PENDEKATAN PEMBE LAJARAN SAINTIFIK DALAM

PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Erick Yolanda1 , Dadan Suryana2
erickyolanda@gmail.com , dadan.suryana@yahoo.com

Program Pascasarjana Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
ABSTRAK
Paper ini adalah kajian yang berbasis library research. Paper ini mencoba mengkaji
tentang pembelajaran saintifik dalam kurikulum 2013 pendidikan anak usia dini. Dalam
paper ini menguraikan, pertama bagaimana pembelajaran pendidikan anak usia dini
berbasis kurikulum 2013 sesuai dengan Peraturan Menteri Kebudayaan Republik
Indonesia nomor 146 Tahun 2014 tentang kurikulum 2013 PAUD. Kedua, menguraikan
bagaimana konsep pembelajaran saintifik. Ketiga menguraikan bagaimana prinsip
pembelajaran saintifik pada pembelajaran anak usia dini dalam kurikulum 2013. Dan
keempat menguraikan tentang bagaimana tahapan pembelajaran saintifik anak usia dini
dalam kurikulum 2013. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui kebijakan
kurikulum 2013, pendekatan pembelajaran kurikulum 2013 dan implementasi
pembelajaran saitifik pada anak usia dini.
Kata Kunci :Pembelajaran Saintifik, Kurikulum 2013, Pendidikan Anak Usia Dini.
ABSTRACT

This paper is a library-based study. This paper attempts to examine the scientific lesson
in the Curriculum 2013 of Early Childhood Education. In this paper discusses, firstly
how early childhood education education based on curriculum 2013 in accordance with
the regulation of the minister of culture republic Indonesia number 146 of 2014
curriculum 2013 PAUD. Second, describes how the concept of scientific learning. Third
describes how the principle of scientific learning in early childhood learning in the
curriculum 2013. And fourth describes about how the early childhood learning phase in
the curriculum 2013. The purpose of this study is to know the policy Curriculum 2013
early childhood, learning approach Curriculum 2013 early childhood and
implementation of learning saitifik in early childhood.
Keywords: Scientific Learning, Curriculum 2013, Early Childhood Education.
A. Pendahuluan
Kurikulum menjadi hal yang penting untuk diperhatikan karena kurikulum
mengarahkan segala bentuk dan aktifitas proses pendidikan dalam rangka

1
2

Author
Author


1

tercapainya tujuan pendidikan. Penyempurnaan kurikulum dilakukan secara terus
menerus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemajuan teknologi. Kurikulum
memiliki struktur dan muatan yang memberi peluang pada anak untuk memperoleh
sejumlah pengalaman belajar. Suatu

kurikulum dikatakan berhasil, harus

mengalami proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep ideal
tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan tenaga
kependidikan, serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan

kurikulum

termasuk pembelajaran dan penilaian pembelajaran dan kurikulum.
Sedangkan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 19, Kurikulum diartikan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada pada ayat 3 disebutkan bahwa kurikulum
disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dan jenis pendidikan dalam kerangka
Negara kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan peningkatan iman dan
taqwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan dan minat
peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntunan pembangunan
daerah

dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan

teknologi dan seni, agama, dinamika perkembangan global, persatuan nasional dan
nilai- nilai kebangsaan.
Kebijakan kurikulum dalam implementasinya tentunya memerlukan
beberapa pendekatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Selain itu
dengan memperhatikan tingkatan mutu agar menjadi manusia yang seutuhnya dan
tuntutan perkembangan Dunia. Oleh karena itu,

dirasa perlu adanya kebijakan

2


pembelajaran yang terintegrasi sehingga pembelajaran tidak berdiri sendiri-sendiri
dan kegiatan belajar tidak menjadi beban anak tetapi menjadi taman untuk anak.
Oleh karena itu,

integrasi menjadi suatu hal yang urgen agar pembelajaran

lebih bermakna karena melibatkan beberapa bidang pengembangan aspek dan ilmu
pengetahuan (science). Hal ini berarti setiap subjek pembelajaran memiliki
keterkaitan yang erat sehingga perlu sistem pembelajaran yang memiliki pendekatan
yang sesuai.
Pendekatan dalam kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
terdiri dari pendekatan; (1) Tematik Integratif, (2) Saintifik, (3) Bermain Kreatif,
dan (4) Kecerdasan jamak. Dalam hal ini tematik integratif dan saintifik merupakan
pendekatan utama yang harus digunakan dalam pengembangan kegiatan belajar
melalui bermain terutama bagi anak usia 3-4 tahun dan anak usia 4-6 tahun di
lembaga PAUD. Selanjutnya ada pilihan alternatif dalam pengembangan kegiatan
melalui bermain, yaitu pendekatan bermain kreatif dan kecerdasan jamak. Pada
paper ini akan membahas lebih lanjut tentang pembelajaran saintifik


dalam

kurikulum 2013 PAUD.
B. Pembelajaran

PAUD

Berbasis

Kurikulum

2013

(Peraturan

Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 146 Tahun 2014)
Dalam rangka mengoptimalkan perkembangan anak melalui pendidikan
anak usia dini, program pendidikan harus disesuaikan dengan karekteristik anak

yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang berbeda. Progam pendidikan
harus memberikan rangsangan dorongan, dan dukungan kepada anak. Program
untuk anak harus memperhatikan seluruh aspek perkembangan anak serta
disesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan anak. (Suryana, 2013b)

3

The National Association for the Education of Young Children (NAEYC)
dan

the

National

Departements

of

Association


of

Early Childhood

Education (NAECS/SDE)

as

Specialists

in State

"organized framework that

delineates the content children are to learn, the process through which children
achieve the identified curricular goals, what teachers do to help children achieve
these

goals,


and the

context

in

which teaching

and learning occur'.

(Bredekamp & Rosegrant, 1992, Jackman, 2009).
Proses pengembangan kurikulum harus berkelanjutan, dapat dilakukan karen
dirincanakan atau insidental, tertulis atau tidak tertulis. “Membuat kurikulum yng
bagus untuk anak usia dini bukan masalah dalam praktek membuat perencanaan.
Namun pemahaman terkait dengan proses bagaimana anak berinteraksi dengan
mausia dan benda-benda sebagai arena untuk belajar”. (Gordon & Browne, 2004,
Jackman, 2009).
Adapun strategi pembelajaran yang bagus saat ini menurut hasil penelitian
perkembangan otak adalah pembelajaran yang dapat menumbuhkan dan
mengembangkan sel syaraf otak. Melalui pembelajaran yang mengaktifkan seluruh

panca indra anak dan anak mendapatkan pengalaman langsung dari aktifitas
belajarnya akan menjadikan stuktur otak berkambang baik. (Suryana, 2014)
Anak usia dini mengalami proses perkembangan yang fundamental dalam
arti bahwa pengalaman perkembangan pada masa usia dini dapat memberikan
pengaruh yang membekas dan berjangka waktu lama sehingga melandasi proses
perkembangan anak selanjutnya. Setiap anak memiliki sejumlah potensi, baik
potensi fisik biologis, kognisi, maupun sosio-emosi. Anak yang sedang mengalami

4

proses perkembangan sangat pesat sehingga membutuhkan pembelajaran yang aktif
dan energik. (Suryana, 2013a)
Sejalan dengan itu pendidikan anak usia dini di Indonesia memiliki kekhasan
dibanding dengan yang diterapkan di berbagai negara. Kekhasan tersebut pada: (1)
cakupan rentang

usia sasaran anak usia dini di Indonesia dari 0 – 6 tahun,

sedangkan di berbegai negara mencapai usia 8 tahun; (2) program layanan anak
usia dini di Indonesia terdiri atas Taman Kanak-Kanak (untuk anak 4-6 tahun),

Kelompok Bermain (prioritas anak usia 2-4 tahun), Taman Penitipan Anak
(prioritas usia 0-6 tahun), dan Satuan PAUD Sejenis (anak 0-6 tahun); (3)
jalur pendidikan. Taman Kanak-Kanak masuk dalam jalur pendidikan formal,
sedangkan Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak, dan Satuan PAUD
Sejenis masuk dalam jalur pendidikan non

formal. (Direktorat Pembinaan

Pendidikan Anak Usia Dini : 2015)
Kekhasan tersebut

menjadikan

PAUD di Indonesia

spesifik

dalam

penyelenggaraannya karena setiap program layanan memiliki kekhasan masingmasing. Namun demikian semua program layanan PAUD memiliki tujuan yang

sama yakni mengembangkan seluruh potensi anak yang mencakup aspek nilai
agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, serta seni
untuk mencapai kesiapan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini termuat dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun

2003 tentang Sistem

Pendidikan dan

Pendidikan Nasional

Pasal

28.

Kementerian

Kebudayaan telah memiliki arah pembangunan PAUD 2011 –

2045 yang dibagi dalam 5 tahap yakni: (1) tahap perluasan layanan dari tahun
2002 – 2011 tahun, (2) tahap pemantapan mutu dari tahun 2011 – 2015, (3) tahap

5

standarisasi mutu nasional dari tahun 2015 – 2025 tahun, (4) tahap standar
mutu internasional tahun 2025 – 2035, dan (5) tahap layanan paripurna tahun 2035
- 2045. Dengan arah pembangunan jangka panjang demikian diharapkan tahun
2045 di saat Indonesia mencapai (Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia
Dini : 2015).
Gambar 1
Arah Pembangunan PAUD 2011 – 2045

Sumber : Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Tahun 2015

Kurikulum

memandu pendidik dan

tenaga kependidikan dalam

memfasilitasi program pendidikan berkualitas yang

mendukung tercapainya

tujuan pendidikan. Kurikulum PAUD harus mampu memberikan kontribusi
kepada anak

untuk mengembangkan seluruh potensinya sehingga memiliki

kemampuan yang berharga dalam mencapai keberhasilan di jenjang pendidikan
berikutnya. Kurikulum menjadi panduan dalam penyiapan sumber daya manusia
berkualitas di masa datang yang dapat mengisi kebutuhan tenaga terdidik yang
terampil sesuai dengan perkembangan pengetahuan, teknologi, dan pembangunan.

6

Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dirancang dengan
karakteristik sebagai berikut (Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014) :
1. Mengoptimalkan perkembangan anak yang meliputi: aspek nilai agama dan
moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni yang
tercermin dalam keseimbangan kompetensi sikap, pengetahun, dan
keterampilan;
2. Menggunakan pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik dalam
pemberian rangsangan pendidikan;
3. Menggunakan penilaian autentik dalam memantau perkembangan anak; dan
4. Memberdayakan peran orang tua dalam proses pembelajaran.
Tujuan Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dari Permendikbud
Nomor 146 Tahun 2014 ini adalah bahwa Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia
Dini bertujuan untuk mendorong berkembangnya potensi anak agar memiliki
kesiapan untuk menempuh pendidikan selanjutnya.
Dalam Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014 dijelaskan, pembelajaran
adalah proses interaksi antara pendidik dengan anak melalui kegiatan bermain
pada lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan dengan menggunakan
berbagai sumber belajar.

Pembelajaran anak usia dini berpusat pada anak.

Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan saintifik

yang

mencakup rangkaian proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
menalar, dan mengomunikasikan. Keseluruhan proses tersebut
dengan

menggunakan

seluruh

indera

dilakukan

serta berbagai sumber dan media

pembelajaran.

7

C. Konsep Pembelajaran Saintifik
Saintifik berasal bahasa Inggris Scientific yang berarti ilmiah, yaitu bersifat
ilmu, secara ilmu pengetahuan atau berdasarkan ilmu pengetahuan. Sedangkan
approach

yang

berarti pendekatan

adalah

konsep

dasar yang mewadahi,

menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang sesuatu. Dengan
demikian, maka pendekatan ilmiah (Scientific Approach)
yang

dimaksud

disini

menerapkan

Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang

melatarbelakangi

karakteristik

pembelajaran

adalah bagaimana metode pembelajaran diterapkan

berdasarkan teori tertentu ilmiah.
menginspirasi atau

dalam

yang

perumusan

ilmiah.

metode

Pendekatan

mengajar

pembelajaran ilmiah

(scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis
pelaksanaan

pembelajaran

dalam

kelas

dengan

pada

yang melandasi penerapan metode

ilmiah.
Seefeldt dan Barbour (1994:490-492) menyebutkan bahwa kemampuan
sains proses pada anak usia dini, di antaranya: kemampuan mengamati,
mengklasifikasikan,

menarik

kesimpulan,

mengkomunikasikan,

dan

mengaplikasikannya berdasarkan pengalaman sains yang diperolehnya. Sains
dapat mengajak anak untuk berpikir kritis, karena dengan sains anak tidak begitu
saja me-nerima atau menolaksesuatu. Dari pemaparan penjelasan di atas maka
kemampuan sains sebaiknya melibatkan aspek pengetahuan afektif dan psikomotor
sehingga pengetahuan untuk memahami konsep diperoleh melalui proses berpikir
dengan memiliki keterampilan proses sikap ilmiah. Pemahaman ini ber- manfaat
bagi anak untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat
menanggapi secara kritis perkembangan sains.

8

Sains menurut Carin (1989:4) adalah sistem tentang alam semesta yang
diperoleh melalui pengumpulan data dengan cara observasi dan eksperimen
terkontrol. Brewer (2007 : 386) menyatakan sains adalah proses mengamati,
berpikir, dan merenungkan tindakan dan peristiwa. Proses saintifik adalah sebuah
siklus dari pembentukan hipotesis, mengumpulkan data, mengkonfirmasikan atau
menolak berbagai hipotesis, membuat generalisasi, kemudian mengulangi siklus
(Carin,

1989:4).

Ketrampilan dasar yang digunakan dalam proses saintifik

mencakup pengamatan, mengelompokkan dan membandingkan, mengukur,
mengomunikasikan, melakukan eksperimen, menghubungkan, menyimpulkan dan
mengaplikasikan.
Brewer (2007:386) mendefinisikan sains proses adalah bagaimana anak
membangun rasa ingin tahunya dengan mengajukan pertanyaan, investigasi, dan
mendapatkan jawaban serta membagi jawaban kepada temannya yang lain, yang
dilakukan melalui observasi, klasifikasi, menarik ke-simpulan, dan berkomunikasi.
Abruscato (1992:6-9) mendefinisikan sains proses adalah proses keingintahuan
anak bertanya mengapa, apakah, kapan, dan mengapa pada lingkungan yang
dihadapinya.

Kemampuan

proses meliputi observasi, klasifikasi, menarik

kesimpulan, dan berkomunikasi. Sains proses adalah kemampuan siswa untuk
memperoleh informasi baru melalui pengalaman yang konkret. Kemampuan proses
meliputi observasi, klasifikasi, mengukur dan berkomunikasi (Rosalind, Karen,
1995:54).

Sains proses adalah cara untuk memperoleh pengetahuan. Cara

memperoleh pengetahuan melalui observasi,

eksperimen,

menemukan konsep

maupun merumuskan berbagai teori (Ali Nugraha, 2007:5).
Sebagaimana amanat dalam Kurikulum 2013 PAUD, bahwa pelaksanaan

9

pembelajaran untuk tingkat pendidikan anak usia dini digunakan pembelajaran
tematik dengan menggunakan pendekatan saintifik. Permendikbud (2013-c:9)
menjelaskan bahwa, “Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik
modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah meliputi
mengamti, menanya, mengumpulkan informasi / mencoba, mengasosiasikan /
menalar, dan mengkomunikasikan”.
Penjelasan

Sudarwan

dalam

(Permendikbud,

2013-a:201)

bahwa,

“Pendekatan saintifik bahwa pendekatan inti bercirikan penonjolan dimensi
pengamatan, penalaran, penemuan, dan penjelasan tentang suatu keberadaan”.
Menurut Permendikbud (2013-a:202) Proses pembelajaran disebut ilmiah jika
memenuhi kriteria seperti berikut ini:
a. Subtansi

atau

materi

pembelajaran

berbasis

pada

fakta

atau

fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu;
bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru peserta
didik terbatas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subyektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,
d. analisis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan subtansi atau materi pembelajaran.
e. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik
dalam melihat perbedan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari subtansi
atau materi pembelajaran.
f. Mendorong

dan

menginspirasi

peserta

didik

mampu

memahami,

10

menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif
dalam merespon subtansi atau materi pembelajaran.
g. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung
jawabkan.
h. Tujuan pembelajaran di rumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik sistem penyajiannya.
Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut
ini. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda, atau dongeng semata. Penjelasan guru, respon anak didik, dan
interaksi edukatif guru-anak didik terbebas dari prasangka yang serta-merta,
pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
Mendorong dan menginspirasi anak didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
substansi atau materi pembelajaran. Mendorong dan menginspirasi anak didik
mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama
lain dari substansi atau materi pembelajaran. Mendorong dan menginspirasi anak
didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang
rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran. Berbasis
pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan
pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem
penyajiannya. (Suryana, 2017)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulakan bahwa pendekatan
saintifik adalah suatu pendekatan untuk memperoleh pengetahuan yang didasarkan

11

pada struktur logis dengan tahapan mengamati, menanya, mencoba, menganalisis,
dan mengkomukasikan.
D. Prinsip Pembelajaran Saitifik
The science curriculum in an early childhood environment should be shout
"Pleasen touch! Please explore! "We must nourish young children's excitement
about learning and encourage them to ask "What would happen if. . . ?, "Then give
them the materialsto find out the answers. (Jackman, 2001)
Pembelajaran anak usia dini harus dapat memberikan kesempatan kepada
anak untuk mendapatkan proses pembelajaran yang ilmiah. Hal ini akan berdampak
kepada kemampuan berpikir dan wawasan anak saat mereka melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Proses ilmiah yang dapat dilakukan adalah
dengan pendekatan saintifik. (Suryana, 2017)
Terdapat lima standar pembelajaran saintik pada anak usia dini diantaranya
(Inan, 2009) :
1. Children develop inquiry skills (Anak-anak mengembangkan keterampilan
penyelidikan)
2. Children observe and investigate matter and energy (Anak-anak mengamati
dan menyelidiki materi dan energi)
3. Children observe and investigate living things (Anak-anak mengamati dan
menyelidiki makhluk hidup).
4. Children observe and investigate the Earth (Anak-anak mengamati dan
menyelidiki Bumi).
5. Children gain experience in using technology (Anak-anak mendapatkan
pengalaman dalam menggunakan teknologi).
Prinsip pembelajaran anak usia dini sebagai berikut (Haenilah, 2015:85):
a.

Anak belajar dari kenyataan (real learning);

b.

Anak belajar secara nyata (authentic learning);

12

c.

Mendorong anak untuk terlibat langsung (hand on exprerinces);

d.

Belajar dengan cara berbuat (learning by doing);

e.

Belajar dilandasi perasaan senang (enjoyment);

f.

Belajar bersifat menantang (challengging);

g.

Tidak memisahkan anak dari kebutuhan bermain (playful).
Berdasarkan hal di atas bahwa, prinsip pembelajaran dalam pendekatan

saintifik guru memperhatikan anak belajar dari kenyataan, anak belajar secara nyata,
mendorong anak untuk terlibat langsung dalam pengamatan, belajar dengan cara
berbuat, belajar dilandasi perasaan senang, belajar bersifat menantang untuk
mengasah kemampuan berpikir anak serta kegiatan pembelajarannya tidak
memisahkan dari kebutuhan bermain.
Menurut Haenilah (2015:94) menjelaskan bahwa upaya membelajarkan anak
melalui pendekatan ilmiah berbasis bermain membawa konsekwensi terhadap
pengelolahan lingkungan belajar anak. Beberapa hal penting yang harus
diperhatikan oleh pendidikan adalah harus menyediakan kesempatan main di dalam
dan di luar ruangan, menyediakan kesempatan bagi anak untuk mengadakan
hubungan dengan temannya dalam lingkungan yang kaya dengan bahasa, mampu
mencontohkan dan mendukung perkembangan bahasa anak untuk memecahkan
masalah, menyediakan bermacam-macam bahan main, dan mengembangkan
sejumlah permaianan yang dapat menstimulus sejumlah kegiatan belajar anak.
Menurut Haenilah (2015:99) prinsip yang harus diperhatikan agar
menguatkan pembelajaran yang dilandasi oleh pendekatan ilmiah, di antaranya;
a. Pembelajaran harus berpusat pada keterlibatan anak secara langsung
(hand on expreriences);
b. Pembelajaran harus membangun pengertian sendiri (Students sellf concept);
c. Pembelajaran harus memfasilitasi anak untuk menemukan sendiri;
d. Pembelajaran harus menghindarkan anak dari verbalisme;
13

e. Pembelajaran harus memberikan kesempatan pada serta anak untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi pengalamannya;
f. Pembelajaran

harus

mendorong

terjadinya

peningkatan

kemampuan berpikir siswa;
g. Pembelajaran harus menjadi wahana yang menyenangkan sehingga akan
membentuk anak merasa butuh untuk belajar;
h. Pembelajaran harus memberikan kesempatan kepada anak untuk melatih
kemampuan

berbahasa,

sains,

sosial-emosi

melalui tanggung jawab,

kemandirian, moral-agama, melalui pembiasaan karakter baik, seni melalui
tertarik pada suatu karya dan mengahargai karya orang lain, serta aktivitas
motorik.
Sedangkan menurut Sujiono (2013:90-94) prinsip pembelajaran anak usia
dini adalah sebagai berikut:
a. Anak sebagai pembelajar yang aktif
Guru hendaknya mengarahkan anak untuk menjadi pembelajar yang aktif.
Anak terbiasa belajar

dan mempelajari

berbagai

aspek pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan melalui berbagai aktivitas mengamati, mencari,
menemukan, mendiskusikan, mengumpulkan dan mengemukakan sendiri
berbagi hal yang ditemukan pada lingkungan sekitar.
b. Anak belajar melalui sensori dan panca indera
Anak memperoleh pengetahuan melalui sensorinya, anak dapat melihat melalui
bayangan yang ditangkap oleh matanya, anak dapat mendengarkan melalui
telinganya, anak dapat merasakan panas dan dingin lewat perabaannya, anak
dapat membedakan bau melalui hidung dan anak dapat mengatahui aneka rasa
melalui lidahnya. Oleh karenanya, pembelajaran pada anak hendaknya
mengarahkan anak pada pada berbagai kemampuan yang dapat dilakukan oleh
seluruh inderanya.
c. Anak membagun pengetahuan sendiri
Anak diberikan belajar melalui pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang
dialaminya sejak lahir dan pengetahuan yang telah anak dapatkan selama hidup.

14

d. Anak berpikir melalui benda konkrit
Anak diberikan pembelajaran dengan benda-benda yang nyata agar tidak
bingung. Artinya anak dirangsang untuk berpikir dengan metode pembelajaran
yang menggunkan benda nyata sebagai contoh materi-materi pelajaran.
e. Anak belajar dari lingkungan
Anak akan mengembangkan potensi

secara optimal sehingga anak mampu

beradaptasi dengan lingkungannya.
Berdasarkan hal di atas disimpulkan bahwa, prinsip pembelajaran anak usia
dini dalam pendekatan saintifik meliputi anak sebagai pembelajar yang aktif, anak
belajar melalui sensori dan panca indera, anak membangun pengetahuan sendiri,
anak berpikir melalui benda konkrik serta anak belajar dari lingkungan.
E. Tahapan Pendekatan Saintifik pada Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam kurikulum 2013 PAUD (Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014)
pendekatan saintifik meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, menalar, dan mengomunikasikan.
Gambar 2
Tahapan Pendekatan Saintifik

1. Mengamati
Mengamati

dilakukan

untuk

mengetahui

objek

di

antaranya

dengan

menggunakan indera seperti melihat, mendengar, menghidu, merasa, dan
meraba.
2. Menanya
Anak

didorong untuk bertanya, baik tentang objek yang telah diamati

maupun hal-hal lain yang ingin diketahui.

15

3. Mengumpulkan Informasi
Mengumpulkan informasi dilakukan melalui beragam cara, misalnya: dengan
melakukan, mencoba, mendiskusikan dan menyimpulkan hasil dari berbagai
sumber.
4. Menalar
Menalar merupakan kemampuan menghubungkan informasi yang sudah dimiliki
dengan informasi yang baru diperoleh sehingga mendapatkan pemahaman
yang lebih baik tentang suatu hal.
5. Mengomunikasikan
Mengomunikasikan merupakan kegiatan untuk menyampaikan hal-hal yang
telah dipelajari dalam berbagai bentuk, misalnya melalui cerita, gerakan, dan
dengan menunjukkan hasil karya berupa gambar, berbagai bentuk dari adonan,
boneka dari bubur kertas, kriya dari bahan daur ulang, dan hasil anyaman.
Gambar 3
Arah Kualitas Sikap dan Pengetahuan Anak
Capaian Pendidikan Anak Usia Dini

Sumber : Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Tahun 2015

Dapat disimpulkan secara sederhana bahwa Kurikulum 2013 PAUD
mengembangkan kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai satu
komponen yang saling terkait dan tidak dapat terpisahkan. Setiap subkomponen

16

tersebut memiliki fokus arahan dan bila disatukan membangun kompetensi lulusan
PAUD yang memiliki kesiapan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pembentukan
sikap diarahkan membangun kemampuan fungsi eksekutif (executive function)
yang ditenggarai dengan (1) kemampuan memori kerja otak dalam mengatur
kemampuan mempertahankan dan mengelola informasi berbeda dalam waktu
singkat. (2) fleksibilitas mental yang membantu mempertahankan respons dari
tuntutan yang berbeda dalam waktu singkat.

(3)

kontrol diri dalam

hal

menentuan prioritas and menolak tindakan/respons yang menarik. Pembentukan
pengetahuan

konseptual

untuk

menggunakan cara berpikir tinggi
keterampilan berpikir runut

membangun
(higher

prosedural

kemampuan

order
yang

kreatif

dengan

thinking). Pengembangan
diterapkan baik melalui

pembiasaan (habituasi) maupun pendekatan saintifik (saintific approach).
(Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Tahun 2015).
Tabel 1
Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Pendekatan
Ilmiah/Pendekatan Saintifik
Guru
Mengkondisikan kelas serta dengan
cara menyiapkan sejumlah alat
permainan edukatif
(APE).
Guru membuka secara luas dan
bervariasi kesempatan peserta didk
untuk melakukan kegiatan observasi
Menstimulus anak untuk bertanya.
Membimbing anak untuk
menyempurnakan pertanyaannya.
Mengembangkan rasa ingin tahu
anak.

Kegiatan
Observasi

Menanya

Anak
Mengamati objek dengan
menggunakan indera seperti
penglihatan dan pendengaran.

Bertanya tentang segala sesuatu
yang
diamati.
Belajar merangkai kalimat bertanya
Berupaya untuk mencari informasi
tentang segala sesuatu dia kerjakan.

17

Asosiasi

Mengingat kejadian, pengalaman
atau
kegiatan serupa yang pernah
dilaluinya.
Menyempurnakan pengalaman

Percobaan

Melakukan berbagai percobaan.
Melihat pembuktian sebab-akibat

Bertanya tentang apa yang pernah
dialami anak sebelumnya terkait
dengan aktivitas yang dilakukan saat
ini.
Bertanya yang bersifat membimbing
agar anak bisa menyempurnakan
pengalamannya.
Membimbing anak melakukan
aktivitas untuk membuktikan rasa
ingin tahunya.
Mengembangkan pertanyaanpertanyaan yang bersifat sebab
akibat
Meminta anak untuk bercerita
tentang kegiatan yang dilakukannya.
Meminta anak untuk menunjukkan
hasil kegiatannya

Melaporkan

Menceritakan kegiatan.
Menunjukkan hasil kegiatan.

F. Kesimpulan
Kurikulum

2013

PAUD

mengembangkan

kemampuan

sikap,

pengetahuan, dan keterampilan sebagai satu komponen yang saling terkait dan
tidak dapat terpisahkan. Setiap subkomponen tersebut memiliki fokus arahan dan
bila disatukan membangun kompetensi lulusan PAUD yang memiliki kesiapan
mengikuti pendidikan lebih. prinsip pembelajaran dalam pendekatan saintifik guru
memperhatikan anak belajar dari kenyataan, anak belajar secara nyata, mendorong
anak untuk terlibat langsung dalam pengamatan, belajar dengan cara berbuat,
belajar dilandasi perasaan senang, belajar bersifat menantang untuk mengasah
kemampuan berpikir anak serta kegiatan pembelajarannya tidak memisahkan dari
kebutuhan bermain. Dalam kurikulum 2013 PAUD (Permendikbud Nomor 146
Tahun 2014) pendekatan saintifik meliputi kegiatan mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan.

18

DAFTAR PUSTAKA

ALdarabah, I. T., & Al-Mouhtadi, R. (2015). Investigate the child’s scientific activities
on practical child’s activity books for the kindergarten’s children. International
Education Studies, 8(4), 68–79. https://doi.org/10.5539/ies.v8n4p68
Brewer, Jo Ann, (2007). Introduction
Pearson Education, Inc.

to Early Childhood Education. Boston:

Carin, Sund. (1989). Teaching Science Through Discovery, Colombus, Ohio: Merril
Publishig Company.
Direktoran Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini. (2015) Implementasi Kurikulum
2013 Pendidikan Anak Usia Dini.
Inan, H. Z. (2009). Science education in preschool: How to assimilate the Reggio
Emilia pedagogy in a Turkish preschool. Asia-Pacific Forum on Science Learning
and Teaching, 10(2), 1–11.
Jackman.H. L, (2009). Early Education Curriculum (A Child's Connection to the
world). NY: Cengage Delmar Leaming.
Jackman, H. L. (2001). Early Education Curriculum (A Child’s Connection to the
World). Early Education (Second Edi). United States: Delmar Thomson Learnig.
Nugraha, Ali. (2007). Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini.
Bandung, JILSI Foundation.
Haenilah. E. Y. (2015). Kurikulum dan Pembelajaran PAUD. Yogyakarta: Media
Akademi.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 137 Tahun 2014. Tentang Standar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 146 tahun 2014.
Kurikulum 2013 Pendidikan An ak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Tentang

Seefeldt, Carol & Nita Barbour. (1994). Early Childhood Education, USA: Macmillan
College Publishing Company.
Suryana, Dadan. (2013a). Pendidikan Anak Usia Dini (Teori dan Praktik
Pembelajaran). Padang: UNP Press.
Suryana, Dadan. (2013b). Profesionalisme Guru Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis
Peraturan Menteri No. 58 Tahun 2009, XIII(2), 53–61. Retrieved from
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi

19

Suryana, Dadan. (2014). Kurikulum Pendidikan Anak
Perkembangan Anak. Pesona Dasar, 1(3), 65–72.

Usia Dini

Berbasis

Suryana, Dadan. (2017). Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis Pendekatan Saintifik
di Taman Kanak-Kanak. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 11(1), 67–82. Retrieved
from https://doi.org/10.21009/JPUD.111%0ADOI

20