ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA (1)

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA
DENGAN IMPAKSI FEKAL

Dosen Pengampu : Eka Mishbahatul M.yHas, S.Kep. Ns., M. Kep

Disusun Oleh :
AJ 1 / B 20

1. Dismalyansa

131711123066

2. Abraham Steven Yotlely

131711123067

3. Vinda Kuswana Murti

131711123068

4. Muhammad Fatur Rizal


131711123069

5. Ribka Putri Sholecha

131711123070

PROGRAM ALIH JENIS S1 PENDIDIKAN NERS
UNIVERSITAS NEGERI AIRLANGGA
2017

i

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT serta junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah Keperawatan Gerontik II tentang Asuhan Keperawatan
Gerontik pada Lansia dengan Impaksi Fekal.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada bu Eka Mishbahatul M.yHas, S.Kep. Ns., M. Kep selaku dosen mata

kuliah keperawatan Gerontik II yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan makalah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat penulis harapkan. Mudah – mudahan makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................1
1.2. Rumusan Masalah................................................................1
1.3. Tujuan.............................................................................2
1.4. Manfaat...........................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................3
2.1 Definisi Impaksi Fekal............................................................3

2.2 Epidemiologi.......................................................................3
2.3 Etiologi............................................................................3
2.4 Patofisiologi........................................................................4
2.5 Manifestasi Klinis.................................................................5
2.6 Penatalaksanaan..................................................................6
BAB III KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN NJAUAN KASUS...........10
3.1

Studi Kasus..................................................................10

3.2

Pengkajian...................................................................10

1.

Kemampuan ADL...........................................................19

2.


Tes Keseimbangan...........................................................21

3.

GDS..........................................................................23

4.

Status Nutrisi................................................................23

5.

Fungsi sosial lansia..........................................................24

3.3 Analisa data......................................................................26
3.4 Diagnosa Keperawatan..........................................................26
3.5 Intervensi........................................................................27
BAB IV PENUTUP....................................................................30
PENUTUP..............................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..................................................................31


ii

BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Impaksi fekal merupakan keluhan saluran cerna terbanyak pada usia
lanjut; terjadi peningkatan dengan bertambahnya usia dan 30 – 40 % orang di
atas usia 65 tahun mengeluh impaksi fekal. Di Inggris ditemukan 30%
penduduk di atas usia 60 tahun merupakan konsumen yang teratur
menggunakan obat pencahar . Di Australia sekitar 20% populasi di atas 65
tahun mengeluh menderita impaksi fekal dan lebih banyak pada wanita
dibanding pria. Menurut National Health Interview Survey pada tahun 1991,
sekitar 4,5 juta penduduk Amerika mengeluh menderita impaksi fekal
terutama anak-anak, wanita dan orang usia 65 tahun ke atas.
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya impaksi fekal pada
lansia seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali
mengandung serat, kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu dan
lain-lain. Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus

menjadi tertahan. Pada impaksi fekal, kotoran di dalam usus menjadi keras
dan kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih berat
berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut.
Anamnesis merupakan hal yang terpenting untuk mengungkapkan
etiologi dan factor-faktor risiko penyebab impaksi fekal, sedangkan
pemeriksaan fisik pada umumnya tidak mendapatkan kelainan yang jelas.
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan banyak informasi yang berguna.
Pemeriksaan-pemeriksaan lain yang intensif dikerjakan secara selektif setelah
3 sampai 6 bulan pengobatan impaksi fekal kurang berhasil dan dilakukan
hanya pada pusat-pusat pengelolaan impaksi fekal tertentu.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan masalah
impaksi fekal?

1

1.3. Tujuan
Tujuan Umum :
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan
masalah impaksi fekal.

Tujuan Khusus :
1. Mengetahui definisi impaksi fekal.
2. Mengetahui epidemiologi lansia dengan impaksi fekal.
3. Mengetahui etiologi impaksi fekal.
4. Mengetahui patofisiologi impaksi fekal.
5. Mengetahui manifestasi klinis dari impaksi fekal.
6. Mengetahui penatalaksanaan lansia dengan impaksi fekal.
7. Mengetahui WOC dari lansia dengan impaksi fekal.
1.4. Manfaat
1. Mengetahui perjalanan penyakit yang terjadi sehingga dapat memberikan
asuhan keperawatan yang tepat.
2. Menambah pengetahuan khususnya di bidang keperawatan gerontik
sebagai referensi dalam memberikan asuhan keperawatan.
3. Meningkatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien lansia dengan impaksi fekal

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Impaksi Fekal
1. Impaksi fekal (Fecal Impaction) merupakan massa feses yang keras di
lipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material feses
yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh konstipasi, intake cairan
yang kurang, kurang aktivitas, diet rendah serat dan kelemahan tonus otot
(Hidayat,2006).
2. Impaksi adalah kumpulan feses yang mengeras, mengendap di dalam
rektum yang tidak dapat di keluarkan akibat konstipasi yang tidak diatasi.
2.2 Epidemiologi
Sekitar 80% manusia pernah menderita impaksi fekal dalam hidupnya
dan impaksi fekal yang berlangsung singkat adalah normal (ASCRS, 2002).
Menurut National Health Interview Survey pada tahun 1991, sekitar 4,5 juta
penduduk Amerika mengeluh menderita impaksi fekal terutama anak-anak,
wanita dan orang usia 65 tahun ke atas. Hal ini menyebabkan kunjungan ke
dokter sebanyak 2.5 juta kali/tahun dan menghabiskan dana sekitar 725 juta
dolar untuk obat-obatan pencahar (NIDDK, 2000).
Impaksi fekal merupakan keluhan saluran cerna terbanyak pada usia
lanjut. Terjadi peningkatan dengan bertambahnya usia dan 30-40 % orang di
atas 65 tahun mengeluhkan impaksi fekal (Holson, 2002). Di Inggris

ditemukan 30% penduduk di atas usia 65 tahun merupakan konsumen yang
teratur menggunakan obat pencahar (Cheskin, dkk 1990). Di Australia sekitar
20% populasi di atas 65 tahun mengeluh mendrita impaksi fekal dan lebih
banyak pada wanita dibanding pria (Robert-Thomson, 1989). Suatu penelitian
yang melibatkan 3000 orang usia lanjut usia di atas 65 tahun menunjukkan
sekitar 34% wanita dan 26% pria meneluh menderita impaksi fekal (Harari,
1989).

3

2.3 Etiologi
Banyak lansia mengalami impaksi fekal sebagai akibat dari
penumpukan sensasi saraf, tidak sempurnanya pengosongan usus, atau
kegagalan dalam menanggapi sinyal untuk defekasi. Impaksi fekal
merupakan masalah umum yang disebabkan oleh penurunan motilitas, kurang
aktivitas, penurunan kekuatan dan tonus otot. Klien yang menderita
kelemahan, kebingungan, atau tidak sadar adalah klien yang paling berisiko
mengalami impaksi.
Faktor-faktor risiko impaksi fekal pada usia lanjut:
1. Obat-obatan: golongan antikolinergik, golongan narkotik, golongan

analgetik, golongan diuretik, NSAID, kalsium antagonis, preparat
kalsium, preparat besi, antasida aluminium, penyalahgunaan pencahar.
2. Kondisi neurologik: stroke, penyakit parkinson, trauma medula spinalis,
neuropati diabetic.
3. Gangguan metabolik: hiperkalsemia, hipokalemia, hipotiroidisme.
4. Kausa psikologik: psikosis, depresi, demensia, kurang privasi untuk
BAB, mengabaikan dorongan BAB, impaksi fekal imajiner.
5. Penyakit-penyakit saluran cerna: kanker kolon, divertikel, ileus, hernia,
volvulus, iritable bowel syndrome, rektokel, wasir, fistula/fisura ani,
inersia kolon.
6. Lain-lain:

defisiensi

diet

dalam

asupan


cairan

dan

serat,

imobilitas/kurang olahraga, bepergian jauh, paska tindakan bedah parut.
2.4 Patofisiologi
Defekasi merupakan suatu proses fisiologi yang menyertakan kerja
otot-otot polos dan serat lintang, persarafan, sentral dan perifer, koordinasi
sisitem reflek, kesadran yang baik dan kemampuan fisik untuk mencari tempat
BAB.
Defekasi

dimulai

dari

gerakan

peristaltic

usus

besar

yang

menghantarkan feses ke rektum untuk dikeluarkan. Feses masuk dan
meregangkan ampula rektum yang diikuti relaksasi sfingter anus interna.
Untuk menghindarkan pengeluaran feses yang spontan, terjadi refleks
kontraksi refleks anus eksterna dan kontraksi otot dasar pelvis yang dilayani

4

oleh syaraf pudendus. Otak menerima rangsang keinginan untuk BAB dan
sfingter

anus

eksterna

diperintahkan

untuk

relaksasi,

dan

rektum

mengeluarkan isinya dengan bantuan kontraksi otot dinding perut. Kontraksi
ini akan menaikkan tekanan dalam perut, relaksasi sfingter dan otot elevator
ani.baik persyarafan simpatis dan para simpatis terlibat dalam proses ini.
Patogenesis impaksi fekal bervariasi macam-macam, penyebabnya
multipel, mencakup beberapa faktor yang tumpah tindih, motilitas kolon tidak
terpengaruh dengan bertambahnya usia. Proses menua yang normal tidak
mengakibatkan perlambatan perjalanan saluran cerna. Pengurangan respon
motorik sigmoid disebabkan karena berkurangnya inervasi instinsik akibat
degenerasi pleksus myenterikus, sedangkan pengurangan rangsang saraf pada
otot polos sirkuler menyebabkan memanjangnya waktu gerakan usus. Pada
lansia mempunyai kadar plasma beta- endorfin yang meningkat, disertai
peningkatan ikatan pada reseptor opiat endogen di usus. Ini dibuktikan dengan
efek impaksi fekalf sediaan opiat karena dapat menyebabkan relaksasi tonus
otot kolon, motilitas berkurang dan menghambat refleks gaster-kolon.
Terdapat kecenderungan menurunnya tonus sfingter dan kekuatan otot-otot
polos berkaitan dengan usia khususnya pada wanita. Pada penderita impaksi
fekal mempunyai kesulitan lebih besar untuk mengeluarkan feses yang kecil
dan keras, menyebabkan upaya mengejan lebih keras dan lebih lama. Hal ini
berakibat penekanan pada saraf pudendus dengan kelemahan lebih lanjut.
2.5 Manifestasi Klinis
Beberapa keluhan yang mungkin berhubungan dengan impaksi fekal adalah:
(ASCRS, 2002)
1. Kesulitan memulai dan menyelesaikan BAB
2. Mengejan keras saat BAB
3. Massa feses yang keras dan sulit keluar
4. Perasaan tidak tuntas saat BAB
5. Sakit pada daerah rectum saat BAB
6. Rasa sakit pada daerah perut saat BAB
7. Adanya perembesan feses cair pada pakaian dalam
8. Menggunakan bantuan jari-jari intuk mengeluarkan feses

5

9. Menggunakan obat-obat pencahar untuk bisa BAB

6

2.6 Penatalaksanaan
2.6.1 Tatalaksana non farmakologik
a) Cairan
Keadaan status hidrasi yang buruk dapat menyebabkan impaksi fekal.
Kecuali ada kontraindikasi, orang lanjut usia perlu diingatkan untuk minum
sekurang kurangnya 6-8 gelas sehari (1500 ml cairan perhari) untuk
mencegah

dehidrasi.

Asupan

cairan

dapat

dicapai

bila

tersedia

cairan/minuman yang dibutuhkan di dekat pasien, demikian pula cairan
yang berasal dari sup,sirup, dan es. Asupan cairan perlu lebih banyak bagi
mereka yang mengkonsumsi diuretik tetapi kondisi jantungnya stabil.
b) Serat
Pada orang usia lanjut yang lebih muda, serat berguna menurunkan waktu
transit (transit time). Pada orang lanjut usia disarankan agar mengkonsumsi
serat skitar 6-10 gram per hari. Ada juga yang menyarankan agar
mengkonsumsi serat sebanyak 15-20 per hari. Serat berasal dari biji-bijian,
sereal,

beras

merah,

buah,

sayur,

kacang-kacangan.

Serat

akan

memfasilitasi gerakan usus dengan meningkatkan masa tinja dan
mengurangi waktu transit usus. Serat juga menyediakan substrat untuk
bakteri kolon, dengan produksi gas dan asam lemak rantai pendek yang
meningkatkan gumpalan tinja. Perlu diingat serat tidaklah efektif tanpa
cairan yang cukup, dan dikontraindikasikan pada pasien dengan impaksi
tinja (skibala) atau dilatasi kolon. Peningkatan jumlah serat dapat
menyebabkan gejala kembung, banyak gas, dan buang besar tidak teratur
terutama pada 2-3 minggu pertama, yang seringkali menimbulkan
ketidakpatuhan obat.
c) Bowel training
Pada pasien yang mengalami penurunan sensasi akan mudah lupa untuk
buang air besar. Hal tersebut akan menyebabkan rektum

lebih

mengembang karena adanya penumpukan feses. Membuat jadwal untuk
buang air besar merupakan langkah awal yang lebih baik untuk dilakukan
pada pasien tersebut, dan baik juga diterapkan pada pasien usia lanjut yang
mengalami gangguan kognitif. Pada pasien yang sudah memiliki kebiasaan

7

buang air besar pada waktu yang teratur, dianjurkan meneruskan kebiasaan
teresebut. Sedangkan pada pasien yang tidak memiliki jadwal teratur untuk
buang air besar, waktu yang baik untuk buang air besar adalah setelah
sarapan dan makan malam.
d) Latihan jasmani
Jalan kaki setiap pagi adalah bentuk latihan jasmani yang sederhana tetapi
bermanfat bagi orang usia lanjut yang masih mampu berjalan. Jalan kaki
satu setengah jam setelah makan cukup membantu. Bagi mereka yang tidak
mampu bangun dari tampat tidur, dapat didudukkan atau didudukkan atau
diberdirikan disekitar tempat tidur. Positioning bagi pasien usia lanjut yang
tidak dapat bergerak, meninggalkan tempat tidurnya menuju ke kursi
beberapa kali dengan interval 15 menit, adalah salah satu cara untuk
mencegah ulkus dekubitus. Tentu saja pasien yang mengalami tirah baring
dapat dibantu dengan menyediakan toilet atau komod dengan tempat tidur,
jangan diberi bed pan. Mengurut perut dengan hati-hati mungkin dapat pula
dilakukan untuk merangsang gerakan usus.
e) Evaluasi penggunaan obat
Evaluasi yang seksama tentang penggunaan obat-obatan perlu dilakukan
untuk mengeliminasi, mengurangi dosis, atau mengganti obat yang
diperkirakan menimbulkan impaksi fekal. Obat antidepresan, obat
Parkinson merupakan obat yang potensial menimbulkan impaksi fekal.
Obat yang mengandung zat besi juga cenderung menimbulkan impaksi
fekal, demikian obat anti hipertensi (antagonis kalsium). Antikolinergik lain
dan juga narkotik merupakan obat-obatan yang sering pula menyebabkan
impaksi fekal.
2.6.2

Tatalaksana farmakologik

a) Pencahar pembentuk tinja (pencahar bulk/bulk laxative)
Pencahar bulk merupakan 25% pencahar yang beredar di pasaran. Sediaan
yang ada merupakan bentuk serat alamiah non-wheat seperti pysilium dan
isophagula husk, dan senyawa sintetik seperti metilselulosa. Bulking agent
sistetik dan serat natural sama-sama efektif dalam meningkatkan frekuensi
dan volume tinja. Obat ini tidak menyebabkan malabsorbsi zat besi atau

8

kalsium pada orang usia lanjut, tidak seperti bran yang tidak diproses.
Pencahar bulk terbukti menurunkan impaksi fekal pada orang usia lanjut
dan nyeri defekai pada hemoroid. Sama halnya dengan serat, obat ini juga
harus diimbangi dengan asupan cairan.
b) Pelembut tinja
Docusate seringkali direkomendasikan dan digunakan oleh orang lanjut
usia sebagai pencahar dan sebagai pelembut tinja. Docusate sodium
bertindak sebagaisurfaktan, menurunkan tegangan permukaan feses untuk
membiarakan air masuk dam memperlunak feses. Docusate sebenarnya
tidak dapat menolong impaksi fekal yang kronik, penggunaannya
sebaiknya dibatasi pada situasi dimana mangedan harus dicegah.
c) Pencahar stimulant
Senna merupakan obat yang aman digunakan oleh orang usia lanjut. Senna
meningkatkan peristaltik di kolon distal dan menstimulasi peristaltik
diikuti dengan evakuasi feses yang lunak. Pemberian 20 mg senna per hari
selama 6 bulan oleh pasien berusia lebih dari 80 tahun tidak menyebabkan
kehilangan protein atau elektrolit. Senna umumnya menginduksi evakuasi
tinja 8-12 jam setelah pemberian. Orang usia lanjut biasanya memerlukan
waktu yang lebih lama yakni sampai dengan 10 minggu sebelum mencapai
kebiasaan defekasi yang teratur. Pemberian sebelum tidur malam
mengurangi risiko inkontininsia fekal malam hari dan dosis juga harus
ditritasi berdasarkan respon individu. Terapi dengan Bisakodil supositoria
memiliki absorbsi sistemik minimal dan sangat menolong untuk mengatasi
diskezia rectal pada usia lanjut. Sebaiknya diberikan segera setelah makan
pagi secara supositoria untuk mendapatka efek refleks gastrokolik.
Penggunaan rutin setiap hari dapat menyebabkan sensasi terbakar pada
rectum, jadi sebaiknya digunakan secara rutin, melainkan sekitar 3 kali
seminggu.
d) Pencahar hyperosmolar
Pencahar hiperosmolar terdiri atas laktulosa disakarida dan sorbitol. Di
dalam kolon keduanya di metabolisme oleh bakteri kolon menjadi bentuk
laktat, aetat, dan asam dengan melepaskan karbondioksida. Asam organik

9

dengan berat molekul rendah ini secara osmotic meningkatkan cairan
intraluminal dan menurunkan pH feses. Laktulosa sebagai pencahar
hiperosmolar terbukti memperpendek waktu transit pada sejumlah kecil
penghni panti rawat jompo yang mengalami impaksi fekal. Laktulosa dan
sorbitol juga sama-sama menunjukkan efektifitasnya dalam mengobati
impaksi fekal pada orang usia lanjut yang berobat jalan. Sorbitol
sebaiknya diberikan 20-30 selama empat kali sehari. Glikol polietelin
merupakan pencahar hiperosmolar yang potensial yang mengalirkan cairan
ke lumen dan merupakan zat pembersih usus yang efektif. Gliserin adalah
pencahar hiperomolar yang dugunakan hanya dalam bentuk supositoria.
e) Enema
Enema merangsang evakuasi sebagai respon terhadap distensi kolon; hasil
yang kurang baik biasanya karena pemberian yang tidak memadai. Enema
harus digunakan secara hati-hati pada usia lanjut. Pasien usia lanjut yang
mengalami tirah baring mungkin membutuhkan enema secara berkala
untuk mencegah skibala. Namun, pemberian enema tertentu terlalu sering
dapat mengakibatkan efek samping. Enema yang berasal dari kran (tap
water) merupakan tipe paling aman untuk penggunaan rutin, karena tidak
menghasilkan iritasi mukosa kolon. Enema yang berasal dari air sabun
(soap-suds) sebaiknya tidak diberikan pada orang usia lanjut.

10

11

BAB III KASUS DAN ASUHAN
KEPERAWATAN NJAUAN KASUS
KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Studi Kasus
Tn. A berusia 65 tahun tinggal di panti wredha. Saat ini klien mengeluh tidak
bisa buang air besar (BAB) selama seminggu, mengeluh selama 3 bulan
terakhir. Setelah 1 minggu Tn. A bisa BAB namun mengalami nyeri saat
defekasi dan kesulitan mengeluarkan feses (konsistensi keras). Tn. A merasa
nyeri dan penuh perjuangan dalam mengejan. Saat dikaji, klien mengatakan
bentuk fesesnya keras dalam minggu ini sampai sekarang. Klien tampak
pucat. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD : 150/90 mmHg, HR : 106
x/menit, RR : 22x/menit, S : 36,2 oC, TB : 158 cm, bising usus 2x/menit. Tn
A bercerita bahwa sehari minum air kurang lebih 1000 cc saja. Tn A jarang
berolahraga karena berpen dapat olahraga itu tidak penting, serta jarang
melakukan aktivitas pekerjaan rumah .
3.2 Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER
Nama wisma
1.

: Wisma Bahagia Sejahtera

IDENTITAS

:

KLIEN
Nama
Umur
Agama
Alamat asal
Tanggal

:
:
:
:
:

datang
2 DATA

Tanggal Pengkajian : 10-11-2017

Tn. A
65 tahun
Islam
Jl. Mawar Gang III Surabaya
8 November 2012, Lama Tinggal di Panti 5 tahun

:

.

KELUARGA
Nama
: Nn. D
Hubungan
: Anak kandung
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Jl. Mawar Gang III Surabaya, Telp : 081226778xxx
3 STATUS KESEHATAN SEKARANG :

12

.
Keluhan utama: Tn. A mengatakan sudah 1 minggu belum buang air besar.
Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan: bertanya pada
petugas panti tentang kondisi yang dialaminya.
Obat-obatan: 4
.

AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES
MENUA) :
FUNGSI FISIOLOGIS
1.

Kondisi Umum
Ya
Kelelahan
Perubahan BB
Perubahan nafsu makan
Masalah tidur
Kemampuan ADL
KETERANGAN

2.

:
:
:
:
:
:

Tidak






Tidak ditemukan masalah pada kondisi
umum

Integumen
Ya

Lesi / luka
Pruritus
Perubahan pigmen
Memar
Pola penyembuhan lesi
KETERANGAN

3.

:
:
:
:
:
:

Tidak





Tidak ditemukan masalah pada sistem integumen

Hematopoetic
Ya
Perdarahan abnormal
:
Pembengkakan
kel :
limfe
Anemia
KETERANGAN

:
:

Tidak




Tidak ditemukan masalah pada sistem hematopoetic

`
4. Kepala
Sakit kepala
Pusing
Gatal pada kulit kepala
KETERANGAN

Ya
Tidak
:

:

:

: Tidak ditemukan masalah pada kepala

13

5. Mata
Perubahan
penglihatan
Pakai kacamata
Kekeringan mata
Nyeri
Gatal
Photobobia
Diplopia
Riwayat infeksi
KETERANGAN
6.

7.

Tidak

:

:

:

:

:

:

:

: Tn. A merasa bagian matanya tidak nyaman
berada pada cahaya yang terang

saat

Telinga
Penurunan pendengaran
Discharge
Tinitus
Vertigo
Alat bantu dengar
Riwayat infeksi
Kebiasaan membersihkan telinga
Dampak pada ADL

:
:
:
:
:
:
:
:

KETERANGAN

:

Ya


Tidak







Saat Tn. A tidak menggunakan alat bantu
dengar, Tn. A tidak bisa mendengar
dengan jelas
Tn. A harus menggunakan alat bantu
dengar setiap hari

Hidung sinus
Rhinorrhea
Discharge
Epistaksis
Obstruksi
Snoring
Alergi
Riwayat infeksi
KETERANGAN

8.

Ya


:

Ya
:
:
:
:
:
:
:
: Tidak ditemukan pada hidung sinus

Tidak








Mulut, tenggorokan
Ya
Nyeri telan
Kesulitan menelan
Lesi
Perdarahan gusi
Caries
Perubahan rasa

:
:
:
:
:
:



14

Tidak






Gigi palsu
Riwayat Infeksi
Pola sikat gigi
KETERANGAN

:

:

: Tn. A menggosok giginya 2x sehari saat mandi
: Tn. A kurang dapat membedakan rasa makanan
sehingga Tn. A tidak pernah menghabiskan
makanannya.

9. Leher
Kekakuan
Nyeri tekan
Massa
KETERANGAN
10.

Ya
:
:
:
: Tidak ada masalah pada leher

Pernafasan
Batuk
Nafas pendek
Hemoptisis
Wheezing
Asma
KETERANGAN

11.

Tidak




Ya
Tidak
:

:

:

:

:

: Tidak ada masalah pada sistem pernafasan

Kardiovaskuler
Ya

Chest pain
Palpitasi
Dipsnoe
Paroximal nocturnal
Orthopnea
Murmur
Edema
KETERANGAN

12.

:
:
:
:
:
:
:
:

Tidak







Tidak ada masalah pada sistem
kardiovaskuler

Gastrointestinal
Disphagia
Nausea / vomiting
Hemateemesis
Perubahan nafsu makan
Massa
Jaundice
Perubahan pola BAB
Melena
Hemorrhoid
Pola BAB
KETERANGAN

Ya
Tidak
:

:

:

:

:

:

:

:

:

: Tn. A sudah 1 minggu tidak bisa buang air
besar
: Tn. A mengalami penurunan nafsu makan dan
sering memilih-milih jenis makanan

15

13.

Perkemihan
Dysuria
Frekuensi
Hesitancy
Urgency
Hematuria
Poliuria
Oliguria
Nocturia
Inkontinensia
Nyeri berkemih
Pola BAK
KETERANGAN

Ya
Tidak
:

: 4-5 x sehari
:

:

:

:

:

:

:

:

: Normal, dengan warna kuning jernih
: Tidak ditemukan masalah pada sistem
perkemihan

16

14.

Reproduksi (laki-laki)
Ya
Lesi
Disharge
Testiculer pain
Testiculer massa
Perubahan gairah sex
Impotensi

15.

:
:
:
:
:
:



Ya
Tidak
:

:

:

:

:

:

:

:

:

: Tn. A kurang aktifdalam beraktivitas
akibat kelemahan otot yang dialami
: Tn. A menjadi kurang gerak
: Tn. A sering duduk-duduk saja, jarang
mau melakukan latihan fisik bersama
penghunni panti yang lain

Dampak ADL
KETERANGAN

Persyarafan
Ya
:
:
:
:
:
:
:
: Tidak ada
persyarafan

Headache
Seizures
Syncope
Tic/tremor
Paralysis
Paresis
Masalah memori
KETERANGAN

5.



Muskuloskeletal
Nyeri Sendi
Bengkak
Kaku sendi
Deformitas
Spasme
Kram
Kelemahan otot
Masalah gaya berjalan
Nyeri punggung
Pola latihan

16.

Tidak





masalah

Tidak







pada sistem

POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :
Psikososial
YA
Tidak
Cemas
:

Depresi
:

Ketakutan
:

Insomnia
:

Kesulitan dalam mengambil :

keputusan
Kesulitan konsentrasi
Mekanisme koping

:
:


Mekanisme koping Tn. A adaptif

17

Persepsi tentang kematian : Tn. A menganggap bahwa kematian adalah hal yang
wajar terjadi pada semua orang, Tn. A mempersiapkan diri dengan lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan.
Dampak pada ADL

:-

Spiritual
 Aktivitas ibadah : Tn. A rajin sholat berjamaah dengan penghuni panti
jompo yang lain
 Hambatan
:KETERANGAN :Tn. A mampu menjalankan fungsi spiritual dengan baik tanpa
adanya hambatan

6.

LINGKUNGAN :
 Kamar: Kamar Tn. A terlihat bersih dan rapi
 Kamar mandi : sudah sesuai dengan kondisi lansia. Lantainya
tidak licin, penerangan cukup dan ada
pegangan di kamar mandi.
 Dalam rumah.wisma : Wisma terlihat bersih, rajin dibersihkan oleh
petugas wisma, penerangan cukup.
 Luar rumah : Terlihat asri karena banyak pepohonan yang
ditanam di luar wisma

7.

ADDITIONAL RISK FACTOR
Riwayat perilaku (kebiasaan, pekerjaan, aktivitas) yang mempengaruhi kondisi saat
ini :
Sejak muda, Tn. A kurang mau beraktivitas fisik seperti olahraga. Tn. A banyak
menghabiskan waktu untuk menjalankan hobi membaca.

8. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES
1. Kemampuan ADL

: mampu menjalankan ADL dengan bantuan
minimal.

2. Aspek Kognitif

: tidak tejadi gangguan pada aspek kognitif.
Masih mampu mengingat kejadian yang telah
terjadi.
18

3. Tes Keseimbangan

:16 detik (risiko tinggi jatuh)

4. GDS

:4 (tidak diindikasikan depresi)

5. Status Nutrisi

:4 (moderate nutritional risk)

6. Fungsi social lansia

: sering berbincang dengan lansia lain dalam

wisma mengenai pengelaman-pengalaman pribadi.
7. Hasil pemeriksaan Diagnostik
No

:

Jenis pemeriksaan
Diagnostik
1. Kemampuan ADL
MMSE
2.

Tanggal
Pemeriksaan
10 november 2017
10 november 2017

Tes keseimbangan
(Time Up Go Test)
4. GDS
5. Status nutrisi
6. Fungsi sosial lansia

10 november 2017

3.

10 november 2017
10 november 2017
10 november 2017

19

Hasil
90 (ketergantungan sedang)
27 (tidak ada gangguan
kognitif)
14 detik (tidak risiko tinggi
jatuh)
4 (tidak diindikasikan depresi)
4 (moderate nutritional risk)

8 (fungsi baik)

Lampiran
1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No

Kriteria

1

Makan

2

Mandi

3

Berpakaian

4

Berhias

5

Kontrol Bowel (BAB)

6

Kotrol Bladder
(BAK)

7

Penggunaan toilet
(mencuci, menyeka,
menyiram)

8

Naik turun tangga

9

Mobilisasi di
permukaan datar

Skor
0 = tidak mampu
5 = dengan bantuan (memaotong makanan,
mengoleskan selai , dll atau membutuhkan
menu makanan tertentu, misal makana
cair, bubur)
10 = mandiri
0 = dependen
5 = mandiri
0 = dependen
5 = butuh bantuan
10 = mandiri (mengancingkan, memakai
resleting, menalikan renda/tali)
0 = butuh bantuan dalam perawatan pribadi
5 = mandiri (mencuci wajah. Keramas, gosok
gigi, bercukur)
0 = inkontiensia/ membutuhkan bantuan
enema untuk BAB
5 = sesekali BAB tidak sadar (occasional
accident)
10 = Kontrol BAB baik
0 = inkontiensia atau memakia kateter dan
tidak mampu merawat kateter dan baik
5 = sesekali BAK tidak sadar (occasional
accident)
10 = Kontrol BAK baik
0 = Tidak mampu
5 = butuh bantuan, tetapi bisa melakukan
sesuatu dengan mandiri
10 = mandiri
0 = Tidak mampu
5 = dengan bantuan
10 = mandiri
0 = tidak mampu mobilisasi atau
berjalan/kursi roda < 45,72 m (50 yard)
5 = mandiri dengan kursi roda > 45,72 m (50
yard), mampu memosisikan kursi roda di
pojok ruangan
10 = berjalan dengan bantuan 1 orang > 45,72
m (50 yard)
15 = berjalan mandiri (mungkin dengan
bantuan alat, pegangan) sejauh > 45,72 m
(50 yard)

20

Skor
yang
didapat
10

5
10

5
10

10

10

5
15

10

Berpindah ( dari kursi
ke tempat tidur dan
sebaliknya

0 = tidak mampu berpindah, tidak dapat duduk
dengan seimbang
5 = dengan bantuan lebih banyak (1 aau 2
orang yang membantu)
10 = dengan bantuan lebih sedikit
15 = mandiri
TOTAL SKOR

10

90

Interpretasi:
0-20 = ketergantungan total
21-60 = Ketergantungan berat
61-90 = ketergantungan sedang
91-99 = ketergantungan ringan
100 = mandiri
(Lewis, Carole & Shaw, Keiba, 2006)
Kesimpulan : 90 (ketergantungan sedang)
MMSE (Mini Mental Status Exam)
Nama : Tn. A
Tgl/Jam: 10 november 2017 jam. 08.56 WIB
N
o

Aspek
Kognitif

Nilai
maksim
al

1

Orientasi

5

Nila
i
Klie
n
5

2

Orientasi

5

5

3

Registrasi

3

3

4

Perhatiandankalku
lasi

5

4

Kriteria

Menyebutkan dengan benar :
Tahun : .............................
Hari :.................................
Musim : ............................
Bulan : ..............................
Tanggal :
Dimanasekarangkitaberada ?
Negara: …………………… Panti :
…………………
Propinsi: …………………. Wisma/Kamar :
…………
Kabupaten/kota :
………………………………………
Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,
piring, kertas), kemudian
ditanyakankepadaklien, menjawab :
1) Kursi
2). piring
3).
Kertas
Meminta klien berhitung mulai dari 100
kemudia kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
1). 93
2). 86
3). 79
4). 72
5). 65

21

5

Mengingat

3

3

6

Bahasa

9

7

Mintaklienuntukmengulangiketigaobyekpad
apoinke- 2 (tiappoinnilai 1)
1)………..
2)……………
3)
…………..
Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut).
1). ...................................
2). ...................................
3). Minta klien untuk mengulangi kata
berikut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3 langkah.
4). Ambil kertas ditangan anda
5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut
(bila aktifitas sesuai perintah yang dituliskan
di kertas nilai satu poin.
7). “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien untuk menulis
kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang saling
bertumpuk

Total nilai
30
27 Tidak ada gangguan kognitif
Interpretasihasil :
24 – 30 : tidakadagangguankognitif
18 – 23 : gangguankognitifsedang
0 - 17 : gangguankognitifberat
Kesimpulan : 27 (tidak ada gangguan kognitif)
2. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan
1.
10 november 2017 jam. 09.00
2.
10 november 2017 jam. 09.15
3.
10 november 2017 jam. 09.30
Rata-rata Waktu TUG

Hasil TUG (detik)
16
13
12
14

Interpretasi hasil

Tidak risiko tinggi jatuh

Observasi gaya berjalan

Tanpa alat bantu, lurus,
namun agak lama

Interpretasi hasil:
22

Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
≤ 14 detik
>14 detik
>24 detik

Tidak risiko jatuh
Risiko tinggi jatuh
Diperkirakan jatuh dalam kurun
waktu 6 bulan
>30 detik
Diperkirakan membutuhkan bantuan
dalam mobilisasi dan melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss &
Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)

23

3. GDS
Pengkajian Depresi
No

Pertanyaan

Ya
0
1

Jawaban
Tdk
Hasil
1
0
0
1

1.
2.

Anda puas dengan kehidupan anda saat ini
Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan

3.
4.
5.
8.
7.
8.
9.

kesenangan
Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong
Anda sering merasa bosan
Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu
Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda
Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu
Anda sering merasakan butuh bantuan
Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar

1
1
0
1
0
1
1

0
0
1
0
1
0
0

0
1
0
1
0
0
1

10.

melakukan sesuatu hal
Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan

1

0

0

11.
12.
13.
14.
15.

anda
Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa
0
1
Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda
1
0
Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat
0
1
Anda merasa tidak punya harapan
1
0
Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda
1
0
Jumlah
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam

0
0
0
0
0
4

Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi :Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
Kesimpulan : 4 (tidak diindikasikan depresi)
4. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:
No

Indikators

score

Pemeriksaan

1.

Menderita sakit atau kondisi yang
mengakibatkan perubahan jumlah dan jenis
makanan yang dikonsumsi

2

2

2.

Makan kurang dari 2 kali dalam sehari

3

0

3.

Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu

2

2

4.

Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum
minuman beralkohol setiap harinya

2

0

5.

Mempunyai masalah dengan mulut atau
giginya sehingga tidak dapat makan makanan
yang keras

2

0

24

6.

Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk
membeli makanan

4

0

7.

Lebih sering makan sendirian

1

0

8.

Mempunyai keharusan menjalankan terapi
minum obat 3 kali atau lebih setiap harinya

1

0

9.

Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam
enam bulan terakhir

2

0

10.

Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik
yang cukup untuk belanja, memasak atau
makan sendiri

2

2

Total score

4

(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam
Introductory Gerontological Nursing, 2001)
Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
6 ≥ : High nutritional risk
Kesimpulan : 4 (moderate nutritional risk)
5. Fungsi sosial lansia
APGAR keluarga dengan lansia
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
NO

URAIAN

FUNGSI

SKORE

1.

Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga (teman-teman) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya

ADAPTATION

2

2.

Saya puas dengan cara keluarga (temanteman)saya membicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan masalah dengan
saya

PARTNERSHIP

2

3.

Saya puas dengan cara keluarga (temanteman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan aktivitas /
arah baru

GROWTH

1

4.

Saya puas dengan cara keluarga (temanteman) saya mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi-emosi saya seperti
marah, sedih/mencintai

AFFECTION

2

5.

Saya puas dengan cara teman-teman saya
dan saya meneyediakan waktu bersamasama

RESOLVE

1

25

Kategori Skor:
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skore 22). Kadang-kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik

TOTAL

Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005

Kesimpulan : 8 (fungsi baik)

26

8

3.3 Analisa data
No
Data Fokus
1. DS:
- Tn. A sudah 1 minggu tidak bisa buang
air besar.
- Tn. A mengalami kejadian seperti ini
kurang lebih dalam 3 bulanterakhir
- Minum sehari kurang lebih 1.000 cc
- Tn. A mengaku Tn. A kurang aktif
dalam beraktivitas akibat kelemahan
otot yang dialami.
- Tn. A kurang dapat membedakan rasa
makanan sehingga Tn. A tidak pernah
menghabiskan makanannya
- Tn. A mengatakan sudah 1 minggu
belum buang air besar
DO:
2

DS:
DO:
-

Masalah
Risiko konstipasi
fungsional kronis
(00236)

Klien tampak sedikit pucat
Tn. A tampak sering duduk-duduk saja,
jarang mau melakukan latihan fisik
bersama penghunni panti yang lain
Tn. A kurang aktif dalam beraktivitas
akibat kelemahan otot yang dialami
Tn. A mengaku kurang minat pada
aktivitas fisik (jogging, senam lansia,
dsb)
Tn A berpendapat jika olahraga tidak
penting, lebih suka membaca koran

Gaya hidup kurang
gerak (00168)

Tn. A tampak sering duduk-duduk saja,
jarang mau melakukan latihan fisik
bersama penghunni panti yang lain

3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Risiko konstipasi fungsional kronis berhubungan dengan gaya hidup tidak
aktif.
2. Gaya hidup kurang gerak berhubungan dengan kurang kurang
pengetahuan tentang keuntungan olahraga bagi kesehatan.

27

3.5 Intervensi
No
Diagnosa
.
1.

NOC

NIC

Keperawatan
Risiko konstipasi

Outcomes:

1. Konseling Nutrisi

fungsional kronis

Menggambarkan tindakan

2. Bina hubungan

berhubungan dengan

individu dalam meningkatkan

terapeutik

gaya hidup tidak aktif.

atau memperbaiki kesehatan

berdasarkan rasa
percaya diri dan

Kriteria hasil :
1621 perilaku patuh: diet yang
sehat

saling menghormati
3. Kaji asupan
makanan dan

a. 162112 memakan sajian

kebiasaan dan

sayuran yang

kebiasaan makan

direkomendasikan per hari

pasien

b. 162111 memakan sajian

4. Fasilitasi untuk

buah yang

mengidentifikasi

direkomendasikan per hari

perilaku makan

c. 1621114Menyeimbangkan

yang harus diubah

antara intake output cairan

5. Berikan informasi
sesuai kebutuhan

1632 Perilaku patuh: pada

mengenai perlunya

aktivitas yang disarankan

modivikasi diet bagi

a. 163202 mengidentifikasi

kesehatan

manfaat dari aktivitas fisik
b. 163210 Berpartisipasi

6. Kaji ulang
pengukuran intake

dalam beraktivitas fisik

dan output cairan

sehari-hari

pasien, nilai HB,

c. Memodivikasi aktivitas fisik

tekanan darah, atau

seperti yang diarahkan oleh

penambahan dan

kesehatan professional

penurunan berat
badan sesuai

1633 Partisipasi dalam latihan
a. 163307 menyeimbangkan

28

kebutuhan
7. Ciptakan

aktivitas sehari – hari

lingkungan makan

dengan olahraga

yang

b. 163308 Melakukan
olahraga secara teratur

menyenangkan
8. Atur makanan yang
sesuai dengan
kesenangan klien
Terapi aktivitas
1. Pertimbangkan
kemampuan klien
dalam berpartisipasi
melalui aktivitas
spesifik
2. Bantu klien untuk
memilih aktivitas
dan pencapaian
tujuan melalui
aktivitas yang
konsisten dengan
kemampuan fisik,
fisiologis dan sosial
3. Bantu klien untuk
menjadwalkan
waktu-waktu
spesifik terkait
dengan aktivitas
harian
4. Bantu klien
meningkatkan
motivasi diri untuk
berolahraga (senam
rutin bersama

29

anggota panti yang
2.

Gaya hidup kurang

Outcome :

lain)
Pendidikan kesehatan

gerak berhubungan

Menggambarkan pemahaman

1. Identivikasi faktor

dengan kurang

individu dalam mengaplikasikan

internal atau

pengetahuan tentang

informasi untuk meningkatkan,

eksternal yang

keuntungan olahraga

memlihara dan menjaga

dapat meningkatkan

bagi kesehatan.

kesehatan

atau mengurangi
motivasi untuk

Kriteria hasil :
1855 Pengetahuan gaya hidup
sehat

berperikau sehat
2. Tentukan
pengetahuan

a. 185517 Pentingnya aktif
secara fisik
b. 185516 Manfaat olahraga
teratur

kesehatan dan gaya
hidup perilaku sehat
saat ini
3. Tekankan manfaat
kesehatan positif
yang langsung
(manfaat
berolahraga) bisa
diterima oleh klien
4. Tekankan
pentingnya aktivitas
fisik sehari – hari
(jalan-jalan di pagi
hari, menyapu,
berkebun) sesuai
kemampuan klien

BAB IV PENUTUP
PENUTUP

30

4.1 Kesimpulan
Pada usia lanjut, masalah impaksi fekal merupakan masalah yang
berasal dari subjek lansianya sendiri. Impaksi fekal biasanya karena
kurang mengonsumsi serat, cairan cukup, dan kurang aktivitas olahraga
teratur.
Perawat perlu berkolaborasi antara perawat, lansia itu sendiri dan
keluarga untuk mengatasi masalah tersebut. Perawat perlu memperbaiki
pola hidup pasien, modifikasi lingkungan, modifikasi aktivitas sehari-hari
yang dapat dilakukan oleh lansia.
5.1 Saran
Permasalahan pada masa lansia sering terabaikan, tidak hanya di
lingkungan keluarga lansia sendiri, tetapi juga di lingkungan masyarakat
bahkan pusat pelayanan kesehatan. Lansia mempunyai hak-hak untuk
diperlakukan adil dan sama, mendapat informasi dan pelayanan kesehatan
yang sempurna dan optimal, serta diperlakukan dan dihargai masa akhir
usia mereka, merasakan kehidupan yang harmonis serta merasakan
kenikmatan bermobilisasi yang aman dan nyaman. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang impaksi fekal perlu sebarluaskan sejak dini, dan
perlunya kerjasama yang optimal disetiap instansi pemerintah dan
masyarakat untuk mengatasi masalah ini agar para lansia mendapatkan
kehidupan yang layak, dan harmonis sebagai manusia dan warga negara
seutuhnya.

31

DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta :
Graha Ilmu
Badan Pusat Statistik 2013. Profil Penduduk Lanjut Usia. Jakarta : Komnas
Lansia
Herdman, H.T., Kamitsuru, S. 2015. Nanda Diagnosis Keperawatan : Definisi &
Klasifikasi. Jakarta : EGC
Indriana, Yeniar. 2012. Gerontologi & Progeria : Pustaka Belajar
Judith. 2009. Immobilisasi dan Instabilitas. Jakarta : EGC
Lukman dan Nurna Ningsih.2012. Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.
Maryam, Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Muhith, Abdul S.Y. 2016. Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarts :
ANDI
Nugroho. (2008) Keperawatan Gerontologi. Edisi 3. Jakarta : EGC
Suratun,

dkk.2008.Seri Asuhan

Keperawatan

Klien

Gangguan

Sistem

Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
Tamher.

2009. Kesehatan

Usia

Lanjut

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

32

dengan

Pendekatan

Asuhan

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124