Ardhi PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP DALAM PE

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP DALAM PENERPAN KEHIDUPAN SEHARIHARI DI LINGKUNGAN MASYARAKAT
(LIFE-LONG EDUCATION)

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Pendidikan Sepanjang Hayat
yang dibina oleh Bapak Nurhadi

Oleh:
Ardhi Kurniawan
100141400179

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
MEI 2012

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Pendidikan Seumur Hidup” (“long life education”) adalah makna yang seharusnya
benar-benar terkonsepsikan secara jelas serta komprehensif dan dibuktikan dalam pengertian,
dalam sikap, perilaku dan dalam penerapan terutama bagi para pendidik di negeri kita.
Pendidikan seumur hidup atau belajar seumur hidup bukan berarti kita harus terus sekolah
sepanjang hidup kita. Sekolah banyak diartikan oleh masyarakat sebagai tugas belajar yang
terperangkap dalam sebuah “ruang” yang bernama kelas, bukan itu yang dimaksud.
Paradigma belajar seperti ini harus segera kita rubah. Pengertian belajar bukan hanya berada
dalam ruangan tapi belajar disemua tempat, semua situasi dan semua hal.
Pendidikan seumur hidup bersifat holistik, sedangkan pengajaran bersifat spesialistik,
terutama pengajaran yang terpilih dan terinferensikan dalam pelbagai bentuk kelembagaan
belajar.
Holistik memiliki arti lebih mengarah kepada pengutuhan atau penyempurnaan. Manusia
selalu berusaha uintuk mencapai titik kesempurnaan dalam segala hal, namun seberapa besar
usahapun kita tidak akan sampai pada kesempurnaan itu. Karena kesempurnaan hanya milik
Sang Pencipta Alam.
Belajar berarti memfungsikan hidup, orang yang tidak belajar berarti telah kehilangan
hidupnya, paling tidak telah kehilangan hidupnya sebagai manusia. Karena hidup manusia itu
bukan hanya individu dalam dirinya saja tapi juga interaksi dengan sesamanya, dengan antar
generasi dan kehidupan secara universal..
Dalam Pendidikan atau Belajar terdapat interaksi antara tantangan (challenge) dari alam luar

diri manusia dan balasan (response) dari daya dalam diri manusia. Dalam belajar juga terjadi
interaksi komunikasi antara manusia dan berlangsungnya kesinambungan antar generasi serta
belajar melestarikan hidup, mengamankan hidup dan menghindari pengrusakan hidup.
Belajar berarti menghargai hidup kita.
Dalam agama sering kita dengar kalimat ” Belajarlah (tuntutlah ilmu) dari ayunan sampai
liang lahat”.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah konsep pendidikan seumur hidup itu ?

2. Apakah hakikat pendidikan seumur hidup itu ?
3. Bagaimana implikasi pendidikan seumur hidup bagi masyarakat ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan seumur hidup.
2. Untuk mengetahui hakikat pendidikan seumur hidup.
3. Untuk mengetahui Bagaimana implikasi pendidikan seumur hidup bagi masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN


A. Konsep Pendidikan Seumur Hidup
Konsep pendidikan seumur hidup merupakan gagasan yang universal. Konsep pendidikan
seumur hidup memandang pendidikan sebagai satu sistem yang menyeluruh yang di dalamya
terkandung prinsip-prinisp penggorganisasian untuk pengembangan pendidikan.
Terjadinya perubahan yang begitu cepat terhadap kehidupan manusia dan keadaan jaman
lebih-lebih dengan timbulnya gejala globalisasi yang seolah-olah sudah tidak mengenal batas
ruang, waktu dan tempat ini merupakan tantangan tersendiri bagi manusia. Oleh karena itu
untuk bisa bertahan dan menguasai nasib sendiri dalam kehidupan peranan pendidikan atau
belajar sepanjang hayat diperlukan oleh setiap orang. Dalam hal ini belajar sepanjang hayat
menjadi alat untuk membangun keseimbangan antara belajar dan bekerja, adaptasi yang
terus-menerus untuk sejumlah pekerjaan dan untuk pelaksanaan kewarganegaraan yang aktif.
Berikutnya diungkapkan pula mengenai empat pilar pendidikan sepanjang hayat, yaitu
merupakan empat sendi atau sokoguru pengetahuan sebagai landasan berpijaknya pendidikan
non formal. Keempat pilar tersebut adalah pertama learning to know yaitu belajar untuk
menguasai instrumen-instrumen pengetahuan. Kedua Learning to do (belajar berbuat) yaitu
sebuah konsepsi bagaimana kita bisa berbuat dan melakukan atau mempraktekan dari apa
yang sudah kita pelajari. Ketiga yaitu Learning to live together (belajar hidup bersdama,
belajar hidup berasama orang lain yaitu konsepsi bagaimana kita bisa hidup bersama
dengan orang laing yang memiliki latar, budaya, sosial, ekonomi dan agama dan keaneka
ragaman yang berbeda-beda. Dan pilar yang keempat adalahlearning to be (belajr menjadi

seseorang artinya adalah bahwa pendidikan harus bisa menyumbangkan perkembangan yang
seutuhnya kepada setiap orang baik dalam jiwa raga, itelegensia, kepekaan, rasa, estetika
tanggung jawab pribadi dan nilai-nilai spiritual. Keempat pilar pendidikan tersebut dijadikan
landasan untuk pencapaian tujuan pendidikan sepanjang hayat.

B. Hakikat Pendidikan Seumur Hidup
Belajar merupakan tugas semua manusia, tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin semua
mempunyai tugas tersebut. Kita belajar mengetahui apapun yang ada di dunia ini untuk
kemajuan individu atau universal. Belajar memberi, belajar menerima, belajar bersabar,
belajar menghargai, belajar menghormati dan belajar semua hal.
Redja Mudyahardjo menjelasakan bahwa hidup (life) mempunyai tiga komponen yang saling
berhubungan satu dengan lainnya, yaitu individu; masyarakat; dan lingkungan fisik.
Perjalanan manusia seumur hidup (lifelong) mengandung perkembangan dan perubahan yang
juga mencakup tiga komponen yakni ;
1. Tahap-tahap perkembangan individu, meliputi; masa balita, masa kanak-kanak, masa
sekolah, masa remaja, dan masa remaja;
2. Peranan-peranan sosial yang umum dan unik dalam kehidupan, yang berbeda-beda di
setiap lingkungan hidup; dan
3. Aspek-aspek perkembangan kepribadian, meliputi; fisik, mental, sosial, dan
emosional.

Pendidikan sepanjang hayat (PSH) atau pendidikan seumur hidup yang secara
operasional sering pula disebut pendidikan sepanjang raga (long life education) bukanlah
sesuatu yang baru. Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari dari dahulu sudah dapat dilihat
bahwa pada hakikatnya orang belajar sepanjang hidup, meskipun dengan cara yang berbeda
dan melalui proses yang tidak sama. Jelasnya tidak ada batas usia yang menunjukan tidak
mungkinnya dan tidak dapatnya orang belajar. Jika seorang petani yang sudah tua berusaha
mencari tahu mengenai cara-cara baru dalam bercocok tanam, pemberantasan hama, dan
pemasaran hasil yang lebih menguntungkan, itu adalah pertanda bahwa belajar itu tidak
dibatasi usia. Dorongan belajar sepanjang hayat itu terjadi karena dirasakan sebagai
kebutuhan. Setiap orang merasa butuh untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya
dalam menghadapi dorongan-dorongan dari dalam dan tantangan alam sekitar, yang selalu
berubah.
Lebih lanjut para pakar pendidikan merumuskan bahwa pendidikan yang tertuju pada
pencapaian perkembangan dalam perubahan individu dan secara utuh, yang berlangsung
dalam hidup, terbangun dari tiga komponen, yaitu; landasan-landasan pendidikan; isi
pendidikan, dan cara-cara pendidikan.

C. Implikasi Pendidikan Seumur Hidup Dalam Kehidupan Masyarakat Sehari-hari
Adapun implikasi konsep seumur hidup pada sasaran pendidikan, Ananda W.P.
Guruge juga mengklasifikasikan dalam enam kategori. Masing-masing kategori tersebut

adalah sebagai berikut :
a.

Para buruh dan petani
Mereka dengan pendidikan sangat rendah atau bahkan tanpa pendidikan samasekali
merupakan golongan terbesar penduduk dinegara-negara yang sedang berkembang. Mereka
pada umumnya masih hidup dalam suasana tradisional yang dikuasai oleh tahayul, tabu, dan
kebiasaan-kebiasaan hidup yang menghambat kemajuan.
Cara

hidup

tradisional

ini

merupakan

hambatan-hambatan


psiologik

bagi

pembangunan. Bagi golongan pendidik ini program pendidikan barulah mempunyai arti,
apabila program tersebut :
1) Menolong meningkatkan produktifitas mereka, baik itu dicapai melalui pengajaran berbagai
keterampilan baru maupun melalui pemberian metode-metode bertani yang baru, yang
memungkinkan untuk memperbaiki kehiduan mereka.
2) Mendidik merea agar dapat memenuhi kewajiban sebagai warga Negara dan sampai kepala
keluarga. Sehingga mereka menyadari pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka.
3) Membarri jalan kepada mereka untuk dapat mengisi waktu senggangnya dengan kegiatankegiatan yang produktif dan menyenangkan sehingga mereka menjadi lebih berarti.
Golongan buruh dan petani inilah yang terutama membutuhkan program baca tulis
fungsional (fungsional literary). Mereka pasti akan menyadari manfaat program itu apabila
ketiga hal tersebut benar-benar diperhatikan.
b. Golongan remaja yang terganggu pendidikan sekolahnya.
Golongan remaja yang menganggur karna tidak mendapatkan pendidikan dan
keterampilan atau

yang unser-employed karna kurangnya bakat dan kemampuannya,


memerlukan pendidikan vokasional yang kkhusus. Demi perkembangan pribadinya, mereka
perlu pula diberi pendidikan cultural dan kegiatan-kegiatan yang kreatif.
Namun golongan yang terpenting bagi goloongan anak didik ini ialah pendidikan
yang bersifat remedial
Mungkin mereka meninggalkan pendidikan disekolah karena tidak tertarik, bosan atau
tidak melihat manfaat pendidikan sekolah itu bagi kehidupannya. Sebab itu program

pendidikan remedial yang diberikan kepadanya harus dapat menarik, merangsang dan relevan
dengan kebutuhan hidupnya.
c.

Para pekerja yang berketerampilan
Meskipun golongan ini sama halnya dengan golongan lainnya, memerlukan
pendidikan kewargaan Negara dan pendidikan untuk meningkatkan waktu senggang secara
produktif, namun golongan ini memerlukan program khusus. Bagi golongan pekerja yang
berketerampilan ini, program yang disediakan untuknya harus mempunyai dua maksud, yaitu:

1) Program itu harus mampu menyelamatkan mereka dari bahaya keusangan pengetahuannya
dan otomasi, kepada mereka perlu diberikan latihan-latihan baru untuk mendapatkan

keterampilan baru.
2)

Program itu harus membuka jalan bagi mereka untuk naik jenjang dalam rangka promosi
kedudukan yang lebih baik. Program semacam ini tidak semata-mata bersifat vokasional dan
teknik, melainkan merupakan peningkatan atas pengetahuan dan keterampilan yang telah
dimiliki agar mereka dapat mentangan-tantangan hari depan mereka.

d. Golongan technisians dan tradisionals
Program pendidikan seumur hidup itu terlebih sangat besar peanannya bagi golongan
itu. Mereka ummumnya menduduki poisi penting dalam masyarakat. Kemajuan masyarakat
banyak tergantung pada golongan ini. Agar mereka tetap berperan dalam masyarakatnya,
maka

mereka

harus

senantiasa


memperbarui

dan

menambah

pengetahuan

dan

keterampilannya. Untunglah pada umumnya golongan ini telah memiliki kebiasaan dan
motivasi yang kuat dalam self learning.
e.

Para pemimpin dalam masyarakat
Pra pemimpin dalam masyarakat (golongan politik, agama, social, dsb.) perlu selalu
memperbaiki ide-idenya agar mereka dapat tetap berfungsi memimpin masyarakat sesuai
dengan gerak kemajuan dan pembangumnan. Mereka harus mensistensikan pengetahuan dan
berbagai macam keterampilan/keahlian, karena tendensi spesialisasi dalam masyarakat
sekarang menjadi semakin llama semakin jauh. KKemampuan mensistensikan itu tidak

diperoleh dari pendidikan sekolah biasa. Sebab itu program pendidikan untuk mencapai
tujuan tersebut perlu diadakan.

f.

Golongan anggota masyarakat yang sudah tua
Dengan bertambah panjangnya rata-rata manusia dan kesehatanpun menjadi lebih
baik, maka jumlah masyarakat lanjut usia iini makin lama makin bertambah besar. Mereka
juga memerlukan program pendidikan dalam rangka pendidikan seumur hidup.

Mungkin pendidikan ini merupakan kesempatan yang sangat berharga karna belum
pernah memperolehnya ketika masih muda. Program pendidikan itu terlebih untuk memenuhi
dorongannya untuk mengetahui hal-hal yang baru, jadi tidak laggi penting dilihat dari
kegunaan dan keuntungnan materiilnya.
Dengan uraian mengenai pendidikan seumur hidup (long life education) ini mudahmudahan konsep kita tentang pendidikan social dapat dipandang dalam konteks yang lebih
luas.
Berdasarkkan uraian diatas, maka cara pendidikan menurut asas pendidikan seumur
hidup itu akkan mengubah pandangan kita tentang status dan fungsi sekolah, dimana tugas
utama pendidikan sekolah adalah mengajar anak didik bagaimana cara belajar. Peranan guru
adalah sebagai motivator, stimulator dan penunjuk jalan anak didik dalam hal belajar.
Sekolah sebagai pusat kegiatan belajar (learning contre) bagi masyarakat sekitarnya.
Sehingga dalam rangka pandangan mengenai pendidikan seumur hidup, maka semua orang
secara potensial merupakan anak didik.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Asas pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas bahwa proses pendidikan merupakan
suatu proses continue, yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses
pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal maupun formal baik yang
berlangsung dalam keluarga, disekolah, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat. Dalam
pendidikan seumur hidup dasar-dasar tujuan dan implikasi konsep pendidikan seumur hidup pada
program-program pendidikan ini sebagai penunjang pendidikan manusia seutuhnya. Untuk
mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat. Deengan demikian secara
potensial keseluruhan potensi manusia diisi kebutuhannya agar berkembang secara wajar.