KERJASAMA LUAR NEGERI OLEH PEMDA DI INDO (2)

TAKDIR ALI MUKTI

PARADIPLOMACY
KERJASAMA LUAR NEGERI OLEH PEMDA
DI INDONESIA

‘The increasing interconnectivity of nations in today’s global economy
underscores the need for robust partnerships between communities around
the world. Organizations like Sister Cities International foster such
relationships, increasing mutual knowledge and understanding between
cities and cultures. These collaborations lay the foundations for continued
peace and prosperity. I am proud to serve as your Honorary Chair.’
President Barack Obama, 44th President of the United States

Paradiplomasi atau Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah, secara
relative masih merupakan fenomena baru dalam kajian ilmu hubungan internasional. Istilah
‘paradiplomacy’ pertama kali diluncurkan dalam perdebatan akademik oleh ilmuwan asal Basque,
Panayotis Soldatos tahun 1980-an sebagai penggabungan istilah ‘parallel diplomacy’ menjadi
‘paradiplomacy’, yang mengacu pada makna ‘the foreign policy of non-central governments’.
Paradiplomasi di Indonesia, yang biasanya berbentuk ‘Sister City’ atau Kota Kembar,
memiliki ruang yuridis yang cukup leluasa, sebab Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang

Perjanjian Internasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota untuk
melakukan hubungan dan kerjasama dengan pihak asing. Sampai saat ini, dalam catatan ‘Treaty
Room’ di KEMLU, tidak kurang dari 140-an kerjasama luar negeri yang telah dibuat oleh pemda
dengan pihak asing, baik dalam bentuk ‘sister province’ atau pun ‘sister city’. Provinsi Jawa Barat,
DKI Jakarta, DI. Yogyakarta dan Jawa Timur termasuk yang paling banyak melakukan ‘sister
province’, sedangkan Kota Jakarta, Kota Bandung dan Kota Yogyakarta adalah kota-kota yang
tergolong aktif dalam kerjasama‘sister city’.
Buku ini merupakan buku pertama di Indonesia yang mengupas kajian tentang
paradiplomasi yang ditinjau dari dari 4 (empat) aspek sekaligus, yakni aspek teoritis ilmu
Hubungan Internasional, aspek Yuridis (hukum nasional dan hukum perjanjian internasional), aspek
Diplomasi, dan dari aspek Praktis pembuatan kerjasama internasional. Kekuatan buku ini terletak
pada upayanya untuk membangun 3 pikiran utama, yakni, pertama, membangun konstruksi
hubungan dan kerjasama luar negeri secara umum sekaligus meletakkan posisi pemda selaku aktor
hubungan transnasional dalam skema itu; kedua, membangun konstruksi hukum dalam kerjasama
luar negeri; dan, ketiga, membangun konstruksi tata kelola dan koordinasi antara
pusat dan daerah dalam urusan kerjasama luar negeri.
Buku ini sangat bermanfaat bagi kalangan akademisi yang concern
terhadap masalah hubungan internasional, dan hukum internasional, serta bagi
para praktisi di pemerintahan pusat maupun daerah yang bertanggungjawab

terhadap terlaksananya kerjasama luar negeri secara aman dan produktif.
Takdir Ali Mukti. Lahir di Bantul, 21 Februari 1971. Menyelesaikan Studi Ilmu Hubungan
Internasional di Universitas Negeri Jember (UNEJ), Jawa Timur, Tahun 1995. Lulus S.2 Ilmu
Politik UGM Tahun 2004. Aktif sebagai Dosen di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta sejak tahun 1996 sampai sekarang. Pernah menjadi anggota DPRD
Provinsi D.I. Yogyakarta Periode 2004-2009, selaku Sekretaris Komisi A yang menangani bidang
kerjasama luar negeri, politik, hukum dan pemerintahan. Periode sebelumnya, tahun 1999-2004,
menjadi anggota DPRD Kab. Bantul pada komisi yang sama. Pada tahun 2008, menjadi delegasi
pada Saemaul Undong Academy di Universitas Kyungwoon, Korea Selatan, dan menjadi Ketua
Panitia Khusus Pembahasan Rencana Kerjasama antara Provinsi DIY dengan Provinsi Gangwon,
Korea Selatan. Selain menjadi pembicara pada seminar-seminar, penulis juga aktif memberikan
materi pada acara Bimbingan Teknis tentang Kerjasama Luar Negeri oleh Pemda di seluruh
Indonesia. Email: [email protected]

ISBN 978-602-17651-3-5