Penerapan Model Induktif dengan Media Gambar Silluet dalam Pembelajaran Menulis Teks Cerita Pendek : penelitian eksperimen kuasi pada siswa kelas XI SMK Negeri 1 Cimahi Tahun Ajaran 2014/2015.

(1)

Nikke Permata Indah, 2015

Penerapan Model Induktif dengan Media Gambar Silluet

dalam Pembelajaran Menulis Teks Cerita Pendek

(Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas XI SMK

Negeri 1 Cimahi Tahun Ajaran 2014/2015)

Nikke Permata Indah

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia Permata31.np@gmail.com

Abstrak

Pembelajaran sastra selalu mendapat keluhan terutama dari cara pengajarannya yang monoton dan membuat siswa merasa bosan sehingga siswa kurang menyukai pembelajaran sastra. Menulis Cerpen merupakan salah satu pembelajaran sastra yang harus dikuasai oleh siswa. Namun, seringkali siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran menulis cerpen karena berbagai faktor. Tujuan dalam penelitian ini salah satunya adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis cerpen siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Berdasarkan hal tersebut dilakukan penilitian dengan menggunakan metode eksperimen kuasi yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah kelas XI SMKN 1 Cimahi tahun ajaran 2014/2015, sedangkan sampel pada penelitian ini adalah kelas KP B sebagai kelas eksperimen dan kelas Eind B sebagai kelas kontrol. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes yaitu berupa tes awal dan tes akhir.

Berdasarkan perhitungan uji t hipotesis, diperoleh hasil ttabel ≤

thitung ≥ ttabel , yaitu 1,939 ≤ 9,01≥ 1,939. Hal ini menunjukkan bahwa

Ha diterima dan H0 ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks cerita pendek siswa di kelas eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan model induktif dengan menggunakan media gambar siluet terbukti efektif.


(2)

Nikke Permata Indah, 2015

Penerapan Model Induktif Dengan Media Gambar Siluet Dalam Pembelajaran Menulis Teks Cerita Abstract

Learning literature always get complaint from the way teaching method is monotonous and make students feel bored, so that the students do not like learning literature. Short story writing is one of the literary learning that students must mastered. But, students always have difficult in learning to write short stories because of various factors. The purpose of this study is to knowing differences of writing skills between experimental class and control class.

Based on this, the research must be done by using a quasi-experimental method that uses a quantitative approach. The population in this study is the class XI SMK 1 Cimahi academic year 2014/2015, while samples in this study were class KP B as an experimental class and class Eind B as the control class. This data collection techniques using test techniques, namely the initial test and final test.

Based on the calculation t test the hypothesis, the result is ttabel ≤

thitung ≥ ttabel, that is 1,939 ≤ 9,01≥ 1,939. This shows that Ha is accepted and H0 is rejected. Therefore, it can be concluded that there are significant differences between the ability to write a short story text students in the experimental class before and after using inductive models using proven effective silhouette image media.

it can be concluded that there are significant differences in the ability to write a short story between the students in the experimental class before and after using inductive models with media images silhouette proved to be effective


(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ...iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN DAN GRAFIK ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 2

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Definisi Operasional ... 5

1.6 Struktur Organisasi ... 6

BAB 2 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN DAN MODEL BERPIKIR INDUKTIF DENGAN MEDIA GAMBAR SILUET... Error! Bookmark not defined. 2.1 Pembelajaran Menulis Cerpen ... 8

2.1.1 Hakikat Cerpen ... 8

2.1.2 Menulis Cerpen ... 12

2.1.3 Pembelajaran Menulis Cerpen ... 15

2.2 Model Pembelajaran Induktif ... 16


(4)

2.2.2 Model Pembelajaran Induktif ... 17

2.3 Media Gambar Siluet ... 23

2.3.1 Media ... 23

2.3.2 Siluet ... 24

2.3.3 Media Gambar Siluet ... 26

2.4 Pembelajaran Menulis Cerpen dan Model Induktif dengan Media Gambar Siluet ... 27

2.5 Kerangka Berpikir ... 29

2.6 Hipotesis ... 31

BAB 3 METODE PENELITIAN... 32

3.1 Metode Penelitian ... 32

3.2 Prosedur Penelitian ... 33

3.3 Populasi dan Sampel ... 34

3.3.1 Populasi ... 34

3.3.2 Sampel ... 35

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.4.1 Instrumen Penelitian ... 36

3.5 Teknik Pengolahan Data ... 49

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

1.1 Deskripsi Proses Penelitian ... 56

1.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 60

1.2.1 Deskripsi Data Hasil Tes di Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 60

4.2.2 Deskripsi Data Hasil Observasi ... 94

4.2.3 Uji Prasyarat Analisis Data ... 96

4.2.4 Uji Hipotesis ... 120

4.2.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 124

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ...132

5.1 Simpulan ... 132


(5)

(6)

1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian

Pengajaran sastra di SMA, SMK dan sederajat selalu mendapatkan banyak perhatian. Pembicaraan masalah pengajaran sastra sudah sering dimuat di berbagai media, baik yang bersifat kritik, saran, maupun penjabarannya. Bahkan tidak jarang pembicaraan itu memuncak jadi perdebatan (Danardana, 2013, hlm. 17). Pembelajaran sastra selalu mendapat keluhan dari berbagai pihak, terutama dari cara pengajarannya yang monoton dan membuat siswa merasa bosan sehingga mereka kurang menyukai pembelajaran sastra.

Ahmad Badrun dalam Danardana (2013, hlm.17) membahas topik yang sama yaitu bagaimana agar proses belajar mengajar sastra dapat berjalan dengan baik. Tulisan Ahmad Badrun pada intinya meninjau kembali pengajaran sastra di SMA, bukan hanya di SMA, namun juga di SMK dan sederajat yang akhir-akhir ini sering dijadikan topik utama, antara lain bahwa pengajarannya masih bersifat teoretis, tidak berorientasi pada karya sastra dan tidak dilaksanakan dengan baik akibat kurangnya fasilitas. Pembahasan Ahmad Badrun tentang pembelajaran sastra masih sama pada tahun 2015. Sastra masih kurang diminati bahkan sering kali dikesampingkan karena pengajaran yang masih bersifat teoretis dan konvensional.

Ahmad Badrun dalam Danardana (2013, hlm. 17) menyarankan agar pengajaran sastra dapat diatasi yaitu sebagai berikut.

1) Guru yang berkualitas; 2) pengadaan fasilitas; dan

3) penggunaan metode yang tepat.

Saran dari Ahmad Badrun sangat sulit untuk dibantah seperti masalah guru, fasilitas dan metode yang tepat. Ketiganya merupakan modal dasar tercapainya tujuan pengajaran sastra. Namun, bukan hanya dari metode yang tepat, model dan pendekatan pembelajaran juga harus diperhatikan.

Pengajaran sastra dianggap kurang berhasil dari diskusi sastra antarsiswa SMA yang diselenggarakan oleh pengembangan bahasa. Siswa SMA berpendapat bahwa sastra dapat memberi manfaat namun tidak semua menyukai sastra karena


(7)

2

cara mengajar guru yang dianggap monoton dan kurang menarik, akibatnya siswa semata-mata belajar sastra hanya bagian dari mata pelajaran Bahasa Indonesia (Danardana, 2013, hlm. 22). Siswa SMA saja kurang menyukai pembelajaran sastra karena cara mengajar guru yang monoton, apalagi siswa SMK dan sederajat yang merasa bosan dan menganggap kurang pentingnya pembelajaran sastra.

Hal yang harus diperhatikan dari diskusi antarsiswa SMA tersebut adalah pertama, siswa hanya menyukai sastra sebagai hiburan. Kedua, siswa belajar sastra hanya karena bagian dari mata pelajaran Bahasa Indonesia. ketiga, siswa merasa bosan pada pembelajaran sastra karena cara mengajar guru dianggap kurang menarik dan pengajaran sastra bersifat teoretis, sedangkan jika dilihat dari tujuan umum pengajaran sastra menurut Depdiknas (2003, hlm. 2):

Pengajaran sastra adalah agar siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

Tujuan pengajaran sastra secara khusus adalah sebagai berikut: 1) agar siswa menguasai ciri-ciri pembentuk puisi, prosa, drama,

kritik, dan esai;

2) agar siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan

menarik manfaat karya-karya sastra, dan;

3) agar siswa peka terhadap lingkungan dan mampu

mengungkapkan secara kreatif sesuai dengan konteks dan situasi.

Bertolak dari tujuan tersebut, maka pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia harus diarahkan kepada pencapaian sasaran tersebut. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah tindakan seperti apa dan bagaimana itu? Oleh karena itu, seorang guru sastra harus mampu memilih model pembelajaran dan media yang variatif, tidak menggunakan pengajaran yang monoton sehingga membuat siswa merasa bosan. Menulis cerpen merupakan salah satu pembelajaran sastra yang diterapkan di Sekolah Menengah Atas. Pembelajaran menulis cerpen sebagian besar bersifat teoretis dan kurangnya buku penunjang. Karena permasalahan itu, menulis cerpen kurang diminati, pengajar harus menggunakan model yang tepat dalam pembelajaran menulis cerpen. Dari latar belakang tersebut dilakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Induktif dengan Media Gambar Siluet dalam Pembelajaran Menulis Cerpen di SMKN 1 Cimahi Tahun Ajaran 2014-2015”. Penelitian ini diharapkan dapat menemukan model pengajaran yang efektif dengan media yang tepat dalam pembelajaran sastra terutama menulis cerpen.


(8)

3

Model pembelajaran dan pengajaran induktif dirancang untuk melatih siswa membuat konsep dan sekaligus untuk mengajarkan konsep-konsep dengan cara penerapannya pada mereka. Tahap-tahap model induktif adalah mengumpulkan informasi, membuat konsep kemudian mengubah konsep menjadi hipotesis. Dalam tahap pelaksanaannya model ini mengajar minat siswa pada logika, pada bahasa dan arti kata-kata juga pada sifat pengetahuan.

Kajian Hilda Taba yang dikutip baru-baru ini dalam Joyce, dkk (2009, hlm. 107) sangat penting menerapkan model induktif di dalam kelas. Taba dapat disebut sebagai orang pertama yang mempopulerkan istilah strategi pengajaran dan model induktif sehingga strategi dan model tersebut bisa digunakan dengan mudah untuk merancang kurikulum dan pembelajaran.

Peneliti menggunakan model induktif dengan media gambar siluet dalam pembelajaran menulis cerpen yaitu karena gambar siluet berfungsi untuk membantu penyampaian dan pegumpulan informasi kepada siswa. Siluet memiliki keunikan tersendiri, terdapat misteri-misteri di dalam gambarnya, sehingga siswa dapat menginterpretasi gambar tersebut dengan imajinasi yang kreatif.

Media gambar siluet mempermudah proses kegiatan belajar mengajar, menambah kreativitas siswa serta menambah pengetahuan tentang gambar siluet yang akan digunakan. Siswa dapat menulis cerpen lebih baik dengan interpretasi dari gambar siluet. Siluet dapat membantu menghasilkan ide, jalan cerita dan konflik karena warna hitam-putih dalam siluet mengandung misteri sehingga menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda.

Penelitian serupa dengan penelitian ini yang berkaitan dengan model induktif dalam pembelajaran sastra yaitu (1) Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Cerpen Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Induktif Pada Siswa Kelas VIIB SMP Islam Unggaran, (Agus Riyanto, 2009). (2) Peningkatan Kemampuan Apresiasi Cerpen Dengan Menggunakan Model Taba Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN 01 Tegalrejo Musi Rawas, (Lilismawati, 2009).

Kedua penelitian di atas berupa peningkatan kemampuan apresiasi cerpen tanpa menggunakan media, dan jenis penelitian keduanya adalah PTK. Hasil dari kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran induktif dapat


(9)

4

meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerpen pada siswa. Kedua penelitian di atas tidak menggunakan media maka dari itu dilakukan penelitian dengan media gambar siluet dalam pembelajaran menulis cerpen dengan jenis penelitian eksperimen.

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) bagaimanakah kemampuan siswa SMKN 1 Cimahi kelas XI tahun ajaran 2014-2015 dalam pembelajaran menulis cerpen sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran induktif dengan media gambar siluet di kelas eksperimen?

2) bagaimanakah kemampuan siswa SMKN 1 Cimahi kelas XI tahun ajaran 2014-2015 dalam pembelajaran menulis cerpen sebelum dan sesudah tanpa menggunakan model pembelajaran induktif dengan media gambar siluet di kelas kontrol?

3) apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis cerpen siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskrpsikan hal-hal sebagai berikut :

1) mendeskripsikan apakah terdapat perbedaan antara kemampuan menulis cerpen siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol;

2) mendeskripsikan kemampuan siswa SMKN 1 Cimahi kelas XI tahun ajaran 2014-2015 dalam pembelajaran menulis cerpen sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran induktif dengan media gambar siluet di kelas eksperimen;

3) mendskripsikan kemampuan siswa SMKN 1 Cimahi kelas XI tahun ajaran 2014-2015 dalam pembelajaran menulis cerpen sebelum dan sesudah tanpa menggunakan model pembelajaran induktif dengan media gambar siluet di kelas kontrol.


(10)

5

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung.

1) Manfaat Praktis

a) Peneliti sebagai calon guru Bahasa Indonesia akan menjadi lebih paham akan permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pembelajaran sehari– hari, khususnya dalam pembelajaran menulis cerpen. Dengan itu, peneliti dapat berusaha lebih dalam memilih bahan pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif di masa depan.

b) Bagi Pendidik

Penelitian ini dilaksanakan sebagai variasi yang lebih baik bagi pengajar dalam pembelajaran menulis cerpen menggunakan model pembelajaran induktif dengan media gambar siluet.

c) Bagi Siswa

Penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi siswa karena secara tidak langsung mereka terbantu untuk keberhasilan dalam pembelajaran menulis cerpen.

d) Bagi Lembaga Pendidik

Penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam upaya pembinaan guru untuk pengembangan model pembelajaran yang menggunakan media dalam kegiatan belajar mengajarnya. Hasil penelitian ini akan memberikan informasi yang lebih rinci tentang keunggulan dan kelemahan model pembelajaran induktif dengan media gambar siluet yang teruji secara eksperimen.

1.5Definisi Operasional

Model pembelajaran induktif dengan media gambar siluet adalah pembelajaran yang berpusat kepada siswa sebagai konseptor. Siswa mengumpulkan informasi yang didapat dari gambar siluet lalu menghipotesiskannya sebagai ide. Gambar siluet memiliki misteri di dalamnya, bahkan sering kali memiliki kesan dramatis dan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab oleh penikmatnya, dari sinilah siswa dapat menemukan ide dan sebuah peristiwa ketika melihat gambar siluet.


(11)

6

Kemampuan menulis cerpen adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan ide atau sebuah peristiwa melalui tulisan menjadi sebuah cerita yang utuh serta satu-kesatuan dengan bahasa sendiri yang memiliki gaya bahasa imajinatif.

1.6 Struktur Organisasi

Penelitian ini terdiri dari 5 bab yang di dalamnya berisi hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.

Bab 1 Pendahuluan berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi. Pada latar belakang penelitian, peneliti menguraikan konteks penelitian yang dilakukan. Permasalahan yang akan diteliti secara spesifik diuraikan dalam rumusan masalah.. Tujuan dan Manfaat penelitian menguraikan tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Sementara struktur organisasi penelitian menguraikan sistematika penulisan pada penelitian ini.

Bab II dalam penelitian ini meliputi kajian pustaka berupa konsep teori mengenai bidang yang dikaji (meliputi model pembelajaran induktif, media gambar siluet, keterampilan menulis, dan cerpen), kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

Pada bab III berisi penjabaran metode penilitian yang rinci, dimulai dari metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan analisis data. Metode penelitian yang dipilih adalah metode penelitian eksperimen kuasi dengan desain two grup yang terdapat kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang terdiri dari pengolahan atau analisis data untuk menganalisis temuan berkaitan dengan masalah penelitian, rumusan masalah, dan tujuan penelitian; dan pembahasan atau analisis temuan yang merupakan hasil dari penelitian. Dalam bab ini peneliti memaparkan hasil yang telah diperoleh dari pengambilan data.

Bab V mencakup simpulan, implikasi dan rekomendasi. Bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan peneliti.


(12)

7

Bagian terakhir dalam skripsi ini adalah daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Daftar pustaka memuat semua sumber yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulisan skripsi oleh peneliti. Lampiran-lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian dan penulisan skripsi.


(13)

132

BAB 5

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Berdasarkan rumusan masalah, pembahasan, dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

5.1 Simpulan

1) Kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek pada tes awal di kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan berupa penerapan model induktif dengan menggunakan gambar siluet memperoleh nilai rata-rata 72 termasuk ke dalam kategori cukup. Nilai tertinggi 79 dan nilai terendah 62 yang keduanya termasuk dalam kategori cukup. Sementara itu, kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek pada tes akhir di kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan berupa penerapan model induktif dengan menggunakan gambar siluet memperoleh nilai rata-rata 84 termasuk dalam kategori baik, nilai tertinggi 90 termasuk dalam kategori sangat baik dan nilai terendah 75 termasuk ke dalam kategori cukup. Nilai tersebut menunjukkan terdapatnya perbedaan yang signifikan pada kemampuan menulis teks cerita pendek sebelum dan sesudah diberi perlakuan model induktif dengan menggunakan gambar siluet berupa penerapan pada siswa kelas eksperimen.

2) Kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek pada tes awal di kelas kontrol sebelum diberi perlakuan berupa penerapan model terlangsung memperoleh nilai rata-rata 71 termasuk ke dalam kategori cukup. Nilai tertinggi 74 dan nilai terendah 63 yang keduanya termasuk ke dalam kategori cukup. Sementara itu, kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek pada tes akhir di kelas kontrol setelah diberikan perlakuan berupa penerapan model terlangsung memperoleh nilai rata-rata 74 termasuk ke dalam kategori cukup. Nilai tertinggi 77 dan nilai terendah 69 yang keduanya termasuk ke dalam kategori cukup. Namun, peningkatan tersebut tidak signifikan seperti pada kelas eksperimen.

3) Berdasarkan perhitungan uji t hipotesis, diperoleh hasil ttabel ≤ thitung ≥ ttabel ,


(14)

133

ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks cerita pendek siswa di kelas eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan model induktif dengan menggunakan media gambar siluet dengan kemampuan menulis teks cerita pendek siswa di kelas kontrol sebelum dan sesudah menggunakan model terlangsung. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata kemampuan menulis teks cerita pendek siswa pada kedua kelas sebelum dan setelah diberi perlakuan. Dapat diketahui bahwa kelas eksperimen memiliki peningkatan nilai yang lebih tinggi, yakni dari 65 menjadi 87 dengan peningkatan sebesar 22, sedangkan kelas kontrol hanya meningkat dari 63 menjadi 74 dengan peningkatan sebesar 11. Dapat terlihat juga dari nilai rata-rata kelas eksperimen ketika tes awal mendapat nilai 72 kemudian setelah perlakuan mendapat nilai 84 dengan peningkatan 12 sedangkan di kelas kontrol hanya meningkat dari 71 menjadi 74 dengan peningkatan sebesar 3. Hal ini menunjukkan perlakuan yang diberikan di kelas eksperimen menggunakan model induktif dengan media gambar siluet terbukti lebih efektif dibandingkan dengan perlakuan yang diberikan di kelas kontrol dengan menggunakan model terlangsung.

5.2Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan pembahasan dan simpulan yang telah dipaparkan, maka peneliti memiliki beberapa implikasi dan rekomendasi sebagai berikut.

1) Hasil pada penelitian ini memberikan gambaran bahwa model induktif dengan menggunakan gambar siluet terbukti efektif meningkatkan kemampuan menulis teks cerita pendek siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa setelah diterapkannya model induktif dengan media gambar siluet. Oleh karena itu, model induktif dengan menggunakan media gambar siluet ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek.

2) Model Induktif dengan menggunakan gambar siluet dapat membuat pembelajaran lebih menyenangkan. Gambar siluet yang menarik membuat siswa dapat berimajinasi lebih. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya, peneliti merekomendasikan untuk meneliti keefektifan kembali model ini


(15)

134

dalam pembelajaran menulis teks lain, misalnya menulis teks drama atau keterampilan bahasa lainnya.


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2007). Modul aplikasi statistika dalam pendidikan. Bandung: UPI Press. Akhadiah, S. dkk. (1988). Pembinaan kemampuan menulis. Jakarta: Erlangga. Aqib, Z. (2014). Model-model, media dan strategi pembelajaran kontekstual.

Bandung : Yrama Widya.

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Danardana, A. (2013). Pelangi sastra . Pekanbaru: Palagan Press

Daryanto. (2012). Media pembelajaran. Bandung: PT Sarana Nurani Tutorial Sejarah.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pengembangan kurikulum dan sistem penilaian berbasisi kompetensi. Jakarta: Depdiknas.

Hernowo. (2004). Quantum writing. Bandung : MLC

Icha. 2013. Telematique. Diakses dari: http://ichaaa3.blogspot.com /2013/0//teknik-siluet_17.html. [17 januari 2015]

Kurniawan. (2014). Pengertian siluet seni gambar siluet. Diakses dari: http://positifers.blogspot.com/2014/01/pengertian-siluet-seni-gambar-siluet. [17 Januari 2015]

Joyce, B, dkk. (2009). Models of teaching model-model pengajaran edisi kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Komaidi, D. (2011). Menulis kreatif. Yogyakarta : Sabda Media.

Nurgiyantoro,B. (2010) Penilaian pembelajaran bahasa. Yogyakarta : BPFE

Pranoto, N. (2004). Creative writing. Jakarta: Primamedia Pustaka.

Ruseffendi. (1993). Statistika dasar untuk penelitian pendidikan. Depdikbud.

Sadiman,dkk. (1984). Media pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Subana, dkk. (2005). Statistik pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Sumardjo. (2004) . Menulis cerita pendek. Bandung: Pustaka Latifah

Sumardjo, J & Saini. (1988). Apresiasi kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Syamsudin A.R & Damaianti Vismaia. (2011). Metode penelitian pendidikan bahasa. Bandung: Rosdakarya.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, kuaitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.


(17)

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR_PEND_BHS_DAN_SASTRA_IN DONESIA/196603201991031SUMIYADI/SUMIYADI/KRITERIA_PEN ILAIAN_MENULIS_CERPEN.pdf [25 Maret 2015]

Tim Olvista. (2011). Siluet Seni Potong Bayangan. Diakses dari: http://olvista.com/hobby/siluet-seni-potong-bayangan. [17 Januari 2015]

Tanjung, B dan Ardial. (2013). Pedoman penulisan karya ilmiah. Jakarta: Kencana.

Tarigan, H. (2008). Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2002). Kamus besar bahasa indonesia edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Tjin, dan Mulyadi. (2013) Kamus fotografi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Valenzuela, R. (2013). Picture perfect practice. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.


(1)

Bagian terakhir dalam skripsi ini adalah daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Daftar pustaka memuat semua sumber yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulisan skripsi oleh peneliti. Lampiran-lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian dan penulisan skripsi.


(2)

132

BAB 5

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Berdasarkan rumusan masalah, pembahasan, dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

5.1 Simpulan

1) Kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek pada tes awal di kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan berupa penerapan model induktif dengan menggunakan gambar siluet memperoleh nilai rata-rata 72 termasuk ke dalam kategori cukup. Nilai tertinggi 79 dan nilai terendah 62 yang keduanya termasuk dalam kategori cukup. Sementara itu, kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek pada tes akhir di kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan berupa penerapan model induktif dengan menggunakan gambar siluet memperoleh nilai rata-rata 84 termasuk dalam kategori baik, nilai tertinggi 90 termasuk dalam kategori sangat baik dan nilai terendah 75 termasuk ke dalam kategori cukup. Nilai tersebut menunjukkan terdapatnya perbedaan yang signifikan pada kemampuan menulis teks cerita pendek sebelum dan sesudah diberi perlakuan model induktif dengan menggunakan gambar siluet berupa penerapan pada siswa kelas eksperimen.

2) Kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek pada tes awal di kelas kontrol sebelum diberi perlakuan berupa penerapan model terlangsung memperoleh nilai rata-rata 71 termasuk ke dalam kategori cukup. Nilai tertinggi 74 dan nilai terendah 63 yang keduanya termasuk ke dalam kategori cukup. Sementara itu, kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek pada tes akhir di kelas kontrol setelah diberikan perlakuan berupa penerapan model terlangsung memperoleh nilai rata-rata 74 termasuk ke dalam kategori cukup. Nilai tertinggi 77 dan nilai terendah 69 yang keduanya termasuk ke dalam kategori cukup. Namun, peningkatan tersebut tidak signifikan seperti pada kelas eksperimen.

3) Berdasarkan perhitungan uji t hipotesis, diperoleh hasil ttabel ≤ thitung ≥ ttabel ,


(3)

ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks cerita pendek siswa di kelas eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan model induktif dengan menggunakan media gambar siluet dengan kemampuan menulis teks cerita pendek siswa di kelas kontrol sebelum dan sesudah menggunakan model terlangsung. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata kemampuan menulis teks cerita pendek siswa pada kedua kelas sebelum dan setelah diberi perlakuan. Dapat diketahui bahwa kelas eksperimen memiliki peningkatan nilai yang lebih tinggi, yakni dari 65 menjadi 87 dengan peningkatan sebesar 22, sedangkan kelas kontrol hanya meningkat dari 63 menjadi 74 dengan peningkatan sebesar 11. Dapat terlihat juga dari nilai rata-rata kelas eksperimen ketika tes awal mendapat nilai 72 kemudian setelah perlakuan mendapat nilai 84 dengan peningkatan 12 sedangkan di kelas kontrol hanya meningkat dari 71 menjadi 74 dengan peningkatan sebesar 3. Hal ini menunjukkan perlakuan yang diberikan di kelas eksperimen menggunakan model induktif dengan media gambar siluet terbukti lebih efektif dibandingkan dengan perlakuan yang diberikan di kelas kontrol dengan menggunakan model terlangsung.

5.2Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan pembahasan dan simpulan yang telah dipaparkan, maka peneliti memiliki beberapa implikasi dan rekomendasi sebagai berikut.

1) Hasil pada penelitian ini memberikan gambaran bahwa model induktif dengan menggunakan gambar siluet terbukti efektif meningkatkan kemampuan menulis teks cerita pendek siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa setelah diterapkannya model induktif dengan media gambar siluet. Oleh karena itu, model induktif dengan menggunakan media gambar siluet ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek.

2) Model Induktif dengan menggunakan gambar siluet dapat membuat pembelajaran lebih menyenangkan. Gambar siluet yang menarik membuat siswa dapat berimajinasi lebih. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya,


(4)

134 dalam pembelajaran menulis teks lain, misalnya menulis teks drama atau keterampilan bahasa lainnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2007). Modul aplikasi statistika dalam pendidikan. Bandung: UPI Press. Akhadiah, S. dkk. (1988). Pembinaan kemampuan menulis. Jakarta: Erlangga. Aqib, Z. (2014). Model-model, media dan strategi pembelajaran kontekstual.

Bandung : Yrama Widya.

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Danardana, A. (2013). Pelangi sastra . Pekanbaru: Palagan Press

Daryanto. (2012). Media pembelajaran. Bandung: PT Sarana Nurani Tutorial Sejarah.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pengembangan kurikulum dan sistem penilaian berbasisi kompetensi. Jakarta: Depdiknas.

Hernowo. (2004). Quantum writing. Bandung : MLC

Icha. 2013. Telematique. Diakses dari: http://ichaaa3.blogspot.com /2013/0//teknik-siluet_17.html. [17 januari 2015]

Kurniawan. (2014). Pengertian siluet seni gambar siluet. Diakses dari: http://positifers.blogspot.com/2014/01/pengertian-siluet-seni-gambar-siluet. [17 Januari 2015]

Joyce, B, dkk. (2009). Models of teaching model-model pengajaran edisi kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Komaidi, D. (2011). Menulis kreatif. Yogyakarta : Sabda Media.

Nurgiyantoro,B. (2010) Penilaian pembelajaran bahasa. Yogyakarta : BPFE Pranoto, N. (2004). Creative writing. Jakarta: Primamedia Pustaka.

Ruseffendi. (1993). Statistika dasar untuk penelitian pendidikan. Depdikbud. Sadiman,dkk. (1984). Media pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Subana, dkk. (2005). Statistik pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Sumardjo. (2004) . Menulis cerita pendek. Bandung: Pustaka Latifah Sumardjo, J & Saini. (1988). Apresiasi kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Syamsudin A.R & Damaianti Vismaia. (2011). Metode penelitian pendidikan bahasa. Bandung: Rosdakarya.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, kuaitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.


(6)

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR_PEND_BHS_DAN_SASTRA_IN DONESIA/196603201991031SUMIYADI/SUMIYADI/KRITERIA_PEN ILAIAN_MENULIS_CERPEN.pdf [25 Maret 2015]

Tim Olvista. (2011). Siluet Seni Potong Bayangan. Diakses dari: http://olvista.com/hobby/siluet-seni-potong-bayangan. [17 Januari 2015] Tanjung, B dan Ardial. (2013). Pedoman penulisan karya ilmiah. Jakarta:

Kencana.

Tarigan, H. (2008). Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2002). Kamus besar bahasa indonesia edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Tjin, dan Mulyadi. (2013) Kamus fotografi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Valenzuela, R. (2013). Picture perfect practice. Jakarta: PT Elex Media


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa pada pokok bahasan gerak: penelitian kuasi eksperimen di SMK Bakti Idhata Cilandak Jakarta Selatanso

0 71 166

Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas VII MTs. Negeri Jakarta Selatan

1 6 89

Pengaruh media komik terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks: penelitian kuasi eksperimen di SMAN 87 Jakarta

5 37 178

Hubungan antara komunikasi orang tua dan siswa dengan prestasi belajar siswa : studi penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pamulang

0 5 94

Hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam : studi penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pamulang

0 3 117

Penerapan model pembelajaran Modificationaction Process Object Schema (M-APOS ) untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa: penelitian kuasi eksperimen di Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Kabupaten Tangerang.

7 40 173

Pengaruh model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep terhadap hasil belajar siswa: kuasi eksperimen pada kelas XI IPA SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

4 28 246

Lampiran 1 : Surat ijin penelitian kelas eksperimen

1 2 56

Penerapan Strategi Pembelajaran Elaborasiuntuk Mengetahui Peningkatan hasil belajar siswa pada materi fisika kelas VIII semester I di MTSN 1 Model Palangka Raya Tahun Ajaran 2014-2015 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 17

Penerapan Strategi Pembelajaran Elaborasiuntuk Mengetahui Peningkatan hasil belajar siswa pada materi fisika kelas VIII semester I di MTSN 1 Model Palangka Raya Tahun Ajaran 2014-2015 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 14