PEREMPUAN DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AL

PEREMPUAN DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DI KAWASAN SUAKA MARGA SATWA MAMBERAMO FOJA :
Oleh Aser M Rumboirusi
Abstrak
(Mengenal Kawasan Suaka Marga Satwa Mamberammo Foja)
SM Mamberamo Foja merupakan salah satu kawasan konservasi dari 17 kawasan konservasi di
Papua. Luas SM Mamberamo Foja adalah 2. 018,000 ha atau 45, 46 % dari luas total kawasan
konservasi di Papua, ini merupakan luas kawasan SM terluas di Indonesia. SM Mamberamo Foja di
tetapkan berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor : 782/Kpts/UM/10/1982 tanggal 21 Oktober
1982. Tercatat ada 11 kabupaten yang berada didalam kawasan SM Mamberamo Foja. Sungai
Mamberamo ini terdapat disekitar Komplek pegunungan Foja-Gautier yang belum terjamah dan
merupakan pegunungan tertinggi di daerah ini (2.193 m dpl) yang membentuk bagian tengah dari
Suaka Margasatwa Mamberamo Foja.
Daerah aliran sungai (DAS) Mamberamo merupakan suatu bentangan alam yang menyerupai
cekungan besar dibatasi oleh dinding patahan dengan lereng terjal. Sungai utama adalah sungai
Mamberamo yang dibentuk oleh dua anak sungai yaitu : sungai Tariku (Indenburg) dan sungai
Taritatu (Roffaer). Mengalir dari arah selatan menuju ke arah utara dan bermuara di samudera
pasifik. Spesies floa dan fauna terdiri dari sekitar 332 jenis spesies burung seperti : kasuari,
kakatua, namdur dewata, nuri, taon – taon, cenderawasih dan maleo. Buaya mamberamo terdiri
dari buaya muara yang banyak hidup di sungai, telaga – telaga dan di laut dekat muara. Katak
unik berhidung pinokio, (litoria, sp nov), kupu – kupu hitam – putih, kelelawar kembang baru
(Syconyteris sp nov), tikus pohon kecil (pogonomys, sp nov),semak belukar berbunga (ardisia

hymernadohides) walabi kecil (dorkopsulus spnov), pergam atau merpati kaisar yang ditemukan di
pegunungan Foja. Panjang sungai mencapai ± 870km dan luas 175 – 800m(data dari berbagai sumber)* .
Sungai Mamberamo dihuni oleh 9 kelompok suku, menyebar pada 21 Kampung dengan total
penduduk ± 9.601 jiwa. (sumber : hasil study Yali – Papua)*.

1|P age

PENGANTAR
Wilayah yang kaya dengan sumber daya alam baik keberagaman hayati maupun non hayati, ini
telah menghidupi penduduk Mamberamo selama berpuluh generasi terutama melalui
pemanfaatan dan pengelolahan tanah, hutan dan air.
Secara turun temurun perempuan
Mamberamo memperoleh manfaat dari sumber daya alam, tanah, hutan dan air untuk
keberlangsungan diri, keluarga dan komunitasnya. Kehidupan yang dekat dengan alam membuat
mereka memiliki pengetahuan serta kemampuan pengelolaan tanah, hutan dan air yang khas
berdasarkan pengalaman dan kesepakatan social dalam masyarakat asal mereka.
Dalam konteks pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA), perempuan Mamberamo tidak hanya
memiliki identitas sebagai ibu rumah tangga dan istri tetapi, mereka juga adalah petani, nelayan,
ataupun pengusaha pengumpul hasil hutan yang dengan kegiatannya telah menghasilkan
pendapatan untuk keberlanjutan kehidupan diri dan keluarganya. Namun sayangnya peran

perempuan dalam pengelolaan SDA sering terlupakan dan tidak mendapat perhatian. Hal ini
terlihat pada program – program pembangunan dan kebijakan – kebijakan yang belum
mengakomodir peran perempuan dalam pengelolaan SDA, misalnya belum dilibatkannya
perempuan secara maksimal dalam proses pengambilan keputusan yang berdampak pada
hilangnya ruang sumber mata pencahariaan perempuan dalam pengelolaan SDA.
Sementara itu sebagian besar penduduk ini menghuni wilayah – wilah disepanjang sungai dengan
karasteristik mata pencaharian subsistence dalam sector pertanian, perikanan tangkap, berburu,
mengumpulkan hasil di alam, dan mengolah sagu.
Para perempuan Mamberamo dalam
komunitas lokal kerapkali diposisikan sebagai penyedia pangan oleh peran gender tradisional,
mereka juga sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pengasuhan anak dan mengurus rumah
tangga. Laki – laki kerapkali dipandang sebagai pencari nafkah utama (jika ada pekerjaan) dan
umumnya mereka memainkan peran utama dalam pengambilan keputusan mengenai sumber
daya alam.
Perempuan Mamberamo biasa bercocok tanam, menangkap ikan disungai, menokok sagu,
mengumpulkan kerang, kepiting, udang, mereka meramu berbagai bahan makanan di hutan atau
kombinasi keduanya. Mereka bahkan terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan kegiatan
ekonomi yang lebih luas. Menyediakan makanan bagi keluarga dan menambah uang tambahan
dari hasil kebun, perikanan tangkap,hasil kerang dan kepiting maupun hasil meramu dihutan.
Peran mereka juga memastikan keberlanjutan kehidupan keluarga.

Pembagian peran dan tanggung jawab yang sangat bervariasi ini seringkali cair dan terus
berkembang diantara laki – laki dan perempuan, tidak selalu mengisyaratkan ketidak adilan
gender. Misalnya dalam proses berladang laki – laki menyiapkan lahan, perempuan menanam,
merawat, dan distribusi hasil panen. Laki – laki menggunakan kapak dan parang untuk menebang
pohon saat buka ladang, perempuan menggunakan kapak dan parang untuk menyediakan kayu
bakar.

2|P age

Perempuan tidak terlibat dalam pengambilan keputusan tentang control atas tanah dan sumber
daya alam dimana didominasi oleh laki – laki yang dilatarbelakangi oleh budaya dan norma –
norma yang berlaku di masyarakat.
Hal ini berarti peran perempuan terhadap keberlanjutan kehidupan komunitas diremehkan atau
diabaikan. Ketika tanah dan sumberdaya alam milik komunitas diambil alih untuk produksi
komersil akibatnya perempuan bisa bernasib lebih buruk dari laki – laki.
Peran domestic
perempuan dalam keseharian mengharuskan perempuan bersentuhan dengan sumber daya alam
dan hutan. Mengingat pentingnya peran yang dimilikinya secara turun temurun dalam
pengelolaan sumber daya alam, maka menjadi sangat penting untuk melibatkan perempuan
dalam proses perencanaan dan pengelolaan wilayah terutama yang menyangkut pengelolaan

SDA.

“ Mamberamo Dalam Prespektif Gender Dan Pengelolaan Sumber Daya Alam”
A.

PERAN PEREMPUAN MAMBERAMO SEBAGAI SUMBER KEHIDUPAN DALAM MENCIPTAKAN KETAHANAN KELUARGA.
Ketahanan keluarga yang dimaksud disini adalah kondisi dinamis suatu keluarga yang
memiliki keuletan dan ketangguan secara fisik material, pisikis, mental spiritual dan hidup
mandiri dengan keluarganya serta harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Perempuan dalam keluarga adalah sosok unik yang bukan secara kodrat mampu mengandung
dan melahirkan, tetapi juga dengan ikhlas menjaga, memelihara melindungi dan memberi kasih
sayang kepada anka – anak, menjadi teman bermain dan bercanda. Dengan penuh rasa cinta,
seorang perempuan akan menghibur anaknya jika sedih dan merasa putus asa.
Perempuan menjadi tulang punggung keluarga dengan semua aktifitas mereka dalam
kehidupan kesehariannya. Mereka memiliki tanggung jawab yang boleh dikatakan hampir
sempurna, mengurus suami dan anak – anak, mengurus pekerjaan dapur, berladang,
mengumpulkan kayu bakar, menimba air, meanangkap ikan, menokok sagu, mengumpulkan
bahan makanan dari hutan. Mereka juga terlibat dalam perekonomian keluarga dengan
membawah hasil yang dapat dijual ke pasar seperti pinang, sayuran serta hasil buruan.
Rendahnya tingkat pendidikan dan buta huruf pada perempuan hampir disemua

kampung – kampung disepanjang sungai Mamberamo menjadi factor penting membuat mereka
berada dalam siklus hidup seperti itu selain factor social budaya yang menempatkan perempuan
pada posisi yang terabaikan, system nilai budaya seperti (perkawinan poligami) dengan system
tukar mengharuskan perempuan wajib memiliki anak atau memberi keturunan kepada laki –
laki. Secara adat laki - laki dibolehkan memiliki istri lebih dari satu bahkan ada yang memiliki 3 –
4 istri.

3|P age

Pertama : dalam keagamaan perempuan menjadi contoh bagi anak – anak, ketekunan ibu dalam
beribadah, berperilaku baik, akan membawah pengaruh sangat besar kepada anak – anak
mereka.
Kedua : dalam pelaksanaan cinta kasih ibu adalah pelopor utama dalam kehidupan sehari – hari
dengan memberi kasih sayang dan perlindungan kepada anak.
Ketiga : Fungsi sosialisasi dan pendidikan secara kearifan lokal menempatkan perempuan
sebagai actor utama karena setiap aktivitas yang dilakukan oleh perempuan biasanya dilakukan
bersama anak – anak mereka, seperti berladang, menokok sagu, mengumpulkan kayu bakar,
menimba air, memasak, menyiapkan pangan keluarga, memelihara dan merawat anak. Kegiatan
ini telah menjadi rutinitas perempuan yang secara tidak langsung menjadi pembelajaran bagi
anak – anak mereka dikemudian hari.

Keempat : Peran perempuan dalam mengambil keputusan untuk mengurus dan mengatur
urusan rumah tangga, belanja kebutuhan dasar, mengganti perabot rumah tangga, pakaian,
kebutuhan air bersih makan, minum, menyiapkan pangan untuk keluarga, mengumpulkan kayu
bakar, perempuan memilih, mengambil, menyimpan kebutuhan keluarga, dan menjalankannya
akan ditiru oleh anak – anak mereka. Seorang ibu yang memiliki kebiasaan baik akan ditirukan
oleh anak – anaknya.
B. Ruang Kelola Perempuan Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam.
Ruang kelola perempuan dalam pengelolaan sumber daya alam sangaat berkaitan erat dengan
peran dan posisi, serta hak – hak adat mereka dalam komunitas. Masyarakat pedesaan di
Indonesia telah memiliki system dan sturktur pengeloaan sumberdaya alam mereka sendiri
sebelum Negara Indonesia ini terbentuk. Dalam kegiatan pertanian perempuan lebih sering
mengambil peran dalam pertanian subsitence/domestic yang dilkukan untuk memenuhi
kebutuhan pangan keluarga, sehingga mereka memiliki pengetahuan yang luas untuk spesies –
spesies tanaman pangan lokal, sedangkan laki – laki lebih banyak peran disaat kegiatan
pertanian yang dikomersilkan. Ketimpangan muncul kala kegiatan komersil pertanian yang
menghasilkan pendapatan uang lebih dihargai dibandingkan kegiatan pertanian subsistence
yang lebih banyak dikelolah oleh kelompok perempuan demikian juga dengan akses dan control
perempuan terhadap pengelolaan sumber daya alam yang lebih lemah di banding laki - laki

4|P age


C. Peran Ganda
Peran ganda adalah peran lebih yang dijalankan dalam waktu yang bersamaan sebagai istri, ibu
bagi anak – anak. Pemenuhan kebutuhan pangan anak – anak, ekonomi keluarga.
Peran Domestik :
1. Peran Sebagai Ibu

Perempuan secara kodrat memiliki peran reproduksi yaitu :
melahirkan, menyusui, mengasuh, memelihara anak serta
sebagai istri memiliki tanggung jawab untuk melayani
suami tetapi harus memperhatikan anak – anak
menyiapkan makan pagi seperti : rebus/bakar pisang, bakar
sagu, angkut air dari sungai untuk kebutuhan masak dan
minum, menyiapkan makan malam dan melayani suami.

2. Tenaga Kerja Produktif
Perempuan pada peran domestic areanya sperti :
menangkap ikan, mengumpulkan kayu bakar, menimbah
air disungai, menokok sagu, berladang, mengumpulkan
hasil alam, menjual hasil seperti pinang dan sayuran ke

pasar di Ibu Kota Kabupaten (Kasonaweja) telah menjadi
rutinitas perempuan di Mamberamo.
Mereka juga
terlibat aktif dalam kegiatan – kegiatan kerja buruh pikul
bahan bangunan (material) apabila dibutuhkan dalam
proses – proses pembangunan di Kampung.

3. Pilar Ketahanan Pangan
Usaha untuk mewujudkan ketahanan pangan pada tingkat keluarga telah dilakukan secara
baik oleh perempuan di Mamberamo namun beberapa factor sangat mempengharui yaitu :
rendahnya pendidikan dan ketrampilan perempuan menjadikan mereka terbatas dalam
pemilihan, pengelolaan serta pengetahuan nilai gizi untuk pemenuhan pangan dalam
keluarga. hal ini terlihat dari jenis dan pola makan serta dampak kesehatan terhadap
keluarga secara khusus anak – anak.
5|P age

No
1

Table 2 Pola Dan Jenis Makanan Dikonsumsi

Waktu
Jenis Makanan
Pagi
Pisang + sagu

2

Siang

Pisang + sayur

3

Malam

Pisang, Papeda
+ ikan +
sayuran(Paku –
Pakuan dan
Gedi)


Pengelolaan
Rebus,
bakar
Rebus,
bakar
rebus

Pola makan : pemilihan, pengelolaan serta pengetahuan gizi dan pola makan menjadi factor
kunci dari rendahnya gizi pada Ibu dan anak, namun demikian perlunya penelitian secara
spesifik mengenai kandungan gizi dari jenis makanan yang dikonsumsi sehingga dapat
diketahui nilai gizi yang terkandung didalamnya. Table ini berfungsi untuk memberi
gambaran tetang apa yang dikonsumsi, waktu konsumsi serta cara pengelolaannya.
Pola makan ini terjadi berdasarkan efisiensi ketersediaan kebutuhan dasar rumah tangga,
ketersediaan pangan, pengetahuan perempuan dalam mengelolah hasil makanan serta
pengetahuan tentang nilai gizi. Dari pola makan diatas terlihat bahwa jenis makanan yang
dikonsumsi tiap keluarga lebih bervariasi terjadi pada malam hari yaitu : pisang, papeda,
ikan dan sayuran.
Hal ini terjadi karena kebutuhan pangan tambahan seperti sayuran dan ikan terpenuhi
dengan aktifitas yang dilakukan di siang hari seperti : meramu sayuran di hutan : (paku –

pakuan, jamur, genemo atau mengambil hasil kebun : daun pepaya, petatas, singkong, gedi).
Kegiatan menangkap ikan disungai menjadi rutinitas perempuan untuk hidangan pelengkap.
Hasil ini diolah untuk dikonsumsi keluarga di malam hari. Sagu dan pisang menjadi sumber
karbonhidrat utama selain beras yang diperoleh apabila mereka memiliki cukup uang.
4. Perempuan Dan Pendidikan
Pendidikan menjadi kebutuhan dasar bagi manusia. Baik pendidikan formal dan nonformal,
kebutuhan pendidikan anak tidak hanya mencakup pendidikan yang diberikan orang tua
tetapi juga pendidikan formal. Jika dapat terpenuhi maka itu merupakan suatu keberhasilan
keluarga. Perempuan menjadi actor penting dalam pendidikan anak misalnya perempuan
menyiapkan dan memastikan anaknya ke sekolah, saat melanjutkan ke tingkat pertama
SMP, SMA di Ibu Kota Kabupaten.

6|P age

Perempuan sebagai seorang ibu memainkan peran penting dalam pendidikan anak – anak
mereka dengan memenuhi kebutuhan mereka. orang tua biasanya pergi menetap bersama
anaknya di pusat – pusat kabupaten untuk menyekolahkan anak atau mereka akan
mengumpulkan hasil makanan seperti sagu, pisang dan ikan untuk di bawah ke Ibu Kota
Kabupaten tempat dimana anak – anak mereka tinggal dan bersekolah.
5. Perempuan Dan Kesehatan
Pelayanan kesehatan : Minimnya pelayanan kesehatan seperti (Posyandu) disebabkan
petugas kesehatan yang tidak menetap di Kampung. Mengakibatkan perempuan harus
mengambil resiko dengan melakukan perawatan secara tradisional : apabila anak – anak
mereka terserang penyakit seperti : malaria yang biasanya diawali dengan panas tinggi
untuk mengatasinya dilakukan pengobatan tradisional (Isap Darah) atau tiup badan dengan
menggunakan daun Gomo/sukun hutan atau daun Gatal, jika tidak terjadi perubahan maka,
dibawah ke rumah sakit umum di Kasonaweja. Jenis penyakit yang umum diderita adalah :
Malaria, Kurang Gizi, Anemia (Ibu hamil dan Menyusui), Diare, Penyakit Kulit dan Kaki Gajah.

Rendahnya Kesadaran Kesehatan : Perempuan tidak menyadari pentingnya gizi selama
kehamilan dan melahirkan, terbatas dalam pengetahuan tentang gizi, perilaku hidup sehat
yang tidak tepat, rendahnya kesadaran kesehatan reproduksi misalnya : pelayanan saat
massa kehamilan serta tingginya kebiasaan merokok bagi perempuan dalam keadaan hamil,
pentingnya kesehatan reproduksi perempuan menjadi kendala utama terhadap kesehatan
mereka.

7|P age

Dari uraian kondisi kesehatan diatas maka, dapat dibuat table analisa sederhana tentang
masalah, potensi dan solusi atau kebutuhan sebagai berikut :

Table 3 Identifikasi Dan Analisis Permasalahan Kesehatan
No
1

2

3

4

5

8|P age

Isu/Permasalahan
Strategis
Petugas kesehatan
tidak menetap
Obat – obat kurang
sehingga pelayanan
tidak memadai
 Rendahnya kesadaran ibu
hamil, menyusui,
pentingnya mendapat
vitamin saat hamil dan
melahirkan
 Pentingnya ASI eklusif dan
makanan tambahan bagi
bayi.
Kurang adanya penyuluhan
kesehatan sehingga
masyarakat belum
memahami pentingnya
pola hidup sehat
Pengetahuan terbatas
sehingga kader Kesehatan
belum menjalankan
tugasnya dengan baik

Potensi
Ada posyandu
Ada petugas
Ada petugas
kesehatan
 Petugas kesehatan
 Kader Kesehatan
 Dukungan Warga

Kebutuhan/Pem
bangunan
Petugas
kesehatan
tetap/rutin
Layanan
kesehatan
permanen
Efektifkan
pelayanan
posyandu

Kader
Kesehatan
Dukungan
Warga

Penyuluhan
kesehatan gizi
Ibu dan anak.

Kader
Kesehatan

Pelatihan Kader
Kesehatan

D. AKSES PEREMPUAN MAMBERAMO TERHADAP SUMBER DAYA ALAM DAN HUTAN ( Sungai, Kebun, Dusun Sagu
Dan Hutan)
Perempuan Dan Wilayah Perairan : Perempuan di Mamberamo menangkap ikan dengan alat
tangkap jaring dan pancing, mereka bahkan terlihat lebih terampilan dibandingkan laki - laki. Di
sungai – sungai kecil saat air surut mereka menangkap ikan
dengan cara meracuni ikan dengan jenis tanaman tertentu
(akar tuba). Saat air surut sungai – sungai kecil akan
membentuk kolam – kolam yang merupakan wadah
tempat ikan berlindung. Perempuan – perempuan di
Kampung Suaseso dan Kapeso yang tinggal disekitar Danau
Rombebay, mereka sangat terampil dalam menggunakan
jaring untuk menangkap ikan di danau. Pada pagi hari
mereka akan keluar dengan mendayung perahu ke danau
untuk menebar jaring yang kemudian akan diperiksa saat
siang atau sore hari hal ini telah menjadi rutinitas mereka
dalam pemenuhan pangan keluarga, mereka terlibat juga
dalam penangkapan buaya saat – saat musim tertentu. Pada bagian hilir sungai Mamberamo
yang bermuara ke laut terdapat Kampung Warembori dan Kampung Yoke. Mereka ini hidup
dari hasil laut dan memanfaatkan hasil kerang, kepiting, udang yang sangat melimpah dari hutan
– hutan mangrove yang sangat luas. Perempuan – perempuan di kedua kampung ini sangat
terampil dalam mengelolah pangan lokal yang selalu dipasarkan di pasar tradisional yang dijual
dipelabuhan saat kunjungan kapal – kapal yang berlayar di Mamberamo.

Perempuan Dan Kebun : Perempuan mengelolah kebun bersama suami menyiapkan lahan seperti :
penebangan, pembersihan. Saat melakukan penanaman dan perawatan perempuan lebih aktif
dari laki – laki, membuat bedengan menanam jenis sayuran
sampai distribusi panen hasil kebun dilakukan oleh perempuan.
Aktifitas perempuan dikebun antara lain adalah : Membersihkan
kebun, membuat bedengan, menanam jenis sayuran, ubi – ubian,
jagung, pepaya, pisang, mengumpulkan kayu bakar serta angkut
hasil. Beban pikul jika mereka pulang dari kebun antara lain : 1
ikat kayu bakar, 1 – 5 sisir pisang, sayuran. Wadah yang
digunakan terbuat dari karung atau bai, bisanya beban pikul
ditambah anak mereka yang masih bayi atau dalam gendongan.
Jarak yang ditempuh tergantung letak kebun, rata – rata mereka
dapat berjalan ±1 - 2km.

9|P age

Perempuan Dan Dusun Sagu : meramu sagu dilakukan secara berkelompok 3 – 5 orang atau
dilakukan oleh (Keluarga inti). Proses menokok sagu dimulai
dengan memilih sagu yang telah berisi yaitu : dilihat dari tanda
seperti telah berbuah dan mulai gugur. Sagu yang telah
ditentukan akan ditebang, dibersihkan, dibuka bagian yang akan
dipangkur, membuat atau menyiapkan tempat ramas, menokok
sagu, peras sari atau tepung sagu dan angkut hasil. Semua
pekerjaan ini rata – rata dikerjakan oleh perempuan. Jarak dan
akses sangat mempengahrui waktu dan tenaga kerja, jika lokasi
sagu yang diolah berada jauh dari kampung maka, kegiatan
menokok sagu dapat dilakukan dengan cara menginap dilokasi
dusun sagu dengan membuat mekwar atau pondok. Apabila
jarak lokasi sagu itu mudah dijangkau maka, akan dilakukan
dengan pola pergi – pulang. Jangka waktu sehari kerja dapat
menokok 1 meter batang sagu, hasil yang sudah dipangkur
biasanya langsung diperas untuk memperoleh tepung sagu
berat isi tepung sagu yang diperoleh dari 1 meter batang sagu
yang dipangkur ±20 - 30kg. Hasil tepung sagu ditampung di
wadah berupa noken karung atau bai. 20 – 30kg tepung sagu
yang dihasilkan dapat dikonsumsi dalam jangka waktu 1 – 2
minggu. Rata – rata 1 pohon sagu berukuran 7 – 8 meter dapat
dikerjakan dalam jangka waktu 1 – 2 minggu dengan hasil ±100
kg tepung sagu yang dapat di konsumsi dalam jangka waktu ±
sebulan.

Perempuan Dan Hutan : Dalam pengelolaan sumber daya alam, masing – masing kelompok
masyarakat adat di Indonesia dan di Mamberamo memiliki sistem dan cara – cara tertentu
dalam mengakomodir peran, posisi dan hak perempuan. Dalam system dan struktur adat bentuk
akses yang berbeda – beda dalam pengelolaan tanah, hutan dan sumber daya lainnya. Satu
orang perempuan bisa saja memiliki akses kepada beberapa lahan/dusun berbeda. Misalnya
tanah milik sanak - saudara, milik suami. satu orang perempuan juga memiliki identitas yang
beragam yang berasal dari satatus perkawinannya, umur, dan factor – factor lain yang
mempengahrui posisinya dalam penerapan hak kepemilikian dan pengelolaan hutan pada
berbagai tingkatan mulai dari tingkat rumah tangga, marga/kekeluargaan, dan komunitas lebih
luas. Demikian juga dengan komunitas yang memiliki wilayah hutan yang dikelolah secara
kolektif berdasarkan aturan adat namun tidak memberikan akses kepemilikan tanah secara
perorangan kepada perempuan.

10 | P a g e

(BPHKH/2011) menyatakan bahwa pada dasarnya keberadaan masyarakat disekitar hutan
sendiri sangat penting, demikian juga dengan komunitas wilayah hutan yang dikelola secara
kolektif berdasarkan aturan adat namun tidak memberikan akses kepemilikan tanah secara
perorangan kepada perempuan.
Misalnya Janda yang menjadi kepala rumah tangga. Contoh Kasus di Kampung Murumere yang
terjadi pada Ibu Sara Sawoti seorang janda yang menjadi kepala rumah tangga mendapat hak
pengelolaan dari ulayat atau dusun suami, mewarisi kebun – kebun milik suami untuk dikelolah
dan dimanfaatkan bagi kelangsungan hidup anak – anaknya sedangkan hak milik tetap berada
pada kelompok kerabat marga dari suaminya.
Hutan memiliki nilai penting bagi perempuan karena menyimpan banyak potensi seperti
meramu jenis sayuran, paku – pakuan, jamur, genemo selain itu pada saat musim tertentu
perempuan akan meramu telur ayam hutan.

E.

Pola Pengambilan Keputusan antara Laki – Laki Dan Perempuan
Bagaimana peran laki – laki dan perempuan dalam membuat keputusan – keputusan
secara strategis dalam berbagai kehidupan. Pola pengambilan keputusan dapat dibuat dalam
table sederhana dibawah ini :
Tabel 4 Pola pengambilan Keputusan

No Keputusan
A

Bidang Ekonomi Dan Penyediaan Pangan :
Menentukan lokasi kebun dikelolah
Mencari bibit untuk pangan (pisang, sayuran dll)
Mencari bibit tanaman jangka panjang (pinang,
sagu, buah merah dll).
Memelihara tanaman
Panen tanaman pangan
Panen tanaman produktif
Distribusi hasil

11 | P a g e

Laki - Laki

Perempuan

L/P

Menjual
Menggunakan uang
Membeli alat dapur
Membayar biaya sekolah anak
Menokok sagu
Menangkap ikan
Meramu hasil dihutan
B

Pemeliharaan Keluarga (Reproduktif) :
Merawat kehamilan dan kelahiran
Merawat anak
Membawa anak berobat
Menyekolahkan anak
Mengumpulkan Kayu Bakar
Mengambil air minum

C

Bidang Kemasyarakatan :
Menyelenggarakan pesta (acara adat, kegiatan
kerohanian)
Kelompok Kerja seperti Kelompok Tani dan
sebagainya
Pelatihan – pelatihan
Urus masalah – masalah di masyarakat
Membuat keputusan – keputsan strategis dalam
pemanfaatan SDA dan hutan.
Berhubungan dengan pemerintah dan lembaga –
lembaga lainnya.

12 | P a g e

 Merah = Pengikut

Kuning = Dominan

Hijau = Berimbang

 Laki – laki dan perempuan dalam hal ini tidak hanya suami istri tetapi juga orang tua
serta kerabat.
Dari table tersebut terlihat bahwa dalam pola pengambilan keputusan dapat disimpulkan bahwa :
keputusan – keputusan penting didominasi oleh laki – laki. Pola keputusan ini mempengharui akses dan
control terhadap sumber – sumber daya yang ada. Dari pola tersebut dapat diketahui perempuan
dibatasi pada hal – hal yang berkaitan dengan pemenuhan pangan dan pemeliharaan keluarga. Sehingga
tidak memperoleh penghargaan yang selayaknya, di nomor duakannya peran produksi perempuan
dalam kerja – kerja pengelolaan sumber daya alam juga mengakibatkan rendahnya peran perempuan
dalam proses – proses diskusi dan pengambilan keputusan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan
kegiatan pembangunan, sehingga berdampak kepada hilangnya kemampuan perempuan untuk ikut
menentukan keputusan – keputusan yang berdampak kepada tanah, hutan dan wilayah air yang
dikelola.

13 | P a g e

Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan
Dari hasil uraian diatas maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu :
1.

Perempuan memiliki peran secara reproduksi dan produktif
Peran Produktif : Ibu rumah tangga atau perempuan yang berperan penting dalam keluarga sebagai
unit terkecil dalam kehidupan sebagai istri sekaligus sebagai ibu bagi suami dan anak – anak. Ibu
rumah tangga / perempuan memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang ada
dalam rumah tangga/area domestic yaitu : merawat anak, memasak, membersihkan rumah,
menimbah air, mengumpulkan kayu bakar, menokok sagu, memancing di sungai, berladang serta
mengumpulkan hasil di hutan untuk sumber nabati. Perempuan juga berperan aktif dalam
ekonomi rumah tangga.
Peran Reproduksi : Perempuan secara kodratnya melahirkan, merawat, memlihara dan memberi
perhatian dan kasih sayang kepada anak – anak mereka, bahwa dalam kenyataannya mereka
memainkan peran ganda tersebut dalam kehidupan keseharian mereka.

2.

Perempuan dibatasi secara struktur dan nilai social budaya sehingga tidak memiliki hak dalam
membuat dan mengambil keputusan – keputusan yang berhubungan dengan kontrol terhadap
sumber daya alam hutan dan tanah serta keputasan strategis lainnya.

3.

Perempuan memiliki akses secara nyata bahkan terlihat lebih dominan dari laki – laki pada
pemanfaatan sumberdaya alam untuk kebutuhan pangan dan ekonomi yang bersifat subsistance.

4.

Berbagai masalah seperti tingginya buta huruf, rendahnya kesehatan ibu dan anak, beban kerja,
kekerasan dalam rumah tangga menjadi resiko yang harus ditanggung oleh perempuan.

Saran
Dari hasil temuan diatas maka dapat disarankan beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu :
1. Pemberantasan buta huruf bagi kelompok perempuan
2. Pelatihan ketrampilan bagi kelompok perempuan
3. Pelayanan gizi Ibu dan anak
4. Pelatihan Kader Kesehatan
5. Mendorong kemandirian perempuan untuk berperan aktif dalam proses – proses kebijakan yang
berdampak pada pengelolaan SDA dan hutan di Kawasan Suaka Marga Satwa Mamberamo Foja.

14 | P a g e

Catatan :

1. Tulisan ini merupakan catatan harian penulis selama menjadi tenaga peneliti dan fasilitator di kampung – kampung
dampingan Yali – Papua dalam program pengembangan Masyarakat di Kawasan Suaka Marga Satwa Mamberamo Foja.
2. Beberapa kutipan merupakan data – data sekunder yang penulis kutip dari tulisan – tuliisan tentang Peran Perempuan dan
SDA
3. Tulisan Ini merupakan artikel biasa bukan tulisan ilmiah sehingga masih jauh dari sempurna namun demikian dapat
bermanfaat dan menjadi sumber informasi bagi mereka yang tertarik dengan kehidupan perempuan dan perannya dalam
pemanfaatan sumber daya alam di Kawasan Suaka Marga Satwa Mamberamo Foja.

“Pengalaman adalah guru terbaik karena,

ia memberi anda soal tanpa membritahukan anda cara menyelesaikannya.”

15 | P a g e