TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD PEMILIHAN METODE YANG TEPAT DALAM PENELITIAN ... ALTA LIM JOURNAL 1 SM

PEMILIHAN METODE YANG TEPAT DALAM PENELITIAN
(METODE KUANTITATIF DAN METODE KUALITATIF)
Naila Hayati
Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang

Abstract: Research activities requires a clear method. In this case there are two of research methods, the
qualitative methods and quantitative methods. At first, the quantitative methods are considered to qualify as a
good research method, because it uses the tools or instruments to measure specific symptoms and statistically
processed. But in its development, the data is numeric and mathematical processing can not explain conclusively
the truth. Therefore used qualitative methods are considered able to explain the symptoms or phenomenon in
complete and comprehensive. In choosing this method often confused people will choose which. For that we
need more in-depth understanding of both methods.
Key words: quantitative methods, qualitative methods, statistical, mathematical.

Abstrak: Kegiatan penelitian memerlukan metode yang jelas. Dalam hal ini ada dua metode penelitian yakni
metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pada mulanya metode kuantitatif dianggap memenuhi syarat sebagai
metode penelitian yang baik, karena menggunakan alat-alat atau instrumen untuk mengukur gejala-gejala
tertentu dan diolah secara statistik. Tetapi dalam perkembangannya, data yang berupa angka dan pengolahan
matematis tidak dapat menerangkan kebenaran secara meyakinkan. Oleh sebab itu digunakan metode kualitatif
yang dianggap mampu menerangkan gejala atau fenomena secara lengkap dan menyeluruh. Dalam memilih
metode ini orang sering bingung akan memilih yang mana. Untuk itu perlu pemahaman lebih mendalam lagi

tentang kedua metode tersebut.
Kata kunci: metode kuantitatif, metode kualitatif, statistik, matematis.

A. Pendahuluan
Pada waktu seseorang akan memulai sebuah penelitian (skripsi, tesis, disertasi), seringkali
disibukkan dengan bentuk penelitian yang akan
digunakan. Terkadang cepat sekali memperoleh
ide atau gagasan dalam penelitian, namun masih
saja bingung untuk membuat model penelitian
yang akan dibuat. Belum lagi dengan anggapan
bahwa sejatinya sebuah penelitian akan selalu
berurusan dengan uji-uji statistika. Sehingga secara tidak langsung kita telah didoktrinasi untuk
selalu membuat bentuk penelitian kuantitatif.
Padahal penelitan itu tidak harus dalam bentuk
penelitian kuantitatif. Para mahasiswa, baik strata satu atau strata lainnya boleh memilih bentuk
penelitian kuantitatif maupun kualitatif.
Ada dua metode berfikir dalam perkembangan pengetahuan, yaitu metode deduktif
yang dikembangkan oleh Aristoteles dan metode induktif yang dikembangkan oleh Francis
Bacon. Metode deduktif adalah metode berfikir
yang berpangkal dari hal-hal yang umum atau

teori menuju pada hal-hal yang khusus atau ke-

nyataan. Sedangkan metode induktif adalah sebaliknya. Dalam pelaksanaan, kedua metode tersebut diperlukan dalam penelitian (Bungin,
2010: 6).
Kegiatan penelitian memerlukan metode
yang jelas. Dalam hal ini ada dua metode penelitian yakni metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pada mulanya metode kuantitatif dianggap memenuhi syarat sebagai metode penelitian
yang baik, karena menggunakan alat-alat atau
intsrumen untuk mengakur gejala-gejala tertentu
dan diolah secara statistik. Tetapi dalam perkembangannya, data yang berupa angka dan
pengolahan matematis tidak dapat menerangkan
kebenaran secara meyakinkan. Oleh sebab itu
digunakan metode kualitatif yang dianggap
mampu menerangkan gejala atau fenomena secara lengkap dan menyeluruh.
Tiap penelitian berpegang pada paradigma
tertentu. Paradigma menjadi tidak dominan lagi
dengan timbulnya paradigma baru. Paradigma
merupakan seperangkat asumsi yang longgar digunakan sebagai petunjuk dalam berfikir dan

345


Naila Hayati: Pemilihan Metode yang Tepat dalam Penelitian | 346

meneliti (Kasiram, 2008:96). Pada mulanya orang memandang bahwa apa yang terjadi bersifat alamiah. Peneliti bersifat pasif sehingga
tinggal memberi makna dari apa yang terjadi
dan tanpa ingin berusaha untuk merubah. Masa
ini disebut masa pra-positivisme.
Setelah itu timbul pandangan baru, yakni
bahwa peneliti dapat dengan sengaja mengadakan perubahan dalam dunia sekitar dengan melakukan berbagai eksperimen, maka timbullah
metode ilmiah. Masa ini disebut masa positivisme.
Pandangan positivisme dalam perkembangannya dibantah oleh pendirian baru yang disebut
post-positivisme. Pendirian post-positivisme ini
bertolak belakang dengan positivisme. Dapat dikatakan bahwa post-positivisme sebagai reaksi
terhadap positivisme. Menurut pandangan postpositivisme, kebenaran tidak hanya satu tetapi
lebih kompleks, sehingga tidak dapat diikat oleh
satu teori tertentu saja. Aliran ini menyatakan
suatu hal yang tidak mungkin mencapai atau
melihat kebenaran apabila pengamat berdiri di
belakang layar tanpa ikut terlibat dengan objek
secara langsung (Bungin, 2007: 5).
Terdapat kesalahan pemahaman di dalam

masyarakat bahwa yang dinamakan sebagai kegiatan penelitian adalah penelitian yang bercorak survei. Ditambah lagi ada pemahaman lain
bahwa penelitian yang benar jika menggunakan
sebuah daftar pertanyaan dan datanya dianalisa
dengan menggunakan teknik statistik. Pemahaman ini berkembang karena kuatnya pengaruh
aliran positivistik dengan metode penelitian
kuantitatif.
Ada dua kelompok metode penelitian dalam
ilmu sosial yakni metode penelitian kuantitatif
dan metode penelitian kualitatif. Di antara kedua metode ini sering timbul perdebatan di seputar masalah metodologi penelitian. Masingmasing aliran berusaha mempertahankan kekuatan metodenya.
Salah satu argumen yang dikedepankan
oleh metode penelitian kualitatif adalah keunikan manusia atau gejala sosial yang tidak dapat dianalisa dengan metode yang dipinjam dari
ilmu eksakta. Metode penelitian kualitatif menekankan pada metode penelitian observasi di
lapangan dan datanya dianalisa dengan cara

non-statistik meskipun tidak selalu harus menabukan penggunaan angka.
Penelitian kualitatif lebih menekankan pada
penggunaan diri si peneliti sebagai alat. Peneliti
harus mampu mengungkap gejala sosial di lapangan dengan mengerahkan segenap fungsi inderawinya. Dengan demikian, peneliti harus dapat diterima oleh responden dan lingkungannya
agar mampu mengungkap data yang tersembunyi melalui tutur bahasa, bahasa tubuh, perilaku maupun ungkapan-ungkapan yang berkembang dalam dunia dan lingkungan responden.
Untuk lebih lanjut, tulisan ini akan membicarakan tentang seputar permasalahan metode

penelitian kualitatif dan kuantitatif.
B. Pembahasan
1. Pengertian Metode Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif
Metode kuantitatif dan kualitatif sering dipasangkan dengan nama metode yang tradisional, dan metode baru; metode positivistik dan
metode postpositivistik; metode scientific dan
metode artistik; metode konfirmasi dan temuan;
serta kuantitatif dan interpretif. Jadi metode kuantitatif sering dinamakan metode tradisional,
positivistic, scientific dan metode discovery.
Selanjutnya metode kualitatif sering dinamakan
sebagai metode baru, postpositivistik ; artistik;
dan interpretive research (Sugiyono, 2012: 13).
Metode kuantitatif dinamakan metode
tradisional, karena metode ini sudah cukup lama
digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai
metode untuk penelitian. Metode ini disebut
sebagai metode positivistik karena berlandaskan
pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai
metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi
kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode

ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut
metode kuantitatif karena data penelitian berupa
angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum
lama. Dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme.
Metode ini disebut juga sebagai metode artistik,

347 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 345-357

karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang
ditemukan di lapangan.
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Filsafat positivisme memandang realitas/
gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Penelitian pada
umumnya dilakukan pada populasi atau sampel
tertentu yang representatif. Proses penelitian
bersifat deduktif, dimana untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori
sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis

tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan
data lapangan. Untuk mengumpulkan data digunakan instrument penelitian. Data yang telah
terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif
atau inferensial sehingga dapat disimpulkan
hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak.
Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan
pada sampel yang diambil secara random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil.
Metode penelitian kualitatif sering disebut
metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(natural setting); disebut juga sebagai metode
etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang
antroplogi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Filsafat postpositivisme sering juga disebut
sebagai paradigma interpretif dan konstruktif,
yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu
yang holistic/utuh, kompleks, dinamis, penuh
makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif
(reciprocal). Penelitian dilakukan pada obyek

yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak

begitu mempengaruhi dinamika pada obyek
tersebut. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument,
yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi
instrument, maka peneliti harus memiliki bekal
teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu
bertanya, menganalisis, memotret dan mengkontruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap situasi sosial pendidikan yang diteliti, maka
teknik pengumpulan data bersifat trianggulasi,
yaitu menggunakan berbagai teknik pengumpulan data secara gabungan/simultan. Analisis
data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan
kemudian dikontruksikan menjadi hipotesis atau
teori. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang
mengandung makna. Makna adalah data yang
sebenarnya, data yang pasti yang merupakan
suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu di dalam penelitian kualitatif tidak
menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability.
Metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya
adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel
sumber data dilakukan secara purposive dan

snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna daripada generalisasi
(Sugiyono, 2012: 13-15).
Ada juga yang berpendapat bahwa penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang
bermaksud memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus
yang alamiah serta memanfaatkan berbagai metode alamiah (Tohirin, 2012: 3). Dalam studi

Naila Hayati: Pemilihan Metode yang Tepat dalam Penelitian | 348

pendidikan, penelitian kualitatif dapat dilakukan
untuk memahami berbagai fenomena perilaku
pendidik, peserta didik dalam proses pendidikan
dan pembelajaran.
2. Perbedaan Metode Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif
Untuk memahami metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara lebih mendalam, maka harus diketahui perbedaannya. Perbedaan antara metode kualitatif dengan kuantitatif meliputi tiga hal, yaitu perbedaan tentang aksioma,

proses penelitian, dan karakteristik penelitian itu
sendiri ((Sugiyono, 2012: 16).
a. Perbedaan Aksioma
Aksioma adalah pandangan dasar. Aksioma
penelitian kuantitatif dan kualitatif meliputi aksioma tentang realitas, hubungan peneliti dengan yang diteliti, hubungan variable, kemungkinan generalisasi, dan peranan nilai (Sugiyono,
2012: 1).
1) Sifat realitas
Dalam memandang realitas, gejala, atau obyek yang diteliti, terdapat perbedaan antara
metode kualitatif dan kuantitatif. Pada metode kuantitatif yang berlandaskan pada filsafat positivisme, realitas dipandang sebagai
sesuatu yang kongkrit, dapat diamati dengan
panca indra, dapat dikategorikan menurut jenis, bentuk, warna, dan prilaku, tidak berubah, dapat diukur dan diverifikasi. Dengan
demikian dalam penelitian kuantitatif, peneliti dapat menentukan hanya beberapa variabel saja dari obyek yang diteliti, dan kemudian dapat membuat instrument untuk mengukurnya.
Dalam penelitian kualitatif yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme atau paradigma interpretive, suatu realitas atau obyek
tidak dapat dilihat secara parsial dan dipecah
ke dalam beberapa. Penelitian kualitatif memandang obyek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil kontruksi pemikiran dan interprestasi terhadap gejala yang diamati, serta
utuh (holistic) karena setiap aspek dari obyek
itu mempunyai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Ibarat meneliti performan
suatu mobil, peneliti kuantitatif dapat meneliti mesinnya saja, atau bodinya saja, tetapi

peneliti kualitatif akan meneliti semua komponen dan hubungan satu dengan yang lain,

serta kinerja pada saat mobil di-jalankan.
Realitas dalam penelitian kualitatif tidak hanya yang tampak (teramati), tetapi sampai dibalik yang tampak tersebut. Misalnya melihat
ada orang yang sedang memancing,
penelitian kuantitatif akan menganggap
bahwa memancing itu merupakan kegiatan
mencari ikan, sedangkan dalam penelitian
kualitatif akan melihat yang lebih dalam
mengapa orang tersebut memancing.
Mungkin memancing untuk menghilangkan
stres, daripada menganggur, atau mencari
teman. Jadi realitas itu merupakan konstruksi
atau interprestasi dari pemahaman terhadap
semua data yang tampak di lapangan.
2) Hubungan peneliti dengan yang diteliti
Dalam penelitian kuantitatif, kebenaran itu
diluar dirinya, sehingga hubungan antara peneliti dengan yang diteliti harus dijaga
jaraknya sehingga bersifat independen. Dengan menggunakan kuesioner sebagai teknik
pengumpulan data, maka peneliti kuantitatif
hampir tidak mengenal siapa yang diteliti atau responden yang memberikan data. Dalam
penelitian kualitatif peneliti sebagai human
instrument dan dengan teknik pengumpulan
data participant observation (observasi berperan serta) dan in depth interview (wawancara mendalam), maka peneliti harus berinteraksi dengan sumber data. Dengan demikian peneliti kualitatif harus mengenal betul
orang yang memberikan data.
3) Hubungan antar
Peneliti kuantitatif dalam melihat hubungan
variable terhadap obyek yang diteliti lebih
bersifat sebab dan akibat (kausal), sehingga
dalam penelitiannya ada variabel independen
dan dependen. Dari variabel tersebut selanjutnya dicari seberapa besar pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Contoh: pengaruh iklan terhadap
nilai penjualan, artinya semakin banyak iklan
yang ditayangkan maka akan semakin banyak nilai penjualan. Iklan sebagai variabel
independen (sebab) dan nilai penjualan sebagai variabel dependen (akibat).
Dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik dan lebih menekankan pada proses, ma-

349 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 345-357

ka penelitian kualitatif dalam melihat hubungan antar variabel pada obyek yang diteliti lebih bersifat interaktif yaitu saling mempengaruhi (reciprocal/ interaktif), sehingga
tidak diketahui mana variabel independen
dan dependennya. Contoh: hubungan antara
iklan dan nilai penjualan. Dalam hal ini hubungannya interaktif, artinya makin banyak
uang yang dikeluarkan untuk iklan maka akan semakin banyak nilai penjualan, tetapi
juga sebaliknya makin banyak nilai penjualan
maka alokasi dana untuk iklan juga akan semakin tinggi.
4) Kemungkinan Generalisasi
Pada umumnya penelitian kuantitatif lebih
menekankan pada keluasan informasi, (bukan
kedalaman) sehingga metode ini cocok digunakan untuk populasi yang luas dengan variabel yang terbatas. Selanjutnya data yang
diteliti adalah data sampel yang diambil dari
populasi tersebut dengan teknik probability
sampling (random). Berdasarkan data dari
sampel tersebut, selanjutnya peneliti membuat generalisasi (kesimpulan sampel diberlakukan ke populasi di mana sampel tersebut
diambil).
Penelitian kualitatif tidak melakukan generalisasi tetapi lebih menekankan kedalaman
informasi sehingga sampai pada tingkat
makna. Seperti telah dikemukakan, makna
adalah data dibalik yang tampak. Walaupun
penelitian kualitatif tidak membuat generalisasi, tidak berarti hasil penelitian kualitatif tidak dapat diterapkan di tempat lain.
Generalisasi dalam penelitian kualitatif disebut dengan transferability dalam bahasa Indonesia dinamakan keteralihan. Maksudnya
adalah bahwa, hasil penelitian kualitatif
dapat ditransferkan atau diterapkan di tempat
lain, manakala kondisi tempat lain tersebut
tidak jauh berbeda dengan tempat penelitian.
5) Peranan Nilai
Peneliti kualitatif dalam melakukan pengumpulan data terjadi interaksi antara peneliti data dengan sumber data. Dalam interaksi ini baik peneliti maupun sumber data
memiliki latar belakang, pandangan, keyakinan, nilai-nilai, kepentingan dan persepsi
berbeda-beda, sehingga dalam pengumpulan
data, analisis, dan pembuatan laporan akan

terikat oleh nilai-nilai masing-masing. Dalam
penelitian kuantitatif, karena peneliti tidak
berinteraksi dengan sumber data, maka akan
terbebas dari nilai-nilai yang dibawa peneliti
dan sumber data. Karena ingin bebas nilai,
maka peneliti menjaga jarak dengan sumber
data, supaya data yang diperoleh obyektif
(Sugiyono, 2012: 16-21).
b. Perbedaan Karakteristik Penelitian
Berdasarkan karakteristik penelitian, metode kuantitatif dan kualitatif dapat dibedakan sebagai mana tabel 1 berikut (Sugiyono, 2012: 2325):
Tabel 1. Perbedaan Metode Kuantitatif dengan
Kualitatif
No
1.

2.

Metode Kuantitatif
A. Desain
a. Spesifik, jelas, rinci
b. Ditentukan
secara
mantap sejak awal
c. Menjadi
pegangan
langkah demi langkah
B. Tujuan
a. Menunjukkan
hubungan antara
b. Menguji teori
c. Mencari generalisasi
yang mempunyai nilai prediktif

3.

C.TeknikPengumpulan
Data
a. Kuesioner
b. Observasi dan wawancara terstruktur

4.

D.Instrumen Penelitian
a. Test, angket, wawancara terstruktur
b. Instrument yang telah
terstandar

5.

E. Data
a. Kuantitatif.
b. Hasil
pengukuran
yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrument

6.

F. Sampel
a. Besar
b. Representatif
c. Sedapat mungkin random
d. Ditentukan sejak a-

Metode Kualitatif
A. Desain
a. Umum
b. Fleksibel
c. Berkembang, dan muncul dalam proses penelitian
B. Tujuan
a. Menemukan pola hubungan yang bersifat
interaktif
b. Menemukan teori
c. Menggambarkan ralitas
yang kompleks
d. Memperoleh pemahaman makna
C. Teknik Pengumpulan
data
a. Participant observation
b. In depth interview
c. Dokumentasi
d. Tringulasi
D. Instrument Penelitian
a. Peneliti sebagai instrument (human instrument)
b. Buku catatan, tape
recorder ,
camera,
handycam, dan lainlain.
E. Data
a. Deskriptif kualitatif.
b. Dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan
dan tindakan responden, dokumen dan lainlain
F. Sampel/sumber data
a. Kecil
b. Tidak representatif
c. Purposive, snowball
d. Berkembang
selama
proses penelitian

Naila Hayati: Pemilihan Metode yang Tepat dalam Penelitian | 350

7.

8.

9.

10.

11.

wal
G. Analisis
G. Analisis
a. Setelah selesai pe- a. Terus menerus sejak angumpulan data
wal hingga akhir peneb. Deduktif
litian
c. Menggunakan statis- b. Induktif
tik untuk menguji hi- c. Mencari pola, model,
potesis
tema, teori
H. Hubungan dengan H. Hubungan dengan
Responden
responden
a. Dibuat berjarak, bah- a. Empati, akrab supaya
kan sering tanpa konmemperoleh pemahamtak supaya objektif
an yang mendalam
b. Kedudukan peneliti b. Kedudukan sama bahlebih tinggi dari reskan sebagai guru, konponden
sultan
c. Jangka pendek hing- c. Jangka lama, sampai
ga hipotesis dapat didatanya jenuh, dapat dibuktikan
temukan hipotesis atau
teori
I. Usulan Desain
I. Usulan Desain
a. Luas dan rinci
a. Singkat, umum bersifat
b. Literatur yang berhusementara
bungan dengan masa- b. Literatur yang digunalah dan variabel yang
kan bersifat sementara,
diteliti.
tidak menjadi pegangan
c. Prosedur yang spesiutama
fik dan rinci langkah- c. Prosedur bersifat ulangkahnya
mum, seperti akan med. Masalah dirumuskan
rencanakan tour/piknik
dengan spesifik dan d. Masalah bersifat sejelas
mentara dan akan ditee. Hipotesis dirumuskan
mukan setelah studi
dengan jelas
pendahuluan
f. Ditulis secara rinci e. Tidak dirumuskan hidan jelas sebelum terpotesis, karena justru
jun ke lapangan
akan menemukan hipotesis
f. Fokus penelitian ditetapkan setelah diperoleh data awal dari lapangan
J. Kapan Penelitian
J. Kapan Penelitian
Dianggap Selesai?
Dianggap Selesai?
Setelah semua kegiatan Setelah tidak ada data
yang direncanakan da- yang dianggap baru/jenuh
pat diselesaikan
K. Kepercayaan terha- K. Kepercayaan terhadap hasil Penelitian
dap hasil Penelitian
Pengujian validitas dan Pengujian
kredibilitas,
reabilitas instrument
depenabilitas, proses dan
hasil penelitian

Dari tabel 1 dapat dipahami betapa berbedanya karakteristik dari metode kuantitatif dan
kualitatif. Diantaranya perbedaan dari segi desain, tujuan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, jenis data, sampel/sumber data,
hubungan dengan responden, usulan desain, kapan penelitian dianggap selesai dan kepercayaan
terhadap hasil penelitian.

c. Perbedaan Proses Penelitian
Perbedaan antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif juga dapat dilihat dari
proses penelitian. Proses dalam metode penelitian kuantitatif bersifat linier dan kualitatif bersifat sirkuler.
1) Proses Penelitian Kuantitatif
Seperti telah diketahui bahwa penelitian itu
pada prinsipnya adalah untuk menjawab
masalah. Masalah merupakan penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa
yang terjadi sesungguhnya. Penyimpangan
antara aturan dengan pelaksanaan, teori dengan praktek, perencanaandengan pelaksanaan dan sebagainya. Penelitian kuantitatif
bertolak dari studi pendahuluan dari obyek
yang diteliti (preliminary study) untuk mendapatkan yang betul-betul masalah. Masalah tidak dapat diperoleh dari belakang meja, oleh karena itu harus digali melalui studi
pendahuluan melalui fakta-fakta empiris.
Supaya peneliti dapat menggali masalah dengan baik, maka peneliti harus menguasai
teori melalui membaca berbagai referensi.
Selanjutnya supaya masalah dapat dijawab
maka dengan baik masalah tersebut dirumuskan spesifik, dan pada umumnya dibuat
dalam bentuk kalimat tanya.
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang
relevan dengan masalah dan berfikir. Selain
itu penemuan penelitian sebelumnya yang
relevan juga dapat digunakan sebagai bahan
untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (hipotesis). Jadi kalau jawaban terhadap rumusan
masalah yang baru didasarkan pada teori
dan didukung oleh penelitian yang relevan,
tetapi belum ada pembuktian secara empiris
(faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis.
Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti
dapat memilih metode/strategi/pendekatan/
desain penelitian yang sesuai. Pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan
dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan
pertimbangan praktis, adalah tersedianya
dana, waktu, dan kemudahan yang lain. Da-

351 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 345-357

lam penelitian kuantitatif metode penelitian
yang dapat digunakan adalah metode survey, ex post facto, eksperimen, evaluasi,
action research, policy research (selain metode naturalistik dan sejarah).
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Instrument ini digunakan
sebagai alat pengumpul data yang dapat
berbentuk test, angket/kuesioner, untuk pedoman wawancara atau observasi. Sebelum
instrument digunakan untuk pengumpulan
data, maka instrument penelitian harus terlebih dulu diuji validitas dan reliabilitasnya.
Pengumpulan data dilakukan pada obyek
tertentu baik yang berbentuk populasi maupun sampel. Bila peneliti ingin membuat
generalisasi terhadap temuannya, maka
sampel yang diambil harus representatif
(mewakili).
Setelah data terkumpul, maka selanjutnya
dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan
dengan teknik statistik tertentu. Berdasarkan analisis ini apakah hipotesis yang
diajukan ditolak atau diterima atau apakah
penemuan itu sesuai dengan hipotesis yang
diajukan atau tidak.
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari
suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Berdasarkan
proses penelitian kuantitatif di atas maka
tampak bahwa proses penelitian kuantitatif
bersifat linier, dimana langkah-langkahnya
jelas, mulai dari rumusan masalah, berteori,
berhipotesis, mengumpulkan data, analisis
data dan membuat kesimpulan dan saran.
Penggunaan konsep dan teori yang relevan
serta pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian yang mendahului guna menyusun
hipotesis merupakan aspek logika (logicohypothetico), sedangkan pemilihan metode
penelitian, menyusun instrument, mengumpulkan data dan analisisnya adalah merupakan aspek metodologi untuk menverifikasikan hipotesis yang diajukan.
2) Proses Penelitian Kualitatif
Rancangan penelitian kualitatif diibaratkan
oleh Bogdan, seperti orang ingin piknik, ia
baru tahu tempat yang akan dituju, tetapi

tentu belum tahu pasti apa yang ada di
tempat itu. Ia akan tahu setelah memasuki
obyek, dengan cara membaca berbagai informasi tertulis, gambar-gambar, berfikir
dan melihat obyek dan aktivitas orang yang
ada di sekelilingnya, melakukan wawancara
dan sebagainya.
Berdasarkan ilustrasi tersebut di atas, dapat
dikemukakan bahwa walaupun peneliti kualitatif belum memiliki masalah, atau keinginan yang jelas, tetapi dapat langsung
memasuki obyek/lapangan. Pada waktu memasuki obyek, peneliti tentu masih merasa
asing terhadap obyek tersebut. Setelah memasuki obyek, peneliti kualitatif akan melihat segala sesuatu yang ada pada tempat
itu, yang masih bersifat umum.
Pada tahap ini disebut tahap orientasi atau
deskripsi, dengan grand tour question. Pada
tahap ini peneliti mendeskripsikan apa yang
dilihat, didengar, dirasakan dan ditanyakan.
Mereka baru mengenal serba sepintas terhadap informasi yang diperolehnya. Tahap
deskripsi data yang diperoleh cukup banyak, bervariasi dan belum tersusun secara
jelas.
Proses penelitian kualitatif pada tahap ke 2
disebut tahap reduksi/ fokus. Pada tahap ini
peneliti mereduksi segala informasi yang
telah diperoleh pada tahap pertama. Pada
proses reduksi ini peneliti menyortir data
dengan cara memilih data yang menarik,
penting, berguna, dan baru. Data yang dirasa tidak dipakai disingkirkan. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, maka data-data tersebut selanjutnya dikelompokan menjadi
berbagai kategori yang ditetapkan sebagi
fokus penelitian.
Proses penelitian kualitatif, pada tahap ke 3,
adalah tahap selection. Pada tahap ini peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci. Ibaratnya pohon,
kalau fokus itu baru pada aspek cabang,
maka kalau pada tahap seleksi peneliti
sudah mengurai sampai ranting, daun dan
buahnya. Pada penelitian tahap ke 3 ini, setelah peneliti melakukan analisis yang mendalam terhadap data dan informasi yang
diperoleh, maka peneliti dapat menemukan
tema dengan cara mengkontruksikan data

Naila Hayati: Pemilihan Metode yang Tepat dalam Penelitian | 352

yang diperoleh menjadi sesuatu bangunan
pengetahuan, hipotesis atau ilmu yang baru.
Hasil akhir dari penelitian kualitatif, bukan
sekedar menghasilkan data atau informasi
yang sulit dicari melalui metode kuantitatif,
tetapi juga harus mampu menghasilkan
informasi-informasi yang bermakna, bahkan hipotesis atau ilmu baru yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah dan meningkatkan taraf hidup manusia. Data atau informasi yang dipe-roleh
dapat berbentuk informasi yang bersifat
deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Informasi deskriptif adalah gambaran lengkap
tentang keadaan obyek yang diteliti. Informasi komparatif adalah gambaran informasi
lengkap tentang perbedaan atau persamaan
gejala pada obyek yang diteliti. Dan informasi asosiatif adalah gambaran informasi
lengkap tentang hubungan antara variabel
satu dengan gejala lainnya.
Proses memperoleh data atau informasi pada setiap tahapan (deskripsi, reduksi, seleksi) tersebut dilakukan secara sirkuler, berulang-ulang dengan berbagai cara dan dari
berbagai sumber. Setiap proses pengumpulan data dilakukan melalui lima tahapan.
Setelah peneliti memasuki obyek penelitian
atau sering disebut sebagai situasi sosial
(yang terdiri atas tempat, aktor/pelaku/
orang-orang dan aktivitas), peneliti berfikir
apa yang akan ditanyakan (1) Setelah berfikir sehingga menemukan apa yang akan
ditanyakan, maka peneliti selanjutnya bertanya pada orang-orang yang dijumpai pada
tempat tersebut (2) Setelah pertanyaan diberi jawaban, maka peneliti selanjutnya akan
menganalisis apakah jawaban yang diberikan itu betul atau tidak (3) Kalau jawaban
atas pertanyaan dirasa betul, maka dibuatlah kesimpulan (4) Pada tahap ke lima, peneliti mencandra (5) kembali terhadap kesimpulan yang telah dibuat. Apakah kesimpulan yang telah dibuat itu kredibel atau
tidak, maka untuk memastikan kesimpulan
yang telah dibuat tersebut, peneliti masuk
lapangan lagi, mengulangi pertanyaan dengan cara dan sumber yang berbeda, tetapi
tujuan sama. Kalau kesimpulan telah diyakini memiliki kredibilitas yang tinggi, maka

pengumpulan data dinyatakan
(Sugiyono, 2012: 27-32).

selesai

3. Kapan Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif Digunakan
Antara metode penelitian kuantitatif dan
kualitatif tidak perlu dipertentangkan, karena saling melengkapi dan masing-masing memiliki
keunggulan dan kelemahan. Berikut dikemukakan kapan sebaiknya kedua metode tersebut
digunakan (Sugiyono, 2012: 33).
a. Penggunaan Metode Kuantitatif
Sebelumnya telah dikemukakan bahwa, metode kuantitatif meliputi metode survey dan
eksperimen. Metode ini digunakan (Sugiyono,
2012: 34):
1) Bila masalah yang merupakan titik tolak
penelitian sudah jelas. Masalah adalah
merupakan penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi, antara aturan
dengan pelaksanaan, antara teori dengan
praktek, antara rencana dengan pelaksanaan. Dalam menyusun proposal penelitian, masalah ini harus ditunjukkan dengan data, baik data hasil penelitian sendiri
maupun dokumentasi. Misalnya akan meneliti kemiskinan, maka data orang miskin sebagai masalah harus ditunjukkan.
2) Bila peneliti ingin mendapatkan informasi
yang luas dari suatu populasi. Metode penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk
mendapatkan informasi yang luas tetapi tidak mendalam. Bila populasi terlalu luas,
maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi tersebut.
3) Bila ingin diketahui pengaruh perlakuan/
treatment tertentu terhadap yang lain. Untuk kepentingan ini metode eksperimen paling cocok digunakan. Misalnya pengaruh
jamu tertentu terhadap derajat kesehatan.
4) Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis
penelitian. Hipotesis penelitian dapat berbentuk hipotesis deskriptif, komparatif dan
asosiatif.
5) Bila peneliti ingin mendapatkan data yang
akurat, berdasarkan fenomena yang empiris
dan dapat diukur. Misalnya ingin mengetahui IQ anak-anak dari masyarakat terten-

353 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 345-357

tu, maka dilakukan pengukuran dengan tes
IQ.
6) Bila ingin menguji terhadap adanya keraguraguan tentang validitas pengetahuan, teori
dan produk tertentu.
b. Penggunaan Metode Kualitatif
Metode kualitatif digunakan untuk kepentingan yang berbeda bila dibandingkan dengan
metode kuantitatif. Berikut ini dikemukakan kapan metode kualitatif digunakan (Sugiyono,
2012: 35-36).
1) Bila masalah penelitian belum jelas, masih
remang-remang atau mungkin masih gelap.
Kondisi semacam ini cocok diteliti dengan
metode kualitatif, karena peneliti kualitatif
akan langsung masuk ke obyek, melakukan
penjelajahan dengan grant tour question,
sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan jelas. Melalui penelitian model ini, peneliti akan melakukan eksplorasi terhadap
suatu obyek. Ibarat orang akan mencari
sumber minyak, tambang emas dan lainnya.
2) Untuk memahami makna di balik data yang
tampak. Gejala sosial sering tidak bisa dipahami berdasarkan apa yang diucapkan dan
dilakukan orang. Setiap ucapan dan tindakan orang sering mempunyai makna tertentu. Sebagai contoh, orang yang menangis, tertawa, cemberut, mengedipkan mata,
memiliki makna tertentu. Sering terjadi,
menurut penelitian kuantitatif benar, tetapi
justru menjadi tanda tanya menurut penelitian kualitatif. Sebagai contoh ada 99
orang menyatakan A adalah pencuri, sedangkan satu orang menyatakan tidak.
Mungkin yang satu ini adalah yang benar.
Data untuk mencari makna dari setiap perbuatan tersebut hanya cocok diteliti dengan
metode kualitatif, dengan teknik wawancara
mendalam dan observasi berperan serta dan
dokumentasi.
3) Untuk memahami interaksi sosial. Interaksi
sosial yang kompleks hanya dapat diurai
kalau peneliti melakukan penelitian dengan
metode kualitatif dengan cara ikut berperan
serta, wawancara mendalam terhadap interaksi sosial tersebut. Dengan demikian akan
dapat ditemukan pola-pola hubungan yang
jelas.

4) Memahami perasaan orang. Perasaan orang
sulit dimengerti kalau tidak diteliti dengan
metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, dan observasi berperan serta untuk ikut merasakan
apa yang dirasakan orang tersebut.
5) Untuk mengembangkan teori. Metode
kualitatif cocok digunakan untuk mengembangkan teori yang dibangun melalui data
yang diperoleh di lapangan. Teori yang demikian dibangun melalui grounded
research. Dengan metode kualitatif peneliti
pada tahap awalnya melakukan penjelajahan, selanjutnya melakukan pengumpulan data yang mendalam sehingga dapat
ditemukan hipotesis yang berupa hubungan
antar gejala. Hipotesis tersebut selanjutnya
diverifikasi dengan pengumpulan data yang
lebih mendalam. Bila hipotesis terbukti,
maka akan menjadi tesis atau teori.
6) Untuk memastikan kebenaran data. Data
sosial sering sulit dipastikan kebenarannya.
Dengan metode kualitatif, melalui teknik
pengumpulan data secara trianggulasi/ gabungan (karena dengan teknik pengumpulan data tertentu belum dapat menemukan
apa yang dituju, maka ganti teknik lain),
maka kepastian data akan lebih terjamin.
Selain itu dengan metode kualitatif, data
yang diperoleh diuji kredibilitasnya, dan
penelitian berakhir setelah data itu jenuh,
maka kepastian data akan dapat diperoleh.
Ibarat mencari siapa yang menjadi provokator, maka sebelum ditemukan siapa
provokator yang dimaksud maka penelitian
belum dinyatakan selesai.
7) Meneliti sejarah perkembangan. Sejarah
perkembangan kehidupan seseorang tokoh
atau masyarakat akan dapat dilacak melalui
metode kualitatif. Dengan menggunakan
data dokumentasi, wawancara mendalam
kepada pelaku atau orang yang dipandang
tahu sejarah perkembangan kehidupan seseorang. Misalnya akan meneliti sejarah
perkembangan kehidupan raja-raja di Jawa,
sejarah perkembangan masyarakat tertentu
sehingga masyarakat tersebut menjadi masyarakat yang etos kerjanya tinggi atau
rendah. Penelitian perkembangan ini juga
bisa dilakukan di bidang pertanian, bidang

Naila Hayati: Pemilihan Metode yang Tepat dalam Penelitian | 354

teknik, seperti meneliti kinerja mobil dan
sejenisnya, dengan melakukan pengamatan
secara terus yang dibantu kamera terhadap
proses tumbuh dan berkembangnya bunga
tertentu, atau mesin mobil tertentu.
4. Apakah Metode penelitian Kuantitaif dan
Kualitatif Dapat Digabungkan
Setiap metode penelitian memiliki keunggulan dan kekurangan. Oleh karena itu metode
kualitatif dan kuantitatif keberadaannya tidak
perlu dipertentangkan karena keduanya justru
saling melengkapi (complement each other ).
Metode penelitian kuantitatif cocok digunakan
untuk penelitian yang masalahnya sudah jelas
dan umumnya dilakukan pada populasi yang luas sehingga hasil penelitian kurang mendalam.
Sementara itu penelitian kualitatif cocok digunakan untuk meneliti di mana masalahnya
belum jelas, dilakukan pada situasi sosial yang
tidak luas sehingga hasil penelitian lebih mendalam dan bermakna. Metode kuantitatif cocok
untuk menguji hipotesis/teori sedangkan metode
kualitatif cocok untuk menemukan hipotesis/
teori.
Setiap calon peneliti harus dapat memahami
karakteristik kedua metode tersebut, sehingga
tahu pasti kapan menggunakan metode kualitatif
dan kuantitatif. Jangan sampai menyatakan
menggunakan metode kualitatif, karena tidak tahu atau takut dengan statistik. Padahal meneliti
dengan menggunakan metode kualitatif yang
benar, jauh lebih sulit daripada menggunakan
metode kuantitatif.
Karena paradigma kedua metode tersebut
berbeda, maka sangat sulit menggabungkan metode tersebut dalam satu proses penelitian bersamaan. Dalam hal ini Thomas D Cook dan
Charles Reichard dalam buku Sugiyono mengatakan bahwa metode kuantitatif dan kualitatif
tidak akan pernah dipakai bersama-sama, karena
ke dua metode tersebut memiliki paradigma
yang berbeda, dan perbedaan bersifat mutually
exclusive, sehingga dalam penelitian hanya dapat memilih salah satu metode.
Berbeda dengan pendapat Thomas D Cook
dan Charles Reichard, Sugiyono berpendapat
bahwa metode kuantitatif dan kualitatif dapat
digunakan secara bersamaan atau digabungkan
dengan catatan sebagai berikut:

a. Dapat digunakan bersama untuk meneliti
pada obyek yang sama tetapi tujuan berbeda. Metode kualitatif digunakan untuk
menemukan hipotesis, sedangkan metode
kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis.
b. Digunakan secara bergantian. Pada tahap
pertama menggunakan metode kualitatif,
sehingga ditemukan hipotesis. Selanjutnya
hipotesis diuji dengan metode kuantitatif.
c. Metode penelitian tidak dapat digabungkan
karena paradigmanya berbeda. Tetapi
dalam penelitian kuantitatif dapat menggabungkan penggunaan teknik pengumpulan data (bukan metodenya), seperti penggunaan trianggulasi dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif misalnya,
teknik pengumpulan data yang utama misalnya menggunakan kuesioner, data yang
diperoleh adalah data kuantitatif. Selanjutnya untuk memperkuat dan mengecek validitas data hasil kuesioner tersebut, maka dapat dilengkapi dengan observasi atau wawancara kepada responden yang telah
memberikan angket tersebut, atau orang
lain yang memahami terhadap masalah
yang diteliti. Bila data kuesioner dan wawancara tidak sama, maka dilacak terus
sampai ditemukan kebenaran datanya tersebut. Bila sudah demikian maka proses pengumpulan data seperti trianggulasi dalam
penelitian kualitatif.
Peneliti dapat menggunakan metode tersebut
secara bersamaan asalkan keduanya telah dipahami dengan jelas, dan seseorang telah berpengalaman luas dalam melakukan penelitian.
Bagi peneliti baru sebaiknya tidak berfikir untuk
menggabungkan kedua metode tersebut.
Sedangkan Bambang Prasetyo perpendapat
berbeda. Sebelum kita membahas tentang boleh
tidaknya kita menggabungkan penelitian kuantitatif dan kualitatif, kita perlu memiliki kesepakatan terlebih dahulu tentang pemakaian konsep
kuantitatif dan kualitatif. Setidaknya ada tiga
penggunaan konsep ini di dalam penelitian, yaitu pendekatan, metode dan data. Ada satu hal
yang perlu ditekankan di sini karena sering kali
terjadi salah kaprah yang berkembang, sehingga
pemakaian konsep pendekatan, metode serta data disamaratakan. Hal ini mengakibatkan dalam

355 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 345-357

penerapan penelitian pengertian konsep-konsep
tadi menjadi salah. Ambil saja contoh adanya
anggapan bahwa dalam sebuah penelitian kita
bisa menggunakan kedua pendekatan sekaligus.
Pertanyaannya adalah bagaimana mungkin dengan asumsi dasar yang bertolak belakang, kemudian diterapkan dalam sebuah penelitian?
Kondisi yang memungkinkan adalah dalam satu
penelitian kita hanya bisa menggunakan satu
pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Namun, dalam suatu penelitian yang sama, kita bisa menerapkan kedua metode yang ada, yaitu
metode kuantitatif dan metode kualitatif yang
akhirnya kita menghasilkan data kuantitatif dan
data kualitatif. Tentunya jika kita menggunakan
pendekatan kuantitatif, penekanan utamanya
adalah metode kuantitatif. Metode kualitatif
hanya kita gunakan untuk melengkapi metode
kuantitatif saja. Karena kita menggunakan metode kuantitatif sebagai metode utama, data
yang kita hasilkan adalah data kuantitatif sebagai data utama, sedangkan data kualitatif hanya
digunakan sebagai data penunjang. Dengan demikian, jika ada yang beranggapan bahwa dalam satu penelitian kita bisa menggunakan kedua pendekatan yang ada, pendapat itu salah atau bisa jadi yang dimaksud orang tersebut dengan pendekatan adalak metode (Prasetyo,
2012: 26-27).
Hal serupa dinyatakan oleh Bogdan dan
Taylor dalam Moleong (2006: 37). Peneliti
kuantitatif biasanya tidak puas hanya dengan
hasil analisis statistik. Misalnya, dengan data
yang dikumpulkan dengan kuesioner, analisis
statistik dilakukan untuk menemukan hubungan
karena antara dua atau lebih . Ternyata hasilnya
tidak memuaskan karena tidak ada hubungan.
Peneliti meragukan hasilnya karena hipotesisnya tidak teruji. Untuk itu ia lalu mengadakan wawancara mendalam (in depth interview) untuk melengkapi penelitiannya. Dengan
kata lain, peneliti kuantitatif tersebut menggunakan secara bersama-sama kedua penelitian tersebut, namun dengan pendekatan kuantitatif sebagai pegangan utama.
Di pihak lain, peneliti kualitatif sering
menggunakan data kuantitatif, namun yang sering terjadi pada umumnya tidak menggunakan
analisis kuantitatif bersama-sama. Jadi, dapat dikatakan bahwa kedua pendekatan tersebut dapat

digunakan apabila desainnya adalah memanfaatkan satu paradigma sedangkan paradigm lainnya hanya sebagai pelengkap saja. Dengan
kata lain jawaban terhadap pertanyaan di atas
sangat tergantung pada paradigma yang dianut
oleh seseorang peneliti. Pendapat ini sama dengan apa yang dikemukakan oleh Glaser dan
Strauss (1980:18), yaitu bahwa dalam banyak
hal, kedua bentuk data tersebut diperlukan, bukan kuantitatif menguji kualitatif, melainkan kedua bentuk tersebut digunakan bersama dan apabila dibandingkan, masing-masing dapat digunakan untuk keperluan menyusun teori.
Di pihak lain, ada orang bertanya: apakah
kedua pedekatan itu digunakan bersama secara
sejajar atau secara sama kuat? Seperti telah dikemukakan, hal itu sukar dapat dilakukan karena paradigmanya atau orientasi teorinya berbeda. Disamping itu, secara praktis bisa membuat
peneliti sakit kepala. Jika hal ini tetap akan dilakukan, sebaiknya peneliti demikian berpikir seribu kali.
5. Kompetensi Peneliti kuantitatif dan Kualitatif
a. Kompetensi peneliti kuantitatif
1) Memiliki wawasan yang luas dan mendalam
tentang pendidikan yang akan diteliti
2) Mampu melakukan analisis masalah secara
akurat, sehingga dapat ditemukan masalah
penelitian pendidikan yang betul-betul masalah
3) Mampu menggunakan teori pendidikan yang
tepat sehingga dapat digunakan untuk memperjelas masalah yang diteliti, dan merumuskan hipotesis penelitian
4) Memahami berbagai jenis penelitian kuantitatif, seperti metode survey, eksperimen,
action research, expost facto, evaluasi dan
R&D
5) Memahami teknik-teknik sampling, seperti
probability sampling dan non probability
sampling dan mampu menghitung serta memilih jumlah sampel yang representatif dengan sampling error tertentu
6) Mampu menyusun instrument baik test
maupun nontest untuk mengukur berbagai
variabel yang akan diteliti, mampu menguji
validitas dan reliabilitas instrumen

Naila Hayati: Pemilihan Metode yang Tepat dalam Penelitian | 356

7) Mampu mengumpulkan data dengan kuesioner, maupun dengan wawancara, observasi
dan dokumentasi
8) Bila pengumpulan data dilakukan oleh tim,
maka harus mampu mengorganisasikan tim
peneliti dengan baik.
9) Mampu menyajikan data, menganalisis data
secara kuantitatif untuk menjawab rumusan
masalah dan menguji hipotesis penelitian
yang telah dirumuskan.
10) Mampu memberikan interprestasi terhadap
data hasil penelitian maupun hasil pengujian
hipotesis
11) Mampu membuat laporan secara sistematis
dan menyampaikan hasil penelitian kepada
pihak-pihak yang terkait
12) Mampu membuat abstraksi hasil penelitian,
dan membuat artikel untuk dimuat ke dalam
jurnal ilmiah.
13) Mampu mengkomunikasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas.
b. Kompetensi peneliti kualitatif
1) Memiliki wawasan yang luas dan mendalam
tentang bidang pendidikan yang akan diteliti,
2) Mampu menciptakan rapport kepada setiap
orang yang ada pada situasi sosial yang akan
diteliti. Menciptakan rapport berarti mampu
membangun hubungan yang akrab dengan
setiap orang yang ada pada konteks sosial
3) Memiliki kepekaan untuk melihat setiap gejala yang ada pada obyek penelitian (situasi
sosial)
4) Mampu menggali sumber data dengan observasi partisipan, dan wawancara mendalam secara trianggulasi serta sumber-sumber
lain.
5) Mampu menganalisis data kualitatif secara
induktif berkesinambungan mulai dari analisis deskriptif, domain, komponensial dan
tema kultural/ budaya.
6) Mampu menguji kredibilitas, dependabilitas,
konfirmabilitas, dan trasferabilitas hasil penelitian
7) Mampu menghasilkan temuan pengetahuan,
mengkonstruksi fenomena, hipotesis atau ilmu baru.
8) Mampu membuat laporan secara sistematis,
jelas, lengkap dan rinci

9) Mampu membuat abstraksi hasil penelitian
dan membuat artikel untuk dimuat ke dalam
jurnal ilmiah
10) Mampu mengkomunikasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas.
C. Penutup
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan mendasar
antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Perbedaan itu terdapat pada aksioma, karakteristik
dan proses penelitiannya. Namun, di antara penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif
memiliki kelebihan dan keunggulan masingmasing. Dalam pemilihan penelitian kuantitatif
dan kualitatif ini, tergantung pada permasalahan
dan kesanggupan/kompetensi peneliti dalam
menggunakannya.

Referensi
Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial lainnya , Jakarta: Kencana, 2010
Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif:Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu
Sosial lainnya , Jakarta: Kencana, 2007
Kasiram, Mohammad, Metodologi Penelitian
(Refleksi Pengembangan Pemahaman dan
Penguasaan
Metodologi
Penelitian),
Malang: UIN-Malang Press, 2008
Moleong, Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2006
Prasetyo, Bambang, Metode Penelitian Kuantitaif : Teori dan Aplikasi, Jakarta: Rajawali
Pers, 2012
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
Bandung: Alfabeta, 2012
Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam
Pendidikan dan Bimbingan Konseling:

357 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 345-357

Pendekatan Praktis Untuk Peneliti
Pemula dan Dilengkapi dengan Contoh
Transkrip hasil Wawancara Serta Model
Penyajian Data , Jakarta: Rajawali Pers,
2012