PENGUJIAN EKSTRAK BIJI JARAK MERAH (Jatropha Gossypiifolia L) TERHADAP KEONG PERANTARA SCHISTOSOMIASIS, Oncomelania hupensis lindoensis DI NAPU, KABUPATEN POSO, SULAWESI TENGAH

  Pengujian Ekstrak Biji Jarak Merah ... (Anis Nurwidayati, et. al)

PENGUJIAN EKSTRAK BIJI JARAK MERAH (Jatropha Gossypiifolia L)

TERHADAP KEONG PERANTARA SCHISTOSOMIASIS,

  

Oncomelania hupensis lindoensis DI NAPU, KABUPATEN POSO, SULAWESI

TENGAH

  

Anis Nurwidayati , Rosmini, Rina Isnawati, Ade Kurniawan, Yuyun S, Risti

  

Balai Litbang P2B2 Donggala

Jl. Masitudju no 58 Labuan Panimba, Labuan, Donggala, Sulawesi Tengah, Indonesia

Email : anisnurw21@gmail.com

  

THE EXAMINATION OF RED JATROPHA SEED EXTRACT AGAINST INTERMEDIATE

HOST SNAIL, Oncomelania hupensis lindoensis IN NAPU, POSO DISTRICT, CENTRAL

SULAWESI

  

Naskah masuk : 14 Januari 2015 Revisi I: 07 Juli 2015 Revisi II : 20 Agustus 2015 Naskah diterima : 7 April 2016

Abstrak

  

Schistosomiasis saat ini masih menjadi masalah kesehatan di daerah endemis Napu, Kabupaten Poso, Sulawesi

Tengah. Keong Oncomelania hupensis lindoensis, perantara schistosomiasis tersebar luas di wilayah Napu.

Pemberantasan yang dilakukan selama ini dilakukan dengan penyemprotan moluskisida kimia. Perlu penelitian

bahan alami sebagai moluskisida alternatif selain Bayluscide yang selama ini dilakukan oleh program.

Penggunaan esktrak biji jarak merah diharapkan lebih ramah lingkungan Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi kerusakan jaringan keong Oncomelania hupensis lindoensis akibat pemberian ekstrak metanol

biji jarak merah dan kemungkinan masuknya toksin ekstrak biji jarak merah ke keong. Penelitian dilakukan

pada bulan Maret – November 2012. Pengujian terhadap keong dilakukan di Laboratorium Schistosomiasis

Napu, dilanjutkan pembuatan preparat jaringan insang dan kaki muskuler keong di Laboratorium Histologi

dan Embriologi Hewan, Fakultas Biologi UGM. Pengamatan kerusakan jaringan dilakukan di Balai Litbang

P2B2 Donggala. Cara masuknya toksin ekstrak biji jarak merah ke keong dimungkinkan melalui kontak

dan pernafasan. Pengujian dengan Lc50 (10,4 ml/L) ekstrak biji jarak merah menunjukkan kematian keong

sebesar 56,8%, sedangkan Lc95 (18,6 ml/L) menunjukkan kematian keong sebesar 72%. Kerusakan jaringan

keong ditemukan paling berat pada pengamatan jam ke 24, pada jaringan organ insang dan kaki muskuler.

Kerusakan berupa epitel insang terlepas, lamela insang menyatu (fusi), dan kerusakan sel epitel di daerah

epidermis kaki muskuler.

  

Kata kunci: Schistosomiasis, Jatropha gossypifolia, kerusakan jaringan, keong Oncomelania hupensis

lindoensis.

  

Abstract

Schistosomiasis is still a health problem in endemic areas of Napu highland, Poso, Central Sulawesi.

  

Oncomelania hupensis lindoensis, an host of intermediate schistosomiasis is widespread in the region Napu.

Snail control was done by spraying molluscicides. However, due to high potential of chemical molluscicides

resistance, study for natural ingredients as an alternative molluscicides Bayluscide is needed. One of the

potential botanical molluscicides is environmental friendly of Jatropha gossypifolia extract. The aim of this

study was to identify effect of J.gossypifolia extract against O.h.lindoensis.The research was conducted in

Schistosomiasis Laboratory Napu, in period of March – November 2012. For field test: Animal Histology

and Embryology, Facultas of Biology, Gadjah Mada University for histological analysis; and Laboratory of

Parasitology, Vector Borne Diseases Research Unit (VBDRU) for tissue damage observation. The result showed

  Vektora Volume 8 Nomor 1, Juni 2016: 13 - 22

severe damage of gill tissues and muscular foot organ particularly in the gill epithellial form, gill lamella,

epithellial cell in the epidermis of muscular foots.By the histological analyis, the mode of J.gossypifolia toxic

action can be identified through contact and respiration.Test with LC50 (10.4 ml / L) seed extract showed the

snails mortality of 56.8%. The test results with Lc95 (18.6 ml / L) seed extract showed the snails mortality by

72%.The most severe snail tissue damage caused by J.gossypifolia extract found in gills and muscular foot in

the period of 24 hours observation.

  

Keywords: Schistosomiasis, Jatropha gossypifolia, histological structure, Oncomelania hupensis lindoensis

snails

  PENDAHULUAN

  Schistosomiasis merupakan salah satu penyakit parasit terpenting dalam kesehatan masyarakat. Laporan WHO tahun 2010 schistosomiasis telah menginfeksi 230 juta orang yang terdapat di 77 negara dan 600 juta orang berisiko terinfeksi (WHO, 2010). Di Indonesia, schistosomiasis hanya ditemukan di Sulawesi Tengah, yaitu di Dataran Tinggi Lindu, Napu dan Bada (Jastal, Ambar Gardjito T, Mujiyanto, Chadijah S, 2008a). Schistosomiasis di Sulawesi Tengah disebabkan oleh cacing Schistosoma japonicum dengan hospes perantara keong Oncomelania hupensis lindoensis (Sudomo, 2008).

  Angka prevalensi schistosomiasis di Lindu dan Napu berfluktuasi pada lima tahun terakhir. Pada periode tahun 2008 – 2012, angka prevalensi schistosomiasis di Lindu berturut – turut yaitu 1,4%, 2,32%, 3,21%, 2,67%, 0,76%. Angka prevalensi schistosomiasis di Napu tahun 2008 – 2012 yaitu 2,44%, 3,8%, 4,78%, 2,15%, 1,44% (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2012). Fluktuasi kasus terjadi karena banyaknya faktor dalam penularan schistosomiasis, di antaranya adalah adanya hospes perantara schistosomiasis yaitu keong Oncomelania hupensis lindoensis. Survei keong tahun 2010 menunjukkan angka infeksi masih tinggi yaitu 4%. Angka infeksi pada keong pada tahun 2012 adalah adalah sebesar 1,2% (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2012).

  Upaya pemberantasan keong telah dilakukan oleh program pengendalian schistosomiasis Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah dengan penyemprotan moluskisida Bayluscide setiap 6 bulan sekali. Penggunaan moluskisida kimia memiliki beberapa kelemahan yaitu bahan lebih mahal dan menyebabkan polusi yang lebih besar terhadap lingkungan, yaitu polusi air, tanah dan hewan lain (ikan) (Jianbin, 2000; Rug & Ruppel, 1997). Ada beberapa moluskisida dari tanaman yang dapat membunuh keong, di antaranya adalah tanaman jarak (Jatropha curcas) yang termasuk dalam famili Euphorbiaceae.

  Penelitian berbagai tanaman sebagai moluskisida terhadap keong perantara schistosomiasis telah banyak dilakukan di beberapa negara. Penelitian penggunaan bahan tanaman sebagai moluskisida pernah dilakukan oleh Nurwidayati, dkk tahun 2009. Hasil yang diperoleh pada penelitian tahun 2009 adalah skrining fitokimia ekstrak biji jarak merah yaitu alkaloid, saponin, cardenoline dan bufadienol, polifenol, senyawa terpen, serta flavonoid, akan tetapi baru secara kualitas, belum secara kuantitas. Pada tahun 2009 juga diketahui bahwa ekstrak biji jarak merah dapat membunuh keong Oncomelania hupensis lindoensis dengan nilai Lc 50 sebesar 10,4 g/L dan Lc95 sebesar 18,46 g/L (Nurwidayati et al., 2014).

  Manfaat penelitian ini bagi kesehatan adalah dengan diketahuinya kerusakan jaringan keong dimanfaatkan sebagai data dasar untuk penentuan model formulasi yang tepat sebagai moluskisida hayati untuk pengendalian hospes perantara schistosomiasis. Penelitian ini memang penting untuk dilakukan mengingat populasi keong O. hupensis lindoensis masih tinggi, sehingga perlu penelitian yang mengarah ke formulasi bahan alami sebagai moluskisida alternatif selain Bayluscide yang selama ini dilakukan oleh program. Penggunaan esktrak biji jarak merah diharapkan lebih ramah lingkungan Pemilihan tanaman jarak merah adalah karena melimpahnya ketersediaan tanaman tersebut di wilayah Sulawesi Tengah dan tanaman tersebut sangat mudah untuk dikembangkan. Tujuan penelitian adalah untuk mengi dentifikasi kerusakan jaringan insang dan kaki muskuler keong (O. hupensis lindoensis) yang ditimbulkan oleh ekstrak metanol biji jarak merah.

  BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

  Pembuatan ekstrak metanol biji jarak dilakukan di Instalasi Sumber Daya Hayati, Balai Litbang P2B2 Donggala. Pengujian ekstrak dilakukan di Laboratorium Schistosomiasis Napu, Kecamatan Lore Utara, Pengujian Ekstrak Biji Jarak Merah ... (Anis Nurwidayati, et. al)

  Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Pembuatan preparat sebanyak 5 kali. Keong dalam petridish yang berisi jaringan dilaksanakan di Laboratorium Histologi, larutan ekstrak biji diamati setiap 4 jam selama 24 jam. Fakultas Biologi, UGM Yogyakarta. Pengamatan Kematian keong ditandai dengan tidak adanya reaksi kerusakan jaringan dilakukan di Instalasi Laboratorium sensitivitas kaki muskular keong ketika disentuh dengan Parasitologi, Balai Litbang P2B2 Donggala. Penelitian jarum serangga. Pembuatan preparat jaringan dilakukan dilakukan selama 8 bulan (Maret - November 2012). dengan metode parafin blocking dengan pengecatan

  Jenis penelitian kualitatif dengan desain Hematoxylin-Eosin (HE). Penilaian kerusakan jaringan eksperimental yaitu pengujian ekstrak metanol biji dilakukan berdasarkan skala kerusakan ringan apabila jarak merah terhadap keong perantara schistosomiasis, kerusakan ≤30% luas jaringan; sedang apabila kerusakan

  

Oncomelania hupensis lindoensis, kemudian diamati 30-60% luas jaringan; 3.berat apabila kerusakan ≥60

kerusakan jaringan insang dan kaki muskuler setelah luas jaringan.

  pengujian selama 24 jam. Data yang diperoleh di analisa dengan membandingkan persentase kerusakan jaringan insang dan kaki muskuler keong akibat pengujian, keong kontrol

  Bahan:

  positif (metanol dan bayluscide) dibandingkan dengan

  Pembuatan ekstrak metanol biji jarak:

  persen jaringan keong yang normal dari kontrol negatif Serbuk kering biji jarak merah (1000 gr), kertas dengan akuades. Analisis uji beda untuk mengetahui saring, methanol PA (pro analisis), Aquadest, Glass adanya perbedaan persen kerusakan jaringan antara

  wool.

  keong uji dan keong kontrol secara statistik.

  Pengujian terhadap keong O.hupensis lindoensis

  Larutan ekstrak metanol (Lc 50 dan Lc95) jarak

  HASIL

  merah (J.gossypifolia) dari penelitian Nurwidayati,

  A. Kerusakan jaringan insang dan kaki akibat

  dkk tahun 2009, keong O. h lindoensis, kertas saring, metanol, bayluscide, kertas saring.

  pengujian dengan ekstrak metanol biji jarak Pembuatan preparat histologi merah selama empat jam

  Jaringan tubuh keong keong yang mati setelah uji, A.1. Persentase kerusakan jaringan insang dan keong kontrol positif (methanol dan bayluscide), keong kaki muskuler kontrol negatif, BNF (buffered neutral formalin), ethanol Kerusakan jaringan insang dan kaki muskuler 70 %, 80%, 90 % dan absolut, keong (O. hupensis lindoensis) setelah pengujian

  xylol, paraffin, bahan fik-

  satif, zat pewarna (Hematoxylin-Eosin), alkohol ber ting- dengan ekstrak metanol biji jarak merah selama kat, canada balsam, gliserin, gelas benda, cover slip. empat jam dapat dilihat pada tabel 1.

  

Tabel 1. Persentase kerusakan jaringan insang dan kaki muskuler keong O.hupensis lindoensis akibat pengujian

dengan ekstrak metanol biji jarak merah selama 4 jam.

  Persen Kerusakan Jaringan Perlakuan Uji Insang Kaki Ekstrak Jarak Merah Lc50 (10,4 ml/L) 25,8%±2,28 9%±2,78 Ekstrak Jarak Merah Lc50 (18,6ml/L) 21% ± 1,90 14,33%±3,02 Metanol

  70,68% ±3,84 75,33%±2,74 Baylucide 91,99%±3,61 82,99%±2,97

  Metode A.2. Kerusakan Jaringan Insang

  Ekstraksi biji jarak dilakukan dengan metode Kerusakan jaringan insang akibat pengujian perkolasi. Ekstrak yang diperoleh kemudian diujikan dengan ekstrak metanol biji jarak merah selama terhadap keong O.h.lindoensis. Masing – masing 25 empat jam berupa lepasnya sel epitel penyusun keong yang dikoleksi dari daerah fokus penularan Desa ja ringan, perbesaran lamella insang yang menye- Mekarsari diletakkan ke dalam petridish yang sudah babkan fusi lamella/lamella menyatu, sehingga diberi larutan ekstrak biji jarak dengan konsentrasi insang menjadi rusak, perbanyakan sel epitel pada Lc50 (10,4 ml/L) dan Lc95 (18,6 ml/L) hasil penelitian dasar lamella serta perbanyakan sel mukosa pada sebelumnya. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan dasar lamella. Kerusakan jaringan insang dari setiap larutan uji dapat dilihat pada gambar 1.

  Vektora Volume 8 Nomor 1, Juni 2016: 13 - 22 a b

  100µm c

  100µm 100µm e

  100µm 100µm d

  

Gambar 1. Kerusakan jaringan insang setelah pengujian dengan dengan ekstrak biji jarak merah

(J.gossypifolia) selama 4 jam (a. kontrol, b. Lc50; 10,4 ml/L, c. Lc95; 18,6 ml/L, d. perlakuan dengan larutan methanol; e. perlakuan dengan bayluscide); terlihat lamella pada c mengalami fusi / perlekatan lebih berat daripada b(). Lamela mengalami fusi pada pengujian dengan methanol (d). Sel epitel penyusun lamella hancur pada pengujian dengan bayluscide (e). Pewarnaan H-E,

   perbesaran 100x.

  A.3. Kerusakan jaringan kaki muskuler bentuk tidak beraturan pada lapisan dalam kaki

  Kerusakan jaringan kaki muskuler berupa muskuler. Kerusakan jaringan kaki muskuler dari pengelupasan silia pada permukaan kaki, rusaknya setiap larutan uji dapat dilihat pada gambar 2. sel di permukaan kaki, dan munculnya sel dengan

  50µm a

  100µm b 100µm c

  100µm 100µm d e

  Gambar 2. Kerusakan jaringan kaki muskuler setelah pengujian dengan dengan ekstrak biji

Gambar 2. Kerusakan jaringan kaki muskuler setelah pengujian dengan dengan ekstrak biji jarak merah

(J.gossypifolia) selama 4 jam (a. kontrol, b. Lc50; 10,4 ml/L, c. Lc95; 18,6 ml/L, d. perlakuan dengan larutan methanol; e. perlakuan dengan bayluscide); terlihat terjadi pengelupasan silia ( ) ,

   kerusakan sel epitel (). Pewarnaan H-E, perbesaran 100x. Pengujian Ekstrak Biji Jarak Merah ... (Anis Nurwidayati, et. al)

B. Kerusakan jaringan insang dan kaki akibat pengujian dengan ekstrak metanol biji jarak merah selama 12 jam B.1. Persentase kerusakan jaringan insang dan kaki muskuler

  Kerusakan jaringan insang dan kaki muskuler keong (O. hupensis lindoensis) setelah diuji dengan ekstrak metanol biji jarak merah selama 12 jam dapat dilihat pada tabel 2.

  

Tabel 2. Persentase kerusakan jaringan insang dan kaki muskuler keong O.hupensis lindoensis akibat

pengujian dengan ekstrak metanol biji jarak merah selama 12 jam.

  

Waktu Pengamatan 12 Jam

Perlakuan Uji Persen Kerusakan Jaringan Insang Kaki

  Ekstrak Jarak Merah Lc50 (10,4 ml/L) 32,66%±2,78 23,33%±5,14 Ekstrak Jarak Merah Lc50 (18,6ml/L) 41%±4,47 54,66%±2,97 Metanol

  81,99%±2,97 86,66%±2,36 Baylucide 87,2%±6,57 75,66%±42,32

  B.2. Kerusakan jaringan insang

  Kerusakan jaringan insang berupa lepasnya sel epitel penyusun jaringan, perbesaran lamella insang yang menyebabkan fusi lamella / lamella menyatu, sehingga insang menjadi rusak, perbanyakan sel epitel pada dasar lamella serta perbanyakan sel mukosa pada dasar lamella. Kerusakan jaringan insang dari setiap larutan uji dapat dilihat pada gambar 3.

  B.3. Kerusakan jaringan kaki muskuler

  Kerusakan jaringan kaki muskuler berupa pengelupasan silia pada permukaan kaki, rusaknya sel di permukaan kaki, dan munculnya sel dengan bentuk tidak beraturan pada lapisan dalam kaki muskuler. Kerusakan jaringan kaki muskuler dari setiap larutan uji dapat dilihat pada gambar 4.

  Gambar 3. Kerusakan jaringan insang setelah pengujian dengan dengan ekstrak biji jarak  a

  100µm e

  100µm c

  100µm d

  100µm b

  100µm

Gambar 3. Kerusakan jaringan insang setelah pengujian dengan dengan ekstrak biji jarak merah (J.gossypifolia)

selama 12 jam (a. kontrol, b. Lc50; 10,4 ml/L, c. Lc95; 18,6 ml/L, d. perlakuan dengan larutan methanol; e. perlakuan dengan bayluscide); terlihat lamella pada c mengalami fusi / perlekatan lebih berat daripada b(). Lamela mengalami fusi pada pengujian dengan methanol (d). Sel epitel penyusun lamella hancur pada pengujian dengan bayluscide (e). Pewarnaan H-E, perbesaran 100x.

  Vektora Volume 8 Nomor 1, Juni 2016: 13 - 22 50µm 50µm a c

  50µm

b

  50µm e d

  50µm Gambar 4. Kerusakan jaringan kaki muskuler setelah pengujian dengan dengan ekstrak biji

  

Gambar 4. Kerusakan jaringan kaki muskuler setelah pengujian dengan dengan ekstrak biji jarak merah

(J.gossypifolia) selama 12 jam (a. kontrol, b. Lc50; 10,4 ml/L, c. Lc95; 18,6 ml/L, d. perlakuan dengan larutan methanol; e. perlakuan dengan bayluscide); terlihat terjadi pengelupasan silia ( ),

   kerusakan sel epitel (). Pewarnaan H-E, perbesaran 400x.

C. Kerusakan jaringan insang dan kaki akibat C.2. Kerusakan jaringan insang

  Kerusakan jaringan insang berupa lepasnya sel

  pengujian dengan ekstrak metanol biji jarak

  epitel penyusun jaringan, perbesaran lamella insang

  merah selama dua puluh empat jam

  yang menyebabkan fusi lamella / lamella menyatu,

  C.1. Persentase kerusakan jaringan insang dan

  sehingga insang menjadi rusak, perbanyakan sel

  kaki muskuler

  epitel pada dasar lamella serta perbanyakan sel Kerusakan jaringan insang dan kaki mukosa pada dasar lamella. Kerusakan jaringan muskulerkeong (O. hupensis lindoensis) setelah insang dari setiap larutan uji dapat dilihat pada diuji dengan ekstrak metanol biji jarak merah Gambar 5. selama 24 jam.

  

Tabel 2. Persentase kerusakan jaringan insang dan kaki muskuler keong O.hupensis lindoensis akibat

pengujian dengan ekstrak metanol biji jarak merah selama 24 jam.

  

Waktu Pengamatan 24 Jam

Persen Kerusakan Jaringan Perlakuan Uji Insang Kaki

  Ekstrak Jarak Merah Lc50 (10,4 ml/L) 53,41%±7,74 67,33%±5,96 Ekstrak Jarak Merah Lc50 (18,6ml/L) 78,2%±3,19 90,99%±2,78 Metanol

  96,25%±1,97 97,66%±2,79 Baylucide 99%±0,879 96,33%±2,17 Pengujian Ekstrak Biji Jarak Merah ... (Anis Nurwidayati, et. al) 100µm 50µm b

  100µm c a

  100µm e

  100µm d

  

Gambar 5. Kerusakan jaringan insang setelah pengujian dengan dengan ekstrak biji jarak merah

(J.gossypifolia) selama 24 jam (a. kontrol, b. Lc50; 10,4 ml/L, c. Lc95; 18,6 ml/L, d. perlakuan de- ngan larutan methanol; e. perlakuan dengan bayluscide); terlihat lamella pada c mengalami fusi / perlekatan lebih berat daripada b().Lamela mengalami fusi pada pengujian dengan methanol (d). Sel epitel penyusun lamella hancur pada pengujian dengan bayluscide (e). Pewarnaan H-E,

   perbesaran 100x.

  C.3. Kerusakan jaringan kaki muskuler beraturan pada lapisan dalam kaki muskuler. Kerusakan

  Kerusakan jaringan kaki muskuler berupa pengelu- jaringan kaki muskuler dari setiap larutan uji dapat pas an silia pada permukaan kaki, rusaknya sel di per- dilihat pada gambar 6. mukaan kaki, dan terbentuknya sel dengan bentuk tidak

  

50µm 50µm 50µm

a b c e

  100µm 100µm d

Gambar 6. Kerusakan jaringan kaki muskuler setelah pengujian dengan dengan ekstrak bi

  

Gambar 6. Kerusakan jaringan kaki muskuler setelah pengujian dengan dengan ekstrak biji jarak merah

(J.gossypifolia) selama 24 jam (a. kontrol, b. Lc50; 10,4 ml/L, c. Lc95; 18,6 ml/L, d. perlakuan dengan larutan methanol; e. perlakuan dengan bayluscide); terlihat terjadi pengelupasan silia ( ),

   kerusakan sel epitel (). Pewarnaan H-E, perbesaran 100x dan 400x. Vektora Volume 8 Nomor 1, Juni 2016: 13 - 22 PEMBAHASAN

  Permasalahan lingkungan dan ekonomi muncul seiring dengan penggunaan moluskisida sintetis secara terus menerus untuk pengendalian keong perantara schistosomiasis. Penggunaan moluskisida dalam jangka waktu yang tersebut akan dapat menimbulkan resistensi, dan ikut terbunuhnya organisme non target. Hal tersebut telah meningkatkan kesadaran penggunaan moluskisida dari tanaman. Senyawa produk alami merupakan salah satu alternatif bahan pengendali hama (Ratnadass & Wink, 2012; Omar et al., 2012; El-sheikh, 2011; Mandal, 2011). Senyawa ini mudah terurai di alam (biodegradable), sehingga tidak mencemari lingkungan, aman bagi manusia dan ternak. Tanaman yang dimaksud hendaknya mudah diperoleh, mudah dikembangkan di daerah endemis schistosomiasis (Marston, 1993).

  Kandungan kimia yang terkandung dalam ekstrak methanol biji jarak merah antara lain adalah saponin,

  J.gossypiflia efektif menyebabkan

  Ekstrak biji

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan:

  inflamasi pada tikus albino dan wistar (Rani Bhagar, S D Ambavade, A V Misar, 2011).

  frugiperda (Bullangpoti & Wajnberg, 2012) dan anti

  biologis antifeedant terhadap serangga Spodoptera

  gossypifolia juga diketahui memiliki potensi aktivitas

  kimia tersebut memiliki aktivitas sebagai moluskisida. Kandungan kimia yang terkandung dalam larutan uji dalam bentuk droplet atau partikel disebutkan dapat diserap atau dapat kontak dengan permukaan keong yang dapat mempengaruhi respirasi keong (Rawi, S.M., Al-Hazmi, M, Al Nassr, 2011). Ekstrak daun Jatropha

  flavonoid, alkaloid, golongan terpen, cardenoline, bufadienol (Nurwidayati, 2012). Beberapa senyawa

  Kerusakan jaringan kaki muskuler berupa pengelupasan silia pada permukaan kaki, rusaknya sel di permukaan kaki, dan terbentuknya sel dengan bentuk tidak beraturan pada lapisan dalam kaki muskuler. Analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan dengan bukti yang cukup kuat antara persen kerusakan jaringan kaki muskuler antar larutan dan waktu pengamatan, dengan nilai p = < 0,001. Berdasarkan analisis tersebut, jenis larutan uji dan waktu pengujian berpengaruh pada tingkat kerusakan jaringan kaki muskuler yang ditimbulkan.

  Beberapa tanaman telah terbukti memiliki potensi sebagai moluskisida, diantaranya seperti Agave

  Pada penelitian jarak merah ini dapat dilihat bahwa kerusakan lebih berat terjadi pada jaringan tubuh yang terletak di bagian luar tubuh keong, yaitu kaki muskuler dan bagian insang. Dengan demikian, kemungkinan mekanisme kerja toksin ekstrak biji jarak merah berupa racun kontak dan pernafasan. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa tanaman biji jarak merah (Jatropha gossypifolia L) memiliki potensi sebagai anti keong (moluskisida) terhadap keong perantara schistosomiasis, O.h lindoensis. Analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan dengan bukti yang cukup kuat antara persen kerusakan jaringan insang antar larutan dan waktu pengamatan, dengan nilai p = < 0,001. Berdasarkan analisis tersebut, jenis larutan uji dan waktu pengujian berpengaruh pada tingkat kerusakan jaringan yang ditimbulkan.

  niloticus setelah paparan dengan ekstrak biji Moringa oleifera (Ayotunde et al., 2011).

  yaitu dengan terjadinya kerusakan kelenjar pencernaan dan reproduksi (Osman et al., 2014). Penelitian di Nigeria menunjukkan terjadinya perubahan histologi pada kulit, usus, insang dan usus ikan Oreochromis

  molmol) terhadap keong Biomphalaria alexandrina,

  selama 24 jam menimbulkan kerusakan pada jaringan kelenjar reproduksi keong Biomphalaria alexandrina di Mesir dengan Lc 90 sebesar 32,69 ppm (Mossalem, 2013). Penelitian di Mesir pada tahun 2014 menunjukkan aktivitas moluskisida dari ekstrak Mirazid (Commiphora

  Asparagus densiflorus dan Oreopanax guatemalensis (Hasheesh et al., 2011). Paparan artemeter

  Penelitian terhadap keong di Algeria menunjukkan adanya perubahan histologi kelenjar pencernaan keong Helix aspersa setelah pemaparan dengan debu logam (Boucenna et al., 2015). Penelitian terhadap keong Biomphalaria alexandrina menunjukkan adanya kerusakan jaringan saluran pencernaan setelah paparan ekstrak

  Beberapa moluskisida botani tersebut telah menyebabkan kerusakan pada insang berupa lepasnya sel epitel penyusun jaringan, perbesaran lamella insang yang menyebabkan fusi lamella / lamella menyatu, sehingga insang menjadi rusak, perbanyakan sel epitel pada dasar lamella serta perbanyakan sel mukosa pada dasar lamella. Rusaknya sel epitel tersebut menyebabkan insang menjadi fusi dan tidak dapat berfungsi lagi.

  dan masih banyak lagi (F. . Bakry, 2009; F. A. Bakry, 2009; Rawi, S.M., Al-Hazmi, M, Al Nassr, 2011; Jastal, Ambar Gardjito T, Mujiyanto, Chadijah S, 2008b; Joy S. Roach, Rashit K Devappa, Harinder P.S. Makkar, Uwe Beifus, 2012; Roach et al., 2012).

  filifera, Ammi majus, Canna Indica, Jatropha curcas, Dyzygotheca elegantissima, Anagalis arvensis, Solanum dubium, G.officinalis, A.stylosa, Euphorbia splendens

  kerusakan yang sistemik pada O.h.lindoensis pada konsentrasi 18,6 ml/l dalam waktu 12 jam. Kerusakan jaringan insang berupa lepasnya sel epitel penyusun Pengujian Ekstrak Biji Jarak Merah ... (Anis Nurwidayati, et. al)

  jaringan, perbesaran lamella insang yang menyebabkan fusi lamella / lamella menyatu, perbanyakan sel epitel pada dasar lamella serta perbanyakan sel mukosa pada dasar lamella. Kerusakan jaringan kaki muskuler berupa pengelupasan silia pada permukaan kaki, rusaknya sel di permukaan kaki, dan terbentuknya sel dengan bentuk tidak beraturan pada lapisan dalam kaki muskuler.

  Analisis Spasial Epidemiologi Schistosomiasis dengan Menggunakan Pengindraan Jarak Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Sulawesi Tengah, Donggala.

  Y, 2014. THE EFFECTIVITY OF Jatropha

  Mossalem S, 2013. Impact of artemether on some his- tological and histochemical parameters in Biom- phalaria alexandrina. African Journal of Pharmacy and Pharmacology, 7(31), pp.2220–2230. Nurwidayati A, 2012. The phytochemical screening and thin layer chromatography results of Jatropha gossypiifolia seeds. Health Science Journal of Indonesia, 3(2 Des), pp.99–103. Nurwidayati A, Veridiana NN, Octaviani O & L

  Marston A, 1993. Search For Antifungal, Molluscicidal And Larvacidal Compounds From African Medicinal Plants. Journal of Ethnopharmacology, 3, pp.215–223.

  donian Journal of Medical Sciences, 4(1), pp.5– 11.

  (Meliaceae) Seed Oil and Extract Against Culex quinquefasciatus Say (Diptera: Culicidae) Larval Susceptibilitibility of Indian Subcontinent. Mace-

  UNIVERSITAAT HOHENHEIM. Mandal S, 2011. Effect of Azadirachta indica A. Juss

  and potential agro- pharmaceutical applications of phorbol esters from Jatropha curcas oil.

  Joy S. Roach, Rashit K Devappa, Harinder P.S. Makkar, Uwe Beifus KB, 2012. Isolation , characterization

  Jianbin L, 2000. Study Of Plant Molluscicide From Jatropha curcas seed (JCS) In Laboratory. Hubei Institute Of Schistosomiasis Control.

  Analisis Spasial Epidemiologi Schistosomiasis dengan Menggunakan Pengindraan Jarak JAuhdan Sistem Informasi Geografis di Sulawesi Tengah. Donggala,

  Jastal, Ambar Gardjito T, Mujiyanto, Chadijah S R, 2008b.

  SSM, 2011. Impact of Asparagus densiflours and Oreopanax Guatemalensis plants and Difenoconazole Fungicide on Biochemical Parameters of Biomphalaria Alexandrina Snails, 5(12), pp.366–378. Jastal, Ambar Gardjito T, Mujiyanto, Chadijah S R, 2008a.

  Saran

  El-sheikh TMY, 2011. Evaluation of the biological activity of some. Egypt .Acad.J.biolog.Sci, 4(1), pp.33–48. Hasheesh WS, Marie M-AS, El-deeb FAA & Sayed

  Laporan Schistosomiasis Sulawesi Tengah,

  Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2012.

  Bullangpoti V & Wajnberg E, 2012. Antifeedant activity of Jatropha gossypifolia and Melia azedarach senescent leaf extracts on Spodoptera frugiperda (Lepidoptera: Noctuidae) and their potential use as synergists., (January), pp.1255–1264.

  Boucenna M, Berrebbah H, Atailia A, Grara N & Djebar MR, 2015. Effects of Metal Dust on Functional Markers and Histology of Gland Digestive and Kidney of the Land Snails ( Helix aspersa ) in the North East of Algeria. , 14(2), pp.189–198.

  Bakry FA, 2009. Impact of Some Plant Extracts on Histological Structure and Protein Patterns of Biomphalaria alexandrina Snails., 4(1), pp.34– 41.

  Bakry F., 2009. Use Of Some Plant Extracts To Control Biomphalaria alexandrina Snails With Emphasis On Some Biological Effects. World Applied Science Journal, 3(1), pp.1335–1345.

  Histological Changes in Oreochromis niloticus ( Linnaeus I779 ) Exposed to Aqueous Extract of Moringa oleifera Seeds Powder. , 43, pp.37–43.

  DAFTAR PUSTAKA Ayotunde EO, Fagbenro OA & Adebayo OT, 2011.

  Terima kasih kami ucapkan kepada Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Penyakit Bersumber Binatang (Litbang P2B2) Donggala, Bapak Jastal, SKM, M.Si atas izin dan dukungan pembiayaan atas penelitian ini. Penelitian ini dibiayai oleh DIPA Balai Litbang P2B2 Donggala Tahun 2012. Terima kasih kami ucapkan kepada Ketua dan anggota PPI Pusat 3 masukan, saran, dan bimbingan dalam pelaksaan penelitian ini. Terima kasih kami sampaikan kepada Pak Kaleb, Pak Ramona dan rekan – rekan di Laboratorium Schistosomiasis Wuasa, Lore Utara, Bapak Rauf, SKM, atas dukungan dan kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian ini. Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu penelitian ini sampai dengan selesai.

  Biji J.gossypifolia dapat digunakan sebagai molus- kisida terhadap O.h.lindoensis. Penyempurnaan formulasi dan metode aplikasi diperlukan sehingga J.gossypifolia dapat diaplikasikan langsung di lapangan.

UCAPAN TERIMAKASIH

  Vektora Volume 8 Nomor 1, Juni 2016: 13 - 22 gossypifolia L, J.curcas AND Riccinus

  communis SEEDS EXTRACT AGAINST THE SCHISTOSOMIASIS INTERMEDIATE SNAIL, Oncomelania hupensis lindoensis.

  BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYA KIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA, 10 (1 Jun), pp.9–14.

  Omar K, Faraj NM, Malik SAA & Farhani IMA-, 2012.

  Effect of some medicinal plants extracts and cypermthrin against Khapra Beetle (Trogoderma granarium Everts ). , 24(2), pp.120–127. Osman GY, Mohamed AH, Sheir SK, El-nabi SEH &

  Allam SA, 2014. Molluscidal activity of Mirazid on Biomphalaria alexandrina snails : biological and molecular studies. , 2(2), pp.977–989. Rani Bhagar, S D Ambavade, A V Misar DKK,

  2011. Anti-inflammatory activity of Jatropha gossypifolia L . leaves in albino mice and Wistar rat.

  Jounal of Scientific & Industrial Research, 70, pp.289–292.

  Ratnadass A & Wink M, 2012. The Phorbol Ester Fraction from Jatropha curcas Seed Oil : Potential and Limits for Crop Protection against Insect Pests. , pp.16157–16171. Rawi, S.M., Al-Hazmi, M, Al Nassr MS., 2011.

  Comparative Study Of The Molluscicidal Activity Of Some Plant Extracts On The Snail Vector Of Schistosoma mansoni, Biomphalaria alexandrina.

  International Journal of Zoological Research, 7(2), pp.169–189.

  Roach JS, Devappa RK, Makkar HPS & Becker K, 2012. Isolation, stability and bioactivity of Jatropha curcas phorbol esters. Fitoterapia, 83(3), pp.586–92.

  Rug M & Ruppel A, 1997. Toxic activities of the plant Jatropha curcas against intermediate snail hosts and larvae of schistosomes.

  Sudomo M, 2008. Penyakit Parasitik Yang Kurang Diperhatikan di Indonesia. Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Entomologi dan Moluska.

  WHO, 2010. Schistosomiasis Fact Sheet.