PENINGKATAN KUALITAS TIDUR BAYI USIA 3-6 BULAN MELALUI PIJAT BAYI DI RB HASANAH GEMOLONG SRAGEN

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

PENINGKATAN KUALITAS TIDUR BAYI USIA 3-6 BULAN MELALUI

PIJAT BAYI DI RB HASANAH GEMOLONG SRAGEN

  

Improving The Quality Of Infant Sleep Through The Ages 3-6 Months

Baby Massage In RB Hasanah Gemolong Sragen

Dyan Kusuma Wardhani, Enny Yuliaswati

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

  

ABSTRACT

Sleep is one of the factors that influence infant growth. Baby sleep quality in

addition to affect the physical development also affect the future development of his

attitude. Referring to the results of research on sleep disorders in children under

three years of age by Sekartini 2005 in five major cities in Indonesia, showed that the

prevalence of sleep disorders infant was found 42.3% of the cases of the 385 study

subjects. One therapy that can improve sleep quality baby is a baby massage.

  

Objective to determine the relationship between infant massage with the quality of

sleep in infants aged 3-6 months RB Hasanah Gemolong.

  The study was observational analytic with cross sectional approach to 45 infants aged 3-6 months. Analysis of data using Kendall Tau. Obtained values with ztabel zhitung = 4.86 = 1.96, then the results obtained

zhitung≥ztabel Ha accepted that there is a relationship between sleep quality baby

massage with infants aged 3-6 months in RB Hasanah Gemolong Sragen.

  There was a significant correlation between the frequency of massage with the

quality of sleep, which is getting regular massage your baby, the better the quality of

infant sleep.

  Keywords: Infant massage, Quality sleep, Baby age 3-6 months

ABSTRAK

Tidur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi.

  Kualitas tidur bayi selain berpengaruh pada perkembangan fisiknya juga berpengaruh pada perkembangan sikapnya kelak. Merujuk hasil penelitian tentang gangguan tidur pada anak usia bawah tiga tahun oleh Sekartini tahun 2005 di lima kota besar di Indonesia, menunjukkan bahwa prevalensi gangguan tidur bayi ditemukan 42,3% kasus dari 385 subyek penelitian. Salah satu terapi yang mampu meningkatkan kualitas tidur bayi yaitu pijat bayi. Tujuan mengetahui hubungan antara pijat bayi dengan kualitas tidur bayi usia 3-6 bulan di RB Hasanah Gemolong.

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional terhadap 45 bayi usia 3-6 bulan. Analisa data menggunakan Kendall Tau. Hasil penelitian didapatkan nilai z hitung = 4,86 dengan z tabel = 1,96, diperoleh hasil z hitung

  ≥z

  tabel maka Ha diterima sehingga terdapat hubungan antara pijat bayi dengan kualitas tidur bayi usia 3-6 bulan di RB Hasanah Gemolong Sragen.

  Simpulan ada hubungan yang signifikan antara frekuensi pijat dengan kualitas tidur, dimana semakin teratur pijat bayi maka akan semakin baik kualitas tidur bayi.

  Kata Kunci: Pijat bayi, Kualitas tidur, Bayi usia 3-6 bulan PENDAHULUAN

  Kualitas seseorang bayi dapat dinilai dari proses tumbuh kembang. Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan lingkungan. Salah satu faktor yang yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi adalah tidur dan istirahat. Penting sekali memenuhi kebutuhan fisik bayi agar bayi tidur nyenyak. Saat tidur, pertumbuhan fisik dan otak bayi terpacu karena hormon pertumbuhan dikeluarkan saat bayi tidur dan memberikan kesempatan tubuhnya meningkatkan proses metabolisme (Ameera, 2009).

  Faktanya 25 sampai 30 persen bayi mengalami masalah tidur (Elbirt dan Small, 2004). Masalah tidur yang sering pada bayi seperti gangguan asosiasi awitan tidur yang tidak sesuai, dengan gejala bangun malam hari yang memerlukan intervensi dan kolik yang biasanya terjadi pada bayi sehat yang berusia di bawah 5 bulan, dengan gejala menangis, iritabel hingga lebih dari 3 jam selama kurang lebih tiga hari berturut-turut (Marcdante, et al. 2014).

  Kualitas tidur bayi selain berpengaruh pada perkembangan fisiknya juga berpengaruh pada perkembangan sikapnya kelak. Berbagai manifestasi pada bayi yang kualitas tidurnya tidak adekuat dapat berupa mengantuk sampai hiperaktif. Mereka cenderung iritabel, kurang atensi, kurang kooperatif, dan sulit dikontrol (Soetjiningsih, 2012). Merujuk hasil penelitian tentang gangguan tidur pada anak usia bawah tiga tahun oleh Sekartini (2005) di lima kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Medan, Palembang, dan Batam), dengan subyek penelitian 385 ibu dan bayi didapatkan hasil sebanyak 42,3 % orang tua

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  menganggap gangguan tidur pada bayi bukan merupakan suatu masalah dan 29,9% menganggap masalah yang kecil. Prevalensi gangguan tidur pada bayi ditemukan pada 44,2% kasus yang mengalami gangguan tidur seperti jam tidur malamnya kurang dari 9 jam, terbangun malam hari lebih dari tiga kali dan lama terbangun pada malam hari lebih dari satu jam (Sekartini, 2006).

  Salah satu terapi yang mampu mengatasi masalah tidur bayi yaitu pijat bayi. Pijat bayi merupakan salah satu jenis stimulasi yang akan merangsang perkembangan struktur maupun fungsi dari kerja sel-sel dalam otak ( Riksani, 2014). Bayi yang dipijat selama kurang lebih 15 menit akan merasa lebih rileks, tidur lebih lelap, perkembangan dan pertumbuhannya juga semakin baik (Marta, 2014).

  Studi pendahuluan dengan wawancara yang dilakukan di RB Hasanah, diperoleh data dari 20 bayi usia 3-6 bulan (75 % ) dilaporkan mengalami masalah ketika tidur. Keluhan yang dilaporkan oleh ibu berbeda-beda pada setiap bayi . Ada yang melaporkan bayinya sering terbangun ketika tidur di malam hari lebih dari 3 kali, menangis dengan kencang selama 2-3 jam terjadi kurang lebih tiga hari. Dari 20 ibu yang membawa bayi ke RB Hasanah Gemolong, 12 orang (60%) mengatakan pernah mendengar tentang pijat bayi dan pernah membawa bayinya untuk pijat namun tidak tahu bagaimana teknik memijat yang benar dan manfaat pijat bayi, 8 orang (40%) mengatakan sama sekali tidak tahu tentang pijat bayi.

  Berdasarkan data dan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Pijat Bayi dengan Kualitas Tidur Bayi Usia 3-6 Bulan di RB Hasanah Gemolong.”

  Penelitian dilaksanakan di RB Hasanaah Gemolong pada bulan Maret- April 2015. Penelitian ini menggunakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini bayi dengan usia 3- 6 bulan yang imunisasi dan kunjungan pasien untuk melakukan pijat bayi di RB Hasanah Gemolong Sragen yaitu

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  sebanyak 45 orang. Penentuan jumlah sampel berdasarkan rumus Arikunto (2006) yang menyatakan bahwa besarnya sampel apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang diambil sebanyak 45 responden. Dengan kriteria inklusi yaitu orang tua bayi bersedia menjadi responden. Teknik sampling dengan total sampling. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik teknik analisis bivariat dengan uji hipotesis Kendall Tau (  ). Dengan ketentuan bahwa jika z hitung lebih besar dari z tabel , dengan taraf signifikansi 5 % atau 0,005, maka ada hubungan signifikan yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Sedangkan apabila z

  hitung

  lebih kecil z tabel, maka hubungan tidak signifikan yang berarti bahwa Ho diterima Ha ditolak. Setelah diketahui hubungan antar variabel tersebut, kemudian mencari keeratan hubungan dengan menggunakan koefisien korelasi.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan Bahasan Analisis Univariat Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

  Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 20-30 tahun ada 29 orang (64,4%), dan sebagian kecil responden dengan usia 20 tahun yaitu ada 2 orang (4,4%).

  Berdasarkan karakteristik responden di RB Hasanah Gemolong pada tabel 1 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berusia 20-30 tahun ada 29 orang (64,4%). Hal ini menunjukkan bahwa pada umur tersebut merupakan usia reproduktif yang memungkinkan seorang wanita untuk hamil, melahirkan dan mempunyai bayi. Mayoritas responden pada usia ini baru memiliki 1 anak sehingga mereka belum mempunyai pengalaman lebih untuk merawat bayinya khususnya melakukan pijat bayi. Mayoritas responden juga sudah mencapai usia dewasa sehingga

  Umur Frekuensi Presentase 20 th 2 4.4%

  20-30 th 29 64.4% >35 th 14 31.2%

  Total 45 100.0%

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  mudah menerima informasi tentang pijat bayi yang benar. Selain itu, mereka juga bisa memutuskan apapun yang terbaik untuk menunjang tumbuh kembang bayinya. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukaan oleh Mubarak (2012: 84) yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental).

  Tabel 2. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan

  Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu ada 22 orang (48,9%), dan sebagian kecil responden dengan pendidikan SD yaitu ada 1 orang (2,2%).

  Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu ada 22 orang (48,9%), dan sebagian kecil responden dengan pendidikan SD yaitu ada 1 orang (2,2%). Hal ini menggambarkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik. Mayoritas responden belum mendapat informasi ilmiah tentang manfaat dan cara pijat bayi yang benar sehingga pijat bayi hanya diyakini dengan sugesti. Kurangnya informasi mengenai pijat bayi ini membuat mayoritas responden takut untuk memijat bayinya sendiri sehingga memilih dipijatkan seperlunya saja. Tetapi disisi lain hampir seperempat responden berpendidikan diploma telah mendapat informasi pijat bayi melalui internet dan tenaga kesehatan sehingga mereka lebih mengetahui manfaat pijat dan cara pijat bayi. Masyarakat yang berpendidikan akan memilih cara yang aman dan baik dalam melakukan pijat bayi. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mubarak (2012) yaitu semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Pendidikan Frekuensi Presentase

  SD 1 2.2% SMP 6 13.3%

  SMA 22 48.9% Diploma 11 24.4%

  Sarjana 5 11.1% Total 45 100.0%

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656 Tabel 3. Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan

  Pekerjaan Frekuensi Presentase Bekerja 27 60.0 %

  Tidak bekerja 18 40.0 %

  Total 45 100.0 % Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa sebagian besar responden bekerja yaitu ada 27 orang (60,0%), dan sebagian kecil responden tidak bekerja yaitu ada 18 orang (40,0%).

  Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang bekerja yaitu ada 27 orang (60,0%), dan sebagian kecil responden tidak bekerja yaitu ada 18 orang (40,0%). Hal ini menggambarkan bahwa mayoritas responden memiliki sedikit waktu luang, sehingga responden belum mampu memperhatikan kesehatan keluarga khususnya kesehatan bayinya secara optimal. Di sisi lain, responden yang tidak bekerja memiliki waktu luang yang cukup dan lebih mudah untuk mendapatkan informasi kesehatan, dimana informasi itu bisa didapat dari tetangga atau tenaga kesehatan ketika sedang mengunjungi posyandu. Responden yang memiliki waktu luang akan lebih mudah memberikan pijat pada bayinya, baik oleh dirinya, tenaga kesehatan maupun dukun.

  Tabel 4. Karakteristik Responden berdasarkan Pemijat Bayi

  Pemijat Frekuensi Presentase Ibu 15 33.3 %

  Nakes 24 53.3 % Dukun 6 13.3 %

  Total 45 100.0 % Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar responden pemijat bayinya adalah nakes yaitu ada 24 orang (53,3%), dan sebagian kecil responden dengan pemijat bayinya adalah dukun yaitu ada 6 orang (13,3%).

  Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden pemijat bayinya adalah tenaga kesehatan yaitu ada 24 orang (53,3%), dan sebagian kecil responden dengan pemijat bayinya adalah dukun yaitu ada 6 orang (13,3%). Hal ini menunjukan bahwa masyarakat saat ini lebih memilih tenaga kesehatan untuk memijatkan bayinya. Masyarakat lebih condong kepada tenaga kesehatan yang terampil dan tahu bagaimana memijat yang benar. Hal ini tidak sepenuhnya salah, melalui teknik pijat

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  yang tepat, diyakini pijat mampu menangani bayi rewel dan mengalami kolik. Sejalan dengan pernyataan Yahya (2011) yang menyatakan bahwa pemijatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih akan memberikan kekuatan dan ketepatan pemijatan lebih efektif.

  Tabel 5. Frekuensi Pijat Bayi

  Frekuensi Pijat

  Frekuensi Prosentase Tidak teratur

  25 55.6 % Teratur 20 44.4 %

  Total 45 100.0 % Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar responden frekuensi pijatnya tidak teratur yaitu ada 25 orang (55,6%), dan sebagian kecil responden dengan frekuensi pijat teratur yaitu ada 20 orang (44,4%).

  Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden frekuensi pijatnya tidak teratur yaitu ada 25 orang (55,6%), dan sebagian kecil responden dengan frekuensi pijat teratur yaitu ada 20 orang (44,4%). Frekuensi pijat bayi pada bayi dalam kategori tidak teratur karena orang tua bayi memberikannya kurang dari 3 kali per minggu baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, dukun bayi ataupun oleh ibu dan keluarganya sendiri. Sebagian besar orangtua menganggap bahwa pijat hanya perlu dilakukan ketika bayi sakit dan sering rewel. Pada kenyataannya, pijatan yang dilakukan ibu, bapak, dan anggota keluarga lain merupakan pijatan terbaik karena sentuhan pijat yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan kasih sayang bayi. Semakin sering frekuensi pijat, maka akan memberikan pengaruh positif bagi bayi. Hal ini sejalan dengan Subakti dan Anggraini (2009) yang mengemukakan bahwa dengan melakukan pemijatan yang benar, bayi akan mengalami peningkatan nafsu makan dan efektivitas dalam istirahat (tidur).

  Tabel 6. Kualitas Tidur Bayi

  Kualitas Tidur

  Frekuensi Presentase Kurang 10 22.2 %

  Cukup 10 22.2 % Baik 25 55.6 %

  Total 45 100.0 %

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  Berdasarkan tabel 6 diketahui ada berbagai manifestasi pada bayi atau bahwa sebagian besar responden anak yang kualitas tidurnya kurang baik kualitas tidur bayinya dalam kategori berupa mengantuk sampai hiperaktif. baik yaitu ada 25 orang (55,6%), dan Mereka cenderung iritabel, kurang sebagian kecil responden dengan atensi, kurang kooperatif, dan sulit kualitas tidur cukup dan kurang masing- dikontrol. Sejalan pernyataan masing ada 10 orang (22,2%). Soetjiningsih (2012) yang

  Tabel 6 menunjukkan bahwa mengemukakan bayi yang rewel dan sebagian besar responden kualitas tidur sering terganggu tidur malamnya bayinya dalam kategori baik yaitu ada cenderung kurang mampu memfokuskan 25 orang (55,6%), dan sebagian kecil perhatiannya atau berkonsentrasi. responden dengan kualitas tidur cukup Akibatnya, mereka akan mengalami dan kurang masing-masing ada 10 keterlambatan perkembangan orang. Kualitas tidur bayi dalam keterampilan motoriknya. kategori baik dimana rata-rata tidur

  Analisis Bivariat

  malam hari 8-10 jam, terbangun kurang

  Tabel 7 Gambaran Kualitas Tidur Bayi berdasarkan Frekuensi Pijat

  dari 3 kali dan lama terbangun kurang

  Kualitas Tidur Frekuensi

  dari 1 jam. Kualitas tidur bayi umur 3-6 Total

  Pijat Kurang Cukup Baik

  bulan dalam kategori baik didukung oleh

  Tidak

  9

  8

  8

  25 teratur

  pemberian pijat bayi. Setelah pemberian

  36 % 32% 32% 100%

  pijat, bayi akan merasa tenang dan

  Teratur

  1

  2

  17

  20

  nyaman. Sesuai dengan teori yang 5% 10% 85% 100%

  Total

  10

  10

  25

  45

  dikemukakan oleh Riksani (2014)

  22.2% 22.2% 55.6% 100.0%

  bahwa pijat bayi akan membuat bayi tidur lebih lelap dan meningkatkan Tabel 7 memperlihatkan hasil kesiagaan (alertness) atau konsentrasi. perhitungan analisis bivariat hubungan

  Hal ini disebabkan pijatan dapat antara frekuensi pijat dengan kualitas mengubah gelombang otak. Di sisi lain, tidur bayi. Berdasarkan tabel 7 diketahui

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  bahwa dari 45 responden yang frekuensi pijat tidak teratur ada 25 responden (55,6%), dan sebagian besar kualitas tidurnya kurang yaitu ada

  9 responden(20.0%), jika dibandingkan dengan responden yang frekuensi pijat teratur ada 20 responden (44,4%) dan sebagian besar kualitas tidurnya baik yaitu ada 17 responden (37,8%). Kebanyakan bayi akan tertidur dengan waktu yang lama setelah dilakukan pemijatan. Selain lama, bayi tidak rewel seperti sebelumnya. Hal ini sejalan dengan Subakti (2009) yang mengemukakan bahwa pemijatan juga mengefektifkan istirahat (tidur) bayi. Ketika bayi tidur dengan efektif maka saat bangun bayi akan menjadi bugar. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ada kecederungan semakin teratur pijat bayi maka akan semakin baik kualitas tidur bayi.

  Tidur, bagi bayi merupakan salah satu tingkah laku yang memenuhi 4 kriteria, meliputi penurunan aktifitas motor, penurunan respon terhadap rangsangan, sikap tubuh yang stereotipik (berbaring dengan mata tertutup) dan relatif mudah kembali terbangun

  (berbeda dengan koma). Gangguan tidur pada bayi usia 2-12 bulan meliputi terbangun malam hari yang berlebihan dan adanya gerakan ritmik saat tidur (head banging, body rocking, dan body

  rolling ). Peningkatan kualitas tidur bayi

  bisa dilakukan dengan memberikan pijatan lembut pada pagi hari sebelum mandi atau malam hari sebelum tidur bermanfaat untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya.

  Sejak dilahirkan, panca indera bayi berperan penting dalam proses tumbuh kembangnya yang menghubungkan dengan keluarga dan lingkungannya. Menurut Murray (1938) menyatakan bahwa stimulasi multisensory akan bermanfaat bila terjadi secara bersamaan, terintegrasi, terkait satu sama lain. Aplikasi stimulasi multi sensori yang dilakukan setiap saat, setiap waktu dan berkesinambungan saat rutinitas mandi, menjelang tidur atau melalui pijat bayi akan bermanfaat pada perkembangna fisik dan emosi bayi supaya optimal, sehat dan ceria. Pijatan lembut dapat memperkuat hubungan ibu dan bayi, mengurangi stress, dan

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  memperbaiki kualitas tidur (Field T et al. 2006).

  Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan hasil bahwa nilai Z hitung > Z tabel atau nilai P < 0,05 sehingga Ho ditolak yang berarti bahwa ada huhungan antara frekuensi pijat terhadap kualitas tidur.

Nilai koefisien kendal’s tau sebesar 0,502 artinya hubungan

  tersebut dalam kategori sedang. Adapun koefisien bernilai positif berarti bahwa arah hubungan sebanding, semakin teratur pijat bayi maka akan semakin baik kualitas tidur bayi. Adanya hubungan dalam kategori sedang, berarti ada beberapa faktor lain yang ikut mempengaruhi kualitas tidur bayi. Dalam penelitian ini terdapat beberapa faktor lain, diantaranya faktor lingkungan, penyakit, dan asupan makanan (ASI/susu). Sesuai teori yang dikemukan oleh Potter dan Perry (2006) bahwa lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Kebiasaan yang sering terjadi adalah orang tua yang tidur satu ranjang dengan anak. Sehingga ketika bergeser sedikit saja, maka akan terbangun bahkan rewel. Tidur satu kamar tanpa tidur satu ranjang direkomendasikan karena hal ini akan memudahkan orang tua memberi kenyamanan, memberi makanan, dan memantau bayinya (Moon, 2012). Sedangkan faktor penyakit pada penelitian ini meliputi setiap penyakit yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan fisik. Pada penelitian ini ada beberapa bayi yang mengalami demam, batuk sehingga mereka sering rewel ketika tidur. Hal inilah yang sering menyebabkan gangguan tidur pada bayi. Pada penelitian ini sebagian bayi mempunyai kebiasaan minum susu sebelum tidur. Hal ini juga bisa mempengaruhi kualitas tidur bayi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sekartini (2006) didapatkan bahwa sebagian besar anak (56,1%) tertidur ketika disusui dan terdapat hubungan bermakna secara statistik antara gangguan tidur dengan tertidur ketika disusui.

  Penelitian ini juga sejalan oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  tahun 2012 yang dari hasil uji Wilcoxon dimana semakin teratur pijat bayi maka Sign Rank Test didapatkan bahwa nilai akan semakin baik kualitas tidur bayi. asymp sig (2-tailed) 0,000 (kurang dari

  Saran

  nilai α = 0,05) maka Ha diterima, artinya ada pengaruh pemberian pijat bayi Berdasarkan hasil kesimpulan di terhadap kualitas tidur bayi usia 3-6 atas, maka ada beberapa hal yang dapat bulan di wilayah kerja puskesmas II disarankan yaitu: 1) Bagi bidan Denpasar Timur. diharapkan meningkatkan pelayanan

  Berdasarkan uraian diatas dapat dengan memberikan pelayanan pijat disimpulkan bahwa pijat bayi bayi serta memberikan ilmunya kepada mempengaruhi kualitas tidur bayi usia 3- ibu bayi bagaimana memijat bayi 6 bulan. dengan baik dan benar, 2) Bagi BPM diharapkan meningkatkan pelayanan pijat bayi dengan memberikan fasilitas

  pendukung yang optimal dan

  Simpulan

  memberikan informasi kepada orang tua Berdasarkan hasil penelitian ini, bayi tentang manfaat pijat bayi, 3) dapat disimpulkan bahwa: 1) Frekuensi

  Penelitian sejenis selanjutnya dapat pijat bayi pada bayi usia 3-6 bulan di RB dilakukan untuk menganalisis faktor lain

  Hasanah Gemolong sebagian besar selain pijat bayi yang dapat responden tidak teratur yaitu ada 25 mempengaruhi kualitas tidur bayi usia 3- orang. 2) Kualitas tidur bayi usia 3

  • – 6 6 bulan.

  bulan di RB Hasanah Gemolong sebagian besar responden kualitas tidur bayinya dalam kategori baik yaitu ada 25 orang. 3) Ada hubungan antara frekuensi pijat dengan kualitas tidur, dimana hubungan tersebut positif

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

  Pediatrics, 128 (5),1031-1033. Mubarak, W. I. 2012. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan .

  Jakarta: PT WahyuMedia. Yahya, N. 2011. Spa Bayi & Anak. Solo:

  Keajaiban Pijat Bayi & Balita.

  Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Subakti, Y. & Anggraini, D.R. 2009.

  Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2.

  Soetjiningsih & Ranuh, I.G.N.G. 2014.

  Gangguan Tidur pada Anak Usia Bawah Tiga Tahun di Lima Kota di Indonesia . Sari Pediatri,7 (4), 192.

  Sekartini, R. & Adi N.P. 2006.

  Aman Pijat Bayi. Jakarta: Dunia Sehat.

  Riksani, R. 2012. Cara Mudah dan

  Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses, dan Praktik, E/4, Vol. 2 . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

  Potter, P.A. & Perry, A.G. 2006. Buku

  Jakarta: Salemba Medika.

  SIDS and Other Sleep-Related Infant Deaths: Expansion of Recommendations for a Safe Infant Sleeping Environment .

   ISSN : 2407 - 2656 DAFTAR PUSTAKA

  Jakarta: Penerbit Plus. Moon, R.Y. 2011. Policy Statement

  Pte.Ltd. Marta, A. 2014. Home Baby Spa.

  Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam. Singapura: Elsevier

  University Press Marcdante, K.J.et al. 2014. Nelson Ilmu

  Personality . New York: Oxford

  2006; 29: 574-578 Murray, H. A. 1938. Explorations in

  Arcan. Field T et al. Behavior and Development

  Membuat Anak Tidur Nyenyak: Bayi Sampai 6 Tahun . Jakarta:

  Elbirt, P. & Small, L.L. 2004. 365 Cara

  Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: PT Rineka Cipta.

  Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian

  Mengasuh Bayi . Yogyakarta: Sakti.

  Ameera, A. 2009. Cara dan Tips Cerdas

  PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.