Perkembangan Pelabuhan Gunungsitoli Dalam Menunjang Pembangunan Di Kabupaten Nias

(1)

PERKEMBANGAN PELABUHAN GUNUNGSITOLI DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN DI KABUPATEN NIAS (1980-1990)

SKRIPSI Dikerjakan

O L E H

FEBRIANUS MENDROFA 050706008

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH MEDAN


(2)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

PERKEMBANGAN PELABUHAN GUNUNGSITOLI DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN DI KABUPATEN NIAS (1980-1990)

Yang Diajukan Oleh : Nama : Febrianus Mendrofa

Nim : 050706008

Telah disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi oleh

Pembimbing

Dra. SP.Dewi Murni ,M.A. Tanggal : Nip. 195408141984032001

Ketua Departemen Ilmu Sejarah

Dra. Fitriaty Harahap S.U Tanggal : Nip. 195406031983032001

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

PERKEMBANGAN PELABUHAN GUNUNGSITOLI DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN DI KABUPATEN NIAS (1980-1990) Skripsi Sarjana

DIKERJAKAN O

L E H

FEBRIANUS MENDROFA 050706008

Pembimbing

Dra. SP. Dewi Murni, M.A Nip. 195408141984032001

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi Salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA Dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Lembar Persetujuan Ketua Jurusan

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMAN ILMU SEJARAH Ketua Jurusan

Dra. Fitriaty Harahap S. U Nip. Nip. 195406031983032001


(5)

Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Dekan dan Panitia Ujian

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra Dalam Ilmu Sejarah Fakultas Sastra USU Medan.

Pada : Hari : Tanggal :

Fakultas Sastra USU Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A. Nip. 195110131976031001 Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1 ………. (………)

2. ………. (………) 3. ………. (………....) 4 . ………. (………) 5. ………. (………)


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena begitu besar Kasih dan Karunia yang senantiasa boleh penulis rasakan mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini. Begitu banyak hal yang penulis rasakan baik itu suka maupun duka yang datang silih berganti mewarnai perjuangan dan perjalanan hidup penulis selama ini. Apa yang penulis rasakan dan lewati bukan semata-mata karena kekuatan penulis, tetapi di balik itu semua ada kekuatan dan kuasa yang selalu menolong, membimbing, menopang penulis, itulah kasih dan anugrah Tuhan yang mengatasi dan tidak pernah berkesudahan hingga proses perkuliahan penulis dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada oran-orang yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini. Penulis menyadari tanpa keterlibatan mereka skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Tidak ada satu hal pun yang dapat penulis sampaikan selain ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Buat orang tuaku tercinta Gofu’aroMendrofa dan Asalia Zendrato, yang telah merawat , membesarkan dan mendidik penulis mulai dari lahir hingga sampai saat ini. Kasih saying yang telah beliau berikan tiada taranya. Suka dan duka yang dirasakan tidak pernah menyulutkan semangat Bapak dan Ibu untuk terus mendukung penulis hingga sampai penulisan skripsi ini selesai. Penulis sungguh sangat besyukur karena memiliki orang tua seperti Bapak dan Ibu. Tiada yang dapat penulis berikan kepada Bapak dan Ibu selain doa yang tulus semoga diberi umur yang panjang untuk terus membimbing kami anak-anaknya.


(7)

2. Buat saudara-saudaraku K’Yani, B’Nota, K’Sri, B’Yusu, K’Linda, K’Lina dan Joice yang membawa kebahagian dan warna baru dalam keluarga besar penulis, terimakasih buat semangat dan dukungan doa abang dan kakak yang telah menjadikan penulis lebih tegar dalam menghadapi segala persoalan sehingga penulis tidak merasa sendiri.

3. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama perkuliahan.

4. Ibu Dra. Fitriaty Harahap S.U, selaku Ketua Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan meluangkan waktunya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Dra. SP. Dewi Murni, M.A sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan pelajaran yang berharga dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis dengan sabar serta memberikan banyak masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Seluruh Dosen terkhususnya buat Dosen Wali Penulis Ibu Dra. Hj. Farida Hanum Ritonga, Staf Pengajar, Staf Administrasi di Departemen Ilmu Sejarah yang telah mendidik dan membantu penulis selama mengenyam pendidikan di Departemen Ilmu Sejarah, sehingga penulis mendapatkan suatu ilmu yang dapat penulis bawa ke mana pun penulis melangkah.

7. My Heart (Sere Murni Farolika Gultom S.S) yang selalu setia menemani penulis baik dalam suka maupun duka. Terima kasih buat tenaga, fikiran, dorongan dan


(8)

semangat yang tiada henti-hentinya bagi penulis mulai dari awal hingga selesainya penulisan skripsi ini. Hari-hariku penuh kebahagian karena kehadiranmu disisiku. Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan, tetap semangat dan setia dalam mencapai dan menantikan cita-cita yang telah kita impikan.

8. Sahabat-sahabatku stambuk ’05 terkhusus kepada Sere murni, Sesilia, Iunita, Meris, Jogi, Edward, Antonius, Halasson, Jekson, Putera, Jomenda, Supriadi, Elim, Mulia, Rici, Hizkia dan Panji yang telah memberikan dorongan, semangat serta doa-doa bagi penulis. Terima kasih buat persahabatan dan kebersamaan kita selama ini.

9. Teman KTB (K’Lita, Sere, Meris, Edward) terima kasih buat doa-doa, perhatian dan semangat teman-teman yang senantiasa boleh penulis rasakan

10. Koordinasi periode 08/09 dan seluruh komponen pelayanan satra yang tetap memberikan penguatan, doa-doa dan semangat yang luar biasa. Tetap semangat dan bergandengan tangan untuk membangun pelayanan di sastra.

Akhirnya semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam penyusunan skripsi ini, saya mengucapkan terima kasih buat segala sesuatu yang telah diberikan.

Medan, September 2010 Penulis


(9)

ABSTRAK

Pelabuhan merupakan suatu jembatan antar daratan dan lautan sebagai sarana aktifitas manusiaPelabuhan Gunungsitoli merupakan pintu gerbang utama untuk memasuki pulau nias. Oleh karena itu pelabuhan Gunungsitoli memegang peranan penting dalam perkembangan pembanguan di kabupaten Nias maupun dalam menghubungkan Kabupaten Nias dengan daerah lainnya. Pelabuhan Gunungsitoli bukan hanya sekedar tempat berlabuh/ tempat bersandarnya kapal, melainkan juga sebagai sarana kegiatan ekonomi baik dalam hal transportasi maupun perdagangan. Pada masa Kolonial Belanda Pelabuhan Gunungsitoli yang terletak di Moawo (1864) dipindahkan ke dalam pusat kota yang terletak di Kelurahan Pasar (1926) dan pada tahun 1980 pelabuhan Gunungsitoli kembali dipindahkan di Kelurahan Labuhan Angin.

Topik peraslahan dalam tulisan ini adalah (1) kegiatan yang dilakukan pelabuhan Gunungsitoli (2) pera pelabuhan Gunungsitoli dalam menunjang pembangunan di Kabupaten Nias (3) pengaruh aktifitas pelabuhan Gunungsitoli terhadap pembangunan di Kabupaten Nias.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan perkembangan pelabuhan Gunungsitoli dalam menunjang pembangunan di kabupaten Nias serta peranannya dalam menunjang kehidupan masyarakat.

Penelitian ini menggunakan metode yang mencakup tahapan heuristic (pengumpulan sumber), kritik sumber (mengkritisi setiap sumber informasi), interpretasi (penafsiran terhadap sumber) dan historigrafi (penulisan). Penulisan skripsi ini menggunakan dekskriptif naratif untuk mendapatkan penulisan sejarah yang ilmiah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pelabuhan Gunungsitoli merupakan jalur utama untuk memasuki Kabupaten Nias (2) pelabuhan Gunungsitoli merupakan sarana kegiatan ekonomi baik dalam hal transportasi maupun perdagangan (3) pelabuhan Gunungsitoli merupakan sumber pendapatan daerah Kabupaten Nias (4) pelabuhan Gunungsitoli merupakan tempat pencaharian sebagian masyarakat Kabupaten Nias (5) pelabuhan Gunungsitoli merupakan penunjang perkembangan pembangunan di Kabupaten Nias.

Meskipun telah terjadi perpindahan tempat beroperasi, namun pelabuhan Gunungsitoli tetap menjalankan tugasnya sebagai pintu gerbang utama masuk ke kabupaten Nias. Oleh sebab itulah pelabuhan Gunungsitoli memegang peranan penting untuk peningkatan pembangunan dan perkembangan ekonomi di Kabupaten Nias.


(10)

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMAKASIH ABSTRAK

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.4. Tinjauan Pustaka ... 6

1.5. Metode Penelitian ... 8

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 10

2.1. Letak Geografis ... 10

2.2. Keadaan Demografi ... 12

2.2.1. Penduduk ... 12

2.2.2. Agama ... 14

2.2.3. Budaya ... 18

2.2.4. Pendidikan ... 19

2.2.5. Kesehatan ... 22

2.3. Latar Belakang Historis ... 24

2.3.1. Zaman Penjajahan Belanda ... 24


(11)

2.3.3. Zaman Kemerdekaan ... 25

BAB III KEBERADAAN DAN KEGIATAN PELABUHAN GUNUNGSITOLI 29 3.1. Berdirinya Pelabuhan Gunungsitoli ... 29

3.2. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pengelolaan Pelabuhan Gunungsitoli ... 36

3.3. Fasilitas dan Kegiatan Pelabuhan Gunungsitoli ... 40

3.3.1. Fasilitas Pelabuhan Gunungsitoli ... 40

3.3.2. Kegiatan Pelabuhan Gunungsitoli ... 41

3.4. Fungsi Pelabuhan Gunungsitoli ... 45

BAB IV PERANAN PELABUHAN GUNUNGSITOLI DALAM MENDUKUNG PERKEMBANGAN KABUPATEN NIAS ... 48

4.1. Pengaruh Aktivitas Pelabuhan Gunungsitoli Terhadap Masyarakat 48

4.2. Perkembangan Pembangunan Kabupaten Nias ... 54

4.2.1. Pembangunan Dalam bidang Perekonomian ... 58

BAB V PENUTUP ... 64

5.1. Kesimpulan ... 64

5.2. Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN


(12)

ABSTRAK

Pelabuhan merupakan suatu jembatan antar daratan dan lautan sebagai sarana aktifitas manusiaPelabuhan Gunungsitoli merupakan pintu gerbang utama untuk memasuki pulau nias. Oleh karena itu pelabuhan Gunungsitoli memegang peranan penting dalam perkembangan pembanguan di kabupaten Nias maupun dalam menghubungkan Kabupaten Nias dengan daerah lainnya. Pelabuhan Gunungsitoli bukan hanya sekedar tempat berlabuh/ tempat bersandarnya kapal, melainkan juga sebagai sarana kegiatan ekonomi baik dalam hal transportasi maupun perdagangan. Pada masa Kolonial Belanda Pelabuhan Gunungsitoli yang terletak di Moawo (1864) dipindahkan ke dalam pusat kota yang terletak di Kelurahan Pasar (1926) dan pada tahun 1980 pelabuhan Gunungsitoli kembali dipindahkan di Kelurahan Labuhan Angin.

Topik peraslahan dalam tulisan ini adalah (1) kegiatan yang dilakukan pelabuhan Gunungsitoli (2) pera pelabuhan Gunungsitoli dalam menunjang pembangunan di Kabupaten Nias (3) pengaruh aktifitas pelabuhan Gunungsitoli terhadap pembangunan di Kabupaten Nias.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan perkembangan pelabuhan Gunungsitoli dalam menunjang pembangunan di kabupaten Nias serta peranannya dalam menunjang kehidupan masyarakat.

Penelitian ini menggunakan metode yang mencakup tahapan heuristic (pengumpulan sumber), kritik sumber (mengkritisi setiap sumber informasi), interpretasi (penafsiran terhadap sumber) dan historigrafi (penulisan). Penulisan skripsi ini menggunakan dekskriptif naratif untuk mendapatkan penulisan sejarah yang ilmiah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pelabuhan Gunungsitoli merupakan jalur utama untuk memasuki Kabupaten Nias (2) pelabuhan Gunungsitoli merupakan sarana kegiatan ekonomi baik dalam hal transportasi maupun perdagangan (3) pelabuhan Gunungsitoli merupakan sumber pendapatan daerah Kabupaten Nias (4) pelabuhan Gunungsitoli merupakan tempat pencaharian sebagian masyarakat Kabupaten Nias (5) pelabuhan Gunungsitoli merupakan penunjang perkembangan pembangunan di Kabupaten Nias.

Meskipun telah terjadi perpindahan tempat beroperasi, namun pelabuhan Gunungsitoli tetap menjalankan tugasnya sebagai pintu gerbang utama masuk ke kabupaten Nias. Oleh sebab itulah pelabuhan Gunungsitoli memegang peranan penting untuk peningkatan pembangunan dan perkembangan ekonomi di Kabupaten Nias.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Kabupaten Nias merupakian salah satu dari 17 kabupaten di Propinsi Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang mengelilinginya, Nias merupakan satu-satunya kabupaten di Propinsi Sumatera Utara yang terpisah dari daratan Sumatera. Kabupaten Nias dikelilingi oleh samudera Hindia dengan permukaan pulaunya yang agak bergunung dan berbukit di bagian tengah. Pusat pemukiman penduduk terpenting adalah Gunungsitoli, Awaay, Teluk Dalam, dan Lahewa. Melalui kota-kota ini terjadi interaksi budaya dengan masyarakat luar, terutama Sumatera Utara dan Sumatera Barat.

Kabupaten Nias dapat dicapai baik melalui udara maupun laut. Jalur perhubungan laut dapat ditempuh melalui jalur Sibolga-Gunungsitoli, Selain pelabuhan Gunungsitoli, terdapat pelabuhan laut kecil seperti Tello, Teluk Dalam, dan Sirombu.

Pelabuhan merupakan suatu tempat atau daerah yang terletak di pinggir pantai atau sungai, dan sekitar pelabuhan ada beberapa penduduk yang bertempat tinggal di pinggir pantai atau sungai. Lama-kelamaan daerah ini mengalami perkembangan sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, kebutuhan penduduk yang semakin meningkat untuk mencari nafkah hidupnya mereka ada yang bertani, berniaga, ataupun sebagai penjual jasa. Para penduduk yang berada di sekitar


(14)

pantai saling membutuhkan satu sama lain untuk memenuhi keperluan hidup mereka1

Pengertian pelabuhan adalah suatu lingkungan kerja terdiri dari area daratan

dan perairan yang dilengkapi dengan fasilitas untuk berlabuh dan bersandarnya kapal-kapal guna terselenggaranya bongkar muat barang serta turun naiknya penumpang dari suatu moda

.

Dengan keperluan masing-masing rumah tangga, mereka membutuhkan suatu tempat yang dapat dijadikan sebagai kegiatan pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Dalam kegiatan tersebut masyarakat memilih tepi pantai. Tepi pantai ini berkembang menjadi daerah Bandar perdagangan yang sering disebut sebagai pelabuhan. Demikian juga dengan berdirinya pelabuhan Gunungsitoli.

Menurut Abbas Salim dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pelayaran Niaga dan Pelabuhan, pengertian pelabuhan adalah :

2

transportasi laut (kapal) ke moda transportasi lainnya atau sebaliknya.3

1

Abbas Salim, Managemen Pelayaran Niaga dan Pelabuhan, Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya, 1995, hal. 3

2

Moda adalah jenis / bentuk 3

Ibid, hal. 10

Pelabuhan juga dapat dijadikan sebagai pintu gerbang yang dapat memperlancar hubungan antar daerah, pulau bahkan antar negara.

Pelabuhan Gunungsitoli terletak di Pantai Barat Pulau Nias yang berjarak 80 mil dari Pelabuhan Sibolga. Secara administratif Pelabuhan Gunungsitoli berada di Kabupaten Nias Propinsi Sumatera Utara. Hinterland pelabuhan ini menghasilkan komoditi ekspor seperti karet, kelapa dan minyak nilam. Sejak tahun 1980 status pelabuhan ini adalah pelabuhan umum yang diusahakan terbuka untuk perdagangan dalam negeri, status tidak wajib pandu, kelas pelabuhan adalah pelabuhan kelas IV. Pelabuhan juga mendukung pembangunan dan peran serta dari masyarakat setempat.


(15)

Sejak tahun 1980 pelabuhan Gunungsitoli dikelola secara efisien serta dilengkapi dengan fasilitas yang memadai dan membawa keuntungan bagi perdagangan, perindustrian, dan hinterland tempat pelabuhan berada. Keberadaan pelabuhan ini sangat menunjang perekonomian ataupun perdagangan bagi perkembangan Kabupaten Nias dan didukung dengan sarana transportasi darat untuk memperlancar kegiatan pelabuhan, seperti pengangkutan karet serta turun naiknya penumpang dari kapal yang berlabuh. Pelabuhan sebagai terminal poin bagi kapal-kapal merupakan hal yang utama dan bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem ekonomi, karena fungsinya sebagai penunjang bagi perkembangan industri, perdagangan maupun pelayaran. Kontribusinya pada perekonomian negara sangat besar.

Menurut Elfrida Gultom dalam bukunya Refungsionalisasi Pengaturan Pelabuhan untuk meningkatkan Ekonomi Nasional, ada dua hal yang disumbangkan oleh pelabuhan untuk meningkatkan perekonoian nasional yaitu :

berupa pajak-pajak atau deviden yang diberikan kepada pemerintah pusat atau daerah, demikian juga secara langsung berupa perolehan pendapatan pada jenis-jenis usaha lain yang dapat dikelola oleh masyarakat di lokasi pelabuhan, dan bertumbuhnya usaha-usaha lain di daerah belakang (hinterland)4 yang digerakkan oleh adanya aktivitas pelabuhan dan pada gilirannya akan memberikan nilai tambah ekonomi pada daerah sekitar atau belakang pelabuhan.5

Kegiatan ekonomi yang berlangsung di dalam maupun di luar pelabuhan Gunungsitoli sejak tahun 1980 hingga tahun 1990 memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar khususnya masyarakat Kelurahan Pasar dan Labuhan Angin,

4

Hinterland adalah daratan atau daerah pedalaman yang langsung berbatasan dengan wilayah pantai, ataupun wilayah yang dilayani suatu pelabuhan dengan segala fasilitasnya

5

Elfrida Gultom, Refungsionalisasi Pengaturan Pelabuhan untuk meningkatkan Ekonomi Nasional, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 5-6


(16)

di antaranya ada sebagai awak kapal, pedagang, buruh pelabuhan, karyawan dan juga pemberi jasa lainnya seperti calo6

Pertumbuhan pembangunan bagi daerah Gunungsitoli dapat memperbaiki keadaan sarana ekonomi dan sarana sosial di daerah tersebut. Sarana-sarana yang menjadi prioritas utama adalah perbaikan jalan, keadaan pelabuhan yang didukung berbagai sektor, fasilitas kebersihan, air minum, dan tenaga listrik. Pembangunan yang ada merupakan prasarana yang dibuat pemerintah dalam rangka pembangunan nasional untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan bagi masyarakat yang adil dan bijaksana.

. Pada umumnya masyarakat di sekitar pelabuhan lebih dominan mengisi lapangan pekerjaan baik itu sabagai karyawan, buruh, pedagang maupun pemberi jasa lainnya dan sebagian berasal dari luar daerah pelabuhan. Pelabuhan Gunungsitoli memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat baik itu dalam bidang perekonomian, pendidikan serta perkembangan pembangunan di Gunungsitoli. Pembangunan yang ada tidak terlepas dari peran aktif atau andil masyarakat Gunungsitoli dengan Pemerintah Daerah (Pemda) setempat.

7

Berdasarakan pemikiran di atas, penulis mencoba mengkaji permasalahan mengenai pelabuhan yang ada di Gunungsitoli dengan judul “ Perkembangan Pelabuhan Gunungsitoli Dalam Menunjang Pembangunan di Kabupaten Nias (1980-1990). Alasan penulis mengambil judul di atas karena tahun 1980 Pelabuhan Gunungsitoli resmi menjadi Perusahaan Umum, yang sebelumnya merupakan Perusahaan Negara, dan beroperasi pada Pelabuhan yang baru dan pada tahun 1990

6

Calo adalah orang yang menjual tiket secara illegal. 7

Anwar Nasution, (editor), Peluang dan Tantangan Pembangunan sampai 1985, Jakarta : Sinar Harapan, 1984, hal.131


(17)

pelabuhan ini sudah mengalami perkembangan dan mempunyai peranan yang dominan dalam kegiatan perdagangan, sarana transportasi kelautan yang aman, murah, lancar, cepat, mudah, teratur dan nyaman.

Selain itu keberadaan pelabuhan Gunungsitoli memberikan pengaruh yang sangat dominan terhadap mata pencaharian penduduk sehingga taraf kehidupan masyarakat meningkat, ini mendorong naiknya tingkat kehidupan ekonomi, sosial masyarakat.

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kegiatan pelabuhan Gunungsitoli

2. Bagaimana peranan pelabuhan Gunungsitoli dalam mendukung pembangunan di Kabupaten Nias

3. Bagaimana pengaruh aktifitas pelabuhan Gunungsitoli terhadap pembangunan di Kabupaten Nias.

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian yang dilakukan seorang peneliti bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lengkap terhadap permasalahan yang diteliti. Oleh karena itu penelitian yang akan dilakukan ini juga mempunyai tujuan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menjelaskan fungsi dan kegiatan pelabuhan Gunungsitoli

2. Menjelaskan peranan pelabuhan Gunungsitoli dalam mendukung pembangunan di Kabupaten Nias


(18)

3. Menjelaskan pengaruh aktifitas pelabuhan Gunungsitoli terhadap pembangunan di Kabupaten Nias.

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Dapat memberikan sumbangan pemahaman mengenai keberadaan pelabuhan Gunungsitoli di Kabupaten Nias

2. Memberikan informasi mengenai perkembangan pelabuhan Gunungsitoli kepada lingkungan akademis.

3. Menambah distribusi dan pengkajian sejarah Kabupaten Nias

4. Tinjauan Pustaka

Pelabuhan merupakan suatu jembatan antar daratan dan lautan sebagai sarana aktifitas manusia. Agar perdagangan di pelabuhan mengalami kemajuan perlu pengaturan dan pengolahan yang baik dan efisien. Dengan pengolahan yang baik dan efisien, pelabuhan dapat memberikan pelayanan bagi pengguna jasa pelabuhan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh H. A. Abbass Salm, dalam bukunya yang berjudul ‘Manajemen Pelayaran Niaga dan Pelabuhan’ bahwa secara umum dapat dikemukakan kegiatan yang dilakukan mendapat pengaturan performansi pelabuhan dalam arti kelancaran operasi untuk mencapai efisiensi yang lebih matang. Dengan teraturnya pengolahan pelabuhan memberikan pelayanan terhadap pelanggannya. Dalam memberikan penggunaan fasilitas pelabuhan yang tepat terhadap kapal untuk memakai jasa perairan.


(19)

Menurut Bambang dalam bukunya pelabuhan (1996), pelabuhan dapat diartikan sebagai daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran untuk bongkar muatannya, dan gudang-gudang dimana barang-barang disimpan dalam waktu yang lebih lama selama menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan. Terminal ini dilengkapi dengan jalan raya atau saluran pelayaran darat.

Tipe-tipe dalam pelabuhan , mempunyai fungsi-fungsi tersendiri. Antara lain adalah dari segi penyelenggaraan, pengusahaannya, fungsi dalam perdagangan nasional dan internasional, segi kegunaan dan letak geografisnya. Seperti halnya untuk mencapai semua itu ada beberapa faktor yang perlu diketahui misalkan kemudahan dalam menggunakan fasilitas pelabuhannya serta fungsi.

Menurut S. Kramadibrata dalam bukunya “Perencanaan Pelabuhan’ menyatakan bahwa : Pelabuhan sebagai titik simpul yang merupakan suatu jembatan antar daratan dan lautan sebagai sarana aktivitas manusia memerlukan suatu perencanaan yang efisien sehingga menghasilkan keseimbangan di berbagai sektor kehidupan masyarakat. Sektor-sektor tersebut meliputi sektor sosial, sektor ekonomi, sektor teknologi dan administrasi. Semua sektor tersebut saling berkesinambungan satu sama lainnya

Dalam tinjauan pustaka ini, memang tidak dipaparkan secara historis, namun buku-buku yang ada dapat dijadikan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini.


(20)

5.Metode Penelitian

Penulisan dalam skripsi ini adalah pengkajian terhadap peristiwa masa lampau, Untuk itu, penulis menggunakan metode penelitian historis. Dengan metode ini penulis berusaha untuk mencari penjelasan tentang masa lampau dengan harapan akan ditemukan suatu generalisasi yang berguna untuk memahami kenyataan-kenyataan sejarah. Untuk memperoleh data yang akurat perlu dilakukan suatu penyusunan metode, tujuannya agar penelitian dapat berjalan dengan baik serta dapat memahami secara akurat objek penelitian yang dimaksud. Untuk mencapai suatu hasil yang maksimal perlu dilakukan tahapan demi tahapan.

Tahapan pertama yang dilakukan adalah Heuristik dengan mengumpulkan data, fakta-fakta dan sumber yang sesuai dan mendukung objek yang diteliti. Pengumpulan sumber-sumber sejarah ini dilakukan dengan cara wawancara dan penelitian pustaka. Melalui sumber lisan, penulis melakukan wawancara tidak berstruktur, bagaimana perkembangan pelabuhan menurut masyarakat kabupaten Nias terutama kepada para pegawai pelabuhan, para nelayan, buruh pelabuhan, dan pengguna jasa pelabuhan. Para informan telah menguraikan baik sisi perkembangannya ataupun pelayanan pelabuhan. Selain itu juga mengumpulkan data-data mengenai angka-angka perkembangan produksi jasa pelabuhan dan juga pendapatan jasa pelabuhan sehingga penulis dapat melihat perkembangan yang terjadi dari tahun ke tahun. Selain itu wawancara berstruktur mengupayakan pandangan masyarakat Kabupaten Nias mengenai pelabuhan yang telah memberikan topangan hidup bagi sebahagian masyarakat kabupaten Nias.


(21)

Untuk melengkapi sumber-sumber selanjutnya dilakukan juga studi pustaka yaitu dengan membaca buku-buku, majalah atau referensi yang ada hubungannya dengan pelabuhan yang diteliti. Sumber-sumber yang didapat dari studi pustaka digabungkan dan kemudian dijabarkan secara sistematis hingga dapat diwujudkan dalam bentuk penulisan.

Tahapan kedua yang dilakukan adalah Kritik Sumber. Setelah data-data terkumpul maka digunakan kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern yaitu berupa pengujian atas keaslian isi data yang di peroleh, apakah data tersebut dapat dipercaya berdasarkan komposisi dan legalitas data tersebut. Kemudian kritik ekstern meliputi berbagai sumber yang dikumpulkan baik berupa dokumen atau pustaka dimana aspek fisiknya tersebut diuji dengan memperhatikan aspek dominan yang mempengaruhi kondisi dokumen itu, seperti gaya bahasa, jenis tulisan, ejaan yang digunakan sehingga mendapatkan sumber yang autentik

Tahapan ketiga yang dilakukan adalah Interpretasi, data yang diperoleh dianalisis sehingga melahirkan suatu analisis yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah dari objek yang diteliti. sumber yang diperoleh merupakan perekat atau penghubung sumber dari sumber yang satu ke sumber yang lain.

Tahapan keempat yang dilakukan adalah Historiografi, yakni penyusunan karya ilmiah yang dapat dipercaya menjadi suatu kisah atau kajian yang menarik yang akhirnya menjadi suatu penulisan sejarah.


(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2.1 Letak Geografis

Kabupaten Nias (Pulau Nias) merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah Propinsi Sumatera Utara yang berada di sebelah Barat Pulau Sumatera berjarak ± 92 mil laut dari kota Sibolga (Kabupaten Tapanuli Tengah). Secara geografis wilayah Kabupaten Nias terletak di antara 00 12’ - 10 32’ Lintang Utara dan 97 – 980 Bujur Timur. Kabupaten Nias secara administratif terdiri dari 17 kecamatan, 6 Kelurahan, 651 desa dan 5 perwakilan. Luas total Kabupaten Nias 5.625 KM2 atau sekitar 7,82% luas Sumatera Utara secara keseluruhan, dan berada di bagian barat daya wilayah Propinsi Sumatera Utara dengan jumlah penduduk 17.779 jiwa. Kabupaten Nias terdiri dari 131 pulau kecil dimana 37 pulau dihuni oleh manusia dan 95 pulau lainnya belum dihuni manusia.

Batas- batas wilayah pulau Nias adalah sebelah Utara berbatasan dengan pulau-pulau banyak propinsi daerah Istimewa aceh, sebelah Selatan berbatasan dengan pulau-pulau Mentawai propinsi Sumatera Barat, sebelah Timur berbatasan dengan pualu-pulau Mursala kabupaten Tapanuli Tengah, sebelah Barat berbatasan dengan Samudera hindia

Kabupaten Nias memiliki 5 macam jenis tanah yaitu tanah Podsolid berwarna coklat kekuningan, tanah Meditran berwarna coklat tua, tanah Kombisol berwarna


(23)

coklat tua dan coklat kekuningan, tanah gleisol berwarna coklat tua kekuningan, tanah Lotosol berwarna coklat keabuan.

Topografi pulau Nias berupa bukit-bukit yang sempit dan terjal serta pegunungan yang memiliki ketinggian hingga 800 meter di atas pemukaaan laut. Bagian wilayahnya yang berupa dataran rendah sampai bergelombang mencapai jumlah 24%, tanah bergelombang sampai berbukit 28,8% sedangkan tanah berbukit sampai pegunungan mencapai 51,2% dari seluruh luas dataran. Dataran rendah terdapat di bagian tepi pulau, dan sebagian tepi pulau Nias tersebut merupakan tebing karang yang menyulitkan pencapaiaanya dari arah laut. Daerah perbukitan berada di bagian tengah pulau, menyebabkan kota-kota utama di Kabpaten Nias terletak di tepi pantai. Dengan kondisi topografi yang demikian mengakibatkan sulitnya membuat jalan-jalan lurus dan lebar.

Kabupaten Nias terletak di daerah khatulistiwa yang curah hujannya cukup tinggi. Menurut data dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) kabupaten Nias, rata-rata curah hujan pertahun 3.145,1 mm. Curah hujan tinggi dan relatif turun sepanjang tahun, hujan 248 hari dalam setahun dan sering kali disertai angin badai besar. Musim badai biasanya berkisar antara bulan April-oktober, tetapi kadang-kadang terjadinya pada bulan-bulan lainnya, sering kali terjadi perubahan secara mendadak. Selain struktur batuan dan susunan tanah yang labil mengakibatkan seringnya banjir bandang dan terdapat patahan jalan-jalan aspal dan longsor di beberapa tempat, bahkan sering terjadi daerah aliran sungai yang berpindah-pindah. Keadaan iklim pulau Nias dipengaruhi Samudera Indonesia. Suhu udara berkisar antara 80-90% dan kecepatan angin antara 5-6 Knot.


(24)

Kabupaten Nias terdiri dari 104 buah pulau besar dan kecil, banyaknya pulau yang dihuni 21 pulau sementara yang tidak dihuni berjumlah 99 pulau. Luas pulau- pulau besar yaitu Pulau Nias ± 5.449,70 km2, Tanah Bala ± 39,67 km2, Pulau Tanah Masa ± 32,16 km2, Pulau Tello ± 18,00 km2, Pulau Pini ± 15,36 km2, Pulau Bawa ± 12,50 km2, Pulau Hinako ± 10,80 km2.8

Garis- garis besar haluan negara menyatakan bahwa jumlah penduduk yang besar dan berkualitas akan menjadi modal dasar yang efektif bagi pembangunan nasional. Namun dengan pertumbuhan yang pesat sangat sulit untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan secara layak dan merata

Kabupaten Nias memiliki sungai-sungai besar, sedang dan kecil. Sungai dapat menjadi kendala dalam bidang perhubungan darat, karena harus membangun begitu banyak jembatan besar dan ratusan bubusan kecil yang akan memerlukan dana yang sangat besar untuk membangunnya, namun sungai dapat juga menjadi peluang jika dapat dimanfaatkan dengan baik di bidang pertanian, seperti air untuk irigasi.

2.2 Keadaan Demografi 2.2.1 Penduduk

9

8

BPS, Nias Dalam Angka 1990, Gunungsitoli: Kerjasama Badan Perencanaan pembangunan Daerah Tingkat II Nias, 1991 hal. 15

9

Ibid, Hal.2

. Hal ini berarti bahwa penduduk dengan jumlah yang sangat besar dengan kualitas yang tinggi tidak akan mudah dicapai. Komponen kependudukan umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat baik secara sosial maupun secara kultural.


(25)

Menurunnya tingkat kelahiran, meningkatnya arus perpindahan suatu daerah dan proses urbanisasi akan mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

TABEL 2.2.1

JUMLAH PENDUDUK DI KABUPATEN NIAS TAHUN 1980-1990 TAHUN

KABUPATEN NIAS

1980 468,021

1981 476,480

1982 486,300

1983 502,214

1984 519,640

1985 531,629

1986 550,827

1987 560,632

1989 575,584

1990 588,643

Sumber : BPS Kabupaten Nias

Berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui bahwa dari tahun ketahun jumlah penduduk Nias mengalami peningkatan, dengan laju pertumbuhan penduduk yang dipengaruhi oleh meningkatnya derajat kehidupan sosial masyarakat, khususnya di bidang pendidikan, kesehatan, sosial dan ekonomi. Faktor lain yang juga


(26)

mempengaruhi jumlah pertumbuahan penduduk adalah meningkatnya arus urbanisasi dari desa ke kota, seperti pencari kerja ke Gunungsitoli.

2.2.2 Agama

Masyarakat Nias telah ada sejak 500 tahun yang silam. Sebelum masuknya agama di pulau Nias, masyarakat sudah mempunyai kepercayaan sendiri yaitu politeisme (kepercayaan yang mengakui adanya lebih dari satu Tuhan) dan animisme (kepercayaan kepada roh dan benda- benda mati)

Masuknya agama Islam di daratan Nias tidak dapat diketahui secara pasti, namun diperkirakan masuk melalui sektor perdagangan. Suku Nias yang beragama Islam yang terkenal adalah Balugu Luaha Nasi Zebua yang berasal dari desa Ononamolo I Lot yang merantau dan memeluk agama Islam di pantai barat Tanah Minang. Sekitar tahun 1645 Tengku Pohan yang merupakan keturunan Iskandar Muda dari Meulaboh Aceh Barat tiba di pulau Nias dan menikah dengan seorang gadis Nias bernama Bowo Ana’a. Perkembangan agama Islam ditandai dengan berdirinya Surau pertama di Nias yang terletak di kota Gunungsitoli sekitar tahun 1115 H/ 1695 M dan sekaligus menjadi embrio berdirinya Masjid Ilir tahun 1907.10

Penyebaran agama Kristen di tanah Nias dibawa oleh seorang misionaris berkebangsaan Jerman bernama Denninger. Pada tahun 1861 Denninger ditugaskan untuk pergi ke Sumatera menunjang pelayanan pengabaran injil yang telah dimulai di tanah Batak, namun diperjalanan istrinya sakit sehingga mereka terpaksa tinggal di

10

P. Johannes Hammerle, Famato Harimao : Pesta Harimao-Fondrako-Boronadu dan Kebudayaan Lainnya di wilayah Maenamolo-Nias, Medan : Abidin, 1986, Hal. 23


(27)

Padang. Setelah beberapa tahun tinggal di Padang, Denninger memiliki keinginan yang kuat langsung ke Nias. Pada tanggal 27 september 1865 dia tiba di Nias dan inilah yang kemudian dijadikan sebagai awal kedatangan Berita Injil di pulau Nias dan secara khusus dirayakan sebagai Yubilium oleh gereja BNKP dan pada tahun 1936 ditetapkan berdirinya gereja Banua Niha Keriso Protestan (BNKP)11

Misi agama Katholik di Nias diawali dengan masuknya dua orang Pastor Muda yaitu Pastor Jean Pierre Vallon dan Pastor Jean Laurent Berard yang ditugaskan oleh uskup Florens dari Perancis dan mereka tiba di Nias tanggal 14 Desember 1832.

.

12

11

Ibid, Hal. 25 12


(28)

TABEL 2.2.2

JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN NIAS

BERDASARKAN AGAMA YANG DIANUT TAHUN 1980-1990 Kecamatan Agama Jumlah

Islam Kristen Hindu Budha Protestan Katolik

1.Idano Gawo 2.Sirombu 3.Mandrehe 4.Gido 5.Lolofitu Moi 6.Gunung Sitoli 7.Hiliduho 8.Alasa 9.Lahewa 10.Tuhemberua 1,021 1,634 91 1,275 42 12351 48 316 4,044 3,256 44,135 16,507 34,949 43,652 31,915 54,055 24,476 30,872 25,677 47,846 3,181 1,589 9,428 3,083 3,546 4,377 6,441 9,397 3,695 2,886 4 2 0 0 33 1 0 1 1 20 0 0 371 8 14 0 48,342 19,752 44,468 48,010 35,503 71,18 30,965 40,598 33,430 53,989

Sumber : BPS Kabupaten Nias

Penduduk di Kabupaten Nias 80% memeluk agama Kristen (terutama protestan). Denninger yang pertama kali memberitakan injil di Gunungsitoli, selama


(29)

sepuluh tahun beliau bekerja menyebarkan ajaran yang dibawanya, namuna hanya 25 orang yang resmi menjadi kristen. Seterusnya perkembangan keagamaan dapat dilihat dari statistik pada akhir 1952 sebagai berikut : Protestan 202.165 penganut, Roma Khatolik 7. 087 penganut, Islam 19.271 penganut, Animisme dan lain-lain 21.008. Penduduk Nias pada akhir 1952 berjumlah 245.381 jiwa, selain itu terdapat rumah ibadah seperti gereja yang jumlahnya 303 buah dan mesjid berjumlah 73 buah.

Penganut agama Islam kebanyakan terdiri dari orang-orang Aceh (suku polem) dan Sumatera Barat (suku tanjung). Pada akhir tahun 1947 dan awal tahun 1950 pernah terjadi propokasi untuk mengadu domba antara umat Kristen dengan umat Islam tapi berkat kebijaksanaan pemimpinya serta keinsafaan penduduk dalam menjalankan ibadahnya segala hasutan dapat diatasi.

TABEL 2.2.3

JUMLAH RUMAH IBADAH MENURUT JENIS DAN KECAMATAN DI KABUPATEN NIAS TAHUN 1980-1990

Kecamatan Agama Jumlah Islam Kristen Hindu Budha


(30)

1.Idano Gawo 2.Bawolatu 3.Sirombu 4.Mandrehe 5.Gido 6.Lolotifu Moi 7.Gunungsitoli 8.Hiliduho 9.Alasa 10.Nahomalu Esiwa 11. Lahewa 12. Afulu 13. Tuhemberua 14. Lotu 4 - 8 - 6 1 15 - - - 21 3 20 1 113 130 65 125 210 126 113 64 75 60 60 26 65 51 16 8 10 43 29 30 10 45 30 120 20 10 33 7 - - - - - - 1 - - - - - - - - - 1 - - - 1 - - - - - - - 133 138 87 169 248 157 161 109 105 180 103 39 121 59

Sumber : BPS Kabupaten Nias

2.2.3 Budaya

Daerah Nias memiliki sejarah kemegahan masa lampau yang tak ternilai harganya. Hal ini bisa dibuktikan dari penemuan kebudayaan megalitik dari masa 3000-5000 tahun sebelum Masehi atau sekitar 2500-5000 tahun silam, ditemukannya peninggalan-peninggalan kebudayaan purbakala yang ditinggalkan oleh nenek


(31)

moyang suku Nias. Hingga saat ini belum diketahui secara pasti asal-usul nenek moyang suku Nias atau “Suku Ono Niha”. Namun banyak anggapan yang menyatakan bahwa nenek moyang suku Nias dahulunya adalah pelaut dan memasuki daerah pedalaman kecamatan Gomo (Kabupaten Nias Selatan). diyakini dari seluruh pelosok tanah Nias.

Nias sangat sangat kaya akan berbagai unsur budaya yang memiliki ciri khas tersendiri seperti unsur bahasa, hukum adat, kesenian, arsitektur rumah, olahraga, dan pesta-pesta adat seperti masa panen, perkawinan, pengangkatan gelar, dan lain sebagainya. Pertalian daerah dan darah yang masih kuat menyebabkan semangat tolong-menolong masih tetap hidup diantara rakyat, sehingga umumnya tidak terdapat orang-orang yang terlantar.

2.2.4 Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan penduduk dalam suatu daerah. Semakin tinggi dan semakin merata tingkat pendidikan suatu daerah, semakin maju daerah tersebut. Pada tahapan tertentu tingkat pendidikan dapat meningkatkan status sosial dalam kehidupan penduduk. Pemerataan kesempatan pendidikan senantiasa diupayakan melalui penyediaan sarana dan prasarana belajar seperti gedung sekolah baru dan penambahan tenaga pengajar mulai dari tingkat pendidikan terendah sampai jenjang tertinggi. Ketersediaan fasilitas pendidikan di kabupaten Nias masih jauh dari yang diharapkan baik dari jumlah gedung sekolah, jumlah tenaga pendidik (guru), dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya.


(32)

Tingkat partisipasi sekolah erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut. Semakin sejahtera penduduk suatu daerah, maka tingkat partisipasi sekolah juga akan semakin tinggi. Penyebab utama rendahnya angka partisipasi sekolah (putus sekolah) adalah tingkat perekonomian keluarga yang kurang mendukung karena sebagian besar penghasilan masih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan (makanan) di samping faktor- faktor lainnya.

TABEL 2.2.4

JUMLAH SEKOLAH DI KABUPATEN NIAS TAHUN 1980-1990

No Kecamatan TK SD SLTP SLTA Jumlah

1 Idano Gawo 1 27 1 1 30

2 Bawolatu 1 16 2 - 19

3 Sirombu 2 22 4 1 27

4 Mandrehe 1 44 9 3 57

5 Gido 6 38 3 2 49

6 Lolofitu Moi - 27 4 2 33

7 Gunungsitoli 9 62 14 9 94

8 Hiliduho - 36 4 5 45

9 Alasa - 33 4 1 38

10 Namohalu Esiwa 1 13 1 - 15

11 Lahewa 3 33 5 1 42


(33)

13 Tuhemberua - 42 4 1 47

14 Lotu 1 12 4 1 18

JUMLAH 25 419 61 27 532

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Nias

Tingginya tingkat pendidikan dalam suatu daerah sangat berpengaruh terhadap sumber daya manusia daerah tersebut. Salah satu indikator meningkatnya kualitas sumber daya manusia suatu daerah dapat dilihat dari tingginya tingkat pendidikan penduduknya.

Pada tahun 1920 berdirilah sebuah sekolah Belanda “Melsjesvervolgschool” dan pada tahun 1932 didirikan sebuah HIS atas inisiatif partikulir yang kemudian menjadi Chr. HIS (Dr. Nomensen Schoolvereniging).

Menurut catatan dalam tahun 1950 jumlah murid-murid sekolah, 15.605 dan Guru-guru 342 orang. Terdapat 35 sekolah rendah, 109 sekolah rendah permulaan, 1 sekolah keputrian,dan satu sekolah menengah pertama (murid 65 orang dan 3 orang guru). Menurut data yang diperoleh pada bulan juli 1952, di Kabupaten Nias terdapat 160 buah Sekolah Rakyat, diantaranya Sekolah Rakyat III berjumlah 114 buah dan Sekolah Rakyat IV berjumlah 46 buah. Jumlah murid seluruhnya 18.233 orang, dimana laki-laki berjumlah 14.137 orang dan perempuan berjumlah 4096 orang, guru-gurunya berjumlah 428 orang.

Hasrat penduduk untuk kemajuan pendidikan dapat terlihat dari kegiatan rakyat mendirikan sekolah-sekolah baru. Dalam tiap-tiap Negeri (ori) dibentuk Badan Penyantun Sekolah. Berkat kegiatan Badan ini dengan bekerjasama dengan


(34)

guru-guru, usaha pendidikan dapat berjalan terus walaupun hubungan dengan departemen pendidikan nasional pada waktu itu masih terbatas. Untuk perbandingan dapat dipaparkan bahwa di jaman Hindia Belanda terdapat sekolah Rakyat (3 tahun) dan beberapa saja sekolah Rakyat yang masa pendidikannya selama 5 tahun. Dari sekolah Rakyat ini siswanya dapat melanjutkan ke sekolah Seminari yang masa pendidikannya selama 3-4 tahun dan setelah tamat dari pendidikan dapat menjadi guru di sekolah Rakyat yang masa pendidikannya 3 tahun.

2.2.5 Kesehatan

Di seluruh Kabupaten Nias ada 5 rumah sakit. Kemudian pada masa Jepang di tambah beberapa kecamatan yang merupakan poliklinik. Pada zaman merdeka poliklinik di kecamatan itu kemudian di jadikan rumah sakit. Sebelum perang di Gunungsitoli ada dua Dokter yaitu seorang dari Gouvernement dan seorang dari Zending. Koni disana sudah ada lagi dua dokter bangsa asing yang bekerja pada pemerintahan dan di tempatkan di Gunugsitoli.

Program pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup serta mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Peningkatan fasilitas kesehatan di kabupaten Nias terus diupayakan dari tahun 1980 dengan tujuan untuk memudahkan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Disamping itu tersedia puskesmas dan puskesmas pembantu di setiap kecamatan sebanyak 116


(35)

buah fasilitas kesehatan lainnya seperti balai pengobatan swasta, praktek dokter, dan toko obat

TABEL 2.2.5

FASILITAS KESEHATAN DI KABUPATEN NIAS TAHUN 1980-1990 No Kecamatan Jlh

Desa

RSU Puskesmas Pustu BP Swasta Toko Obat

1 Idano Gawo 26 - 1 4 2 1

2 Bawolato 16 - 1 6 - -

3 Sirombu 36 - 1 7 2 -

4 Mandrehe 62 - 1 10 2 1

5 Gido 49 - 2 7 1 2

6 Llofitu Moi 35 - 1 8 1 -

7 Gunungsitoli 60 1 2 10 10 14

8 Hiliduho 39 - 2 7 - -

9 Alasa 27 - 1 11 - -

10 Namohalu 12 - 1 4 - -

11 Esiwa 27 - 1 7 - 4

12 Afulu 9 - 1 6 - -

13 Tuhemberua 31 - 2 7 1 -

14 Lotu 14 - 1 4 - -

JUMLAH 443 1 18 98 19 22


(36)

2.3 Latar Belakang Historis 2.3.1 Zaman Penjajahan Belanda

Sejak tahun 1864 daerah Nias merupakan bagian wilayah Residentil Tapanuli yang termasuk dalam lingkungan Goverment Sumatera Wesiklet. Sejak tahun 1864 secara efektif pemerintahan Hindia Belanda mengatur pemerintahan di Nias sebagai bagian wilayah Hindia Belanda pada saat itu.

Sejak tahun 1991 Residen Tapanuli tidak lagi terdiri dari tiga afdeling, tetapi telah menjadi empat afdeling yang masing-masing dipimpin oleh seorang asisten, yaitu :

Afdeling Sibolga dan sekitarnya dengan ibukota Sibolga

Afdeling Padang Sidempuan dengan ibukota Padang Sidempuan

Afdeling Batak Landen dengan ibukota Tarutung

Afdeling Nias termasuk pulau-pulau sekitarnya (kecuali pulau-pulau batu)

yang merupakan afdeling yang baru dibentuk pada tahun 1991 dengan ibukota Gunungsitoli

Pembentukan daerah Nias sebagai satu afdeling didasarkan pada pertimbangan antropologis, tidak ada pemerintahan yang meliputi keseluruhan daerah Nias yang dialami oleh Suku Nias. Afdeling Nias terdiri dari dua Onderafdeeling yaitu Onderafdeling Nias Selatan denagn ibukota teluk dalam dan Onderafdeling Nias Utara denang ibukota Gunungsitoli yang masing- masing dipimpin oleh seorang

Controleur atau Gezeghebber

Di bawah Onderafdeling terdapat lagi satu tingkat pemerintahan yang disebut Distrik dan Onderdistrik yang masing- masing dipimpin oleh seorang Demang dan


(37)

Asisten Demang. Batas antara masing- masing wilayah tersebut tidak ditentukan secara tegas. Onderafdeeling nord Nias terbagi atas satu satu distrik, yaitu Distrik Gunungsitoli dan empat Onderdistrik, yaitu Onderdistrik Idawo Gawo, Onderdistrik Hiliguigui, Onderdistrik Lahewa, dan onderdistrik Lahagu. Onderdistik Zuid Nias terbagi atas satu distrik, yaitu : Distirk Teluk Dalam dan dua Onderdistrik, yaitu :

Onderdistrik Balaekha dan Onderdistrik Lolowau.

2.3.2 Zaman Pendudukan Jepang

Pada zaman pendudukan Jepang, sebagaimana halnya di seluruh Indonesia waktu itu berdasarkan Undang-undang No.1 tahun 1942 pembagian wilayah pemerintahan di derah Nias pemerintahan Hindia Belanda, kecuali Onderafdeeling dihilangkan, yang mengalami perubahan, hanya namanya saja yaitu : afdeling diganti dengan nama Gunsu Sibu yang dipimpin oleh seorang Setyotyo, distirk diganti dengan nama Gun yang dipimpin oleh seorang Guntyo, onderdistrik diganti dengan nama

Fuku Gu yang dipimpin oleh seorang Fuku Guntyo

Mengenai peraturan pemerintahan juga didasarkan undang- undang Nomor 1 tahun 1942 yang mengatakan bahwa semua badan pemerintahan dan kekuasaannya, hukum, dan undang- undang dari pemerintahan Hindia Belanda untuk sementara diakui sah asal tidak bertentangan dengan aturan pemerintahan militer Jepang.

2.3.3 Zaman Kemerdekaan

Pada tahun-tahun pertama zaman kemerdekaan pembagian wilayah pemerintahan di daerah Nias tidak mengalami perubahan, demikian juga struktur


(38)

pemerintahan, yang berubah hanya nama wilayah dan nama pimpinannya seperti : Nias Gunsu Sibu diganti nama Pemerintahan Nias yang dipimpin oleh Kepala Luhak,

Gun diganti dengan nama Urung yang dipimpin oleh seorang asisten kepala Urung

(Demang), Fuku Gun diganti dengan nama Urung kecil yang dipimpin oleh kepala

urung kecil (Asisten Demang).

Sesuai dengan jumlah distrik dan Onderdistrik pada zaman Belanda, pembagian nama tetap berlaku pada zaman Jepang, maka pada awal kemerdekaan terdapat sembilan kecamatan. Hanya saja di antara kecamatan itu terdapat tiga kecamatan yang mengalami perubahan nama dan lokasi ibukota yaitu :Onderdistrik Hiliguigui menjadi kecamatan Tuhemberua, Onderdistrik Lahagu menjadi kecamatan Mandrehe dengan ibukota Mandrehe, Onderdistrik Balaekha menjadi kecamatan Lahusa dengan ibokota Lahusa.

Pada Tahun 1945 Komite Nasional Daerah (KND) dihapuskan dan dibentuk suatu lembaga baru yaitu Dewan Perwakilan Rakyat. Pada tahun 1946 daerah Nias berubah dari Pemerintahan Nias menjadi Kabupaten Nias yang dipimpin oleh seorang bupati.. Pada tahun 1953 di bentuk tiga kecamatan, yaitu :

1. kecamatan Gido yang wilayahnya sebagian diambil dari wilayah Kecamatan Gunungsitoli dan sebagian diambil dari kecamatan Idano Gawo, dengan ibukota Lahemo

2. Kecamatan Gomo yang wilayahnya sebagian diambil dari wilayah kecamatan Idano Gawo dan sebagian dari wilayah kecamatan Lahusa dengan ibukota Gomo


(39)

3. Kecamatan Alasa yang wilayahnya sebagian diambil dari wilayah kecamatan lahewa, sebagian dari wilayah kecamatan Tuhemberua dan sebagian dari wilayah kecamatan Mandrehe dengan ibukota Ombolata.

Pada tahun 1956 dibentuk satu kecamatan baru yaitu kecamatan Sirombu yang wilayahnya sebagian dari wilayah kecamatan Mandrehe dan sebagian dari wilayah kecamatan Lolowau. Pada tahun 1956 dengan undang- undang No. 7 tahun 1956 Kabupaten Nias di tetapkan sebagai daerah otonom yang disebut Daerah Swatantra Kabupaten Daerah Tingkat II Nias, Yang dipimpin oleh Bupati Kepala Daerah. Disamping Bupati kepala daerah dibentuk dewan pemerintahan Daerah yang dipilih dari anggota DPRD. Pada tahun 1961 samapi dengan tahun 1969 ketua DPRD langsung dirangkap oleh Bupati Kepala Daerah. Untuk membantu Bupati Kepala Daerah dalam menjalankan roda pemerintahan sehari- hari dibentuk Badan Pemerintahan Harian sebagai ganti DPD yang telah dihapuskan.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa perubahan- perubahan pemerintahan di Kabupaten Nias, mengikuti perubahan- perubahan tentang pemerintahan di daerah yang berlaku secara nasional. Desa/ Kelurahan sebagai tingkat pemerintahan yang paling bawah, di Kabupaten Nias terdapat sebanyak 657 buah. Desa/kelurahan tersebut karena persekutuan masyarakat menurut setempat, yang dahulunya masing- masing berdiri sendiri- sendiri tanpa ada tingkat pemerintahan yang lebih tinggi yang mencakup beberapa atau keseluruhan desa/kelurahan itu. Sejak awal kemerdekaan


(40)

sampai tahun 1967 terdapat satu tingkat pemerintahan lagi diantara kecamatan dengan desa/kelurahan yang disebut Ori13

13

Ori adalah kepala suku/ kepala daerah yang dibentuk karena perserikatan beberapa desa yang menyangkut pesta dan adat-istiadat.

yang meliputi beberapa desa.

Memang Ori ini sejak awal kemerdekaan telah ada di dibentuk karena perserikatan beberapa desa yang menyangkut pesta, sedang masalah-masalah pemerintahan desa langsung diatur oleh masing- masing desa. Wilayah Kabupaten Nias yang terdiri dari 22 kecamatan yaitu : Kecamatan Idanogawo, Bawolato, Sirombu, Mandrehe, Gido, Lolofitu Moi, Gunungsitoli, Hiliduho, Alasa, Namohalu Esiwa, Lahewa, Afulu, Tuhemberua, Lotu, Amandraya, Lahusa, Teluk Dalam, Lolowau, Lolomatua, Bawalato dan Pulau-pulau Batu.


(41)

BAB III

KEBERADAAN DAN KEGIATAN PELABUHAN GUNUNGSITOLI

3.1 Berdirinya Pelabuhan Gunungsitoli

Pelabuhan Gunungsitoli pada mulanya terletak di daerah Moawo yang berjarak sekitar 7 km dari pusat kota. Pelabuhan Gunungsitoli yang terletak di daerah Moawo ini didirikan sekitar abad XVIII (tahun 1864) oleh pemerintah Kolonial Belanda yang awalnya hanya merupakan sebuah bandar kecil14

14

Wawancara dengan Bapak Bazatulo Zega ,Nias (Gunungsitoli), tanggal 9 Mei 2010 pukul 11.00 Wib.

.

Perkembangan yang semakin meningkat akibat tingkat urbanisasi dan kelahiran, maka bandar Gunungsitoli yang terletak di daerah Moawo tidak dapat bertahan lagi membendung arus pertambahan penduduk, kegiatan perdagangan maupun untuk menyediakan sarana perkantoran dan tempat-tempat pemukiman penduduk. Kemudian pemerintah Kolonial Belanda sekitar pertengahan abad XX (tahun 1926) memindahkan bandar Gunungsitoli ke dalam pusat kota yang berjarak 7 Km dari tempat semula yang berhadapan dengan Rumah Dinas Bupati.

Pada tahun 1980 pelabuhan yang berada di dalam pusat kota ini kembali dipindahkan ke daerah Labuhan Angin. Hal ini disebabkan karena pelabuhan yang ada tidak mampu lagi menampung segala kegiatan pelabuhan, juga lokasi yang kurang memungkinkan untuk dikembangkan. Namun pelabuhan ini masih tetap digunakan tapi merupakan pelabuhan cadangan apabila aktivitas pelabuhan yang baru sangat padat.


(42)

Istilah bandar Gunungsitoli berubah menjadi pelabuhan sekitar tahun 1926 yaitu pada saat terbitnya staatsblad No. 234 tahun 1926 oleh Kolonial Belanda yang memuat tentang batasan daerah pelabuhan Gunungsitoli.

Batas pelabuhan Gunungsitoli menurut staadblad tahun 1926 nomor 249 mengenai batas-batas Pelabuhan Gunugsitoli yaitu pada posisi 01017’-28” LU / 97036’-25” BT, yang dikelilingi oleh beberapa pulau kecil15

15

Soedjono Wihoho, Sarana- Sarana Penunjang Pengangkutan Laut, Jakarta : PT Bina Aksara, 1983, hal. 23

. Pelabuhan Gunungsitoli mempunyai luas areal lebih kurang 15.290 M2 dengan keadaan hidrografi dan oceanografi sebagai berikut :

1. Hidrogafi

Secara morfologi pelabuhan Gunungsitoli terletak di daerah dataran rendah dengan pantai yang sempit. Di sebelah barat terdapat puncak bukit dengan ketinggian 184 meter. Keadaan hidro-oseanografi kawasan sekitar pelabuhan Gunungsitoli adalah landai, banyak ditumbuhi pohon kelapa. Dasar laut di sekitar kawasan pelabuhan Gunungsitoli terjal terdiri dari lumpur karang dan lumpur pasir. Untuk posisi berlabuh yang paling baik pada kedalaman kira-kira 36 meter. Kedalaman di depan dermaga 11,6 m LWS

2. Pasang surut

Tipe pasang surutnya harian ganda dengan tinggi air rata-rata pada saat pasang perbani 50 cm dan saat pasang mati 20 cm, muka surut terletak 70 cm dibawah DT


(43)

Gelombang kolam dipelabuhan tidak ada, diluar kolam gelombang tertinggi 1,5 M dan rata-rata 0,50 M pada bulan Desember-Mei dan gelombang tertinggi pada bulan Juni-Nopember yaitu 2 M dan rata-rata 0,75 M.

4. Arus laut

Arus yang berpengaruh di daerah tersebut adalah sesuai dengan sifat pasutnya yaitu arus pasut harian ganda yang beraturan

5. Angin

Kecepatan angin maksimal 4 knot s/d 16 knot pada bulan Desember-Mei dan 4 knott s/d 21 knot pada bulan Juni-Nopember.

6. Tekanan atmosfir

Tekanan udara dikawasan ini berkisar antara 1008 milibar s/d 1011 milibar. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945-1949) manajemen kepelabuhanan masih dipegang oleh Belanda yang dikelola oleh Departemen Van

Scheepvarat. Kemudian setelah adanya pemutusan mata rantai modal Belanda dalam

angkutan laut, pengelolaan pelabuhan mulai dibina oleh Pemerintah Republik Indonesia sejak tahun 1945 dimana seluruh milik pemerintah Kolonial di Indonesia dinasionalisasikan serta dikuasai oleh pemerintah Indonesia, dan sejak tahun 1950-1990 Pelabuhan Gunungsitoli dikelola oleh Departemen Perhubungan Republik Indonesia. Namun konsep pembinaan belum dapat dilaksanakan sebagai mana mestinya, karena pengelolaan pelabuhan dengan bentuk Perusahaan Negara tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam UU No. 9 tahun 1969 yang menyangkut bentuk peranan dan bentuk-bentuk usaha negara dalam meningkatkan kehidupan


(44)

rakyat Indonesia. Hal ini juga disebabkan karena organisasi yang membina pelabuhan silih berganti yaitu :

1. Jawatan Pelabuhan (1945-1957)

Sejak terbentuknya Kabinet Republik Indonesia (RIS) tahun 1945, maka

Departemen Van Scheevaart dibubarkan. Kemudian dibentuk Departemen

Pelayaran dan Jawatan. Pelabuhan di bawah naungan Kementerian Pekerjaan Umum, Tenaga Kerja dan Perhubungan dimana urusan kepelabuhanan dan angkatan laut ditangani Departemen ini. Jawatan pelabuhan ditunjuk untuk mengelola pelabuhan yang dipimpin oleh kepala jawatan, misi ini diemban mengarah kepada konsolidasi organisasi.

2. Perusahaan Jasa Pelabuhan (1957-1968)

Pengelolaan pelabuhan secara konsepsional dimulai dari PN Pelabuhan yang lebih banyak melayani masyarakat (publik service). Pada periode ini pelabuhan Indonesia dibagi 8 (delapan) wilayah dengan status perusahaan negara.

Pengelolaan berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia No. 130 tahun 1957. PN Pelabuhan Gunungsitoli merupakan pelabuhan induk kecil di lingkungan pelabuhan Belawan mulai dari pelabuhan Sabang di Aceh sampai dengan pelabuhan Teluk Bayur di Sumatera Barat.

3. Badan Pengusahaan Pelabuhan (1968-1980)

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi maka PN Pelabuhan dirubah bentuknya menjadi Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1968. Dalam peraturan ini pengelolaan pelabuhan


(45)

dilakukan oleh administrator pelabuhan yang mempunyai fungsi ganda yaitu fungsi pengusahaan dan pemerintahan.

4. Perusahaan Umum Negara (1980-1990)

Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) dalam pelaksanaannya banyak ditemukan kendala yang merugikan pemakai jasa, selanjutnya pengelolaan pelabuhan kembali dirubah menjadi perusahaan umum berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1980 tanggal 30 april 1980.

Terhitung pada tanggal 1 Mei 1980, pelabuhan yang diusahakan di seluruh Indonesia resmi menjadi Perusahaan Umum, dimana Pelabuhan Gunungsitoli adalah salah satu cabang perusahaannya.

5. PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I (1990-2008)

Setelah berjalan hampir 10 Tahun status perusahaan umum pelabuhan berdasarkan Peraturan Pemerintah N0. 56 tanggal 19 Oktober 1990 dirubah menjadi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I dengan Akte Notaris Imas Fatimah, SH tanggal 1 Desember 1991 yang telah diumumkan dalam berita Negara RI No. 8612 tahun 1994 tanggal 1 Nopember 1993. Nama lengkap perusahaan adalah PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I berkantor pusat di Jalan Krakatau Ujung No. 100 Medan, sedangkan Pelabuhan Gunungsitoli merupakan cabang perusahaan dengan nama PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Gunungsitoli, berkantor di Jalan Yos Sudarso Nias.

Pada taun 1952 di kabupaten Nias terdapat tiga pelabuhan laut, yaitu pelabuhan laut Lahewa, pelabuhan laut Sirombu, dan pelabuhan Gunungsitoli. Transportasi laut merupakan sarana perhubungan yang paling penting mengingat


(46)

letak Kabupaten Nias yang terpisah dari daratan Sumatera16

16

BPS, Profil Daerah dan Informasi Kabupaten Nias, Gunungsitoli : BAPPEDA, 1992 hal. 112-113

. Untuk memenuhi trasportasi tersebut ada beberapa perusahaan yang melayani rute Nias- Sumatera seperti : PT Angkutan Sungai dan Penyeberangan (ASDP) yang berada di bawah naungan Departemen Perhubungan yang mengoperasikan 2 jenis kapal Ferry dengan rute tetap Gunungsitoli-Sibolga setiap harinya, yang memiliki kapasitas 420 penumpang, 20 unit kendaraan roda empat dengan bobot barang 100 ton. Selain itu ada Perusahaan Pelayaran swasta seperti : PT Gunung Silewa Cabang Gunungsitoli yang mengoperasikan 2 jenis kapal kayu dengan bobot 200 GT, PT Simeuleu Cabang Gunungsitoli dengan kapasitas rata- rata 240 penumpang dan bobot 171 GT dan PT Perusahaan Nasional (PELNI) yang mengoperasikan kapal penumpang denagn frekuensi pelayaran dua minggu sekali dengan rute Jakarta- Padang- Gunungsitoli- Sibolga pulang pergi.

Jenis transportasi laut yang paling banyak di gunakan setiap harinya adalah rute Gunungsitoli- Sibolga karena sarana penyeberangan yang ada mampu memenuhi kebutuhan penumpang dari segi kecepatan waktu maupun kapasitas penumpang.

Perum Pelabuhan Gunungsitoli adalah cabang perusahaan dari pelabuhan I yang berkedudukan di Medan, dengan bidang usaha pelayanan jasa kepelabuhan untuk menunjang pelaksanaan Pembangunan Nasional dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Untuk mengembangkan dan mencapai hal tersebut maka pelabuhan memiliki visi dan misi yaitu sebagai berikut : 1. Visi Pelabuhan/ Perusahaan


(47)

Visi perusahaan dirumuskan sebagai berikut : mewujudkan pelayanan kepelabuhanan yang berkualitas dan berada di dalam jaringan transportasi laut global serta mampu memenuhi harapan “stakeholder”. Visi mengandung makna sebagai berikut :

• Perusahaan berorientasi pasar, berdaya saing dan berdaya cipta tinggi serta memiliki core bussines dan core competence yang memberikan high

added value

• Perusahaan memiliki ciri kemandirian, sehat, transparansi, memiliki sumber daya manusia yang professional

• Memiliki pelabuhan andalan yang tangguh dalam jaringan transportasi laut global

• Merupakan andalan dan kebanggaan masyarakat serta Pemerintahan Daerah dalam kepedulian terhadap lingkungan (community development) 2. Misi Pelabuhan/ Perusahaan

Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang jasa kepelabuhanan, Perusahaan Umum Negara mempunyai dua misi yaitu corporate mission untuk memperoleh laba, dan port mission untuk mengembang wilayah di dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Misi perusahaan dirumuskan sebagai berikut :”Menyediakan jasa kepelabuhan berkualitas yang berperan sebagai pusat logistik, memberikan nilai tambah, serta mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah”. Misi tersebut mengandung enam hal yang merupakan fondasi dalam mengelola perusahaan sebagai berikut :

• Bisnis inti perusahaan adalah pengusahaan jasa kepelabuhanan

• Tujuan utama yang hendak dicapai adalah untuk memuaskan pelanggan dan mendorong pertumbuhan ekonomi

• Laba yang diperoleh dapat meningkatkan pertumbuhan usaha dan memberikan kontribusi kepada negara.

• Kepuasan pelanggan dicapai melalui produk yang berkualitas

• Produk berkualitas dicapai melalui peningkatan dan pemberdayaan sumber daya manusia dan keandalan alat produksi

• Pengusahaan dan pengelolaan jasa kepelabuhanan dilaksanakan dalam kerangka Good Corporate Governance (GCG)

Sampai dengan tahun 1990, perum pelabuhan Gunungsitoli adalah cabang perusahaan dari pelabuhan I yang berkedudukan di Medan dengan bidang usaha pelayanan jasa kepelabuhan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan yang dijalankan17

17

Wawancara dengan Bapak Temazaro Zendrato, Gunungsitoli, tanggal 10 Mei 2010 pukul 10.00 Wib.


(48)

luar daratan Sumatera. Pengembangan atau upaya yang dilakukan oleh perum pelabuhan dalam mendorong pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Nias. Pada tahun 1983 di lakukan pengembangan pelabuhan dengan memperpanjang dermaga untuk memenuhi kepentingan yang semakin meningkat. Hal ini dilakukan karena pada tahun 1982 kapal-kapal yang berbobot besar sangat sulit untuk bersandar.

3.2 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pengelolaan Pelabuhan Gunungsitoli

Pelabuhan Gunungsitoli mempunyai struktur organisasi dan tata kerja yang terkoordinir dengan baik. Hal ini dapat kita lihat berdasarkan bagan struktur organisasi Perum pelabuhan Gunungsitoli yang menunjukkan bahwa pemberian perintah atau komando, tugas dan wewenang berasal dari suatu sumber saja sehingga memudahkan dalam pengambilan keputusan dan dapat bergerak cepat karena prosedur yang tidak berbelit-belit. Pelabuhan Gunungsitoli merupakan pelabuhan kelas IV di dalam Perum pelabuhan I yang berkedudukan di Medan.

Struktur organisasi dapat didefenisikan sebagai susunan kerja dari suatu organisasi yang dikelola. Dalam suatu organisasi ini menunjukkan suatu susunan kerja yang memiliki hubungan kerja di antara orang-orang yang mempunyai kedudukan dan tanggungjawab serta wewenang yang berbeda-beda.

Organisasi yang ada mempunyai fungsi masing-masing yang dapat dijabarkan dalam struktur organisasi yang ada nantinya. Perum pelabuhan mempunyai sistem kerja dibagi dalam bagiannya masing-masing dan juga fungsi serta tugasnya.


(49)

Pengelolaan pelabuhan dapat dengan jelas dilihat dalam tata kerja yang dilaksanakan pegawainya demi kelancaran arus pelabuhan, disamping itu ketertiban dan keamanan yang ada akan dijaga terus serta dapat ditingkatkan pelayanannya baik itu untuk arus penumpang maupun pengapalan barang-barang.

Disini akan dijabarkan sistematika kerja para pegawai perum pelabuhan Gunungsitoli menurut tata kerja yang ada disini. Adapun struktur pada perum pelabuhan I Cabang Gunungsitoli yang digambarkan secara sistematika adalah sebagai berikut :

Manajer sebagai pimpinan organisasi tertinggi pada perum pelabuhan I Cabang Gunungsitoli bertanggungjawab kepada Direksi Perum Pelabuhan I di Medan atas tugas dari semua bagian yang ada di Cabang Pelabuhan I Gunungsitoli yaitu :

1. Manajer

Tugasnya adalah :

a. Merencanakan penyediaan dan melaksanakan pengusahaan jasa labuh, tambat, dermaga dan penumpukan, tanah perairan, persewaan bangunan, listrik, air, peralatan pelabuhan serta pelayanan umum.

b. Merencanakan penyediaan dan melaksanakan pengusahaan jasa kepanduan yang meliputi pandu atas kapal dan telekomunikasi pelabuhan.

c. Merencanakan penyediaan dan melaksanakan pengusahaan terminal, peti kemas dan jasa usaha terminal.

2. Kepala Administrasi Urusan Umum Tugasnya adalah :


(50)

a. Menyiapkan perencanaan dan melaksanakan tata usaha kepegawaian, pengangkatan program pendidikan dan mengembangkan kesehatan, memberhentikan dan pensiun pegawai.

b. Menyiapkan perencanaan dan melaksanakan penelahaan dan penanganan masalah hukum, penyusunan peraturan perusahaan dan kegiatan hubungan masyarakat.

c. Menyiapkan perencanaan dan melaksanakan tata cara perawatan kesehatan pegawai dan keluarganya serta melaksanakan kegiatan keselamatan kesehatan kerja.

3. Tata Usaha dan Pers Tugasnya adalah :

Melaksanakan urusan tata usaha, rumah tangga dan kemanan lingkungan bagi pelabuhan.

4. Kepala Sub Urusan Data-Data Penting (kasubur Datin) Tugasnya adalah :

Menyiapkan perencanaan dan melaksanakan pengumpulan dan pengelolaan data, menyiapkan informasi dan visualisasi, penyusunan laporan dan statistik.

5. Asisten Manajer Dinas Usaha dan Teknik Tugasnya adalah :

Menyiapkan perencanaan dan melaksanakan pemeliharaan peralatan bongkar muat, peralatan pemadam kebakaran instalasi listrik, air serta melaksanakan kegiatan perbengkelan teknik.


(51)

Tugasnya adalah :

Mengusahakan dan melaksanakan kegiatan pelayanan kapal dan barang serta jasa pelayanan kepelabuhan sebagai produk perusahaan umum pelabuhan I cabang Gunungsitoli

7. Kepala Sub Dinas Komersial (Kasubdin Komersial) Tugasnya adalah:

Melaksanakan pengendalian operasional untuk menciptakan keterpaduan penjualan jasa kepelabuhan yang meliputi pelaksanaan kegiatan promosi untuk pengembangan usaha, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan jasa fasilitas pokok pelabuhan, pelayanan jasa kapal, pelayanan penumpukan dan lain sebagainya.

8. Kepala Sub Dinas Teknik Tugasnya adalah :

Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan fasilitas peralatan pelabuhan serta melaksanakan kegiatan perbekalan teknik

9. Asisten Manajer Dinas Keuangan Tugasnya adalah :

Melaksanakan pengelolaan dan perawatan fasilitas peralatan pelabuhan serta melaksanakan kegiatan perbekalan teknik.

10. Kepala Sub Dinas Akuntansi (Kasubdin Akuntansi) Tugasnya adalah :


(52)

b. Melaksanakan penatausahaan pengendalian keuangan, penatausahaan perpajakan

c. Melaksanakan penyiapan bahan verivikasi d. Melaksanakan pembukuan

e. Menyiapkan laporan keuangan serta analisis keuangan dan biaya cabang. 11. Kepala Sub Dinas Perbendaharaan (Kasubdin Perbendaharaan)

Tugasnya adalah :

a. Melaksanakan penatausahaan utang piutang b. Melaksanakan penggajian pegawai

c. Melaksanakan penatausahaan biaya asuransi

d. Menerima, meminjam dan mengeluarkan uang kas / bank dan barang-barang persediaan

e. Melaksanakan penatausahaan uang cabang.

3.3 Fasilitas dan Kegiatan Pelabuhan Gunungsitoli 3.3.1. Fasilitas Pelabuhan Gunungsitoli

Pada dasarnya jasa kepelabuhanan yang ada pada pelabuhan setempat merupakan faktor produksi. Untuk itu agar dapat melayani kapal dan barang serta fungsinya pelabuhan perlu dilengkapi dengan fasilitas yang diperlukan sesuai dengan letak geografis, tipe, aktivitas, jenis dan macam muatan kargo yang ditangani oleh


(53)

pihak pelabuhan18

1. Jenis pelayanan kapal berupa jasa labuh dan jasa tambat

. Penyelenggaraan perusahaan fasilitas kepelabuhan di dalam usaha untuk memproduksi jasa-jasa kepelabuhan dilakukan oleh perum pelabuhan.

3.3.2. Kegiatan Pelabuhan Gunungsitoli

Pelabuhan Gunungsitoli bukan saja sekedar sebagai tempat berlabuhnya kapal, melainkan sebagai lokasi bersandarnya kapal-kapal. Dalam kegiatan ekonomi, faktor produksi sangat berperan dalam menghasilkan jasa-jasa yang penting untuk pemasukan pelabuhan itu sendiri. Adapun jenis-jenis pelayanan jasa diantaranya :

2. Jasa pelayanan barang berupa jasa bongkar muat, jasa penumpukan (gudang dan lapanga), jasa persewaan alat

3. Jasa pelayanan penumpang berupa jasa pas masuk,pas terminal dan pas dermaga

4. Jasa persewaan yang terdiri dari tanah, perairan dan bangunan 5. Jasa penyediaan terdiri dari air dan listrik

6. Jasa-jasa lain yang dapat menunjang tujuan perusahaan

Jenis jasa-jasa di atas merupakan pelayanan yang diberikan oleh pelabuhan untuk menambah pemasukan bagi pelabuhan, agar dapat meningkatkan pelayanan kepada pengguna/ masyarakat. Jasa-jasa ini merupakan kegiatan-kegiatan pelabuhan Gunungsitoli yang merupakan hasil dari salah satu pelabuhan di sumatera utara.

Kegiatan-kegiatan Pelabuhan Gunungsitoli merupakan kegiatan perdagangan, seperti mengangkut bahan sandang dan pangan untuk memenuhi kebutuhan 18


(54)

masyarakat kabupaten Nias serta mengangkut hasil-hasil bumi untuk disalurkan ke luar pulau nias. Selain itu, pelabuhan Gunungsitoli merupakan alat transportasi laut bagi para penumpang yang menggunakan jasa pelabuhan. Perdagangan merupakan kegiatan niaga yang dilakukan dibeberapa transportasi diantaranya pelabuhan, yang mempermudah kegiatan perdagangan tersebut. Dari Pelabuhan Gunungsitoli inilah perdagangan dilakukan yang berupa bahan makanan, kertas, buku, bahan sandang, bahan bangunan dan hasil bumi lainnya.

Kegiatan perdagangan pada Pelabuhan Gunungsitoli sejak tahun 1980 hingga tahun 1990 mengalami kemajuan. Agar dapat lebih jelasnya maka dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

TABEL 3.3.2

Perkembangan Produksi Jasa Kepelabuhan Tahun 1980-1990

No Jenis Produksi Satuan 1980 1985 1990

1 2 3 4 5 6 7 Jasa Labuh JasaTambat Jasa Dermaga Jasa Penumpukan Alat-alat Forkis Timbangan

Sewa Tanah Air Bangunan

GRT GRT/ETM Ton/M2 Ton/M2 Jam Ton M2 364.023 426.620 207.583 164.824 30 50.786 130.004 503.513 536.308 300.657 190.000 50 90.678 106.778 847.603 637.673 350.390 210.387 70 120.784 98.879


(55)

8 9 10

Jasa Air Pas Pelabuhan P.B.M

Ton Lembar Ton

9.469 78.769 35.720

11.467 95.876 50.257

13.670 156.990 70.347

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kegiatan Pelabuhan Gunungsitoli meningkat dari tahun-ketahun. Dengan demikian proses produksi dan pendapatan dari perum pelabuhan cabang I Gunungsitoli dapat berjalan dengan lancar.

Selain dari kegiatan produksi jasa kepelabuhan. Pelabuhan juga menyediakan sarana angkutan yang mempunyai peranan yang penting dan menentukan perkembangan suatu daerah atau kota. Tanpa adanya sarana angkutan, maka kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat tidak berjalan dengan lancar.

Sarana transportasi tidak hanya mempunyai fungsi ekonomi, akan tetapi juga sebagai fungsi sosial. Ini dapat dilihat dari adanya kemudahan untuk meningkatkan daya gerak dan perluasan cakrawala masyarakat.

Pelabuhan Gunungsitoli merupakan pintu gerbang lalu lintas dalam perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Nias, selain itu juga Pelabuhan ini merupakan pintu utama untuk memasuki Kabupaten Nias. Masyarakat Nias mendukung kegiatan yang dilakukan oleh pelabuhan ini karena dapat mendorong pembangunan yang ada di Kabupaten Nias. Dengan adanya kegiatan di Pelabuhan Gunungsitoli maka secara tidak langsung dapat memperkenalkan


(56)

Kabupaten Nias sebagai kabupaten yang cukup potensial untuk menanamkan investasinya ke daerah ini19

No

.

Kegiatan perekonomian di Kabupaten Nias menggunakan jasa pelabuhan, seperti pengangkutan hasil-hasil bumi yang disalurkan ke luar pulau Nias, terutama ke wilayah Sibolga. Untuk lebih jelasnya bagaimana akivitas dan peranan pelabuhan Gunungsitoli dari tahun 1980-1990 dapat kita lihat pada tabel berikut :

Kegiatan Perdagangan Bongkar Muat Barang Melalui Pelabuhan Gunungsitoli

Tahun Bongkar Muat

1 1980 577,819 194,837

2 1983 600,889 248,761

3 1986 657,346 316,474

4 1990 750,876 379,889

Sumber : Pelabuhan Gunungsitoli tahun 1980-1990

Penumpang Turun dan Naik Tahun 1980-1990

No Tahun Turun Naik Jumlah

1 1980 72.990 75.889 148.879

2 1983 87.566 81.754 169.320

3 1986 105.171 89.990 195.161

4 1990 117.621 100.552 218173

Sumber : Pelabuhan Gunungsitoli (Data Operasional 1990

19

Wawancara dengan Bapak Herman Harefa Nias (Gunungsitoli), tanggal 13 Mei 2010 pukul 14.00 Wib.


(57)

3.4 Fungsi Pelabuhan Gunungsitoli

Pelabuhan Gunungsitoli bukan saja sekedar tempat berlabuh atau tempat bersandarnya kapal, melainkan juga sebagai penghubung antara maritim dengan darat.l selain itu juga sebagai jembatan penghubung yang digunakan sebagai sarana kegiatan ekonomi baik dalam hal transportasi maupun perdagangan. Karena digunakan sebagai jembatan penghubung antara darat dan laut banyak penduduk sekitar pesisir pantai Gunungsitoli memanfaatkannya untuk berbagai kegiatan perdagangan.

Di sekitar pelabuhan terdapat juga beberapa kegiatan niaga antara lain seperti pasar timbunan barang-barang dagangan, kantor-kantor dagang angkutan darat. Pasar-pasar yang terdapat di sekitar pelabuhan merupakan sarana kegiatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Pasar Gunungsitoli berkembang seiring terjalinnya hubungan tawar menawar barang antara pedagang melalui jual beli barang sehingga ramailah orang berkumpul untuk melakukan transaksi barang yang akhirnya berubah menjadi pasar yang ikut meramaikan pelabuhan Gunungsitoli. Hadirnya pelabuhan memberikan pengaruh yang besar bagi pasar dan pembangunan di Kabupaten Nias. Dari pasar inilah banyak investor yang berminat untuk menanamkan sahamnya di daerah ini.

Barang-barang yang masuk dan diperdagangkan di pasar Gunungsitoli banyak yang didatangkan dari Sibolga dan sekitarnya, yang dibawa/ di angkut oleh kapal-kapal khusus yang hanya mengangkut barang-barang seperti kapal-kapal Nias Indah, Kapal Penumpang KMP Belanak, KMP Barau, KMP Tello dan lain-lain yang mempunyai jadwal satu kali sehari. Barang-barang yang dibawa oleh Kapal Nias Indah ataupun


(58)

KMP Belanak adalah barang kebutuhan pokok sehari-hari seperti obat-obatan, beras, garam, kain, sabun. Selain membawa barang-barang dagangan, kapal-kapal itu juga membawa penumpang dan kendaraan. Setelah membongkar barang-barang tersebut di atas maka dari Gunungsitoli dimuat barang-barang untuk dibawa ke Sibolga seperti hasil-hasil pertanian dalam bentuk bahan mentah yaitu karet, kopra, coklat, pisang, nilam, dan lain sebagainya. Selain itu juga kapal-kapal ini membawa penumpang yang hendak keluar dari Kabupaten Nias menuju Sibolga dan daerah-daerah lainnya.

Pelabuhan Gunungsitoli sangat berpengaruh dalam pengembangan Kabupaten Nias yang dilihat dari sektor perdagangan ekonomi, pendidikan, pariwisata yang terus ditingkatkan maupun pada sektor-sektor lainnya. Dengan demikian pelabuhan memegang peranan dan fungsi sangat penting untuk mendukung segala faktor-faktor yang diperlukan agar Kabupaten Nias dapat mensejajarkan dirinya dengan kabupaten/ kota-kota lain yang ada di Sumatera Utara.

Dalam kegiatan ekonomi, faktor-faktor produksi seperti kebutuhan sandang dan pangan sangat berperan dalam kehidupan masyarakat Nias. Peranan faktor produksi tersebut terlihat dalam kebutuhan masyarakat. Peranan pelabuhan ditunjukan untuk memperlancar arus barang dan jasa. Hal ini jelas kelihatan bahwa pelabuhan sebenarnya merupakan unit kehidupan ekonomi yang cukup beragam, bahkan harus berperan dalam merangsang pertumbuhan dan perkembangan perdagangan khususnya dan ekonomi umumnya. Pelabuhan Gunungsitoli menciptakan serta melayani kegiatan perdagangan yang berasal dari sektor pertanian, perikanan, industri, teknologi yang dapat membantu dan mendorong kegiatan-kegiatan pelabuhan.


(59)

Dengan adanya pelabuhan tersebut maka kegiatan yang dapat menunjang pembangunan Kabupaten Nias dapat berjalan dengan baik. Dan melihat peranan dan fungsinya sebagai bagian dari berkembangnya Kabupaten Nias.

Dalam lingkungan kerja Pelabuhan Gunungsitoli terdapat buruh pelabuhan yang dikelola oleh koperasi tenaga kerja buruh laut. Pada tahun 1980 Koperasi ini beranggotakan 60 orang, tahun 1985 berjumlah 90 orang dan pada tahun 1990 berjumlah 150 orang. Setiap anggota koperasi menerima upah kerja setiap akhir pekan20

20

Wawancara dengan Ibu Lina Mendrofa Gunungsitoli, tanggal 22 Mei 2010 pukul 13.30 Wib.

. Pemberian upah kerja kepada buruh pelabuhan dilakukan pada setiap akhir pekan, yang masing-masing menerima upah sejumlah seratus dua puluh ribu.


(60)

BAB IV

PERANAN PELABUHAN GUNUNGSITOLI DALAM MENDUKUNG PERKEMBANGAN KABUPATEN NIAS

4.1Pengaruh aktivitasi Pelabuhan Gunungsitoli terhadap Masyarakat

Kabupaten Nias terletak di pantai barat pulau Sumatera yang memiliki pelabuhan laut yang diusahakan. Dalam kegiatan ekonomi, tenaga kerja sangat diperlukan untuk melaksanakan kegiatan ekonomi sebagai pendukung perkembangan Kabupaten Nias. Bagaimana lengkap serta modrennya peralatan yang digunakan dan dimanfaatkan dengan sebaiknya oleh pihak perusahaan pelabuhan maka mereka harus dapat mendampingi tenaga kerja manusia agar peralatan-peralatan yang ada dapat dimanfaatkan.

Pelabuhan Gunungsitoli dan pelaksanaan kegiatannya juga memerlukan jaringan pengangkutan dan perhubungan yang membawa pengaruh bagi masyarakat Nias, terutama dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Selain itu pelabuhan juga memberi pandapatan yang lumayan bagi masyarakat yang tidak bekerja dalam pelabuhan. Seperti adanya penduduk yang berjualan di sekitar pelabuhan, antara lain ada yang membuka kedai kopi, kedai nasi, juga berjualan buah-buahan, berjualan roti, rokok dan lain sebaginya. Ada juga yang membuka losmen ataupun penginapan serta rumah-rumah kontrak bagi awak-awak kapal, nakhoda serta pekerja kapal yang juga


(61)

turut istirahat dalam melaksanakan tugasnya. Ternyata dapat manghasilkan pendapatan yang lumayan jumlahnya21

Para pemberi jasa pelabuhan dapat merasakan keberadaan pelabuhan sebagai mata pencaharian walaupun dapat dikatakan tidak sepenuhnya tergantung akan keberadaan pelabuhan. Namun bila kapal-kapal penumpang masuk maka hal ini akan menjadi rejeki bagi mereka. Disamping itu para pemberi jasa atau calo yang menawarkan tiket untuk berangkat ke pelabuhan Sibolga, juga mendapat rejeki untuk tambahannya. Calon penumpang tidak perlu bersusah payah ke Loket dan antrian

.

Bagi masyarakat pendatang yang belum berkeluarga tersedia beberapa buah rumah di sepanjang pesisir dekat pelabuhan Gunugsitoli untuk disewakan, selain itu terdapat rumah-rumah kecil untuk dikontrakan. Mereka yang menggunakan jasa rumah kontrakan adalah para awak kapal dan buruh pelabuhan yang transit di pelabuhan Gunungsitoli.

Selain itu para pelancong yang ingin berkunjung dan berlibur di Kabupaten Nias banyak yang memanfaatkan tempat penginapan dan rumah-rumah penduduk yang berada di sekitar pelabuhan. Dan juga dalam kelancaran dan ketertiban pengangkutan baik itu berupa pengangkutan barang yang digunakan untuk ekspor barang maupun dalam pengangkutan penumpang yang masuk maupun keluar dari pelabuhan. Untuk itu kebutuhan atau sarana pelabuhan memberikan tambahan pencarian bagi masyarakat Nias, khususnya sekitar pelabuhan. Pengangkutan yang tersedia terdiri dari becak dayung, becak mesin, oplet dan ojek yang bisa masuk dalam pelabuhan apabila mereka telah membayar uang masuk pelabuhan (PAS).

21


(62)

untuk mendapat tiket tersebut22

Nelayan di sekitar pesisir parairan Nias mempergunakan jasa pelabuhan untuk tempat beroperasi di sekitar laut Nias dan Tapanuli. Pelabuhan Gunungsitoli merupakan tempat salah satu sumber mata pencaharian bagi penduduk baik sebagai sumber penghasilan sambilan maupun sumber penghasilan utama. Pada awal orde baru hal ini dirasakan sangat berpengaruh sekali. Pada masa itu pelabuhan sangat . Dengan adanya sistem calo ini sebagian masyarakat merasa dirugikan karena harga tiket lebih mahal dari harga yang di loket, akan tetapi di sisi lain pembeli akan lebih mudah mendapatkan tiket tanpa ada antrian.

Pelabuhan Gunungsitoli memiliki kekayaan perusahaan berupa tanah, bangunan dan fasilitas-fasilitas pelabuhan lainnya. Kekayaan perusahaan tersebut berupa bangunan dan tanah sebagian dipergunakan oleh rakyat dan pegawai pelabuhan. Rakyat mempergunakan tanah pelabuhan untuk mendirikan perumahannya dengan suatu perjanjian yang disepakati dan pegawai pelabuhan mempergunakan perumahan dinas yang ditempatinya selama karyawan tersebut bekerja di perum pelabuhan Gunungsitoli.

Perusahaan pelabuhan Gunungsitoli selain mengelola pelabuhan disamping itu juga memiliki kuasa atas perairan laut Nias, dimana perairan tersebut seluruhnya disewakan. Untuk itu pihak pelabuhan melakukan pengutipan terhadap pemakaian jasa perairan laut Nias yang diberikan pihak pelabuhan, seperti kapal barang, penumpang dan kapal nelayan. Selain itu, perusahaan umum pelabuhan Gunungsitoli juga melakukan penarikan retribusi kepada kapla-kapal milik swasta dalam negeri dan kapal-kapal asing yang datang dan berlabuh dipulau Nias.

22


(63)

diminati oleh masyarakat sebagai tempat mengais rejeki. Hal ini disebabkan oleh karena pelabuhan Gunungsitoli merupakan salah satu tulang punggung perekonomian. Pembangunan Kabupaten Nias secara bertahap dilakukan sehingga menimbulkan minat penduduk dari luar Nias untuk mengadu nasib datang ke Kabupaten Nias untuk mencari pekerjaan, berdagang atau hanya untuk melancong.

Dengan adanya pertambahan penduduk dari luar Kabupaten Nias, maka selain dari penghasilan utama, mereka melakukan usaha tambahan seperti berternak, menjadi nelayan pada malam hari dan kalau siang harinya mereka menarik becak, buruh pelabuhan, menjadi supir angkutan umum, yang terpenting bagi mereka adalah memanfaatkan waktu dengan bekerja. Kehidupan masyarakat Kabupaten Nias biasa-biasa saja, hal ini jelas terlihat dari rumah-rumah penduduk yang dibuat dari kayu dan seng atau semi permanen yang ukurannya tidak luas.

Pelabuhan bukan hanya tempat untuk berlabuh dan bersandar kapal tetapi pertemuan dari beragam bangsa, suku serta bahasa yang datang dari segala jurusan baik untuk berdagang, mencari kerja ataupun yang pergi untuk melancong. Banyak aktivitas dari bermacam ragam suku bangsa di pelabuhan secara langsung atau tidak langsung akan memberikan pengaruh bagi kehidupan masyarakat di sekitar pelabuhan seperti percampuran budaya perantau dari Tapanuli dan Minang yang datang ke kabupaten Nias untuk mencari pekerjaan atau berdagang, kemudian menetap dan menikah dengan penduduk setempat.

Kehadiran pelabuhan memberikan kehidupan sosial dan budaya penduduk, ini jelas terlihat dari lingkungan perumahan penduduk di kota atau sekitar pelabuhan Gunungsitoli yang rapat dan padat, sehingga dapat digambarkan sebagai lingkungan


(64)

yang kumuh. Di samping itu terdapat perumahan penduduk yang bersih dan teratur. Dari gambaran di atas terlihat semacam perbedaan status sosial yang menonjol. Namun apabila kita amati pergaulan mereka dalam masyarakat sehari-hari di sekitar pelabuhan berjalan dengan baik antar sesamanya.

Para pendatang atau pelancong yang singgah maupun menetap di Nias dapat menyesuaikan dirinya dengan tradisi setempat misalnya bahasa, budaya maupun sistem kekerabatan yang ada di Kabupaten Nias. Para pendatang yang telah menetap dan menikah dengan penduduk setempat, pada umumnya mereka beradaptasi dengan kebudayaan dan tradisi yang ada.

Dengan demikian tidak dapat dipungkiri kalau adat istiadat dan sistem kekerabatan secara terselubung sebenarnya mengalami perubahan seperti acara-acara adat. Bahasa daerah yang dipergunakan di Kabupaten Nias berperan besar dalam memperkokoh adat dan istiadat juga sistem kekerabatan bermasyarakat di Kabupaten Nias, karena dapat menumbuhkan komunikasi yang lancar antara penduduk Kabupaten Nias yang beragam tersebut.

Pemerintah kabupaten Nias berupaya dalam memajukan pembangunan dan perkembangan di kabupaten Nias sejak tahun 1980. Usaha-usaha yang dijalankan pemerintah antara lain menjadikan Kabupaten Nias sebagai kota perdagangan, pariwisata, kota perikanan laut, jasa dan industri. Dalam upaya untuk menjadikan sebagai kota perdagangan, pemerintah harus dapat meningkatkan dan memfasilitasi segala sektor untuk mendukung kelancaran arus lalu lintas, baik darat, laut maupun


(65)

udara23

23

Ibid, hal. 101

. Di sektor pariwisata pemerintah Kabupaten Nias mengupayakan dan meningkatkan objek wisata berupa pemandangan alam, pulau-pulaunya serta sarana penunjang untuk dijual kepada para pelancong baik dari dalam maupun luar negeri.

Pada tahun 1980 peningkatan pendapatan daerah kabupaten Nias diupayakan untuk terus ditingkatkan dan mengadakan pelayanan di bidang pengangkutan dan jasa, baik itu berupa pengangkutan laut dan udara. Salah satunya adalah pengangkutan laut melalui pelabuhan Gunungsitoli yang merupakan sarana pengangkutan yang diharapkan dapat memberikan pelayanan yang terbaik sehingga memperoleh devisa yang diharapkan.

Pelabuhan Gunungsitoli merupakan sarana pengangkutan yang paling dominan dipergunakan para Pelancong untuk masuk ke daerah ini. Pelabuhan Gunungsitoli yang merupakan tempat salah satu sumber pencaharian bagi penduduk baik sebagai sumber penghasilan utama maupun sambilan. Mereka tidak banyak mengharapkan dari pelabuhan sekarang ini, sebab ruang kerja yang disediakan oleh pelabuhan sangat terbatas. Persaingan untuk memperoleh pendapatan yang memadai tidak memungkinkan lagi hanya lewat pelabuhan saja. Kehidupan masyarakat yang bercampur baur dan beraneka ragam sangat sulit untuk memfokuskan pada sektor pelabuhan yang ada. Dan ada juga masyarakat yang berhasil meraih keuntungannya lewat pelabuhan yang telah memiliki rumah sendiri secara permanen di sekitar pelabuhan sehingga anak-anak mereka ada juga yang berhasil sekolah sampai ke perguruan tinggi.


(1)

Lampiran I

Wilayah Perum Pelabuhan I berkedudukan di Medan yang meliputi beberapa daerah, antara lain :

1. Belawan Kelas I Propinsi Sumatera Utara

2. Sibolga Kelas II

3. Tanjung Balai Kelas IV 4. Kuala Tanjung Kelas IV 5. Gunungsitoli Kelas IV 6. Pangkalan Susu Kelas IV

7. Malahayati Kelas III Propinsi Aceh

8. Lhoksumawe Kelas IV

9. Sabang Kelas IV

10. Kuala Langsa Kelas IV

11. Meulaboh Kelas IV

12. Dumai Kelas III

13. Pekan Baru Kelas III 14. Tanjung Pinang Kelas IV 15. Tembilaha Kelas V 16. Bengkalis Kelas V

Susunan nama-nama Direksi dan Manajer Pelabuhan Gunungsitoli tahun 1980-1990 I. Direksi

1. Bapak Soegito S.H dari tahun 1980-1985 2. Bapak S. Makaleo dari tahun 1985-1990


(2)

II. Manajer

1. Bapak Ampo Sidabutar B.A dari tahun 1980-1983 2. Bapak Hidayat Tedja dari tahun 1983-1986 3. Bapak M. Yasin Idris B.A dari tahun 1986-1989 5. Bapak Bazalulu Zebua B.A dari tahun 1989-1993

Untuk ini di dalam usaha memproduksi jasa kepelabuhan Perum Pelabuhan I Cabang Gunungsitoli memiliki fasilitas antara lain :

a. Dermaga Pelabuhan

Panjang : 146 meter

Lebar : 32 meter

Luas : 2.440 meter2 Kedalaman : 12-15 meter b. Trestel Pelabuhan (Kiri & Kanan)

Panjang : 76 meter

Lebar : 15,90 meter

Luas : 855,05 meter2

Kedalaman : 12-15 meter c. Dermaga Ferry

Panjang : 24 meter

Lebar : 366 meter

d. Fasilitas Penumpang


(3)

Kapasitas : ± 300 orang e. Fasilitas Penumpukan

Gudang tertutup : 600 meter2 Gudang terbuka : 234 meter2 Lapangan : 1.000 meter2 f. Peralatan

Foeklist : 2 unit kapasitas 3 ton dan 1 unit kapasitas 5 ton Tongkang barang : 2 unit

g. Fasiltas lainnya

- Kantor PT. Pelabuhan I luasnya 200 meter2 - Kantor ADPEL Gunungsitoli Luasnya 560 meter2 - Area Parkir Truk Luasnya 670 meter2

- Jalan Pelabuhan luasnya 4.022 meter2

- Air Bersih PDAM 1 unit dengan kapasitas 8 s/d 10 ton/ jam - Resevoir 2 unit dengan kapasitas 30-100 M2

- PLN dengan kapasitas sebesar 20.25 KVA Untuk umum, yaitu :

- penerangan listrik - pemadam kebakaran - sanitasi

- Fasilitas untuk buruh(kantin, tempat ganti pakaian, atau tempat --beristirahat)


(4)

h. Pemandu Kapal

Pelabuhan Gunungsitoli bukan merupakan pelabuhan wajib pandu h. Stasiun Radio Pantai (Operasional dibawah Sub. Distrik navigasi Nias)


(5)

Lampiran II

Struktur Organisasi Pelabuhan I Gunungsitoli

Struktur Organisasi dan Pejabat Struktural Di Perum Pelabuhan I Gunungsitoli

Manajer

K.A. Urusan Umumm

TU dan Pers

Kasub ur Datin

Ass. Manajer Dinas Urusan dan Teknik

Kasubdin PKB Kasubdin PKB Kasubdin PKB

Ass. Manajer Dinas Keuangan

Kasubdin Perbenaharaan

Kasubdin Akuntansi


(6)