan solusi untuk mengatasi kendala dalam

pembelajaran IPS

4) Memberikan manfaat dalam memperbaiki sistem pembelajaran IPS

E.Penjelasan Istilah

Untuk menghindari salah penafsiran dalam pokok permasalahan yang telah diteliti, berikut ini akan dijelaskan istilah-istilah yang perlu diketahui kejelasannya, sebagai berikut :

Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul “Pengembangan Social Capital Siswa Melalui Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together Dalam Pembelajaran IPS”.

Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, maka berikut ini pemaparan tentang definisi operasional yang akan menjelaskan secara rinci mengenai variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Membangun Modal sosial (social capital)

Membangun Modal sosial (social capital) keterpercayaan (trust) merupakan hubungan sosial yang dibangun atas dasar rasa percaya dan rasa memiliki bersama. Hal ini hanya dapat dibangun ketika tiap individu belajar dan mau mempercayai individu lain sehingga individu tersebut mau membuat komitmen


(36)

11

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dapat dipertanggungjawabkan. Hubungan sosial akan terbangun juga jika ada trust dan trust merupakan bentuk modal sosial yang paling penting yang harus dibangun sebagai landasan dalam membina kemitraan. Tanpa Trust unsur-unsur modal sosial lainnya seperti jaringan sosial, norma sosial, nilai, resiprocity tidak akan bisa dibangun dan dikembangkan.

2. Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Depdiknas, (2003:5) dalam kokom komalasari 2011:62). Penerapan model belajar mengajar cooperative learning dilakukan agar siswa dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada oranglain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok, mampu berinteraksi, bekerjasama, dan saling percaya dengan siswa lainnya.

3. Numbered Heads Together

Numbered heads together merupakan model atau tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Serta dapat mendorong siswa dalam meningkatkan kerjasama dan kekompakan didalam tim atau kelompoknya.


(37)

12

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F.Struktur Organisasi Skripsi

Bab Satu, yaitu pendahuluan. Bab I merupakan bagian awal dari penulisan, dalam bab ini terbagi-bagi dlam beberapa sub bab seperti: latar belakang masalah yang berisikan mengenai mengapa masalah yang diteliti itu timbul dan apa yang menjadi alasan peneliti mengangkat masalah tersebut yaitu permasalahan dikelas VII-D dimana interksinya kurang baik dan cenderung indiviudal. Selain latar belakang masalah, dalam penulisan ini terdapat pula rumusan masalah dan pertanyaan penelitian. Hal ini dibuat agar penelitian menjadi lebih terfokus. Sub bab selanjutnya adalah tujuan penelitian, tujuannya adalah untuk menyajikan hal yang ingin dicapai setelah melaksanakan penelitian sub bab yang berikutnya adalah manfaat penelitian, dalam sub bab ini penulis menuliskan manfaat dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, dan struktur organisasi skripsi.

Bab Dua, merupakan kajian pustaka yang meliputi pembahasan dari judul penelitian berdasarkan rujukan dari teori-teori yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian dan penelitian terdahulu. Dipaparkan mengenai social capital, model cooperative learning tipe NHT dan pembelajaran IPS.

Bab Tiga, merupakan metode penelitian yang meliputi langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitiannya. Dalam bab ini berisi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, prosedur penelitian, instrumen, serta teknik-teknik yang digunakan dalam pengolahan data.

Bab Empat, merupakan pembahasan masalah dan analisis data berdasarkan hasil penelitian dari keseluruhan instrumen penelitian serta keseluruhan tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti yang merupakan jawaban dari pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah.

Bab Lima, merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan hasil yang telah dilakukan dan saran-saran atau rekomendasi bagi pihak-pihak terkait dan bagi pengembangan penelitian selanjutnya. Kesimpulan menguraikan sintesis dan interpretasi dari hasil penenlitian dan pembahasan, sedangkan saran berupa kekurangan-kekurangan yang diperoleh.


(38)

13

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS


(39)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan pada siswa di kelas VII-D SMPN 45 Bandung. SMPN 45 Bandung berlokasi di Jalan Yogyakarta No.1 Telp. 7277721 Antapani Bandung, Kota Bandung dan propinsi Jawa Barat. Berdiri diatas tanah dengan status hak milik dengan luas tanah 4,318 m². Sekolah ini letaknya masuk didalam suatu komplek perumahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat denah lokasi SMP Negeri 45 Bandung pada gambar 3.1.

Gambar 3.1

Peta SMPN 45 Bandung

Lokasi penelitian ini dipilih sebagai pelaksanaan penelitian dikarenakan adanya suatu permasalahan dalam proses pembelajaran IPS dimana kurangnya dan perlunya mengembangkan social capital dalam diri siswa yang harus dicarikan solusinya serta layak untuk diteliti.


(40)

39

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun pemilihan lokasi penelitian ditetapkan dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Adanya permasalahan yang dalam melaksanakan pembelajaran IPS dimana kurangnya social capital yang dimiliki oleh siswa dikelas VII-D sehingga perlu dikembangkan.

b. Metode yang digunakan masih tradisional sehingga perlunya menerapkan dan memodifikasi metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas VII-D.

c. Peneliti berkeinginan untuk mengembangkan social capital siswa melalui metode dan model pembelajaran yang berbeda dan belum pernah digunakan atau diterapkan dikelas VII-D.

d. Tempat penelitian yang dibarengkan dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL).

Sejak dimulainya kegiatan belajar hanya terdapat enam kelas, satu lab bahasa, ruang piket, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, dan toilet. Seiring berjalannya waktu, sampai tahun 2013 menambah 18 lokal bangunan. Sampai saat ini mempunyai 18 kelas. Kegiatan berlangsung bua sesi, yaitu sekolah pagi dan sekolah siang, kelas IX dan setengah kelas VIII sekolah pagi dan kelas VII dan setengah kelas VIII sekolah siang.

Tenaga pengajar di SMPN 45 Bandung ini terdiri dari guru tetap dan guu honorer. Selama PPL berlangsung beberapa mata pelajaran pengajarnya adalah mahasiswa yang melaksanakan praktik. Untuk pertama kalinya sekolah hanya dapat menampung siswa sebanyak enam kelas. Namun saat ini jumlah siswa dari kelas VII, VIII, IX kurang lebih berjumlah 1213 siswa, terdiri dari 633 siswa putri dan 580 siswa putra yang tersebar di kelas VII, VIII, IX. Kelas VII berjumlah 390 siswa, kelas VIII berjumlah 426 siswa, dan kelas IX berjumlah 397 siswa.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini diperkirakan dilakukan selama 4 (empat) bulan, dimulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2014. Didalam waktu penelitian ini


(41)

40

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terdapat jadwal penelitian yang mencantumkan tindakan atau hal-hal yang dilakukan selama proses penelitian berlangsung, seperti persiapan, pembekalan dan perencanaan yang didalamnya terdiri dari observasi awal, penentuan tema dan penyusunan proposal, seminar proposal, revisi dan bimbingan proposal, perizinan untuk penelitian. Tahap penelitian yang didalamnya terdiri dari penetapan instrumen, melakukan tindakan siklus 1 dan refleksi, tindakan siklus 2 dan refleksi, tindakan siklus 3 dan refleksi, serta tindakan siklus 4. Tahap yang terakhir yaitu penyusunan hasil penelitian, revisi dan bimbingan hasil penelitian, sampai pada persetujuan hasil penelitian.

B.Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu guru mata pelajaran IPS dan siswa kelas VII-D SMPN 45 Bandung tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Siswa kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung dipilih sebagai subjek dalam penelitian ini dikarenakan peniliti menemukan permasalahan-permaslahan yang ada pada siswa-siswi dalam pengembangan social capital serta aktivitas siswa di dalam kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

C.Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan peneliti adalah metode penelitian tindakan kelas. PTK merupakan ragam kegiatan penelitian tindakan yang tergolong dalam penelitian kualitatif. Kajian utama penelitian kualitatif adalah fenomena atau kejadian yang berlansung dalam situasi sosial tertentu. Peneliti harus terjun langsung ke lapangan (lokasi) untuk membaca, memahami, dan mempelajari situasi yang menjadi fokus penelitian (Arifin. 2009, hlm. 141).

Peneliti memilih metode penelitian tindakan kelas karena peneliti beranggapan bahwa perlu adanya perbaikan tindakan pada permasalahan


(42)

41

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini. Yaitu memperbaiki praktek-praktek pembelajaran yang dinilai kurang sesuai dengan kebutuhan siswa dan tujuan pendidikan nasional.

Menurut Bogdan dan Biklen (Sugiyono. 2012, hlm. 13) menyatakan bahwa:

„penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dalam artian penelitian dilakukan langsung ke sumber data, penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar sehingga tidak menekankan pada angka, penelitian kualitatif lebih menekenkan pada proses dari pada produk, penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif dan penelitian kualitatif ini lebih menekankan pada makna. Salah satu jenis penelitian kualitatif yaitu Penelitian Tindakan Kelas‟.

1. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas adalah ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran.

Menurut Rapoport (Wiraatmadja. 2012, hlm. 11) menyatakan bahwa: „Penelitian Tindakan Kelas adalah membantu seseorang untuk mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dalam membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama‟.

Sedangkan menurut Arikunto dkk (2010, hlm. 3) mengemukakan bahwa penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Dengan demikian penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai upaya untuk membantu seseorang dalam mengatasi persoalan yang muncul dan terjadi dalam kegiatan belajar di kelas guna meningkatkan pencapaian pembelajaran. Suharjono (Komalasari, 2012) mengatakan bahwa:

“penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerja sama dengan peneliti lainnya (atau dilakukan sendiri oleh guru yang bertindak sebagai peneliti) di kelas atau sekolah tempat dia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis. Penelitian tindakan kelas adalah salah satu jalan yang terbuka untuk pendidik yang ingin menambah ilmu pengetahuan, melaui praktek


(43)

42

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran di kelas dengan berbagai model yang akan mengaktifkan guru dan siswa, mencoba melakukan penelitian untuk secara reflektif melakukan kriktik terhadap kekurangan dan berusaha memperbaikinya agar pendidikan benar-benar menjadi bidang profesi”.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan menurut Hopskin (Wiriaatmadja. 2012, hlm. 11).

Disamping itu menurut Undang Gunawan (2009, hlm. 3) terdapat tujuan dari PTK selain untuk memecahkan permasalahan konkret di dalam kelas yang dialami langsung oleh guru dan siswa, juga untuk mendorong tumbuhnya budaya akademis dan meningkatkan profesionalisme guru. Dengan demikian merujuk pada pendapat diatas bahwa tujuan dari adanya PTK untuk memperbaiki praktek pembelajaran di kelas guna meningkatkan kualitas pembelajaran serta menumbuhkan budaya akademis bagi guru dan di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran. Jika budaya akademis guru meningkat maka akan ada kecenderungan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas PBM. Dengan tumbuhnya budaya akademis guru maka akan mendorong terhadap jabatan guru sebagai guru professional.

Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian tindakan yang mempunyai ciri khusus yaitu adanya tindakan yang nyata, tindakan yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan. Hal yang dipermasalahkan sesuai dengan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran di kelas sebgaimana tujuan akhir dari PTK adalah untuk menyempurnakan prose belajar mengajar, dan dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu. Didalam PTK adanya kolaborasi antara peneliti,guru,siswa,kepala sekolah, untuk tercapainya suatu permasalahan dalam penelitian. Pentingnya kerjasama ini untuk menggali suatu permasalahan yang dihadapi guru dan siswa di sekolah.


(44)

43

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Baik peneliti maupun guru dapat melihat langsung terhadap siswa dari berbagai aspek dalam proses pembelajaran setelah itu guru dapat menganalisis terhadap apa yang telah dilakukan di dalam kelas. Dalam hal ini dengan melakukan PTK, guru dapat memperbaiki praktik pembelajaran menjadi lebih efektif. Jika sekiranya terdapat teori yang tidak cocok untuk dilakukan di dalalm kelas, maka melalui PTK seorang guru dapat mengadopsi teori lain untuk meningkatkan belajar yang efektif, dan optimal. Pada intinya, PTK merupakan suatu akar permasalahan yang terjadi di dalam kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan. Guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik pembelajaran berdasarkan penelitian yang dilakukan. Dengan PTK harus menunjukan perubahan kearah perbaikan dan peningkatan secaar positif. Kriteria keberhasilan atas tindakan dapat berbentuk kualitatif dalam Arikunto et al. (2010, hlm. 102).

D. Desain Penelitian

Menurut Wiriaatmadja (2012, hlm. 64) Model-model penelitian tindakan kelas terdiri dari 5 model yaitu model Lewin yang ditafsirkan oleh Kemmis, revisi model Lewin menurut Elliott, model Spiral dari Kemmis dan Taggart (1988), model Ebbutt (Hopkins, 1993, hlm. 52), model Mc Kernan (dengan modifikasi dari Hopkins,1993, hlm. 53). Model Spiral dari Kemmis dan Taggart memberikan penjelasan bahwa langkah pertama dalam model ini peneliti melakukan rencana terlebih dahulu selanjutnya peneliti melakukan tindakan penelitian, melakukan observasi atau pengamatan, dan yang terakhir melakukan refleksi. Setelah refleksi di lakukan apabila dalam refleksi tersebut perlu adanya revisi maka kegiatan selanjutnya dilakukan rencana dari revisi yang terjadi kemudian pelaksanaan penelitian, observasi langsung dan yang terakhir adanya tindakan refleksi. Adapun model yang digunakan oleh peneliti untuk melengkapi proses penelitian ini adalah model spiral dari Kemmis dan Taggart (1988). Peneliti lebih memilih menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dari Kemmis dan Taggart


(45)

44

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

karena peneliti menerapkan model pembelajaran yang cenderung sederhana dalam pelaksanaan tindakannya. Selain hal tersebut, waktu pembelajaran IPS yang sedikit kurang memadai akan isi materi-materi IPS yang banyak serta evaluasi dapat dilakukan dalam setiap akhir tindakan. Sehingga peneliti memutuskan bahwa desain penelitian dengan model Kemmis dan Taggart ini merupakan desain yang pas untuk diterapkan dalam penelitian ini. Model tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:


(46)

45

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Reflect

CYCLE 1

Observe

Reflect

CYCLE 2

Observe

Reflect

CYCLE 3

Observe

Gambar 3.2

Desain Model PTK Menurut Kemmis dan Taggart (Wiraatmadja. 2006, hlm. 66)

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan desain model penelitian spiral Kemmis dan Mc. Taggart yang menyatakan bahwa :

Pelaksanaan tindakan mencakup empat langkah, yaitu : a. Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan.

Plan

Revised Plane

Revised Plane Action

Action


(47)

46

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Melaksanakan tindakan dan pengamatan/monitoring. c. Merefleksi hasil pengamatan.

d. Mengubah atau merevisi perencanaan untuk pengembangan selanjutnya. Setiap siklus berdasarkan model spiral di atas dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi, dan refleksi kemudian kembali melaksanakan perencanaan jika target yang diharapkan belum tercapai.

Gambar di atas terlihat jelas alur aktivitas dalam penelitian tindakan kelas yang diawali dengan:

a. Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Dalam tahap menyusun rancangan tindakan (planning) ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan kelas ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan kelas. Hal yang perlu diingat dalam tahap ini adalah bahwa pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar dan tidak di buat-buat.

c. Pengamatan (Observing)

Pada tahap ke-3 peneliti melakukan kegiatan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan yang sedang dilakukan. Kegiatan pengamatan dan pelaksanaan tindakan berlangsung dalam waktu yang sama. Oleh karena itu, baik guru maupun peneliti melalukan pengamatan balik terhadap apa yang terjadi


(48)

47

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ketika tindakan berlangsung. Peneliti juga dapat mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

d. Refleksi (Reflecting)

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain. catatan-catatan penting yang dibuat sebaiknya rinci sehingga siapa pun yang akan melaksanakan dalam kesempatan lain tidak akan menjumpai kesulitan.

Perencanaan tindakan merupakan kegiatan yang disusun sebelum penerapan pembelajaran IPS di kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung. Di dalamnya berisi bukti yang akan dijadikan indikator keberhasilan pemecahan masalah, tindakan-tindakan untuk memperbaiki program, metode dan alat yang digunakan, serta rencana metode dan teknik pengolahan data.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilaksanakan berbentuk siklus yang akan dilaksanakan dalam beberapa siklus. Setiap siklus terdiri dari satu pertemuan. Dalam penelitian ini, digunakan siklus model spiral dari Kemmis dan Mc. Tagggart. Hasil refleksi pada siklus pertama merupakan bahan pertimbangan untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya. Pelaksanaan setiap siklus pada pembelajaran IPS dengan mengembangkan social capital siswa dengan menerapkan metode Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(49)

48

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan data awal peneliti dari hasil observasi awal, maka peneliti menyusun rencana perbaikan terhadap kondisi awal yang dianggap kurang baik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPS. Tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki dan mengembangkan social capital siswa dalam pembelajaran IPS melalui modifikasi metode dan model pembelajaran secara bertahap untuk memecahkan kesulitan yang dialami oleh siswa. Dalam perencanaan ini mencakup:

a. Siklus I

1) Berdasarkan hasil wawancara tes observasi yang ada, maka disusun rencana tindakan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode cooperative learning tipe numbered heads together

2) Merancang tindakan dalam bentuk RPP, menentukan bahan dan media pengajaran dan menentukan metode atau model pembelajaran yang sesuai 3) Menyusun instrumen penelitian untuk digunakan dalam pelaksanaan

tindakan yaitu berupa format observasi kinerja guru, format penilaian aktivitas siswa, format penilaian model pembelajaran numbered heads together, format penilaian social capital siswa, format hasil belajar siswa, serta format wawancara dan catatan lapangan.

4) Memberikan informasi kepada guru dan kepala sekolah untuk bertindak sebagai mitra semua hal tentang tindakan yang dilakukan.

5) Menentukan dan mendesain alat evaluasi b. Siklus II

Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan siklus II adalah sebagai berikut :

1) Menyusun RPP

2) Menyiapkan media pembelajaran diantaranya power point dan topi bernomor


(50)

49

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Berkolaborasi dengan mitra untuk mempersiapkan skenario pembelajaran dengan menambahkan beberapa kegiatan atau pendukung dari hasil refleksi siklus I.

4) Mempersiapkan pelaksanaan refleksi siklus I dengan segala perubahan dan pengolahan lapangan dan peraturan permainan yang disederhanakan. 5) Menyusun skenario pembelajaran IPS dalam mengembangkan social

capital siswa.

6) Mempersiapkan lembar observasi yang baru serta instrument yang lain untuk penelitian tindakan siklus II.

c. Siklus III

Berikut langkah-langkan kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan siklus III adalah sebagai berikut :

1) Menyusun RPP

2) Menyiapkan media pembelajaran diantaranya diantaranya power point, topi bernomor, dan blok kertas kelompok.

3) Berkolaborasi dengan mitra mempersiapkan skenario pembelajaran dengan menambahkan beberapa kegiatan atau pendukung dari hasil refleksi siklus II.

4) Mempersiapkan pelaksanaan refleksi siklus II dengan segala perubahan dan pengolahan lapangan dan peraturan yang disederhanakan.

5) Menyusun skenario pembelajaran IPS dalam mengembangkan social capital siswa.

6) Mempersiapkan lembar observasi yang baru serta instrument yang lain untuk penelitian tindakan siklus III.

7) Membuat alat evaluasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman siswa dalam materi yang telah dipelajari dan perkembangan atau peningkatan social capital siswa.


(51)

50

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berikut langkah-langkan kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan siklus IV adalah sebagai berikut :

1) Menyusun RPP

2) Menyiapkan media pembelajaran diantaranya diantaranya power point, topi bernomor, dan blok kertas kelompok.

3) Berkolaborasi dengan mitra mempersiapkan skenario pembelajaran dengan menambahkan beberapa kegiatan atau pendukung dari hasil refleksi siklus III.

4) Mempersiapkan pelaksanaan refleksi siklus III dengan segala perubahan dan pengolahan lapangan dan peraturan yang disederhanakan.

5) Menyusun skenario pembelajaran IPS dalam mengembangkan social capital siswa.

6) Membuat alat evaluasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman siswa dalam materi yang telah dipelajari dan perkembangan atau peningkatan social capital siswa.

2. Tahapan Pelaksanaan Tindakan Penelitian

Pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran IPS dalam mengambangkan social capital siswa dengan penerapan metodl cooperative learning tipe numbered heads together. Apabila pada pelaksanaan siklus pertama, tujuan pembelajaran belum tercapai maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai target tercapai. Langkah-langkah pembelajaran dan tindakan yang mengacu pada perencanaan yang telah dibuat dan dilaksanakan sesuai dengan penelitian yang ada. Serta melakukan pengamatan terhadap proses yang sedang berlangsung mulai dari awal perencanaan sampai seluruh tindakan dilaksanakan. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagai upaya mengembangkan social capital siswa pada siklus I yaitu sebagai berikut:

a. Tahap Kegiatan Awal Pembelajaran (10 menit) 1) Memberikan dan mngucapkan salam


(1)

224

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

caiptal siswa di SMP Negeri 45 Bandung berada pada kategiri “baik”, hal ini terbukti dari peningkatan beberapa indikator social capital seperti trust, norms, networking, dan resiprocity yang signifikan dari tiap siklusnya. Dimana pelaksanaan pembelajaran dilakukan berdasarkan rencana awal dan rencana yang telah disusun oleh peneliti melalui bimbingan dengan guru mitra dan dosen pembimbing skripsi setiap akan melaksanakan siklusnya.

4. Kendala-kendala dalam proses peningkatan social capital siswa melalui pembelajaran IPS dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT di kelas VII-d SMPN 45 Bandung. Dalam penelitian ini ditemukan kendala-kendala dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Mereka belum terbiasa dengan pengelompokan siswa yang dibuat, dimana banyak sekali siswa dikelas ini yang mengeluhkan kelompoknya dan siswa ingin berpindah kelompok. Maka disini peneliti berusaha untuk meyakinkan siswa sebelum adanya perubahan kelompok yang pada akhirnya dirubah pada saat siklus ketiga sesuai dengan hasil analisis guru mitra dan peneliti pada siklus kedua. Kendala tersebut juga dapat diatasi dengan melakukan modifikasi model cooperative learning tipe NHT, jadi disini siswa tidak hanya berdiskusi dan presentasi saja, siswa menampilkan beberapa modifikasi NHT seperti memasukan model bermain peran dan tebak kata sehingga menjadikan siswa tidak terlalu jenuh dengan model pembelajaran yang diterapkan.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan penelitian dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT dalam pembelajaran IPS untuk mengembangkan dan meningkatkan social capital siswa, terdapat beberapa poin yang menjadi saran dari peneliti kepada berbagai pihak yang terkait dalam penelitian ini, diantaranya:


(2)

225

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Bagi pihak sekolah, peneliti berharap melalui penelitian yang dilakukan dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS khususnya di SMP Negeri 45 Kota Bandung. Selain itu pula, pembelajaran yang dilakukan di sekolah perlu memperhatikan proses pembelajaran itu sendiri bukan hanya melihat hasil dari pembelajaran yang dapat dicapai oleh siswa. Peneliti juga berharap pihak sekolah dapat memberikan dukungan, sarana dan prasarana yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan metode yang kreatif, inovatif dan kontekstual dengan menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran.

2. Bagi guru, dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap menjadi masukan pada guru-guru untuk melakukan variasi menggunakan model-model pembelajaran agar pembelajaran IPS di dalam kelas menjadi lebih bermakna dan menyenangkan. Karena peneliti menyadari bahwa guru bukan hanya sebagai sumber informasi, namun sebagai fasilitator, dan motivator bagi siswa di dalam proses pembelajaran. selain itu juga metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat lebih inovatif dan kreatif sesuai dengan kebutuhan siswa. Guru dapat mengembangkan berbagai metode dan model pembelajaran yang lebih baik lagi dan disenangi oleh siswa agar dapat lebih bersemangat dalam mempelajari mata pelajaran IPS.

3. Bagi siswa, dengan adanya penelitian mengenai penerapan model cooperative learning tipe NHT dalam pembelajaran IPS sebagai upaya peningkatan social capital siswa memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat mengembangkan sikap dan keterampilan siswa. Selain itu juga siswa diharapkan dapat mengikuti pembelajaran IPS dengan baik dengan tidak bermain-main selama pembelajaran. Siswa juga harus mampu berinteraksi dan membaur, berteman dan menjalin kepercayaan untuk kerjasama yang baik dengan siapapun dan dapat saling tolong menolong


(3)

226

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk membantu dalam hal apapun, terutama saat ada teman yang kurang memahmi materi atau tugas pada saat berkelompok dan jangan saling membiarkan hingga tugas yang diberikan guru tidak bisa diselesaikan tepat waktu sebagai timbal balik dari adanya interaksi tersebut. Siswa harus saling membantu dalam hal apapun, terutama pada saat berkelompok, jangan saling membiarkan hingga tugas yang diberikan guru tidak bisa diselesaikan tepat waktu.

4. Bagi Peneliti, penelitian ini menjadi inspirasi tersendiri, peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna, sehingga perlu adanya tindak lanjut dan penelitian selanjutnya mengenai penerapan model cooperative learning tipe NHT dalam pembelajaran IPS di SMP dalam upaya mengembangkan social capital siswa dapat dilakukan dengan lebih lanjut, dengan mempersiapkan tema yang berbeda dan segala sesuatunya dengan baik sebelum melakukan penelitian dengan tujuan semakin meningkatnya kualitas pembelajaran.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis kemukakan. Semoga pengalaman belajar yang siswa peroleh dapat memberikan manfaat terhadap pengembangan social capital siswa yang tertanam secara konsisten serta menjadi landasan kehidupan siswa sebagai makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan masyarakat melalui pembelajaran IPS.


(4)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Ahmadi, A., & N. U. (2003). Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cita.

Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Arikunto, Suharsimi, et al.(2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi

Aksara.

Huda, Miftahul. (2012). Cooperative Lerning (Metode, Teknik, Struktur, Dan Model Penerapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ibrahim, Muslimin,dkk. (20000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika UNESA.

Komalasari, Kokom. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Lie, Anita. (1998). Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indinesia.

Patilima, H. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. (2011). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sapriya, dkk. (2008). Konsep Dasar IPS. Bandung: Laboratorium PKN UPI. Sapriya.(2012). Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Solihatin, Etin, Raharjo. (2009). Cooperative Lerning (analisis model pembelajaran IPS). Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Sudjana, Nana. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif,dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.


(5)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suharsaputra, Uhar. (2012). Metode Penelitian. Bandung : Refika Aditama

Undang, Gunawan. (2009). Teknik Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Sayagatama.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas: untuk meningkatkan kinerja guru dan dosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumber Jurnal:

Atmoko, Tjipto, et al.(2008).Pemetaan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Penanggulangan Kemiskinan di Jawa Barat. Dalam Lembaga PenelitianUniversitas Padjajaran[Online], 208 halaman.. Tersedia: http://pemetaan_dan_pemanfaatan_modal_sosial.pdf [17 Desember 2013] Badaruddin.(2008). Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap

Masyarakat Melalui Pemanfaatan Potensi Modal Sosial: Alternatif Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Indonesia.Dalam Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara [Online], 31 halaman. Tersedia:http://ppgb_2008_badaruddin.pdf [17 Desember 2013]

Suharto, Edi. Modal Sosial dan Kebijakan Publik.[Online], 16 halaman. Tersedia:http://modal_sosial_dan_kebijakan_sosia.pdf [17 Desember 2013]

Supriono, Agus, et al. Modal Sosial, Definisi, Dimensi, dan Tipologi. [Online], 10 halaman. Tersedia:http://Modal Sosial, Definisi, Dimensi, dan Tipologi.pdf [17 Desember 2013]

Syahyuti. (2008). Peran Modal Sosial (Social Capital) dalam Perdagangan Hasil Pertanian.Dalam Forum Penelitian Argo Ekonomi[Online], Vol 26 No.1, 12 halaman.Tersedia: http;//FAE26-1c.pdf [17 Desember 2013]

Sumber Tesis:

Aris. (2009). Kontribusi Pesantren Dalam Membangun Modal Sosial. Tesis UPI. Tidak diterbitkan

Rosilawati, iyos. (2011). Pengaruh Persepsi Tentang Pembelajaran IPS Terhadap Modal Sosial Siswa SMP Di Kabupaten Subang. Tesis UPI. Tidak diterbitkan.


(6)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ningrum, Apriyanti. (2011). Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Sekolah Terhadap Pembentukan Modal Sosial. Tesis UPI. Tidak diterbitkan.

Sumber Skripsi:

Nurmayanti, Novi. (2010). Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar Siswa Pada Materi Persamaan Kedudukan Warga Negara. Skripsi. Tidak diterbitkan.

Sumber internet:

Aprian, Gumiardi. 2013. Resiprositas. [Online]. Tersedia: http://duniagumi.blogspot.com/2013/11/resiprositas.html?m=1 [14 Oktober 2014]

Hastowiyono, 2012. Kemandirian, Keberlangsungan Hidup dan Pembaruan Desa.

[Online].Tersedia:http://apmd.ac.id/2012/03/27/kemandirian-keberlangsungan-hidup-dan-pembaruan-des/ [14 Oktober 2014]

Yonanda, Martha. 2012. Model Pembelajaran Number Heads Together. [Online]. Tersedia: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2276089-model-pembelajaran-numbered-head/#ixzz29oQDLQgy [12 Februari 2014]

Aprian, Gumiardi. 2013. Resiprositas. [Online]. Tersedia: http://duniagumi.blogspot.com/2013/11/resiprositas.html?m=1 [14 Oktober 2014]

Hastowiyono, 2012. Kemandirian, Keberlangsungan Hidup dan Pembaruan Desa. [Online]. Tersedia: http://apmd.ac.id/2012/03/27/kemandirian-keberlangsungan-hidup-dan-pembaruan-des/ [14 Oktober 2014]


Dokumen yang terkait

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Efektifitas pembelajaran kooperatif metode numbered heads together (NHT) terhadap hasil belajar pendidikan Agama Islam di SMP Islam al-Fajar Kedaung Pamulang

0 10 20

The Effectiveness of Numbered Heads Together Technique (NHT) Toward Students’ Reading Ability on Descriptive Text A Quasi Experimental Study at the Second Grade of SMPN 2 Tangerang Selatan in Academic Year 2013/2014

1 9 128

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Tematik Terpadu Siswa Kelas I B SD Negeri 11 Metro Pusat

1 16 85

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS.

0 0 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB KERJASAMA SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS-SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1 Padalarang.

0 0 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER BERBASIS EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI CAHAYA (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SDN Gajahan, Colomadu, Karanganyar Tahun Pelaja

0 0 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIVAN SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 4 SAMIGALUH.

0 0 2