Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Buku Nirmana dalam Fotografi Flatlay Menggunakan Teori Nirmana

  Perancangan Buku Nirmana Dalam Fotografi Flatlay menggunakan Teori Nirmana Artikel Ilmiah

  Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain

  Peneliti :

  Richard Williem Campbell (692013032) Birmanti Setia Utami, S.Sn., M.Sn. Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Desember 2017

1. Pendahuluan

  Foto atau gambar merupakan hal yang umum diambil untuk menyimpan sebuah memori suatu kejadian agar bisa dilihat lagi di masa depan. Pernyataan ini didukung oleh Hedgecoe yang mengatakan bahwa fotografi dapat merekam sebuah peristiwa, fakta, wajah, atau hanya menceritakan sebuah cerita, serta dapat memberi kejutan, menghibur dan mendidik [1]. Dari pernyataan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa foto merupakan media komunikasi yang dapat menyampaikan pesan.

  Sebagai salah satu media komunikasi, foto bisa memiliki pengaruh terhadap dunia nyata. Hal tersebut diperkuat dengan hasil dari penelitian Halakrispen yang memberi hasil bahwa foto dapat memberikan pengaruh atau dampak bagi orang yang melihatnya, tergantung pada bagaimana foto tersebut dibentuk dan isi pesan yang ingin disampaikan di dalamnya [2].

  Foto sendiri memiliki bentuk dua dimensi, karena hanya memiliki panjang dan lebar saja, sehingga dapat dikatakan bahwa foto masuk ke dalam karya dwimatra. Pernyataan tersebut didukung oleh Sanyoto di dalam bukunya yang berjudul Nirmana. Pada buku tersebut diberikan penjelasan bahwa dwimatra hanya mengenal dua dimensi, yaitu panjang dan lebar [3].

  Fotografi sendiri sebagai cabang seni, memiliki berbagai jenis cabang, teknik, tema dalam pembuatannya. Di dalam penelitian ini digunakan jenis fotografi flatlay, jenis fotografi ini dipilih agar kesan foto sebagai karya dwimatra semakin terlihat. Fotografi flatlay juga memiliki keunggulan, yaitu hasil foto yang didapatkan bisa membuat objek di dalamnya tampak menonjol karena latar belakang yang polos.

  Fotografi flatlay dapat digunakan sebagai media promosi dan juga bisa mengangkat citra dari sebuah produk. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yuwono, hasil penelitannya menunjukkan bahwa fotografi tidak hanya bisa dijadikan media pamer keindahan kepada masyarakat mengenai suatu hal, tetapi juga bisa mengangkat citra sebuah hal. Dalam penelitiannya sendiri, Yuwono menggunakan Kota Solo sebagai objek yang diangkat citranya kepada masyarakat. Citra yang ada di kota tersebut bisa terlihat dari hasil foto yang ia tunjukkan [4].

  Penelitian mengenai fotografi flatlay ini menjadi penting karena dapat membantu penjual yang kesulitan dalam membuat fotografi flatlay dengan memberikan jalan keluar menerapkan prinsip nirmana di dalam foto yang diambil. Hasil dari penelitian ini akan dibuat dalam bentuk media cetak buku yang di dalamnya terdapat contoh foto flatlay. Diharapkan dengan adanya bantuan contoh foto flatlay pada buku, pembaca nantinya akan menjadi lebih mudah dalam memahami isinya dan dapat menjadikannya sebagai referensi.

2. Tinjauan Pustaka

  Perancangan Buku Nirmana dalam Fotografi ini memiliki fokus pada pembuatan fotografi flatlay dengan acuan pada prinsip - prinsip nirmana. Perancangan ini bertujuan untuk membantu penjual membuat sebuah foto yang berkualitas dan dapat menjual produk yang ada.

  Nirmana sendiri merupakan hal utama yang dibahas dan diterapkan di dalam penelitian ini. Sanyoto menjelaskan bahwa istilah nirmana berasal dari Bahasa Jawa yang artinya tanpa angan - angan. Lebih lanjut, ia memberikan pernyataan bahwa berkarya nirmana ialah sekedar menyusun unsur - unsur seni rupa dan desain atas dasar prinsip - prinsip seni dan desain untuk memperoleh karya seni rupa dan desain yang memiliki nilai keindahan [3].

  Di dalam nirmana dipelajari berbagai hal mengenai cara membentuk sebuah karya dua dimensi atau tiga dimensi yang memiliki keindahan. Di dalam buku Nirmana karya Sanyoto terdapat dua bagian dari nirmana itu sendiri. Pada bagian satu dapat ditemukan penjelasan sangat mendasar mengenai elemen seni dan desain yang dibagi menjadi warna, value, bentuk, raut, ukuran, arah, tekstur, ruang, kedudukan, gerak, jarak. Pada bagian dua buku tersebut, dapat ditemukan penjelasan mengenai prinsip - prinsip dasar seni dan desain yang dibagi menjadi irama, kesatuan, dominasi, keseimbangan, proporsi, kesederhanaan, dan kejelasan [3].

  Selanjutnya akan dijelaskan lebih lanjut mengenai definisi dari bagian nirmana tahap dua oleh Sanyoto [3], yang nantinya akan banyak diterapkan di dalam perancangan buku tutorial, yaitu:

  1. Irama: irama merupakan gerak yang berukuran dan mengalir. Irama dapat berupa gerakan berulang dalam keberkalaan unsur - unsur seni atau desain yang antara lain meliputi keberkalaan ukuran (besar dan kecil, tinggi dan rendah, panjang dan pendek), keberkalaan arah (vertikal, diagonal, horizontal), keberkalaan warna (panas dan dingin, tua dan muda, cemerlang dan suram), keberkalaan tekstur (kasar dan halus, kasar dan licin, keras dan lunak), keberkalaan gerak (atas dan bawah, kanan dan kiri, muka dan belakang), keberkalaan jarak (renggang dan rapat, lebar dan sempit). Irama merupakan gerak pengulangan atau gerak mengalir yang ajeg, teratur, terus menerus.

  2. Kesatuan: kesatuan adalah kemanunggalan menjadi satu unit utuh. Karya seni atau desain haruslah memiliki kesatuan agar setiap unsur di dalamnya terlihat saling mendukung, jika tidak terdapat kesatuan karya seni atau desain tersebut akan terlihat kacau dan tidak enak untuk dilihat.

  3. Dominasi: dominasi menunjukkan adanya keunggulan suatu unsur di dalam karya seni atau desain. Dominasi dalam suatu karya bertugas untuk menarik perhatian orang yang melihat.

  4. Keseimbangan: keseimbangan dalam sebuah karya seni atau desain menunjukkan bahwa karya tersebut memiliki beban yang sama pada semua bagian.

  Keseimbangan dalam sebuah karya dapat membuat karya tersebut enak untuk dilihat.

  5. Proporsi: proporsi dapat diartikan sebagai perbandingan atau kesebandingan yakni dalam satu objek antara bagian satu dengan bagian lainnya sebanding.

  Proporsi pada dasarnya menyangkut perbandingan ukuran yang sifatnya matematis.

  6. Kesederhanaan: sederhana memiliki definisi tidak lebih dan tidak kurang, jika ditambah terasa menjadi ruwet dan jika dikurangi terasa ada yang hilang.

  Kesederhanaan merupakan sebuah masalah rasa mengenai apakah suatu susunan perlu dikurangi atau bahkan ditambah objeknya.

  7. Kejelasan: kejelasan artinya mudah dipahami, mudah dimengerti, tidak memiliki banyak arti.

  Fotografi adalah sebuah seni, sama halnya dengan melukis, hanya saja bila melukis medianya berupa cat, sedangkan fotografi adalah cahaya, jadi bisa dikatakan bahwa fotografi adalah melukis dengan cahaya. Dalam bahasa Yunani, fotografi berasal dari kata photos yang artinya cahaya dan graphos artinya melukis, sehingga dapat diartikan fotografi adalah melukis dengan cahaya [5].

  Fotografi sendiri memiliki banyak cabang di dalamnya, salah satunya adalah fotografi flatlay. Fotografi flatlay sendiri merupakan jenis fotografi yang semakin berkembang sejak 2015 karena populer di media sosial yang berbasis photo sharing.

  

Flatlay diambil dari kata flat layouts, fotografi ini digunakan untuk menciptakan hasil

foto mendatar seperti dua dimensi [6].

  Di dalam latar belakang penelitian ini, sudah dibahas mengenai mengapa fotografi flatlay dipilih dalam penelitian ini, salah satunya karena sifat dasarnya yang menunjukkan kesan dua dimensi lebih nyata dibandingkan jenis foto lainnya. Pengambilan fotografi flatlay dapat dilakukan dengan menggunakan posisi high

  

angle atau posisi bird’s eye, yang menjadi syarat utama adalah bagaimana latar

  belakang atau alas yang ada di dalamnya membuat foto tersebut tidak memiliki kesan ruang tiga dimensi terlalu banyak. Pada fotografi flatlay, teori atau prinsip nirmana dapat diaplikasikan dengan baik dan dilihat secara langsung karena hasil foto yang terlihat sederhana, seperti gambar di atas kertas.

3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

  Sumanto di dalam bukunya memberikan penjelasan bahwa metode penelitian ini menggunakan teknik analisis mendalam, yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metode kualitatif yakin bahwa sifat suatu masalah berbeda dengan masalah lainnya [7].

  Strategi penelitian yang dipakai di dalam penelitian ini adalah linear strategy. Strategi ini mengacu pada urutan logis sederhana pada tahap penelitian yang dilakukan. Tahap penelitian yang ada dapat dilihat pada Gambar 1.

  

Gambar 1 Tahap Penelitian

  Tahap pertama penelitian ini adalah identifikasi masalah mengenai masalah. Pada bagian awal sendiri sudah diberikan penjelasan mengenai penggunaan fotografi sebagai media untuk menjual produk. Untuk membuat foto memiliki nilai tersebut, maka dibuatlah penelitian ini dengan memberikan penyelesaian berupa penerapan prinsip nirmana.

  Tahap kedua penelitian ini merupakan pengumpulan data visual dan verbal. Pengumpulan data verbal dilakukan melalui penyebaran kuisioner kepada beberapa pemilik toko. Sumber data visual pada penelitian ini berupa beberapa contoh jenis foto flatlay yang bisa menjadi moodboard atau referensi dalam pengambilan foto.

  Tahap ketiga penelitian ini memiliki fokus pada analisis dan pengolahan data yang didapatkan. Data verbal yang sudah dikumpulkan akan dianalisa dan diambil kesimpulan mengenai kesulitan apa yang dialami oleh pemilik toko dalam mengambil fotografi flatlay. Hasil dari analisis data tersebut nantinya akan mempengaruhi isi konten buku fotografi, mengenai sebagaimana jauh pemahaman pemilik toko dalam mengambil foto. Pada data visual akan dilakukan seleksi agar contoh foto yang ada sesuai dengan moodboard dan topik penelitian ini.

  Tahap keempat penelitian ini berupa perancangan buku fotografi dimana akan dilakukan penyusunan konsep dan pembuatan isi buku sesuai dengan hasil dari analisis data.

  Tahap kelima penelitian ini adalah pengujian media buku. Buku yang sudah dicetak tersebut kemudian akan diujikan dan hasil pengujian tersebut akan menunjukkan apakah buku ini dapat berfungsi dengan baik dan membantu memecahkan masalah yang ada.

  Analisis Data

  Penelitian ini dilakukan kepada responden yang berupa pemilik toko dan fotografer pemula. Hasil dari penilitian menunjukkan bahwa responden memiliki pemahaman mengenai dasar fotografi, yang ditunjukkan dengan adanya pemahaman responden mengenai penggunaan cahaya alami.

  Responden juga mengetahui apa itu fotografi flatlay dan kegunaannya sebagai media promosi di media sosial, karena responden sendiri merupakan kalangan yang aktif mengunakan media sosial sebagai koleksi kumpulan foto atau untuk menjual dan mempromosikan barang maupun jasa yang mereka miliki. Responden juga menunjukkan pemahaman mengenai fungsi foto sebagai media komersial, karena responden sadar bahwa dengan adanya foto yang menarik, maka pelanggan akan mau melihat produk atau jasa yang dijual, sehingga tentunya barang atau jasa tersebut bisa menjadi lebih laku.

  Kesulitan yang ditemukan oleh responden ada pada bagaimana cara menyusun komposisi objek dan properti di dalam foto tersebut. Hal tersebut ditunjukkan oleh responden di saat responden mencoba membuat foto flatlay dengan produk dan properti yang dimiliki. Oleh karena itu, untuk membantu responden dalam memahami komposisi dalam foto, teori nirmana dapat digunakan sebagai jalur pemecahan masalah dan tentunya dianggap sangat sesuai untuk menjawab kesulitan yang dialami oleh responden. Hal tersebut dikarenakan di dalam nirmana dipelajari mengenai komposisi dalam sebuah karya.

  Perancangan

  Tahapan-tahapan dalam perancangan buku nirmana dalam fotografi adalah sebagai berikut:

a. Konsep Penyajian

  Buku Fotografi ini akan disajikan dalam bentuk mirip dengan majalah singkat, sehingga memiliki kesan sederhana dan akan mudah untuk dipelajari karena memiliki banyak contoh gambar.

  Buku ini sendiri akan dibagi menjadi tiga bab, karena disesuaikan dengan hasil dari kuisioner yang telah diberikan sebelumnya. Tiga bab tersebut antara lain adalah pendahuluan singkat mengenai fotografi flatlay serta pencahayaannya, penggunaan properti untuk mendukung foto, dan terakhir penerapan teori nirmana untuk mengatur komposisi objek dan properti di dalam foto.

b. Pengambilan Foto dan Editing Semua foto di dalam buku ini diambil di hari dan tempat yang berbeda.

  Waktu yang dipakai untuk pengambilan foto adalah sekitar pukul 9 pagi hingga 4 sore menggunakan available light.

  Sebelum dilakukan pengambilan foto, dilakukan dulu pembuatan konsep pengambilan foto saat itu sesuai dengan topik nirmana yang akan diangkat nantinya. Hal tersebut dilakukan agar nantinya tidak ada konsep nirmana yang tidak teraplikasikan di dalam foto. Properti dan objek yang ada di foto beberapa merupakan milik pribadi dan beberap juga merupakan kerjasama dengan pemilik toko yang diwawancara.

  Dalam sesi pemotretan, foto yang ada diambil dalam bentuk RAW agar bisa diedit lebih detail. Setelah melakukan sesi foto, file - file foto yang ada akan dipilah satu persatu dan kemudian masuk ke proses edit menggunakan program editing foto.

  Editing yang dilakukan bisa dimulai dari hal yang sederhana, seperti

brightness, contrast, saturation, dan clarity. Setelah itu, akan dilakukan pada

  tahap selanjutnya yang lebih detail, misalnya menggunakan healing brush untuk menghilangkan noda yang tidak diinginkan pada foto tersebut. Contoh Proses Editing foto dapat dilihat pada gambar 2.

  Gambar 2 Proses Editing foto

  Foto - foto yang sudah melalui proses edit kemudian dikumpulkan menjadi satu folder, agar mudah untuk memilihnya saat nanti dimasukkan ke dalam proses layout majalah. Beberapa contoh foto sebelum dan sesudah masuk ke proses edit dapat dilihat pada gambar 3.

  Gambar 3 Contoh foto sebelum dan sesudah masuk ke proses edit c.

  Pembuatan Buku Perancangan ini dilakukan dengan membuat layout di dalam program.

  

Layout yang ada dibuat mulai dari cover buku. Konsep cover yang dibuat

  memiliki sifat minimalis. Hal ini ditunjukkan dengan membuat gambar menjadi fokus utama dari cover tersebut. Tulisan yang dimasukkan juga hanya berupa judul dan nama pengarang. Proses pembuatan cover dapat dilihat pada gambar 4.

  Gambar 4 Proses Pembuatan Cover

  Setelah pembuatan cover buku selesai, pembuatan dilanjutkan pada isi dari buku tersebut. Isi buku disusun menggunakan program yang sama untuk membuat cover. Untuk bagian dalam buku, konsep yang dipilih juga merupakan konsep minimalis. Konsep ini dipilih agar pembaca dapat dengan mudah terfokus pada isi buku karena penataannya yang sederhana.

  Teknik layouting yang dipilih adalah Symitrical Layout. Teknik ini disebut juga vertical layout, karena memiliki tata letak yang terlihat statis karena memiliki jarak yang sama pada setiap halaman [8]. Teknik ini dipilih karena memiliki konsep yang sama dengan konsep minimalis, yang membuat setiap halaman memiliki bentuk yang sama, sehingga pembaca akan dapat dengan mudah memiliki fokus karena tidak terhalang dengan adanya perubahan bentuk layout pada setiap halaman.

  Untuk membuat isi yang terlihat bagus dan memiliki jenis desain yang sama, maka terlebih dahulu dipilih beberapa jenis huruf yang akan digunakan di dalam buku ini.

  Jenis huruf yang digunakan di dalam buku ini adalah huruf jenis serif dan sans serif. Huruf Serif yang digunakan memiliki nama Vollkorn dan Cambria. Huruf Vollkorn digunakan untuk judul karena memiliki bentuk yang indah dan klasik. Huruf Cambria digunakan untuk kalimat pengantar setelah judul dan digunakan dengan font style italic atau miring. Hal ini dilakukan agar pengantar judul ini memiliki kontras dengan isi, karena keduanya memiliki ukuran yang hampir sama.

  Jenis huruf Sans Serif yang dipakai di dalam buku ini adalah Mukta Malar. Huruf ini dipilih karena kesannya yang terlihat sederhana. Ukuran huruf ini juga tidak terlalu tinggi dan terlalu rendah, sehingga walaupun terdapat banyak tulisan, pembaca tidak akan merasa lelah untuk membacanya. Jarak antar huruf dan kata pada font Mukta Malar juga memiliki ruang yang cukup, sehingga pembaca tidak akan merasa bingung untuk membedakan setiap kata yang ada di dalam sebuah paragraf yang bertumpuk. Contoh jenis huruf yang digunakan dapat dilihat pada gambar 5.

  Gambar 5 Jenis Huruf yang Digunakan

  Kemudian, pembuatan layout dilanjutkan dengan membuat grid sebagai acuan untuk meletakkan gambar dan tulisan di dalam halaman. Contoh penggunaan grid pada layout dapat dilihat pada gambar 6.

  Gambar 6 Grid untuk Layout

  Adanya grid sangat membantu dalam membuat layout yang baik karena akan membuat setiap halaman memiliki gaya desain yang selaras. Contoh penerapan grid pada layout halaman isi dapat dilihat pada gambar 7, sedangkan contoh penerapan grid pada halaman gambar dapat dilihat pada gambar 8.

  Gambar 7 Penerapan Grid dalam Halaman Isi Gambar 8 Penerapan Grid dalam Halaman Foto

  Pada bagian akhir, buku ini masuk ke tahap cetak. Buku ini dicetak menggunakan kertas jenis HVS 100 Gsm. Kertas ini dipilih karena permukaannya yang tidak licin dan tidak mengkilap untuk menghindari adanya pantulan cahaya yang mengganggu saat membaca. Selain itu, ketebalan kertas tersebut dipilih agar warna dari setiap halaman tidak akan tembus ke halaman dibaliknya.

  Cover dari buku ini dicetak menggunakan kertas Art Carton 210 Gsm.

  Kertas ini dipilih karena tebalnya yang cukup untuk melindungi isi buku. Untuk menambah ketebalan dan ketahanan dari buku ini, cover akan diberikan

  finishing berupa laminasi doff. Laminasi ini digunakan agar warna dari cover tetap terjaga dan tidak memantulkan cahaya.

4. Pengujian

  Uji coba dilakukan pada responden yang berupa pemilik toko dan fotografer pemula. Selain itu, untuk memastikan isi buku ini sesuai dan layak, uji coba juga diberikan kepada orang - orang yang lebih ahli di bidang ini, misalnya influencer, desainer, dan fotografer ahli. Pengujian dilakukan kepada responden secara kualitatif. Hasil dari pengujian pada beberapa ahli menunjukkan bahwa isi dari buku ini terlihat menarik dan memiliki bobot yang sesuai untuk membantu masyarakat awam atau fotografer pemula karena isi dari buku ini mudah untuk dipahami. Mereka juga menganggap bahwa hasil foto yang ada sudah bagus, serta sesuai dengan setiap topik yang diangkat.

  Yerdiansha Azahary salah satu influencer yang juga merupakan lulusan dari jurusan desain mengungkapkan bahwa isi dari buku ini sudah sangat lengkap dan menarik. Selain itu tata layout dan cover terlihat sudah sangat diperhatikan. Teknik nirmana yang digunakan di dalam penelitian ini juga dianggap sebagai hal yang baru dan sangat sesuai untuk diterapkan pada fotografi flatlay.

  Dhipta Adi Pamungkas, seorang fotografer dan social media content creator juga menyatakan bahwa setiap penggunaan foto di dalam buku ini sudah sesuai dan terlihat bahwa sudah dipilih dengan baik, dimulai dari kualitas dan kesesuaian dengan setiap topik yang ada. Ia juga menganggap bahwa isi dari buku ini dan foto yang ada di dalamnya sudah layak untuk dipublikasikan secara umum.

  Hasil dari pengujian ini pada beberapa responden berupa fotografer pemula dan pemilik toko juga mendapatkan hasil bahwa buku ini sudah membantu responden dalam memahami cara pembuatan foto flatlay.

  Beberapa responden juga sudah dapat mempraktekkan isi dari buku ini dan bisa membuat foto flatlay yang baik. Responden terlihat dapat memilih cahaya yang baik dalam foto yang dibuat, serta sudah dapat menyusun objek dan properti sesuai dengan prinsip nirmana.

  Responden juga menunjukkan bahwa isi dari buku sudah dapat mudah dimengerti, apalagi dengan adanya gambar di dalamnya. Gambar yang jelas dan bagus juga dapat menjadi referensi bagi responden ketika akan membuat foto flatlay.

5. Kesimpulan

  Penggunaan teori nirmana atau basic design digunakan dalam pembuatan penelitian ini. Setelah dilakukan uji coba, hasilnya menunjukkan bahwa teori nirmana ini sesuai untuk dimasukkan ke dalam bidang fotografi flatlay.

  Pembuatan buku sebagai media pembelajaran merupakan hal yang sesuai, karena responden dapat membaca dengan nyaman. Selain itu, pemilihan desain dan tata

  

layout di dalamnya juga sangat membantu responden dalam membaca dan menyerap

isi dari buku tersebut.

  Isi dari buku yang dibuat juga sudah sesuai dengan topik yang diangkat. Pembahasannya yang lengkap dimulai dari sebelum hingga saat mengambil foto dinilai sangat membantu responden dalam mempelajari fotografi flatlay. Contoh dari hasil foto yang ada di dalamnya juga dinilai sudah sesuai dengan setiap topik yang diangkat, sehingga tentunya responden dapat mengetahui secara langsung teori nirmana jika diaplikasikan dalam foto.

  Pada pengembangan selanjutnya, tidak menutup kemungkinan jika teori nirmana yang dibahas dapat diteliti lebih lanjut dan diaplikasikan pada bidang lainnya. Sehingga, akan ada contoh penerapan teori nirmana pada bidang lain yang akan membuat teori ini dapat berkembang dan dikenal secara umum.

6. Daftar Pustaka

  [1] Hedgecoe, J. 2009. The New Manual of Photography. Inggris: Dorling Kindersley. [2] Halakrispen, Sunnaholomi. 2015. Pengaruh Fotografi Pemandangan Teluk

  Kilauan di Lampung dalam Situs www.dolphinkilaubay.com terhadap Minat Mahasiswa Univesitas Surya untuk Mengunjungi Teluk Kilauan. Tangerang:

  Universitas Surya. [3] Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2009. Nirmana. Yogyakarta: Jalasutra. [4] Yuwono, Indro. 2009. Fotografi Desain Guna Mengangkat Citra Kota Solo.

  Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret. [5] Triadi, Darwis; dkk. 2014. Making Picture not Taking Picture. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

  [6] Glitzmedia. 2016. Tip Ini Akan Membuat Anda Menjadi Master Flat Lay di Instagram. http://www.glitzmedia.co/post/tip-ini-akan-membuat-anda- menjadi-master-flat-lay-di-instagram. - diakses 10 Desember 2016.

  [7] Sumanto. 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset. [8] Kelas Desain. 2014. Teknik Layouting.

  • diakses 4 November 2017.

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inquiry Siswa Kelas IV SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester 2 Tahun 2014/2015

0 0 28

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inquiry Siswa Kelas IV SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester 2 Tahun 2014/2015

0 0 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inquiry Siswa Kelas IV SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester 2 Tahun 2014/2015

0 0 51

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inquiry Siswa Kelas IV SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester 2 Tahun 2014/2015

0 0 90

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penilaian Kinerja Tata Kelola Teknologi Informasi pada DISKOMINFO Kota Salatiga Menggunakan Framework COBIT 5

0 0 21

2.1Kajian Teori 2.1.1Pengertian Media Pembelajaran - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Pembelajaran Permainan Ular Tangga Berdasar Teori Dienes pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 4 SD

0 2 16

3.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Pembelajaran Permainan Ular Tangga Berdasar Teori Dienes pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 4 SD

0 0 14

4.1 Hasil Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Pembelajaran Permainan Ular Tangga Berdasar Teori Dienes pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 4 SD

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Pembelajaran Permainan Ular Tangga Berdasar Teori Dienes pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 4 SD

0 0 119

1 PEMANFAATAN INTERNET OLEH SISWA DI SMP NEGERI 1 BULU TEMANGGUNG Tugas Akhir - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Internet oleh Siswa di SMP Negeri 1 Bulu Temanggung

0 0 17