KEBERDAAN INSTRUMEN MUSIK TUTU HAO PADA MASYARAKAT NIAS DI DESA SAEWE KABUPATEN GUNUNGSITOLI.
&Ffi{,
NVff
gT& Tffitr*HN
SVfr,HSUEATit'}
INgg NYtr YSYffiYS
SYJ.TrTXY.{
xtsY.EYxtrNgs
NYsnuff
E9O*VSZZEIL{f. 'T4[trN
YITNYSX,{f}YTE.L
OFINTONIVA
qaI0
Ea{IFEFE?€
***
f=eg EEe** qaloraduratrq lereAg eEe$eq+,A E==aE*€?E{ qr*errfi uurym$qgE.$ggEE}HS
E?*iai;
=Hi?,*-G
-$ HUJ,YdftSY){
m/t1E""S
?-'_r3{II€
gyEN
J.\rXyUyASyIAt
YqYd
OYE{*E*;.
.qtsi}$i iigBi&UJ.SNI i\IYYgYUUfltrX
f*ffi#*
s1
d lta
EE
x€
sJh
i-r&,
sl
ffi
(2)
sffiffi
fr!6
*cgrii.; r, i,j:, - ;
fllili
-ERili*JE*"i=o:'
:..csEr,?giSF:**+E e'*e $.s:*i.;
s eg*ffi q+6*xadxern r.f -"j:{ iii i=, r.t j
pexc"{s'1qE?EBeqEHe'axFqetaS's'L"Ei=ee=:,:-.'..1;
€xSPeF.S pa*i=,i'; 1r;1,::-:.1i.,i'*a!I.Ei]. XW#S €effiF Se*ea€i.:=
=.-.;:i;::.raa -6-SSE}$EaE€ $ffi€g *.;::::--::,::i:,=;:".j lf-?is+g aeNws$$X*g ryc-€"*€B,s+=i= 1.:j-...
"-:':.. ;;: i *[Hfl g*S "g,kX.&J
^Yi}FdYffiBqiiii.'--:--.,- 1:::...-i',;*i*J=4r.& : q*E# aew:gmflegp gq 1=.;r- .
NHH€=
1r, ,
,(3)
tffi
a sE$srffi?si96E'ii{
3a:,
A
H#e66I E*'IE*':.,
'ii -ES.g€ "ea€q€?E F}BS'+.i*
*.d&l}
a-ru Acdgq5 EqqnxgqxaaA E+$8€ E Ess1.aqg Bagqwlqead
:i*;s{
: EEaEg3 Eclfse;*s$ffi
gtg4.{sqffiagdag
,wepaSqrr*ryf p$pw*d eenm$xwg xegeff
qaneredwaxl Xm&e$ ganer{e Eqmtreffiae qsg*$ Er6qe&mdw{g
@spaml gl€B*H seg6si*a$ffiI] fHaS sxsp Bseqaffi s€$f&qs6 E-SflI$n&[ 5us,s EEiff Fl F rE*,j- E S ru S me;Bo.l6 ]XxsB?B.rprEas EsEsrunf
EF**E6AArI{S
'p{IN
'ynerySg4illyggj.
*FEtLESg4[vA : Eof@ mr:gnfqp 1u] IsdF4qS(4)
("$JffiI#*
uuBuei €PIJE3glgg
roqw*$eg
'ueS*H gfmEua6 wggesrygp$Sm*d exn*fxeg
rBIsS qago:edwagq qIqSIaIS xune-r*.{s'a*d SqmlrCIwatrq
ue4qudqg
xeq
5f:i;gE*t:*ilE*E7"Enffi'E€EN
yilhryfiI4tfAvT3-i
.*ESCS.#E€H.A q*ge ee4mfrgp ;u! IsdI.rqSi--..i;itil,aiiHHfiS
NffiS.YfiIle-YX
Er+
E s=
==;gE€
g€
SYAbI.LYXY}[YX.SY&{
VryVsnSYffi
I3"E"GJ" EE rEE€ .+iE€I9?EeSNfSYY{firtlgffmt
t&*
EA:-ti.tlf i'I;+c"i"S
E&=.:+5:<g*$ E
?*y.iili
*iI ir.*
Ti
itr;--e;
E$S
f
*Ifi*Z F$Fs;f,ei
-ffi
ffi
ASS e gEE
66I
ICEI996I'.iiu
ffi
(5)
{90&igrrI[s
tri*fr$qw*?$*S
nr.rmpetr41H*p r{s4s6$ Exrepp ms€ip Se-xc",i ::;=1 'ureg Sx:ru* E{eEs {ffiry}Eqrsiip -;;,,: ades ucriqel*Semdss BHEfEiEi:.;-; .,,.. -,
$sry&fsp quwad Bue,{ e,*e;;
..:i-.,,
**rye*snd r*Ssp isepp $sEinqe$p
q;6* re$1q;*iip rl@i*t {iH}* s}E$3"a*i s*€sps 8{:e6
:rr:;:,
:"i;;rr;ad seae,{ 3ed*p**d *tr?e e{wry pdep.Iq
Fp:;
ei-::?'i=iiEjed ;BEn$}p -*ecuefl;esery .reJ*B qela.lodarie$: Xiil r-.
,..
;sd:.rqs E{i*Xsp e,s&qeq wryWu,{u*ul edus gut ueEu:r.-i.. "-^ . ^ L rir:--'j
::1 ': l.:'
(6)
ABSTRAK
Yamotuho Telaumbanua, NIM.071222510061. Keberdaan Instrumen Musik Tutu
Hao Pada Masyarakat Nias Di Desa Saewe Kabupaten Gunungsitoli.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keberadaan instrument musik
Tutu Hao
pada masyarakat Nias di Desa Saewe Kabupaten Gunungsitoli.Penelitian ini
di Desa Saewe Kabupaten Gunungsitoli.
Waktu penelitian dan proses penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2012 – Agustus
2012. Sampel penelitian yang dijadikan yaitu seluruh populasi pengrajin
tutu hao
yang
beralamat di Desa Saewe
.Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data
dan observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka.
Secara umum penelitian ini memaparkan, dari beberapa alat musik masyarakat Nias
khususnya pada instrument musik
tutu hao
telah mengalami perubahan yang hampir
punah (jarang dimainkan). Dahulu instrument musik tutu hao ini dimainkan oleh kaum
pria untuk menghibur hatinya ditengah-tengah kesibukan pekerjaannya karena tidak
dapat menyanggupi jujuran wanita yang ingin dinikahinya. Seiring dengan
perkembangan zaman, yakni teknologi yang berkembang, instrument musik
tutu hao
semakin jarang digunakan, hal ini disebabkan generasi muda lebih tertarik memainkan
alat-alat musik modern dari pada alat musik tradisional khususnya instrument musik
tutu hao yang hampir punah. Untuk itu sangat diperlukan sekali perhatian khusus
dalam pelestariannya terhadap alat-alat musik etnik yang hampir punah dan
menjadikan alat-alat musik tersebut sebagaimana dulunya digunakan. Maka dari itu
penelitian ini dilaksanakan dengan maksud memperkenalkan kembali instrument
musik
tutu hao
terhadap masyarakat luas.
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR GAMBAR ... iv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II. LANDASAN TEORITIS ... 10
A. Landasan Teoritis ... 10
1. Pengertian Keberadaan ... 10
2. Pengertian Instrumen ... 12
3. Instrumen Musik Tutu Hao ... 12
B. Kerangka Konseptual ... 14
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 15
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17
B. Populasi dan Sampel ... 17
C. Teknik Pengumpulan Data... 18
D. Studi pustaka ... 20
E. Analisis data ... 22
F. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Letak Geografis Nias... 24
B. Keberadaan Instrumen Musik Tutu Hao ... 27
C. Teknik Pembuatan Instrumen Musik Tutu Hao ... 28
D. Teknik Bermain Instrumen Musik Tutu Hao ... 42
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 48
A. Kesimpulan ... 48
B. Saran... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 52
(8)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 ... 29
GAMBAR 2 ... 29
GAMBAR 3 ... 31
GAMBAR 4 ... 31
GAMBAR 5 ... 32
GAMBAR 6 ... 33
GAMBAR 7 ... 34
GAMBAR 8 ... 35
GAMBAR 9 ... 36
GAMBAR 10 ... 37
GAMBAR 11 ... 38
GAMBAR 12 ... 38
GAMBAR 13 ... 39
GAMBAR 14 ... 40
GAMBAR 15 ... 41
GAMBAR 16 ... 43
GAMBAR 17 ... 44
GAMBAR 18 ... 45
GAMBAR 19 ... 45
(9)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesenian Indonesia terdiri dari berbagai bmacam budaya yang merupakan sarana untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia, kesenian juga mempunyai fungsi lain, yang berfungsi menentukan norma dalam berperilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nila yang berlaku.
Seperti halnya seni musik, seni tari, seni teater dan seni drama yang dimiliki suatu bangsa, bila tidak dijag akan kelestariannya maka akan hilanglah kekayaan seni budaya tersebut. Dengan demikian kesenian dap[at dikatakan sebagai saran dalam mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat.
Salah satu suku yang ada di provinsi sumatera utara adalah suku nias. Sama halnya dengan suku-suku lain di Indonesia yang mempunyai warisan-warisan dari nenek moyangnya.
Dikalangan etnik nias terdapat berbagai jenis alat musik yang dimainkan dalam bentuk ansambel, atau sebagai alat musik individual. Instrument yang dimainmkan secara ansambel yang ada dalam etnik nias yaitu aramba, gondra dan faritia. Sedangkan musik yang dimainkan secara individual adalah tutu hao, lagia, dan surune.
Dari sejumlah alat musik nias sebagaimana dikemukakan, beberapa alat musik tradisional sudah terancam punah sebagai dampak dari perkembangan zaman, dimana penggunaanya sebagai media ekspresi telah mengalami penurunandan tidak seperti dulu lagi.
(10)
Bapak B.Telaumbanua adalah salah satu pembuat dan pemain instrument musik tutu hao yang baik di desa saewe kabupaten gunungsitoli. Dari informasi yang didapat penulis, instrument musik tutu hao ini mempunyai sejarah yang xukup menarik dan unik.
Pada masa dulu banyak muda-mudi nias yang tidak bisa menikah dikarenakan jujuran yang sangat tinggi. Pemuda hanya bisa berharap dan bisa bekarja mengumpulkan uang. Untuk menghibur hati, pemuda yang tidak bisa menikah mengambil seruas bambu dan membuat alat musik yang suaranya persis dengan suara ansambel aramba ,gondra dan faritia dan instrument ini disebut dengan tutu hao, dimana suara yang dihasilkan oleh tutu hao ini sangat persis dengan bunyi ansambel. Instrument musik tutu hao ini dimainkan oleh satu orang sedangkan gondra ,aramba, dan faritia dimainkan oleh satu orang tiap instrumennya. Jadi dengan memainkan instrument ini maka dia seakan-akan sedang berada dalam pesta pernikahannya walaupun itu hanya dalam angan-angannya.
Instrument tutu hao tergolong pada spesifikasi instrument idiophone, dimana sumber bunyi dihasilkan oleh bahan dasar atau badan instrument tersebut, baik yang saling memukul maupun yang dipukul oleh benda lain.
Perlu diketahui selain di nias, instrument musik tutu hao juga ada miripnya dengan instrument keteng-keteng didaerha batak karo, hanya saja perbedaannya terletak pada cara memainkan atau bunyi yang dihasilkan. Pada suku batak karo instrument musik keteng-keteng dipakai dalam upacara kematian, perumahan begu dan upacara pernikahan. Dimana keteng-keteng ini tidak sama fungsinya dengan instrument musik tutu hao yang ada di niasa yaitu sebagai penghibur.
(11)
Namun demikian menurut pengamatan dan informasi peneliti temukan,ternyata masih ada yang menggunakan dan membuat instrument musik tutu hao yaitu di desa saewe, kecamatan gunungsitoli, kabupaten gunungsitoli. Oleh karena itu penulis merasa tertarik dengan meneliti fenomena tersebut dengan memilih judul, “ Keberadaan Instrumen Musik Tutu Hao pada Masyarakat Nias di desa Saewe Kabupaten Gunungsitoli”.
B. Identifikasi Masalah
Untuk lebih mengarahkan penelitian serta masalah yang dihadapi maka umumnya penelitian menggunakan identifikasi masalah, agar langkah-langkah yang diambil serta hasil yang dicapai maksimal.
1. Bagaimana keberadaan instrument musik tutu hao dalam kaitannya
dengan siklus kehidupan etnik Nias di Desa Saewe Kecamatan Gunungsitoli?
2. Bagaimana cara pembuatan instrumen musik tutu haopada etnik Nias di
Desa Saewe Kecamatan Gunungsitoli?
3. Bagaimana pemanfaatan instrumen musiktutu haopada etnik Nias di Desa
Saewe Kecamatan Gunungsitoli?
4. Bagaimana minat generasi muda dalam mempelajari instrumen musik tutu haopada etnik Nias di Desa Saewe Kecamatan Gunungsitoli?
5. Bagaimana teknik bermain instrumen musik tutu hao?
(12)
C. Pembatasa Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana, dan kemampuan teoritis, maka penulis merasa perlu mengadakan pembatasan masalah untuk mempermudah pemecahan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini.
Menurut pendapat Surakhmad (1982 : 31) yang mengatakan bahwa:
“Sebuah masalah yang dirumuskan terlalu luas tidak perlu dipakai sebagai masalah penyelidikan oleh karena tidak akan pernah jelas batasan-batasan masalah, pembatasan masalah ini perlu saja untuk mempermudahkan atau menyederhanakan masalah baginpenyelidikan akan tetapi juga menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan dalam memecahkan masalah waktu, tenaga, ongkos dan sebagainya yang timbul dari rencana tertentu”.
Maka disimpulkan dari pendapat tersebut bahwa pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan batasan masalah peneliti yang akan diteliti untuk membatasi pembahasan agar topik menjadi fokus dan menjaga agar pembahasan tidak melebar.
Mengingat luasnya cakupan masalah yang menyangkut Eksistensi Instrumen Musik tutu hao, maka peneliti perlu membuat pembatasan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana keberadaan instrument musik tutu hao dalam kaitannya
dengan siklus kehidupan etnik Nias di Desa Saewe Kecamatan Gunungsitoli?
2. Bagaimana cara pembuatan instrumen musik tutu haopada etnik Nias di
(13)
3. Bagaimana pemanfaatan instrumen musiktutu hao pada etnik Nias di Desa
Saewe Kecamatan Gunungsitoli?
D. Perumusan Masalah
Dalam menentukan perumusan masalahpenulis berpedoman terhadap pendapat maryeni(2005:14) bahwa “ Rumusan masalah merupakan jabaran detail focus penelitian yang digarap”. Rumusan masalah menjadi semacam kontrak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya dalam menentukan njawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada perumusan masalah.
Maka disimpulkan dari pendapat tersebut bahwapembatasan masalah adalah usaha menetapkan batasan dari masalah peneliti yang akan diteliti supaya pembahasan suatu topic tidak meluas.
E. Tujuan Penelitian
Setiap visi dan misi yang dilakukan setiap manusia ataupun organisasi selalu berorientasi kepada tujuan. Salah satu keberhasilan dalam penelitian adalah tercapainya tujuan penelitian. Berhasil atau tidaknya suatu penelitian yang dilakukan dapat dilihat dari tercapai atau tidaknya tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui keberadaan instrumen musik tutu haodalam kaitannya dengan
siklus kehidupan etnik Nias di Desa Saewe Kecamatan Gunungsitoli Kabupaten Gunungsitoli.
2. Mengetahui cara pembuatan instrumen musik tutu hao pada etnik Nias di
(14)
3. Mendeskripsikan pemanfaatan instrumen musik tutu hao dalam konteks
keberadaan Nias di Desa Saewe Kecamatan Gunungsitoli Kabupaten Gunungsitoli.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai keberadaan instrumen musik tutu hao dalam kaitannya dengan siklus
kehidupan etnik Nias.
2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai eksistensi instrumen musik tutu hao dalam kaitannya dengan siklus
kehidupan etnik Nias.
3. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nias tentang pentingnya pelestarian dan pengembangan musik tradisional Nias khususnya instrumen musik tutu hao.
4. Salah satu upaya pemeliharaan alat musik etnik Nias khususnya pada alat-alat musik yang keberadaannya hampir punah.
5. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang memiliki keterkaitan dengan topik penelitian ini.
(15)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...
i
KATA PENGANTAR ...
ii
DAFTAR GAMBAR ...
iv
BAB I. PENDAHULUAN ...
1
A. Latar Belakang ...
1
B. Identifikasi Masalah ...
4
C. Pembatasan Masalah ...
5
D. Rumusan Masalah ...
6
E. Tujuan Penelitian ...
7
F. Manfaat Penelitian ...
8
BAB II. LANDASAN TEORITIS ...
10
A. Landasan Teoritis ...
10
1. Pengertian Keberadaan ...
10
2. Pengertian Instrumen ...
12
3. Instrumen Musik Tutu Hao ...
12
B. Kerangka Konseptual ...
14
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...
15
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ...
17
B. Populasi dan Sampel ...
17
C. Teknik Pengumpulan Data...
18
D. Studi pustaka ...
20
E. Analisis data ...
22
F.
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
46
A. Letak Geografis Nias...
24
B. Keberadaan Instrumen Musik Tutu Hao ...
27
C. Teknik Pembuatan Instrumen Musik Tutu Hao ...
28
D. Teknik Bermain Instrumen Musik Tutu Hao ...
42
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...
48
A. Kesimpulan ...
48
B. Saran...
49
DAFTAR PUSTAKA ...
52
(16)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 ...
29
GAMBAR 2 ...
29
GAMBAR 3 ...
31
GAMBAR 4 ...
31
GAMBAR 5 ...
32
GAMBAR 6 ...
33
GAMBAR 7 ...
34
GAMBAR 8 ...
35
GAMBAR 9 ...
36
GAMBAR 10 ...
37
GAMBAR 11 ...
38
GAMBAR 12 ...
38
GAMBAR 13 ...
39
GAMBAR 14 ...
40
GAMBAR 15 ...
41
GAMBAR 16 ...
43
GAMBAR 17 ...
44
GAMBAR 18 ...
45
GAMBAR 19 ...
45
(17)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesenian Indonesia terdiri dari berbagai bmacam budaya yang merupakan sarana untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia, kesenian juga mempunyai fungsi lain, yang berfungsi menentukan norma dalam berperilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nila yang berlaku.
Seperti halnya seni musik, seni tari, seni teater dan seni drama yang dimiliki suatu bangsa, bila tidak dijag akan kelestariannya maka akan hilanglah kekayaan seni budaya tersebut. Dengan demikian kesenian dap[at dikatakan sebagai saran dalam mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat.
Salah satu suku yang ada di provinsi sumatera utara adalah suku nias. Sama halnya dengan suku-suku lain di Indonesia yang mempunyai warisan-warisan dari nenek moyangnya.
Dikalangan etnik nias terdapat berbagai jenis alat musik yang dimainkan dalam bentuk ansambel, atau sebagai alat musik individual. Instrument yang dimainmkan secara ansambel yang ada dalam etnik nias yaitu aramba, gondra dan faritia. Sedangkan musik yang dimainkan secara individual adalah tutu hao, lagia, dan surune.
Dari sejumlah alat musik nias sebagaimana dikemukakan, beberapa alat musik tradisional sudah terancam punah sebagai dampak dari perkembangan zaman, dimana penggunaanya sebagai media ekspresi telah mengalami penurunandan tidak seperti dulu lagi.
(18)
Bapak B.Telaumbanua adalah salah satu pembuat dan pemain instrument musik tutu hao yang baik di desa saewe kabupaten gunungsitoli. Dari informasi yang didapat penulis, instrument musik tutu hao ini mempunyai sejarah yang xukup menarik dan unik.
Pada masa dulu banyak muda-mudi nias yang tidak bisa menikah dikarenakan jujuran yang sangat tinggi. Pemuda hanya bisa berharap dan bisa bekarja mengumpulkan uang. Untuk menghibur hati, pemuda yang tidak bisa menikah mengambil seruas bambu dan membuat alat musik yang suaranya persis dengan suara ansambel aramba ,gondra dan faritia dan instrument ini disebut dengan tutu hao, dimana suara yang dihasilkan oleh tutu hao ini sangat persis dengan bunyi ansambel. Instrument musik tutu hao ini dimainkan oleh satu orang sedangkan gondra ,aramba, dan faritia dimainkan oleh satu orang tiap instrumennya. Jadi dengan memainkan instrument ini maka dia seakan-akan sedang berada dalam pesta pernikahannya walaupun itu hanya dalam angan-angannya.
Instrument tutu hao tergolong pada spesifikasi instrument idiophone, dimana sumber bunyi dihasilkan oleh bahan dasar atau badan instrument tersebut, baik yang saling memukul maupun yang dipukul oleh benda lain.
Perlu diketahui selain di nias, instrument musik tutu hao juga ada miripnya dengan instrument keteng-keteng didaerha batak karo, hanya saja perbedaannya terletak pada cara memainkan atau bunyi yang dihasilkan. Pada suku batak karo instrument musik keteng-keteng dipakai dalam upacara kematian, perumahan begu dan upacara pernikahan. Dimana keteng-keteng ini tidak sama fungsinya dengan instrument musik tutu hao yang ada di niasa yaitu sebagai penghibur.
(19)
Namun demikian menurut pengamatan dan informasi peneliti temukan,ternyata masih ada yang menggunakan dan membuat instrument musik tutu hao yaitu di desa saewe, kecamatan gunungsitoli, kabupaten gunungsitoli. Oleh karena itu penulis merasa tertarik dengan meneliti fenomena tersebut dengan memilih judul, “ Keberadaan Instrumen Musik Tutu Hao pada Masyarakat Nias di desa Saewe Kabupaten Gunungsitoli”.
B. Identifikasi Masalah
Untuk lebih mengarahkan penelitian serta masalah yang dihadapi maka umumnya penelitian menggunakan identifikasi masalah, agar langkah-langkah yang diambil serta hasil yang dicapai maksimal.
1. Bagaimana keberadaan instrument musik tutu hao dalam kaitannya
dengan siklus kehidupan etnik Nias di Desa Saewe Kecamatan Gunungsitoli?
2. Bagaimana cara pembuatan instrumen musik tutu haopada etnik Nias di
Desa Saewe Kecamatan Gunungsitoli?
3. Bagaimana pemanfaatan instrumen musiktutu haopada etnik Nias di Desa
Saewe Kecamatan Gunungsitoli?
4. Bagaimana minat generasi muda dalam mempelajari instrumen musik tutu haopada etnik Nias di Desa Saewe Kecamatan Gunungsitoli?
5. Bagaimana teknik bermain instrumen musik tutu hao?
(20)
C. Pembatasa Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana, dan kemampuan teoritis, maka penulis merasa perlu mengadakan pembatasan masalah untuk mempermudah pemecahan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini.
Menurut pendapat Surakhmad (1982 : 31) yang mengatakan bahwa: “Sebuah masalah yang dirumuskan terlalu luas tidak perlu dipakai sebagai masalah penyelidikan oleh karena tidak akan pernah jelas batasan-batasan masalah, pembatasan masalah ini perlu saja untuk mempermudahkan atau menyederhanakan masalah baginpenyelidikan akan tetapi juga menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan dalam memecahkan masalah waktu, tenaga, ongkos dan sebagainya yang timbul dari rencana tertentu”.
Maka disimpulkan dari pendapat tersebut bahwa pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan batasan masalah peneliti yang akan diteliti untuk membatasi pembahasan agar topik menjadi fokus dan menjaga agar pembahasan tidak melebar.
Mengingat luasnya cakupan masalah yang menyangkut Eksistensi Instrumen Musik tutu hao, maka peneliti perlu membuat pembatasan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana keberadaan instrument musik tutu hao dalam kaitannya
dengan siklus kehidupan etnik Nias di Desa Saewe Kecamatan Gunungsitoli?
2. Bagaimana cara pembuatan instrumen musik tutu haopada etnik Nias di
(21)
3. Bagaimana pemanfaatan instrumen musiktutu hao pada etnik Nias di Desa
Saewe Kecamatan Gunungsitoli?
D. Perumusan Masalah
Dalam menentukan perumusan masalahpenulis berpedoman terhadap pendapat maryeni(2005:14) bahwa “ Rumusan masalah merupakan jabaran detail focus penelitian yang digarap”. Rumusan masalah menjadi semacam kontrak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya dalam menentukan njawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada perumusan masalah.
Maka disimpulkan dari pendapat tersebut bahwapembatasan masalah adalah usaha menetapkan batasan dari masalah peneliti yang akan diteliti supaya pembahasan suatu topic tidak meluas.
E. Tujuan Penelitian
Setiap visi dan misi yang dilakukan setiap manusia ataupun organisasi selalu berorientasi kepada tujuan. Salah satu keberhasilan dalam penelitian adalah tercapainya tujuan penelitian. Berhasil atau tidaknya suatu penelitian yang dilakukan dapat dilihat dari tercapai atau tidaknya tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui keberadaan instrumen musik tutu haodalam kaitannya dengan
siklus kehidupan etnik Nias di Desa Saewe Kecamatan Gunungsitoli Kabupaten Gunungsitoli.
2. Mengetahui cara pembuatan instrumen musik tutu hao pada etnik Nias di
(22)
3. Mendeskripsikan pemanfaatan instrumen musik tutu hao dalam konteks
keberadaan Nias di Desa Saewe Kecamatan Gunungsitoli Kabupaten Gunungsitoli.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai keberadaan instrumen musik tutu hao dalam kaitannya dengan siklus
kehidupan etnik Nias.
2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai eksistensi instrumen musik tutu hao dalam kaitannya dengan siklus
kehidupan etnik Nias.
3. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nias tentang pentingnya pelestarian dan pengembangan musik tradisional Nias khususnya instrumen musik tutu hao.
4. Salah satu upaya pemeliharaan alat musik etnik Nias khususnya pada alat-alat musik yang keberadaannya hampir punah.
5. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang memiliki keterkaitan dengan topik penelitian ini.
(23)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada pembahasan, peneliti
dapat menarik kesimpulan. Adapun kesimpulannya sebagai berikut :
1.
Diketahui bahwa pada masa dahulu alat musik
tutu hao
dijadikan sebagai
penghibur bagi para perjaka yang masih belum bisa menikah dikarenakan jujuran
sang gadis yang terlalu tinggi.
2.
Alat musik
tutu hao
menjadi alat musik yang individual. Karena instrument
tutu
hao
dapat dimainkan secara solo. Oleh karena itu instrument ini tidak bisa
digabungkan dengan ansambel musik.
3.
Alat musik
tutu hao
neniliki tiga bagian sumber bunyi yaitu Gondra, Aramba dan
Faritia dan dimainkan secara bersamaan.
4.
Instrument musik
tutu hao
merupakan alat musik yang hampir punah atau jarang
digunakan dan dibuat dari antara alat musik masyarakat Nias lainnya.
5.
Instrument musik
tutu hao
tidak dapat dipakai dalam kegiatan upacara tertentu atau
adat, melainkan dipergunaskan sebagai penghibur diri ditengah-tengah kesendirian
maupun bersama teman-teman dan keluarga.
Akibat kemajuan teknologi yang berkembang, instrument musik
tutu hao
(24)
Gunungsitoli. Generasi muda sekarang lebih tertarik pada alat musik modern dan
melupakan alat musik tradisional bangsa sendiri.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, penulis mengajukan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Kerana kemajuan teknologi yang berkembang menyebabkan alat musik tradisional
jarang digunakan. Kepada masyarakat khususnya muda-mudi haruslah melestarikan
alat-alat musik tradisional kita, supaya alat-alat musik kita tidak hilang atau punah.
2. Sebagai bahan masukan untuk pemerintah agar lebih memperhatikan alat musik
tradisional, khususnya alat musik
tutu hao
yang kini jarang dimainkan atau
dipentaskan dalam sebuah karya. Oleh karena itu pemerintah harus memperhatikan
alat-alat musik tradisional yang jarang dimainkan agar tidak hilang dan tidak
menjadi milik kepunyaan Negara lain.
3. Dengan kepribadian kita yang ingin membangun kebudayaan-kebudayaan yang kian
dilupakan oleh orang banyak, kita membangkitkannya dengan kita melestarikannya
dan mengutamakan kepunyaan kita dari pada kepunyaan Negara lain.
4. Bagi peneliti berikutnya, peneliti berharap skripsi ini dijadikan sebagai bahan acuan
kedepannya supaya penelitian ini tidak hanya sampai disini. Hal ini bermanfaat
untuk melestarikan musik etnik yang tidak berkembang atau musik yang hampir
punah dan menjadikan musik tersebut bias dikenal oleh masyarakat.
(25)
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2001.
“Metodologi Pendidikan Kualitatif”
. Jakarta : Rajagrafindo
Persada.
Azari, Azril. 2001.
“Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah”
. Cetakan ke IV.
Universitas Trisakti : Jakarta.
Hutabarat, Lampos. 2010.
Keberadaan Dan Bentuk Musik Sikambang Di Kota
Sibolga
. UNIMED
Miles, B. Matthew dan Huberman., A.Michael. 2005.
”Analisis Data
Kualitatif”
.Jakarta : UI-PRESS. Media.
Margono. 2009.
Metode Penelitian Pendidikan
. Jakarta : Pustaka Umum
Maryaeni.2005.
”Metode Penelitian Kebudayaan”
.Jakarta : Bumi Aksara
Manurung, Margaretha. 2012.
Eksistensi Instrumen Tulila Pada Etnik Batak Toba Di
Desa Harian Boho Kabupaten Samosir
. UNIMED.
Ndruru, Mudilia. 2010. “
Peranan Musik Dalam Tari Maena Pada Upacara Adat
Perkawinan Masyarakat Nias Di Desa Tundrumbaho Kecamatan Lolomatua
Kabupaten Nias Selatan”
. UNIMED.
Situmorang, Meliana Suryani. 2005
. Peranan Musik Tradisional Batak Toba Pada
Pesta Sulang-sulang Di Desa Sabolon Kecamatan Sitiotio Samosir
. UNIMED.
Telaumbanua, Eben H. 1999.
“Keberadaan Musik Tradisional Maena Terhadap
Perkembangan Musik Moderen”
.UNIMED.
Telaumbanua, Chical T. 2012
. “Analisis Sinuno Pada Pertunjukan Fanari Ya’ahowu
(26)
Narbuko, Achmadi. 2005
. “Metode Penelitian”
. Cetakan ke VII.Jakarta : Bumi
Aksara.
Narbuko, Cholid. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara Balai Pustaka.
Nazri, Muhamad. 2005.
“Metode Penelitian”
. Bogor : Ghalia Indonesia.
Pusat Pembinaan Bahasa 2007.
“Kamus Besar Bahasa Indonesia”
.Jakarta : Balai
Pustaka.
Poerwadarmita, W.J.S. 2001.
“Kamus Umum Bahasa Indonesia”
. Cetakan Pertama,
Edisi III. Jakarta : Balai Pustaka
Supranto, J. 2004.
“Proposal Penelitian dan Contoh”
. Cetakan Pertama. Jakarta :
Universitas Indonesia (UI-PRESS).
Siagian, Rosmei H. 2007.
Peranan Musik Tradisional Batak Toba Gondang Hasapi
Pada Opera Batak Metropolitan Di TVRI Medan. UNIMED.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008.
“Metode Pendidikan”
. Remeka Kosda Karya:
Bandung.
Sukmaidi, Nata. 2008.
Metode Pembelajaran.
Jakarta : Gramedia.
(1)
3. Bagaimana pemanfaatan instrumen musiktutu hao pada etnik Nias di Desa Saewe Kecamatan Gunungsitoli?
D. Perumusan Masalah
Dalam menentukan perumusan masalahpenulis berpedoman terhadap pendapat maryeni(2005:14) bahwa “ Rumusan masalah merupakan jabaran detail focus penelitian yang digarap”. Rumusan masalah menjadi semacam kontrak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya dalam menentukan njawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada perumusan masalah.
Maka disimpulkan dari pendapat tersebut bahwapembatasan masalah adalah usaha menetapkan batasan dari masalah peneliti yang akan diteliti supaya pembahasan suatu topic tidak meluas.
E. Tujuan Penelitian
Setiap visi dan misi yang dilakukan setiap manusia ataupun organisasi selalu berorientasi kepada tujuan. Salah satu keberhasilan dalam penelitian adalah tercapainya tujuan penelitian. Berhasil atau tidaknya suatu penelitian yang dilakukan dapat dilihat dari tercapai atau tidaknya tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui keberadaan instrumen musik tutu haodalam kaitannya dengan siklus kehidupan etnik Nias di Desa Saewe Kecamatan Gunungsitoli Kabupaten Gunungsitoli.
2. Mengetahui cara pembuatan instrumen musik tutu hao pada etnik Nias di Desa Saewe Kecamatan Gunungsitoli?
(2)
3. Mendeskripsikan pemanfaatan instrumen musik tutu hao dalam konteks keberadaan Nias di Desa Saewe Kecamatan Gunungsitoli Kabupaten Gunungsitoli.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai keberadaan instrumen musik tutu hao dalam kaitannya dengan siklus kehidupan etnik Nias.
2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai eksistensi instrumen musik tutu hao dalam kaitannya dengan siklus kehidupan etnik Nias.
3. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nias tentang pentingnya pelestarian dan pengembangan musik tradisional Nias khususnya instrumen musik tutu hao.
4. Salah satu upaya pemeliharaan alat musik etnik Nias khususnya pada alat-alat musik yang keberadaannya hampir punah.
5. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang memiliki keterkaitan dengan topik penelitian ini.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada pembahasan, peneliti dapat menarik kesimpulan. Adapun kesimpulannya sebagai berikut :
1. Diketahui bahwa pada masa dahulu alat musik tutu hao dijadikan sebagai penghibur bagi para perjaka yang masih belum bisa menikah dikarenakan jujuran sang gadis yang terlalu tinggi.
2. Alat musik tutu hao menjadi alat musik yang individual. Karena instrumenttutu haodapat dimainkan secara solo. Oleh karena itu instrument ini tidak bisa digabungkan dengan ansambel musik.
3. Alat musik tutu hao neniliki tiga bagian sumber bunyi yaitu Gondra, Aramba dan Faritia dan dimainkan secara bersamaan.
4. Instrument musik tutu hao merupakan alat musik yang hampir punah atau jarang digunakan dan dibuat dari antara alat musik masyarakat Nias lainnya.
5. Instrument musik tutu haotidak dapat dipakai dalam kegiatan upacara tertentu atau adat, melainkan dipergunaskan sebagai penghibur diri ditengah-tengah kesendirian maupun bersama teman-teman dan keluarga.
Akibat kemajuan teknologi yang berkembang, instrument musik tutu hao sudah jarang dipakai generasi muda sekarang ini khususnya di desa Saewe Kabupaten
(4)
Gunungsitoli. Generasi muda sekarang lebih tertarik pada alat musik modern dan melupakan alat musik tradisional bangsa sendiri.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Kerana kemajuan teknologi yang berkembang menyebabkan alat musik tradisional jarang digunakan. Kepada masyarakat khususnya muda-mudi haruslah melestarikan alat-alat musik tradisional kita, supaya alat-alat musik kita tidak hilang atau punah. 2. Sebagai bahan masukan untuk pemerintah agar lebih memperhatikan alat musik
tradisional, khususnya alat musik tutu hao yang kini jarang dimainkan atau dipentaskan dalam sebuah karya. Oleh karena itu pemerintah harus memperhatikan alat-alat musik tradisional yang jarang dimainkan agar tidak hilang dan tidak menjadi milik kepunyaan Negara lain.
3. Dengan kepribadian kita yang ingin membangun kebudayaan-kebudayaan yang kian dilupakan oleh orang banyak, kita membangkitkannya dengan kita melestarikannya dan mengutamakan kepunyaan kita dari pada kepunyaan Negara lain.
4. Bagi peneliti berikutnya, peneliti berharap skripsi ini dijadikan sebagai bahan acuan kedepannya supaya penelitian ini tidak hanya sampai disini. Hal ini bermanfaat untuk melestarikan musik etnik yang tidak berkembang atau musik yang hampir punah dan menjadikan musik tersebut bias dikenal oleh masyarakat.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2001. “Metodologi Pendidikan Kualitatif”. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Azari, Azril. 2001. “Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah”. Cetakan ke IV. Universitas Trisakti : Jakarta.
Hutabarat, Lampos. 2010. Keberadaan Dan Bentuk Musik Sikambang Di Kota Sibolga. UNIMED
Miles, B. Matthew dan Huberman., A.Michael. 2005.”Analisis Data Kualitatif”.Jakarta : UI-PRESS. Media.
Margono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Pustaka Umum Maryaeni.2005.”Metode Penelitian Kebudayaan”.Jakarta : Bumi Aksara
Manurung, Margaretha. 2012. Eksistensi Instrumen Tulila Pada Etnik Batak Toba Di Desa Harian Boho Kabupaten Samosir. UNIMED.
Ndruru, Mudilia. 2010. “Peranan Musik Dalam Tari Maena Pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Nias Di Desa Tundrumbaho Kecamatan Lolomatua Kabupaten Nias Selatan”. UNIMED.
Situmorang, Meliana Suryani. 2005. Peranan Musik Tradisional Batak Toba Pada Pesta Sulang-sulang Di Desa Sabolon Kecamatan Sitiotio Samosir. UNIMED. Telaumbanua, Eben H. 1999. “Keberadaan Musik Tradisional Maena Terhadap
Perkembangan Musik Moderen”.UNIMED.
Telaumbanua, Chical T. 2012. “Analisis Sinuno Pada Pertunjukan Fanari Ya’ahowu Dalam Kebudayaan Nias Di Kabupaten Gunungsitoli”.USU.
(6)
Narbuko, Achmadi. 2005. “Metode Penelitian”. Cetakan ke VII.Jakarta : Bumi Aksara.
Narbuko, Cholid. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara Balai Pustaka. Nazri, Muhamad. 2005. “Metode Penelitian”. Bogor : Ghalia Indonesia.
Pusat Pembinaan Bahasa 2007. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”.Jakarta : Balai Pustaka.
Poerwadarmita, W.J.S. 2001.“Kamus Umum Bahasa Indonesia”. Cetakan Pertama, Edisi III. Jakarta : Balai Pustaka
Supranto, J. 2004. “Proposal Penelitian dan Contoh”. Cetakan Pertama. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-PRESS).
Siagian, Rosmei H. 2007. Peranan Musik Tradisional Batak Toba Gondang Hasapi Pada Opera Batak Metropolitan Di TVRI Medan. UNIMED.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. “Metode Pendidikan”. Remeka Kosda Karya: Bandung.
Sukmaidi, Nata. 2008. Metode Pembelajaran. Jakarta : Gramedia.