Pengaruh media komik terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks: penelitian kuasi eksperimen di SMAN 87 Jakarta

(1)

(Penelitian Kuasi Eksprimen di SMAN 87 Jakarta)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

O L E H

ZULKIFLI

NIM: 105016200567

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(2)

i

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media komik terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN-87 Jakarta dimulai tanggal 8 Februari sampai tanggal 5 Maret 2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji normalitas menggunakan uji Liliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Fisher, dan dilanjutkan dengan uji siknifikansi menggunakan uji “t” diperoleh thitung = 4,6492.

Sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% = 2,0000. Dengan kata lain thitung > ttabel.

Maka dapat disimpulkan bawa Ha yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan penggunaan media komik terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks diterima. Jadi pembelajaran dengan menggunakan media komik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa.


(3)

ii

This research has purpose to know the existence of influence from comics

mediato toward the Result of Student’s Achievement on Redoks Reaction concept,

this research is done in SMAN-87 Jakarta at February 8th to March 5th 2010. The

method of research uses quasy expriment. The instrument which is used are tes. Before the research instrument are used, the instrument has validity. Through the validity account from 11 questons, taken 7 question which considered have validity. The technique of data analysis which is used is normality test through Lilliefors test and homogeneity test through Fischer test and continued with significance test through “t” test, with is resulted account: 4,6492, while table

“t” at 5% significant level is 2,0000. So, we can conclude that Ha who said that

there is student’s achievement on Redoks Reaction concept through comics media is accepted. Therefore teaching by using comics media significance effected toward student’s achievement in chemistry.


(4)

iii

Tiada kata yang paling indah dan pantas peneliti ucapkan selain kata Alhamdulillah, karena berkat Rahmat dan Hidayah dari Allah Yang Maha Luas Ilmu-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan Salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. beserta keluarga dan para sahabat, semoga dengan bershalawat kepada Rosul-Nya, kita diajarkan dan ditambahkan oleh Allah SWT Ilmu Pengetahuan dan senantiasa mendapatkan syafaat dari Rasulullah di hari kiamat nanti, Amin.

Dengan penuh kesadaran, peneliti menyadari penyusunan skripsi ini tidak akan dapat dilaksanakan dan ditulis tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Sehingga sudah sepantasnya peneliti mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan terhadap penyusunan skripsi ini. Maka peneliti mengaturkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA

4. Bapak Dedi Irwandi, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus sebagai Pembimbing Akademik peneliti.

5. Bapak Munasprianto Ramli, M.A., Selaku dosen pembimbing II penilis yang selalu meluangkan waktu, memberikan saran dan arahan kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.


(5)

iv

yang telah mengajarkan ilmu kepada peneliti

8. Ayah Bunda tercinta yang telah mengasuh, mendidik dan membesarkan peneliti serta memeras keringat untuk membiayai studi peneliti. Semoga Allah SWT. selalu mencurahkan Rahmat dan Kasih Sayang kepada keduanya. 9. Kakak-kakak dan adik-adik yang selalu memberikan semangat kepada peneliti

dalam melaksanakan studi.

10. Pak Cik Mois yang telah banyak memberikan dukungan kepada peneliti baik materil maupun moril, dan segenap paman, bibi yang selalu memberikan dukungan terhadap studi peneliti.

11. Keluarga di negeri jiran Malaysia yang juga banyak memberikan dukungan terhadap studi peneliti, baik materil maupun moril.

12. Teman-teman mahasiswa yang seperjuangan khususnya teman-teman kimia angkatan 2005 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

13. Terakhir kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan kepada peneliti baik langsung maupun tidak langsung.

Peneliti berharap skripsi ini dapat memenuhi tugas yang telah ditentukan dan peneliti telah berusaha untuk menyusun skripsi ini seoptimal mungkin, maka penulis menerima segala kritik dan saran yang dapat membangun pengetahuan peneliti. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan semua pihak.

Ciputat, 20 Maret 2010 M


(6)

v

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Malah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis ... 7

1. Hakikat Media Pembelajaran ... 7

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 7

b. Ciri-ciri Umum Media Pembelajaran ... 10

b. Manfaat Media Pembelajaran ... 10

c. Klasifikasi dan Jenis-jenis Media Pembelajaran... 12

2. Hakikat Media Komik ... 14

a. Definisi Komik... 14

b. Sejarah Komik ... 15

c. Unsur-unsur Komik ... 16

d. Macam-Macam Komik ... 19


(7)

vi

c. Hasil Belajar... 30

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 35

5. Hakikat Ilmu Kimia ... 38

6. Hakikat Konsep Reaksi Redoks ... 41

B. Hasil Penelititian yang relevan ... 43

C. Kerangka Pikir ... 44

D. Perumusan Hipotesis ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 46

B. Metode Penelitian ... 46

C. Desain Penelitian ... 46

D. Populasi dan Sampel... 47

E. Variabel Penelitian ... 47

F. Teknik Pengumpulan Data... 48

G. Instrumen Penelitian ... 48

H. Teknik Analisis Data ... 55

I. Hipotesis Statistik ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 58

B. Pembahasan... 61

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(8)

vii

Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Uji Coba Instrumen... 104

Lampiran 4. Soal Instrumen Tes yang Digunakan ... 106

Lampiran 5. Distribusi Data Pretes dan Postes Siswa Kelas Eksprimen ... 108

Lampiran 6. Distribusi Data Pretes dan Postes Siswa Kelas Kontrol ... 109

Lampiran 7. Penghitungan Uji Normalitas Pretes Kelas Eksprimen ... 110

Lampiran 8. Penghitungan Uji Normalitas Postes Kelas Eksprimen ... 111

Lampiran 9. Penghitungan Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol ... 112

Lampiran 10. Penghitungan Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol ... 113

Lampiran 11. Uji Homogenitas Data Pretes dan Postes ... 114

Lampiran 12. Uji Hipotesis Skor Pretes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol . 115 Lampiran 13. Uji Hipotesis Skor Postes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol . 116 Lampiran 14. Media Komik Pada Konsep Reaksi Redoks ... 117

Lampiran 15. Media Modul Pada Konsep Reaksi Redoks ... 144

Lampiran 16. Surat Bimbingan Skripsi... 155

Lampiran 17. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 156

Lampiran 18. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 157

Lampiran 19. Uji Referensi ... 158


(9)

viii

Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 47 Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 50 Tabel 3.3. Kriteria Taraf Kesukaran ... 54 Tabel 4.1. Deskripsi Data Mean Pretes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol.. 58 Tabel 4.2. Deskripsi Data Mean Postes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol . 59 Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas dengan Uji Liliefors pada kelas eksprimen

dan kealas kontrol ... 59 Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Fischer ... 60 Tabel 4.5. Hasil Uji Hipotesis dengan Uji “t” Pretes dan Postes Kelas


(10)

ix

Gambar 2.3. Contoh Sampul Belakang Pada Komik... 17

Gambar 2.4. Contoh Halaman Isi Pada Komik ... 19

Gambar 2.5. Penjenjangan Domain kognitif ... 31


(11)

1

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang kemajuan Bangsa dan Negara dimasa depan, sehingga kualitas pendidikan dapat menentukan kualitas suatu Bangsa dan Negara. Tugas dunia pendidikan, terutama pendidikan sains adalah melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan responsif terhadap berbagai kemajuan. Begitu juga halnya dengan tugas guru selain membantu siswa memahami konsep materi pelajaran yang diberikan dan mengaplikasikan konsep-konsep tersebut, tetapi juga harus mampu menumbuhkan minat siswa terutama terhadap pelajaran yang diberikan dan mengajak siswa melihat keterkaitan bidang yang dipelajari dengan kehidupan nyata sehari-hari.

Guru harus menggunakan berbagai pendekatan, model, metode, dan media pembelajaran supaya tugas di atas dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Efektif berarti dapat mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan efisien berarti hemat waktu, biaya, bahan dan energi dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, sehingga diperoleh hasil belajar yang sesuai dengan harapan.

Salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang masuk dalam kurikulum pendidikan menengah di Indonesia adalah ilmu kimia. Ilmu kimia disebut juga “Central Science” karena peranannya yang sangat penting dalam ilmu sains lainnya. Tidak ada ilmu pengetahuan alam atau yang biasa kita kenal dengan istilah ilmu sains yang tidak bergantung pada ilmu kimia. Pengembangan dalam ilmu kedokteran, farmasi, geologi, pertanian, dan sebagainya dapat berjalan seiring dengan kemajuan yang dicapai dalam ilmu kimia.1 Sehingga ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan

1

Pustekkom, Karakteristik Ilmu Kimia Sebagai Cabang Ilmu Pengetahuan Alam, dalam

http://118.98.163.244/materi/adaptip/kimia/1_PENGENALAN%20ILMU%20KIMIA/kbl_4.ht m diakses 16 Januari 2009.


(12)

yang penting untuk dipelajari dan dimasukkan dalam kurikulum pembelajaran di sekolah.

Mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh seluruh siswa SMA di Indonesia, khususnya siswa kelas X, sedangkan siswa kelas XI dan XII hanya yang memilih jurusan IPA saja yang mendapatkan mata pelajaran kimia. Sedangkan Konsep tentang Reaksi redoks merupakan salah satu konsep dalam mata pelajaran kimia SMA di Indonesia. Menurut kurikulum dan silabus mata pelajaran kimia KTSP 2006, konsep reaksi redoks dicantumkan dalam mata pelajaran kimia SMA kelas X semester 2,2 kemudian pembahasan reaksi redoks dengan penyetaraan reasi secara mendalam dilanjutkan di kelas XII.

Meskipun ilmu kimia merupakan ilmu yang sangat penting, tapi mata pelajaran kimia masih dianggap oleh sebagian besar siswa adalah mata pelajaran yang sulit dan bahkan dianggap sebagai beban, bukan sebagai kebutuhan.

Kesulitan siswa dalam mempelajari dan memahami ilmu kimia dapat bersumber pada beberapa hal berikut:

1. Kesulitan dalam memahami istilah

Kesulitan ini timbul karena kebanyakan siswa hanya hafal akan istilah, tetapi tidak memahami dengan benar maksud dari istilah tersebut.

2. Kesulitan dalam memahami konsep kimia

Kebanyakan konsep-konsep dalam ilmu kimia merupakan konsep atau materi yang bersifat abstrak dan belum dirasakan maknanya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Kesulitan dalam menghitung angka

Dalam pembelajaran kimia siswa dituntut untuk terampil dalam operasi rumus matematis. Namun sering ditemukan siswa yang kurang memahami rumusan matematis tersebut. Hal ini disebabkan karena siswa kurang menguasai dasar-dasar matematika dengan baik, sehingga siswa kurang

2


(13)

terampil mengaplikasikan operasi-operasi dasar matematika dalam ilmu kimia.3

Jika siswa sudah menganggap mata pelajaran kimia sulit dan sebagai beban sehingga minat mereka untuk mempelajari kimia menjadi kurang, maka hasil belajar kimia mereka juga kurang optimal. Kesulitan siswa dalam mempelajari kimia dan kurang optimalnya hasil belajar kimia siswa merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh guru, kimia adalah mata pelajaran menakutkan dan membosankan, itulah keluhan yang sering terdengar dari para siswa. Hal tersebut disebabkan karena konsep kimia dipenuhi oleh rumus-rumus yang harus dihafal dan difahami serta teori-teori yang bersifat abstrak.

Hasil survei di Philifina menunjukkan bahwa setiap minggu anak-anak berusia lebih dari 14 tahun sekitar 16% membaca komik, usia 17-19 tahun sekitar 29,9%, usia 20-29 tahun sekitar 24,9%, usia 30-44 tahun sekitar 24,6%, dan diatas 45 tahun sekitar 4,6%. Jika ditinjau dari tingkat pendidikan, maka pembaca komik tersebut yang berpendidikan tingkat sekolah dasar sekitar 19,1%, sekolah lanjutan sekitar 43,7%, dan tinggat perguruan tinggi sekitar 37,2%.4

Berdasarkan hasil survei di atas, maka perlu dicari alternatif strategi pembelajaran yang tepat dan dapat meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran kimia, sehingga mereka senang mempelajari kimia dan selalu diingat dalam memori jangka panjang mereka. Salah satu strateginya adalah dengan menggunakan media komik, sebab pada umumnya jika seorang siswa disuruh membaca sebuah komik, maka siswa tersebut mudah untuk memahami isi bacaannya. Berbeda halnya jika disuruh membaca buku pelajaran, siswa tersebut mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan tersebut, terlebih lagi jika yang dibaca adalah buku pelajaran kimia.

3

Sri Retno, dkk, “Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif tai (Team Assisted Individualization) dilengkapi Modul dan Penilaian Portofolio Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Penentuan dH Reaksi Siswa SMA Kelas XI Semester I”, Jurnal Varia Pendidikan, Vol 20, No. 1, Juni 2008, h. 60.

4

Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 55 -56.


(14)

Diharapkan melalui media komik tersebut siswa dapat termotivasi untuk belajar, mencari, dan mengembangkan pemahamannya sendiri, sehingga apa yang dibaca dan dipelajarinya tidak mudah dilupakan seperti halnya membaca komik pada umumnya, dan pada akhirnya akan memberikan hasil belajar yang optimal.

Konsep reaksi redoks dipilih karena reaksi redoks merupakan suatu konsep dasar dan penting dalam ilmu kimia. Konsep reaksi redoks juga sangat banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada perkaratan logam, pemutih pakaian, penyentruman akumulator, ekstraksi logam, dan daur ulang perak.5

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti uraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk membahas dan mengangkat masalah tersebut menjadi sebuah judul skripsi, yaitu: “Pengaruh Media Komik Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Reaksi Redoks”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Ilmu kimia sangat penting tapi siswa menganggap materi pelajaran kimia sulit.

2. Mata pelajaran kimia dianggap sebagai beban oleh siswa. 3. Siswa tidak tertarik untuk membaca buku pelajaran kimia. 4. Siswa senang membaca komik daripada buku pelajaran kimia.

5. Media pembelajaran yang digunakan guru belum mampu untuk menumbuhkan minat baca dan menarik perhatian siswa terhadap mata pelajaran kimia.

6. Hasil belajar kimia siswa kurang optimal.

5

Muchtaridi dan Sandri Justiana, Kimia SMA Kelas X, (Bandung: Quadra, 2007), h. 228 – 232.


(15)

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa identifikasi masalah di atas, maka peneliti sangat menyadari bahwa dalam melakukan penelitan ini, peneliti memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian, baik tenaga, biaya, maupun waktu. Agar lebih terarah, maka peneliti membatasi permasalahan pada pengaruh penggunaan media komik terhadap hasil belajar kimia siswa, dengan rincian sebagai berikut:

1. Siswa yang diteliti hanya dua kelas yang berasal dari kelas X-4 dan X-6 SMA Negeri 87 Jakarta.

2. Penelitian hanya pada konsep reaksi redoks kelas X SMA.

3. Media yang digunakan yaitu media komik untuk kelas eksprimen dan media modul untuk kelas kontrol .

4. Hanya mengukur hasil belajar kognitif (C2 – C6).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media komik terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh media komik terhadap hasil belajar kimia siswa.

2. Manfaat Penelitian: a. Manfaat bagi guru

Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menggunakan media komik dalam pembelajaran.

b. Manfaat bagi peneliti

Menambah wawasan peneliti dalam bidang penelitian pendidikan dan menumbuhkan kreatifitas peneliti dalam membuat media pembelajaran.


(16)

c. Manfaat bagi siswa

Sebagai bahan acuan dan bacaan bagi siswa dalam pembelajaran khususnya pada konsep reaksi redoks.


(17)

7

A. Deskripsi Teoretis

1. Hakikat Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan proses interaksi komunikasi aktif antara siswa dengan guru dalam kegiatan pembelajaran.1 Interaksi komunikasi yang aktif melibatkan beberapa komponen yaitu komunikator, komunikan, dan pesan. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communicatio, yang berarti pemberi tahuan, pemberi bagian, dan pertukaran pembicaraan, pembicara mengharapkan pertimbangan dan tanggapan dari pendengarnya. Kata sifatnya communis artinya bersifat umum atau bersama-sama. Kata kerjanya communicare artinya berdialog, berunding atau bermusyawarah.2

Ditinjau dari efek yang diharapkan, tujuan komunikasi bersifat umum, maka dalam proses komunikasi melahirkan istilah-istilah seperti penerangan, propaganda, indoktrinasi, pendidikan, pembelajaran dan lain sebagainya. Dengan demikian, pembelajaran adalah bagian khususnya komunikasi, karena memiliki tujuan yang bersifat khusus. Komunikasi dalam pembelajaran terjadi karena ada rencana dan tujuan yang ingin dicapai.3

Dalam lingkup pendidikan, khususnya pendidikan formal di Indonesia, komunikator dapat sebagai “guru” sedangkan komunikan sebagai “siswa”. Sedangkan pesan yang disampaikan oleh “guru” tiada lain berupa pengetahuan atau kemampuan baru yang harus dimiliki oleh

1

Mulyati Arifin, dkk., Strategi Belajar Mengajar Kimia, (Bandung: JICA IMSTEP, 2000), h. 8.

2

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 2.

3


(18)

siswa. Jadi tidak dapat disangkal bahwa proses yang menghantarkan siswa agar memiliki pengetahuan dan kemampuan baru yang digariskan oleh kurikulum memerlukan alat bantu.4 Alat bantu tersebut disebut media pembelajaran.

Kata media berasal dari bahasa Latin, yakni medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “pengantar” atau “perantara”. Dalam bahasa Arab media disebut “wasail” bentuk jamak dari “wasilah” yakni sinonim “al wasth” artinya juga “tengah”. Kata “tengah” itu sendiri berarti berada di antara dua sisi, maka disebut juga sebagai “perantara” atau yang mengantarai. Karena posisinya berada di tengah maka “perantara” disebut sebagai “pengantar” atau “penghubung”, yakni mengantarkan, menghubungkan, dan menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi lainnya.5 Jadi media dapat diartikan sebagai perantara, penghubung, dan pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan.

Banyak batasan yang dikemukakan para ahli tentang media, Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan di Amerika membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.6 Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.7 Asosiasi Pendidikan Nasional

(National Education Association/NEA) memberikan pengertian media

adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatan-peralatannya, media hendaknya dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dan dibaca.8

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala bentuk yang dipergunakan orang untuk

4

Mulyati Arifin, dkk., op.cit. h. 161.

5

Yudhi Munadi, op.cit. h. 6.

6

Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 6.

7

Ibid.

8


(19)

proses informasi dalam pembelajaran baik dalam bentuk tercetak maupun audiovisual serta peralatan-peralatan yang mendukungnya guna memberikan motivasi dan inovasi pada pembelajaran, supaya terjadi proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam hal ini efektif berarti memberikan hasil guna yang tinggi ditinjau dari segi pesannya dan kepentingan siswa yang sedang belajar. Sedangkan efisien artinya memiliki daya guna ditinjau dari cara penggunaannya, waktu, dan tempat. Media dikatakan efisien apabila penggunaannya mudah, dalam waktu yang singkat dapat mencapai isi yang luas dan tempat yang diperlukan tidak terlalu luas. Media juga harus bersifat komunikatif, artinya media tersebut mudah dimengerti maksudnya, dengan kata lain apa yang ditampilkan media tersebut mudah untuk difahami siswa.

Menurut Ade Kosnandar, penggunaan media dalam pembelajaran dapat memudahkan siswa untuk memahami apa yang dipelajarinya, menarik perhatian siswa, membangkitkan motivasi belajar, mengurangi kesalah pemahaman, dan informasi yang disampaikan menjadi lebih konsisten, sehingga apa yang dipelajari siswa dapat lebih melekat dalam struktur kognitif siswa dan dapat mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan dibandingkan dengan tanpa menggunakan media.9

Peran media pembelajaran menurut Smaldino seperti dikutip oleh Dilaga, diantaranya sebagai berikut:

1) Diatur oleh Pengajar (instructor-directed)

Media pembelajaran yang digunakan oleh pengajar dan menjadi bagian dari penyajian materi pembelajaran yang disajikan oleh pengajar tersebut.

2) Diatur oleh Peserta Didik (learner-directed)

Media pembelajaran yang digunakan oleh peserta didik itu sendiri, karena ia ingin terlibat lansung dalam kegiatan belajar tersebut.

9

Ade Kosnandar, “Guru dan Media Pembelajaran” Jurnal Teknodik No. 13 Tahun VII, Desember 2003, h. 77.


(20)

3) Belajar Jarak Jauh (distance education)

Belajar jarak jauh adalah belajar dimana peserta didik tidak berhadapan lansung dengan pengajar, belajar jarak jauh memerlukan sarana telekomunikasi yang memadai, baik untuk interaksi yang bersifat searah maupun dua arah.10

b. Ciri-ciri Umum Media Pembelajaran

Menurut Oemar Hamalik, ciri-ciri umum media pembelajaran adalah: 1) Media pembelajaran berupa benda yang dapat diamati dengan panca

indra.

2) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis sehingga perbedaan persepsi antar siswa pada suatu informasi dapat diperkecil.

3) Media pembelajaran merupakan alat bantu belajar yang dapat digunakan baik di dalam maupun di luar kelas.

4) Media pembelajaran digunakan untuk memperlancar komunikasi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.11

c. Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Mulyati Arifin, dkk. Media pembelajaran memiliki manfaat sebagai berikut:

1) Mengarahkan atau menjaga perhatian dan konsentrasi. 2) Membantu retensi dan daya ingat.

3) Mengurangi keraguan pengertian. 4) Memperjelas struktur dan sistematika. 5) Meningkatkan relevansi arah pembicaraan. 6) Memperpendek waktu dan usaha belajar. 7) Bahan kajian menjadi lebih utuh dan tuntas.12

10

Dewi Salma Prawira Dilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2007), h. 64.

11

Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994), h. 11.

12


(21)

Selain beberapa manfaat di atas, terdapat beberapa fungsi media pembelajaran, sebagai berikut:

1) Siswa dapat menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau, contohnya dengan media gambar, film, video, dan lain-lain sehingga siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata.

2) Siswa dapat mengamati benda atau pristiwa yang sukar dikunjungi baik disebabkan oleh jarak yang jauh atau berbahaya, contohnya siswa dapat melihat kesibukan di pusat reaktor nuklir, kehidupan di bawah laut dan lain sebagainya.

3) Memperoleh gambaran yang jelas terhadap benda-benda mikroskopik atau makroskopik yang sukar diamati secara lansung. Contohnya dengan menggunakan slide, gambar, dan film siswa dapat melihat dengan jelas bentuk virus, bateri, dan benda-benda mikroskopik lainnya. Dengan menggunakan model, globe, dan miniatur. Dengan globe siswa dapat melihat dan mempelajari bentuk bumi, dengan miniatur siswa dapat mengamati pusat pembangkit listrik tanpa harus ke lokasinya.

4) Dapat mendengarkan suara yang sukar didengar telinga secara lansung. Misalnya suara detak jantung.

5) Dapat mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak atau susah diawetkan. Contohnya dengan menggunakan model siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang organ-organ tubuh manusia dan lain sebagainya.

6) Mempermudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan gambar misalnya, siswa dengan mudah dapat membandingkan dua atau lebih benda yang berbeda sifat, ukuran, warna, dan lainnya.

7) Dapat melihat secara jelas gerakan-gerakan yang berlansung sangat lambat dengan bantuan video, gambar, dan lain sebagainya. Contohnya pada proses mekarnya bunga, peroses evolusi ulat menjadi kupu-kupu.


(22)

8) Dapat melihat secara lambat gerakan yang berlansung cepat dengan bantuan film, video atau gambar. Contohnya siswa dapat mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi, gerakan mesin yang berlansung cepat dan sebagainya.

9) Media pembelajaran dapat menjangkau audiens yang berjumlah besar dan siswa dapat mengamati objek secara serempak.

10) Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, hobi, dan temponya masing-masing. Misalnya dengan media komik siswa yang memang memiliki hobi membaca komik akan senang membaca media tersebut.13

11) Media mampu memberikan kesempatan belajar yang lebih merata. Dengan menggunakan berbagai media memungkinkan orang dapat belajar dimana saja dan kapan saja.

12) Pembelajaran menjadi lebih berdasarkan ilmu. Dengan menggunakan media, proses belajar mengajar menjadi lebih terencana dengan baik. Sebab media dianggap seabagai bagian yang intgral dari sistem pembelajaran, sehingga sebelum pelaksanaan pembelajaran guru terlebih dahulu harus mengidentifikasi siswanya sehubugan dengan penggunaan media tersebut.14

d. Klasifikasi Dan Jenis-jenis Media Pembelajaran

Klasifikasi media pembelajaran pada umumnya terbagi dua yaitu media non elektronik dan media elektronik. Namun klasifikasi berikut dapat memberikan gambaran lingkup media yang erat kaitannya dengan proses pembelajaran.

13

I Wayan Santyasa, “Landasan Konseptual Media Pembelajaran”, Makalah Disajikan dalam Workshop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan, (Fakutas MIPA Universitas Pendidikan Ganesha, 2007) h. 5 – 6.

14

Cepi Riyana, “Peran Teknologi dalam Pembelajaran”, http://www.cepiriyana.com, diakses 27 Desember 2009, h. 8.


(23)

Gambar 2.1. Klasifikasi dan jenis-jenis media pembelajaran.15

15

Yudhi Munadi, op.cit. h. 58 – 184.

Audiovisual M edia

Visual

1. Pesan visual a. Gambar b. Grafik c. Diagram d. Bagan e. Pet a

2. Penyalur pesan visual verbal-nonverbal a. Buku dan modul

b. Komik

c. M ajalah dan jurnal d. Post er

e. Papan visual ü papan tulis ü papan magnetik ü papan lembar balik ü papan flannel ü papan buletin ü papan peragaan 3. M odel

1. Film gerak bersuara 2. Video 3. Televisi

Proyeksi

1. Overhead project or

(OHP)

2. Slide (film bingkai) 3. Film strip (film

rangkai

4. Opaque projector

(proyektor tak tembus pandang) 5. Digital project or

(infokus) Audio

1. Phonograph

2. Open reel tapes

3. Caset t e tapes

4. Compact disc

5. Radio

6. Laboratorium bahasa

M ultimedia

1. Berbasis comput er a. M ultimedia

present asi b. M ultimedia

interaktif c. M ulitimedia

simulasi

d. Internet-learning

2. Pengalaman lansung a. Pengalaman

berbuat b. Pengalaman

terlibat ü Permainan

dan simulasi ü Bermain peran ü Forum teater


(24)

2. Hakikat Media Komik a. Definisi Komik

Komik memiliki banyak arti dan sebutan yang disesuaikan dimana tempat masing-masing komik terebut berada. Secara umum komik berarti cerita bergambar atau disingkat dengan cargam. Scoud McCloud seperti dikutip oleh Waluyanto, berpendapat bahwa komik memiliki arti gambar-gambar serta lambang atau simbol lain yang ter-jukstaposisi (berdekatan, bersebelahan) dalam urutan tertentu, untuk menyampaikan informasi atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya.16 Sedangkan menurut menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, komik adalah cerita serial bergambar yang merupakan perpaduan seni gambar dan seni sastra, gambar-gambar pada komik umumnya dilengkapi dengan balon-balon kata dan terkadang disertai narasi sebagai penjelasan.17 Sementara itu I Wayan Santyasa menyatakan bahwa komik adalah suatu bentuk sajian cerita yang dilengkapi dengan gambar.18 Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri.

Dari beberapa pengertian komik di atas maka dapat disimpulkan bahwa komik merupakan sajian cerita yang dilengkapi dengan gambar-gambar, simbol-simbol, dan balon kata yang berdekatan dalam urutan tertentu untuk menyampaikan informasi. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk seperti Koran, majalah, dan berbentuk buku tersendiri.

Komik merupakan bentuk media komunikasi visual yang memiliki kekuatan untuk menyampaikan informasi secara populer dan mudah dimengerti, hal ini dimungkinkan karena komik memadukan kekuatan gambar dan tulisan yang dirangkai dalam suatu alur cerita

16

Heru Dwi Waluyanto, “Komik Sebagai Media Komunikasi Visual Pembelajaran”, Jurnal Nirmala Vol. 7, No. 1, Januari 2005, h. 51.

17

Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Delta Pamungkas, 1997), h. 54.

18


(25)

yang membuat informasi menjadi lebih mudah diserap. Teks dan gambar membuat komik menjadi lebih mudah dimengerti, sedangkan alur membuatnya menjadi lebih mudah untuk diikuti dan diingat.19 Sehingga pesan yang disampaikan melalui komik tersimpan dalam memori jangka panjang yang tidak mudah dilupakan meskipun telah lama dibaca, dan sewaktu-sewaktu dengan mudah dapat diceritakan/recall kembali.

b. Sejarah Komik

Budaya komik dimulai sejak zaman prasejarah, pada waktu itu orang prasejarah membuat gambar di gua-gua, termasuk juga huruf mesir kuno. Adapun komik dengan bentuk yang dikenal sekarang mula-mula berkembang di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 897, komik Amerika lebih banyak menceritakan tentang super hero, pahlawan antariksa, dan tema sains fiksi, seperti superman, batman, dan spiderman. Sedangkan komik Eropa lebih berbentuk petualangan dan humor, seperti Tintin, Aterix, Lucy Luke, dan Mobieus.

Saat ini yang sedang populer adalah komik Jepang atau komik manga. Bentuk bukunya kecil, tidak berwarna, dan tokoh-tokohnya bermata bulat besar. Komik jepang lebih banyak menceritakan tema-tema keseharian. Di Jepang komik tidak hanya diterbitkan sebagai bahan hiburan semata tetapi juga dikembangkan komik untuk membantu pengajararan baik dikalangan masyarakat umum maupun di sekolah. Temanya lumayan berat tetapi dapat dibaca dengan santai, diantaranya mengenai masalah sosial, politik, ekonomi, sains, etika, dan falsafah konfusaisme.

Sedangkan di Indonesia cerita gambar dijumpai di Candi Prambanan dan candi Brobudur. Pada dinding lima diantara sepuluh tingkat Borobudur terdapat rangkaian ukiran gambar timbul 1300 panel berisi kisah manusia sejak kelahiran sampai kematian. Sedangkan di

19


(26)

Prambanan, pada dinding tiga di antara candi-candi terukir rangkaian gambar timbul tentang kisah Ramayana dan Kresnayana.

Pada akhir tahun 1960-an, eksistensi komik semakin mendapat perhatian seperti ditunjukkan dengan pembuatan film berdasarkan komik, Si Buta dari Gua Hantu adalah komik pertama di Indonesia yang di filmkan. Tahun 1970-an dan berlanjut ke tahun 980-an merupakan masa subur bagi pemasaran komik-komik luar negeri yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Komik-komik tersebut umunya berasal dari Amerika Serikat, beberapa negara Eropa, serta dari Jepang.20

c. Unsur-unsur Komik

Secara sepintas komik dipandang hanya sebagai media visual yang terdiri dari kumpulan gambar dan tulisan yang terjadin menjadi sebuah cerita. Namun bagi para komikus, komik memiliki unsur-unsur yang terdiri dari sampul depan, sampul belakang, dan halaman isi.

Pada halaman sampul depan sebuah komik biasanya terdapat komponen-komponen sebagai berikut:

1). Judul cerita atau judul serial

Judul biasanya diambil dari tema cerita yang diangkat. Ukuran huruf pada judul dibuat huruf kapital dengan ukuran besar dan mencolok sehingga menarik perhatian dan mudah ditanggkap oleh pembaca.

2). Credits

Yaitu keterangan tentang pengarang komik tersebut, seperti penulis skenario, penggambar, dan sebagainya.

3). Indicia

Yaitu keterangan tentang penerbit maupun percetakan lengkap dengan waktu terbit dan pemegang hak cipta.21

20

Ensiklopedi Nasional Indonesia, loc.cit. h. 55 – 56.

21


(27)

Berikut contoh gambar sampul depan pada sebuah komik.

Gambar 2.2. Contoh Sampul Depan Pada Komik.22

Sedangkan pada halaman sampul belakang biasanya tertera ringkasan cerita yang terdapat dalam komik tersebut untuk memberikan gambaran umum tentang isi komik kepada pembaca. Berikut contoh gambar sampul belakang pada sebuah komik:

Gambar 2.3. Contoh Sampul Belakang Pada Komik.23

22

M. Tatalovic, “Science comics as tools for science education and communication: a brief, exploratory study”, Journal of Science Communication, International School for Advanced Studies, 2009, h. 9.

23


(28)

Sementara itu halaman isi komik terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:

1). Panel

Panel berfungsi sebagai ruang tempat diletakkannya gambar-gambar sehingga akan tercipta suatu alur cerita yang ingin disampaikan kepada pembaca. Agar komik dapat tampil menarik dan sesuai alur, maka peralihan antara satu panel dengan panel lainnya harus mampu menuntun alur cerita yang dibawa.

2). Gang

Gang adalah ruang atau jarak yang menjembatani antara satu panel dengan panel lainnya.

3). Narasi

Narasi berfungsi menerangkan dialog, waktu, tempat, kejadian, dan situasi yang digambarkan dalam komik tersebut.

4). Balon kata

Adalah suatu bulatan dengan garis penunjuk yang di dalamnya terdapat tulisan yang berisi ucapan yang disampaikan oleh tokoh dalam komik tersebut. Balon kata dengan garis penunjuk lansung menunjukkan tokok berbicara, sedangkan garis penunjuk dengan bulatan putus-putus menunjukkan tokoh bergumam atau berbicara dalam hati.

5). Efek suara

Adalah menunjukkan suara-suara yang terjadi dalam certia tersebut, misalnya suara angin, suara ranting patah, suara bel dan sebagainya. 24

24


(29)

Berikut contoh gambar halaman isi pada sebuah komik:

Gambar 2.4. Contoh Halaman Isi Pada Komik.25

d. Macam-macam Komik

Komik hadir dengan berbagai jenis dan materi sesuai dengan kebutuhan pembaca. Dalam hal ini Marcel Bonnef membagi komik Indonesia kedalam beberapa jenis, yaitu:

1). Komik Wayang

Komik wayang bagi orang asing merupakan jenis komik asli indonesia. Lakon pokok (karakter utama) komik wayang adalah hasil tradisi lama yang lahir dari sumber hindu, kemudian diolah dan diperkaya dengan unsur lokal, beberapa diantaranya berasal dari kesusteraan jawa kuno seperti Mahabrata dan Ramayana. 2). Komik silat

Komik silat atau pencak berarti teknik beladiri, sebagaimana halnya Judo dari jepang, atau Kun Tao dari cina. Komik silat ini banyak diilhami dari seni beladiri dan juga legenda-legenda rakyat. Pada umumnya kisah dalam komik silat bercerita tentang

25


(30)

pertualangan para pendekar dalam membela kebenaran dan memerangi kejahatan, dan kebenaranlah yang akan menang.

3). Komik humor

Komik humor dalam penampilannya selalu menceritakan hal yang lucu dan membuat pembacanya tertawa. Karakter tokoh biasanya diggambarkan dengan fisik yang lucu dan jenaka, begitu juga tema yang diangkat, memanfaatkan banyak segi anekdotis.

4). Komik roman remaja

Dalam bahasa Indonesia, kata “roman” jika digunakan sendiri selalu berarti kisah cinta, dan kata “remaja” adalah menunjukkan anak muda. Sehingga komik roman remaja menunjukkan bahwa komik ini ditujukan untuk kaum muda, cerita komik tersebut harus romantis. Tema yang diambil berkisar tentang kehidupan cinta kaum muda dan lika likunya.26

5). Komik didaktis

Komik didaktis merujuk pada komik yang bermaterikan idiologi, ajaran-ajaran agama, kisah-kisah perjuangan tokoh dan materi-materi lainnya yang memiliki nilai-nilai pendidikan bagi pembacanya. Komik ini memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai hiburan dan juga dapat dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung untuk tujuan edukatif/pendidikan.27 Komik didaktis inilah yang digunakan dalam penelitian ini.

e. Komik Sebagai Media Pembelajaran

Sebagai media komunikasi visual, komik dapat digunakan sebagai media (alat bantu) pembelajaran yang mampu menyampaikan informasi secara efektif dan efisien,28 Komik dapat menjadi pilihan sebagai media pembelajaran karena adanya kecenderungan banyak siswa lebih menyenangi bacaan media hiburan seperti komik dibandingkan dengan

26

Marcell Bonneff, Komik Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 104 – 130.

27

Ibid. h. 65 – 67.

28


(31)

membaca buku pelajaran dan menggunakan waktu mereka untuk belajar atau mengerjakan pekerjaan rumah (PR).29 Jika pelajaran disajikan dalam bentuk komik maka siswa diharapkan dapat tertarik untuk membaca pelajaran tersebut.

Berikut beberapa kelebihan penggunaan media komik dalam pembelajaran, yaitu:

a) Komik memiliki sifat yang sederhana dalam penyajiannya.

b) Memiliki unsur urutan cerita yang memuat pesan yang besar tetapi disajikan secara ringkas dan mudah dicerna.

c) Dilengkapi dengan bahasa verbal yang dialogis.

d) Dengan adanya perpaduan antara bahasa verbal dan non verbal, dapat mempercepat pembaca memahami isi pesan yang dibacanya, karena pembaca terbantu utuk tetap fokus dan tetap pada jalurnya.30 e) Ekspresi yang divisualisasikan membuat pembaca terlibat secara

emosional, mengakibatkan pembaca ingin terus membacanya hingga selesai.

f) Selain sebagai media pembelajaran, komik juga dapat berfungsi sebagai sumber belajar.

Selain beberapa kelebihan dan keunggulan di atas, Gane Yang dalam artikelnya menyebutkan bahwa komik memiliki lima kekuatan atau keunggulan, yaitu dapat memberikan motivasi, visualisasi /gambaran yang jelas, bersifat konsisten/tetap maksudnya isi bacaannya lebih menetap dalam pikiran pembaca, sebagai perentara atau media, dan lebih populer dan dikenal oleh siswa, sehingga dapat digunakan secara praktis disemua subjek dan semua jenjang pendidikan.31

29

Syaiful Hadi, Pembelajaran Konsep Pecahan MenggunakanMedia Komik Dengan Strategi Bermain Peran Pada Siswa SD Kelas IV Semen Gresik, h. 6. dalam

http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_peserta/57_Syaiful%20Hadi.pdf, diakses 16 Januari 2009.

30

Yudhi Munadi, op.cit. h. 100.

31

Gane Yang, Strengths of Comics in Education, h. 1 – 4, dalam


(32)

Sedangkan Charles Thacker dalam artikelnya menyatakan bahwa penggunaan media komik memiliki beberapa keunggulan besar, mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah, untuk pelajaran bahasa Inggris, ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam, dan matematika. Komik dapat membantu para siswa meneliti, menyatukan, dan menyerap isi materi pelajaran yang sulit.32 Selain itu media komik mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan belajar para siswa yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.33

Komik sebagai media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran tersebut, dalam hal ini pembelajaran merujuk pada sebuah proses komunikasi antara siswa dan sumber belajar (dalam hal ini komik pembelajaran atau penulis komik tersebut). Komunikasi belajar akan berjalan dengan maksimal jika pesan pembelajaran disampaikan secara jelas, runtut, dan menarik.34 Sehingga menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dan siswa tersebut termotivasi untuk belajar.

Meskipun banyak keunggulan dari pemanfaatan media komik sebagai media pembelajaran, guru harus berhati-hati dalam penggunaannya sebab seringkali komik tersebut lebih bersifat komersil tanpa mempertimbangkan isi dan akibat yang ditimbulkannya.35 Untuk menghindari hal tersebut, guru tidak hanya menganjurkan siswa membeli komik pembelajaran yang dijual dipasaran, namun sebaiknya guru membuat sendiri media pembelajaran komik tesebut, mulai dari alur cerita dan tokoh komik yang akan diambil, topik-topik apa saja yang akan dijadikan komik, sehingga sesuai dengan materi yang akan diajarkan di kelas.

32

Charles Thacker, How to Use Comic Life in the Classroom, h. 7. dalam http://www.macinstruct.com/node/69, diakses 8 april 2010.

33

Ibid.

34

Heru Dwi Waluyanto, op.cit. h. 51 – 52.

35

Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 55.


(33)

Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh teman membuat komik pembelajaran pada konsep reaksi redoks dan membagikannya kepada siswa yang dijadikan sebagai kelompok eksprimen. Jadi media komik yang dimaksud adalah komik yang telah disusun dan dibuat oleh peneliti.

3. Hakikat Modul

Menurut Yunus modul adalah sarana atau media pembelajaran tertulis yang berisi suatu yunit konsep materi pelajaran yang disusun secara sistematis sehingga siswa dapat menyerap sendiri materi pelajaran tersebut.36 Sedangkan Mulyasa mendefinisikan modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan atau materi pelajaran tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh siswa.37

Dari beberapa pengertian tersebut di atas, maka jelaslah bahwa modul adalah sarana atau media pembelajaran secara tertulis yang disusun secara sistematis dan memuat suatu unit konsep bahan pelajaran agar peserta didik dapat lebih mudah bahkan dapat memahami sendiri materi pelajaran yang disajikan oleh modul tersebut.

Modul berbeda dengan buku teks biasa, karena cakupan bahan dalam modul lebih fokus dan terukur, serta lebih memikirkan aktifitas belajar pembacanya, sajiannya disampaikan dalam bahasa yang komunikatif, dengan sifat penyajiannya tersebut maka diharapkan terjadi komunikasi dua arah. Untuk memudahkan pembedaan antara buku dengan modul berikut tabel perbedaan antara buku teks biasa dengan modul:38

36

Falah Yunus, Belajar Tuntas di SMK dengan Modul, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Kalimantan Timur, 2004, h. 5.

37

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-9, h. 43.

38


(34)

Tabel 2.1. Perbedaan buku teks biasa dengan modul.

No. Buku Teks Biasa Modul

1 Untuk keperluan umum/tatap muka

Untuk sistem pembelajaran mandiri

2 Tidak terlalu terprogram Program pembelajaran yang utuh dan sistematis

3 Lebih menekankan sajian materi ajar

Mengandung tujuan,

bahan/kegiatan dan evaluasi 4 Cendrung informatif atau searah Disajikan secara komunikatif

atau dua arah 5 Menekankan fungsi penyajian

materi/informasi

Cakupan bahasan terfokus dan terukur

6 Pembaca cendrung pasif Mementingkan aktifitas belajar pengguna

Dalam sistem pembelajaran dengan modul peserta didik mendapat kesempatan lebih banyak untuk belajar sendiri, membaca materi, dan mengerjakan latihan-latihan yang ada dalam modul tersebut, sehingga setiap siswa dalam batas-batas tertentu dapat maju sesuai dengan kecepatan dan kemampuan belajar mereka masing-masing. Pada umumnya sebuah modul mencakup semua kegiatan belajar yang harus ditempuh oleh siswa, sehingga guru bukan lagi sebagai sumber utama dalam pemelajaran.39

Pada pembelajaran dengan sistem modul tugas guru adalah sebagai fasuilitator. Guru membagi materi pembelajaran dalam bentuk tertulis yang dibagikan kepada siswa, selanjutnya siswa membaca modul tersebut dan berusaha memahaminya sendiri, guru hanya menjelaskan materi pelajaran jika tidak ada siswa yang dapat menjelaskannya dengan baik.40

Berikut beberapa tugas utama guru dalam pembelajaran dengan sistem modul:

39

E. Mulyasa, op.cit. h. 45.

40


(35)

a. Menyiapkan situasi belajar yang kondusif dan mengarahkan siswa dengan baik.

b. Membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami isi modul.

c. Melakukan pengamatan terhadap siswa.41

Menurut Mulyasa penggunaan modul dalam pembelajaran memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:

a. Berfokus pada kemampuan idividual siswa, karena pada hakekatnya siswa memiliki kemampuan untuk belajar sendiri.

b. Adanya kontrol terhadap hasil belajar melalui penggunaan standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.

c. Relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara penyampaiannya, sehingga siswa dapat mengetahui keterkaitan antara pelajaran yang dipelajari dan hasil yang akan diperolehnya.42

Disamping kelebihan-kelebihan di atas modul junga memiliki kelemahan, antara lain:

a. Penyusunan modul membutuhkan keahlian tertentu.

b. Membutuhkan manajemen pendidikan yang baik, karena setiap peserta didik memiliki kecepatan yang berbeda-beda dalam memahami isi modul tersebut.43

c. Modul hanya berbentuk tulisan yang membuat siswa cepat bosan untuk membaca dan mempelajarinya.

Modul berbeda dengan komik, modul hanya berbentuk tulisan, sedangkan komik terdapat gambar-gambar dan bahasa yang dialogis serta adanya alur cerita, sehingga media komik menjadi lebih unggul dari pada media modul. Tabel berikut menunjukkan perbedaan dan kelebihan media komik dibandingkan dengan media modul.

41

E. Mulyasa, loc.cit. h. 45.

42

Ibid. h. 46.

43


(36)

Tabel 2.2. perbedaan dan kelebihan media komik dibandingkan modul

No Media Komik Media Modul

1 Adanya gambar-gambar yang disiusun secara runut

membentuk cerita

Hanya tulisan

2 Adanya alur cerita yang membuat siswa terus ingin membacanya

Hanya uraian tentang materi pembelajaran

3 Bahasa yang dialogis Bahasa bersifat penjelasan dan uraian

4 Perpaduan bahasa verbal dan non verbal

Hanya bahasa verbal

4 Ekspresi yang divisualisasikan membuat siswa terlibat secara emosional

Tidak ada ekspresi yang divisualisasikan hanya tulisan

5 Sebagai bacaan kegemaran/hobi siswa

sehingga mereka lebih tertarik

Cendrung membosankan siswa, sebab tidak jauh berbeda dengan buku-buku lainnya

4. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar a. Belajar

Manusia adalah makhluk yang selalu merindukan kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala potensi yang dimilikinya, ia berusaha maju dan berkembang untuk mencapai kesempurnaan baik secara jasmani maupun rohani. Demi mencapai kesempurnaan tersebut manusia dituntut untuk menjaga hubungan dengan orang lain dan alam semesta yang senantiasa berubah-ubah sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mempertahankan kehidupannya.

Menurut Mulyati Arifin, dkk. Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran.44 Belajar adalah peroses perubahan dari belum bisa menjadi bisa yang terjadi dalam jangka

44


(37)

waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus permanen dan tidak hanya terjadi pada prilaku yang saat ini kelihatan, tetapi juga pada prilaku yang mungkin terjadi pada masa mendatang. Sehingga perubahan-perubahan terebut dapat juga terjadi karena pengalaman.45 Belajar merupakan suatu proses usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan secara keseluruhan dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, 46 dan bahkan peningkatan keimanan.

Dalam Islam belajar merupakan kegitan yang wajib dilakukan oleh setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan. Dengan belajar seseorang akan memperoleh ilmu pengetahuan, Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan yang dibuktikan dengan janji Allah SWT. bahwa Ia akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat. Seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an Surah Al-Mujadilah ayat 11 yang berbunyi:

$

p

k

š

‰

r

'

¯

»

t

ƒ

t

ûï

Ï

%

©

!

$

#

(

#

þ

q

ã

Z

t

B

#

u

ä

#

s

Œ

Î

)

Ÿ

Ï

%

ö

N

ä

3

s

9

(

#

q

ß

s

¡

¡

x

ÿ

s

?

†

Î

û

Ä

§

Î

y

f

y

J

ø

9

$

#

(

#

q

ß

s

|

¡

ø

ù

$

$

s

ù

Ë

x

|

¡

ø

ÿ

t

ƒ

ª

!

$

#

ö

N

ä

3

s

9

(

#

s

Œ

Î

)

u

r

Ÿ

Ï

%

(

#

r

â

“

à

±

S

$

#

(

#

r

â

“

à

±

S

$

$

s

ù

Æ

ì

s

ù

ö



t

ƒ

ª

!

$

#

t

ûï

Ï

%

©

!

$

#

(

#

q

ã

Z

t

B

#

u

ä

ö

N

ä

3Z

Ï

B

t

ûï

Ï

%

©

!

$

#

u

r

(

#

q

è

?

r

é

&

z

O

ù

=

Ï

è

ø

9

$

#

;

M

»

y

_

u

‘

y

Š

4

ª

!

$

#

u

r

$

y

J

Î

/

t

bq

è

=

y

J

÷

è

s

?

×

Ž



Î

7

y

z

ÇÊÊÈ

Artinya:

“Wahai orang-orang beriman! Apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti

terhadap apa yang kamu kerjakan”. (Q:S. Al-Mujadilah: 11).47

45

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), h. 76.

46

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 2.

47

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Juz 1 – 30, (Surabaya: Mekar, 2002), h. 793.


(38)

Menurut ayat di atas untuk mencapai derajat yang tinggi tidak cukup hanya dengan memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi dan luas, namun terdapat suatu persyaratan yang paling penting yaitu orang tersebut harus beriman. Jadi hasil dari proses belajar diharapkan terjadi perubahan dalam diri seseorang yang meliputi tingkah laku, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan meningkatnya keimanan kepada Allah SWT.

Proses pembelajaran di kelas tujuannya diketahui dengan jelas oleh guru dan murid. Berbagai usaha dikerahkan semaksimal mungkin agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai, dengan menggunakan berbagai strategi, pendekatan, model, metode, dan penggunaan berbagai media.

Proses pembelajaran tesebut dapat dikatakan berhasil apabila siswa telah memahami dan menerapkan makna dari apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari, dan bertambah tingkat keimanannya kepada Sang Pencipta, sebagai akibat dari pengetahuan yang telah ia peroleh. Salah satu indikator hasil pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar siswa.

b. Teori-teori Belajar

Proses perubahan tingkah laku akibat dari proses belajar yang terjadi pada diri individu merupakan proses internal psikologis yang tidak diketahui secara nyata. Oleh karena itu, terjadinya proses belajar tersebut tidak dapat diketahui secara jelas, maka timbullah pendapat dikalangan ahli psikologi, sehingga timbul bermacam-macam teori belajar, antara lain:

1) Teori Conditioning

Pelopor teori conditioning ini adalah Palvov, seorang ahli psikologi-refleksologi dari rusia. Menurut teori ini, belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi akibat adanya syarat-syarat yang kemudian menimbulkan reaksi atau respon. Hal yang paling penting


(39)

dalam teori ini adalah harus adanya latihan yang kontinu. Para penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga tidak lain adalah conditioning, yakni hasil daripada latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap peransang-peransang tertentu yang dialaminya dalam kehidupan.48

2) Teori Operant Conditioning

Pelopor teori ini adalah Skinner, seperti halnya Palvov Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara peransang dan respons. Perbedaannya adalah Skinner membuat perincian yang lebih jauh. Ia menyarankan suatu kelas lain dari prilaku, yang disebutnya prilaku-prilaku operant. Studi Skinner terpusat pada hubungan antara prilaku dan konsekuensi-konsekuensinya.49 Sebagai contoh, jika prilaku seseorang segera diikuti oleh kosekuensi-konsekuensi berupa reinforcement yaitu suatu stimulus yang dapat memberikan penguatan yang menyenangkan (misalnya hadiah atau pujian), maka orang tersebut akan sering melakukan prilaku tersebut. 3) Teori connectionisme

Menurut teori ini belajar adalah penguatan hubungan stimulus dengan respons. Menurut Thorndike, belajar melalui proses sebagai berikut:

a) Trial and error (coba-coba dan gagal)

Menurut teori ini setiap organisme jika dihadapkan pada situasi baru, maka ia akan melakukan tidakan mencoba-coba. Jika dalam perbuatan mencoba-coba tersebut ada perbuatan yang dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan tersebut akan dipegangnya. Karena adanya latihan yang terus menerus maka waktu yang diperguanakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai tersebut semakin lama semakin efesien.

48

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 91.

49


(40)

b) Law of Effect

Segala perbuatan yang berakibat pada suatu keadaan yang memuaskan atau menyenangkan akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.50 Hubungan stimulus respon bertambah kuat jika disertai dengan perasaan senang atau puas. Oleh karena itu membangkitkan rasa senang dengan memuji atau membesarkan hati siswa bahkan dengan menggunakan media pembelajaran yang membuat siswa senang akan lebih baik dalam pembelajaran.

c. Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki seseorang/siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.51 Sedangkan menurut Muhibbin Syah hasil belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.52 Jadi hasil belajar atau prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang melibatkan proses kognitif dan siswa tersebut mengalami perubahan tingkah laku yang relatif menetap.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar merupakan kemampuan yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar, yang menghasilkan perubahan kearah yang lebih baik pada diri seseorang tersebut, baik dalam hal pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, maupun sikap yang bersifat menetap dan konsisten.

50

Ngalim Purwanto, op.cit. h. 98 – 100.

51

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 22.

52

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 92.


(41)

Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar Benyamin Bloom yang secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.53

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif atau penguasaan materi meliputi, kemampuan menyatakan kembali konsep-konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan-kemampuan intelektual. Sebagian besar tujuan-tujuan instuktisional berada dalam ranah kognitif tersebut. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan otak, pada ranah kognitif terdapat enam jenjang, yaitu: (C1)

hafalan/ingatan, (C2) pemahaman, (C3) penerapan, (C4) analisis, (C5)

sintesis, dan (C6) evaluasi.54

Jenjang kemampuan yang lebih tinggi sifatnya lebih kompleks dan merupakan peningkatan dari jenjang kemampuan yang lebih rendah, seperti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2.5. Penjenjangan Domain Kognitif.55

53

Nana Sudjana, loc.cit.

54

Ahmad Sofyan, ddk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 14 – 15.

55

Ibid. h. 15 – 17.

C1 = hafalan

C6 = evaluasi

C2 = pemahaman

C3 = penerapan

C4 = analisis


(42)

a) Jenjang ingatan/hafalan(C1)

Adalah poses mengingat materi yang telah dipelajari, mencakup fakta, rumus, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. b) Jenjang pemahaman (C2)

Adalah kemampuan untuk menyerap arti dari materi yang dipelajari, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal kedalam rumusan matematis, meramalkan berdasarkan kecendrungan tertentu, menjelaskan informasi yang diterima dengan kata-kata sendiri. c) Janjang penerapan (C3)

Adalah kemampuan untuk menggunakan materi, prinsip, aturan, atau metode yang telah dipelajari dalam situasi baru atau situasi konkrit.

d) Jenjang analisis (C4)

Adalah kemampuan untuk menguraikan suatu materi kedalam bagian-bagiannya, atau menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya, sehingga struktur informasi serta hubungan antara komponen informasi tersebut menjadi jelas.

e) Jenjang sintesis (C5)

Adalah kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Termasuk didalamnya kemampuan merencanakan eksprimen, menyusun karangan, menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan objek-objek, peristiwa, dan informasi lainnya.

f) Jenjang evaluasi (C6)

Adalah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu materi (pernyataan, uraian, pekerjaan) berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan.

Untuk menilai hasil belajar pada ranah kognitif (penguasaan materi) ini digunakan bentuk instumen evaluasi tes yang dapat


(43)

mengukur keenam tingkatan tersebut.56 Tes tersebut bisa berbetuk tes essay, pilihan ganda, benar salah, melengkapi, dan lain sebagainya.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berkaitan dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, hormat pada guru, dan sebagainya. Ranah afektif ini dirinci menjadi lima jenjang, yaitu perhatian/penerimaan, tanggapan, penilaian/penghargaan, pengorganisasian, dan karakterisasi terhadap sesuatu atau beberapa nilai. Untuk menilai hasil belajar aspek ranah afektif ini dapat digunakan instumen evaluasi yang bersifat non tes, seperti kuesioner dan observasi.57

Tujuan-tujuan instruksional yang termasuk domain afektif ini diklasifikasikan oleh David Kratwohl, dkk. Kedalam lima jenjang secara herearkis seperti skema berikut ini:

Taksonomi Kratwohl

Internalisasi

Gambar 2.6. Penjenjangan Domain Afektif.58

56

Ibid. h. 15.

57

Ibid. h. 19 – 20.

58

Ibid. h. 20.

1.0 = receiving

2.0= responding

3.0 = valuing

4.0= organization


(44)

3. Ranah Psikomotor

Hasil belajar ranah psikomotor tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) kemampuan bertindak individu.59 Ranah psikomotor mencakup kemampuan yang berupa keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pelajaran tertentu. Pada ranah psikomotor ini terdapat tujuh tingkatan, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreatifitas. Untuk menilai hasil belajar psikomotor ini dapat digunakan instrument tes kinerja atau non tes dengan pedoman observasi.60

Domain psikomotor tersebut dapat diklasifikasikan kedalam empat kategori, yaitu:

a) Bergerak (moving)

Yaitu sejumlah gerak tubuh yang melibatkan koordinasi gerakan-gerakan fisik.

b) Memanipulasi (manipulating)

Yaitu aktifitas yang mencakup pola-pola yang terkoordinasi dari gerakan-gerakan yang melibatkan bagian-bagain tubuh.

c) Mengkomunikasikan (communicating)

Yaitu aktifitas yang menyajikan gagasan dan perasaan untuk diketahui oleh orang lain.

d) Menciptakan (creating)

Yaitu proses dan kinerja yang dihasilkan dari gagasan-gagasan yang baru.61

Diantara ketiga ranah tersebut di atas (kognitif, afektif, dan psikomotor), maka ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru dalam pembelajaran disekolah, karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai isi bahan pelajaran.

59

Nana Sudjana, op.cit. h. 30.

60

Ahmad Sofyan, ddk., op.cit. h. 23 – 24.

61


(45)

Selain untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan dan pemahaman siswa terhadap proses pembelajaran, hasil belajar juga bermanfaat untuk keperluan penelitian terhadap proses pembelajaran, sehingga apabila hasil belajar siswa tidak sesuai seperti dengan yang diharapkan, maka dapat dilakukan perbaikan terhadap metode atau unsur-unsur lain yang berperan dalam proses pembelajaran tersebut. Hasil belajar siswa juaga dapat untuk mengetahui sifat-sifat siswa, baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik mereka.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar

Seperti telah dikemukakan, bahwa belajar merupakan suatu proses. Artinya hasil dan proses belajar tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hasil dan proses belajar siswa secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam/faktor internal dan dari luar/faktor eksternal, dengan rincian sebagai berikut:

a). Faktor dari dalam terdiri dari

1). Faktor fisiologis yang meliputi kondisi fisik dan panca indra. Kondisi fisik misalnya kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah, dan kondisi panca indra yang tidak cacat, seperti dapat melihat dengan jelas, mendengar dengan jelas, dan sebagainya akan membantu dalam proses pembelajaran.62 2). Faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat dan

bakat, motif dan motivasi, kemampuan kognitif dan daya nalar.63

a) Intelegensi

Menurut Zikri Neni Iska, intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional. Intelegensi tidak dapat diamati secara langsung tetapi harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang

62

Yudi Munadi, op.cit. h. 24 – 25.

63


(46)

merupakan perwujudan dari proses berfikir rasional tersebut.64

Sedangkan Cp. Chaplin seperti dikutip Munadi mengartikan intelegensi sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, kemampuan memahami pertalian-pertalian dan mampu belajar dengan cepat.65

b) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang sangat tinggi, jiwa semata-mata tertuju kepada suatu objek ataupun sekumpulan objek tertentu.66 Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus dihadapkan pada objek-objek belajar yang dapat menarik perhatiannya, misalnya dengan menggunakan media komik dalam pembelajaran, sehingga perhatian siswa akan terarah atau fokus pada objek yang sedang dipelajarinya.

c) Minat dan bakat

Minat merupakan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengingat beberapa kegiatan.67 Sedangkan bakat adalah kemampuan untuk belajar, kemampuan ini baru akan terwujud menjadi suatu kecakapan yang nyata setelah melalui proses belajar dan berlatih.68

d) Motif dan motivasi

Motif digunakan untuk menunjukkan keadaan dalam diri seseorang yang berasal dari akibat suatu kebutuhan.

64

Zikri Neni Iska, op.cit. h. 89.

65

Yudi Munadi, op.cit. h. 26.

66

Slameto, op.cit. h. 56.

67

Ibid. h. 57.

68


(47)

Sedangkan motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong prilaku individu tersebut kearah tujuannya.69

e) Kognitif dan daya nalar

Terdapat tiga hal berkenaan dengan kognitif, yaitu persepsi, mengingat, dan berfikir. Persepsi adalah pengindraan terhadap suatu kesan yang timbul dalam lingkungannya. Pengindraan tersebut dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan, dan kebutuhan.70 Sedangkan berfikir dibagi menjadi dua macam, yaitu berfikir autistik dan berfikir realistik.71

Dalam kebanyakan usaha pemanfaatan media pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah berusaha untuk membawa para siswanya pada pemahaman yang realistis. Sehingga pemanfaatan media dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan daya nalar siswa.

Istilah penalaran menurut kamus The Random Hause dalam Munadi berarti the act or process of a person who

reasons (proses nalar yang dilakukan oleh seseorang).

Sedangkan reasons berarti the mental power concerned with forming conclutions, judgements, or inferences (kekuatan mental yang berkaitan dengan pembentukan kesimpulan dan penilaian.72 Jadi salah satu yang membedakan seseorang dengan orang lainnya adalah berdasarkan daya nalarnya.

69

Zikri Neni Iska, op.cit. h. 39.

70

Yudi Munadi, op.cit. h. 29.

71

Ibid. h. 30 – 31.

72


(48)

b). Faktor dari luar terdiri dari

1) Faktor lingkungan yang meliputi alam dan sosial

(a) Lingkungan alam, seperti keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, beredebu, dan sebagainya dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.

(b) Lingkungan sosial, baik manusia maupun makhluk lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.73

2) Faktor instrumental

Faktor instrumental adalah faktor-faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Faktor instrumental ini meliputi kurikulum/bahan pelajaran, guru, sarana dan fasilitas termasuk media pembelajaran, administrasi/manajemen.74

Media komik yang peneliti gunakan dalam penelitian ini masuk pada faktor eksternal instrumental ini. Sebab media tersebut merupakan instrumen yang sengaja peneliti rancang untuk menumbuhkan faktor internal siswa, sehingga pada akhirnya siswa menjadi lebih senang dan mudah dalam mempelajari pelajaran khususnya pelajaran kimia.

5. Hakikat Ilmu Kimia

Kimia merupakan ilmu yang masuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), sehingga ilmu kimia memiliki karakteristik yang mirip dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merpakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan, namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori.75

73

Ibid. h. 31 – 32.

74

Ngalim Purwanto, op.cit. h. 107.

75

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 132.


(49)

Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamikan, dan energetika zat. Ada dua hal dalam kimia yang tidak bisa dipisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuan, dan kimia sebagai proses kerja ilmiah.76

Menurut Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA IPB, kimia adalah ilmu yang mempelajari bahan, yaitu penggolongan bahan kedalam baberapa kategori seperti zat, unsur, senyawa, campuran homogen atau campuran hererogen.77 Sedangkan menurut keenan, Ilmu kimia adalah suatu ilmu yang mempelajari bangun/struktur materi dan perubahan-perubahannya baik terjadi secara alamiah di alam maupun dalam eksprimen yang direncanakan di laboratorium.78

Ilmu kimia sangat bergantung pada pengukuran, contohnya seorang ahli kimia menggunakan pengukuran untuk membandingkan sifat dari berbagai zat dan untuk mempelajari perubahan yang terjadi pada zat tersebut dalam sebuah pecobaan. Suatu hasil pengukuran biasanya menggunakan bilangan yang disertai dengan satuan untuk bilangan tersebut, tanpa adanya satuan bilangan maka hasil pengukuran tersebut tidak ada artinya. Dalam sains termasuk kimia, satuan sangat diperlukan supaya dapat menyatakan hasil pengukuran tersebut secara benar.79

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari komposisi, sifat, dan struktur materi serta perubahan-perubahan materi tersebut baik yang terjadi secara alamiah di alam, maupun yang sengaja dirancang di laboratorium. Kimia tidak bisa dipisahkan antara kimia sebagai produk dan kimia sebagai keterampilan proses ilmiah. Ilmu kimia sangat bergantung pada

76

Ibid. h. 132 – 133.

77

Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA IPB, Kimia Dasar I, (Bogor: IPB, 1997), h. I-19.

78

Keenan, dkk., Kimia Untuk Universitas Jilid 1, Edisi keenam, (Jakarta: PT. Glora Aksara Pratama, 1984), h. 2.

79

Raymond Chang, Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi ketiga Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 10.


(50)

pengukuran, hasil pengukuran tersebut harus memiliki satuan. Tanpa adanya satuan maka hasil pengukuran tersebut tidak memiliki arti.

Bahan kimia atau materi bukan hanya merupakan bahan abstrak beracun yang mematikan dan perlu ditakuti, bahan kimia adalah semua bahan-bahan yang ada di sekeliling manusia seperti buku, udara, bahan bakar, makanan dan lain sebagainya, bahkan tubuh manusia sendiri merupakan bahan kimia.80

Ilmu kimia di SMA dipelajari mulai dari kelas X sampai dengan kelas XII. Adapun materi atau Konsep yang diajarkan di SMA meliputi, aspek-aspek dasar tentang struktur, dinamika, transformasi, dan energitika mengenai zat. Sedangkan pengajaran kimia kelas X semester 2 di SMA terdiri dari Konsep larutan non elektrolit dan larutan elektrolit, konsep oksidasi dan reduksi, hidrokarbon, dan minyak bumi.81

Adapun tujuan kurikulum mata pelajaran kimia di SMA/MA adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam, serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

b. Membentuk sikap ilmiah, yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat menjalin kerjasama denga sesama.

c. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksprimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan, dan penafsiran data, serta melaporkan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.

d. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang bermanfaat dan yang merugikan individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya upaya pengelolaan dan pelestarian lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.

80

James E. Brady, Kimia Universitas Asas & Sruktur Jilid 1 edisi ke-5, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 2.

81


(51)

e. Memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta keterkaitan dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.82

6. Hakikat Konsep Reaksi Redoks

Reaksi redoks merupakan suatu konsep dalam ilmu kimia, di SMA pengenalan reaksi redoks dipelajari di kelas X semester 2 tanpa penyetaraan reaksi tersebut, kemudian dilanjutkan dengan penyetaraan reaksi secara mendalam di kelas XII semester 1.

Reaksi oksidasi reduksi merupakan gabungan dari dua reaksi yaitu reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Pada awalnya istilah oksidasi diterapkan pada reaksi suatu senyawa yang bergabung dengan oksigen, sedangkan istilah reduksi digunakan untuk menggambarkan reaksi bahwa oksigen diambil dari suatu senyawa atau dengan kata lain peristiwa pelepasan oksigen.83

Setelah ilmu kimia terus berkembang maka dapat diketahui banyak reaksi yang terjadi tanpa melibatkan oksigen, misalnya tembaga (Cu) tidak hanya dapat bereaksi dengan oksigen (O2), tetapi juga dapat

bereaksi dengan Cl2 namun memiliki persamaan dengan reaksi antara Cu

dan O2 yaitu molekul O2 atau Cl2 menerima elektron dari Cu, sehingga

fakta tersebut menjadi dasar pengembangan konsep redoks, jadi berdasarkan konsep tersebut reduksi adalah reaksi penerimaan elektron sedangkan oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron.84

Berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, maka redoks adalah suatu senyawa yang bereaksi dengan oksigen. Reaksi pembakaran karbon merupakan reaksi oksidasi (C + O2 → CO2), namun menurut teori

ikatan kimia, senyawa CO2 bukan senyawa ionik melainkan senyawa

82

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, op.cit. h. 133 – 134.

83

Ralph H. Petrucci, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi ke Empat-Jilid 3, (Jakarta: Erlangga, 1987), h. 1 – 2.

84

Muchtaridi dan Sandri Justiana, Kimia SMA Kelas X, (Bandung: Quadra, 2007), h. 215.


(52)

kovalen, sehingga jika mengacu pada konsep reaksi redoks berdasar pada konsep perpindahan elektron, reaksi pembakaran karbon bukan reaksi redoks karena tidak terjadi penerimaan maupun pelepasan elektron.85

Untuk menjelaskan masalah di atas para ahli kimia mengemukakan konsep redoks berdasarkan bilangan oksidasi (biloks). Setiap atom mempuyai muatan yang disebut bilangan oksidasi, yaitu angka yang menyatakan banyaknya elektron yang telah dilepaskan atau diterima oleh suatu atom dalam suatu senyawa. Biloks diberi tanda positif (+) jika atom tersebut melepaskan elektron, dan diberi tanda negatif (-) jika atom tersebut menerima elektron.86

Pada reaksi redoks ada unsur yang bertindak sebagai reduktor, dan ada unsur yang bertindak sebagai oksidator. Reduktor adalah zat yang mengalami oksidasi, sedangkan oksidator adalah zat yang mengalami reduksi. Pada reaksi redoks ada juga istilah reaksi autoredoks, yaitu reaksi redoks dengan satu jenis unsur yang bilangan oksidasinya berubah mengalami oksidasi dan reduksi sekaligus.87

Reaksi redoks merupakan reaksi penting dalam kimia, biokimia, dan industri. Pembakaran batu bara, gas alam, bensin, pengolahan logam besi dan alumunium dari bijih oksidanya, produksi bahan kimia seperti asam sulfat dari sulfur, udara, air, bahkan tubuh manusia memetabolisme gula melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi.88 Dengan semakin berkembangnya ilmu kimia dewasa ini, konsep reaksi redoks juga dapat digunakan untuk memecahkan masalah lingkungan, seperti pada daur ulang perak dan pada energi alternatif tenaga fuel cell yang tidak berpolusi.

85

Ibid. h. 217.

86

Ibid.

87

Ibid. h. 222 – 223.

88

David W. Oxtobi, dkk., Prinsip-peinsip Kimia Modern Edisi ke Empat Jilid , (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 163 – 164.


(53)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan berkaitan dengan penelitian ini antara lain adalah penelitian Gladis Rota dan Juan Izquierdo dalam Electronic Journal of

Biotechnology, yang berjudul “Comics as a tool for teaching biotechnology

in primary schools”, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan media komik

dapat menimbulkan rasa penasaran yang besar dikalangan para siswa terhadap topik pelajaran, khususnya agribioteknologi. Sehingga membuat para siswa banyak bertanya, dan termotivasi untuk mencari informasi dari berbagai sumber lainnya seperti majalah, koran, internet dan lain sebagainya.89

Faezal Muniran dan Md. Rizal Md. Yusof dalam dalam artikelnya yang berjudul “Using comics and graphic novels in school and libraries to

promote literacies”, menyimpulkan bahwa penggunaan media komik mampu

membantu membuka potensi-potensi yang tersembunyi serta berkontribusi terhadap minat baca siswa disetiap jenjang pendidikan.90

Sofowora Olaniyi Alaba dalam Journal of Applied Sciences Research, yang berjudul “The Use of Educational Cartoons and Comics in Enhancing Creativity in Primary School Pupils in Ile-ife, Osun State,

Nigeria” menyatakan bahwa penggunaan media komik dan film kartun dapat

menambah kreatifitas siswa.91

Syaiful Hadi dalam laporan penelitiannya yang berjudul “Pembelajaran Konsep Pecahan Menggunakan Media Komik dengan

Strategi Bermain Peran Pada Siswa SD Kelas IV Semen Gresik”, diperoleh

kesimpulan bahwa penggunaan media komik dalam pembelajaran matematika

89

Gladis Rota dan Juan Izquierdo, “Comics as a tool for teaching biotechnology in primary schools”, Electronic Journal of Biotechnology Vol.6 No.2, Issue of August 15, 2003, Universidad Católica de Valparaíso Chile, h. 88.

90

Faezal Muniran dan Md. Rizal Md. Yusof, “Using comics and graphic novels in school and libraries to promote literacies”, h. 127. dalam

http://dspace.fsktm.um.edu.my/bitstream/1812/298/1/11Faezal&Ridzal_my_JS.pdf diakses 8 april 2010.

91

Sofowora Olaniyi Alaba, “The Use of Educational Cartoons and Comics in Enhancing Creativity in Primary School Pupils in Ile-ife, Osun State, Nigeria”, Journal of Applied Sciences Research, 2007. h. 913.


(1)

4 34 Heru Dwi Waluyanto, op.cit. h. 51 – 52.

35 Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media

Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 55. 36 Falah Yunus, Belajar Tuntas di SMK dengan Modul,

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Kalimantan Timur, 2004, h. 5. 37 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-9, h. 43. 38 Yudhi Munadi, op.cit. h. 98.

39 E. Mulyasa, op.cit. h. 46.

40 Mulyati Arifin, dkk., op.cit. h. 8.

41 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), h. 76. 42 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 2.

43 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Juz 1 – 30, (Surabaya: Mekar, 2002), h. 793.

44 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 91.

45 Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 24.

46 Ngalim Purwanto, op.cit. h. 98 – 100.

47 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar

Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 22.

48 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan

Pendekatan Baru, (Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 92.


(2)

5 50 Ahmad Sofyan, ddk., Evaluasi Pembelajaran IPA

Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 14 – 15.

51 Ibid. h. 15 – 17. 52 Ibid. h. 15. 53 Ibid. h. 19 – 20. 54 Ibid. h. 20.

55 Nana Sudjana, op.cit. h. 30.

56 Ahmad Sofyan, ddk., op.cit. h. 23 – 24. 57 Ibid. h. 24 – 25.

58 Yudi Munadi, op.cit. h. 24 – 25. 59 Ibid. h. 27 – 29.

60 Zikri Neni Iska, op.cit. h. 89. 61 Yudi Munadi, op.cit. h. 26. 62 Slameto, op.cit. h. 56. 63 Ibid. h. 57.

64 Yudi Munadi, op.cit. h. 27. 65 Zikri Neni Iska, op.cit. h. 39. 66 Yudi Munadi, op.cit. h. 29. 67 Ibid. h. 30 – 31.

68 Ibid. h. 31. 69 Ibid. h. 31 – 32.

70 Ngalim Purwanto, op.cit. h. 107.

71 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 132. 72 Ibid. h. 32 – 33.

73 Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA IPB, Kimia Dasar I, (Bogor: IPB, 1997), h. I-19.

74 Keenan, dkk., Kimia Untuk Universitas Jilid 1, Edisi keenam, (Jakarta: PT. Glora Aksara Pratama, 1984), h. 2.


(3)

6 75 Raymond Chang, Kimia Dasar Konsep-konsep Inti

Edisi ketiga Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 10. 76 James E. Brady, Kimia Universitas Asas & Sruktur Jilid

1 edisi ke-5, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 2. 77 Silabus Mata Pelajaran Kimia SMA Negeri-5 Kota

Tangerang, 2006, h. 5 – 8.

78 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, op.cit. h. 133 – 134.

79 Ralph H. Petrucci, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi ke Empat-Jilid 3, (Jakarta: Erlangga, 1987), h. 1 – 2.

80 Muchtaridi dan Sandri Justiana, Kimia SMA Kelas X, (Bandung: Quadra, 2007), h. 215.

81 Ibid. h. 217. 82 Ibid.

83 Ibid. h. 222 – 223.

84 David W. Oxtobi, dkk., Prinsip-peinsip Kimia Modern Edisi ke Empat Jilid , (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 163 – 164.

85 Gladis Rota dan Juan Izquierdo, “Comics as a tool for teaching biotechnology in primary schools”, Electronic Journal of Biotechnology Vol.6 No.2, Issue of August 15, 2003, Universidad Católica de Valparaíso Chile, h. 88.

86 Faezal Muniran dan Md. Rizal Md. Yusof, “Using comics and graphic novels in school and libraries to promote literacies”, h. 127. dalam

http://dspace.fsktm.um.edu.my/bitstream/1812/298/1/1 1Faezal&Ridzal_my_JS.pdf diakses 8 april 2010. 87 Sofowora Olaniyi Alaba, “The Use of Educational

Cartoons and Comics in Enhancing Creativity in Primary School Pupils in Ile-ife, Osun State, Nigeria”,


(4)

7 Journal of Applied Sciences Research, 2007. h. 913.

88 Syaiful Hadi, op. cit. h. 30.

89 Maifalinda Fatra, “Penggunaan KOMAT (Komik Matematika) Pada Pembelajaran Matematika di MI”, Jurnal ALGORITMA Vol.3 no.1 – Juni 2008, h. 70.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 1 Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Jakarta:

Ciputat Press, 2006), h. 62. 2 Ibid. h. 70.

3 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 36.

4 Ahmad Sofyan, ddk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 106.

5 Ahmad Sofyan, ddk., op.cit. h. 105. 6 Ahmad Sofyan, dkk., op.cit. h. 103. 7 Ahmad Sofyan, dkk., op.cit. h. 104.

8 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 466.

9 Ibid. h. 249. 10 Ibid. h. 239. 11 Ibid. h. 243.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 1 Syaiful Hadi, Pembelajaran Konsep Pecahan

Menggunakan Media Komik Dengan Strategi Bermain Peran Pada Siswa SD Kelas IV Semen Gresik, h. 30. dalam

http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_pe serta/57_Syaiful%20Hadi.pdf, diakses 16 Januari 2009.


(5)

8 2 Maifalinda Fatra, “Penggunaan KOMAT (Komik

Matematika) Pada Pembelajaran Matematika di MI”, Jurnal ALGORITMA Vol.3 no.1 – Juni 2008, h. 70. 3 Faezal Muniran dan Md. Rizal Md. Yusof, “Using

comics and graphic novels in school and libraries to promote literacies”, h. 127. dalam

http://dspace.fsktm.um.edu.my/bitstream/1812/298/1/1 1Faezal&Ridzal_my_JS.pdf diakses 8 april 2010.

Yang Mengesahkan

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd. Munasprianto Ramli, M.A.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Zulkifli. Anak ke empat dari tujuh bersaudara, anak dari pasangan Ismail Mahmuddin dan Hasrah Mukti. Lahir di desa Bente pada tangga 5 Februari 1986. Memulai pendidikan di MI Tarbiyah Islamiyah Bente Berkat Kecamatan Mandah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau, lulus tahun 1998. Melanjutkan sekolah di MTs Annahdatul Muhibbah Bente Berkat, masih di desa yang sama, lulus tahun 2001. Kemudian pada tahun yang sama melanjutkan di Madrasah Tarbiyah Islamiyah Candung, Sumbar. Tetapi tidak tamat. Pada tahun 2002 melanjutkan kembali di Madrasah Aliah Negeri (MAN) 1 Pekanbaru Riau, lulus tahun 2005. Kemudian pada tahun yang sama melanjutkan di Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.