MAKALAH PENDIDIKAN DAN PANCASILA (1)

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Disusun oleh:
Tuti Alawiyah 12804244027
PENDIDIKAN EKONOMI (B)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas karunia, hidayah dan nikmatnya penulis dapat
menyelesaikan makalah pendidikan pancasila ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah kewarganegaraan, Bapak....... .
Makalah ini ditulis dari hasil ungkapan pemikiran saya sendiri yang bersumber dari internet dan
buku sebagai referensi, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Pendidikan
Pancasila atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa
yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, semoga
hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai arti penting nya Pancasila sebagai Ideologi Bangsa kita
dan semoga dapat di implementasikan dalam kehidupan kita sehari hari. sebagai calon pengganti

pemimpin bangsa dimasa mendatang yang memahami makna serta kedudukan dan peranan Pancasila, dan
khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Demikan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang membacanya, sehingga,
menambah wawasan dan pengetahuan tentang bab ini. Aamiin.
Yogyakarta ,20 Mei 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….. 1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… 2
BAB I: PENDAHULUAN
1.Latar Belakang……………………………………………..………………………… 3
2.Rumusan Masalah……………………............................……………………………. 3
3.Tujuan Penulisan Makalah…………..……………………………………………… 4
BAB II: PEMBAHASAN
A. Kajian ilmiah Pancasila……………….......………………………………............... 5
B. Kajian filosofis Pancasila………....………………………………………………… 7

C. Pancasila sebagai Ideologi atau Filsafat Negara Republik Indonesia…………...…. 9
D. Kedudukan Pancasila…………………………………………...………………….. 10
E. Nilai-nilai dasar dalam Pancasila……………………………………………………
F. Pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari………………………………..

BAB III: PENUTUPAN
A. KESIMPULAN……………………...……...............................…………….. 12
B. SARAN............................................................................................................ 12
C. DAFTAR PUSTAKA …………….................................................................. 13

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem keadilan dan demokrasi yang berlaku di Indonesia selalu mengacu dan berbasis
kepada Pancasila dan didukung oleh UUD 1945. Pancasila pun menjadi sebuah landasan
dalam penentuan prinsip dan pandangan hidup. Namun dewasa ini semakin banyak
penyimpangan nilai – nilai Pancasila berdasarkan butir – butir yang terkandung di dalamnya.
Namun nilai tersebut serasa hilang jika dibandingkan dengan kehidupan Bangsa pada zaman
ini. Penyimpangan pun sudah dianggap hal yang biasa dilakukan, dianggap sebagai sesuatu

yang ‘bisa dilanggar’ menjadi ‘biasa dilanggar’.
Namun butir /nilai yang terkandung dalam sila tersebut semakin hilang dan tersamarkan
artinya. Contoh kecil adalah semakin berkurangnya sistem demokrasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Sebagai Negara Indonesia, kita menganut sistem Demokrasi Pancasila. Demokrasi
Pancasila merupakan demokrasi konstitusional dengan mekanisme kedaulatan rakyat dalam
penyelenggaraan negara dan penyelengaraan pemerintahan berdasarkan konstitusi yaitu
Undang-undang Dasar 1945. Sebagai demokrasi pancasila terikat dengan UUD 1945 dan
pelaksanaannya harus sesuai dengan UUD 1945.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah kami berikut beberapa rumusan masalah yang akan kami bahas :
1. Bagaimana kajian ilmiah terhadap Pancasila?
2. Bagaimana kajian filosofis terhadap Pancasila?
3. Bagaimana peranan Pancasila sebagai Ideologi Negara Republik Indonesia?
4. Bagaimana kedudukan Pancasila dilihat dari tinjauan formal dan material?
5. Nilai-nilai dan butir-butir apa yang terkandung dalam Pancasila?
6. Apa implementasi dari Pancasila bagi Indonesia?

C. TUJUAN
Di dalam penyusunan makalah ini ada beberapa tujuan yang ingin kami paparkan antara lain

sebagai berikut :

1. Memahami kajian ilmiah dalam Pancasila
2. Memahami kajian filosofis dalam Pancasila
3. Dapat mengetahui perananan Pancasila sebagai Ideologi Negara Republik Indonesia
4. Dapat mengetahui kedudukan Pancasila baik di lihat dari segi formal maupun material
3. Mengetahui nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila
4. Dapat mengimplementasikan nilai-nilai dalam Pancasila pada kehidupan sehari-hari

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Ilmiah Pancasila
Sebagai suatu kajian ilmiah harus memenuhi syarat ilmiah yaitu dengan metode analisisabstraksi-sistesis. Adapun syarat ilmiah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Berobyek
Syarat suatu pengetahuan ilmiah, bahwa ilmu pengetahuan itu herus memiliki obyek. Di dalam
filsafat ilmu pengetahuan dibedakan atas dua macam obyek yaitu “obyek formal” dan “obyek
materia”. Obyek formal, Pancasila yang dalam arti formal yaitu Pancasila dalam rumusan yang sudah
tertentu

bunyinya


dan

berkedudukan

hukum

sebagai

dasar

filsafat Negara. Obyek material, Pancasila adalah suatu obyek yang merupakan sasaran pembahasan
dan pengkajian, baik bersifat empiris maupun non-empiris. Obyek material pembahasan, adalah
pandangan hidup bangsa yang sudah lama diamalkan dalam segala aspek, adat dan kebudayaan, dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu obyek materia pembahasan Pancasila
berupa:

lembaran

Negara,


lembaran

hukum

maupun

naskah-naskah resmi kenegaraan yang mempunyai sifat imperatif yuridis. Adapun obyek yang bersifat
non-emperis meliputi: nilai moral, serta nilai-nilai religius yang tercermin dalam kepribadian, sifat,
karakter dan pola-pola budaya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Bermetode
Salah satu metode dalam pembahasan Pancasila adalah metode “analitico syntetic” yaitu suatu
perpaduan metode analitis dan sintesis. Dikarenakan obyek Pancasila banyak berkaitan dengan hasilhasil budaya dan obyek sejarah, maka lazim digunakan metode “hermeneutika” yaitu suatu metode
untuk menemukan makna dibalik obyek.
Demikian juga metode “koherensi historis”, serta metode “pemahaman, penafsiran dan interpretasi”,
metode-metode tersebut senantiasa didasarkan atas hukum-hukum logika dalam suatu penarikan
kesimpulan terhadap: UUD 1945, TAP MPR, Perundang-undangan, serta fakta-fakta historis yang
telah diakui kebenarannya, diteliti dengan menggunakan metode dan teknik yang bersifat ilmiah agar

dapat dipahami obyek secara lebih berhasil, sehingga diperoleh pengetahuan yang benar mengenai

obyek itu.
3. Bersistem
Pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu kesatuan, artinya keseluruhan proses dan hasil
berpikir disusun dalam satu kesatuan yang bulat. Saling berhubungan sehingga diperoleh kesatuan
yang organis, harmonis, dan dinamis. Pembahasan Pancasila sebagaimana yang terdapat dalam
pembukaan UUD 1945 secara ilmiah, harus merupakan suatu kesatuan dan keutuhan.
4. Bersifat Universal
Kebenaran pengetahuan ilmiah harus bersifat universal, tidak terbatas oleh waktu, situasi,
maupun jumlah tertentu. Kajian hakikat pada nilai-nilai Pancasila bersifat universal, dengan kata lain
bahwa inti sari, essensi atau makna yang terdalam dari sila-sila Pancasila adalah bersifat universal
yang mendukung kebenaran atas kesimpulan dan pertanyaan.
B.

Kajian Filosofis Pancasila
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesian. Oleh

karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara konsisten merealisasikannya dalam
setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini berdasarkan pada suatu
kenyataan secara filosofis dan objektif bahwa bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat dan
bernegara mendasarkan pada nilai-nilai yang tertuang dalam sila-sila Pancasila yang secara filosofis

merupakan filosofi bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara.
Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai bangsa yang
berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan objektif bahwa manusia adalah
makhluk Tuhan yang Maha Esa. Syarat mutlak suatu negara adalah adanya persatuan yang
terwujudkan sebagai rakyat (merupakan unsur pokok negara), sehingga secara filosofis negara
berpersatuan dan berkerakyatan konsekuensinya rakyat adalah merupakan dasar ontologism
demokrasi, karena rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara atas dasar pengertian filosofis
tersebut maka dalam hidup bernegara nilai-nilai pancasila merupakan dasar filsafat negara.
Konsekuensinya dalam setiap aspek penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai
Pancasila termasuk system peraturan perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam
realisasi kenegaraan termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan suatu keharusan bahwa

pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan baik dalam pembangunan nasional,
ekonomi, politik, hukum, social budaya, maupun pertahanan dan keamanan.

Ir. Soekarno ( 1 Juni 1945).
“Pancasila adalah hasil perenungan jiwa yang mendalam. Pancasila itu adalah isi jiwa bangsa
Indonesia. Kalau filsafat itu adalah “isi jiwa (sesuatu) bangsa”, maka filsafat itu adalah filsafat
bangsa jadi, Pancasila itu adalah filsafat bangsa Indonesia.”
Fridrich Hegel:

“Pancasila adalah satu sintesa negara yang lahir daripada satu anti tesa”.
Anjuran Pancasila adalah suatu sistem filsafat semua kelima sila adalah tersusun dalam suatu
perumusan fikiran filsafat yang harmonis.

C.

Pancasila Sebagai Ideologi atau Filsafat Negara Republik Indonesia
Pengertian Ideologi - Ideologi berasal dari kata yunani yaitu iden yang berarti melihat, atau idea

yang berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi yang berarti ajaran. Dengan
demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau science des ideas
(AL-Marsudi, 2001:57).
Menurut pendapat Harol H. Titus. Definisi dari ideologi adalah: Aterm used for any group of
ideas concerning various political and aconomic issues and social philosophies often applied to a
systematic scheme of ideas held by groups or classes, artinya suatu istilah yang digunakan untuk
sekelompok cita-cita mengenai bebagai macam masalah politik ekonomi filsafat sosial yang sering
dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh kelompok
atau lapisan masyarakat.
Bila kita terapkan rumusan ini pada Pancasila dengan definisi-definisi filsafat dapat kita
simpulkan, maka Pancasila itu ialah usaha pemikiran manusia Indonesia untuk mencari kebenaran,

kemudian sampai mendekati atau menanggap sebagai suatu kesanggupan yang digenggamnya seirama
dengan ruang dan waktu. Hasil pemikiran manusia yang sungguh-sungguh secara sistematis radikal itu
kemuduian dituangkan dalam suatu rumusan rangkaian kalimat yang mengandung suatu pemikiran
yang bermakna bulat dan utuh untuk dijadikan dasar, asas, pedoman atau norma hidup dan kehidupan
bersama dalam rangka perumusan satu negara Indonesia merdeka, yang diberi nama Pancasila.

Kemudian isi rumusan filsafat yang dinami Pancasila itu kemudian diberi status atau kedudukan
yang tegas dan jelas serta sistematis dan memenuhi persyaratan sebagai suatu sistem filsafat.
Termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat maka filsafat Pancasila itu
berfungsi sebagai Dasar Negara Republik Indonesia yang diterima dan didukung oleh seluruh bangsa
atau warga Negara Indonesia.
Demikian isi rumusan sila-sila dari Pancasila sebagai satu rangkaian kesatuan yang bulat dan utuh
merupakan dasar hukum, dasar moral, kaidah fundamental bagi peri kehidupan bernegara dan
masyarakat Indonesia dari pusat sampai ke daerah-daerah.

D.

Kedudukan Pancasila

1. Tinjauan Secara Formal

Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan UUD 1945, maka
Pancasila memperolehi kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Dengan demikian tata
kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi, politik akan tetapi dalam
perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural,
religus dan asas-asas kenegaraan yang unsurnya terdapat dalam Pancasila.
Jadi berdasarkan tempat terdapatnya Pancasila secara formal dapat disimpulkan sebagai berikut:
a)

Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia adalah seperti yang

tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV.
b)

Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah, merupakan Pokok Kaedah

Negara yang Fundamental dan terhadap tertib hukum Indonesia mempunyai dua macam kedudukan
yaitu:
1)

Sebagai dasarnya,karena Pembukaan UUD 1945 itulah yang memberi faktor-faktor mutlak bagi

adanya tertib hukum Indonesia.
2)
c)

Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai tertib hukum tertinggi.
Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi, selain sebagai

Mukaddimah dari UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga berkedudukan sebagai
suatu yang bereksistensi sendiri, yang hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan pasalpasalnya.Karena Pembukaan UUD 1945 yang intinya adalah Pancasila adalah tidak tergantung pada
Batang Tubuh UUD 1945,bahkan sebagai sumbernya.

d) Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan membunyai hakikat, sifat, kedudukan dan
fungsi sebagai Pokok Kaedah Negara yang Fundamental, yang menjelmakan dirinya sebagai dasar
kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia yang diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945.
(e) Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945, dengan demikian mempunyai kedudukan
yang kuat, tetap dan tidak dapat diubah dan terlekat pada kelangsungan hidup Negara Republik
Indonesia.
2. Tinjauan Secara Material
Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubungan yang bersifat formal,
sebagaimana dijelaskan di atas juga hubungan secara material sebagai berikut:
Bilamana kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, maka secara
kronologis, materi yang dibahas oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat Pancasila baru
kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah pada sidang pertama Pembukaan UUD 1945 BPUPKI
membicarakan dasar filsafat Negara Pancasila berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun
oleh Panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan UUD 1945.
Jadi berdasarkan urutan-urutan tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai
tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum Indonesia bersumberkan pada Pancasila, atau
dengan lain perkataan Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia. Hal ini berarti secara meterial
tertib hukum Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila sebagai
sumber tertib hukum Indonesia meliputi sumber nilai, sumber materi sumber bentuk dan sifat.
Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan Pembukaan UUD 1945 sebagai
Pokok Kaidah Negara yang Fundamental, maka sebenarnya secara material yang merupakan esensi
atau inti sari dari Pokok Kaidah Negara Fundamental tersebut tidak lain adalah Pancasila
( Notonagoro, tanpa tahun : 40 )

E.

Nilai-Nilai Dasar Pancasila
Pancasila sebagai nilai dasar fundamental negara Republik Indonesia memiliki suatu nilai-nilai

yang bersifat sistematis. Nilai dasar merupakan asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang sedikit
banyak bersifat mutlak. Kita menerimanya sebagai suatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan
lagi. Sila-sila dalam pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat hierarkhis dan sistematis.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Indonesia mengandung makna bahwa dalam tiap aspek
kehidupan kemanusiaan kemasyarakatan serta kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.

Adapun negara yang didirikan oleh manusia itu berdasarkan pada kodrat bahwa manusia sebagai
warga dari negara sebagai persekutuan hidup adalah berkedudukan kodrat manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa (hakikat sila pertama). Negara yang merupakan persekutuan hidup manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa pada hakikatnya bertujuan untuk mewujudkan harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya atau makhluk yang beradab (hakikat sila kedua).
Untuk terwujudnya suatu negara sebagai organisasi hidup manusia maka harus membentuk persatuan
ikatan hidup bersama sebagai suatu bangsa (hakikat sila ketiga). Terwujudnya persatuan dalam suatu
negara akan melahirkan rakyat sebagai suatu bangsa yang hidup dalam suatu wilayah negara tertentu.
Sehingga dalam hidup kenegaraan itu haruslah mendasarkan pada nilai bahwa rakyat merupakan asalmula kekuasaan negara. Maka merupakan suatu keharusan bahwa negara harus bersifat demokratis
hak serta kekuasaan negara. Suatu keharusan bahwa negara harus dijamin baik sebagai individu
maupun secara bersama (hakikat sila keempat). Untuk mewujudkan tujuan negara sebagai tujuan
bersama dari selurh warga negaranya maka dalam hidup kenegaraan harus mewujudkan jaminan
perlindungan bagi seluruh warganya, sehingga untuk mewujudkan tujuan seluruh warganya harus
dijamin berdasarkan suatu prinsip keadilan yang timbul dalam kehidupan bersama atau kehidupan
sosial (hakikat sila kelima).
Nilai-nilai di ataslah yang merupakan nilai dasar bagi kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan
kemasyarakatan yang merupakan nilai dasar Pancasila. Secara kausalitas bahwa nilai-nilai Pancasila
adalah bersifat objektif dan subjektif. Artinya essensi nilai-nilai Pancasila bersifat Universal yaitu
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Sehingga dimungkinkan dapat
diterapkan pada Negara lain walaupun namanya bukan Pancasila.
Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri menunjukkan adanya sifat-sifat umum universal dan
abstrak, karena merupakan suatu nilai.
b. Inti dari nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan manusia baik dalam
adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun dalam kehidupan keagamaan.
c. Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, menurut ilmu hukum memenuhi syarat
sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental dan suatu sumber hokum positif Indonesia. Oleh
karena itu dalam hierarki tertib hokum Indonesia berkedudukan sebagai tertib hokum yang tertinggi
dan tidak dapat diubah secara hokum, sehingga terletak pada kelangsungan hidup Negara. Sedangkan

nilai-nilai subjektif pancasila dapat diartikan bahwa keberadaan nilai-nilai pancasila itu bergantung
atau melekat pada bangsa Indonesia sendiri. Sebagaimana dijelaskan seprti berikut :
a. Nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsaIndonesia sebagai kausa
materialis. Nilai-nilai tersebut timbul atas pemikiran dan dan kristalisai nilai luhur bangsa.
b. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia sehingga
merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan
dan kebijaksanaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
c. Nila-nilai Pancasila didalamnya terkandung ketujuh nilai-nilai: kerohanian yaitu nilai kebenaran,
keadilan, kebaikian, kebijaksanaanm etis, estetis dan nilai religious yang manifestasinya sesuai
dengan budi nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada kepribadian bangsa (Darmodiharjo
dalam Pryo Sularso : 2008)

Dapat dikatakan bahwa nilai-nilai Pancasila merupakan das solen atau cita-cita tentang kebaikan yang
harus diwujudkan menjadi das sein atau kenyataan.
Nilai-nilai Pancasila sebagai nilai fundamental negara. Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsfat
Negara Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu sumber dari segala sumber hukum dalam Negara
Indonesia. Sehingga secara objektif merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hokum,
serta cita-cita moral yang luhur yang meliputi suasana kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia. Pada
tanggal 18 Agustus 1945 telah dipadatkan dan diabstraksikan oleh para pendiri Negara menjadi lima
sila dan ditetapkan secara yuridis formal menjadi dasar filsafat Negara Republik Indonesia.
Sebagaimnan ditetapkan dalam Ketetapan No. XX/MPRS/1966. Bahkan dasar fundamental moral
yang dituangkan dari nilai-nilai Pancasila tersebut juga harus mendasari moral dalam kaitannya politik
luar negeri Indonesia. Sehingga, hendaknya upaya perbaikan kondisi dan nasib bangsa ini didasarkan
pada moralitas, terutama pada moral ketuhanan dan kemanusiaan dalam bingkai dasar Pancasila.
Makna Nilai-Nilai Setiap Sila Pancasila Sila-sila Pancasila merupakan sesuatu system nilai, oleh
karena itu pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan yang sistematis dan hirarkis. Sehingga
meskipun dijelaskan secara rinci dalam sila-sila, namun kesemuanya itu tidak dapat dilepaskan
keterkaitanya satu sama lain. Adapun nilai yang terkandung dalam setiap sila adalah sebagai berikut:
1.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila ketuhanan yang maha esa ini meliputi dan menjiwai keempat sila yang lainnya. Terkandung nilai
bahwa Negara yang Indonesia adalah pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa. Oleh karenanya, segala hal yang berkaitan dengan dengan pelaksanaan dan
penyelenggaraan Negara bahkan moral Negara. Moral penyelenggara Negara, politik Negara,
pemerintah Negara, hokum dan peraturan perundang-undangan Negara, kebebasan dan hak asasi
warga

Negara

harus

dijiwai

oleh

nilai-nilai

Ketuhanan.

Nilai ketuhanan merupakan nilsi tertinggi dan bersifat mutlak. Kebebasan manusia harus diletakkan
dalam kerangka kedudukan manusia sebagai makhluk Tuhan. Oleh karena itu, tidak ada tempat bagi
paham ateisme. Demikian juga kebebasan akal manusia juga harus diletakkan di bawah nilai
Ketuhanan, sehingga tidak ada tempat bagi kritik atas dasar akal terhadap nilai keTuhanan Yang Maha
Esa.
2.

Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa Negara, HAM, menjunjung tinggi harkat dari
matrabat manusia sebagai makhluk yang beradab. Oleh karena itu, dalam kehidupan kenegaraan
terutama dalam peraturan perundang-undangan tempatnya tujuan ketinggian harkat dan martabat
manusia. Terutama hak-hak kodrat manusia sebagai hak dasar (Hak Asasi) harus dijamin dalam
peraturan perundangan Negara. Kemanusia yang Adil dan Beradab mengandung suatu nilai kesadaran
moral dan tinggah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan
dengan nilai dan norma kebudayaan pada umumnya, baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama
manusia maupun terhadap lingkungannya. Nilai kemanusaiaan yang beradab adalah perwujudan nilai
kemanusiaan sebagai makhluk yang beragama, bermoral dan berbudaya. Demikianlah kemudian
berikutnya nilai-nilai tersebut harus dijabarkan dalam segala aspek kehidupan.
3. Sila Persatuan Indonesia
Dalam sila Persatu Indonesia terkandung nilai, Negara adalah merupakan persekutuan hidup bersama
diantara elemen-elemen yang membentuk Negara ; Suku, Ras, Kelompok, golongan maupun agama.
Perbedaan diantaranya merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan cirri khas masingmasing elemen. Konsekuensinya Negara adalah beranekaragam tetapi satu, mengikatkan diri dalam
satu perasatuan yang dilukisan dalam suatu semboyan : “Bhineka Tunggal Ika”. Negara memberikan
kebebasan atas individu golongan, suku, ras, maupun agama untuk merealisasikan seluruh potensinya
dalam kehidupan bersama yang bersifat integral

4.

Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /

Perwakilan
Dalam sila kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus dilakukan dalam
kehidupan

bernegara.

Nilai-nilai

demokrasi

yang

terkandung

dalam

sila

keempat

:

a. adanya perbedaan yang harus disertai tanggungjawab baik terhadap masyarakat maupun secara
moralterhadap Tuhan Ynag Maha Esa.
b. menjunjung tinggi harkat dan martabat
c. menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuaan hidup bersama
d. mengakui perbedaan individu, kelompok, ras, suku maupun agama, karena perbedaan adalah
bawaan kodrat manusia
e. mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras, suku maupun
agama
f. mengarahkan perbedaan dalam suatu kerjasama kemanusiaan yang adil dan beradab. Menjunjung
tinggi azas musyawarah
g. mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan social agar tercapainya tujuan
bersama seterusnya nilai-nilai tersebut dikongkritkan dalam kehidupan bersama yaitu, kehidupan
kenegaraan baik menyangkut aspek moralitas kenegaraan, aspek politik, aspek hukum dan
perundangan
5.

Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dalm sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila pertama,
kedua, ketiga sampai keempat. Dalam sila tersebut terkandung niali yang merupakn jutuan Negara
sebagai tujuan dalam hidup bersama. Maka nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan
bersama adalah keadilan yang didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan. Yaitu, keadilan
hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat,
bangsa dan Negara serta hubungan manusia dengan Tuhannya.
Konsekuensi nilai keadilan yang harus terwujud adalah :
a. Keadialn distributive yaitusuatu hubungan keadilan antara Negara terhadap rakyatnya

b. Keadilan legal yaitu suatu hubungan keadilan antara warga Negara terhadap negaranya
c. Keadilan komunitatif adalah hubungan keadilan antara warga Negara satu dengan yang lainnya
secara timbal balik
Sehingga untuk mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia haruslah tercapai
sebuah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan. Yang
didasari oleh adanya persatuan Indonesia. Persatuan tersebut didasari oleh kemanusiaan yang adil dan
beradab yang menjadi dasar segala pelaksanaanya adalah keyakinan terhadap ketuhanan Yang Maha
Esa. Disinilah perwujudan manusia sebagai makhluk social yang religious dalam etika kehidupan
berbangsa.

F.

Pengamalan Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari

Ketuhanan Yang Maha Esa (Bintang).
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang
lain.

Yang Adil dan Beradab (Rantai)
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.

2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membedabedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10.Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Persatuan Indonesia (Pohon Beringin).
1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa Sila pertama
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bang
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
(Kepala Banteng).
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan,
hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10.Memberikan

kepercayaan

kepada

wakil-wakil

yang

dipercayai

untuk

melaksanakan

pemusyawaratan.
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Padi dan Kapas)
1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10.Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama.
11.Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan
sosial.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

B. SARAN

Kita harus menerapkan niai-nilai yang terkandung pada pancasila dalam kehidupan
sehari-hari. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia sangat cocok untuk dijadikan
pedoman dalam melakukan setiap perbuatan yang sesuai dengan aturan yang berlaku di
dalam masyarakat.

C. DAFTAR PUSTAKA
http://syuekri.blogspot.com/2012/10/hubungan-pancasila-dengan-uud1945.html
http://buhartini.wordpress.com/2012/10/16/nilai-nilai-dasar-pancasila/
http://rismaulida.blogspot.com/2012/11/pengamalan-pancasila-dalamkehidupan.html
Buku panduan mata kuliah pendidikan Pancasila