PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS pendekatan

PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Manajemen Kelas
Dosen Pengampu : Dra. Sri Sami Asih, M.Kes.
Rombel 03
Disusun Oleh:
1.
2.
3.
4.

Winda Kumalasari
Wiwit Anggitasari
Galuh Rahma Dani
Anggit Setiyo Hari

(1401416190)
(1401416281)
(1401416291)
(1401416298)


JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam
menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Hal itu karena secara prinsip, guru
memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.
Masalah pengajaran berkaitan dengan segala usaha untuk membantu siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus
dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti
prestasi belajar siswa rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang
ditentukan. Melalui pendekatan-pendekatan dan metode serta aspek-aspek manajemen

kelas, akan memberikan kemudahan bagi guru dalam mengelola kelas.
Seperti yang telah diketahui ada banyak kendala saat seorang guru sedang mengelola
kelas, baik masalah individu maupun kelompok, untuk menghadapi masalah tersebut perlu
adanya ketepatan tindakan pengelolaan kelas. Ketepatan tindakan pengelolaan kelas, dapat
dilakukan apabila cara kerja guru dalam pengelola kelas didasari kerangka
acuan pendekatan pengelolaan kelas. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya memahami
dan mempunyai berbagai pendekatan pengelolaan kelas serta memahami kondisi
psikologis para siswa yang dihadapinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan pengubahan perilaku?
2. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan sosio-emosional?
3. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan proses kelompok?
4. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan analitik pluralistik?
5. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan eklektik?
1.3 Tujuan
1. Mampu menjelaskan pendekatan pengubahan perilaku
2. Mampu menjelaskan pendekatan sosio-emosional
3. Mampu menjelaskan pendekatan proses kelompok
4. Mampu menjelaskan pendekatan analitik pluralistik
5. Mampu menjelaskan pendekatan eklektik

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Pengubahan Perilaku
Pendekatan pengubahan perilaku didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi
behaviorisme. Prinsip utama yang mendasari pendekatan ini adalah perilaku merupakan
hasil proses belajar. Prinsip ini berlaku baik bagi perilaku yang sesuai maupun perilaku
yang menyimpang. Pengajur pendekatan ini berpendapat bahwa seorang peserta didik
berperilaku menyimpang adalah disebabkan oleh salah satu dari dua alasan yaitu: 1)
peserta didik telah belajar berperilaku yang tidak sesuai, atau 2) peserta didik tidak
belajar berperilaku yang sesuai.
Pendekatan pengubahan perilaku dibangun atas dasar dua asumsi utama yaitu: 1)
empat proses dasar belajar, 2) pengaruh kejadian-kejadian dalam lingkungan. Tugas guru
adalah menguasai dan menerapkan empat prinsip dalam belajar. Prinsip tersebut adalah
penguatan positif, hukuman, penghentian, dan penguatan negatif.
Penguatan positif yakni pemberian penghargaan setelah tejadi suatu perbuatan.
Penghargaan menyebabkan perbuatan yang dikuatkan itu semakin meningkat. Perbuatan
yang dihargai tersebut diperkuat dan diulangi di kemudian hari.
Hukuman adalah pemberian pengalaman atau rangsangan yang tidak disukai atau
tidak diinginkan sesudah terjadinya suatu perbuatan. Dengan hukuman menyebabkan

suatu perbuatan yang dikenai hukuman frekuensinya berkurang dan cenderung tidak
dilanjutkan.
Penghentian adalah menahan suatu penghargaan yang diharapkan (menahan
penguatan positif), yang dalam kejadian sebelumnya perbuatan seperti itu diberi
penghargaan. Penghentian menyebabkan menurunya frekuensi penghargaan yang
sebelumnya dihargai.
Penguatan negatif adalah penarikan rangsangan (hukuman) yang tidak diinginkan
atau tidak disukai sesudah terjadinya suatu perbuatan, yang meneyebabkan frekuensi
perbuatan itu meningkat. Menarik hukuman bermaksud memperkuat perilaku dan
meningkatkan kecenderungan diulangi.
Pendekatan pengubahan perilaku menawarkan sejumlah strategi manajerial
kepada guru yang semuanya mnegandung penggunaan penguatan. Berikut ini adalah
strategi – strategi lain yang ditawarkan dalam mengelola kelas:

a

Mempergunakan Model
Model adalah proses yang dialami peserta didik dengan mengamati cara berperilaku
orang lain mendapatkan perilaku yang baru. Sebagai suatu strategi manajemen,
model dapat diapndang sebagai suatu proses yang dialkukan guru melalui tingkah

lakunya menampilkan nilai dan sikap, yang dikehendaki dimiliki dan ditampilkan
oleh peserta didik.

b

Mempergunakan Pembentukan
Pembentukan adalah suatu prosedur dengan cara guru meminta peserta didik
menmapilkan serangkaian perilaku yang mendekati atau mirip dengan perilaku yang
diinginkan. Dan pada setiap kali peserta didik menampilkan perilaku yang
mendekati itu guru memberikan pengautan kepada peserat didik sehingga mau
secara konsisten menampilkan perilaku yang diinginkan tersebut. Jadi pembentukan
adalah strategi pengubahan perilaku yang dipergunakan untuk mengembangkan
perilaku yang baru.

c

Mempergunakan Sistem Hadiah
Sistem hadiah biasanya terdiir dari tiga unsur sebgai berikut:



seperangkat

instruksi

tertulis

yang

disiapkan

dengan

teliti,

yang

menggambarkan perilaku peserta didik yang hendak dikuatkaj oleh guru,


suatu sistem yang dirancang dnegan baik untuk menghadiahkan barang kepada

peserta didik yang menampilkan perilaku yang sesuai,



seperangkat prosedur yang memberiakn kesempatan kepada peserta didik saling
bertukar hadiah yang mereka peroleh sebagai penghargaan, atau memberikan
kesempatan terlibat dalam kegaiatan sosial.

d

Mempergunakan Kontrak Perilaku
Kontrak perilaku adalah suatu persetujuan antara guru dan peserta didik yang
berperilaku menyimpang. Persetujuann itu menentukan perilaku yang disetujui olehe
peserta didik untuk ditampilkan dan kemungkinan konsekuensinya apabila peserta
didik menampilkan perilaku tersebut

e

Mempergunakan Jatah Kelompok
Penggunaan jatah kelompok adalah penggunaan prosedur dengan ciri konsekuensi

tidak hanya bergantung kepada perilaku seorang peserat didik sendiri, melainkan
juga kepada perilaku kelompoknya. Penghargaan terhadap setiap anggota kelompok

beragntung kepada perilaku salah seorang atau lebih atau pada perilaku seluruh
anggota kelompok lainnya.
f

Penguatan Alternatif yang Tidak Serasi
Penguatan yang tidk serasi yaitu penguatan yang berupa tantangan satu dengan yang
lainnnya. Pengauatn itu terjadi pada situasi guru menghargai perilaku yang tidak
dapat terjadi bersamaan dengan perilaku menyimpang yang hendak dihilangkan oleh
guru.

g

Mempergunakan Penyuluhan Perilaku
Penyuluhan perilaku adalah suatu proses yang meliputi pertemuan pribadi antara
guru dan peserta didik. Penyuluhan perilaku ini dimaksudkan untuk membantu
peserta didik yang berperilaku memyimpang mengetahui bahwa perilakunya tidak
sesuai kemudian ia berusaha merencanakan perubahan.


h

Mempergunakan Pemantauan Sendiri
Pemantauan diri sendiri diartikan sebagau pengelolaan diri sendiri yang
memungkinkan peserta didik mencatat aspek – aspek perilakunya agar ia dapat
mengubahnya. Pemantauan diri sendiri meningkatkan kesadarn diri sendiri melalui
pengamatan atas dirinya.

i

Mempergunakan Pemberian Isyarat
Pemberian isyarat ialah suatu proses untu merangsang berbuat atau tindakan
mengingatkan secar verbal atau non verbal yang digunakan oleh guru kepada peserat
didiknya. Hal ini dialkukan jika peserat didiknya berperilaku menyimpang. Suatu
isyarat dapat digunakan untuk memberi penguatan atau mencegah perilaku tertentu.

2.2 Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
Pendekatan iklim sosio-emosional dalam manajemen kelas berakar pada
psikologi penyuluhan klinikal, dan karena itu memberikan arti yang sangat penting pada

hubungan antar pribadi. Pendekatan ini dibangun atas dasar asumsi bahwa manajemen
kelas yang efektif (dan pengajaran yang efektif sangat tergantung pada hubungan yang
positif antara guru dan peserta didik. Guru adalah penentu utama atas hubungan antar
dan iklim kelas. Oleh karena itu, tugas pokok guru dalam manajemen kelas adalah
membangun hubungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan iklim sosioemosional yang positif pula.

Banyak gagasan yang bercirikan pendekatan sosio-emosional dapat ditelusuri
pada karya Carl Rogers. Premis utamanya adalah kelancaran proses belajar yang penting
sangat tergantung pada kualitas sikap yang terdapat dalam hubungan pribadi antara guru
dan peserta didik. Rogers mengidentifikasi beberapa sikap yang diyakini yaitu hakiki
yaitu: ketulusan, keserasian, sikap menerima, menghargai, menaruh perhatian,
memeercayai, dan pengertian empatik.
Sementara itu, Ginott menekankan pentingnya komunikasi yang efektif untuk
meningkatkan hubungan yang baik antara guru dan siswa, disamping keserasian, sikap
menerima, empati, dan memberikan sejumlah contoh bagaimana sikap-sikap itu
diwujudkan oleh guru. Cara guru berkomunikasi ialah dengan berbicara sesuai situasi,
bukan dengan kepribadian atau watak siswa. Apabila dihadapkan kepada perilaku siswa
yang tidak dikehendaki, guru dinasihatkan agar menerangkan apa yang dilihatnya,
menjelaskan apa yang dirasakannya, dan menerangkan apa yang perlu dilakukan. Guru
menerima siswa, tetapi tidak menerima aatau menyetujui perilakunya. Ginott

memberikan rekomendasi mengenai car yang seyogyanya dilakukan oleh guru untuk
berkomunikasi secara efektif sebagai berikut:
a. Alamatkan pernyataan kepada situasi siswa, jangan menilai dirinya karena hal itu
dapat merendahkan siswa
b. Gambarkanlah situasi, ungkapkan perasaan tentang situasi itu, dan jelaskan harapan
mengenai situasi tersebut.
c. Nayatakan perasaan yang sebenarnya yang akan meningkatkan pengertian siswa.
d. Hindarkan cara memusuhi dengan cara mengundang kerja sama dan memberikan
kepada siswa kesempatan mengalami ketidak tergantungan.
e. Hindarkan sikap menentang atau melawan dengan cara mengindarkan perintah dan
tuntutan yang memancing respon defensif.
f. Akui, terima dan hormati pendapat serta perasaan siswa dengan cara yang
meningkatkan perasaan harga dirinya.
g. Hindarkan diagnosis dan pradiagnosis yang akan menilai siswa, karena hal itu akan
melemahkan semangat.
h. Jelaskan proses, dan tidak menilai produk atau pribadi, berikan bimbingan dan
bukan kecaman.
i. Hindarkan pertanyaan dan komentar yang memungkinkan memancing sikap
menolak dan mengundang sikap menentang
j. Tolak godaan memberikan kepada siswa pemecahan yang ditawarkan secara terburuburu, pergunakanlah waktu untuk meberikan bimbingan yang diperlukan siswa

untuk memechakan masalahnya. Doronglah kemampuan untuk mengatur diri
sendiri.
Pandangan lain yang dapat digolongkan sebagai pendekatan sosio-emosional
adalah dari Glasser. Glasser menekankan pentingnya keterlibaan guru dengan
menggunakan strategi manajemen yang disebutnya terpai kenyataan. Dinyatakan oleh
Glasser bahwa satu-satunya kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan identitas
yaitu perasaan berhasil dan dihargai. Perilaku menyimpang siswa adalah buah
kegagalannya mengembangkan identitas keberhasilan. Dalam kaitan ini, Glasser
mengemukakan delapan langkah untuk membantu peserta didik mengubah perilakunya
berikut ini:
a. Secara pribadi melibatkan diri dengan siswa; menerima siswa tetapi bukan kepada
perilakunya

yang

menyimpang;

menunjukkan

kesediaan

membantu

siswa

memecahkan masalah.
b. Memberikan uraia tentang perilaku siswa; menangani masalah tetapi tidak menilai
atau menghakimi siswa.
c. Membantu siswa membuat penilaian atau pendapat tentang perilakunya yang
menjadi masalah itu. Pusatkan perhatian kepada apa yang dilakukan oleh siswa yang
menimbulkan masalah dan yang menyebabkan kegagalannya.
d. Membantu siswa merencanakan tindakan yang lebih baik; jika perlu berikan
alternatif-alternatif; bantulah siswa membuat keputusan sendiri berdasarkan
penilaiannya atas alternatif-alternatif yang ada untuk mengembangkan perasaan
tanggung jawab sendiri.
e. Membimbing siswa mengikatkan diri dengan rencana yang telah dibuatnya.
f. Mendorong siswa sewaktu melaksanakan rencannya dan memelihara keterkaitannya
dengan rencana tersebut; yakinkan siswa bahwa guru mengetahui kemajuan
kemajuan yang dibuatnya.
Sementara itu Dreikurs dalam kaitan dengan pendekatan sosio-emosional
mengemukakan gagasan-gagasan penting yang mempunyai implikasi bagi manajemen
kelas yang efektif. Dua diantaranya ialah:


Penekanan pada kelas yang demokratis dimana siswa dan guru berbagi tanggung



jawab, baik dalam proses maupun langkah maju,
Pengakuan akan pengaruh konsekuensi wajar dan logis atas perilaku siswa.

Mengembangkan kelas yang demokratis berasumsi bahwa perilaku dan
pencapaian siswa dipermudah oleh suasana kelas yang demokratis pula. Dalam suasana
kelas yang demokratis, siswa diharapkan diperlakukan sebagai orang yang
bertanggungjawab, individu yang mempunyai harga diri, yang mampu membuat
keputusan dan memecahkan persoalan dengan terampil. Kelas yang demokratis dapat
mengembangkan suasana saling mepercayai anatara guru dan siswa dan antara sesama
siswa.
Kelebihan pendekatan iklim sosio-emosional:
a

Siswa merasa nyaman di kelas kerena terjalin hubungan yang baik dengan

b
c

guru.
Penyelesaian suatu masalah dipecahkan bersama melalui pertemuan kelas.
Pelajaran diyakini akan lebih mudah diterima karena siswa merasa nyaman,

d
e

tentram dan aman dengan situasi yang ada.
Terbinanya sikap demokratis.
Selalu ada penghargaan , jadi setiap kegagalan tidak akan membunuh motivasi

f

siswa.
Siswa belajar untuk saling menghargai teman ataupun guru.

Kelemahan pendekatan iklim sosio-emosional:
a

Apabila hubungan siswa terlalu dekat dengan guru atau guru terlalu baik akan

b

menimbulkan sikap siswa yang terlalu bebas.
Sulit untuk memahami karakter emosi setiap siswa di kelas, maka diperlukan
ketrampilan guru yang lebih untuk membuat iklim sosio emosional yang
kondusif.

2.3 Pendekatan Proses Kelompok
Premis utama yang mendasari pendekatan proses kelompok didasarkan pada
asumsi-asumsi berikut:
a
b

Kehidupan sekolah berlangsung dalam lingkungan kelompok, yakni kelompok kelas,
Tugas pokok guru adalah menciptakan dan membina kelompok kelas yang efektif

c

dan produktif,
Kelompok kelas adalah suatu sistem sosial yang mengandung ciri-ciri yang terdapat
pada semua sistem sosial,

d

Pengelolaan kelas oleh guru adalah menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang
menunjang terciptanya suatu belajar yang menguntungkan.
Schmuck dan Schmuk dalam Weber mengemukakan enam ciri mengenai

manajemen kelas yaitu: harapan, kepemimpinan, daya tarik, norma, komunikasi, dan
keterpaduan dengan penjelasan seperti berikut ini:
a

Harapan adalah persepsi yang dimiliki oleh guru dan siswa mengenai hubungan
mereka satu sama lain. Persepsi tersebut adalah perkiraan individual tentang cara

b

berperilaku diri sendiri dan orang lain.
Kepemimpinan paling tepat diartikan sebagai perilaku yang membantu kelompok
bergerak menuju pencapaian tujuannya. Jadi perilaku kepemimpinan terdiri dari
tindakan-tindakan anggota-anggota kelompok. Termasuk didalamnya tindakantindakan yang membantu penetapan norma-norma kelompok yang menggerakkan
kelompok kearah tujuan, yang memperbaiki mutu interaksi anatara anggota-anggota

c

kelompok.
Daya tarik, menunjuk pada pola-pola persahabatan dalam kelompok kelas. Daya
tarik dapat digambarkan sebagai tingkat persahabatan yang terdapat diantara para
nggota kelompok kelas. Tingkat daya tarik tergantung pada sejauh mana hubungan
anatar pribadi yang positif telah berkembang. Pengelola kelas yang fektif ialah
seseorang yang membantu mengembangkan hubungan pribadi yang positif antara
para anggota kelompok. Misalnya, guru berusaha meningkatkan sikap menerima

d

terhadap para siswa yang tidak disukai anggota-anggota baru.
Norma ialah pengharapan bersama mengenai carra berpikir, cara berperasaan, dan
cara beperilaku para anggota kelompok. Norma sangat mempengaruhi hubungan
antar pribadi karena norma tersebut memberikan pedoman yang membantu para
anggota memahami apa yang diharapkan dari meraka dan apa yang dapat mereka
harapkan dari orang lain. Norma kelompok yang produktif adalah hakiki bagi
efektivitas kelompok,]. Oleh karena itu, salah satu tugas guru ialah membantu
kelompok menciptakan, menerima, dan memelihara norma kelompok yang

e

produktif.
Komunikasi, baik verbal maupun non-verbal adalah dialog antara anggota-anggota
kelompok. Komunikasi mencakup kemampuan khas manusia untuk saling
memahami persaan masing-masing. Komunikasi yang efektif berarti menerima
pesan menafsirkan dengan tepat pesan yang disampiakan oleh pengirim pesan. Oleh
karena itu, tugas rangkap guru adalah membuka asaluran komunikasi sehingga

semua siswa menyatakan buah pikiran dan persaannya dengan bebas, menerima
buah pikiran dan perasaan siswa.
Keterpaduan adalah menyangkut perasaan kolektif yang dimiliki anggota

f

kelasmengenai kelompok kelasnya. Keterpaduan menekankan hubungan individu
dengan kelompok sebagai suatu keseluruhan. Kelompok menjadi padu karena
alasan:

Para anggota saling menyukai satu sama lainnya,

Minat yang besar terhadap pekerjaan,

Kelompok memberikan harga diri kepada para anggotanya.
Kelebihan pendekatan proses kelompok:
a
b

Menumbuhkan rasa kebersamaan dan toleransi dalam sikap dan perbuatan
Menumbuhkan rasa ingin maju dan mendorong anggota kelompok untuk tampil

c
d
e

sebagai kelompok yang terbaik
Kemungkinan terjadi adanya transfer pengetahuan antar sesama kelompok
Timbul rasa kesetiakawanan sosial antar kelompok
Dapat meringankan tugas guru atau pimpinan sekolah

Kekurangan pendekatan proses kelompok:
a

Melalui metode kerja kelompok memerlikan persiapan dan perencanaan yang

b

matang
Persaingan yang tidak sehat akan terjadi manakala guru tidak dapat memberikan

c

pengertian kepada siswa
Bagi siswa yang tidak memiliki disiplin diri dan pemalas terbuka kemungkinan

d
e

untuk pasif dalam kelompoknya
Sifat dan kemampuan individual kadang-kadang terasa diabaikan
Jika tugas yang diberikan kepada kelompok masing-masing kemudian tidak diberi

f

batas-batas waktu tertentu, maka cendrung tugas tersebut diabaikan atau terabaikan
Tugas juga dapat terbengkalai manakala tidak mempertimbangkan segi psikologis
dan didaktis anak didik.

2.4 Pendekatan Analitik Pluralistik
Berbeda dengan pendekatan eklektik, pendekatan analitik pluralistik memberi
kesempatan kepada guru memilih strategi manajemen kelas atau gabungan dari berbagai
pendekatan

manajemen

yang

dianggap

mempunyai

potensi

terbesar

berhasil

menanggulangi masalah manajemen kelas dalam situasi yang telah dianalisis.
Pendekatan analitik pluralistik adalah pendekatan berupa pemilihan di antara berbagai

strategi manajemen kelas untuk menciptakan dan menampung kondisi yang memberikan
kemudahan dalam pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pendekatan analitik pluralistik tidak mengikat guru pada serangkaian strategi
manajerial tertentu saja. Guru bebas mempertimbangkan semua strategi yang mungkin
efektif. Terdapat empat tahap pendekatan analitik pluralistik yang perlu dicermati dalam
penggunaannya.
a

Menenetukan Kondisi Kelas yang Diinginkan
Langkah pertama dalam proses mengelola kelas yang efektif yaitu menentukan
kondisi kelas yang ideal. Guru perlu menegtahui dengan jelas dan mendalam tentang
kondisi –kondisi yang menurut penilaiannya akan memungkinkan mengajar secara
efektif. Di samping itu guru hendaknya menyadari perlunya terus – menerus menilai
manfaat pemehamannya dan mengubahnya apabila keadaan menuntutnya.

b

Menganalisis Kondisi Kelas yang Nyata
Setelah menentukan kondisi kelas yang didinginkan, guru selanjutnya menganaisis
keadaan yang ada. Dengan demikian memungkinkan guru mengetahui:
-

Kesenjangan antara kondisi sekarang dan yang diharapkan, kemudian
menentukan kondisi yang perlu mendpat perhatian segera dan mana yang dapat
dislesaikan kemudian, dan kondisi mana ayang memerlukan pemantauan

-

Masalah yang mungkin terjadi yakni kesenjangan yang mungkin timbul jika gurur
gagal mengambil tindakan pencegahan

-

Kondisi ssekarang yang perlu dipelihara dan dipertahankan karena sudah
dianggap baik
Asumsi tahap keduadari analitik pluralistik ini adalah bahwa guru yang efektif
adalah guru yang terampil menganalisis interaksi kelas dan peka terhadap apa
yang sedang terjadi di kelasnya.

c

Memilih dan Menggunakan Strategi Pengelolaan
Guru yang efektif adalah gruur yang menguasai berbagai strategi manajerial yang
terkandung di dalam berbagai pendekatan manajerial kelas, dan mampu memilih serta
menggunakan strategi yang paling sesuai dalam situasi teretntu yang telah dianalisis
sebelumnya. Proses pemilihan ini dapat dianggap sebagi suatu kerja komputer dan
memilih strategi yang memberikan harapan untuk meningkatkan komdisi yang
dianggap sesuai.

d

Menilai Keefektifan Pengelolaan

Dalam tahap ini menilai keefektifan dalam pengelolaannya. Artinya dari waktu ke
waktu guru harus menilai sejauh mana keberhasilan guru dan peserta didik
menciptakan dan memelihara kondisi yang sesuai. Proses penilaian ini memusatkan
perhatian kepada dua perangakt perilaku. Perilaku pertama adalah perilaku guru
dalam arti sejauh mana guru telah menggunakan perilaku manajemen yang
direncanakan akan dilakukan. Perilaku kedua adalah perilaku peserta didik yaitu
sejauh mana peserat didik berperilaku yang sesuai, yakni apakah mereka telah
melakukan apa – apa yajng diharapkan umtuk dilakukan.
2.5 Pendekatan Eklektik
Seorang guru harus mengetahui kekuatan dan kelemahan tiap – tiap pendekatan
ketika akan menerapakn satu pendekatan. Dalam kenyataannya, guru jarang seklai
menerapkan satu pendekatan secara utuh, melainkan mengkombinasikan tiap – tiap
endekatan dengan mengambil hal – hal yang positif dari satu pendekatan seraya
mengeliminasi kelemahan tiap – tiap pendekatan.
Weber (1986) menyatakan bahwa

pendekatan dengan cara menggabungkan

semua aspek terbaik dari berbagai pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan
kebulatan atau keseluruhan yang bermakna, yang secara filosofis, teoritis, dan/atau
psikologis yang dinilai benar, yang bagi guru merupakan sumber pemilihan perilaku
pengelolaan tertentu yang sesuai dengan situasi. Dua syarat yang perlu dikuasai oleh
guru dalam menerapkan pendekatan eklektik yaitu: 1) menguasai pendekatan-pendekatan
manajemen kelas yang potensial, seperti pendekatan pengubahan perilaku, penciptaan
iklim sosio-emosional, proses kelompok, dan dapat memilih pendekatan yang tepat dan
dapat melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah manajemen kelas
(M. Entang dan T. Raka Joni, 1983:43).
Kelebihan Pendekatan Eklektik
a. Guru dapat membuat pengajaran lebih bervariasi dan lebih menarik
b. Masalah perbedaan individu, materi lingkungan belajar yang kurang menarik dapat

dipecahkan.
c. Guru dapat lebih percaya diri dan meyakinkan dalam mengajarkan

keterampilanberbahasa.
d. Dapat digalakkan keaktifan siswa belajar dengan sistem CBSA.
e. Guru dapat menyampaikan materi pelajaran secara lebih cepat.

f.

Guru dapat menghidupkan suasana belajar mengajar di kelas.

g. Siswa akan bersemangat dalam belajar/tidak cepat jenuh
h. Dapat lebih membuat siswa berkonsentrasi pada pelajaran.

Kekurangan pendekatan Eklektik
Penggunaan pendekatan ini dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah
satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga
pendekatan tersebut (potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif).

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan


Pendekatan pengubahan perilaku dipilih jika tujuan tindakan dalam manajemen kelas
yang akan dilakukan adalah untuk menguatkan tingkah laku peserta didik yang baik
atau menghilangkan perilaku peserta didik yang kurang baik.



Pendekatan iklim sosio emosional dipergunakan apabila sasaran tindakan manajemen
kelas adalah peningkatan hubungan antar pribadi guru dan peserta didik.



Pendekatan proses kelompok digunakan apabila seorang gruu ingin kelompoknya
melakukan kegaiatn secara produktif.



Pendekatan analitik pluralistik digunakan untuk menciptakan dan menampung kondisi
yang memberikan kemudahan dalam pembelajaran yang efektif dan efisien.



Pendekatan eklektik

DAFTAR PUSTAKA

.........., 2017. Bahan Ajar Manajemen Kelas. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Ekosiswoyo, Rasdi dan Maman Rachman. 2000. Manajemen Kelas. Semarang: IKIP
Semarang.
mitamatika.wordpress.com/2013/01/24/pendekatan-iklim-sosioemosional/

Rachman, Maman. 1997. Manajemen Kelas. Semarang: Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi.