LEMBAGA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA

LEMBAGA ASURANSI SYARIAH
DI INDONESIA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu tugas
Mata Kuliah Sistem Ekonomi Islam
Semester IV Kelas A
Dosen Pengampu: Ali Azis, SE.MM.

Disusun oleh :
Ahmad Saepul Anwar

1154040003

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2017

1

KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta alam yang senantiasa kami harapkan keridhaan-Nya,
rasa syukur yang tiada tara kami panjatkan kepada-Nya yang senantiasa mencurahkan karunia
dan anugerah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
LEMBAGA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Ali Azis, SE.MM. selaku
Dosen mata kuliah Sistem Ekonomi Islam yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai LEMBAGA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga masalah sederhana ini dapat dipahami dan berguna bagi yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Bandung, 24 April 2017

penyusun


2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 1
1.4 Manfaat .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 2
2.1 Pengertian Asuransi ....................................................................................... 2
2.2 Asuransi Syariah di Indonesia ...................................................................... 2
2.3 Perbedaan Asuransi Konvensional dengan Asuransi Syariah .......................4
2.4 Perkembangan Asuransi Syariah ...................................................................5
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 8
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 9


3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan bisnis asuransi kini berkembang , yang membawa konsekuensi berkembang
pula hukum bisnis asuransi. Salah satu kegiatan bisnis asuransi yang muncul dalam masyarakat
adalah bisnis asuransi syariah. Dalam undang-undang yang mengatur tentang bisnis perasurasian,
belum diatur tentang asuransi syariah. Namun, dalam praktik perasuransian ternyata bisnis
asuransi syariah sudah banyak dikenal masyarakat.
Asuransi syariah merupakan bidang bisnis asuransi yang cukup memperoleh perhatian
besar dikalangan masyarkat Indonesia. Sebagai bisnis asuransi alternative, asuransi syariah boleh
dikatakan relative baru dibandingkan dengan bidang bisnis asuransi konvensional. Kebaruan
bisnis asuransi syariah adalah

pengoprasian kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip

syariah yag bersumber dari Al-Quran dan hadits serta fatwa para ulama terutama terhimpun
dalam majelis ulama Indonesia (MUI).

Pada prinsipya, yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional adalah
asuransi syariah menghapus unsur ketidak pastian (gharar), unsur spekulasi aliasbunga uang
(riba), dalam kegiatan bisnisnya sehingga peserta asuransi (terganggu) merasa terbebas dari
praktik kezaliman yag merugikannya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa itu asuransi
b. Bagai mana asuransi syariah
c. Apa perbendaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional
d. Bagaimana perkembangan asuransi syariah di Indonesia
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui bagaimana asuransi syariah di Indonesia
b. Untuk mengetahui perbedaan asuransi syariah dengan asurasni konvensional
c. Untuk mengetahui berbagai macam asuransi
1.4 Manfaat
a. dapat memahami apa itu asuransi syariah
b. dapat mengetetahui perbedaan antara asuransi syariah dan asuransi konvensional

4

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Asuransi
Asuransi adalah satu bentuk pengendalian risiko yang dilakukan dengan cara
menalihkan/transfer risiko dari satu pihak ke pihak lain dalam hal ini adalah perusahaan asuransi.
Menurut KUHD pasal 246 disebutkan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah suatu
perjanjian dengan mana seorag penanggung mengingatkan diri kepada seorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi, untuk penggantian kepadanya karena suatu kerusakan atau
kehilangan keutungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa
yang tidak tertentu.
Pengertian asuransi yang lain adalah merupakan suatu pelimpahan risiko dari pihak
pertama kepada pihak lain. Dalam pelimpahan dikuasai oleh aturan-aturan hukum dan
berlakunya prinsip-prinsip serta ajran yang secara universal yang dianaut oleh pihak pertama
maupu pihak lain.
Dari segi ekonomi asuransi berarti suatu pengumpulan dana yang dapat dipakai untuk
menutup atau memberi ganti rugi kepada orang yang mengalami kerugian.
2.2 Asuransi Syariah di Indonesia
Asuransi syariah mulai beroprasi di Indonesia sejak tahun 1994, ditandai dengan
beroprasinya asuransi syariah Takaful. Yang menjadi dasar beroprasinya pada waktu itu adalah
kebijaksanaan Departemen Keuangan saja, karena tidak satupun undang-undang yang mengatur
asuransi syariah beroprasi.

Perusahaan asuransi yang berdasarkan ajaran Islam ini berdiri atas prakarsa sejumlah
cendekiawan Muslim, PT Bank Muamalat, Syarikat Takaful Malaysia Sdn.Bhd, para pengusha
muslim, dan praktisi asuransi.
Sebagian kalangan Islam beranggapan bahwa asuransi sama dengan menentang qadha
dan qadar atau bertentangan dengan takdir. Padahal sesungguhnya tidak demikian, karena pada
dasarnya Islam mengakui bahwa kecelakaan, kemalangan, dan kematian merupakan takdir Allah
yang tidak dapat ditolak. Hanya saja kita sebagai manusia dipertintahkan membuat perencanaan
untuk menghadapi masa depan. Allah berfirman dalam QS. Al-Hasyr ayat18 :

5

ِ َّ‫َي أَيُّها ال‬َّ
٨١- ‫اَّللَ َرٌِِ ِ َا تَ ُْ َن ُو َلل‬
‫ف‬
‫ن‬
‫ر‬
‫ظ‬
‫ن‬
‫ت‬
‫ل‬

‫و‬
‫اَّلل‬
‫ا‬
‫و‬
‫ق‬
‫ات‬
‫ا‬
‫و‬
‫ن‬
‫آم‬
‫ين‬
‫ذ‬
ْ
َّ ‫اَّللَ ِ َّلل‬
َّ ‫ت لِغَ ٍد َواتَّ ُقوا‬
َّ
ُ
ْ
َ
ُ

ُ
َ
ْ ‫َّم‬
َ َ
َ ‫س َّما قَد‬
َ
َ
ْ
َ
َ
ٌ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap diri
memperlihatkan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Jelas sekali bahwa dalam ayat ini kita diperintahkan unutk merencanakan yang akan kita
perbuat untuk masa depan.
Dalam QS: yusuf ayat 43-49, Allah menggambarkan contoh usaha manusia membentuk
sistem proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk di masa depan. Secara garis besar, ayat ini
bercerita tentang pertanyaan Raja Mesir tentang mimpinya kepada Nabi Yusuf. Raja Mesir
bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus,

dan dia juga melihat tujuh tingkai gandum yang hijau berbuah serta tujuh tingkai yang merah
mongering tidak berbuah. Atas dasar tafsir mimpi itu, Nabi Yusuf menyarankan kepada Raja
Mesir agar mengoptimalkan budidaya pertaniannya selama tujuh tahun, lalu menyompan
sebagian hasilnya. Alasan alasan penyimpanannya karena tujuh tahun kemudian merupakan
tahun-tahun yang sulit, yang akan menghabiskan apa yang disimpan selama tujuh tahun tersebut.
Sangat jelas dalam ayat ini manusia dianjurkan untuk berusaha menjaga kelangsungan
kehidupan dengan memproteksi kemungkinan terjadinya kondisi terbruk. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa berasuransi tidak bertantangan dengan takdir, bahwa Allah menganjurkan
adanya upaya-upaya menuju kepada perencanaan masa denpan dengan sistem proteksi yang
dikenal dalam mekanisme asuransi
Asuransi syariah atau yang dikenal dengan nama takaful, mengalami perkembangan pesat
pada 2002. Terbitnya aturan pemerintah yang mengharuskan pertanggungan asuransi jamaah haji
harus dilakuakan oleh asuransi syariah, membuat perusahaan syariah yang berbondong
membentuk unit syariah atau bahkan mengkonversi dirinya menjadi asuransi syariah.
Masyarakat Islam yang suda punya insurance minded ini tentu berharap, uang yang
dikumpulkan melalui asuransi akan dapat membantu saudaranya yang ditimpa musibah,
selanjutnya bagian tertentu dari premi yang dikumpulkan dapat di investasikan dikalangan umat
Islam sendiri. Ini berarti uang ini akan membantu percepatan kemajuan ekonomi dikalanagn
6


uamat Islam. Dilihat dari segi prinsip yang ditawarkan, uamat Islam juga merasa aman
berasuransi dengan asuransi syariah karena ia terbebas dari riba, gharar, maisri, dan lain-lain
yang membawa dosa.
2.3 Perbedaan Asuransi Konvensional dengan Asuransi Syariah
Perbedaan utama terletak pada prinsip dasarnya. Asuransi syariah menggunakan konsep
takalful, bertumpu pada sikap saling tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan
(wata’wanu alal birri wat taqwa) dan tentu saja memberi perlindungan (at-ta’min). satu sama
lain saling menanggung musibah yang dialami peserta lain. Allah SWT berfirman, “dan saling
tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketakwaan dan jangan saling tolong-menolong dalam
dosa dan permusuhan.”
Sedangkan pada asuransi konvensional dasar kesepakatannya adalah jual beli. Perbedaan
yang nyata juga terdapat pada investasi dananya. Pada takaful, investasi dana didasarkan sistem
syariah dengan sistem bagi hasil (mudarabah), sedangkan pada asuransi konvensial tentu saja
atas dasar atau riba (Advertorial Takaful, Republika, 11 juli 2012).
Demikian pula untuk premi yang terkumpul dari peserta. Pada sistem konvensional dana
itu jelas menjadi milik perusahaan asuransi. Tentu saja terserah pada perusahaan itu bila hendak
diinvestasikan kemanapun. Adapun pada asuransi takaful, dana itu tetap milik peserta.
Perusahaan hanya mendapat amanah untuk mengelolanya. Konsep ini menghasilkan perbedaan
pada perlakuan terhadap keuntungan. Pada takaful keuntunga dibagi antara perusahaan asuransi
dengan peserta, sedangkan pada sistem konvensional keuntungan menjadi milik perusahaan.

Satu hal yang sangat ditekankan dalam takaful adalah meniadakan tiga unsur yang selalu
dipertanyakan, yakni ketidak pastian, untung-untungan, dan bunga alias riba. Tentu saja
perusahaan yang bergerak dengan sistem takaful ini tidak melupakan unsur keutungan yang bisa
diperoleh nasabah.
Dari setiap premi yang dibayarkan, sekitar lima persen akan dimasukkan ke dana peserta.
Ini sebagai tabungan bila terjadi klaim peserta secara tiba-tiba. Dana yang sebesar lima persen itu
disebut dana tabarru’ . sumbangan (tabarru’) sama dengan hibah (pemberian), oleh karena itu
haram hukumnya ditarik kembali. Kalau terjadi peristiwa, maka diselesaikan menurut syariat.
Sisanya sebayak 95% akan segera ditanamkan sejumlah portofolio investasi yang sesuai
dengan sayriah Islam, yakni saham, reksa dana syariah, dana peyertaan langsung, dana talagan
deposito, serta hipotek. Setelah dikurangi beban asuransi, surplus kumpulan dana itu akan
7

dibagaikan kepada peserta denga sistem bagi hasil. Nisbahnya berkisar 70% untuk perusahaan
asuransi dan 30% untuk peserta. Proporsi ini bisa meningkat menjadi 60:40 bila saja hasil
investasi meningkat dengan tajam. Ii berlaku untuk semua produk asuransinya. Inilah yang
membedakan dengan produk asuransi konvensional. Pada asuransi konvensional keuntungan ii
terjadi milik perusahaan asuransi.
Dari ilustrasi itu, ilia keutungan akan diperoleh peserta sangat tergantung pada
kecerdikan manejemen mengelola duit nasabah. Dalam kondisi biasa-biasa saja, potensi
keuntungan yang akan diraup bisa mencapai delapan persen pertahun. Namunjika hasilnya
sedang bagus, peserta bisa meraih keuntungan hingga 16%.
Asuransi syariah sangat jauh berbeda dengan asuransi konvensional dari berbagai segi.
Dari prinsip produk, produk asuransi syariah bisa dimulai dengan mudharabah,wadhiah,
tabarru’, dan taawun. Jadi, kalau seseorang masuk asuransi perorangan dengan berunsur
tabungan dengan prinsip mudharabah, maka nasabah dikenakan iuran tabarru’, dalam jumlah
yang kecil, mungkin skitar enam persen dari uang, (premi) yang disetorkan, maka sebagian besar
uangnya adalah untuk investasi. Jadi, kalau ia berhenti ditengah jalan maka sepenuhnya uang
tersebut akan dikembalilkan oleh perusahaan. Kecuali yang enam persen tersebut yang sudah
menjadi hak orang ramai, dimana ia akan disimpan pada rekening tabarru’.
Sedangkan dalam asuransi konvensional, semua uang premi yang disetor oleh nasabah
dianggap pendapatan perusahaan yang digunakan untuk membayar klaim. Akibatnya, kalau
pembeli polis asuransi berhenti pada tahun pertama, maka semua uang nasabah menjadi milik
perusahaan. Dari contoh kasus diatas jelas terdapat karakteristik yang sangat berbeda antara
asuransi syariah dan asuransi konvensional. Jadi tidak mungkin undang-undang konvensional
terus dipaksakan kepada asuransi syariah, karena bisa terjadi moral hazard

dikalangan

pelaksana asuransi syariah.
2.4 Perkembangan Asuransi Syariah
Diantara perusahaan asuransi syariah itu, PT Asuransi Takaful keluarga termasuk yang
paling awal berdiri. Perusahaan ini antara lain memiliki produk yang terbagi dalam dua hal besar
yakni produk individu dan kumpulan. Produk individu antara lain Takaful Dana investasi, yang
diperuntukkan buat mereka yang bermaksud merencanakan pengumpulan dana untuk hari tua.
Kemudian ada juga Takaful Dana Haji, Takaful Al-Khairat yang diiatkan untuk memberi
santunan kepada ahli waris bila peserta meninggal dalam masa perjanjian, dan masih ada
8

sejumlah produk lain. Sedangkan produk kumpulan pada dasarnya sama denga produk individu.
Hanya bedanya produknya ditujukan pada lebaga, misalnya perusahaan, majelis taklim atau pu
organisasi lain.
Perusahaan takaful lainnya adalah PT Asuransi Takaful umum. Jeis produkya sama
seperti pada umumnya produk asuransi kerugian. Produk-produknya antara lain, takaful
kebakaran, takaful kendaraan bermotor, takaful rekayasa untuk perlindungan terhadap kerugian
yang berkaitan dengan pekerjaan pembangunan, dan masih ada lagi sejumlah produk.
Dalam perkembangan asuransi syariah di Indonesia mengikuti pola perkembangan
perbankan syariah, hingga bulan November 2005 asuransi syariah di Indonesia sebagai berikut:
1. Asuransi jiwa
a. PT Asuransi Takaful Keluarga
b. PT Asuransi Syariah Mubarakah
2. Asuransi Kerugian
a. PT Asuransi Takaful Umum
3. Asursi Jiwa Cabang Syariah
a. PT MAA Life Assurance
b. PT Asuransi Jiwa Great Eastern
c. PT Asuransi Bringin Life Sejahtera
d. Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912
e. PT BNI Life Insurance
f. PT Asuransi Jiwa Ekalife
g. PT Asuransi Panin Life TBK
h. PT Asuransi Allianz Life Indonesia
4. Asuransi Kerugian Cabang Syariah
a. PT Asuransi Tripkarta
b. PT Asuransi Bringin Sejahtera Artamakmur
c. PT MAA General Assurance
d. PT Asuransi Jasa Indonesia
e. PT Asuransi Central Asia
f. PT Asuransi Binagria Upakara
g. PT Asuransi Adira Dinamika
9

h. PT Asuransi Umum Bumida Bumiputra 1967
i. PT Asuransi Staco Jasa Pratama
j. PT Asuransi Sinar Mas
k. PT Asuransi Tokio Marine Indonesia
l. PT Asuransi Astra BUana
m. PT Tugu Pratama Indonesia
5. Reasuransi Divisi Khusus Syariah
a. PT Reasuransi International Indonesia (Reindo)
b. PT Reasuransi National Indonesia (Nasional Re)
6. Broker Asuransi Divisi Syariah
a. PT Fresnel Perdana Mandiri

10

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asuransi syariah sangat jauh berbeda dengan asuransi konvensional dari berbagai segi.
Dari prinsip produk, produk asuransi syariah bisa dimulai dengan mudharabah,wadhiah,
tabarru’, dan taawun. Jadi, kalau seseorang masuk asuransi perorangan dengan berunsur
tabungan dengan prinsip mudharabah, maka nasabah dikenakan iuran tabarru’, dalam jumlah
yang kecil, mungkin skitar enam persen dari uang, (premi) yang disetorkan, maka sebagian besar
uangnya adalah untuk investasi. Jadi, kalau ia berhenti ditengah jalan maka sepenuhnya uang
tersebut akan dikembalilkan oleh perusahaan. Kecuali yang enam persen tersebut yang sudah
menjadi hak orang ramai, dimana ia akan disimpan pada rekening tabarru’.

11

DAFTAR PUSTAKA
M. Luthfi Hamidi. Jejak-Jejak Ekonomi Syariah, Senanam Abadi Publishing, Jl. Hang Lekir VII,
No. 25 Jakarta Selatan 1212o
Mustafa Edwin Nasution, M.Se., MAEP, Ph.D., et al. Pengenalan Eklusif Ekonomi Islam,
Kencana Pranada Media Group, Jl. Lele I No. 7 Rawamangun- Jakarta 13220

12