VALUASI mutu PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

VALUASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) MODEL KIRKPATRICK
By: Ryna Rachmawati*
Abstrak
Measuring the effectiveness of training programs consumes valuable time and resources. Many
training programs fail to deliver the expected organizational benefits. Therefore, the system has a
well-structured evaluation will help the organization determine where the problem lies. The most wellknown and used model for measuring the effectiveness of training programs was developed by Donald
Kirkpatrick in the late 1950s. It has since been adapted and modified by a number of writers, however,
the basic structure has well stood the test of time. The basic structure of Kirkpatrick`s four-level model
are reaction, learning, behavior and result.
Key words: Evaluasi, Diklat, Kirkpatrick
Pendahuluan
Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) adalah komponen penting dalam system diklat. Tanpa
evaluasi, kita tentu saja tidak mengetahui apakah program diklat yang diselenggarakan oleh suatu
lembaga diklat berhasil atau tidak. Tingkat pencapaian efektifitas dan efisiensi suatu program diklat
dapat diketahui dari hasil evaluasi diklat yang kemudian dapat dijadikan masukan dan bahan
pertimbangan dalam pengendalian diklat sekaligus untuk bahan penyempurnaan diklat di waktu yang
akan datang.
Mengukur efektivitas program pelatihan membutuhkan waktu dan sumber daya yang berharga.
Banyak program pelatihan yang gagal memberikan manfaat yang diharapkan organisasi. Karena itu,
memiliki sistem evaluasi yang terstruktur dengan baik akan membantu organisasi menentukan letak
permasalahnya. Salah satu model evaluasi pelatihan yang umum dikenal adalah evaluasi pelatihan

Kirkpatrick. Berikut ini akan dibahas tahapan evaluasi pelatihan menurut Kirkpatrick berikut
penerapannya di lembaga diklat seperti Balai Diklat Keagamaan (BDK) Bandung.
A. Evaluasi Pelatihan Kirkpatrick
Donald Kirkpatrick pada akhir 1950-an mengembangkan suatu model untuk mengukur efektivitas
program pelatihan melalui suatu evaluasi dikarenakan beberapa alasan diantaranya adalah :
a. Mempertanggungjawabkan keberadaan bagian Diklat dengan menunjukkan bagaimana bagian
ini berkontribusi terhadap tujuan dan cita-cita organisasi.
b. Membuat keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan program-program pelatihan.
c. Mendapatkan informasi bagaimana mengembangkan program-program pelatihan selanjutnya.
Model yang umum dikenal dan digunakan ini telah diadaptasi dan dimodifikasi oleh beberapa
penulis, walau demikian struktur dasar yang terdiri dari empat tingkat model Kirkpatrick tetap
digunakan sampai sekarang. Ke-4 tahap proses yang dikenal dengan The four level evaluation,
merupakan serangkaian proses yang dinamis. Empat tahap evaluasi itu adalah:
a. Reaction (Reaksi).
Evaluasi ini dilakukan pada saat dan setelah menerima materi pelatihan, yakni evaluasi untuk
mengukur minat dan reaksi peserta atas pelatihan.
b. Learning (Pembelajaran).
Disebut juga evaluasi hasil belajar. Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur tingkat pemahaman
peserta setelah menerima pembahasan dari para pelatih setiap sesi pelatihan. Penilaian terhadap


tingkat pemahaman ini sangat penting untuk mengetahui apakah peserta materi yang diberikan
dalam pelatihan.
c. Behavior (Perilaku) .
Evaluasi ini dilakukan setelah pelatihan. Tujuannya untuk melihat bagaimana perilaku peserta
setelah mengikuti pelatihan, langkah – langkah apa yang sudah dilakukan serta bagaimana
sikap stake holder terhadap hasil pelatihan.
d. Result (Hasil).
Merupakan evaluasi jangka panjang, yakni evaluasi mengenai kinerja lembaga yang terjadi
akibat kinerja anggota organisasi yang mengikuti pelatihan. Evaluasi ini dapat dilakukan tiga
sampai empat tahun setelah pelatihan.
Tahapan-tahapan di atas tentunya dilakukan secara berurutan atau disesuaikan pada sampai dimana
organisasi/lembaga diklat menetapkan tujuan evaluasi. Meskipun demikian, evaluasi yang
berurutan sesuai level akan dapat memberikan informasi yang lebih lengkap walau evaluasi pada
tahap yang lebih tinggi akan memakan waktu yang lebih lama dan sulit.
B. Penerapan Model Evaluasi Kirkpatrik
Penerapan model evaluasi empat level dari Kirkpatrick dalam pelatihan dapat diuraikan dengan
persyaratan yang diperlukan sebagai berikut.
Level 1: Reaksi
Evaluasi reaksi ini sama halnya dengan mengukur tingkat kepuasan peserta pelatihan. Komponenkomponen yang termasuk dalam level reaksi ini yang merupakan acuan untuk dijadikan ukuran.
Komponen-komponen tersebut berikut indikator-indikatornya adalah:

1. Instruktur/ pelatih.
Dalam komponen ini terdapat hal yang lebih spesifik lagi yang dapat diukur yang disebut juga
dengan indikator. Indikator-indikatornya adalah kesesuaian keahlian pelatih dengan bidang
materi, kemampuan komunikasi dan ketermapilan pelatih dalam mengikut sertakan peserta
pelatihan untuk berpartisipasi.
2. Fasilitas pelatihan.
Dalam komponen ini, yang termasuk dalam indikator-indikatornya adalah ruang kelas,
pengaturan suhu di dalam ruangan dan bahan dan alat yang digunakan.
3. Jadwal pelatihan.
Yang termasuk indikator-indikator dalam komponen ini adalah ketepatan waktu dan kesesuaian
waktu dengan peserta pelatihan, atasan para peserta dan kondisi belajar.
4. Media pelatihan.
Dalam komponen ini, indikator-indikatornya adalah kesesuaian media dengan bidang materi
yang akan diajarkan yang mampu berkomunikasi dengan peserta dan menyokong instruktur/
pelatihan dalam memberikan materi pelatihan.
5. Materi Pelatihan.
Yang termasuk indikator dalam komponen ini adalah kesesuaian materi dengan tujuan
pelatihan, kesesuaian materi dengan topik pelatihan yang diselenggarakan.

6. Konsumsi selama pelatihan berlangsung.

Yang termasuk indikator di dalamnya adalah jumlah dan kualitas dari makanan tersebut.
7. Pemberian latihan atau tugas.
Indikatornya adalah peserta diberikan soal.
8. Studi kasus.
Indikatornya adalah memberikan kasus kepada peserta untuk dipecahkan.
9. Handouts.
Dalam komponen ini indikatornya adalah berapa jumlah handouts yang diperoleh, apakah
membantu atau tidak.
Bagi penyelenggara diklat seperti Balai Diklat Keagamaan (BDK) Bandung, evaluasi untuk level 1
pada setiap diklat yang diselenggarakan telah berjalan dengan baik. Sebagai contoh,
penyelenggara menyiapkan 2 (dua) bentuk evaluasi yaitu evaluasi terhadap pengajar/widyaiswara
dan evaluasi terhadap penyelenggara diklat. Evaluasi terhadap pengajar/widyaiswara meliputi
penguasaan materi, sistematika penyajian, kemampuan menyajikan, penguasaan metode dan
sarana, ketepatan waktu, sikap dan prilaku, cara menjawab pertanyaan, penguasaan bahasa,
pemberian motivasi, pencapaian tujuan, kerapihan berpakaian dan kerjasama tim. Sedangkan
evaluasi terhadap penyelenggara diklat meliputi unsur kepesertaan, kepanitiaan, kurikulum,
widyaiswara, akomodasi, konsumsi dan sarana diklat.
Dengan demikian, dengan kepuasaan peserta atau reaksi peserta terhadap pelaksanaan diklat yang
diselenggarakan dapat dibaca dari hasil evaluasi walau masih dirasakan bahwa peserta belum
maksimal/obyektif untuk memberikan saran/komentar.

Level 2: Pembelajaran
Pada level evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana daya serap peserta program pelatihan pada
materi pelatihan yang telah diberikan, dan juga dapat mengetahui dampak dari program pelatihan
yang diikuti para peserta dalam hal peningkatan knowledge, skill dan attitude mengenai suatu hal
yang dipelajari dalam pelatihan. Pandangan yang sama menurut Kirkpatrick, bahwa evaluasi
pembelajaran ini untuk mengetahui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
diperoleh dari materi pelatihan. Oleh karena itu diperlukan tes guna utnuk mengetahui
kesungguhan apakah para peserta megikuti dan memperhatikan materi pelatihan yang diberikan.
Dan biasanya data evaluasi diperoleh dengan membandingkan hasil dari pengukuran sebelum
pelatihan atau tes awal (pre-test) dan sesudah pelatihan atau tes akhir (post-test) dari setiap peserta.
Pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga mencakup semua isi materi dari
pelatihan.
Untuk level ini, setiap jenis diklat yang diselenggarakan di BDK Bandung memang telah
mempersiapkan soal-soal untuk menguji kemampuan awal peserta diklat atau yang disebut pre-test
dan soal untuk mengukur kemampuan setelah pelatihan yang disebut post-test. Hasil pre-test dan
post-test biasanya dilaporkan pada akhir pelaksanaan diklat hanya disayangkan soal-soal pre-test
dan post-test memang belum ada yang menganalisis untuk mengetahui bagian mana atau materi
mana yang perlu ditingkatkan pada pelaksanaan diklat sejenis yang akan datang.
Level 3: Perilaku
Pada level ini, diharapkan setelah mengikuti pelatihan terjadi perubahan tingkah laku peserta

dalam melakukan pekerjaan. Dan juga untuk mengetahui apakah pengetahuan, keahlian dan sikap

yang baru sebagai dampak dari program pelatihan, benar-benar dimanfaatkan dan diaplikasikan di
dalam perilaku kerja sehari-hari dan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan
kinerja/kompetensi di unit kerjanya masing-masing.
Rencana Tindak Lanjut (RTL) atau rencana aksi merupakan salah satu bentuk evaluasi pada level
ini untuk mengetahui perilaku apa yang akan peserta lakukan setelah mendapatkan materi-materi
pelatihan atau apa yang akan peserta rencanakan di tempat tugas masing-masing setelah mengikuti
pelatihan. Beberapa diklat di BDK Bandung telah mencantumkan RTL dalam kurikulum diklat
dan perlu dipikirkan kembali untuk mengembangkan pada setiap jenis diklat yang akan
dilaksanakan.
Level 4: Hasil
Tujuan dari pengumpulan informasi pada level ini adalah untuk menguji dampak pelatihan
terhadap kelompok kerja atau organisasi secara keseluruhan. Sasaran pelaksanaan program
pelatihan adalah hasil yang nyata yang akan disumbangkan kepada perusahaan/organisasi sebagai
pihak yang berkepentingan. Walaupun tidak memberikan hasil yang nyata bagi perusahan dalam
jangka pendek, bukan berarti program pelatihan tersebut tidak berhasil. Ada kemungkinan berbagai
faktor yang mempengaruhi hal tersebut, dan sesungguhnya hal tersebut dapat dengan segera
diketahui penyebabnya, sehingga dapat pula sesegera mungkin diperbaiki.
Evaluasi paska diklat adalah salah satu cara yang dilaksanakan oleh BDK Bandung untuk

mengetahui dampak dari pelatihan baik untuk diri sendiri, rekan sejawat dan secara umum untuk
organisasi. Walau harus diakui untuk evaluasi pada tahap ini masih sulit untuk diukur.
Penutup
Teknik evaluasi pelatihan dari Kirkpatrick yang terdiri dari empat tingkat evaluasi yaitu reaksi,
pembelajaran, perilaku, dan hasil sampai saat ini masih diperhitungkan untuk digunakan oleh
organisasi penyelenggara diklat untuk mengukur kebehasilan suatu program diklat. Walau, Kirkpatrick
sendiri mengakui bahwa evaluasi pada tingkat keempat yaitu hasil, masih sulit untuk diukur.
Kesulitannya adalah kemampuan untuk memisahkan pelatihan dari banyak variabel lain yang dapat
mempengaruhi kinerja jangka panjang. Yang jelas, suatu pelatihan harus memberikan konsep dan
ketrampilan kepada peserta sehingga dapat dimanfaatkan oleh organisasi.
Daftar Pustaka
Antheil, J.H., & Casper, I.G. (1986). Comprehensive evaluation model: A too] for the evaluation of
non traditional educational programs. Innovative Higher Education, 11 (1), 55-64.
Dixon,N.M. (1987).Meet training`s goals without reaction forms. Personnel Journal, 66(8),108-115.
Endres, G.J., & Kleiner, B.H. (1990). How to measure management training and development
effectiveness. Journal of European Industrial Training, 14(9), 3-7.
Patrick, Donal, L. (2008), Evaluating Training Programs. The Four Level. (1st ed). San Fransisco,
Berret – Koehler Publishers.
Rae, Leslie. (2005), Using Evaluation in Training and Development. Ed. Terjemahan. Jakarta, Bhuana
Ilmu Populer.

*Isi artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis
\

BUAT LAPORAN HASIL EVALUASI
MAKALAH
Tentang
“MEMBUAT LAPORAN HASIL EVALUASI”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur
pada mata kuliah

Evaluasi Pembelajaran

OLEH :
Kurnia Ramadhani

2511.044

M. Ilham Warman

2511.068


Ilham

2511.098
Dosen Pembimbing :
Dr. ZULFANI SESMIARNI, M.Pd

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SYECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITINGGI
2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “MENYUSUN LAPORAN EVALUASI ”.
Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian laporan beserta jenis-jenisnya dan juga membahas

tentang pengertian profil prestasi siswa serta bentuk-bentuknya. Hal ini tidak dapat dipisahkan dalam
proses evaluasi pembelajaran.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang menyusun laporan
evaluasi. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kita. Amin.

Bukittinggi,26 November 2013

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kegiatan evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari upaya apapun yang terprogram.
Melaksanakan evaluasi pembelajaran merupakan tugas pokok seorang evaluator dalam manajemen
sekolah, namun tidak berarti hanya evaluator saja yang harus memahami model-model evaluasi

program pembelajaran tetapi para pendidik dan calon pendidik serta praktisi lain yang berkecimpung
dalam bidang pendidikan juga perlu memahaminya.
Upaya peningkatan kualitas program pembelajaran memerlukan informasi hasil evaluasi
terhadap kualitas pembelajaran sebelumnya. Dengan demikian, untuk dapat menyusun program yang
lebih baik, hasil evaluasi program sebelumya merupakan acuan yang tidak dapat ditinggalkan. Untuk
itulah, sebagai calon pendidik perlu memahami program evaluasi pembelajaran.

Produk fisik sebuah evaluasi terlihat pada laporan tertulisnya. Laporan tertulis harus disusun
oleh seseorang atau tim evaluator, sehingga hasil evaluasinya dapat dipublikasikan dengan baik
kepada orang atau pihak lain.
B. RUMUSAN MASALAH
Untuk membatasi permasalahan pada makalah ini, kami membatasi pembahasan sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa pengertian laporan?
Bagaimana sistematika penulisan laporan evaluasi?
Apa tujuan pembuatan laporan?
Apa jenis-jenis laporan?
Apa pengertian profil prestasi siswa dan bentuk-bentuknya?
Siapa saja yang menggunakan profil prestasi siswa dan apa kegunaanya?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk dapat memahami pengertian laporan dan jenis-jenisnya
2. Untuk mengetahui pengertian profil prestasi siswa dan bentuk-bentuknya
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah evaluasi pembelajaran
2. Referensi bagi pembaca yang membutuhkan

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN LAPORAN
Berikut ada beberapa pendapat tentang pengertian laporan:
1.

Suatu bentuk penyampaian berita, keterangan, pemberitahuan ataupun pertanggungjawaban baik
secara lisan maupun secara tertulis dari bawahan kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang

(authority) dan tanggung jawab (responsibility) yang ada antara mereka.
2. Salah satu cara pelaksanaan komunikasi dari pihak yang satu kepada pihak yang lainnya.
3. Merupakan salah satu alat untuk menyampaikan informasi baik formal maupun nonformal.
4. Penyampaian informasi dari petugas/ pejabat tertentu kepada petugas / pejabat tertentu dalam suatu
system administrasi.
Dari beberapa pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa laporan itu adalah bentuk
penyajian fakta tentang suatu keadaan atau suatu kegiatan. Fakta yang disajikan itu pada umumnya
berkenaan dengan tanggung jawab yang ditugaskan kepada si pembuat laporan. Fakta yang disajikan
merupakan bahan atau keterangan berdasarkan keadaan objektif yang dialami sendiri oleh si pembuat
laporan (dilihat, didengar, atau dirasakan sendiri) ketika si pembuat laporan itu melakukan suatu
kegiatan.

Menyusun laporan evaluasi adalah kegiatan akhir dari evaluasi program. Laporan hasil evaluasi
disusun dalam bentuk tulisan dan dapat dipublikasikan. Secara garis besar laporan evaluasi program
terdiri dari empat pokok hal yaitu permasalahan, metodologi evaluasi, hasil evaluasi dan kesimpulan
hasil evaluasi.
Laporan evaluasi tidak ubahnya seperti laporan penelitian, ada yang menggunakan pendekatan
kuantitatif, dan ada juga yang menggunakan pendekatan kualitatif. Laporan evaluasi yang
menggunakan pendekatan kuantitatif umumnya tersusun dari lima atau enam bab, yaitu : pendahuluan,
pembahasan kepustakaan, metodologi evaluasi, hasil evaluasi dan pembahasan, serta kesimpulan dan
rekomendasi. Sedangkan laporan evaluasi yang menggunakan pendekatan kualitatif umumnya tersusun
dari beberapa bab dan sub bab yang dapat diidentifikasi menjadi tiga bagian pokok, yaitu :
pendahuluan, inti pembahasan dan kesimpulan.
Secara garis besar laporan hasil evaluasi diharapkan diususun secara ringkas, padat, jelas dan
paling tidak memuat hal-hal berikut : ringkasan eksekutif, pendahuluan, kajian pustaka, komponen
dalam metodologi evaluasi, hasil evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi yang terakhir adalah daftar
pustaka.
Tata tulis laporan mencakup ketentuan tentang kertas, naskah, sampul, pengetikan, penomoran,
ilustrasi, pengutipan, penulisan lampiran, penulisan daftar pustaka dan bahasa.
1. Kertas naskah dan sampul
Naskah laporan sebaiknya menggunakan jertas kwarto (21x28,5 cm) HVS 80 gram, sampul laporan
sebaiknya dibuat dari kertas buffalo dengan warna disesuaiakan.
2. Pengetikan
Pengetikan mencakup penggunaan huruf, penulisan bilangan, spasi, batas tepi naskah, pengetikan
alenia baru, pengisian halaman naskah, pengetikan bab dan sub bab.
3. Penomoran
Penomoran halaman diletakkan di sebelah kanan atas dua spasi di atas baris pertama teks.
4. Ilustrasi
Ilustrasi dapat terdiri dari foto, grafik, diagram, bagan, peta dan denah serta tabel.
5. Pengutipan
Kutipan harus sama dengan sumber aslinya, baik bahasa maupun ejaannya. Penulisan kutipan diawali
dan diakhiri dengan tanda kutip (“ ).
6. Penulisan lampiran
Lampiran seperti tabel, carta, dokumen, transkip wawancara dan sejenisnya ditempatkan setelah daftar
pustaka
7. Penulisan daftar pustaka
Penulisan daftar pustaka meliputi buku, artikel, laporan atau karangan dalam jurnal atau majalah ilmiah
dan penerbitan lain.
8. Bahasa
Bahasa yang digunakan untuk penulisan laporan evaluasi adalah Bahasa Indonesia ragam ilmiah.

B. SISTEMATIKA LAPORAN EVALUASI
Dalam membuat sebuah laporan hasil evaluasi, ada hal-hal tertentu yang harus diperhatikan.
Berikut contoh sistematika penulisan sebuah laporan yang umum digunakan:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Evaluasi
D. Manfaat Evaluasi
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Kajian

Pustaka

diperlukan

untuk:

mempertajam

permasalahan

evaluasi;

mendasari

pengembangan strategi, rancangan, dan model evaluasi; mendasari instrumentasi dan penafsiran makna
dari data yang akan diperoleh; dan mendasari analisis dan perumusan alternatif kebjakan.
BAB III METODOLOGI EVALUASI
A. Cakupan Wilayah Evaluasi
B. Rancangan Evaluasi
C. Pengumpulan Data
D. Triangulasi
E. Analisis Data
BAB IV HASIL EVALUASI
A. Deskripsi Data
B. Analisis Data dan Pembahasan
C. Analisis Rekomendasi
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
DAFTAR PUSTAKA
C. TUJUAN PEMBUATAN LAPORAN
Laporan evaluasi bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan program yang telah
dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan
kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya. Penulisan laporan
evaluasi memiliki beberapa tujuan yaitu untuk memberikan keterangan, memulai suatu tindakan,
mengoordinasi proyek, menyarankan suatu langkah atau tindakan, dan merekam kegiatan.

D. JENIS-JENIS LAPORAN
Laporan dapat digolongkan menurut :
1. Maksud pelaporan
a. Laporan informatif
Laporan informatif adalah laporan yang dimaksudkan untuk memberi informasi dan bukan
dimaksudkan untuk memberi analisis atau rekomendasi. Titik pentingnya adalah pemberian informasi
yang akurat dan terinci.
b. Laporan rekomendasi
Yaitu laporan yang di samping memberikan informasi juga menyertakan pendapat si pembuat laporan,
dengan maksud memberikan rekomendasi (usul yang tidak mengikat). Meski demikian akurasi dan
rincian informasi tetap diperlukan supaya rekomendasi yang diberikan juga meyakinkan.
c. Laporan analitis
Yaitu laporan yang memuat sumbangan pikiran si pembuat laporan, bisa berupa pendapat atau saran,
setelah melalui analitis yang matang dan mendalam. Kebanyakan laporan akademis berada pada
kategori ini.
d. Laporan pertanggungjawaban
Dalam hal ini, si pembuat laporan memberi gambaran tentang pekerjaan yang sedang dilaksanakan
(Progress report) atau sudah dilaksanakan (bersifat evaluatif).
e. Laporan kelayakan (feasibility report)
Pelapor menganalisis suatu situasi atau masalah secara mendalam untuk menuju penilaian yang
bersifat pilihan: layak atau tidak. Berbagai alternative dinanalisis, kemudian ditentukan mana yang
lebih baik.
2. Bentuk Laporan
a. Laporan berbentuk memo
Biasanya laporan pendek yang memuat hal – hal pokok saja, dan beredar di kalangan intern organisasi.
b. Laporan berbentuk surat
Isinya lebih panjang daripada laporan yang berbentuk memo, sekitar tiga lembar folio. Bisa ditujukan
ke luar organisasi.
c. Laporan berbentuk naskah
Laporan ini bisa panjang atau pendek. Bila panjang dibuat dalam format buku, dan dalam
penyampaiannya mutlak diperlukan surat atau memo pengantar.
d. Laporan berbentuk Campuran
Laporan ini tidak lain gabungan antara bentuk naskah dengan memo atau surat. Dibuat begini karena
isinya cukup kompleks sehingga harus dipadukan dengan bentuk naskah agar pengkodean bagian –
e.
f.
3.
a.

baiannya lebih mudah dilakukan.
Laporan berbentuk formulir
Laporan berbentuk buku
Waktu Penyampaian
Laporan Insidental
Laporan ini tidak disampaikan secara rutin, hanya sekali- sekali saja dalam rangka suatu kegiatan yang
tidak terjadwal tetap.

b. Laporan Periodik
Ditulis dalam suatu periode tertentu dan dinamai sesuai periodenya pula. Contoh: Laporan harian,
Mingguan, Bulanan dan seterusnya.
E. PENGERTIAN PROFIL PRESTASI SISWA
Profil prestasi belajar siswa adalah suatu bentuk grafik yang biasa dipergunakan untuk
melukiskan prestasi belajar peserta didik baik secara individual maupun kelompok, baik dalam satu
bidang studi maupun untuk beberapa bidang studi, baaik dalam satu waktu (at pint of time) maupun
dalam deretan waktu tertentu (time series).
F. BENTUK-BENTUK PROFIL PRESTASI SISWA
Profil prestasi belajar siswa pada umumnya dituangkan dalam bentuk diagram batang (grafik
balok=barchart), atau dalam bentuk diagram garis. Dalam hubungan ini, pada sumbu horizontal grafik
(abscis) ditempatkan gejala-gejala yang akan dilukiskan grafiknya, seperti mata pelajaran bidang studi
tertentu atau gejala-gejala psikologis lainnya. Sedangkan pada sumbu vertikal (ordinat) dicantumkan
angka-angka yang melambangkan frekuensi, persentase, angka rata-rata dan sebagainya.
G. KEGUNAAN PROFIL PRESTASI SISWA
Pembuatan profil prestasi belajar siswa itu antara lain memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Untuk melukiskan prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun
kelompok, dalam satu bidang studi atau beberapa jenis bidang studi.
2. Untuk melukiskan perkembangan prestasi belajar peserta didik secara individual maupun kolektif
dalam beberapa periode tes, pada suatu bidang studi.
3. Untuk melukiskan prestasi belajar peserta didik dalam beberapa aspek psikologis dari suatu bidang
studi.
Secara sistematis dapat dikemukakan bahwa laporan tentang siswa bermanfaat bagi beberapa
pihak yaitu :
1. Siswa sendiri
Bagi siswa, laporan kemajuan atau laporan prestasi akan sangat bermanfaat karena secara
alamiah setiap orang selalu ingin tahu akibat dari apa yang telah mereka lakukan, entah hasil itu
menggembirakan atau mengecewakan. Dengan mengetahui hasil yang positif dari perbuatannya, maka
pengetahuan yang

diperoleh akan dikuatkan. Dan begitu juga sebaliknya, jika siswa mendapat

informasi bahwa jawabannya salah, maka lain kaliia tidak akan menjawab seperti itu lagi.
2. Guru yang mengajar

Dengan melihat catatan laporan kemajuan siswa, maka guru akan dengan tenang mengamati
hasil tersebut sehingga dapat mengoreksi kemampuan siswanya ataupun kemampuannya sendiri dalam
mengajar.
3. Guru lain
Yang dimaksud guru lain disini adalah guru yang akan menggantikan guru yang mengajar
terdahulukarena siswa tersebut sudah naik kelas atau adanya perpindahan baik siswa yang pindah atau
guru yang pindah ke tempat lain. Apabila tidak ada catatan atau laporan mengenai siswa, maka guru
yang mengganti mengajar tidak akan tahu bagaimana memperlakukan siswa tersebut.
4. Pihak lain di sekolah
Siswa yang berada di sekolah bukan hanya semata-mata tanggung jawab guru yang mengajar
saja. Kepala sekolah, wali kelas, dan guru pembimbing merupakan personil penting dan juga
memerlukan catatan tentang siswa. Dengan demikian hasil belajar siswa akan di perhatikan oleh
seluruh pihak.
5. Orangtua
Dengan menyerahkan anak ke sekolah tidak berarti orang tua dapat lepas tangan saja. Orang tua masih
merupakan penanggung jawab utama bagi anaknya. Itulah sebabnya maka orang tua masih ingin selalu
mengetahui kemajuan anaknya. Hal tersebut dapat dilihatnya melalui laporan yang di buat oleh guru.
6. Pemakai lulusan
Pengetahuan dan keterampilan yang di peroleh seorang anak tidaklah sama dengan anak-anak yang
lain. Ada yang sangat berhasil, berhasil dan biasa-biasa saja. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan
secara lengkap dalam laporan prestasi siswa.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menyusun laporan evaluasi adalah kegiatan akhir dari evaluasi program. Laporan hasil evaluasi
disusun dalam bentuk tulisan dan dapat dipublikasikan. Secara garis besar laporan evaluasi program
terdiri dari empat pokok hal yaitu permasalahan, metodologi evaluasi, hasil evaluasi dan kesimpulan
hasil evaluasi. Tata tulis laporan mencakup ketentuan tentang kertas, naskah, sampul, pengetikan,
penomoran, ilustrasi, pengutipan, penulisan lampiran, penulisan daftar pustaka dan bahasa.
Laporan evaluasi yang menggunakan pendekatan kuantitatif umumnya tersusun dari lima atau
enam bab, yaitu : pendahuluan, pembahasan kepustakaan, metodologi evaluasi, hasil evaluasi dan
pembahasan, serta kesimpulan dan rekomendasi. Sedangkan laporan evaluasi yang menggunakan
pendekatan kualitatif umumnya tersusun dari beberapa bab dan sub bab yang dapat diidentifikasi
menjadi tiga bagian pokok, yaitu : pendahuluan, inti pembahasan dan kesimpulan. Sedangkan laporan
ini juga ada jenis-jenisnya yang telah dibahas sebelumnya.

Profil prestasi belajar siswa adalah suatu bentuk grafik yang biasa dipergunakan untuk
melukiskan prestasi belajar peserta didik baik secara individual maupun kelompok, baik dalam satu
bidang studi maupun untuk beberapa bidang studi, baaik dalam satu waktu (at pint of time) maupun
dalam deretan waktu tertentu (time series). Profil prestasi belajar siswa pada umumnya dituangkan
dalam bentuk diagram batang (grafik balok=barchart), atau dalam bentuk diagram garis.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa materi yang disampaikan pada makalah ini hanya sebagian kecil dari
materi tentang menyusun laporan evaluasi yang seharusnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
sekali kritik dan saran dari pembaca demi kebaikan hasil makalah ini dan makalah-makalah
selanjutnya. Semoga bermanfaat bagi para pembaca. Terimakasih.

KEPUSTAKAAN
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. 1999.
Sudijono , Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2009.
http://www.emakalah.com/2013/04/teknik-penentuan-nilai-akhir.html

diakses

pada

tanggal

November 2013
http://nista-maja.blogspot.com/2011/05/laporan.html di akses pada tanggal 10 November 2013

Posted by KURNIA RAMADHANI at 6:34:00 am
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Labels: MAKALAH
No comments:
Post a Comment
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

Adsense
INGAT WAKTU
Blog Archive

10



► 2014 (28)



▼ 2013 (26)
o ▼ December (3)


KUISIONER TENTANG SMARTPHONE



MEMBUAT LAPORAN HASIL EVALUASI



CARA MEMINDAHKAN PRESENTASI DARI MS POWER POINT KE...

o ► November (10)
o ► June (1)
o ► May (5)
o ► February (1)
o ► January (6)

About Me

KURNIA RAMADHANI
Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia
View my complete profile
Awesome Inc. template. Powered by Blogger.

i
n
i
s
e