LAPORAN PENDAHULUAN AUTISME PADA ANAK LA (1)

Sabtu, 07 April 2012

LAPORAN PENDAHULUAN AUTISME PADA ANAK
LAPORAN PENDAHULUAN
AUTISME PADA ANAK
A. KONSEP DASAR AUTISME

1. Pengertian
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai
dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Autism hingga saat ini masih belum jelas
penyebabnya. Dari berbagai penelitian klinis hingga saat ini masih belum terungkap
dengan pasti penyebab autisme. Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa Autisme
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh muktifaktorial dengan banyak
ditemukan kelainan pada tubuh penderita. Beberapa ahli menyebutkan autisme
disebabkan karena terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat bahwa
autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Terdapat juga pendapat seorang
ahli bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau
lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan
pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik
termasuk autisme.

Tetapi beberapa penelitian menunjukkan keluhan autism dipengaruhi dan
diperberat oleh banyak hal, salah satunya karena manifestasi alergi. Renzoni A
dkk tahun 1995 melaporkan autism berkaitan erat dengan alergi. Menage P tahun
1992 mengemukakan bahwa didapatkan kaitan IgE dengan penderita Autism.
Obanion dkk 1987 melaporkan setelah melakukan eliminasi makanan
beberapa gfejala autisme tampak membaik secara bermakna. Hal ini dapat juga
dibuktikan dalam beberapa penelitian yang menunjukkan adanya perbaikan gejala
pada anak autism yang menderita alergi, setelah dilakukan penanganan elimnasi
diet alergi. Beberapa laporan lain mengatakan bahwa gejala autism semakin buruk
bila manifestasi alergi itu timbul.

a. Menurut Pendapat Lain Autisme Berasal Dari Kata Auto Yang
Berarti Sendiri.
1) Autisme diartikan oleh Lei Kanner dalam penelitiannya
pada tahun 1943 adalah suatu gangguan metabolisme
tubuh yang dapat menyebabkan kelainan pada seseorang
sehingga secara tidak langsung individu tersebut dapat
dikatakan “ hidup dalam dalam dunianya sendiri” (Dr.
Melly Budhiman, 2002)
2)


Autisme infatil adalah salah satu kelainan psikosis (istilah umu yang dipakai untuk
menjelasakan suatu perilaku aneh dan tak dapat diprediksi berlanjut) yang berarti
penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas atau orang lain yang terjadi
pada masa usia anak-anak (M.Sacharin, 1993).

3)

4)

5)

6)

b.
1)
2)
3)
4)
5)

6)
7)

Autisme adalah ketidakmampuan anak untuk mengerti perilaku, apa yang mereka
lihat, dengan yang mengakibatkan masalah yang cukup berat dalam hubungan
sosialnya.
Autisme merupakan istilah untuk sekumpulan gejal / masalah gangguan
perkembangan pervasif pada 3 tahun pertama kehidupan karena adanya
abnormalitas pada pusat otak, sehingga terjadi gangguan dalam interaksi
sosialgangguan komunikasi dan gangguan perilaku.
Autisme merupakan anak yang mengalami gangguan perkembangan pervasif yang
ditandai dengan gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, komunikasi dan adanya
suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku minatdan
kegiatan yang terjadi pada anak sebelum umur 3 tahun.
Autisme bukanlah penyakit menular namun suatu gangguan perkembangan yang
luas yang ada pada anak. Bahkan ada seorang ahli yang mengatakan bahwa autisme
merupakan dasar dari manusia yang berkepribadian ganda (scizhophren).
Jenis Kelainan Autisme :
Childhood autisme yaitu kelainan pertumbuhan anak sejak lahir sampai usia 3
tahun.

Atypical autisme yaitu kelainan pertumbuhan pada anak sesudah usia 3 tahun.
Reff’s syndrom yang umumnya pada anak perempuan.
Overach disorder associated with Mental Retardation and Stereotyped Movement.
Childhood Disintegrative Disorders.
Asperges Syndrom.
Other persasive development Disorder.

2. Etiologi
Penyebab kelainan ini masih belum diketahui secara pasti dan masih dalam tahap penelitian, tetapi
dalam beberapa asumsi menyatakan bahwa penyebab dan faktor pencetus autisme dapat berasal,
dari (Dr. Melly Budhiman, 2002) :

a.

Lingkungan yang terpapar oleh organisme atau bahan beracun seperti virus,
jamur, rubella, herpes toxoplasma dalam vaksin imunisasi MMR (Mums, Measles,
Rubella), zat aditif yaitu MSG, pewarna, ethil mercury (Thimerosal) dalam
pengawetmakanan, serta beberapa logam berat seperti Arsen (As), Cadmium (Cd),
Raksa (Hg), Timbal (Pb), alergi berat, obat-obatan, jamu peluntur, muntah hebat,
perdarahan berat.

b. Adanya gangguan pencernaan dan radang dinding usus karena alergi sehingga
terjadi ketidak sempurnaan pencernaan kasein dan gluten.
c. Kelainan otak organik, hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan SSP yaitu
jumlah serat Purkinje Cerebellum yang diikuti oleh dampak menurunnya jumlah
serotonin sehingga jumlah rangsang informasi antar otak menurun. Pada struktur
sistem limbik otak yang mengatur emosi juga mengalami kelainan.
d. Faktor genesis atau keturunan (yang diperkirakan menjadi penyebab utama) dan
kelainan gen yang dapat menyebabkan gangguan proses sekresi logam berat dari
tubuh yang dapat berdampak pada keracunan otak. Hal ini dapat menjadi pencetus
autisme jika ada faktor pemicu lain yang ikut berperan.
Faktor pemicu lain yang berperan dalam timbulnya gejala Autisme adalah :

a.

Kelainan Otak Organik
Bagian otak yang mengalami kelainan adalah :

1) Lobus Parietalis otak, yang menyebabkan anak cuek terhadap lingkungannya.
2) Otak kecil (cerebellum) pada lobus VI dan VII yang bertanggung jawab pada proses
sensoris, daya ingat, berpikir, belajar berbahasa dan proses atensi (perhatian).

Juga didapatkan jumlah sel purkinje di otak kecil yang sangat sedikit, sehingga
terjadi gangguan keseimbangan serotonin dan dopamin, lalu terjadi kekacauan
impuls di otak.
3) Sistem Limbik yang disebut hippocampus dan amygdala, yang mengganggu fungsi
kontrol terhadap agresi dan emosi. Amygdala bertanggung jawab terhadap
berbagai rangsang sensoris, Hippocampus bertanggung jawab terhadap fungsi
belajar dan daya ingat, sehingga terjadilah kesulitan menyimpan informasi baru.
b. Faktor Genetika
Diperkirakan adanya kelainan kromosom pada anak autisme.
c. Gangguan Kehamilan dan Kelahiran
1) Gangguan pada ibu saat kehamilan semester pertama
Faktor pemicunya adalah : infeksi (toksoplasmosis, rubella, candida), logam berat
(Pb, Al, Hg, Cd), zat aditif (MSG, pengawet, pewarna), alergi berat, obat-obatan,
jamu peluntur, hiperemesis dan perdarahan hebat.
2)

Kelahiran yang lama (partus lama) dimana terjadi gangguan nutrisi dan oksigenasi pada janin serta
pemakaian forcep.

d. Lingkungan

Terjadi sesudah lahir yaitu infeksi ringan-berat pada bayi oleh karena
imunisasi MMR dan Hepatitis B (masih kontroversi), logam berat, zat pewarna dan
pengawet, protein susu sapi (kasein), protein tepung terigu (gluten), infeksi jamur
akibat pemakaian antibiotik yang berlebihan.

3. Gejala
Perilaku autisme dapat digolongkan dalam 2 jenis :
a. Eksesif (berlebihan) misalnya hiperaktif, tantrum, menjerit,
mengepak, menggigit, mencakar, memukul, sering terjadi
self abuse.
b.

a.
b.
c.
d.
e.

Defisit (kekurangan) misalnya gangguan bicara, perilaku sosial kurang sesuai,
defisit sensori, emosi tidak tepat (tertawa tanpa sebab, menangis tanpa sebab dan

melamun).
Umumnya penderita autis infantil memperlihatkan pertumbuhan fisik yang wajar
dan normal seperti pada tingkat kemampuan gerak (berjalan, merangkak, berdiri),
kemampuan bercakap-cakap, dan berinteraksi dengan lingkungannya. Anak dengan
autis juga dapat meniru beberapa lagu yang didengarkannya atau dapat
mengunakan panca indranya dengan normal dan luas ketika mengeksploraesi
lingkungannya. Walaupun terdapat kenormalan pada proses pertumbuhannya, pada
anak penderita autis didapati keterbatasan dalam memfungsikan organnya.
Misalnya :
Sulit berbicara (Aphasia), pada pertumbuhan anak normal didapati kelancaran
bicara pada usia 12-14 bulan.
Sulit menggerakkan badan karena gangguan saraf motorik (Apraxia).
Sulit menggerakkan otot (Athaxia)
Tangan terus bergerak dan tak terkendali (Athetoid).
Mengalami kesulitan membaca(Dyslexia).

f.
g.

h.

i.

a.
1)
2)
3)
4)
b.
1)
2)
3)
4)
c.
1)
2)
3)
4)
d.
1)
2)

3)
e.
4.

Mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata atau kalimat yang sulit dan rumit
(Dyphasia).
Sulit menggerakkan kaki dan tangan (Dyskinesia) karena kekakuan otot kaki dan
tangan (Spastic) atau kelemasan ototkaki dan tangan (hipotonic) sehingga tak
mampu untuk mengembangkan kemampun duduk, berdiri dan berjalan secara
mandiri, pada pertumbuhan anak normal didapati kemampuan untuk berdiri sendiri
dan berjalan pada usia 6-18 bulan.
Terdapat kegagalan untuk memberikan respon terhadap rangsang nyeri sehingga
anak sering terlihat menyakiti diri sendiri.
Mungkin didapatkan adanya kelainan bentuk jari tangan dan kaki yang nantinya
juga dapat mempengaruhi perkembangan mental, kejiwaan, dan intelektual.
Anak autis dapat menunjukkan pertumbuhan fisik normal hingga sekitar usia 2
tahun setelah itu didapati penurunan kesehatan yang drastic, Kriteria DSM-IV
(Diagnostik dan Stastistikal Manual) autisme ,Harus ada sedikitnya 6 gejala dari 1,2
dan 3
Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal 2 gejala :

Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai, kontak mata kurang,
ekspresi muka kurang hidup, gerak gerik kurang tertuju.
Tak bisa main dengan teman sebaya.
Tak dapat merasaka apa yang dirasa orang lain.
Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
Gangguan kualitatif dalam komunikasi
Bicara terlambat / bahkan sama sekali tak berkembang (dan tak ad usaha untuk
mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara).
Bila bisa bicara tak dipakai untuk komunikasi.
Cara main kurang variatif, kurang imajinatif, kurang bisa meniru.
Menggunakan bahasa aneh dan diulang.
Suatu pola yang dipertahankan dan diulang dari perilaku, minat dan kegiatan
Pertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang khas dan berlebih.
Terpaku suatu kegiatan ritualistik/ rutinitas tidak berguna, menolak suatu
perubahan.
Gerakan aneh yang khas dan diulang.
Sering terpukau pada bagian benda.
Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan / gangguan dalam bidang :
Interaksi sosial
Bicara dan berbahasa
Cara bermain yang kurang variatif
Bukan disebabkan oleh Reff’s Syndrom.
Ciri Dan Mitos Autisme
Referensi baku yang dipakai untuk menjelaskan jenis autisme adalah standar
Amerika DSM revisi keempat (Diagnostic and Statistical Manual) yang memuat
kriteria yang harus dipenuhi dalam melakukan diagnosa autisme. Diagnosa ini
hanya dapat dilakukan oleh tim dokter / praktisi ahli bersadarkan pengamatan
seksama terhadap perilaku anak autisme dan disertai konsultasi dengan orang tua
anak.

Pada kenyataanya, sangat sulit untuk membagi kategory / jenis autisme
mengingat tidak ada / jarang ditemukan antara satu dan lain penyandang autisme
yang mempunyai gejala yang sama. Setiap penyandang autisme mempunyai
ke-'khas'-annya sendiri sendiri. Dengan kata lain ada 1001 jenis atau mungkin satu
juta satu jenis autisme di dunia ini yang tidak dapat diperinci satu persatu. Istilah
yang lazim dipakai saat ini oleh para ahli adalah 'kelainan spektrum autisme' atau
ASD (Autism Spectrum Disorder).
Anak yang telah didiagnosa dan masuk dalam kategori PDD mempunyai
persamaan dalam hal kekurang mampuan bersosialisasi dan berkomunikasi akan
tetapi tingkat kelainan-nya (spektrum-nya) berbeda satu dengan lainnya.
Seperti dikatakan oleh Ibu Dra Dyah Puspita (psikolog) quote - karena begitu
banyaknya jenis / ciri penyandang autisme, sehingga lebih berupa rangkaian dari
kelabu muda sekali hingga kelabu tua sekali... (banyak nuansa-nya) . Penggunaan
istilah autisme berat/parah dan autisme ringan dapat menyesatkan karena jika
dikatakan berat/parah orang tua dapat merasa frustasi dan berhenti berusaha
karena merasa tidak ada gunanya lagi. Sebaliknya jika dikatakan ringan/tidak
parah maka orang tua merasa senang dan juga dapat berhenti berusaha karena
merasa anaknya akan sembuh sendiri. Pada kenyataannya, baik ringan ataupun
berat, tanpa penanganan terpadu dan intensif, penyandang autisme sulit mandiri unquote.
Agar dapat membantu melihat beberapa kelompok besar spektrum autisme
yang ada, dapat dilihat dari kategori utama dibawah ini:
a. Kelainan Autis
Ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi. Sampai dengan umur 3
tahun mempunyai daya imajinasi yang tinggi dalam bermain dan mempunyai
perilaku, minat dan aktifitas yang unik (aneh).
Dikategorikan sebagai ketidak mampuan dalam bersosialisasi dan mempunyai minat
dan aktifitas yang terbatas tanpa adanya keterlambatan dalam kemampuan
berbicara. Kecerdasannya berada pada tingkat normal atau diatas normal.
b. PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified)
Atau biasa disebut Autis yang tidak umum dimana diagnosis PDD-NOS dapat
dilakukan jika anak tidak memenuhi kriteria diagnosis yang ada (DSM-IV) akan
tetapi terdapat ketidakmampuan pada beberapa perilakunya.
c.

Kelainan Rett
Ketidakmampuan yang semakin hari semakin parah (progresif). Sampai saat ini
diketahui hanya menimpa anak perempuan. Pertumbuhan normal lalu diikuti
dengan kehilangan keahlian yang sebelumnya telah dikuasai dengan baikkhususnya kehilangan kemampuan menggunakan tangan yang kemudian berganti
menjadi pergerakan tangan yang berulang ulang dimulai pada umur 1 hingga 4
tahun.
d. Kelainan Disintegrasi Masa Kanak-kanak
Pertumbuhan yang normal pada usia 1 sampai 2 tahun kemudian kehilangan
kemampuan yang sebelumnya telah dikuasai dengan baik.
e. Kutipan dari tulisan Dr. Hardiono D. Pusponegoro SpA(K)

f.

g.

1.

2.
3.
4.

"Klasifikasi autisme ditentukan berdasarkan kesepakatan para dokter dan
dituangkan dalam Diagnostic and Statistical Manual IV (DSM-IV) atau International
Classification of Diseases 9 dan 10 (ICD-9 dan ICD-10). Dalam klasifikasi tersebut,
diagnosis autisme harus memenuhi syarat tertentu. Bila tidak memenuhi semua
kriteria diagnosis, digolongkan dalam PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorders
not otherwise specified). Akhir-akhir ini, banyak ditemukan kasus-kasus yang masih
sangat kecil dengan gejala yang tidak khas. Khusus untuk kasus-kasus ini, kriteria
DSM-IV atau ICD-9-10 sulit diterapkan. Beberapa peneliti mencoba membuat
klasifikasi khusus untuk anak yang masih kecil dengan fokus pada tahapan
perkembangan anak, disebut sebagai Diagnostic Classification: 0-3 (DC 0-3).
Walaupun klasifikasi ini belum diterima secara menyeluruh, ada baiknya kita
mempelajarinya. Dalam DC 0-3, ada beberapa klasifikasi untuk anak-anak yang
menunjukkan gejala mirip sekali dengan autisme misalnya Regulatory Disorder dan
Disorders of Relating and Communicating dengan MSDD (Multisystem
Developmental Disorder) sebagai salah satu contoh. Sebagian anak ini akan
berkembang menjadi autisme, namun banyak di antaranya yang sangat responsif
terhadap terapi dan berkembang menjadi anak yang normal. "
Pertanyaan seputar MSDD (Multisystem Developmental Disorder)
Dalam klasifikasi DSM IV tidak ada istilah MSDD. Hanya Gangguan Autistik
untuk yang memenuhi kriteria dan PDD NOS (Pervasive Developmental Disorders
Not Otherwise Specified) untuk yang tidak memenuhi kriteria.
Klasifikasi Yang Menyebut Tentang MSDD Dibuat Oleh Sekelompok Peneliti
Yangdisebut Sebagai Klasifikasi 0-3 (Diagnostic Classification:0-3).
DC:0-3 berpendapat bahwa ada kasus-kasus dimana gangguan interaksi dan
komunikasi terjadi sekunder terhadap kesulitan pemrosesan input sensoris,
sehingga kasus-kasus ini lebih fleksibel dan memberi respons yang baik terhadap
intervensi dini. Gangguan prosesing menyebabkan gangguan komprehensi/
pengertian, dan kesanggupan melakukan ekspresi atau aksi. Istilah MSDD
menggambarkan bahwa anak mengalami gangguan sensoris multipel
dan interaksi sensori-motor.
Ada 3 pola MSDD:
Pola A: Anak tidak mempunyai tujuan dan tidak mengadakan hubungan untuk
sebagian besar waktunya. Mereka menunjukkan kesulitan yang menonjol dalam
perencanaan gerak, sehingga tidak memperlihatkan suatu mimik yang sederhana
sekalipun.
Pola B: Anak-anak ini memperlihatkan pola hubungan yang intermiten.
Merekadapat menunjukkan mimik yang sesuai sekali-sekali.
Pola C: Anak-anak ini memperlihatkan hubungan yang lebih konsisten.Jadi bila
berpegang pada DSM-IV hanya ada Gangguan Autistik dan PDD-NOS,
Kalau berpegang pada DC:0-3 ada MSDD dengan 3 pola, pola A paling berat, B
lebih ringan, C paling ringan.
8. Indikator Perilaku
a.

Bahasa
1)

Ekspresi wajah yang datar

2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
b.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
c.
1)
2)
3)
4)
d.
1)
2)

Tidak menggunakan bahasa / isyarat tubuh
Jarang memulai komunikasi
Tidak meniru aksi dan suara
Bicara sedikit / tidak ada mungkin cukup verbal
Membeo kata / ekolia (bicara yang mengulang kata)
Intonasi atau ritme vokal yang aneh
Tampak tidak mengerti arti kata
Mengerti dan menggunakan kata secar terbatas (Literally, letterlik)
Hubungan dengan orang
Tidak responsif
Tidak ada senyum sosial
Tidak komunikasi dengan mata
Kontak mata terbatas
Tampak asyik bila dibiarkan sendiri
Tidak melakukan permainan giliran
Menggunakan tangan dewasa sebagai alat
Menarik diri
Hubungan dengan lingkungan
Bermain repetitif / diulang
Marah atau tidak menghendaki perubahan
Berkembangnya rutinitas yang kaku
Memperlihatkan ketertarikan sangat dan tidak fleksibel
Respon terhadap rangsangan indra
Kadang seperti tuli
Panik / ketakutan terhadap suara tertentu yang akan mengarah anak mangalami
gangguan mental psikotik paranoid, schizonypal (menyendiri), histionik (selalu
ingin diperhatikan).
3) Sensitif terhadap suara
4) Main dengan cahaya dan pantulan
5) Memainkan jari didepan mata
6) Tidak suka terhadap pakaian dan makanan tertentu
7) Tertarik pola/ tekstur/ bentuk tertentu
8) Hiper/ inaktif
9) Memutar-mutar, membentur-benurkan kepala, menggigit pergelangan
10) Lompat-lompat/ mengepakkan tangan
11) Tahan / respon aneh terhadap nyeri
12) Sering mengedipkan mata
13) Wajah sering menyeringai

9. Patofisiologi
Diperkirakan bahwa genetik merupakan penyebab utama
dari autisme. Tapi selain itu juga faktor lingkungan misal
terinfeksi oleh bahan beracunyang akan merusak struktur
tubuh. Selain itu bahan-bahan kimia juga dapat menyebabkan
autisme.karena kita ketahui bahwa bila bahan tersebut masuk
dalam tubuh akan merusak pencernaan dan radang dinding usus

karena alergi. Bahan racun masuk melalui pembuluh darah yang
bila tidak segera diatasi bisa menuju ke otak kemudian bereaksi
dengan endhorphin yang akan mengakibatkan perubahan
perilaku.
Anak dengan autisme mengalami gangguan pada otaknya
yang terjadi karena infeksi yang disebabkan oleh jamur, logam
berat, zat aditif, alergi berat,obat-obatan, kasein dan gluten.
Infeksi tersebut terjadi pada saat bayi dalam kandungan
maupun setelah lahir. Kelainan yang dialami anak autisme
terjadi pada otak bagian lobus parietalis, otak kecil
(cerebellum) dan pada bagian sistem limbik. Kelainan ini
menyebabkan anak mengalami gangguan dalam berpikir,
mengingat dan belajar berbahasa serta dalam proses atensi.
Sehingga anak dengan autisme kurang berespon terhadap
berbagai rangsang sensoris dan terjadilah kesulitan dalam
menyimpan informasi baru.
10. Terapi dan Penatalaksanan
Terapi dan stimulasi mana yang diperlukan? Kita kembali kepada kenyataan
bahwa terapi bersifat individual dan harus disesuaikan dengan umur, fase
perkembangan dan gejala yang ditemukan. Tidak ada metode yang 100% paling
baik untuk semua anak. Para terapis yang menggunakan berbagai metode berlainan
harus bekerjasama dengan baik. Bila kasus tidak mengalami kemajuan dengan satu
metode terapi, harus dilakukan terapi kombinasi atau dicari cara terapi yang lain.
Apakah peran obat-obatan? Karena penyebab belum diketahui dengan pasti,
obat biasanya hanya ditujukan untuk menghilangkan gejala yang sangat
mengganggu. Contoh paling klasik adalah perilaku self-injurious yang sangat
berbahaya karena anak mencoba melakukan hal yang menyakiti atau merusak diri
sendiri misalnya membenturkan kepala ke tembok atau lantai, memukul kepala
dengan sangat keras, atau menggigit anggota tubuhnya. Dua puluh persen
penyandang autisme mengalami kejang atau epilepsi. Hal ini juga harus mendapat
obat yang tepat. Ini berarti bahwa terapi obat untuk penyandang autisme bersifat
sangat individual. Bila dokter menganggap bahwa anak memerlukan pengobatan
khusus, sebaiknya hal tersebut didiskusikan dengan orang tua. Orang tua harus
mendapat penjelasan mengapa perlu diberikan, bagaimana cara mengkonsumsi
obat, efek samping yang mungkin terjadi dan lain-lain. Dokter juga harus
menghargai pendapat orang tua bila mereka tidak menginginkan terapi obatobatan.
Dalam bidang yang masih merupakan grey area, dokter dan orang tua harus
memahami bahwa tidak semua publikasi kedokteran atau publikasi lain adalah
benar atau sahih. Dokter harus mempelajari teknik menilai Evidence-based
medicine sehingga mereka dapat menentukan apakah suatu publikasi memang
benar atau kurang benar, dan mendiskusikan hal tersebut dengan orang tua.
Selanjutnya, karena ilmu kedokteran belum dapat memberi jawaban yang pasti,
muncul berbagai terapi komplementer dan alternatif. Bila terapi komplementer
dan alternatif ini memang merupakan hasil suatu penelitian yang sahih, pasti akan

a.

1)

2)

3)

b.

c.

di adopsi oleh dunia kedokteran sebagai terapi standar. Dokter dan orang tua harus
waspada terhadap laporan anekdotal, testimoni, serta berbagai klaim berlebihan
mengenai kesembuhan, terutama bila teknik pengobatan tersebut memerlukan
kepatuhan, waktu, enerji, dan biaya yang berlebihan.
Bila keluarga sudah memutuskan untuk memberikan terapi komplementer
atau alternatif, lakukanlah diskusi dengan dokter anda. Barangkali dokter dapat
memberi bantuan mengenai bagaimana cara mengevaluasi terapi, menentukan
hasil yang harus diperoleh, menentukan kemungkinan efek samping dan
menentukan apakah terapi dapat diteruskan karena bermanfaat atau dihentikan
karena tidak bermanfaat atau ada efek samping. Berilah kesempatan kepada
dokter untuk mempelajari terapi alternatif tersebut dan mendiskusikannya dengan
anda.
Akhirnya, khusus dalam bidang autisme tidak ada yang dapat mengklaim diri
sebagai pakar, tidak ada juga yang dapat mengklaim bahwa autisme milik suatu
subspesialisasi tertentu. Kerjasama antara dokter, terapis dan orang tua sangat
penting demi kemajuan anak, jangan saling merasa benar sendiri atau saling
menyalahkan.
Tetapi Menurut Beberapa Sumber Ada Terapi Yang Biasanya Digunakan Yaitu
:
Terapi perilaku misal dengan Tx. Okupasi, Tx. Wicara, sosialisasi dengan
menghilangkan perilaku yang tidak benar.
Terapi perilaku pada anak dengan autisme berguna untuk mengurangi perilaku
yang tidak lazim dan menggantinya dengan perilaku yang bisa diterima oleh
masyarakat.
Terapi Okupasi
Terapi okupasi pada anak dengan autisme bertujuan untuk membantu menguatkan,
memperbaiki koordinasi dan ketrampilan ototnya karena kadang anak autisme juga
mempunyai perkembangan motorik yang kurang baik.
Terapi Wicara
Speech Therapy merupakan suatu keharusan karena semua penyandang autisme
mempunyai keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa
Sosialisasi dengan menghilangkan perilaku yang tidak wajar
Terapi ini dimulai dari kepatuhan dan kontak mata, kemudian diberikan
pengenalan konsep atau kognitif melalui bahasa reseptif dan ekspresif. Setelah itu
barulah anak dapat diajarkan hal-hal yang bersangkutan dengan tata krama.
Terapi Biomedik
Obat-obatan untuk autisme sifatnya sangat individual dan perlu berhati-hati,
sebaiknya dosis dan jenisnya diserahkan kepada dokter spesialis yang memahami
autisme.
Jenis obat, food suplement dan vitamin yang sering dipakai saat ini untuk anak
autisme adalah risperidone (Risperdal), ritalin, baloperidol, pyridoksin (vit. B6),
DMG (vit. B15), TMG, magnesium, omega-3 dan omega- 6.
Sosialisasi school regular

d.

1)

2)

3)

Anak dengan autisme yang telah mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan
baik dapat dicoba untuk memasuki sekolah normal sesuai dengan umurnya.
Sekolah Khusus.
Di dalam pendidikan khusus ini biasanya telah diramu terapi perilaku, terapi
wicara dan terapi okupasi dan bila perlu dapat ditambah dengan terapi obatobatan, vitamin dan nutrisi yang memadai.
Pada saat ini masih belum terdapat terapi medis maupun psikologis yang
dianggap efektif dalam proses penyembuhan autis ini. Tujuan umum terapi pada
autis ini menurut Sacharin (1995) ialah untuk membantu mengatasi cacatnya dan
mengembangkan ketrampilan sosialnya. Farmakoterapi pada penderita auits hany a
bermanfaat untuk menangani masalah penyimpangan perilaku ( gelisah, selalu
ribut, dan berusaha untuk melukai diri sendiri)yaitu dengan Tionidazin dan
Klorpromazin. Keadaan
tidak
bisa
tidur
dapat
diatasi
dengan Sedatif(Kloralhidrat), konvulsi dapat diatasi dengan Antikonvulsant, dan
hiperkinesis dapat diatasi dengan diit bebas pengawet. Metode terapi non
farmakologis dapat berupa dukungan Reward-punishment yaitu pemberian haida
sebagai dorongan positif dan dorongan negatif berupa hukuman.
Sedangkan pada terapi yang diterapkan oleh Dr. Amdreas Rett
(Peduliautisme.org) didapatkan 3 buah langkah terapi yang disebut dengan
istilah Rehabilitasi :
Tahapan yang pertama adalah Rehabilitasi dasar, kegiatan ini ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan anak untuk menggerakkan tangan dan kaki, berbicara
dan mengenali suara senormal mungkin.
Tahap kedua adalah tahap Rehabilitasi lanjutan atau tahapfungsiologis yang
nantinya diarahkan untuk memulihakan kelemahan yang tak dapat diatasi pada
tahap sebelumnya, berisikan kegiatan pelatihan fisik lanjutan, pelatihan emosi
kejiwaan, dan peningkatan intelektualitasdasar anak secara padu dalam kelompok
bermain.
Tahap ketiga adalah tahap Rehabilitasi antisipasi Plateu or Pseudo-Stationery
Stage, yang diarahkan pada terapis dan orang tua anak untuk terus mengawasi
anak dari tahapan makin sulit bergerrak ( Late Motor Deterioration) walaupun pada
tahap 1 dan 2 telah mengalami kemajuan. Bentuk lain dari terapi autis yang ada
pada masa sekarang ini pelatihan oleh sekolah autis yang bekerja sama dengan
organisasi internasional penanggulangan autis yang salah satu bentuk
pengajarannya adalah dengan melatih anak dengan berbicara sambil menatap
wajah lawan bicara dan car duduk yang tenang. Informasi dalam bidang terapi
autis yang sedang trend saat ini adalah Kasein (susu, keju, yogurth, krim),
dan Glutein (terigu, tepung vanir, bulgur, gandum dan oath).
Keduanya adalah semacam protein enzim yang tak dapat dipecah oleh
metabolisme tubuh penderita autis, kerusakan mukosa kecil akan menyebabkan
bahan masuk melalui pembuluh darah. Bahan beracun dalam sawar darah terbawa
ke otak dan kemudian beraksi dengan endhorphin sehingga muncul gangguan
perilaku. Terapi seperti ini disebut terapi biomedis yang tujuannya adalah untuk
memperbaiki sistem pencernaan dan menurunkan jumlah alergen yang masuk.
Prinsip dari kelainan autis adalah kemunculannya disebabkan karena adanya daya

tahan tubuh anak yang menurun, sehingga prinsip pengobatan ialah untuk
meningkatkan kekebalan tubuh klien.
11. Lima Faktor Yang Mempengaruhi Kesembuhan :
a. Berat ringannya derajat
b. Usia anak pertama tidak ditangani secara benar dan teratur
c. Intensitas penanganan, metode menetapkan 40 jam perminggu
d. IQ anak
e. Keutuhan pusat bahasa di otak
B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Dalam mengkaji anak autis adalah :

a.
b.
c.
d.
2.

Pola tingkah laku anak
Cara mereka berinteraksi / berhubungan dengan orang lain
Cara berkomunikasi secara verbal
Perkembangan mental
Diagnosa
Sejauh ini tidak ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa langsung
autisme. Diagnosa yang paling tepat adalah dengan cara seksama mengamati
perlilaku
anak
dalam
berkomunikasi,
bertingkah
laku
dan
tingkat
perkembangannya. Dikarenakan banyaknya perilaku autisme juga disebabkan oleh
adanya kelainan kelainan lain (bukan autisme) sehingga tes klinis dapat pula
dilakukan untuk memastikan kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.
Karena karakteristik dari penyandang autisme ini banyak sekali ragamnya
sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan memeriksakan anak pada
beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit
anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya dibidang
autisme. Dokter ahli / praktisi profesional yang hanya mempunyai sedikit
pengetahuan / training mengenai autisme akan mengalami kesulitan dalam mendiagnosa autisme. Kadang kadang dokter ahli / praktisi profesional keliru
melakukan diagnosa dan tidak melibatkan orang tua sewaktu melakukan diagnosa.
Kesulitan dalam pemahaman autisme dapat menjurus pada kesalahan dalam
memberikan pelayanan kepada penyandang autisme yang secara umum sangat
memerlukan perhatian yang khusus dan rumit.
Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat disimpulkan sebagai hasil mutlak
dari kemampuan dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang tua mengenai
kronologi perkembangan anak adalah hal terpenting dalam menentukan keakuratan
hasil diagnosa. Secara sekilas, penyandang autisme dapat terlihat seperti anak
dengan keterbelakangan mental, kelainan perilaku, gangguan pendengaran atau
bahkan berperilaku aneh dan nyentrik. Yang lebih menyulitkan lagi adalah semua
gejala tersebut diatas dapat timbul secara bersamaan.
Karenanya sangatlah penting untuk membedakan antara autisme dengan
yang lainnya sehingga diagnosa yang akurat dan penanganan sedini mungkin dapat
dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat
Adapun Diagnosa Autis Yang Biasanya Terjadi Adalah :

a. Resiko terjadi trauma b/d keinginan untuk bunuh diri
b. Gangguan komunikasi verbal b/d keterlambatan dan gangguan Intelektual
c. Gangguan interaksi sosial b/d menarik diri

3. Implementasi
1.) Tujuan :
Agar anak dapat menghindari benda-benda tajam atau benda-benda yang
membahayakan dirinya.
a. Bina hubungan saling percaya
b. Hindari benda yang berbahaya di sekitar klien
c. Observasi perilaku yang membahayakan klien
d. Berikan aktivitas yang positif untuk mengembangkan kemampuan
e. Dorong anak agar mau bermain dengan teman-temannya sebagai alat untuk
distraksi agar tidak menyendiri
f. Beri reinforcement bila anak dapat mengurangi perilaku yang berbahaya
2.) Tujuan :
Anak dapat berkomunikasi dengan verbal sehingga ia dapat melakukan hubungan
sosial engan orang lain.
a. Bina hubungan saling percaya
b. Berikan stimuli untuk mengadakan interaksi dengan lingkungan misal dengan alat
permainan
c. Gunakan kata-kata / kalimat yang mudah dimengerti
d. Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan
e. Beri reinforcement bila anak berhasil
3.) Tujuan :
Anak mampu mengadakan interaksi sosial dengan lingkungan
a. Bina hibungan saling percaya
b. Seringlah berinteraksi dengan anak
c. Ajak anak untuk berinetraksi dengan teman sebayanya
d. Beri sentuhan lembut pada anak
4 Evaluasi
a. Memantau perilaku anak apakah masih melakukan tindakan yang sekiranya
membahayakan dirinya.
b. Mengobservasi kemampuan anak dalam berkomunikasi, apakah ada hambatan.
c. Mengobservasi anak dalam berinteraksi sosial dengan orang lain, apakah anak
sudah merasa senang dan nyaman.

REFERENSI :
Handojo. 2003. Auits. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer.
Soetjiningsih.1995. Tumbuh Kembang Anak..Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1998. Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta :
Infomedika.

Ward, N I. Assessment of chemical factors in relation to child hyperactivity. J.Nutr.&
Env.Med. (ABINGDON) 7(4);1997:333-342.
http://www.microsoft.com/isapi/redir/Autismepenelitian.autisme/padaanak/.dll?
prd=ie&pver=6&ar=msnhome
http://www.manajemenqolbu.com/new/isi/autisme/anak.2004.kolom.php?isi_id=303&produk_id=4
http://www.puterakembara.org/milis/journal/autisme5.shtml

htpp://www.allergycenter/allergy Hormone.
htpp://www.allergies/wkm/behaviour.
htpp://www.allergycenter/UCK/allergy.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25