PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN B3 Risalah
PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN B3
Risalah Singkat Pokok Perkuliahan
Revisi 3, Desember 2003
D. WARDHANA HASANUDDIN SURAADININGRAT
[email protected]
PENGANTAR
Assalaamu’alaikum
Pengelolaan limbah salahsatu bidang pengelolaan lingkungan. Risalah ini mengulas masalah
pengelolaan limbah padat dan bahan beracun dan berbahaya (B3) yang juga bagian dari rangkaian
sistem pengelolaan limbah industri. Masalah pengelolaan limbah amat luas, dapat dibahas dari
berbagai segi secara mendalam mau pun secara menyeluruh secara singkat.
Risalah perkuliahan ini dibuat untuk membantu mengarahkan isi perkuliahan mengenai
pengelolaan limbah padat dan limbah berbahaya (limbah B3) dan tidak dimaksudkan untuk
menggantikan text book yang dianjurkan. Muatan risalah dirancang untuk dapat disampaikan
dalam waktu sekitar empat jam sehingga tidak mendalam dan diupayakan tetap menyeluruh
(komprehensif) sehingga para mahasiswa program studi di luar teknik lingkungan dapat
mengetahui gambar besar masalah pengelolaan limbah.
Sebagaimana masalah lingkungan lainnya, masalah pengelolaan limbah mempunyai dimensi
masalah yang banyak sehingga ia membuka kesempatan bagi peneliti yang tidak berlatarbelakang
pendidikan akademik bidang lingkungan untuk mengambil beberapa segi permasalahannya sebagai
bahan penelitian atau tugas akhir akademik. Para mahasiswa yang mempunyai minat lebih jauh
untuk mempelajari masalah ini sebagai bahan penelitian dianjurkan untuk membaca atau mengaji
berbagai rujukan yang layak selain rujukan tersebut pada awal perkuliahan ini.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada Prof. dr. Haryoto Kusnoputranto, MPH, PhD., Ketua
Jurusan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia dan Dr.ir.
Kardono, M.Eng., Dekan Fakultas Teknik Universitas Al-Azhar yang pertama kali memberikan
kesempatan kepada penulis untuk berperanserta mengajar di bidang ini di fakultas dan perguruan
tingginya masing-masing. Terima kasih penulis sampaikan pula kepada drs. Bambang Wispriyono,
Ph.D., dan dr. Zulkifli Djunaidi, M.App.Sc., yang telah memberikan kehormatan kepada penulis
untuk bergabung dalam timnya dalam beberapa mata kuliah di Jurusan Kesehatan Lingkungan dan
Jurusan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia. Semoga pokok ulasan ini bermanfaat dapat memenuhi tujuan dan sasaran perkuliahan
yang ditetapkan.
Jakarta, Desember 2003.
Wassalaamu’alaikum,
Penulis
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
3
Tujuan Perkuliahan
#
#
#
#
Pengenalan atas sumber-sumber limbah dan tabiatnya.
Pengenalan atas prinsip-prinsip umum dan unsur pengelolaan limbah.
Pengenalan segi teknologi pengelolaan limbah padat dan B3.
Meningkatkan kesadaran akan pengelolaan lingkungan.
Metode Penyajian Perkuliahan
#
#
#
Ulasan verbal mengenai tabiat bahaya limbah, prinsip pengelolaan limbah, segi amalan dan
teknologi pengelolaan limbah, khususnya limbah padat dan B3 industri
Ilustrasi audio-visual (dalam kelas saja)
Diskusi (dalam kelas saja)
Garis Besar Bahan Perkuliahan
#
#
#
#
#
Pendahuluan
Dampak Limbah pada Lingkungan
Prinsip Umum dan Dasar Hukum
Pengelolaan Limbah Padat Biasa
Pengelolaan Limbah Industri B3
Bahan Rujukan
#
Pemerintah Republik Indonesia:
< Peraturan Pemerintah No. 18/1999 - Pengelolaan Limbah B3
< Peraturan Pemerintah No. 85/1999 - Perubahan PP 18/1999
#
Tchobanoglous, George:
< Solid Waste Management, McGraw-Hill
#
Wentz, C.A.:
< Hazardous Waste Management, McGraw-Hill
#
Wardhana H.S., Dadan
< Indonesian Environmental Laws & Regulations
< Mewaspadai Limbah B3 di Sekitar Kita
< Modul-modul Perkuliahan Pengelolaan Buangan Industri
< Modul-modul Perkuliahan Pengelolaan Limbah B3
< Pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya, Ed. 4
< Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
4
PENDAHULUAN
Permasalahan
Salah satu masalah lingkungan mendunia (global) yang menonjol dalam kehidupan manusia adalah
masalah pencemaran lingkungan. Di antara berbagai bentuk dan sumber pencemaran,
pembuangan limbah secara tidak layak merupakan bentuk dan sumber yang sangat lazim.
Pencemaran yang ditimbulkannya tidak saja menimbulkan gangguan estetik, tapi, juga gangguan
ruang dan keselamatan dan kesehatan terhadap manusia dan makhluk lainnya.
Limbah
Limbah dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan sisa suatu kegiatan atau proses yang tidak dapat
atau tidak dimaksudkan untuk digunakan kembali dalam kegiatan atau proses yang sama (yang
bersangkutan). Dengan definisi ini maka suatu bahan yang dianggap buangan pada suatu proses
atau kegiatan boleh jadi merupakan bahan yang diperlukan atau bermanfaat bagi proses atau
kegiatan lainnya. Apabila bahan-bahan yang diperlukan berbagai kegiatan disediakan dengan
mengambilnya dari lingkungan (sumberdaya alam) secara terus menerus dalam jumlah sangat
besar maka sumberdaya alam dapat lekas habis, khususnya sumberdaya alam tak terbaharukan.
Tujuan Pengelolaan Limbah
Dengan mengelola limbah selayak-layaknya, selain dapat mencegah atau mengurangi masalah
pencemaran yang ditimbulkannya, cadangan sumberdaya alam pun dapat dihemat. Karena itu,
pengelolaan limbah menjadi salah satu bidang pengelolaan lingkungan yang sangat bermakna.
Penggolongan Limbah
#
#
#
Berdasarkan Wujudnya:
< limbah gas;
< limbah cair;
< limbah padat.
Berdasarkan Asalnya:
< Limbah Rumah Tangga (Domestik)
< Limbah Perniagaan
< Limbah Industri
< Limbah Perkotaan
< Limbah Pertanian & Peternakan
< Limbah Rumah Sakit dan Laboratorium
Berdasarkan Tabiatnya:
< Limbah B3 (Bahan Beracun & Berbahaya);
< Limbah Nir-B3.
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
5
DAMPAK LIMBAH PADAT TERHADAP LINGKUNGAN
Dampak limbah padat terhadap kehidupan manusia dapat ditinjau dari segi kesehatan, ekonomi,
hukum, perilaku, lingkungannya dan lain-lain. Keberadaan limbah padat dapat memberikan
dampak baik yang menguntungkan mau pun yang merugikan bagi kegiatan ekonomi, bergantung
pada pengelolaannya dan pihak yang mengelolanya. Dalam perkuliahan ini, pembahasan
mengenai dampak limbah padat dipusatkan kepada dampak buruknya dari segi keselamatan,
kesehatan manusia dan lingkungan. Dampak buruk limbah terhadap kesehatan manusia
bergantung pada keberadaan media atau wahananya dan pendedahan-(exposure)-nya.
Wujud, bentuk, tabiat dan jumlah limbah mempengaruhi jenis, taraf dan luas dampak yang dapat
ditimbulkannya terhadap lingkungan. Limbah berwujud gas, zarah padat dan zarah cair atau uap
dapat terbawa angin sehingga menyebar di udara. Limbah yang berwujud padat dan cair dapat
pula terbawa aliran air (air hujan, aliran air permukaan) menuju berbagai tempat yang dapat
dilalui air. Di antara bahan-bahan kandungan limbah itu ada yang sangat mudah larut dalam air
dan ada pula yang sangat sukar larut dalam air. Taraf kelarutan limbah dalam air menentukan
dampaknya di lingkungan. Selain itu, berat jenis suatu limbah juga menentukan penyebarannya.
Tabiat Bahaya Limbah
Tabiat bahaya suatu limbah dapat diketahui dengan menelusuri tabiat bahaya bahan asalnya atau
dengan menguji tabiat bahayanya. Peraturan pemerintah mengenai pengelolaan limbah B3 (PP
No. 18 Tahun 1999 jo PP No. 85 Tahun 1999) menetapkan penggolongan tabiat bahaya limbah
sebagai berikut:
#
#
#
#
#
#
mudah meledak;
mudah terbakar (maksudnya: mudah menyala/tersulut);
reaktif;
beracun;
menyebabkan infeksi; dan
korosif.
Bahan mudah meledak pada dasarnya bertabiat reaktif terhadap bahan kimiawi lain, suhu udara
dan goncangan atau gesekan. Contoh bahan berdaya ledak di antaranya senyawa nitrat, senyawa
pikrat, dan serbuk alumunium. Industri pertambangan lazim menggunakan bahan peledak.
Dengan sendirinya, limbah yang mengandung bahan mudah meledak mempunyai potensi untuk
meledak apabila kondisinya mendukung. Ledakan melibatkan tekanan udara positif yang sangat
besar dan terjadi dalam waktu singkat. Kerusakan yang dapat ditimbulkannya bergantung pada
daya ledak bahan, jarak, dan kerentanan benda-benda di sekitarnya.
Limbah B3 kerapkali mengandung bahan mudah menyala. Bahan cair mudah menyala dicirikan
oleh titik nyala rendah (di bawah 60-65 EC), contohnya adalah bensin, alkohol, benzena, dan
toluena. Benzena dan toluena lazim digunakan sebagai pelarut bahan perekat. Limbah yang
mengandung bahan ini di antaranya, limbah industri manufaktur sepatu dan otomotif. Dampak
yang dapat ditimbulkannya adalah kebakaran, apabila unsur kebakaran lainnya yaitu oksigen dan
sumber apinya tersedia. Kebakaran dapat merusak jaringan tubuh manusia dan harta bendanya
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
6
apabila terkena.
Suatu bahan tergolong reaktif apabila ia bereaksi dengan udara atau air, menghasilkan uap atau
gas, panas, dan atau ledakan. Reaksinya dapat berlangsung hebat dan tak terkendali. Contoh
bahan tergolong ini di antaranya adalah logam-logam lithium, natrium, fosfor, senyawa karbida,
senyawa peroksida organik, termasuk bahan oksidator seperti kaporit. Industri manufaktur
baterai adalah salah satu sumber limbah reaktif. Limbah yang mengandung bahan reaktif dapat
mempunyai dampak seperti bahan reaktif murni dan penyimpanannya tak layak digabungkan
dengan limbah lain yang mengandung bahan tak bersesuaian.
Bahan beracun adalah bahan yang bertabiat merusak sel dan jaringan tubuh manusia baik secara
akut mau pun khronik. Pengaruh yang dapat ditimbulkannya terhadap kesehatan manusia acap
kali digolongkan sebagai karsinogenik, teratogenik, mutagenik, dan lain sebagainya. Berdasarkan
organ tubuh yang menjadi sasarannya, bahan beracun pun lazim digolongkan sebagai, misalnya,
hepatoksik, nefrotoksik, sitotoksik dan racun sistemik.
Limbah bertabiat infectious dapat menularkan penyakit karena mengandung bibit-bibit penyakit,
seperti bacteria, virus, dan berbagai jenis jasad renik lainnya. Umumnya limbah jenis ini
dihasilkan industri jasa pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan laboratorium klinik walau
pun dapat juga bersumber dari kegiatan industrial lain.
Sungguh pun radioaktivitas suatu bahan limbah juga dapat membuatnya tergolong B3, peraturan
pemerintah tersebut di atas tidak mencakup jenis limbah B3 bertabiat radioaktif. Limbah
radioaktif diatur dalam undang-undang dan peraturan mengenai bahan radioaktif atau tenaga
atom.
Dampak limbah, termasuk limbah B3, dapat dipilah berdasarkan urutan kejadiannya menjadi
dampak langsung (primer) dan dampak turutan (sekunder, tersier, dll.) sebagaimana tersebut di
bawah ini.
#
Dampak primer (terhadap media lingkungan)
< Pencemaran (penurunan mutu) esthetik: bau, kotor, tak elok dipandang
< Pencemaran (penurunan mutu) lahan: lahan tercemar, rusak dan tidak funksional lagi
< Pencemaran (penurunan mutu) air: airtanah tak layak minum, air sungai tak berikan
< Pencemaran (penurunan mutu) udara: udara berdebu, menyesakkan nafas, iritan
#
Dampak turutan (umumnya masalah kesehatan manusia sebagai konsekuensi dampak
pencemaran dan atau kerusakan media lingkungan dan unsur lingkungan lain yang berkaitan
dengan kehidupan manusia):
< Gangguan kenyamanan
< Gangguan kesehatan, misalnya: ISPA; penyakit kulit; kemandulan; cacat kelahiran;
kerusakan organ tubuh.
< Penurunan nilai properti
Beberapa contoh kasus pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah yang tak layak adalah
kasus keracunan air raksa di Teluk Minamata di Jepang, kasus keracunan berbagai jenis bahan
kimiawi di Love Canal di Amerika Serikat. Pada kasus Teluk Minamata, limbah B3 yang terlibat
adalah air raksa, tepatnya methyl mercury. Dampak senyawa air raksa terhadap kesehatan
meliputi kerusakan sistem syaraf, cacat pendengaran, kesukaran bicara, gangguan penglihatan dan
gangguan langkah, gerakan otot tak terkendali, kerusakan kulit dan selaput lendir, kesukaran
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
7
mengunyah dan menelan.
Di Indonesia sendiri, ciri-ciri pencemaran serupa dengan pencemaran Teluk Minamata telah
tampak di berbagai tempat seperti Teluk Jakarta, dan perairan Surabaya. Bagaimana dampaknya
atau potensi dampaknya? Haruskah bangsa Indonesia mengulangi pengalaman buruk manusia
akibat keadaan serupa yang telah lama terjadi di berbagai tempat lain?
Telah banyak kasus gangguan kesehatan yang sangat bermakna akibat pembuangan limbah,
terutama limbah B3, ke lingkungan oleh manusia yang dapat dijadikan pelajaran agar manusia
lebih arif dan bersyukur.
Peringatan dari Allah SWT:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan (karena) perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).” (Al-Qur’aan, Surat 30 Ar-Ruum, 41).
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
8
PRINSIP UMUM DAN DASAR HUKUM
Prinsip Umum
#
Lingkup Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah adalah suatu wacana yang diterapkan dalam rangkaian kegiatan berkaitan
dengan limbah yang dapat mencakup:
< pemilahan;
< pewadahan sementara;
< pengumpulan;
< pengangkutan;
< pemanfaatan;
< pengolahan limbah; serta
< penimbunan hasil pengolahan
< evaluasi dan penyempurnaan.
#
Tujuan Umum Pengelolaan Limbah:
< Mencegah pencemaran lingkungan hidup
< Memulihkan atau menghemat sumberdaya
< Memenuhi peraturan lingkungan
#
Hirarki Pengelolaan Limbah, Khususnya Limbah B3
Dalam hirarki pengelolaan limbah, ikhtiar pertama adalah pencegahan timbulan limbah.
Namun, pada kenyataannya, hal ini sukar terwujud. Tidak semua energi dan atau bahan
terubah sempurna (seluruhnya) dalam menjadi bentuk energi atau bahan lain (“hukum”
termodinamika kedua). Karena itu, urutan pertama itu ditempati bersama oleh ikhtiar
“minimisasi” timbulan limbah. Berbagai ikhtiar minimisasi limbah lazim digolongkan menjadi
reduce, reuse, recycle, recovery atau disingkat 4R. Acapkali kita jumpai variasi berupa 3R
atau bahkan 5R, semua itu kerangka tujuannya sama: minimisasi limbah. Setelah berbagai
ikhtiar minimisasi ditempuh, sebagai ikhtiar berikutnya, sisa limbah yang berbahaya bagi
lingkungan harus diolah lebih dahulu untuk mengubah tabiatnya menjadi tidak berbahaya
atau kurang berbahaya apabila disimpan, ditimbun atau dibuang ke lingkungan. Berikutnya,
ikhtiar terakhir, bilamana telah dapat dipastikan bahwa sisa limbah itu sudah layak disimpan
atau dibuang ke lingkungan, maka limbah itu disimpan dan atau dibuang ke lingkungan dengan
cara yang selayak-layaknya pula.
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
9
Dasar Hukum Pengelolaan Limbah Padat dan B3
Berdasarkan pengamatan manusia selama ini, limbah yang tidak dikelola dengan layak telah
menimbulkan berbagai jenis dan taraf kerusakan pada lingkungan. Mengingat bahwa berbuat
kerusakan adalah haram, maka pembuangan limbah secara tidak layak yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan di bumi tergolong haram.
Pengelolaan limbah adalah salah satu segi kegiatan manusia yang menyangkut pula akhlaq dan
tatanan kemasyarakatan. Karena itu, tentu saja, dasar hukum yang paling utama adalah
ketentuan Allah sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’aan dan pedomannya dalam Al-Hadits.
Allah’s Message:
“Do no mischief on the earth, after it hath been set in order. But, call on Him with fear and
longing (in your hearts) for the Mercy of Allah is always near to those who do good.” (AlQur’aan, Al-A’raaf, 7:56)
Segi-segi prinsipil dan operasional kegiatan pengelolaan lingkungan yang lebih rinci disusun
manusia (masyarakat) dalam berbagai kerangka hukum yang berlaku dalam suatu negara.
Kerangka hukum itu dapat berbentuk undang-undang, peraturan, bakuan atau persyaratan
teknikal, dsb. Di Indonesia, beberapa peraturan-perundangan bertaraf kebangsaan mengenai
pengelolaan lingkungan yang menyangkut pencegahan dan atau pengendalian pencemaran akibat
limbah, di antaranya, adalah:
#
#
#
#
#
Undang-undang No. 23/1997 (Pengelolaan Lingkungan)
Undang Undang No. 31 Tahun 1964 - (Ketentuan-ketentuan Pokok Tenaga Atom)
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 (Pengelolaan Limbah B3)
Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 (diterbitkan untuk mengubah beberapa fatsal
dalam PP No. 18/1999).
Surat Keputusan Kepala BAPEDAL No. 68/1994, No. 1, 2, 3, 4, dan 5 Tahun 1995
Peraturan-perundang-undangan tersebut di atas lebih terpusat pada limbah berbahaya. Ada pun
ketentuan-ketentuan mengenai pengelolaan limbah padat biasa (sampah domestik atau limbah
perkotaan) umumnya ditetapkan oleh pemerintah daerah dan dituangkan dalam bentuk
peraturan daerah, surat keputusan gubernur atau surat keputusan bupati/walikota. Tidak semua
daerah mempunyai peraturan atau dasar hukum yang cukup kuat atau memadai bagi
peyelenggaraan pengelolaan limbah secara sangkil (effective).
Pada umumnya, berbagai dasar hukum itu dibuat sebagai salah satu perangkat kebijakan
mengenai pengelolaan limbah. Secara keseluruhan, perangkat kebijakan itu (terutama dalam
kaidah pengelolaan limbah B3) dapat berupa dan digolongkan sbb.:
# Sistem penataan dan penelusuran;
# Sistem perizinan;
# Persyaratan teknikal pembuangan limbah;
# Sistem pengawasan;
# Peningkatan kesadaran masyarakat.
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
10
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT BIASA
Macam Limbah Padat Biasa
#
#
#
Sampah basah atau membusuk (garbage), misalnya: sisa-sisa makanan; sampah dapur; sampah
pekarangan; kemasan makanan berbahan daun-daunan (bungkus ketupat, lotek, rujak, dodol
Imlek, dll.)
Sampah kering (rubbish), misalnya: kaca, kayu, kertas, karet, plastik, kaleng, dsb.
Abu (ashes)
Berdasarkan tujuan pemanfaatan dan pengolahannya, sampah kering biasa dapat juga digolongkan
menjadi sampah yang dapat didaur ulang, sampah yang tak dapat didaur ulang, sampah yang dapat
dibakar, sampah yang tidak dapat dibakar.
Lingkup Pengelolaan Limbah Padat Biasa
Unsur-unsur pengelolaan limbah padat biasa telah disebutkan sebelumnya pada ulasan mengenai
prinsip umum. Dalam bagian ini, lingkup pengelolaan yang diulas dibatasi pada pengolahan dan
pembuangannya.
Pengolahan Limbah Padat Biasa
Kegiatan pengolahan limbah padat biasa dalam skala perkotaan dapat dimulai dengan pemilahan
limbah di stasiun pemindahan. Pemilahan dapat pula dilakukan di berbagai jenis tempat lainnya.
Limbah umumnya dipilah berdasarkan jenis bahan dan tujuan pemanfaatan, pengolahan dan/atau
pembuangannya.
Pengolahan sampah untuk pemanfaatan dapat berupa proses/kegiatan tersebut di bawah ini.
#
#
#
Pendaurulangan sampah (recycling), di antaranya: plastik, kertas, logam, dll., baik untuk
dibuat barang yang sama mau pun barang yang lain.
Pembuatan pelet bahan bakar (pelletized waste derived fuel), limbah padat bernilai energi
cukup tinggi, hasilnya dapat digunakan untuk berbagai keperluan yang membutuhkan bahan
bakar padat.
Pengomposan (composting), limbah yang tergolong membusuk, mengandung unsur karbon
dan nitrogen yang memadai dan seimbang; hasilnya digunakan sebagai pupuk tanaman.
Pengolahan sampah untuk pembuangan akhir umumnya berupa insinerasi sampah. Insinerasi
adalah proses pembakaran secara terkendali dengan suhu tinggi yang dapat mengubah tabiat
sampah/limbah padat secara cepat. Limbah padat diubah menjadi padatan lembam (abu)
bervolume kecil, uap air dan gas. Sarana insinerator yang baik dilengkapi sistem pengendalian
pencemar udara yang memadai (misalnya: scrubber, fabric filter, electrostatic precipitator,
dlsb.).
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
11
Abu hasil insinerasi dikumpulkan dan dibuang/disimpan di sarana penimbusan (landfill). Ada pun
air limbah (limbah cair) yang dapat dihasilkan sistem pengendalian pencemar udara harus dikelola
dengan layak pula sesuai dengan kaidah pengelolaan air limbah.
Pembuangan Akhir Limbah Padat Biasa
Sarana pembuangan akhir untuk sampah yang layak adalah bangunan dan sistem pendukungnya
yang dibangun dan dioperasikan untuk menampung limbah padat dengan kapasitas memadai dan
mampu mencegah migrasi atau perpindahan limbah dan/atau unsur limbah ke lingkungan di
sekitarnya secara langsung. Sampah/Limbah padat yang dapat dibuang ke sarana pembuangan
akhir sebaiknya berupa:
# Sisa sampah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi;
# Sisa sampah yang tidak dapat didaurulang lagi;
# Sisa sampah yang tak dapat diolah lagi.
Sarana pembuangan sampah akhir yang layak berupa sarana penimbusan sehat (sanitary landfill)
atau sarana penimbusan terkendali (controlled landfill). Sarana penimbusan sehat dibangun
berupa cekungan pada suatu lahan, dilapisi dengan lapisan kedap air, dilengkapi dengan sistem
pengumpulan lindi (leachate), sistem penyaliran air permukaan di sekitarnya, dan sistem
pengolahan dan pembuangan lindi yang memadai serta sistem pengumpulan dan penyaluran gas.
Sarana penimbusan sehat semestinya dioperasikan setiap hari dengan memperhatikan
pencegahan masuknya pemulung, hewan pengais, dan pencegahan terbawanya sebagian sampah
oleh angin, pancaran bau dan debu. Sarana ini juga sebaiknya ditempatkan pada tapak yang layak
(dataran, bukan lahan basah atau daerah terkena banjir, cukup jauh dari pemukiman, dekat
dengan jaringan jalan besar, cukup stabil secara geologi, dlsb.).
Sarana penimbusan sehat yang dirancang, dibangun dan dioperasikan dengan layak dapat
dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar gas yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan, seperti pembangkit listrik. Setelah kapasitasnya tercapai, sarana penimbusan sehat
ditutup sedemikian rupa sehingga beberapa masa kemudian lahannya dapat dimanfaatkan sebagai
taman, kebun, hutan kecil, sarana rekreasi, dsb.
Gambar 1.
Gambar konseptual suatu
sarana penimbusan sehat
(modern).
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
12
PENGELOLAAN LIMBAH B3
Limbah B3
Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifatnya
dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung mau pun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. (Peraturan Pemerintah No.
18/1999, 1:2)
Lingkup Pengelolaan Limbah B3
Unsur-unsur pengelolaan limbah padat, mencakup limbah B3, telah disebutkan sebelumnya pada
ulasan mengenai prinsip umum. Dalam bagian ini, lingkup pengelolaan yang diulas dibatasi pada
identifikasi, pengolahan dan pembuangannya.
Identifikasi Limbah B3
Pengelolaan limbah B3 diawali dengan identifikasi limbah B3, yaitu menentukan apakah suatu
limbah tergolong B3 atau bukan. PP No. 18/1999 jo PP 85/1999 menetapkan bahwa limbah B3
dapat diidentifikasikan menurut sumber dan atau uji karakteristik dan atau uji toksikologi.
Fatsal 7 PP 85/1999 menetapkan bahwa jenis limbah B3 dapat diketahui atau ditentukan menurut
sumbernya:
# Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
# Limbah B3 dari sumber spesifik;
# Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk
yang tidak memenuhi spesifikasi.
Perincian dari masing-masing jenis sebagaimana dimaksud pada ketentuan tersebut di atas
dituangkan dalam lampiran I Peraturan Pemerintah itu. Dengan mengetahui macam dan sumber
suatu limbah dan mencocokkannya dengan senarai limbah B3 pada 3 macam tabel lampiran 1
peraturan pemerintah itu, kita dapat menentukan suatu limbah tergolong B3.
Selain itu, suatu limbah dapat diketahui tergolong B3 berdasarkan tabiat bahayanya. Tabiat
bahaya suatu limbah dapat diketahui dengan menelusuri tabiat bahaya bahan asalnya atau dengan
menguji tabiat bahayanya. Berdasarkan peraturan pemerintah mengenai pengelolaan limbah B3
itu, suatu limbah tergolong limbah B3 apabila ia mempunyai atau menunjukkan salahsatu (atau
lebih dari satu) tabiat bahaya sbb:
# mudah meledak;
# mudah terbakar (maksudnya: mudah menyala/tersulut);
# bersifat reaktif;
# beracun;
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
13
#
#
menyebabkan infeksi; dan
bersifat korosif.
Tabiat racun limbah juga dapat diketahui dengan pengujian toksikologi untuk menentukan sifat
akut dan atau kronik. Sungguh pun radioaktivitas suatu bahan limbah juga dapat membuatnya
tergolong B3, peraturan pemerintah tersebut di atas tidak mencakup jenis limbah B3 bertabiat
radioaktif. Limbah radioaktif diatur dalam undang-undang dan peraturan mengenai bahan
radioaktif atau tenaga atom.
Pengolahan Limbah B3
#
Tujuan
Dalam mencapai tujuan umum pengelolaan limbah, pengolahan limbah B3 mempunyai
beberapa tujuan menjenis (specific objectives) yang dapat digolongkan sebagai:
< Daur ulang dan pemulihan bahan bermanfaat sebagai sumber daya (recycling, recovery);
< Minimisasi timbulan limbah yang harus dibuang ke lingkungan;
< Meniadakan atau mengurangi tabiat bahaya limbah terhadap lingkungan.
#
Proses Pengolahan Limbah B3
Berdasarkan jenis prosesnya, berbagai teknik pengolahan limbah B3 dapat digolongkan
menjadi:
< Pengolahan Wujud (Physical Treatment);
< Pengolahan Kimiawi (Chemical Treatment);
< Pengolahan Hayati (Biological Treatment);
< Pengolahan Panas (Thermal Treatment).
#
Pengolahan Wujud
< Diterapkan dalam pengolahan limbah yang terdiri atas cairan dan padatan untuk
memisahkan fasa padat dari fasa cair.
< Teknik pemisahan beraneka ragam, lazim digunakan di industri sejak beberapa
dasawarsa yang lalu.
< Contoh: pengendapan (sedimentasi); solidifikasi.
#
Pengolahan Kimiawi
< Pemanfaatan berbagai reaksi kimiawi
< Mengubah wujud dan/atau tabiat limbah B3 menjadi tidak atau kurang berbahaya
< Memulihkan sumber daya bermanfaat dari limbah B3
< Membutuhkan bahan kimiawi pereaksi dalam jumlah proporsional
< Contoh: netralisasi; dehalogenasi; fiksasi/stabilisasi kimiawi
#
Pengolahan Hayati
< Penguraian berbagai jenis limbah atau bahan beracun menjadi senyawa yang lebih
sederhana yang kurang/tidak berbahaya bagi lingkungan dengan bantuan proses
metabolisme jasad renik.
< Contoh: remediasi hayati
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
14
#
Pengolahan Daya Panas
< Limbah B3 diubah menjadi gas dan padatan yang tak dapat dibakar lebih lanjut lagi
< Limbah B3 organik yang akan dimusnahkan dan mempunyai nilai kalori tinggi dapat
sekaligus berperan sebagai bahan bakar
< Proses dapat mengurangi volume dan berat limbah
< Contoh: insinerasi (proses oksidasi thermal, terkendali, pada suhu tinggi)
Pembuangan Akhir Limbah B3
Salah satu cara pembuangan atau penempatan akhir limbah B3 adalah dengan penimbusan.
Sarana penimbusannya lazim disebut Lahan Timbus Aman (Secure Landfill). Lahan timbus aman
adalah cekungan atau galian terekayasa seksama dalam tanah, tempat limbah B3 ditempatkan dan
ditutup kembali. Rekayasa lahan timbus aman bertujuan:
# mencegah hubungan hidraulik antara limbah dengan lingkungan sekitarnya;
# melindungi lingkungan jangka panjang;
# memudahkan pemantauan kinerja penimbusan aman.
Pada dasarnya, lahan timbus aman tempat yang diprioritaskan untuk menampung dan isolasi
limbah B3 yang tak dapat digunakan-ulang, didaurulang, dipulihkan, mau pun diciutkan ukurannya
secara teknikal mau pun ekonomik. Limbah B3 yang akan ditimbus harus sudah dalam keadaan
aman bagi, operator, sarana dan operasi penimbusan.
Sebagaimana halnya sarana penimbusan sehat, sarana penimbusan aman harus ditempatkan pada
tapak yang layak dan dilengkapi dengan sarana pendukung yang memadai. Persyaratan teknikal
tapak, rancangan, bangunan dan operasi suatu sarana penimbusan limbah B3 lebih ketat daripada
persyaratan teknikal untuk sarana limbah padat biasa.
Gambar 2. Sarana Penimbusan Limbah B3 di Cileungsi
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
15
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN B3
Risalah Singkat Pokok Perkuliahan
Revisi 3, Desember 2003
D. WARDHANA HASANUDDIN SURAADININGRAT
[email protected]
PENGANTAR
Assalaamu’alaikum
Pengelolaan limbah salahsatu bidang pengelolaan lingkungan. Risalah ini mengulas masalah
pengelolaan limbah padat dan bahan beracun dan berbahaya (B3) yang juga bagian dari rangkaian
sistem pengelolaan limbah industri. Masalah pengelolaan limbah amat luas, dapat dibahas dari
berbagai segi secara mendalam mau pun secara menyeluruh secara singkat.
Risalah perkuliahan ini dibuat untuk membantu mengarahkan isi perkuliahan mengenai
pengelolaan limbah padat dan limbah berbahaya (limbah B3) dan tidak dimaksudkan untuk
menggantikan text book yang dianjurkan. Muatan risalah dirancang untuk dapat disampaikan
dalam waktu sekitar empat jam sehingga tidak mendalam dan diupayakan tetap menyeluruh
(komprehensif) sehingga para mahasiswa program studi di luar teknik lingkungan dapat
mengetahui gambar besar masalah pengelolaan limbah.
Sebagaimana masalah lingkungan lainnya, masalah pengelolaan limbah mempunyai dimensi
masalah yang banyak sehingga ia membuka kesempatan bagi peneliti yang tidak berlatarbelakang
pendidikan akademik bidang lingkungan untuk mengambil beberapa segi permasalahannya sebagai
bahan penelitian atau tugas akhir akademik. Para mahasiswa yang mempunyai minat lebih jauh
untuk mempelajari masalah ini sebagai bahan penelitian dianjurkan untuk membaca atau mengaji
berbagai rujukan yang layak selain rujukan tersebut pada awal perkuliahan ini.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada Prof. dr. Haryoto Kusnoputranto, MPH, PhD., Ketua
Jurusan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia dan Dr.ir.
Kardono, M.Eng., Dekan Fakultas Teknik Universitas Al-Azhar yang pertama kali memberikan
kesempatan kepada penulis untuk berperanserta mengajar di bidang ini di fakultas dan perguruan
tingginya masing-masing. Terima kasih penulis sampaikan pula kepada drs. Bambang Wispriyono,
Ph.D., dan dr. Zulkifli Djunaidi, M.App.Sc., yang telah memberikan kehormatan kepada penulis
untuk bergabung dalam timnya dalam beberapa mata kuliah di Jurusan Kesehatan Lingkungan dan
Jurusan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia. Semoga pokok ulasan ini bermanfaat dapat memenuhi tujuan dan sasaran perkuliahan
yang ditetapkan.
Jakarta, Desember 2003.
Wassalaamu’alaikum,
Penulis
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
3
Tujuan Perkuliahan
#
#
#
#
Pengenalan atas sumber-sumber limbah dan tabiatnya.
Pengenalan atas prinsip-prinsip umum dan unsur pengelolaan limbah.
Pengenalan segi teknologi pengelolaan limbah padat dan B3.
Meningkatkan kesadaran akan pengelolaan lingkungan.
Metode Penyajian Perkuliahan
#
#
#
Ulasan verbal mengenai tabiat bahaya limbah, prinsip pengelolaan limbah, segi amalan dan
teknologi pengelolaan limbah, khususnya limbah padat dan B3 industri
Ilustrasi audio-visual (dalam kelas saja)
Diskusi (dalam kelas saja)
Garis Besar Bahan Perkuliahan
#
#
#
#
#
Pendahuluan
Dampak Limbah pada Lingkungan
Prinsip Umum dan Dasar Hukum
Pengelolaan Limbah Padat Biasa
Pengelolaan Limbah Industri B3
Bahan Rujukan
#
Pemerintah Republik Indonesia:
< Peraturan Pemerintah No. 18/1999 - Pengelolaan Limbah B3
< Peraturan Pemerintah No. 85/1999 - Perubahan PP 18/1999
#
Tchobanoglous, George:
< Solid Waste Management, McGraw-Hill
#
Wentz, C.A.:
< Hazardous Waste Management, McGraw-Hill
#
Wardhana H.S., Dadan
< Indonesian Environmental Laws & Regulations
< Mewaspadai Limbah B3 di Sekitar Kita
< Modul-modul Perkuliahan Pengelolaan Buangan Industri
< Modul-modul Perkuliahan Pengelolaan Limbah B3
< Pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya, Ed. 4
< Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
4
PENDAHULUAN
Permasalahan
Salah satu masalah lingkungan mendunia (global) yang menonjol dalam kehidupan manusia adalah
masalah pencemaran lingkungan. Di antara berbagai bentuk dan sumber pencemaran,
pembuangan limbah secara tidak layak merupakan bentuk dan sumber yang sangat lazim.
Pencemaran yang ditimbulkannya tidak saja menimbulkan gangguan estetik, tapi, juga gangguan
ruang dan keselamatan dan kesehatan terhadap manusia dan makhluk lainnya.
Limbah
Limbah dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan sisa suatu kegiatan atau proses yang tidak dapat
atau tidak dimaksudkan untuk digunakan kembali dalam kegiatan atau proses yang sama (yang
bersangkutan). Dengan definisi ini maka suatu bahan yang dianggap buangan pada suatu proses
atau kegiatan boleh jadi merupakan bahan yang diperlukan atau bermanfaat bagi proses atau
kegiatan lainnya. Apabila bahan-bahan yang diperlukan berbagai kegiatan disediakan dengan
mengambilnya dari lingkungan (sumberdaya alam) secara terus menerus dalam jumlah sangat
besar maka sumberdaya alam dapat lekas habis, khususnya sumberdaya alam tak terbaharukan.
Tujuan Pengelolaan Limbah
Dengan mengelola limbah selayak-layaknya, selain dapat mencegah atau mengurangi masalah
pencemaran yang ditimbulkannya, cadangan sumberdaya alam pun dapat dihemat. Karena itu,
pengelolaan limbah menjadi salah satu bidang pengelolaan lingkungan yang sangat bermakna.
Penggolongan Limbah
#
#
#
Berdasarkan Wujudnya:
< limbah gas;
< limbah cair;
< limbah padat.
Berdasarkan Asalnya:
< Limbah Rumah Tangga (Domestik)
< Limbah Perniagaan
< Limbah Industri
< Limbah Perkotaan
< Limbah Pertanian & Peternakan
< Limbah Rumah Sakit dan Laboratorium
Berdasarkan Tabiatnya:
< Limbah B3 (Bahan Beracun & Berbahaya);
< Limbah Nir-B3.
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
5
DAMPAK LIMBAH PADAT TERHADAP LINGKUNGAN
Dampak limbah padat terhadap kehidupan manusia dapat ditinjau dari segi kesehatan, ekonomi,
hukum, perilaku, lingkungannya dan lain-lain. Keberadaan limbah padat dapat memberikan
dampak baik yang menguntungkan mau pun yang merugikan bagi kegiatan ekonomi, bergantung
pada pengelolaannya dan pihak yang mengelolanya. Dalam perkuliahan ini, pembahasan
mengenai dampak limbah padat dipusatkan kepada dampak buruknya dari segi keselamatan,
kesehatan manusia dan lingkungan. Dampak buruk limbah terhadap kesehatan manusia
bergantung pada keberadaan media atau wahananya dan pendedahan-(exposure)-nya.
Wujud, bentuk, tabiat dan jumlah limbah mempengaruhi jenis, taraf dan luas dampak yang dapat
ditimbulkannya terhadap lingkungan. Limbah berwujud gas, zarah padat dan zarah cair atau uap
dapat terbawa angin sehingga menyebar di udara. Limbah yang berwujud padat dan cair dapat
pula terbawa aliran air (air hujan, aliran air permukaan) menuju berbagai tempat yang dapat
dilalui air. Di antara bahan-bahan kandungan limbah itu ada yang sangat mudah larut dalam air
dan ada pula yang sangat sukar larut dalam air. Taraf kelarutan limbah dalam air menentukan
dampaknya di lingkungan. Selain itu, berat jenis suatu limbah juga menentukan penyebarannya.
Tabiat Bahaya Limbah
Tabiat bahaya suatu limbah dapat diketahui dengan menelusuri tabiat bahaya bahan asalnya atau
dengan menguji tabiat bahayanya. Peraturan pemerintah mengenai pengelolaan limbah B3 (PP
No. 18 Tahun 1999 jo PP No. 85 Tahun 1999) menetapkan penggolongan tabiat bahaya limbah
sebagai berikut:
#
#
#
#
#
#
mudah meledak;
mudah terbakar (maksudnya: mudah menyala/tersulut);
reaktif;
beracun;
menyebabkan infeksi; dan
korosif.
Bahan mudah meledak pada dasarnya bertabiat reaktif terhadap bahan kimiawi lain, suhu udara
dan goncangan atau gesekan. Contoh bahan berdaya ledak di antaranya senyawa nitrat, senyawa
pikrat, dan serbuk alumunium. Industri pertambangan lazim menggunakan bahan peledak.
Dengan sendirinya, limbah yang mengandung bahan mudah meledak mempunyai potensi untuk
meledak apabila kondisinya mendukung. Ledakan melibatkan tekanan udara positif yang sangat
besar dan terjadi dalam waktu singkat. Kerusakan yang dapat ditimbulkannya bergantung pada
daya ledak bahan, jarak, dan kerentanan benda-benda di sekitarnya.
Limbah B3 kerapkali mengandung bahan mudah menyala. Bahan cair mudah menyala dicirikan
oleh titik nyala rendah (di bawah 60-65 EC), contohnya adalah bensin, alkohol, benzena, dan
toluena. Benzena dan toluena lazim digunakan sebagai pelarut bahan perekat. Limbah yang
mengandung bahan ini di antaranya, limbah industri manufaktur sepatu dan otomotif. Dampak
yang dapat ditimbulkannya adalah kebakaran, apabila unsur kebakaran lainnya yaitu oksigen dan
sumber apinya tersedia. Kebakaran dapat merusak jaringan tubuh manusia dan harta bendanya
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
6
apabila terkena.
Suatu bahan tergolong reaktif apabila ia bereaksi dengan udara atau air, menghasilkan uap atau
gas, panas, dan atau ledakan. Reaksinya dapat berlangsung hebat dan tak terkendali. Contoh
bahan tergolong ini di antaranya adalah logam-logam lithium, natrium, fosfor, senyawa karbida,
senyawa peroksida organik, termasuk bahan oksidator seperti kaporit. Industri manufaktur
baterai adalah salah satu sumber limbah reaktif. Limbah yang mengandung bahan reaktif dapat
mempunyai dampak seperti bahan reaktif murni dan penyimpanannya tak layak digabungkan
dengan limbah lain yang mengandung bahan tak bersesuaian.
Bahan beracun adalah bahan yang bertabiat merusak sel dan jaringan tubuh manusia baik secara
akut mau pun khronik. Pengaruh yang dapat ditimbulkannya terhadap kesehatan manusia acap
kali digolongkan sebagai karsinogenik, teratogenik, mutagenik, dan lain sebagainya. Berdasarkan
organ tubuh yang menjadi sasarannya, bahan beracun pun lazim digolongkan sebagai, misalnya,
hepatoksik, nefrotoksik, sitotoksik dan racun sistemik.
Limbah bertabiat infectious dapat menularkan penyakit karena mengandung bibit-bibit penyakit,
seperti bacteria, virus, dan berbagai jenis jasad renik lainnya. Umumnya limbah jenis ini
dihasilkan industri jasa pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan laboratorium klinik walau
pun dapat juga bersumber dari kegiatan industrial lain.
Sungguh pun radioaktivitas suatu bahan limbah juga dapat membuatnya tergolong B3, peraturan
pemerintah tersebut di atas tidak mencakup jenis limbah B3 bertabiat radioaktif. Limbah
radioaktif diatur dalam undang-undang dan peraturan mengenai bahan radioaktif atau tenaga
atom.
Dampak limbah, termasuk limbah B3, dapat dipilah berdasarkan urutan kejadiannya menjadi
dampak langsung (primer) dan dampak turutan (sekunder, tersier, dll.) sebagaimana tersebut di
bawah ini.
#
Dampak primer (terhadap media lingkungan)
< Pencemaran (penurunan mutu) esthetik: bau, kotor, tak elok dipandang
< Pencemaran (penurunan mutu) lahan: lahan tercemar, rusak dan tidak funksional lagi
< Pencemaran (penurunan mutu) air: airtanah tak layak minum, air sungai tak berikan
< Pencemaran (penurunan mutu) udara: udara berdebu, menyesakkan nafas, iritan
#
Dampak turutan (umumnya masalah kesehatan manusia sebagai konsekuensi dampak
pencemaran dan atau kerusakan media lingkungan dan unsur lingkungan lain yang berkaitan
dengan kehidupan manusia):
< Gangguan kenyamanan
< Gangguan kesehatan, misalnya: ISPA; penyakit kulit; kemandulan; cacat kelahiran;
kerusakan organ tubuh.
< Penurunan nilai properti
Beberapa contoh kasus pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah yang tak layak adalah
kasus keracunan air raksa di Teluk Minamata di Jepang, kasus keracunan berbagai jenis bahan
kimiawi di Love Canal di Amerika Serikat. Pada kasus Teluk Minamata, limbah B3 yang terlibat
adalah air raksa, tepatnya methyl mercury. Dampak senyawa air raksa terhadap kesehatan
meliputi kerusakan sistem syaraf, cacat pendengaran, kesukaran bicara, gangguan penglihatan dan
gangguan langkah, gerakan otot tak terkendali, kerusakan kulit dan selaput lendir, kesukaran
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
7
mengunyah dan menelan.
Di Indonesia sendiri, ciri-ciri pencemaran serupa dengan pencemaran Teluk Minamata telah
tampak di berbagai tempat seperti Teluk Jakarta, dan perairan Surabaya. Bagaimana dampaknya
atau potensi dampaknya? Haruskah bangsa Indonesia mengulangi pengalaman buruk manusia
akibat keadaan serupa yang telah lama terjadi di berbagai tempat lain?
Telah banyak kasus gangguan kesehatan yang sangat bermakna akibat pembuangan limbah,
terutama limbah B3, ke lingkungan oleh manusia yang dapat dijadikan pelajaran agar manusia
lebih arif dan bersyukur.
Peringatan dari Allah SWT:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan (karena) perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).” (Al-Qur’aan, Surat 30 Ar-Ruum, 41).
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
8
PRINSIP UMUM DAN DASAR HUKUM
Prinsip Umum
#
Lingkup Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah adalah suatu wacana yang diterapkan dalam rangkaian kegiatan berkaitan
dengan limbah yang dapat mencakup:
< pemilahan;
< pewadahan sementara;
< pengumpulan;
< pengangkutan;
< pemanfaatan;
< pengolahan limbah; serta
< penimbunan hasil pengolahan
< evaluasi dan penyempurnaan.
#
Tujuan Umum Pengelolaan Limbah:
< Mencegah pencemaran lingkungan hidup
< Memulihkan atau menghemat sumberdaya
< Memenuhi peraturan lingkungan
#
Hirarki Pengelolaan Limbah, Khususnya Limbah B3
Dalam hirarki pengelolaan limbah, ikhtiar pertama adalah pencegahan timbulan limbah.
Namun, pada kenyataannya, hal ini sukar terwujud. Tidak semua energi dan atau bahan
terubah sempurna (seluruhnya) dalam menjadi bentuk energi atau bahan lain (“hukum”
termodinamika kedua). Karena itu, urutan pertama itu ditempati bersama oleh ikhtiar
“minimisasi” timbulan limbah. Berbagai ikhtiar minimisasi limbah lazim digolongkan menjadi
reduce, reuse, recycle, recovery atau disingkat 4R. Acapkali kita jumpai variasi berupa 3R
atau bahkan 5R, semua itu kerangka tujuannya sama: minimisasi limbah. Setelah berbagai
ikhtiar minimisasi ditempuh, sebagai ikhtiar berikutnya, sisa limbah yang berbahaya bagi
lingkungan harus diolah lebih dahulu untuk mengubah tabiatnya menjadi tidak berbahaya
atau kurang berbahaya apabila disimpan, ditimbun atau dibuang ke lingkungan. Berikutnya,
ikhtiar terakhir, bilamana telah dapat dipastikan bahwa sisa limbah itu sudah layak disimpan
atau dibuang ke lingkungan, maka limbah itu disimpan dan atau dibuang ke lingkungan dengan
cara yang selayak-layaknya pula.
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
9
Dasar Hukum Pengelolaan Limbah Padat dan B3
Berdasarkan pengamatan manusia selama ini, limbah yang tidak dikelola dengan layak telah
menimbulkan berbagai jenis dan taraf kerusakan pada lingkungan. Mengingat bahwa berbuat
kerusakan adalah haram, maka pembuangan limbah secara tidak layak yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan di bumi tergolong haram.
Pengelolaan limbah adalah salah satu segi kegiatan manusia yang menyangkut pula akhlaq dan
tatanan kemasyarakatan. Karena itu, tentu saja, dasar hukum yang paling utama adalah
ketentuan Allah sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’aan dan pedomannya dalam Al-Hadits.
Allah’s Message:
“Do no mischief on the earth, after it hath been set in order. But, call on Him with fear and
longing (in your hearts) for the Mercy of Allah is always near to those who do good.” (AlQur’aan, Al-A’raaf, 7:56)
Segi-segi prinsipil dan operasional kegiatan pengelolaan lingkungan yang lebih rinci disusun
manusia (masyarakat) dalam berbagai kerangka hukum yang berlaku dalam suatu negara.
Kerangka hukum itu dapat berbentuk undang-undang, peraturan, bakuan atau persyaratan
teknikal, dsb. Di Indonesia, beberapa peraturan-perundangan bertaraf kebangsaan mengenai
pengelolaan lingkungan yang menyangkut pencegahan dan atau pengendalian pencemaran akibat
limbah, di antaranya, adalah:
#
#
#
#
#
Undang-undang No. 23/1997 (Pengelolaan Lingkungan)
Undang Undang No. 31 Tahun 1964 - (Ketentuan-ketentuan Pokok Tenaga Atom)
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 (Pengelolaan Limbah B3)
Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 (diterbitkan untuk mengubah beberapa fatsal
dalam PP No. 18/1999).
Surat Keputusan Kepala BAPEDAL No. 68/1994, No. 1, 2, 3, 4, dan 5 Tahun 1995
Peraturan-perundang-undangan tersebut di atas lebih terpusat pada limbah berbahaya. Ada pun
ketentuan-ketentuan mengenai pengelolaan limbah padat biasa (sampah domestik atau limbah
perkotaan) umumnya ditetapkan oleh pemerintah daerah dan dituangkan dalam bentuk
peraturan daerah, surat keputusan gubernur atau surat keputusan bupati/walikota. Tidak semua
daerah mempunyai peraturan atau dasar hukum yang cukup kuat atau memadai bagi
peyelenggaraan pengelolaan limbah secara sangkil (effective).
Pada umumnya, berbagai dasar hukum itu dibuat sebagai salah satu perangkat kebijakan
mengenai pengelolaan limbah. Secara keseluruhan, perangkat kebijakan itu (terutama dalam
kaidah pengelolaan limbah B3) dapat berupa dan digolongkan sbb.:
# Sistem penataan dan penelusuran;
# Sistem perizinan;
# Persyaratan teknikal pembuangan limbah;
# Sistem pengawasan;
# Peningkatan kesadaran masyarakat.
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
10
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT BIASA
Macam Limbah Padat Biasa
#
#
#
Sampah basah atau membusuk (garbage), misalnya: sisa-sisa makanan; sampah dapur; sampah
pekarangan; kemasan makanan berbahan daun-daunan (bungkus ketupat, lotek, rujak, dodol
Imlek, dll.)
Sampah kering (rubbish), misalnya: kaca, kayu, kertas, karet, plastik, kaleng, dsb.
Abu (ashes)
Berdasarkan tujuan pemanfaatan dan pengolahannya, sampah kering biasa dapat juga digolongkan
menjadi sampah yang dapat didaur ulang, sampah yang tak dapat didaur ulang, sampah yang dapat
dibakar, sampah yang tidak dapat dibakar.
Lingkup Pengelolaan Limbah Padat Biasa
Unsur-unsur pengelolaan limbah padat biasa telah disebutkan sebelumnya pada ulasan mengenai
prinsip umum. Dalam bagian ini, lingkup pengelolaan yang diulas dibatasi pada pengolahan dan
pembuangannya.
Pengolahan Limbah Padat Biasa
Kegiatan pengolahan limbah padat biasa dalam skala perkotaan dapat dimulai dengan pemilahan
limbah di stasiun pemindahan. Pemilahan dapat pula dilakukan di berbagai jenis tempat lainnya.
Limbah umumnya dipilah berdasarkan jenis bahan dan tujuan pemanfaatan, pengolahan dan/atau
pembuangannya.
Pengolahan sampah untuk pemanfaatan dapat berupa proses/kegiatan tersebut di bawah ini.
#
#
#
Pendaurulangan sampah (recycling), di antaranya: plastik, kertas, logam, dll., baik untuk
dibuat barang yang sama mau pun barang yang lain.
Pembuatan pelet bahan bakar (pelletized waste derived fuel), limbah padat bernilai energi
cukup tinggi, hasilnya dapat digunakan untuk berbagai keperluan yang membutuhkan bahan
bakar padat.
Pengomposan (composting), limbah yang tergolong membusuk, mengandung unsur karbon
dan nitrogen yang memadai dan seimbang; hasilnya digunakan sebagai pupuk tanaman.
Pengolahan sampah untuk pembuangan akhir umumnya berupa insinerasi sampah. Insinerasi
adalah proses pembakaran secara terkendali dengan suhu tinggi yang dapat mengubah tabiat
sampah/limbah padat secara cepat. Limbah padat diubah menjadi padatan lembam (abu)
bervolume kecil, uap air dan gas. Sarana insinerator yang baik dilengkapi sistem pengendalian
pencemar udara yang memadai (misalnya: scrubber, fabric filter, electrostatic precipitator,
dlsb.).
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
11
Abu hasil insinerasi dikumpulkan dan dibuang/disimpan di sarana penimbusan (landfill). Ada pun
air limbah (limbah cair) yang dapat dihasilkan sistem pengendalian pencemar udara harus dikelola
dengan layak pula sesuai dengan kaidah pengelolaan air limbah.
Pembuangan Akhir Limbah Padat Biasa
Sarana pembuangan akhir untuk sampah yang layak adalah bangunan dan sistem pendukungnya
yang dibangun dan dioperasikan untuk menampung limbah padat dengan kapasitas memadai dan
mampu mencegah migrasi atau perpindahan limbah dan/atau unsur limbah ke lingkungan di
sekitarnya secara langsung. Sampah/Limbah padat yang dapat dibuang ke sarana pembuangan
akhir sebaiknya berupa:
# Sisa sampah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi;
# Sisa sampah yang tidak dapat didaurulang lagi;
# Sisa sampah yang tak dapat diolah lagi.
Sarana pembuangan sampah akhir yang layak berupa sarana penimbusan sehat (sanitary landfill)
atau sarana penimbusan terkendali (controlled landfill). Sarana penimbusan sehat dibangun
berupa cekungan pada suatu lahan, dilapisi dengan lapisan kedap air, dilengkapi dengan sistem
pengumpulan lindi (leachate), sistem penyaliran air permukaan di sekitarnya, dan sistem
pengolahan dan pembuangan lindi yang memadai serta sistem pengumpulan dan penyaluran gas.
Sarana penimbusan sehat semestinya dioperasikan setiap hari dengan memperhatikan
pencegahan masuknya pemulung, hewan pengais, dan pencegahan terbawanya sebagian sampah
oleh angin, pancaran bau dan debu. Sarana ini juga sebaiknya ditempatkan pada tapak yang layak
(dataran, bukan lahan basah atau daerah terkena banjir, cukup jauh dari pemukiman, dekat
dengan jaringan jalan besar, cukup stabil secara geologi, dlsb.).
Sarana penimbusan sehat yang dirancang, dibangun dan dioperasikan dengan layak dapat
dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar gas yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan, seperti pembangkit listrik. Setelah kapasitasnya tercapai, sarana penimbusan sehat
ditutup sedemikian rupa sehingga beberapa masa kemudian lahannya dapat dimanfaatkan sebagai
taman, kebun, hutan kecil, sarana rekreasi, dsb.
Gambar 1.
Gambar konseptual suatu
sarana penimbusan sehat
(modern).
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
12
PENGELOLAAN LIMBAH B3
Limbah B3
Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifatnya
dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung mau pun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. (Peraturan Pemerintah No.
18/1999, 1:2)
Lingkup Pengelolaan Limbah B3
Unsur-unsur pengelolaan limbah padat, mencakup limbah B3, telah disebutkan sebelumnya pada
ulasan mengenai prinsip umum. Dalam bagian ini, lingkup pengelolaan yang diulas dibatasi pada
identifikasi, pengolahan dan pembuangannya.
Identifikasi Limbah B3
Pengelolaan limbah B3 diawali dengan identifikasi limbah B3, yaitu menentukan apakah suatu
limbah tergolong B3 atau bukan. PP No. 18/1999 jo PP 85/1999 menetapkan bahwa limbah B3
dapat diidentifikasikan menurut sumber dan atau uji karakteristik dan atau uji toksikologi.
Fatsal 7 PP 85/1999 menetapkan bahwa jenis limbah B3 dapat diketahui atau ditentukan menurut
sumbernya:
# Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
# Limbah B3 dari sumber spesifik;
# Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk
yang tidak memenuhi spesifikasi.
Perincian dari masing-masing jenis sebagaimana dimaksud pada ketentuan tersebut di atas
dituangkan dalam lampiran I Peraturan Pemerintah itu. Dengan mengetahui macam dan sumber
suatu limbah dan mencocokkannya dengan senarai limbah B3 pada 3 macam tabel lampiran 1
peraturan pemerintah itu, kita dapat menentukan suatu limbah tergolong B3.
Selain itu, suatu limbah dapat diketahui tergolong B3 berdasarkan tabiat bahayanya. Tabiat
bahaya suatu limbah dapat diketahui dengan menelusuri tabiat bahaya bahan asalnya atau dengan
menguji tabiat bahayanya. Berdasarkan peraturan pemerintah mengenai pengelolaan limbah B3
itu, suatu limbah tergolong limbah B3 apabila ia mempunyai atau menunjukkan salahsatu (atau
lebih dari satu) tabiat bahaya sbb:
# mudah meledak;
# mudah terbakar (maksudnya: mudah menyala/tersulut);
# bersifat reaktif;
# beracun;
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
13
#
#
menyebabkan infeksi; dan
bersifat korosif.
Tabiat racun limbah juga dapat diketahui dengan pengujian toksikologi untuk menentukan sifat
akut dan atau kronik. Sungguh pun radioaktivitas suatu bahan limbah juga dapat membuatnya
tergolong B3, peraturan pemerintah tersebut di atas tidak mencakup jenis limbah B3 bertabiat
radioaktif. Limbah radioaktif diatur dalam undang-undang dan peraturan mengenai bahan
radioaktif atau tenaga atom.
Pengolahan Limbah B3
#
Tujuan
Dalam mencapai tujuan umum pengelolaan limbah, pengolahan limbah B3 mempunyai
beberapa tujuan menjenis (specific objectives) yang dapat digolongkan sebagai:
< Daur ulang dan pemulihan bahan bermanfaat sebagai sumber daya (recycling, recovery);
< Minimisasi timbulan limbah yang harus dibuang ke lingkungan;
< Meniadakan atau mengurangi tabiat bahaya limbah terhadap lingkungan.
#
Proses Pengolahan Limbah B3
Berdasarkan jenis prosesnya, berbagai teknik pengolahan limbah B3 dapat digolongkan
menjadi:
< Pengolahan Wujud (Physical Treatment);
< Pengolahan Kimiawi (Chemical Treatment);
< Pengolahan Hayati (Biological Treatment);
< Pengolahan Panas (Thermal Treatment).
#
Pengolahan Wujud
< Diterapkan dalam pengolahan limbah yang terdiri atas cairan dan padatan untuk
memisahkan fasa padat dari fasa cair.
< Teknik pemisahan beraneka ragam, lazim digunakan di industri sejak beberapa
dasawarsa yang lalu.
< Contoh: pengendapan (sedimentasi); solidifikasi.
#
Pengolahan Kimiawi
< Pemanfaatan berbagai reaksi kimiawi
< Mengubah wujud dan/atau tabiat limbah B3 menjadi tidak atau kurang berbahaya
< Memulihkan sumber daya bermanfaat dari limbah B3
< Membutuhkan bahan kimiawi pereaksi dalam jumlah proporsional
< Contoh: netralisasi; dehalogenasi; fiksasi/stabilisasi kimiawi
#
Pengolahan Hayati
< Penguraian berbagai jenis limbah atau bahan beracun menjadi senyawa yang lebih
sederhana yang kurang/tidak berbahaya bagi lingkungan dengan bantuan proses
metabolisme jasad renik.
< Contoh: remediasi hayati
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
14
#
Pengolahan Daya Panas
< Limbah B3 diubah menjadi gas dan padatan yang tak dapat dibakar lebih lanjut lagi
< Limbah B3 organik yang akan dimusnahkan dan mempunyai nilai kalori tinggi dapat
sekaligus berperan sebagai bahan bakar
< Proses dapat mengurangi volume dan berat limbah
< Contoh: insinerasi (proses oksidasi thermal, terkendali, pada suhu tinggi)
Pembuangan Akhir Limbah B3
Salah satu cara pembuangan atau penempatan akhir limbah B3 adalah dengan penimbusan.
Sarana penimbusannya lazim disebut Lahan Timbus Aman (Secure Landfill). Lahan timbus aman
adalah cekungan atau galian terekayasa seksama dalam tanah, tempat limbah B3 ditempatkan dan
ditutup kembali. Rekayasa lahan timbus aman bertujuan:
# mencegah hubungan hidraulik antara limbah dengan lingkungan sekitarnya;
# melindungi lingkungan jangka panjang;
# memudahkan pemantauan kinerja penimbusan aman.
Pada dasarnya, lahan timbus aman tempat yang diprioritaskan untuk menampung dan isolasi
limbah B3 yang tak dapat digunakan-ulang, didaurulang, dipulihkan, mau pun diciutkan ukurannya
secara teknikal mau pun ekonomik. Limbah B3 yang akan ditimbus harus sudah dalam keadaan
aman bagi, operator, sarana dan operasi penimbusan.
Sebagaimana halnya sarana penimbusan sehat, sarana penimbusan aman harus ditempatkan pada
tapak yang layak dan dilengkapi dengan sarana pendukung yang memadai. Persyaratan teknikal
tapak, rancangan, bangunan dan operasi suatu sarana penimbusan limbah B3 lebih ketat daripada
persyaratan teknikal untuk sarana limbah padat biasa.
Gambar 2. Sarana Penimbusan Limbah B3 di Cileungsi
rakéan/binaya/PLPB3-R03.wpd
15