Pendidikan Karakter melalui Media Massa

Pendidikan Karakter melalui Media Massa
Pendidikan adalah sebuah fondasi. Jika fondasi itu buruk, maka runtuhlah visi/ misi yang
dibangun. Begitu pula sebaliknya, fondasi yang baik akan mengokohkan sebuah tujuan yang
dibangun. Jadi, bangsa yang kokoh dan makmur adalah bangsa yang pendidikannya
berkualitas baik, terutama pada sisi afektifnya. Tak ada guna hanya cerdas secara kognitif,
apabila tak didasari dengan karakter yang kuat dan mulia, maka rapuhlah bangsa tersebut.
Pendidikan itu bersifat universal. Semua yang ada di lingkungan kehidupan kita bersifat
edukatif, tergantung bagaimana kita memandangnya. Bahkan hal-hal yang buruk sekalipun
bisa dijadikan sebagai bahan pendidikan, karena hal-hal buruk tersebut tidak selamanya
berbau negatif, apabila kita menemukan sisi positifnya, dari situlah kita dapat mengambil
berbagai pembelajaran.
Pendidikan sebagai pencetak manusia-manusia bermutu. Namun, semakin majunya
zaman, tantangan pendidikan pun semakin kompleks. Generasi muda masa kini adalah anakanak digital. Sebagian besar pertumbuhan anak dipengaruhi oleh media massa, terutama
media elektronik seperti TV dan internet. Apabila bobot dari media massa tersebut lemah
karakter, maka akan berpengaruh pula terhadap pembentukan karakter anak bangsa masa kini
yang lebih tertarik menikmati TV daripada menyimak pengajaran guru di sekolah. Dapat
diprediksikan karakter anak-anak bangsa akan lemah, akibat asupan-asupan negatif dari
tontonan favoritnya.
Karakter anak bangsa menjadi kunci kekokohan sebuah bangsa. Kecendekiaan tak akan
barokah tanpa adanya ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kecendekiaan akan terkikis
jika tak dilengkapi kemandirian. Generasi muda yang jujur, tanggung jawab, disiplin, cinta

tanah air, toleransi, adil, peduli, berani, dan cendekia akan memperkokoh kelangsungan hidup
bangsa ini di masa depan.
Penanaman pendidikan karakter tak hanya menjadi tanggung jawab bagi lembagalembaga pendidikan dan bergantung pada kebijakan pemerintah. Media massa pun perlu turut
serta secara aktif dengan menggencarkan sajian-sajian yang bermuatan “pendidikan
karakter”, terutama pada tayangan-tayangan TV. Tidak hanya tayangan sinema rasa cinta dan
kebencian para muda-mudi, komedi yang dibumbui bullying, berita-berita kriminal dan
korupsi, tidak hanya kritikan tanpa aksi. Sudah saatnya media massa difokuskan pada beritaberita yang prestatif, serta kritikan yang disertai aksi, tayangan sinema yang mendidik, dan
komedi yang sekadarnya tanpa ada bumbu-bumbu kekerasan.
Ade Tarina Paramita (UNY_FIP_KP/A 2013)