ANALISIS PENERAPAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP BERWUJUD DAN PENGARUHNYA PADA LAPORAN KEUANGAN PTPN X PG WATOETOELIS – SIDOARJO

  

ANALISIS PENERAPAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP

BERWUJUD DAN PENGARUHNYA PADA LAPORAN

KEUANGAN PTPN X PG WATOETOELIS

  • – SIDOARJO

  

Sagita Santiana Dewi, Tri Lestari, Widya Susanti

  Progam Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Bhayangkara Surabaya sagitasantianadewi@gmail.com

  

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode penyusutan aktiva tetap yang digunakan perusahaan serta untuk mengetahui pengaruh penyusutan aktiva tetap tersebut pada laporan keuangan PTPN X PG Watoetoelis- Sidoarjo. Metode analisis yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil analisis dihitung dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus dan metode penyusutan hasil produksi. Jika menggunakan metode penyusutan hasil produksi biaya penyusutan yang dihasilkan memang lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan metode garis lurus, karena penyusutan setiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan hasil produksi. Sehingga akan menghasilkan laporan keuangan yang lebih wajar.

  Kata Kunci: Aktiva Tetap, Metode Penyusutan, Laporan Keuangan.

  

ABSTRACT

This study aims to find out the application method of fixed asset

depreciation which is used by the company as well as to know the effect of fixed

asset depreciation mentioned on the financial report of PTPN X PG (sugar mill)

Watoetoelis-Sidoarjo. The analysis method which is used is descriptive qualitative

method. The results of the analysis are calculated using the straight-line

depreciation method and depreciation method of production. If the researcher uses

the depreciation method of the result production, the depreciation fee that is

produced is lower than using the straight-line method, because the each period of

depreciation will fluctuate in accordance with the result of production. So it will

give more reasonable financial report output.

  Keywords: Fixed Asset, Depreciation Method, Financial report PENDAHULUAN

  Dalam perkembangan yang sudah semakin maju ini. Hal yang paling menonjol adalah perkembangan teknologi yang sangat cepat, sehingga dalam waktu yang relatif pendek teknologi yang lama akan semakin terbelakang. Untuk itu perusahaan harus memiliki strategi yang tepat agar dapat bersaing dengan perusahaan

  • – perusahaan lain. Suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri, jasa maupun dagang baik berskala besar maupun kecil selalu membutuhkan aktiva tetap agar dapat menjalankan aktivitas usahanya. Aktiva tetap merupakan salah satu bentuk investasi besar yang digunakan perusahaan dalam menjalankan usahanya, maka diperlukan pengelolaan yang efektif dalam penggunaan, pemeliharaan serta pencatatan yang benar. Aktiva tetap berwujud memiliki berbagai macam bentuk antara lain : tanah, bangunan, mesin, alat-alat, kendaraan, mebel dan lain-lain. Tanah merupakan aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas sedangkan bangunan, mesin, alat-alat, kendaraan, mebel dan lain-lain merupakan aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas tidak dilakukan penyusutan terhadap harga perolehannya, sedangkan aktiva tetap yang terbatas umurnya dilakukan penyusutan harga perolehannya. Manfaat yang diberikan aktiva tetap umumnya semakin lama semakin menurun manfaatnya, maka dengan berlalunya waktu dan nilai ekonomis suatu aktiva tetap tersebut harus dapat dibebankan dengan tepat dan salah satu caranya adalah dengan menggunakan metode penyusutan. Dalam menentukan metode penyusutan yang akan digunakan hendaknya mempertimbangkan keadaan yang mempengaruhi aktiva didalam perusahaan. Apabila menggunakan metode penyusutan yang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut, maka akan mempengaruhi pendapatan yang dilaporkan setiap periode akuntansi. Selain itu juga mempengaruhi nilai dari aktiva tetap itu sendiri.

  Pengertian aktiva tetap

  Merupakan aktiva yang digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa yang sifatnya relatif permanen, yang digunakan lebih dari satu periode akuntansi Aktiva tetap merupakan kelompok aktiva perusahaan yang memenuhi semua kriteria yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, dimiliki dengan tujuan untuk digunakan dalam aktivitas perusahaan, fisik barangnya dapat dilihat dan diraba, dan biasanya memiliki nilai perolehan yang relatif besar.

  “Menurut Baridwan (2014:271), Aktiva tetap berwujud adalah aktiva- aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal istilah relatif permanen menunjukkan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama”.

  Untuk tujuan akuntansi, jangka waktu penggunaan ini dibatasi dengan lebih dari satu periode akuntansi jadi aktiva berwujud yang umurnya lebih dari satu periode akuntansi dikelompokkan sebagai aktiva tetap berwujud.

  “aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode (Juan dan Wahyuni, 2012:340)

  ”.

  Pengelompokan Aktiva Tetap Berwujud

  Baridwan (2014:272), Aktiva tetap berwujud yang dimiliki perusahaan dapat mempunyai macam-macam bentuk. Dari macam-macam aktiva tetap berwujud tujuan untuk dilakukan pengelompokan adalah sebagai berikut : 1.

  Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan, pertanian dan peternakan

  2. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bisa diganti dengan aktiva tetap sejenis, misalnya bangunan, mesin, alat-alat mebel, kendaraan, dan lain-lain.

  3. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya sumber-sumber alam seperti tambang, hutan dan lain-lain.

  

Pengertian Penyusutan Aktiva Tetap adalah jumlah yang dapat disusutkan dari

  suatu aktiva sepanjang masa manfaatnya. Penyusutan terhadap aset tetap dimulai ketika aset tetap tersebut telah siap untuk digunakan yaitu telah berada pada lokasi dan kondisi yang dibutuhkan untuk beroperasi sesuai dengan tujuan manajemen. “Baridwan (2014:305), depresiasi/ Penyusutan adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi ”.

  “Waluyo (2014:120), penyusutan atau jumlah disusustkan (depreciable

  

amount ) adalah biaya perolehan suatu aset atau jumlah lain yang disubstitusikan

  untuk biaya dalam laporan keuangan dikurangi nilai sisa”. “Kartikahadi dkk (2012:344), penyusutan adalah proses pengalokasian biaya perolehan suatu aset tetap sedemikian sehingga jumlah yang dapat disusustkan dari suatu aset tetap dapat dialokasikan secara sistemastis selama umur manfaatnya”.

  Baridwan (2014:307), ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban penyusutan setiap periode. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1)

  Harga Perolehan (cost) Yaitu uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan biaya-biaya lain yang terjadi dalam memperoleh suatu aktiva dan menempatkannya agar dapat digunakan. 2)

  Nilai Sisa (residu) Nilai sisa suatu aktiva yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima apabila aktiva itu dijual, ditukarkan dengan cara-cara lain ketika aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual/menukarnya.

  3) Taksiran Umur Kegunaan (masa manfaat)

  adalah suatu aktiva dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaannya dan kebijakan-kebijakan yang dianut dalam reparasi. Taksiran umur ini bisa dinyatakan dalam suatu periode waktu, satuan hasil produksi atau satuan jam kerjanya. Dalam menaksir umur (masa manfaat) aktiva, harus dipertimbangkan sebab-sebab keausan fisik dan fungsional.

  Baridwan (2014:308), adapun metode penyusutan yang digunakan antara lain :

1. Metode Garis Lurus (straight-line method)

  Metode ini adalah metode depresiasi yang paling sederhana dan bayang digunakan. Dalam cara ini beban depresiasi tiap periode jumlahnya sama. Rumusnya sebagai berikut :

  Depresiasi = Harga Perolehan

  • – Nilai Residu Masa Manfaat 2.

  Metode Jam Jasa (service-hours method) Metode ini idasarkan pada anggapan bahwa aktiva (terutama mesin-mesin) akan lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya (full time) dibanding dengan penggunaan yang tidak sepenuhnya (part time). Rumusnya sebagai berikut :

  Depresiasi = Harga Perolehan – Nilai Residu Taksiran jam jasa 3.

  Metode Hasil Produksi (productive-output method) Dalam metode ini umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan unit hasil produksi. Beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga depresiasi setiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi dalam hasil produksi. Rumusnya sebagai berikut :

  Depresiasi per unit produksi = Harga Perolehan

  • – Nilai Residu Taksiran hasil produksi

  Beban Depresiasi = Tarif Depresiasi x jumlah produk yang dihasilkan 4.

   Metode Beban Berkurang (reducing-charge method):

  Dalam metode ini beban depresiasi tahun-tahun pertama akan lebih besar daripada beban depresiasi tahun-tahun berikutnya. Metode ini didasarkan pada teori bahwa aktiva yang baru akan dapat digunakan lebih efisien dibandingkan dengan aktiva yang lebih tua. Begitu pula dengan biaya reparasi dan pemeliharaannya. Ada empat cara menghitung beban depresiasi yang menurun dari tahun ke tahun yaitu:

  a.

   Jumlah Angka Tahun (sum of years-digits method)

  Metode ini sering disebut metode jumlah angka tahun yang akan menghasilkan jumlah penyusutan yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Rumusnya sebagai berikut :

  Jumlah angka tahun = [n (n+1)]

  2 b.

   Saldo Menurun (declining balance method)

  Dalam metode ini, besarnya biaya penyusutan semakin lama menjadi lebih kecil dari tahun ke tahun, dengan dasar pemikiran bahwa kapasitas aset tetap dalam memberikan jasanya dari tahun ketahun semakin menurun. Perhitungan biaya penyusutan dapat dirumuskan:

  T = 1

  • – n HP c.

   Double declining balance method

  Dalam metode ini, beban depresiasi tiap tahunnya menurun. Untuk dapat menghitung beban depresiasi yang selalu menurun, dasar yang digunakan adalah persentase depresiasi dengan cara garis lurus. Persentase ini dikalikan pada nilai buku aktiva tetap. Karena nilai buku selalu menurun maka beban depresiasi juga selalu menurun.

  d.

   Tarif Menurun (declining rate on cost method)

  Disamping metode-metode yang telah diuraikanm kadang-kadang dijumpai cara menghitung depresiasi dengan menggunakan tarif (%) yang selalu menurun. tarif (%) ini setiap periode dikalikan dengan harga perolehan. Penurunan tarif (%) setiap periode dilakukan tanpa menggunakan dasar yang pasti, tetapi ditentukan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan. Karena tarif (%)nya setiap periode selalu menurun maka beban depresiasinya juja selalu menurun.

  Pengertian Laporan Keuangan Dalam praktiknya laporan keuangan

  perusahaan tidak dibuat secara sembarangan, tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku. Hal ini dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca dan dimengerti.

  “Baridwan (2014:17), laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan”. “Harahap (2015:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”.

METODE PENELITIAN

  Pendekatan penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian kali ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, dimana penulis melakukan penelitian terhadap dokumen berupa data aktiva tetap dan laporan keuangan perusahaan. Penelitian ini juga bersifat deskriptif karena sifatnya yang menjabarkan suatu bentuk permasalahan atas suatu objek tertentu.

  Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data kuantitatif dan kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder PG. Watoetoelis. Unit analisis dalam penelitian ini adalah menganalisis penyusutan aktiva tetap berwujud dan pengaruhnya pada laporan keuangan PTPN X PG Watoetoelis

  • – Sidoarjo. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan Library research, observasi, dokumentasi dan wawancara.

  Teknik analisis yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu mengadakan penelitian secara langsung untuk mendapat informasi dan data yang kemudian informasi tersebut dikelola dan mengidentifikasi metode penyusutan aktiva tetap menurut kebijakan perusahaan dan menurut peneliti, kemudian menunjukkan keterkaitannya pada laporan keuangan perusahaan serta menarik kesimpulan berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dan memberikan saran kepada perusahaan yang bersangkutan atas penerapan metode penyusutan aktiva tetap.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  Semua unit PTPN X termasuk PG. Watoetoelis dalam hal penyusutan menggunakan metode penyusutan garis lurus untuk semua jenis aktiva yang dimilikinya. Karena metode penyusutan garis lurus adalah metode yang paling mudah dan sederhana dalam pelaksanaannya. Pabrik gula hanya melakukan proses giling setiap enam bulan sekali untuk satu kali produksi, maka dari hasil analisis penyusutan yang dilakukan peneliti dengan menggunakan metode penyusutan hasil produksi untuk aktiva tetap berupa mesin dan instalasi, hasilnya lebih akurat dikarenakan umur aktiva akan berkurang hanya saat dilakukan proses giling. Dari hasil analisis penyusutan dengan menggunakan metode hasil produksi didapatkan hasil yang lebih tepat dibanding dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus. Berikut adalah perbandingan selisih dari perhitungan metode garis lurus dan metode hasil produksi.

  Tabel 1 Perbandingan Akumulasi Penyusutan Mesin dan Instalasi Tahun Metode garis lurus Metode hasil produksi Selisih

  6.395.383.573 6.335.981.680 59.401.893 2013

  12.790.767.140

2014 12.304.295.556 486.471.584

  Sumber : Peneliti (2016)

  Dengan adanya selisih biaya penyusutan yang lebih rendah akan mengakibatkan akumulasi penyusutan yang disajikan juga terdapat selisih.

  Tabel 2 Perbandingan Beban Penyusutan Aktiva Tetap Tahun Menurut perusahaan Menurut peneliti Selisih

  11.906.583.445 6.804.073.430 5.102.510.015 2013

  12.769.229.945 6.436.405.626 6.332.824.319 2014

  Sumber : Peneliti (2016)

  Dengan adanya selisih beban penyusutan yang lebih rendah maka akan mempengaruhi laba yang dihasilkan perusahaan. Laporan keuangan PG. Watoetoelis sudah sesuai Standar Akuntansi Keuangan. Karena PG. Watoetoelis merupakan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang segala kegiatan usahanya sesuai dengan standar pemerintah. Setiap pembelian aktiva tetap di catat sesuai dengan harga perolehan dan biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat memperoleh aktiva tetap tersebut.

  SIMPULAN

  Berdasarkan pada hasil pengolahan dan analisis data dalam penelitian yang telah dilakukan penulis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. PG. Watoetoelis merupakan salah satu unit dari 11 pabrik gula yang tercatat pada PTPN X. pabrik gula merupakan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang segala kegiatan usahanya sesuai dengan standar pemerintah.

  2. PG. Watoetoelis mempunyai beraneka macam jenis aktiva tetap, aktiva tetap tersebut dikelompokkan dan dicatat perusahaan sesuai dengan jenisnya, antara lain : tanah, gedung dan penataran, mesin dan instalasi, jalan dan jembatan, alat pengangkutan, alat pertanian, dan inventaris kantor. Perusahaan memperoleh aktiva tetapnya dengan bertahap, Hal ini dikarenakan terbatasnya dana perusahaan. Perusahaan menggunakan metode penyusutan garis lurus karena dianggap paling mudah dalam pencatatannya, dan jumlah beban penyusutannya sama setiap periode.

  3. Kegiatan produksinya hanya dilakukan setiap enam bulan sekali, maka dianggap kurang tepat jika perusahaan menggunakan metode penyusutan garis lurus dikarenakan aktiva tetap yang berupa mesin dan instalasi akan mengalami penurunan masa manfaat hanya pada saat dilakukan proses giling saja yaitu setiap enam bulan sekali.

  4. Jika menggunakan metode penyusutan hasil produksi biaya penyusutan yang dihasilkan memang lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan metode garis lurus, karena penyusutan setiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan hasil produksi. Sehingga akan menghasilkan laporan keuangan yang wajar.

  SARAN

  Dari pembahasan yang telah dilakukan penulis diatas, maka penulis memberikan saran yang sekiranya bermanfaat sebagai berikut:

  1. Dalam menentukan metode penyusutan yang digunakan hendaknya perusahaan memilih metode yang paling sesuai dengan aktiva yang dimilikinya.

  2. Untuk aktiva tetap yang berupa mesin dan instalasi sebaiknya perusahaan menggunakan medode hasil produksi dikarenakan mesin-mesin tersebut hanya digunakan pada saat proses produksi yakni hanya selama enam bulan sekali. Karena jika menggunakan metode penyusutan hasil produksi penyusutannya akan berfluktuasi sesuai hasil produksi yang dihasilkan mesin-mesin tersebut, dan akan berpengaruh pada laporan keuangan perusahaan sehingga akan menampilkan laporan keuangan yang lebih wajar dibandingkan dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus.

DAFTAR PUSTAKA

  Baridwan, Zaki 2014, Intermediate Accounting, Edisi 8, Cetakan 6, BPFE, Yogyakarta. Harahap, Sofyan Syafri 2015, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Cetakan Kedua Belas, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Juan, Ng Eng. Wahyuni, Ersa Tri. 2012, Panduan Praktis Standar Akuntansi Keuangan, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta. Kartikahadi, Hans. Sinaga, Rosita Uli. Syamsul, Merliyana. Siregar, Sylvia

  Veronica. 2012, Akuntansi Keuangan berdasarkan SAK berbasis IFRS, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta. Waluyo 2014, Akuntansi Pajak, Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta.