ANALISIS PROFITABILITAS DITINJAU DARI PERPUTARAN KAS, PIUTANG, PERSEDIAAN DI PERUSAHAAN OPERATOR TELEKOMUNIKASI SELULER (BEI)

  ANALISIS PROFITABILITAS DITINJAU DARI PERPUTARAN KAS, PIUTANG, PERSEDIAAN DI PERUSAHAAN OPERATOR TELEKOMUNIKASI SELULER )

(BEI

Septian Ragil Anggita, Syafi’I, Nova Retnowati

  Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bhayangkara Surabaya

  

septian.anggita@gmail.com

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis profitabilitas ditinjau dari perputaran kas, piutang dan persediaan di perusahaan operator telekomunikasi seluler (BEI). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan metode dokumentasi. Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa profitabilitas di perusahaan operator telekomunikasi berbanding terbalik apabila ditinjau dari perputaran kas. Apabila ditinjau dari perputaran piutang, profitabilitas mengalami peningkatan apabila perputaran piutang meningkat dan mengalami penurunan apabila perputaran piutang menurun. Sedangkan ditinjau dari perputaran persediaan, perputaran persediaan yang meningkat tidak selalu membuat profitabilitas juga meningkat.

  Kata Kunci: Profitabilitas, Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan

  

ABSTRACT

This research aims to analyze profitability observed by cash turnover,

receivable turnover and inventory turnover in Cellular Operator Company (BEI).

  

The method used is a qualitative method. While data collection techniques this

research is literature study and documentation methods. From the analysis we

concluded that the profitability in the telecommunications operator inversely when

viewed from the cash turnover. When viewed from the accounts receivable

turnover, profitability increased if the receivable turnover increased and

decreased when the receivable turnover decreased. While looking at the inventory

turnover, inventory turnover increased not always make profitability also

increased.

  Keywords: Profitability, Cash Turnover, Receivable Turnover, Inventory Turnover

  PENDAHULUAN

  Di era globalisasi ini, telekomunikasi merupakan sarana yang sangat dibutuhkan dalam berkomunikasi oleh masyarakat luas tanpa harus bertemu bertatap muka secara langsung. Perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia pun berkembang begitu pesat. Seiring dengan perkembangan pesatnya, industri telekomunikasi saat ini juga sedang dalam proses adaptasi dengan era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

  Belum lama ini, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara berencana untuk merampingkan dan memangkas jumlah operator layanan telekomunikasi dari 7 operator menjadi 4 operator pada 5 tahun yang akan datang. Menilik wacana konsolidasi antara operator telekomunikasi dan perampingan jumlah operator telekomunikasi di Indonesia pada 5 tahun kedepan, maka para perusahaan operator telekomunikasi harus bersiap-siap dan mengatur strategi untuk rencana konsolidasi dan kerjasama dengan operator telekomunikasi lainnya. Tentunya manajemen masing-masing perusahaan akan mengambil keputusan yang paling menguntungkan bagi kedua belah pihak yang akan berkonsolidasi. Dalam hal ini rekam kinerja keuangan perusahaan dalam mencapai laba (profitabilitas) menjadi salah satu tolak ukur pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk berkonsolidasi.

  Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Harahap, 2008:304). Dalam ilmu manajemen keuangan, profitabilitas erat kaitannya dengan penggunaan modal dalam badan usaha sehari-hari. Modal yang dipergunakan untuk kegiatan usaha ini disebut modal kerja. Komponen modal kerja tersebut adalah kas dan bank, piutang dan persediaan. Semakin pendek periode perputaran modal kerja berarti semakin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputaran. Lamanya periode perputaran tergantung sifat atau kegiatan operasi suatu perusahaan, lama atau cepatnya perputaran ini juga akan menentukan besar atau kecilnya kebutuhan modal kerja. Perputaran modal kerja yang rendah bisa disebabkan karena rendahnya perputaran persediaan, perputaran piutang dan saldo kas yang terlalu besar (Munawir, 2002 : 80). Saldo kas yang terlalu besar, berarti menunjukkan perputaran kas yang rendah.

  Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan operator telekomunikasi seluler yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2013, diketahui bahwa laba bersih Indosat (ISAT), Smartfren Telecom (FREN) danXL Axiata (EXCL)mengalami penurunan. SedangkanTelkom (TLKM) dan Bakrie Telecom (BTEL)danlabanya mengalami peningkatan, walapun untuk Bakrie Telecom posisi laba dalam keadaan minus. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa laba bersih perusahaan mengalamipenurunan sebesar 60% dan kenaikan sebesar 40%, hal ini dapat berdampak kurang baik bagi pengelolaan aset lancar khususnya kas, piutang dan persediaan dalam mengevaluasi volume penjualan dan investasi tertentu perusahaan.

  Dari data yang diperoleh, jumlah kas yang dimiliki olehSmartfren Telecom (FREN), XL Axiata (EXCL) dan Telkom (TLKM) mengalami kenaikan. SementaraIndosat (ISAT) danBakrie Telecom (BTEL) mengalami penurunan.Dari data tersebut dapat diketahui bahwa total kas dan setara kas perusahaan mengalami kenaikan 60% dan penurunan sebesar 40%. Hal ini menunjukkan total kas lebih besar daripada periode sebelumnya. Seharusnya dengan dana kas yang bertambah, maka perusahaan dapat lebih maksimal dalam mendapatkan laba, namun yang terjadi laba perusahaan operator telekomunikasi seluler turun.

  Begitu juga halnya dengan piutang Indosat (ISAT), Smartfren Telecom (FREN), Telkom (TLKM) dan XL Axiata (EXCL) mengalami kenaikan sedangkan Bakrie Telecom (BTEL) mengalami penurunan. Dari data tersebut diketahui bahwa piutang perusahaan mengalami kenaikan sebesar 80% dan penurunan sebesar 20%. Dengan kata lain investasi perusahaan dalam piutang cukup besar sehingga perusahaan harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dikarenakan piutang yang lumayan tinggi.

  Mengenai data persediaan, data yang diperoleh menunjukkan bahwa persediaan Indosat (ISAT), Smartfren Telecom (FREN), Telkom (TLKM) dan XL Axiata (EXCL) mengalami penurunan sedangkan Bakrie Telecom (BTEL) mengalami kenaikan. Dari data tersebut, diketahui bahwa persediaan perusahaan mengalami penurunan sebesar 80% dan kenaikan sebesar 20%. Hal ini berarti persediaan perusahaan tidak menumpuk lebih banyak daripada tahun sebelumnya. Persediaan yang tidak menumpuk menunjukkan bagusnya perputaran persediaan namun seharusnya dengan bagusnya perputaran persediaan juga diiringi dengan peningkatan laba.

  Perputaran kas, piutang dan persediaan yang kurang optimal, dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Dari fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian analisis profitabilitas ditinjau dari perputaran kas, piutang dan persediaan di perusahaan operator telekomunikasi seluler (BEI).

  Profitabilitas

  Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba (keuntungan) dari kegiatan bisnis yang dilakukannya dalam suatu periode tertentu. Profitabilitas menunjukkan efektivitas manajemen perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya perusahaan secara maksimal untuk mencapai keuntungan yang maksimal pula. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Harahap, 2008:304).

  Pengukuran Tingkat Profitabilitas

  Menurut Hanafi, mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, ada tiga rasio yang sering digunakan, yaitu profit margin, return on asset (ROA) dan return on equity (ROE):

  Profit Margin 1.

  Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan

  laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa juga diinterprestasikan sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu (Hanafi, 2013:42). Rumus profit margin dihitung sebagai berikut :

  Laba Bersih Profit Margin =

  Penjualan

  Profit margin yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan

  laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Secara umum, rasio yang rendah menunjukkan ketidakefisenan manajemen. Rasio ini cukup bervariasi dari satu industri ke industri lainnya. Sebagai contoh, industri ritel cenderung mempunyai profit margin yang lebih rendah dibandingkan dengan industri manufaktur. Return On Assets (ROA) 2.

  ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu (Hanafi, 2013:42). Rumus menghitung ROA adalah sebagai berikut:

  Laba Bersih ROA =

  Total Asset Pada ROA, rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan aset, yang berarti semakin baik. Return Of Equity (ROE) 3.

  ROE mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan modal tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dilihat dari sudut pandang pemegang saham (Hanafi, 2013:42). Rumus menghitung ROE adalah sebagai berikut:

  Laba Bersih ROE =

  Modal Saham Angka yang tinggi untuk ROE menunjukkan tingkat profitabilitas yang tinggi.

  Rasio ROE tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang saham. Karena itu rasio ini bukan pengukur return (tingkat pengembalian) yang diterima pemegang saham yang sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat penggunaan utang (leverage keuangan) perusahaan.

  Kas

  Menurut Atmaja, kas merupakan aktiva yang tidak memberikan penghasilan (non earning asset). Kas dibutuhkan untuk membayar gaji dan bahan baku, membeli aktiva tetap, membayar pajak, melunasi utang, membayar dividen, dan lain-lain (Atmaja, 2008:385). Menurut Hanafi, kas merupakan aset yang paling tidak produktif dibandingkan aset lainnya. Karena itu ditinjau dari sisi produktivitas, memegang aset seminimal mungkin merupakan pilihan yang baik untuk perusahaan (Hanafi, 2013:537). Menurut Zaki Baridwan, kas merupakan suatu alat pertukaran dan juga digunakan sebagai ukuran dalam akuntansi. Dalam neraca, kas merupakan aktiva yang paling lancar, dalam arti paling sering berubah (Baridwan, 2008:83).

  Perputaran Kas

  Perputaran kas (cash turnover) adalah perbandingan antara sales dengan jumlah kas rata-rata (Riyanto, 2012:95). Perputaran kas adalah perputaran sejumlah modal kerja yang tertanam dalam kas dan bank dalam satu periode akuntansi. Perputaran kas. Diketahui dengan membandingkan antara jumlah pendapatan dan pemberian pinjaman dengan jumlah kas rata-rata. Dengan demikian tingkat perputaran kas menunjukkan kecepatan kembalinya modal kerja yang tertanam pada kas atau setara kas menjadi kas kembali melalui penjualan atau pendapatan. Pengertian perputaran kas menurut Riyanto apabila dirumuskan adalah sebagai berikut:

  Penjualan Perputaran kas =

  Rata-rata kas

  Piutang

  Menurut Prastowo dan Julianty, piutang berisikan pemberian kredit yang diberikan perusahaan kepada konsumennya ketika menjual barangnya. Mereka mengambil setiap bentuk penjualan kredit dimana perusahaan meneruskannya kembali kepada perusahaan lain (Prastowo dan Juliaty, 2002:147). Sedangkan menurut Martono, piutang merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggang/pembeli atau pihak lain yang menjual produk perusahaan secara kredit (Martono, 2010:95).

  Perputaran Piutang

  Piutang dalam suatu perusahaan hendaknya harus selalu dalam keadaan berputar. Makin cepat perputaran piutang makin baik pula kondisi keuangan perusahaan. Tingkat perputaran piutang dapat diketahui dari jumlah penjualan kredit selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang (Riyanto, 2012:90).

  Persediaan

  Menurut Rangkuti, persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang- barang milik perusahaan dengan tujuan untuk dijualdalam suatu periode tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi (Rangkuti, 2007:1). Sedangkan menurut Riyanto, persediaan merupakan elemen utama dari modal kerja yang merupakan aktiva dalam keadaan selalu berputar dan terus-menerus mengalami perubahan (Riyanto, 2010:70).

  Perputaran Persediaan

  Menurut Sudana (2009:24), inventory turnover ratio mengukur perputaran persediaan dalam menghasilkan penjualan, dan semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif dan efisien pengelolaan persediaan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk menghasilkan penjualan, dan sebaliknya.

  Pendekatan penelitian yang digunakan lebih bersifat kualitatif karena lebih mengutamakan analisis perputaran kas, piutang, persediaan terhadap profitabilitas. Dalam analisisnya, peneliti akan membandingkan hasil perputaran kas, piutang dan persedian perusahaan terhadap profitabilitas dan menginterpretasikan hasil perbandingan tersebut untuk mengetahui hubungan perputaran kas, piutang dan persediaan terhadap profitabilitas.

  Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau data yang diperoleh dari pihak lain diluar perusahaan. Adapun data yang diperoleh merupakan data kuantitatif dan data kualitatif Peneliti menggunakan sumber data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Data diperoleh dari Bursa Efek Indonesia melalui situs website-nya di www.idx.co.id.

  Dalam mengumpulkan data yang diperlukan penulis menggunakan beberapa tehnik yaitu: 1. Studi Kepustakaan. 2. Metode Dokumentasi. Dalam mengadakan penilaian atau perhitungan, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:

  Menghitung perputaran kas berdasarkan rumus Riyanto (2012:95) sebagai 1. berikut:

  Penjualan Perputaran kas = = … kali

  Rata-rata Kas Menghitung perputaran piutang berdasarkan rumus Riyanto (2012:90) sebagai 2. berikut:

  Penjualan kredit Perputaran Piutang =

  = … kali Piutang Rata-rata Menghitung perputaran persediaan berdasarkan rumus Sudana (2009:24) 3. sebagai berikut:

  Penjualan Perputaran Persediaan =

  = … kali Persediaan

  4. Menghitung profitabilitas berdasarkan rumus rasio yang sering digunakan oleh Hanafi (2013:42) sebagai berikut: Laba Bersih

  Profit margin =

  Penjualan

  Laporan keuangan perusahaan operator telekomunikasi seluler di Bursa Efek Indonesia untuk periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 yang tersaji sebagai berikut:

  

Tabel 1 Laporan Keuangan Perusahaan Operator Telekomunikasi Seluler

2011-2014

Nominal (Dalam Jutaan Rupiah)

  Perusahaan Rekening 2011 2012 2013 2014 Kas 2.224.206 3.917.236 2.233.532 3.480.011 Piutang 1.505.756 2.061.160 2.284.633 2.101.127 Persediaan 75.890 52.556 36.004 49.408 Indosat Penjualan 20.529.292 22.418.812 23.855.272 24.085.101 EBIT 1.331.357 461.618 (3.333.837) (1.935.901) EAT (Laba Bersih) 1.066.744 487.416 (2.666.459) (1.858.022) Kas 227.343 141.301 915.087 721.857 Piutang 59.298 80.885 200.550 245.086 Persediaan 186.592 350.893 343.822 419.187

  Smartfren Penjualan 954.331 1.649.166 2.428.857 2.954.410 EBIT (2.649.495) (1.811.605) (2.708.059) (1.405.211) EAT (Laba Bersih) (2.400.247) (1.563.090) (2.534.463) (1.379.003) Kas 9.634.000 13.118.000 14.696.000 17.672.000 Piutang 5.250.000 5.409.000 6.421.000 6.848.000 Persediaan 758.000 579.000 509.000 474.000 Telkom Penjualan 71.253.000 77.143.000 82.967.000 89.696.000 EBIT 20.857.000 24.228.000 27.149.000 28.784.000 EAT (Laba Bersih) 15.470.000 18.362.000 20.290.000 21.446.000 Kas 998.113 791.805 1.317.996 6.951.316 Piutang 669.978 527.621 1.332.444 1.187.665 Persediaan 66.595 49.807 49.218 77.237

  XL Axiata Penjualan 18.260.144 20.969.806 21.265.060 23.460.015 EBIT 3.864.643 3.751.421 1.389.667 (1.069.786) EAT (Laba Bersih) 2.830.101 2.764.647 103.287 (891.063)

  Analisis Perputaran Kas

  Kas merupakan aset yang paling lancar di dalam neraca, dalam arti paling sering berubah. Hampir pada setiap transaksi dengan pihak luar selalu mempengaruhi kas. Saldo kas yang besar maupun kecil belum dapat digunakan sebagai tolak ukur bahwa pengelolaan kas dalam perusahaan sudah efisien. Untuk mengetahui seberapa efisien pengelolaan kas dapat dilihat dari tingkat perputaran kas dalam perusahaan. Hasil perputaran kas pada perusahaan yang diteliti untuk periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 tersaji dalam tabel sebagai berikut:

  

Tabel 2

Perputaran Kas Perusahaan-Perusahaan Operato Telekomunikasi Seluler Tahun 2011-2014

  Perputaran Kas Perusahaan (dalam satuan kali) Perusahaan 2011 2012 2013 2014

  Indosat

  10

  7

  8

  8 Smartfren

  8

  9

  5

  4 Telkom

  8

  7

  6

  6 XL Axiata

  27

  23

  20

  6 Bakrie Telecom

  13

  14

  16

  49 Sumber: Peneliti (2016) Data tersebut diatas adalah data untuk masing-masing perusahaan operator telekomunikasi seluler yang terdaftar di BEI Tahun 2011-2014. Untuk mengetahui perputaran kas perusahaan operator telekomunikasi seluler, maka peneliti menghitung perputaran kas rata-rata setiap tahun untuk dapat mewakili perputaran kas perusahaan operator telekomunikasi seluler yang terdaftar di BEI sebagai berikut:

  Perputaran Kas = (10 + 8 + 8 + 27 + 13)/5 = 66/5 = 13,2 2011 kali Perputaran Kas = (7 + 2012 9 + 7 + 23 + 14)/5 = 60/5 = 12 kali Perputaran Kas = (8 + 2013 5 + 6 + 20 + 16)/5 = 55/5 = 11 kali Perputaran Kas = (8 + 2014 4 + 6 + 6 + 49)/5 = 73/5 = 14,6 kali

  Hasil perhitungan peneliti, perputaran kas pada perusahaan operator telekomunikasi seluler pada tahun 2011-2013 mengalami penurunan dan meningkat kembali di tahun 2014.

  Analisis Perputaran Piutang

  Piutang merupakan salah satu unsur aktiva lancar dalam neraca yang memiliki perputaran yang cepat (kurang dari 1 tahun). Sebagai salah satu bentuk investasi yang tak berbeda dengan investasi kas, persediaan dan lain-lain, maka dengan adanya piutang perusahaan harus menyediakan dana untuk diinvestasikan ke dalam piutang. Tingkat perputaran piutang dapat diketahui dari jumlah penjualan kredit selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang. Hasil perputaran piutang pada perusahaan yang diteliti untuk periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 tersaji dalam tabel sebagai berikut:

  

Tabel 3

Perputaran Piutang Perusahaan-Perusahaan Operator Telekomunikasi Seluler Tahun 2011-2014

  Perputaran Piutang (Dalam Satuan Kali)

  Perusahaan 2011 2012 2013 2014 Indosat

  13

  13

  11

  11 Smartfren

  20

  24

  17

  13 Telkom

  15

  14

  14

  14 XL Axiata

  30

  35

  23

  19 Bakrie Telecom

  31

  30

  28

  21 Sumber: Peneliti (2016) Data tersebut diatas adalah data untuk masing-masing perusahaan operator telekomunikasi seluler yang terdaftar di BEI Tahun 2011-2014. Untuk mengetahui perputaran piutang perusahaan operator telekomunikasi seluler, maka peneliti menghitung perputaran piutang rata-rata setiap tahun untuk dapat mewakili perputaran piutang perusahaan operator telekomunikasi seluler yang terdaftar di BEI sebagai berikut:

  Perputaran Piutang 2011 = (13 + 20 + 15 + 30 + 31)/5 = 109/5 = 21,8 kali Perputaran Piutang 2012 = (13 + 24 + 14 + 35 + 30)/5 = 116/5 = 23,2 kali Perputaran Piutang 2013 = (11 + 17 + 14 + 23 + 28)/5 = 93/5 = 18,6 kali Perputaran Piutang 2014 = (11 + 13 + 14 + 19 + 21)/5 = 78/5 = 15,6kali

  Dari hasil perhitungan perputaran piutang, perusahaan operator telekomunikasi seluler mengalami kenaikan perputaran piutang hanya pada tahun 2012. Sedangkan pada tahun 2013 dan 2014 mengalami penurunan perputaran piutang.

  Analisis Perputaran Persediaan

  Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang penting sekali, karena berpengaruh langsung terhadap kemampuan perusahaan dalam memperoleh pendapatan. Karena itu, persediaan harus dikelola dengan biak dan dicatat dengan baik, agar perusahaan dapat menjual produknya dan memperoleh pendapatan yang maksimal. Perputaran persediaan dihitung dengan cara membagi penjualan dengan persediaan. Hasil perputaran persediaan pada perusahaan yang diteliti untuk periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 tersaji dalam tabel sebagai berikut:

  

Tabel 4

Perputaran Persediaan Perusahaan-Perusahaan Operator Telekomunikasi Seluler

  

Tahun 2011-2014

  Perputaran Persediaan Perusahaan (dalam satuan kali) Perusahaan 2011 2012 2013 2014

  42

  66 Indosat 271

  7 3 487 Smartfren

  11

  5

  7

  7

  13

  16 Telkom

  94

  3 3 189

  42

  43 XL Axiata 274

  1 2 304

  25

  20 Bakrie Telecom 152

  5 8 119 Sumber: Peneliti

  Data tersebut diatas adalah data untuk masing-masing perusahaan operator telekomunikasi seluler yang terdaftar di BEI Tahun 2011-2014. Untuk mengetahui perputaran persediaan perusahaan operator telekomunikasi seluler, maka peneliti menghitung perputaran persediaan rata-rata setiap tahun untuk dapat mewakili perputaran persediaan perusahaan operator telekomunikasi seluler yang terdaftar di BEI.

  Dari perhitungan perputaran persediaan pada perusahaan operator telekomunikasi seluler diperoleh hasil bahwa perputaran persediaan perusahaan mengalami peningkatan pada tahun 2011-2013 dan mengalami penurunan pada tahun 2014. Perputaran persediaan yang meningkat menunjukkan bagusnya pengelolaan persediaan, produk cepat terjual, produk selalu dalam keadaan baru dan tidak menumpuk lama di gudang sehingga tidak memerlukan investasi modal kerja yang berlebihan untuk persediaan.

  Analisis Profitabilitas

  Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan dalam pengukuran efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi.Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin. Hasil profitabilitas pada perusahaan untuk periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 tersaji dalam tabel sebagai berikut:

  

Tabel. 5

Profitabilitas Perusahaan-Perusahaan Operator TelekomunikasiSeluler

  

Tahun 2011-2014

  Profitabilitas Perusahaan 2011 2012 2013 2014

  Indosat 5% 2% -11% -8% Smartfren -252% -95% -104% -47% Telkom 22% 24% 24% 24%

  XL Axiata 15% 13% 0% -4% Bakrie Telecom -30% -133% -128% -243%

  Sumber: peneliti Data tersebut diatas adalah data untuk masing-masing perusahaan operator telekomunikasi seluler yang terdaftar di BEI Tahun 2011-2014. Untuk mengetahui profitabilitas perusahaan operator telekomunikasi seluler, maka peneliti menghitung profitabilitas rata-rata setiap tahun untuk dapat mewakili profitabilitas perusahaan operator telekomunikasi seluler yang terdaftar di BEI.

  Data hasil perhitungan profitabilitas diatas menunjukkan bahwa rasio profitabilitas perusahaan operator telekomunikasi seluler cenderung menurun. Bahkan profit margin perusahaan bernilai minus yang berarti perusahaan mengalami kerugian. Rasio profitabilitas turun menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba menurun.

  Profitabilitas Ditinjau dari Perputaran Kas

  Untuk mengetahui hubungan perputaran kas dan profitabilitas, maka peneliti membuat grafik perbandingan perputaran kas terhadap profitabilitas pada perusahaan operator telekomunikasi seluler sebagai berikut: Dari gambar 1 diketahui bahwa profitabilitas perusahaan operator telekomunikasi seluler meningkat tajam pada tahun 2012 namun berbanding terbalik dengan perputaran kas yang mengalami sedikit penurunan. Di tahun 2013, perputaran kas mengalami sedikit penurunan dan profitabilitas mengalami penurunan yang tajam. Di tahun 2014, perputaran kas yang meningkat juga berbanding terbalik dengan profitabilitas yang mengalami penurunan tajam. Hal ini menunjukkan bahwa perputaran kas yang menurun tidak diikuti oleh penurunan profitabilitas, begitu juga sebaliknya apabila perputaran kas meningkat tidak pula diikuti oleh peningkatan profitabilitas. Hal ini dapat saja terjadi karena penjualan yang menurun sedangkan dari sisi kas juga mengalami penurunan saldo yang lebih tajam sehingga perputaran kas mengalami peningkatan. Walaupun perputaran kas mengalami peningkatan, dikarenakan penjualan yang menurun, maka profitabilitas juga ikut menurun.

  Profitabilitas Ditinjau dari Perputaran Piutang

  Untuk mengetahui hubungan perputaran piutang dan profitabilitas, maka peneliti membuat grafik perbandingan perputaran piutang terhadap profitabilitas pada perusahaan operator telekomunikasi seluler. Diketahui bahwa perputaran piutang pada tahun 2012 mengalami peningkatan demikian juga dengan profitabilitas yang mengalami peningkatan. Pada tahun 2013-2014 perputaran piutang dan profitabilitas sama-sama mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan perputaran piutang akan diikuti oleh peningkatan profitabilitas dan penurunan perputaran piutang juga akan membuat profitabilitas pada perusahaan operator telekomunikasi seluler menurun.

  Profitabilitas Ditinjau dari Perputaran Persediaan

  Untuk mengetahui hubungan perputaran persediaan dan profitabilitas, maka peneliti membuat grafik perbandingan perputaran persediaan terhadap profitabilitas pada perusahaan operator telekomunikasi seluler sebagai berikut:

  400 300

  Profitabilit as 200 100 Perputar an persedia an 2011 2012 2013 2014

  • 100

  Gambar 1 Perbandingan perputaran persediaan terhadap profitabilitas pada perusahaan operator telekomunikasi seluler tahun 2011-

  2014 Dari gambar 1 diketahui bahwa pada tahun 2012, perusahaan operator telekomunikasi seluler mengalami peningkatan perputaran persediaan dan profitabilitas. Pada tahun 2013, perputaran persediaan terus meningkat namun profitabilitas menurun. Sedangkan pada tahun 2014, perputaran persediaan mengalami penurunan begitu pula dengan profitabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya perputaran persediaan tidak selalu membuat profitabilitas pada perusahaan operator telekomunikasi seluler meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh penjualan yang menurun, namun persediaan juga menurun lebih tajam sehingga perputaran persediaan mengalami peningkatan. Namun dikarenakan dengan penjualan yang menurun, maka laba yang diperoleh perusahaan berkurang sehingga profitabilitas perusahaan menurun.

  SIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat mengambil simpulan sebagai berikut:

  1. Profitabilitas berbanding terbalik apabila ditinjau dari perputaran kas di perusahaan operator telekomunikasiseluler (BEI). Penurunan perputaran kas tidak membuat profitabilitas perusahaan menurun, profitabilitas tetap menunjukkan peningkatan. Sedangkan pada saat perusahaan mengalami peningkatan perputaran kas, profitabilitas perusahaan mengalami penurunan.

  2. Profitabilitas mengalami peningkatan apabila ditinjau dari perputaran piutang yang juga mengalami peningkatan di perusahaan operator telekomunikasi seluler (BEI). Hal yang sama terjadi pada penurunan perputaran piutang yang akan membuat profitabilitas perusahaan juga menurun.

  3. Profitabilitas tidak selalu mengalami peningkatan apabila ditinjau dari perputaran persediaan yang juga mengalami peningkatan di perusahaan operator telekomunikasiseluler (BEI). Terkadang peningkatan perputaran persediaan membuat profitabilitas perusahaan menurun.

  SARAN

  Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat peneliti kemukakan adalah sebagai berikut:

  1. Sebaiknya pihak perusahaan memperhatikan dan meningkatkan kualitas manajemen kas sehingga kas yang tersedia dapat berputar secara optimal dan laba yang diperoleh semakin maksimal.

  2. Sebaiknya pihak perusahaan lebih memperhatikan dan meningkatkan kualitas manajemen piutang supaya dapat segera berubah menjadi kas untuk dapat diputar kembali sehingga laba perusahaan semakin bertambah.

  3. Sebaiknya pihak perusahaan memperhatikan dan meningkatkan kualitas manajemen persediaan sehingga perputaran persediaan benar-benar optimal.

  Atmaja, L.S, 2008, Teori & Praktek Manajemen Keuangan, CV. Andi Offset, Yogyakarta. Baridwan, Z, 2008, Intermediate Accounting, EdisiKedelapan, BPFE, Yogyakarta. Hanafi, M.M, 2013, Manajemen Keuangan, EdisiSatu, Cetakan Keenam,

  BPFE, Yogyakarta. Harahap, S.S, 2008, Analisis Kritisatas Laporan Keuangan, Edisi Kesatu, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

  Martono, 2010, Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi Kesatu, Cetakan Kesatu, BPFE, Yogyakarta. Munawir, 2002, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempatbelas, Liberty, Yogyakarta. Prastowo, D dan Juliaty 2005, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

  Rangkuti, Freddy, 2007, Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis, PT.

  Rajagrafindo Persada, Jakarta. Riyanto, Bambang, 2010, Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Kesepuluh, BPFE, Yogyakarta.

  Riyanto, Bambang, 2012, Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan, EdisiKeempat, CetakanKeduabelas, BPFE, Yogyakarta. Sudana, I Made, 2009, Manajemen Keuangan Teori dan Praktik, Cetakan Pertama, AUP, Surabaya.