Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) untuk Meningkatkan Keterampilan Bekerjasama Siswa dalam Pelajaran TIK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD (STUDENT TEAMS

  KETERAMPILAN BEKERJASAMA SISWA DALAM PELAJARAN TIK ARTIKEL ILMIAH Diajaukan Kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer Peneliti : Edo Tri Pratama Putra (702012066) Program Studi Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2017

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD (STUDENT TEAMS

  

KETERAMPILAN BEKERJASAMA SISWA

1) 2)

DALAM PELAJARAN TIK

Edo Tri Pratama Putra Mila C Paseleng, S.Si., M.Pd.

  

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

1) 2)

Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711

  

Email : 702012066@student.uksw.edu, mila.paseleng@staff.uksw.edu

Abstract

  

The purpose of this research is to apply STAD cooperative learning method for

th

increase a teamwork skill through social media for 12 grades students in SMA N

  

1 Suruh at 2017/2018 academic year. The method of this research is classroom

action research (PTK). This method is conducted in two cycles also, the

techniques of data collection documented, observation, interview, and tes. The

research proves that the biggest improvement in teamwork skill, especially in

inviting the other member group to cooperate and achieve the team goals.

Facilitating students learning process outside school can be done through

Facebook as a social media.

  Keywords: STAD, Teamwork skill, Social Media

Abstrak

  Tujuan penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD untuk meningkatkan kemampuan bekerjasama berbantuan media sosial pada siswa kelas XII SMA N 1 Suruh Tahun Pelajaran 2017/2018. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) sebanyak dua siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi, wawancara, dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan terbesar pada kemampuan bekerjasama terutama mengajak teman lain bekerjasama demi mencapai tujuan bersama. Untuk memfasilitasi pembelajaran siswa pada saat di luar lingkup sekolah dapat di lakukan dengan menggunakan media sosial facebook.

  Keywords: STAD , Kemampuan bekerjasama, Media sosial

1. Pendahuluan

  Kerjasama merupakan bentuk hubungan antara beberapa pihak yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama dalam konteks pembelajaran yang melibatkan siswa yaitu, ketika siswa bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas kelompok. Dalam kegiatan ini mereka saling memberikan dorongan, anjuran, dan informasi pada teman sekelompoknya yang membutuhkan bantuan. Melalui kerjasama, siswa yang lebih paham akan memiliki kesadaran untuk menjelaskan kepada teman yang belum paham [1].

  Kurangnya kerjasama antar siswa dalam kelompok pada saat proses pembelajaran terutama dalam berdiskusi mengakibatkan diskusi berjalan kurang efektif sehingga tujuan dalam diskusi tidak tercapai [1]. Observasi yang di lakukan pada pembelajaran TIK kelas XII SMA N 1 Suruh menunjukkan bahwa terdapat siswa tidak mau menerima pendapat teman sekelompoknya dalam memecahkan masalah dan memilih berkelompok dengan teman yang akrab saja. Selain itu saat diskusi sedang berjalan, tidak semua siswa yang tergabung dalam kelompok ikut serta menyelesaikan tugas yang di berikan guru, siswa yang dianggap pandai selalu bekerja ekstra melebihi siswa yang lainnya. Kondisi tersebut menggambarkan proses kerjasama masih terbatas, seharusnya siswa tidak memilih kelompok dengan teman yang akrab saja, saling membantu, dan menghargai satu sama lain, hal ini mengakibatkan hubungan antara siswa dengan siswa kurang harmonis, tidak semua siswa dapat menguasai materi, dan proses kerjasama dalam kelompok memakan waktu lama, karena hanya satu dua orang saja dari lima orang yang mengerjakan tugas.

  Salah satu strategi yang di gunakan untuk mengembangkan dan memaksimalkan kerjasama di sekolah adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan kerjasama diantara siswa, mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan melatih rasa solidaritas sesama siswa, metode ini dapat membangun siswa untuk bekerjasama dan tanggung jawab [2]. Model pembelajaran Student

  Teams Archievement Division (STAD) merupakan salah satu bentuk

  pembelajaran kooperatif yang mengelompokkan siswa secara heterogen dan mengajarkan siswa untuk bisa bekerja sama sebagai tim tetapi tidak meninggalkan tanggung jawabnya secara individual untuk bisa menguasai materi. Penerapan STAD membutuhkan waktu yang lebih banyak, sehingga untuk memfasilitasi keterbatasan waktu pembelajaran di sekolah dapat dimanfaatkan teknologi seperti sosial media. Penggunaan sosial media seperti Facebook dapat memfasilitasi proses pembelajaran siswa di luar jam sekolah. Selain itu, siswa di SMA N 1 Suruh juga sudah memiliki akun Facebook. Facebook dapat membantu siswa untuk menyelesaikan tugas secara berkelompok, berbagi materi TIK, dan melatih tanggung jawab setiap individu untuk bekerja dalam kelompok [3].

  Berdasarkan permasalahan yang ada di SMA N 1 Suruh pada kelas XII

  IPA 2 pada mata pelajaran TIK maka di lakukan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD untuk meningkatkan kemampuan bekerjasama berbantuan media sosial pada siswa kelas XII SMA N 1 Suruh Tahun Pelajaran 2017/2018.

2. Kajian Pustaka

  Penelitian terkait penerapan STAD dan kerjasama siswa sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Nurlaela Qodriningsih dalam penelitiannya menunjukkan pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya terhadap kerja sama siswa. Metode yang digunakan adalah PTK (Penelitian tindakan kelas). Pada penelitian ini penerapan STAD menumbuhkan rasa solidaritas siswa terhadap siswa yang lain. Hasil ini diperkuat dengan nilai kerjasama di dalam observasi dan angket siswa yang meningkat. Nurlaela Qodriningsih memberikan solusi dalam memaksimalkan penggunaan waktu untuk pembentukan kerjasama yaitu dengan pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas [4]. Di dalam kerjasama terdapat Interaksi sesama siswa, seperti halnya yang di bahas pada penelitian Elsa Puji. Pada penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan interaksi siswa ke siswa melalui media sosial. Media sosial berfungsi sebagai tempat penyaluran ide dan gagasan penting yang diperoleh setiap hari, dengan begitu siswa dapat membagi ilmunya ke siswa yang lain tanpa malu jika terdapat kesalahan [5]. Berdasarkan kedua penelitian terdahulu ini menunjukkan bahwa penerapan STAD dapat melatih interaksi siswa di dalam lingkup sekolah maupun di luar lingkup sekolah dengan media sosial. Hal tersebut akan menumbuhkan rasa saling kerjasama mencari ide dan gagasan.

  Kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing [7]. Dengan bekerja sama, maka akan membuat kelompok kecil akan mampu mengatasi berbagai rintangan, bertindak mandiri, dan dengan penuh tanggung jawab, mengandalkan bakat setiap anggota kelompok, mempercayai orang lain dalam mengeluarkan pendapat dan mengambil keputusan [8]. Burton dalam Rohani berpendapat bahwa “Group process atau kelompok belajar” yaitu cara individu mengadakan relasi dan kerjasama dengan individu lain untuk mencapai tujuan bersama [9]. Selain itu manfaat kerjasama akan memupuk rasa persaudaraan, melatih diri untuk menghargai orang lain, berlatih untuk mengeluarkan atau mengemukakan pendapat dan dapat melatih kekompakan [10]. Dari kutipan tersebut kerjasama memiliki kekuatan untuk melatih individu siswa menjadi orang yang mampu bersosialisasi, bertanggung jawab, dan membantu satu sama lain. Dengan bekerjasama, sesuatu pekerjaan akan tercapai. Meningkatkan kemampuan bekerjasama memperlukan tindakan yang tepat, salah satunya dengan menerapkan STAD, karena pada STAD terdapat mekanisme pengelompokan siswa secara heterogen, skor kerjasama dan rekognisi tim, mekanisme tersebut akan menumbuhkan individu yang saling berinteraksi dan bekerjasama satu sama lain [2],

  Kerjasama memiliki beberapa Indikator yaitu: (1) Bersedia bekerjasama dalam kelompok dengan teman yang berbeda suku, agama, dan jenis kelamin. (2) Mendengarkan ide/gagasan dari teman lain. (3) Tidak mendahulukan kepentingan diri sendiri. (4) Mencari solusi untuk mengatasi perbedaan ide/pendapat/gagasan dengan teman lain. (5) Mengajak teman lain bekerjasama demi mencapai tujuan bersama [1]. Kemampuan kerjasama memiliki keterkaitan dengan pembelajaran kooperatif, hal ini sama dengan pengertian dari Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar [2].

  Model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah mampu belajar bekerjasama dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota empat sampai lima orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi dan kuis [2]. Berikut ini uraian selengkapnya dari pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD), (1). Penyajian kelas, pada awal pembelajaran harus di jelaskan materi yang akan dicapai dan metode yang akan di gunakan, agar setiap siswa paham dengan materi dan metode tersebut. (2). Belajar kelompok (Tim) di dalam kelompok terdapat 4-5 siswa, setiap individu harus paham dengan materi, agar kerjasama dapat berjalan. (3). Kuis untuk melatih kemampuan penguasaan materi setiap individu dan kemampuan kelompok dapat dinilai keberhasilannya, manfaat dari kuis untuk menguji setiap kelompok, dan hasil tersebut menjadi tolak ukur keberhasilan. (4). Skor dimana setiap kelompok akan diberikan skor, bertujuan untuk memberi kesempatan setiap kelompok untuk meraih prestasi dan memotivasi setiap kelompok agar menjadi lebih baik. (5). Rekognisi Tim merupakan perhitungan nilai kelompok dan nilai perkembangan individu, pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai kelompok tertinggi. Penghargaan tersebut sebagai semangat agar kelompoknya dapat menang dan setiap individu memberi kontribusi nilai dalam kelompoknya.

  Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (yang hanya penyajian materi dari guru), pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama, dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang menguras waktu seperti penyajian materi dari guru, kerja kelompok dan tes individual/kuis. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat sedikit diminimalisir dengan menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien [2]. Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan dan pemberian materi di bantu dengan facebook. Facebook berguna sebagai melatih kerjasama siswa di luar lingkup sekolah [3]. Kerjasama yang terdapat pada Facebook di peroleh saat kelompok mendapat tugas berupa mencari materi TIK dan menjawab setiap soal yang harus di upload ke group mereka, bagian kolom komentar harus diisi oleh setiap anggota kelompok yang berbeda. Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk bekerja dan jawaban setiap soal tergantung pada setiap individu anggota kelompok, maka anggota kelompok akan melakukan kerjasama agar tugas selesai.

  Mata pelajaran TIK adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang perangkat teknologi (hardware dan software), dan ketrampilan menggunakan TIK pembelajaran Corel Draw. Kompetensi dasar yang ingin di capai dalam pembelajaran tentang Corel Draw adalah setiap siswa bisa menunjukkan menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis, menggunakan menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis dan membuat grafis dengan berbagai variasi warna, bentuk, dan ukuran. Untuk mencapai Kompetensi dasar yang di harapkan dapat di lakukan dengan pembelajaran secara berkelompok yang mana dalam pembelajaran tersebut siswa dapat meningkatkan keterampilan bekerjasama. Secara umum metode yang di gunakan pada STAD dapat menjadi langkah-langkah pembelajaran dan indikator kerjasama sebagai pedoman ketercapaian penelitian. Langkah-langkah pembelajaran TIK dengan menerapkan STAD diawali dengan presentasi kelas, tim, kuis, skor kerjasama dan rekognisi tim. Pada tahap presentasi kelas guru menyiapkan dan menyajikan materi ajar, tim setiap siswa mencari sumber-sumber terkait dan dikerjakan secara bersama. Quis siswa mengembangkan jawaban dari setiap anggota kelompok dan menghargai pendapat satu sama lain. Skor kerjasama menilai kelompok untuk di lihat peningkatan setiap siklus dan rekognisi tim memberikan penghargaan bagi setiap kelompok.

3. Metode Penelitian

  Jenis Penelitian yang di gunakan adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang dilakukan di SMA N 1 Suruh Kabupaten Semarang kelas XII IPA 2 pada mata pelajaran TIK. Penelitian dilaksanakan sebanyak 2 siklus 4 kali pertemuan dengan jumlah siswa 24, peneliti menerapkan metode STAD untuk meningkatkan kemampuan bekerjasama. Prosedur untuk melakukan PTK yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Prosedur PTK adalah sebagai berikut [11] :

  Gambar 1. Siklus Prosedur PTK [11]

  1) Pada tahap perencanaan kegiatan yang harus dilakukan adalah membuat RPP, mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan dikelas, mempersiapkan angket dan lembar observasi. 2) Pada tahap pelaksanaan peneliti melakukan tindakan yang telah dirumuskan dalam RPP, dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, inti dan penutup. 3) Pada tahap observasi yang harus dilaksanakan adalah mengamati perilaku siswa siswi yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran. Memantau kegiatan diskusi atau kerjasama antar kelompok, disini lembar observasi guru ke siswa selama pembelajaran digunakan sebagai pengambilan nilai kerjasama siswa. 4) Pada tahap refleksi yang harus dilakukan adalah mencatat hasil observasi, mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil kerjasama, mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya.

  Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan pemberian angket kemampuan bekerjasama kepada siswa. Observasi digunakan untuk mengamati kemampuan bekerjasama siswa pada saat proses pembelajaran sebelum dan sesudah menerapkan STAD. Pemberian angket digunakan untuk mengukur kemampuan bekerjasama siswa setelah pembelajaran selesai setiap akhir siklus.

  Tabel 1. Indikator Kemampuan Bekerjasama No. Indikator Deskripsi Instrumen Bersedia bekerja sama Siswa tidak memilih-milih teman dalam kelompok dengan kelompoknya dan juga bersedia Angket ,

  1. teman yang berbeda melakukan tugas kelompok sesuai Observasi suku, agama dan jenis job list kelamin

  Siswa mau berdiskusi dengan teman sekelompoknya dan juga Mendengarkan ide atau bergantian ketika akan

  Angket , 2. gagasan dari teman lain mengungkapkan pendapat pada

  Observasi saat sedang berada pada forum diskusi Ketika sedang berdiskusi siswa tidak memaksakan pendapatnya secara pribadi selain itu siswa juga

  Tidak mendahulukan Angket , 3. mau membantu teman yang kepentingan diri sendiri Observasi mengalami kesulitan ketika proses

pembuatan project

Siswa bersepakat menerima solusi Mencari solusi untuk

  4. pendapat meskipun berbeda mengatasi perbedaan ide dengan pendapatnya kemudian atau pendapat atau

  Angket , mampu dan mau bekerja sama gagasan dengan teman

  Observasi walaupun memiliki perbedaan lain pendapat dan pandangan

  Setiap Siswa mengajak bekerja Mengajak teman lain 5. sama dan siswa memusatkan bekerja sama demi

  Angket , perhatian pada tujuan kelompok mencapai tujuan

  Observasi sehingga project yang diberikan bersama dapat terselesaikan dengan baik

  Angket diberikan kepada siswa setiap akhir siklus guna mengetahui perubahan kemampuan bekerjasama yang dirasakan oleh siswa sendiri. Sedangkan observasi dilakukan oleh guru pada saat jam pelajaran berlangsung 2 kali pertemuan guna mengetahui kemampuan bekerjsama siswa.

  . Prosedur dari analisis data untuk lembar observasi dan angket adalah sebagai berikut: (1) Mengelompokan data yang terkumpul. (2) Mentabulasi data yang terkumpul untuk memudahkan dalam menganalisis. (3) Untuk penghitungan persentase frekuensi dihitung dari kemunculan kemampuan bekerjasama seluruh siswa dalam kelompok pada setiap aspek bekerjasama. (4) Untuk penghitungan persentase frekuensi pada setiap tahap dihitung dari kemunculan kemampuan bekerjasama seluruh siswa dalam kelompok pada setiap tahap pembelajaran. (5) Menghitung persentase setiap kemunculan (  ) untuk setiap individu dengan teknik persentase sederhana yaitu penghitungan menggunakan rumus berikut [13] :

  %X = Σ tindakan yang dilakukan X 100%

  Σ tindakan yang diberikan Keterangan : %X : Presentase aspek bekerjasama siswa yang diamati Σ tindakan yang dilakukan : Jumlah siswa yang memunculkan tiap indikator yang diobservasi Σ tindakan yang diberikan : Jumlah siswa yang diharapkan memunculkan indikator yang diobservasi Angka presentase tersebut kemudian ditafsirkan sebagai berikut [12] :

  0% - 20% : ditafsirkan kurang sekali 21% - 40% : ditafsirkan kurang 41% - 60% : ditafsirkan cukup 61% - 80% : ditafsirkan baik

  81% - 100% : ditafsirkan baik sekali Dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) [14]. Kriteria skor yang didapatkan siswa akan diubah dalam bentuk % untuk mengetahui keberhasilan proses dalam pembelajaran mencapai 75%. Sebagai pendukung keberhasilan proses belajar, pemahaman siswa dikatakan berhasil jika nilai yang diperoleh lebih dari sama dengan KKM (75), dan hasil angket mengalami peningkatan setiap siklus.

  Tabel 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tahapan STAD Kegiatan Guru menjelaskan materi CorelDraw tentang perbedaan garis vektor dan bitmap secara menarik dengan menggunakan vidio tutorial dan gambar.

  Presentasi kelas Selain itu guru menjelaskan metode STAD, selama penjelasan materi, siswa di perbolehkan untuk menayakan materi, agar semua siswa menerima

materi dengan baik

Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok secara heterogen, pembagian kelompok sudah di persiapkan sebelumnya. Di dalam tim, setiap siswa akan mengerjakan soal kuis yang sama. Anggota kelompok bekerjasama menyelesaikan jawaban soal, satu soal kuis terdapat bobot nilai yang mempengaruhi nilai kelompok, jadi anggota kelompok harus mengerjakan secara benar dan paham materi, anggota kelompok memiliki tanggung Tim jawab menjawab soal, presentasi, dan memberikan pertanyaan kepada kelompok lain pada sesi tanya jawab presentasi kelompok. Selain itu setiap tim akan mendapat nilai dan nilai tersebut menjadi pedoman great team atau tidak. Tugas setiap anggota kelompok di dalam facebook adalah membuat group serta upload materi CorelDraw, setiap siswa harus mengisi di dalam kolom komentar berupa pertanyaan tentang materi yang mereka upload dan dijawab

anggota kelompok.

  Siswa di berikan kuis awal berupa 4 soal individu dan kuis akhir 1 soal dikerjakan secara berkelompok. Kuis 1 kuis terakhir merupakan jawaban yang di rancang dari jawaban individu siswa pada kuis awal. Setelah kuis sudah selesai, maka setiap kelompok akan mempresentasikan tugasnya di depan kelas Setelah kuis selesai, skor di dapat dari nilai kuis awal, kuis terakhir dan nilai observasi guru terhadap

  Skor kerjasama siswa yang di dapat pada penilaian guru pada saat siswa mempresentasikan tugas kelompoknya di depan kelas Bagi kelompok yang mendapatkan nilai kuis dan Rekognisi tim nilai observasi guru ke siswa paling tinggi maka kelompok tersebut mendapatkan hadiah.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

  Penerapan model pembelajaran STAD untuk meningkatkan kerjasama siswa di SMA N 1 Suruh berjalan 2 siklus, siklus di antaranya yaitu: Siklus 1, melakukan rencana pembelajaran yang berkonsep STAD, setiap komponen yang terdapat di STAD di terapkan satu persatu, ada beberapa komponen STAD yang berjalan tidak dengan semestinya, pada komponen kuis, kondisi seharusnya setiap kelompok bertanya kepada kelompok yang melakukan presentasi, namun kondisi pada saat pelaksanaan tidak ada yang bertanya, hal tersebut mengakibatkan interaksi kelompok dengan kelompok belum terwujud dengan semestinya. Komponen STAD pada skor kerjasama juga belum mendapatkan nilai yang sempurna, karena pertanyaan observasi dari guru saja yang menjadi tolak ukur setiap anggota melakukan kerjasama atau tidak. Rekognisi tim, pada komponen ini hanya kelompok yang mendapat nilai tertinggi saja atau great team yang mempresentasikan tugas mereka, namun beberapa kelompok ingin mempresentasikan hasil kelompoknya meskipun nilai mereka tidak mendapatkan great team, maka dengan hasil siklus 1 di dapatkan refleksi sebagai berikut:

  Tabel 3. Refleksi Siklus 1 No Kekurangan Perbaikan

  1 Interaksi kelompok dengan kelompok lain

  belum ada. Akibat dari kekurangan ini, setiap siswa mengobrol sendiri dan tidak memperhatikan kelompok yang berpresentasi, jadi kondisi kelas menjadi gaduh.

  Setiap kelompok di wajibkan bertanya kepada kelompok yang sedang presentasi. Hal ini bertujuan agar kelompok yang tidak berpresentasi tidak mengobrol sendiri dan memperhatikan.

  2 Penilaian terhadap perilaku setiap

  individu siswa belum maksimal, karena pertanyaan hanya dari guru saja. Dampak yang timbul adalah, salah satu anggota kelompok yang presentasi tidak mendapat pertanyaan dari guru tidak ikut membatu menjawab. Hal itu timbul karena merasa tidak dapat giliran soal dari guru.

  Pada siklus ke dua, penilaian tidak hanya melalui guru menanyakan soal dan jawaban terhadap siswa, namun siswa juga akan mendapat pertanyaan dari anggota kelompok lain. Hal ini bertujuan agar semua anggota kelompok mendapat giliran pertanyaan dan mereka ikut membantu mencari jawaban, agar siswa juga ikut terlibat secara aktif dalam kelompok.

  3 Presentasi kelompok hanya kelompok

  great team. Akibat dari proses ini adalah, kelompok yang tidak mendapatkan great team mengobrol sendiri, dan ada beberapa dari mereka merasa sia-sia mengerjakan jika tidak di tunjukkan berupa presentasi kelas.

  Presentasi di lakukan oleh semua kelompok tanpa terkecuali. Tujuannya agar berbagi pengetahuan antar kelompok dan kontribusi setiap anggota untuk mewujudkan kekuatan tim , selain itu presentasi juga menentukan kelompok great team. Pelaksanaan siklus 2 berlangsung 2 kali pertemuan. Langkah-langkah dalam siklus 2 hampir sama dengan langkah-langkah yang dilaksanakan dalam siklus 1. Perencanaan siklus 2 didasari dari hasil refleksi yang dilakukan dalam siklus 1, jadi kekurangan yang ada dalam siklus 1 tidak terjadi dalam siklus 2. Pembeda langkah-langkah yang ada dalam siklus 2 dengan siklus 1 yaitu mengatur kelompok agar saling berinteraksi dengan kelompok lain dengan presentasi setiap kelompok, sehingga bagi kelompok yang belum mendapat giliran presentasi tidak bicara sendiri.

  Dari hasil pengamatan saat mengajar, sudah banyak siswa yang mulai memperhatikan saat guru menyampaikan materi dengan menggunakan media pembelajaran LCD, tetapi masih ada 3 (tiga) siswa yang masih asyik mengobrol dengan teman beda kelompok. Meskipun demikian, proses pembelajaran masih bisa berjalan dengan lancar, karena sebagian besar siswa mulai sibuk berdiskusi dengan teman satu kelompoknya untuk membahas materi yang disampaikan oleh guru.

  Hasil penghitungan pengamatan guru terhadap kemampuan bekerjasama siswa dalam siklus 2 pertemuan satu dan dua , didapatkan kemampuan bekerjasama siswa sebesar 88% dan 96% dengan kriteria baik sekali. Berikut hasil dari data observasi yang dilakukan oleh guru pada grafik di gambar 2 :

  120% 100% 100%

  100% 84% 84% 80%

92% 92%

80% 80% 88% 96% 96% 80% 71% 75% Siklus 1 Pertemuan 63 1 % 63%

  60% 50% Siklus 1 Pertemuan 2 40% Siklus 2 Pertemuan

  1. 20%

  Siklus 2 Pertemuan

  2. 0% indikator 1 indikator 2 indikator 3 indikator 4 indikator 5

  Gambar 2. Hasil observasi kemampuan bekerja sama siswa pada

  Siklus 1 dan siklus 2

  Berdasarkan gambar 2 peningkatan terjadi pada hampir semua indikator di ke dua siklus dengan jumlah siswa 24, kecuali indikator 1, yang telah mencapai 100% pada siklus 1 hingga siklus siklus terakhir, itu berarti bahwa siswa dapat bekerjasama dengan anggota kelompok berbeda atau heterogen. Pada indikator 2 mengalami peningkatan tapi terdapat penurunan pada pertemuan 1 siklus 2, setiap anggota mulai memahami materi CorelDraw, sehingga setiap anggota kelompok mulai cenderung mengeluarkan ide namun tidak mendengarkan gagasan dari anggota yang lain, selain itu anggota kelompok menjadi malas mendengarkan gagasan dari teman lain karena teman anggotanya mulai egois dengan pendiriannya saja, namun pada pertemuan ke 2 peran guru sebagai fasilitator meluruskan kembali bahwa kerjasama memperlukan ide gagasan dari anggota kelompok yang lain, dan sifat egois dalam kelompok justru merusak kinerja dalam tim, dengan begitu siswa mulai sadar kembali dan memperoleh hasil akhir 92%. Peningkatan signifikan terjadi pada indikator ke 5, pada awal siklus 50% dan akhir siklus 100%, hasil tersebut berarti bahwa setiap anggota kelompok mulai mengajak setiap anggotanya untuk bekerjasama dan mereka mulai merasakan bahwa kerjasama kelompok penting bagi kesuksessan kelompoknya.

  Kemampuan bekerjasama juga dilihat dari angket siswa, hasil angket menunjukkan bahwa kemampuan bekerjasama siswa dalam mata pelajaran TIK meningkat hingga mencapai hasil akhir dengan rata-rata sebesar 93.33% dengan kriteria baik sekali. Indikator keberhasilan yang menyebutkan proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) telah tercapai. Data angket disajikan pada tabel 4 :

  Tabel 4. Persentase Angket Kemampuan Bekerjasama Siswa Siklus 1 dan

  Siklus 2

  Pra siklus siklus Indikator Pernyataan angket siklus

  1

  2 Saya mau berkelompok dengan siapa saja 100% 100% 100% Saya mau berkelompok dengan teman yang tidak begitu dekat dengan saya 95.83% 100% 100%

  1. Saya mau mengerjakan tugas kelompok yang sudah diberikan kepada saya 58.33% 91.66% 95.83% Saya tidak menunda-nunda pekerjaan yang sudah diberikan kepada saya 20.83% 62.5% 100% Sebelum saya mengungkapkan pendapat saya mengangkat tangan terlebih 33.33% 62.5% 83.33% dahulu

Saya mengungkapkan pendapat saya ketika teman saya sudah selesai bicara 25.00% 91.66%

95.’83% dan sudah dipersilahkan oleh ketua kelompok 2. Saya aktif di dalam kelompok saat berdiskusi 20.83% 29.16% 91.67% Saya fokus pada saat berdiskusi dan tidak bermain dengan teman yang lain 29.16% 62.5% 87.50% Saya mau mendengarkan pendapat teman kelompok saya 87.50%

  37.50% 79.16% Saya tidak memaksakan pendapat saya dan akan menghargai pendapat atau 66.66% 95.83% 95.83% gagasan yang telah dipilih bersama

  Ketika saya sedang mengerjakan tugas kelompok dan ada teman yang 3.

  45.83% 66.66% bertanya maka saya dengan senang hati akan mengajari teman saya tersebut 83.33% Saya bisa menyelesaikan seluruh tugas dari kelompok tepat waktu dan 45.33% 62.5% 83.33% masih bisa membantu teman satu kelompok Saya menerima hasil kesepakatan kelompok dengan senang hati 30.00% 83.33% 87.50% Saya tetap mengerjakan kesepakatan kelompok meskipun itu berbeda

  58.33% 91.66% 100% dengan pendapat saya Saya mau menerima dengan baik teman kelompok saya 56.66% 95.83% 95.83% 4. Saya bisa menerima kekurangan dan kelebihan teman satu kelompok saya 29.16% 79.16% 95.83% dan mau saling membantu untuk mengerjakan tugas kelompok

  33.33% 62.5% 91.67% Saya tidak diam saja ketika sedang bekerja secara berkelompok Saya melakukan tugas dalam kelompok tanpa disuruh terlebih dahulu 58.33% 66.66% 100% Pada saat berkumpul dengan kelompok saya fokus pada tugas kelompok 50.33% 95.83% 100%

  5. dahulu dan tidak bermain-main Topik bahasan yang saya kemukakan berhubungan dengan tugas yang 60.83% 79.16% 91.67% dimiliki kelompok dan tidak melenceng Rata-rata persentase 39.00% 77.92% 93.33%

  Kriteria kurang Baik Sangat baik

  Penerapan STAD terhadap indikator kerjasama juga terlihat dalam pernyataan angket pada tabel 4. Indikator kerjasamma yang terlihat adalah setiap siswa sudah mulai terbiasa untuk bisa menerima kekurangan dan kelebihan dari teman-teman kelompok lainnya. Rasa solidaritas yang muncul mengindikasikan kemampuan bekerjasama antar siswa sudah mulai terbentuk. Pada tabel 4 juga terdapat pernyataan yang mengindikasikan setiap siswa sudah mulai terpacu untuk bisa menyelesaikan tugas kelompok tepat waktu.

  Pada indikator pertama di siklus 1 di bagian “saya tidak akan menunda- nunda pekerjaan yang sudah di berikan kepada sa ya” adalah 62.5%, nilai ini di pengaruhi dengan individu siswa yang belum sadar akan tanggung jawabnya dalam kelompok, namun dengan adanya penghargaan tim dan sifat sesama anggota yang saling mendorong satu sama lain, mereka dapat mengerjakan tugas dengan cepat dan memperoleh hasil akhir 100%. Pada pernyataan “ sebelum saya mengungkapkan pendapat saya akan mengangkat tangan terlebih dahulu

  ” adalah 62.5% karena siswa masih ragu-ragu dan malu untuk mengungkapkan pendapat, namun dengan berjalannya proses STAD siswa mampu mengungkapkan pendapat dan dengan cara presentasi tim pada siklus dua siswa dengan sendirinya membentuk karakter tersebut dan berhasil dengan 83.33%.

  Indikator ke dua terdapat pernyataan yang memiliki nilai kurang pada pernyataan “saya akan aktif di dalam kelompok saat berdiskusi” dengan nilai 29.16%, hal ini di pengaruhi dengan sifat siswa yang malas untuk mengutarakan pendapat sesuai dengan pernyataan observasi guru pada indikator kerjasama ke dua, dengan hasil tersebut guru membuat rencana baru yang akan di terapkan pada siklus ke dua dan memperoleh hasil individu siswa sebesar 91.67%. Di dalam indikator ke dua masih terdapat hasil yang rendah yaitu pada pertnyataan “saya akan fokus pada saat berdiskusi dan tidak bermain dengan te man yang lain” dengan hasil siklus satu 62.5%, siswa cenderung bermain dengan anggota kelompok lain setelah tugasnya selesai, namun pada perbaikan siklus ke dua, dengan cara presentasi dan di tanggapi oleh setiap anggota kelompok secara individu siswa tidak bisa bermain dengan teman yang lain, melainkan memikirkan soal dan mendengarkan setiap jawaban yang di jawab oleh kelompok presentasi. Setelah indikator ke dua, beberapa hasil pada indikator ke tiga dan ke empat terdapat hasil 62.5% yang di antaranya di indikator ke tiga yaitu pada pernyataan “saya bisa menyelesaikan seluruh tugas dari kelompok tepat waktu dan masih bisa membantu teman satu kelompok”.

  I nidkator ke empat pada pernyataan “saya tidak akan diam saja ketika sedang bekerja secara berkelompok”, masing-masing pernyataan di pengaruhi oleh siswa yang belum sadar akan pentingnya bekerja sama, dengan menerapkan cara baru pada siklus ke dua, setiap siswa termotivasi agar kelompoknya menang dan mereka saling membantu teman satu kelompoknya, secara tidak langsung anggota kelompok tidak akan diam saja dalam proses mengerjakan tugas. Pada siklus 1 dan siklus 2 diperoleh kenaikan kemampuan bekerjasama siswa sebesar 15.41%. Berdasarkan data pada table 5, dengan penerapan model pembelajaran STAD kemampuan bekerjasama siswa kelas XII IPA 2 di SMA 1 Negeri Suruh meningkat dalam mata pelajaran TIK.

  Hasil kerjasama siswa dalam tim dapat dilihat kontribusinya pada hasil rekognisi tim, hasil rekognisi tim pada tabel 5 menunjukkan bahwa setiap kelompok mengalami kemajuan dari setiap siklus.

  Tabel 5. Rekognisi Tim Rata-rata skor kelompok Nama

  Kelompok Siklus 1 Siklus 2 Kelompok A 85% 90% Kelompok B 75% 100% Kelompok C 85% 95% Kelompok D 85% 100% Kelompok E 85% 95% Kelompok F 85% 100%

  Berdasarkan tabel 5, rata-rata rekognisi tim mengalami peningkatan ketika memasuki siklus 2. Setiap siswa berkompetisi untuk memberikan poin bagi kelompoknya. Dengan demikian para siswa akan menguasai materi dengan sendirinya karena siswa akan belajar keras untuk memperoleh nilai yang baik agar skor kemajuan individualnya meningkat. Dengan rata-rata rekognisi tim yang meningkat kesadaran siswa terhadap tanggung jawab dalam kelompok juga meningkat.

5. Diskusi

  Kemampuan bekerjasama yang di miliki setiap siswa mengalami peningkatan dengan penerapan STAD. Sebagaimana yang di tunjukkan oleh hasil observasi maupun angket siswa. Dari lima komponen STAD ada komponen yang paling berkontribusi adalah komponen Tim atau kelompok kerja siswa. Dalam penerapan Tim guru mengelompokkan siswa heterogen sesuai karakter STAD, sementara itu indikator tentang kesediaan bekerjasama dalam kelompok dengan teman yang berbeda suku, agama dan jenis kelamin mencapai 100% dari siklus awal hingga terakhir. Dalam hal ini kesediaan siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain yang berbeda latar belakang dapat menjadi pendukung dalam penerapan kerja tim untuk peningkatan keterampilan kemampuan bekerjasama siswa melalui pemberian pengertian terlebih dahulu agar siswa dapat memahami tentang bekerjasama jangan membedakan latar belakang. Setiap orang bisa bekerjasama meskipun berbeda suku, agama, dan berbeda karakter satu sama lain, namun setiap orang harus di berikan pengertian berupa bekerjasama tidak harus dengan orang-orang terdekat dan sama suku saja, dengan begitu setiap orang dapat menyadari bahwa bekerja tidak harus dengan orang yang sama suku agama dan jenis kelamin [13]. Dalam Tim juga dilakukan pemberian tanggung jawab terhadap setiap anggota kelompok dengan cara pembagian tugas yang di mana tugas tersebut akan terkait dengan jawaban soal terakhir. Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab bekerja secara tim yang berperan meningkatkan indikator mendengarkan ide atau gagasan dari teman lain, Tidak mendahulukan kepentingan diri sendiri dan mengajak teman lain bekerjasama demi mencapai tujuan bersama. Guru memiliki cara agar anggota di dalam kelompok dapat saling berhubungan satu sama lain dengan menerapkan 5 soal, 4 diantaranya di kerjakan secara individu dan satu soal terakhir di kerjakan bersama, jawaban soal terakhir berhubungan dengan jawaban 4 soal pertama, dengan cara tersebut indikator kerjasama kelima mengajak teman lain bekerja sama demi mencapai tujuan bersama tercapai. Melatih kerjasama setiap anggota kelompok saat di rumah di bantu media sosial Facebook, guru memberikan tugas kepada kelompok untuk di kerjakan setiap anggotanya, dengan begitu kerjasama terwujud di dalam sekolah dan di luar lingkup sekolah, namun terdapat kekurangan di mekanisme melatih sikap kerjasama siswa pada saat di rumah, yaitu kurang menarik saat proses belajar dan mengerjakan tugas, karena hanya berisi materi dan tugas saja, itu membuat siswa bosan. Penggunaan metode yang tepat namun proses pembelajaran penyampaian materi menggunakan gambar ternyata belum begitu menarik minat siswa untuk memperhatikan materi pelajaran.

  Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan STAD mampu meningkatkan kemampuan bekerjasama pada pembelajaran TIK di SMA N 1 Suruh. Pembagian tugas individu yang di perlukan dalam kelompok merupakan tugas yang nantinya mereka bekerja satu sama lain, karena jawaban yang di hasilkan akan berkaitan degan hasil akhir tugas kelompok. Selain itu memfasilitasi siswa untuk mengembangkan ketrampilan bekerjasamanya dalam pembelajaran di luar lingkup sekolah dapat di lakukan dengan menerapkan media sosial facebook sebagai bentuk penerapan STAD. didalam facebook mereka akan mengerjakan tugas yang di kerjakan bersama. Dengan demikian siswa mampu mendengarkan ide atau gagasan dari teman lain dan mengajak teman lain bekerjasama demi mencapai tujuan bersama sehingga terbentuk keterampilan siswa yang selalu bekerjasama dalam kelompok belajar.

  Untuk penelitian selanjutnya yang dapat memperkaya penelitian ini di ajukan beberapa saran, (1) Mengembangkan cara bekerjasama siswa saat di luar lingkup sekolahan, (2) Pada tahap pelaksanaan metode, peneliti dapat momodifikasi tahap presentasi dengan teknik-teknik yang lebih cocok dengan situasi dan kondisi kelas, contoh dengan menggunkan vidio dan (3) agar metode STAD dapat meningkatkan kerjasama, peneliti perlu menekankan dan meyakinkan kepada setiap siswa bahwa tujuan kerjasama adalah agar setiap anggota kelompok menguasai sepenuhnya materi yang sedang di pelajari.

6. Daftar Pustaka

  [1] Endrayanto, Herman Y.S dan Harumurti, Yustiana W. 2014. Penilaian Belajar Siswa di Sekolah . Yogyakarta: PT Kanisius

  [2] Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning, Teori dan Praktik. Bandung: Nusa Media [3] Kalasi, Rasmita. 2014. “The impact of Social Networking on New age Teaching and Learning: An Overview ”. Journal of education & social policy vol.1.

  Di akses pada tanggal 10 juli 2017 [4] Qodriningsih, Nurlaela . 2015. PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE

  STAD UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA DALAM MATA

PELAJARAN IPS: Penelitian Tindakan kelas di kelas VII SMP Kartika XIX-1 Kota Bandung. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

  

  Di akses pada tanggal 23 juli 2017 [5] Elsa, Puji. 2013. PERAN MEDIA SOSIAL TERHADAP GAYA HIDUP SISWA. Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.

Di akses pada tanggal

25 september 2017 [6] Abdulsyani. 1994. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara [7] Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta

  [8] Johnson, Elaine B. 2008. Contextual Teaching and Learning Menjadikan

Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna . Bandung. MLC

  

[9] Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka

Cipta [10] Lie, Anita. 2007. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang

  Kelas . Jakarta: PT Grasindo [11] Saryono, J.2008. Penelitian Tindakan Kelas(Action Research).Makalah Prapasca. Universitas Negeri Malang

  [12] Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Rineka Cipta [13] Munadlir. Agus. 2012. STRATEGI SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN

MULTIKULTURAL. Yogyakarta. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jtp/article/viewFile/4892/4306. Di

akses pada 4 november 2017

Dokumen yang terkait

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inquiry Siswa Kelas IV SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester 2 Tahun 2014/2015

0 0 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inquiry Siswa Kelas IV SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester 2 Tahun 2014/2015

0 0 51

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inquiry Siswa Kelas IV SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester 2 Tahun 2014/2015

0 0 90

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penilaian Kinerja Tata Kelola Teknologi Informasi pada DISKOMINFO Kota Salatiga Menggunakan Framework COBIT 5

0 0 21

2.1Kajian Teori 2.1.1Pengertian Media Pembelajaran - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Pembelajaran Permainan Ular Tangga Berdasar Teori Dienes pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 4 SD

0 2 16

3.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Pembelajaran Permainan Ular Tangga Berdasar Teori Dienes pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 4 SD

0 0 14

4.1 Hasil Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Pembelajaran Permainan Ular Tangga Berdasar Teori Dienes pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 4 SD

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Pembelajaran Permainan Ular Tangga Berdasar Teori Dienes pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 4 SD

0 0 119

1 PEMANFAATAN INTERNET OLEH SISWA DI SMP NEGERI 1 BULU TEMANGGUNG Tugas Akhir - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Internet oleh Siswa di SMP Negeri 1 Bulu Temanggung

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Buku Nirmana dalam Fotografi Flatlay Menggunakan Teori Nirmana

3 5 18