KAJIAN PERPUSTAKAAN DESA DI INDONESIA

KAJIAN SURVEI MANAJEMEN
PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI INDONESIA
Oleh : Irhamni, S.Hum

Abstrak

Desa/kelurahan merupakan bagian admiinistradi pemerintahan yang paling kecil dan yang
paling dekat dengan masyrakat.

layanan perpustakaan sudah seharusnya dekat dengan

masyarakat dan perpustakaan desa/kelurahan adalah metode salah satu bentuk perpustakaan
yang sedang dikembangkan di oleh Perpustakaan Nasional RI melalui program stimulus
bantuan perpustakaan desa. Tulisan ini mencoba melihaat bagaimana perpustakaan
desa/kelurahan di mengelola SDM, Koleksi, layanan serta Promosi setelah di berikan stimulus
bantuan. Hasilnya Perpustakaan desa di Indonesia masih membutuhkan banyak perhatian
dalam mengelola perpustakaan desa dan kendala teknis adlah kendala yang paling besar
dalam mengelola perpustakaan desa/kelurahan.
Kata Kunci : Survei, Manajemen Pepustakaan Desa
Abstract
The village/county is the smallest of government administrative and closest to the community.

library services should close with the people and community son village/county library is one
form of a library method being developed by the National Library through the stimulus program
aid village library. This paper attempts to see how village/county libraries in managing Human
Resources, Collections, services, and promotion after given stimulus aid. As a result the village
library in Indonesia still needs a lot of attention in managing the libraries. Most of the problems
greatest obstacle in managing is in the technical aspect.
Key Word: Survei, Village/County Libraries Management

1. LATAR BELAKANG
Desa/kelurahan merupakan administrasi pemerintahan paling kecil dan hampir 60 %
indonesia tinggal di pedesaan.

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, di

dalam ketentuan Pasal 28C UUD 1945 ditetapkan bahwa ”Setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”.
Berdasarkan ketentuan konstitusional tersebut, dapat ditegaskan bahwa setiap warga
negara memiliki hak asasi untuk mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari

ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya dalam rangka meningkatkan
kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Dalam hal ini, ditinjau dari
perspektif pendidikan, Perpustakaan sebagai institusi pengelola koleksi karya tulis,
karya cetak, dan/atau karya rekam guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian,
pelestarian, informasi, dan rekreasi, memiliki peran penting dalam menyediakan bahanbahan sumber belajar (learning resources) untuk mencerdaskan dan meningkatkan
kualitas hidup umat manusia.
Salah satu bentuk ”pelayanan administrasi umum pemerintahan” adalah di bidang
Perpustakaan. Oleh karena itu, di dalam ketentuan Pasal 7 PP Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, ditetapkan bahwa

“urusan

pemerintahan di bidang perpustakaan merupakan urusan wajib Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Kegiatan stimulus perpustakaan desa di perpustakaan nasional sudah dimulai sejak
tahun 2007 lalu dan sampai saat ini kegiatan tersebut masih dilakukan melalui alokasi
dana

dekonsentrasi


Perpustakaan

Nasional

RI.

Pengembangan

perpustakaan

desa/kelurahan dilakukan melalui badan perpustakaan dan Arsip propinsi dan
merekalah yang menggunakan anggaran tersebut untuk membantu Perpustakaan
Desa/Kelurahan melalui sarana dan prasarana, pengembangan koleksi serta ,
bimbingan teknis perpustakaan bagi para Pengelola Desa/Kelurahan.
Untuk itu perlu adanya kajian survei mengenai bagaimana manajemen pengelolaan
Perpustakaan Desa/Kelurahan di Indonesia dilaksanakan pasca di berikannya stimulus

bantuan kepada Perpustakaan Desa/Kelurahan yang dilakukan Perpustakaan nasional
RI.

II.
TINJAUAN LITERATUR
2.1 Perpustakaan Desa/Kelurahan
Perpustakaan Nasional RI telah mengeluarkan suatu standar mengenai perpustakaan
Dessa/kelurahan.

Standar

tersebut

memberikan

Pengertian

perpustakaan

desa/kelurahan secara umum sebagai berikut perpustakaan desa/kelurahan adalah
perpustakaan yang berada di desa/kelurahan yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
-


Koleksi perpustakaan dikembangkan untuk menunjang kebutuhan masyarakat.

-

Jenis koleksi perpustakaan terdiri atas koleksi karya cetak dan karya rekam.

-

Perpustakaan Desa/Kelurahan memiliki koleksi buku sekurang-kurangnya 1.000
judul.

-

Penambahan koleksi buku sekurang-kurangnya 2% dari koleksi yang ada atau
100
judul per tahun (pilih yang terbanyak).

-

Perpustakaan menyediakan surat kabar sekurang-kurangnya 1 judul secara

berkala

-

Perpustakaan menyediakan majalah sekurang-kurangnya 1 judul secara berkala

-

Perpustakaan melakukan pencacahan koleksi secara berkala.

-

Perpustakaan melakukan penyiangan koleksi secara berkala

2.2 Manajemen Perpustakaan Desa/Kelurahan
Perpustakaan Desa/Kelurahan sebagai lembaga pendidikan non formal dan
lembaga penyedia informasi di masyarakat Desa/Kelurahan harus memiliki kinerja
yang baik dan didukung dengan manajemen yang memadai, sehingga seluruh
aktivitasnya mengarah para upaya pencapaian tujuan yang telah dicanangkan.
Untuk mengelola sebuah perpustakaan Desa/Kelurahan diperlukan kemampuan

manajemen yang baik, agar arah kegiatan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Kemampuan manajemen itu juga diperlukan untuk menjaga keseimbangan tujuantujuan yang berbeda dan mampu dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Pengetahuan dasar dalam mengelola perpustakaan agar berjalan dengan baik
adalah ilmu manajemen, karena manajemen sangat diperlukan dalam berbagai

kehidupan untuk mengatur langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh seluruh
elemen dalam suatu perpustakaan Desa/Kelurahan antara lain :
A. Manajemen Sumber Daya Manusia
Penanganan perpustakaan

memerlukan seorang “ahli” dalam bidang/subyek

yang ditangani. Hal ini akan mempermudah perpustakaan dalam memberikan
apa yang menjadi tuntutan dan kebutuhan pemakainya. Untuk itu biasanya
dalam perpustakaan khusus ini dibutuhkan seorang pustakawan yang mengerti
dan paham akan bidang kerja/bidang yang ditangani oleh lembaga induknya.
Sehingga kebutuhan akan “pustakawan khusus” adalah penting. Staffing atau
pengisian jabatan didefinisikan sebagai pengisian jabatan dalam struktur
organisasi dengan cara mengidentifikasikan kebutuhan tenaga kerja, mendaftar
tenaga kerja yang ada, merekrut, memilih, menempatkan, promosi, menilai,

memberi imbalan dan melatih orang yang diperlukan. Fungsi staffing ini juga
sangat erat kaitannya dengan fungsi pengorganisasian.
B. Manajemen Koleksi
Proses pengolahan dalam perpustakaan khusus pada prinsipnya tidak jauh
berbeda dengan perpustakaan pada umumnya. Hanya biasanya dalam proses
pengolahan dituntut untuk lebih memberhatikan kecepatan dalam temu kembali
informasi dan penyajian. Sehingga terkadang dalam klasifikasi contohnya
disesuaikan dengan kebutuhan dan karakter perpustakaan tersebut.
1. Pengolahan bahan pustaka
Perpustakaan memiliki fungsi sebagai lembaga pelayanan informasi
(information service) bertindak sebagai penghubung antara dua dunia, yaitu
masyarakat sebagai pengguna dan sumber-sumber informasi, baik cetak
maupun non cetak. Oleh karena itu setiap bahan pustaka atau informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna sedapat mungkin harus disediakan oleh
perpustakaan. Disamping itu perpustakaan harus mampu menjamin bahwa
setiap informasi atau koleksi yang berbentuk apapun mudah diakses oleh
semua masyarakat yang memerlukan.
Agar informasi atau bahan pustaka di perpustakaan dapat dimanfaatkan atau
diketemukan kembali dengan mudah, maka dibutuhkan system pengelolaan
dengan baik dan sistematis yang biasa disebut dengan kegiatan pengolahan

(processing of library materials) atau pelayanan teknis (technical service).

Kegiatan pengolahan bahan pustaka di perpustakaan biasanya mencakup
beberapa kegiatan : Pembinaan dan pengembangan koleksi, Inventarisasi,
Katalogisasi, Klasifikasi, dan Kelengkapan fisik buku.
2. Pengembangan Koleksi
Pengembangan koleksi (Collection development) merupakan serangkaian
proses atau kegiatan yang bertujuan mempertemukan kebutuhan pemakai
dengan rekaman informasi dalam lingkungan perpustakaan yang mencakup
kegiatan : penyusunan kebijakan pengembangan koleksi, pemilihan koleksi,
pengadaan koleksi, penyiangan koleksi, serta evaluasi pendayagunaan
koleksi.
Bahan pustaka yang telah dimiliki oleh perpustakaan, baik yang diperoleh
dengan cara pembelian, hadiah, hibah, tukar menukar atau pinjam
meminjam, harus dicatat ke dalam buku induk atau buku inventarisasi
perpustakaan, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam menyusun
laporan mengenai perkembangan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan.
Adapun kegiatan inventarisasi ini mencakup memasukkan ke buku induk,
dan memberikan stempel kepemilikan (hak milik).
Perpustakaan sebagai suatu system informasi berfungsi menyimpan

pengetahuan dalam berbagai bentuk serta pengaturannya sedemikian rupa,
sehingga informasi yang diperlukan dapat diketemukan kembali dengan
cepat dan tepat. Untuk itu informasi yang ada diperpustakaan perlu diproses
dengan system katalogisasi (cataloging).
C. Manajemen Layanan
Layanan perpustakaan merupakan upaya dari perpustakaan dalam memberikan
nilai lebih kepada pemustaka dan organisasi/badan induk yang membawahinya.
Untuk itu pengelola perpustakaan perlu selalu memberikan alternatif-alternatif
dalam penyampaian informasi kepada penggunanya. Aspek layanan menjadi
penting untuk diperhatikan dikarenakan tuntutan kebutuhan penyajian informasi
yang cepat, tepat dan terbaru selalu ada.
Pelayanan sirkulasi merupakan salah satu jasa perpustakaan yang pertama kali
berhubungan lansung dengan pengguna perpustakaan. Aktivitas bagian sirkulasi
menyangkut masalah citra perpustakaan , baik tidaknya perpustakaan berkaitan

erat dengan bagaimana pelayanan sirkulasi diberikan kepada pemakai. Kegiatan
sirkulasi sering dianggap sebagai ujung tombak atau tolok ukur keberhasilan
perpustakaan, karena bagian ini rutinitas kegiatannya berhubungan dengan
pemakai.
Jenis pekerjaan bagian Pelayanan Sirkulasi sebagai berikut :




Pendaftaran anggota



Pengembalian



Penagihan



Pemberian Sanksi



Bebas Perpustakaan



Peminjaman



Perpanjangan



Pemungutan denda



Statistik

Peraturan Perpustakaan

Sistem penyelenggaraan kegiatan layanan sirkulasi ada dua yaitu :
1. Sistem terbuka (Open Access), memungkinkan pengguna memilih dan
mengambil koleksi di rak secara bebas tanpa melalui petugas.
2. Sistem tertutup (Close Access), pengguna didalam memanfaatkan koleksi di
rak harus melalui petugas.
D. Manajemen Pemasaran / Promosi
Pemasaran atau promosi adalah hal penting yang perlu dilakukan dalam sebuah
perpustakaan khusus. Promosi bertujuan untuk memfasilitasi komunikasi antara
perpustakaan dan calon pengguna. Karena salah satu keberhasilan sebuah
perpustakaan adalah dapat dilihat dari tingkat kunjungan pengguna dan
pemanfaatan informasi (koleksi) oleh pengguna. Hal yang penting yang harus
dipikirkan adalah dukungan dari manajemen, karena promosi mestinya termasuk
dalam anggaran perpustakaan dan terintegrasi ke dalam proses perencanaan
perpustakaan.

III.

METODOLOGI.

Metodologi penelitian adalah pedoman dalam penelitian, khususnya untuk memperoleh
dan menganalisa data penelitian ini yang diperlukan, maka untuk itu dilakukan adalah
penelitian deskriptif yaitu jenis penelitian yang lebih bersifat menggambarkan keadaan
yang lebih bersifat menggambarkan keadaan yang lebih menekankan pada penggunaan
tabel distribusi frekwensi. Penelitian ini berusaha memberikan gambaran secermat
mungkin mengenai individu, keadaan, gejala dan kelompok tertentu.
3.1 Populasi dan Sample
Dalam penelitian ini populasi adalah Perpustakaan Desa/Kelurahan yang dibantu oleh
perpustakaan daerah melalui dana dekonsentrasi, sementara Sample dalam penelitian
ini adalah sebanyak 2 perpustakaan Desa/Kelurahan di 33 propinsi. Penelitian ini
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran gambaran manajemen

perpustakan

Desa/Kelurahan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode survei, yaitu meneliti
populasi dengan mengambil sebagian dari populasi tersebut sebagai sampling dan
menggunakan wawancara sebagai alat pengumpulan data yang utama.
3.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari kajian ini adalah bagaimana melihat secara langsung
manajemen perpustakaan desa yang ada di indonesia yang dibantu oleh anggaran dana
dekonsentrasi Perpustakaan Nasional RI.

IV. HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap sample di 33 propinsi di indonesia mengenai
manajemen perpustakaan desa di indonesia diperoleh hasil sebagai berikut :
4.1 Manajemen SDM Perpustakaan Desa/Kelurahan
Manajemen SDM perpustakaan desa masih sangat minim, pendidikan rata-rata pengelola
perpustakaan desa adalah SMA. Pendidikan kepustakawanan yang mereka dapat dalam
mengelola pepustakaan

hanyalah Bimbingan Teknis perpustakaan dari Badan

Perpustakaan Daerah Dan Arsip Propinsi selain itu tidak ada pelatihan lain yang di
selenggarakan oleh pihak manapun.
Setiap

Desa/Kelurahan/kelurahan

yang

menyelenggarakan

perpustakaan

Desa/Kelurahan/kelurahan Untuk masalah insentif pihak desa rata-rata menyediakan
insentif sebesar Rp.250.000/bulan yang diambil dari anggaran desa hal ini yang membuat
pengelola perpustakaan agak merasa kecewa karena insentif yang diterima kurang sesuai
dengan upah minimun lokal (UML).
4.2 Manajemen Koleksi Perpustakaan Desa/Kelurahan
Koleksi yang di kembangkasn

perpustakaan desa/kelurahan belum bisa berkembang

untuk menunjang kebutuhan masyarakat, hal ini terjadi karena masih bergantungnya
perpusakaan desa khususnya dalam bidang anggaran hal ini membuat jenis koleksi
perpustakaan desa/kelurahan masih dibawah standar
Penambahan koleksi buku sekurang-kurangnya 2% dari koleksi yang ada atau 100 judul
per tahun masih sulit di laksanakan karena selain kurangnya anggaran kurangnya
perhatian dari kepala desa/kelurahan serta pemerintah daerah sehingga perpustakaan
desa masih kurang begitu di prioritaskan dibanding layanan lain. Karena jumlah koleksi
yang tidak bertambah perpustakaan desa/kelurahan tidak melakukan pencacahan dan
menyiangan bahan perpustakaan.
4.3 Manajemen Layanan Perpustakaan Desa/Kelurahan
Layanan Perpustakaan Desa/Kelurahan dibeberapa tempat khususnya di pulau jawa masih
lebih baik di banding di luar jawa hal ini terlihat bahwa perpustakaan di jawa masih bisa

membuka perpustakaan sekurang-sekurangnya 35 jam per minggu sementara di luar jawa
masih kurang dari 35 jam.
Hal ini karena SDM yang digunakan di jawa hanpir sebagian besar merupakan pustakawan
yang ditugaskan hanya untuk mengurus Perpustakaan Desa/Kelurahan, sementara di luar
jawa tenaga SDM yang mereka rekrut merupakan SDM yang sudah ada di kelurahan
sehingga mereka tidak fokus dalam mengurus perpustakaan desa.
Jenis layanan yang disediakan perpustakaan Desa/Kelurahan/kelurahan meliputi hanya
sebatas

layanan

sirkulasi

sementara

layanan

meningkatkan melek aksara serta literasi informasi

pembelajaran

masyarakat

untuk

masih sulit dilaksanakan karena

kuranya tenaga SDM di bidang Perpustakaan Desa/Kelurahan.
4.4 Manajemen Promosi Perpustakaan Desa/Kelurahan
Promosi merupakan bagian penting di dalam perpustakaan, perpustakaan desa/kelurahan
masih dirasa kurang mempromosikan diri, bahkan ada beberapa desa yang tidak
melakukan promosi dikarenakan anggaran dan tenaga yang terbatas. Namun ada
beberapa perpustakaan desa yang melakukan promosi melalui kerjasama dengan sekolahsekolah yang ada di sekitar perpustakaan desa mulai dari TK,SD,SMP dan SMA ada pula
Perpustakaan Desa/Kelurahan yang melakukan promosi door to door serta melakukan
promosi melalui radio komunitas seperti di perpustakaan desa di daerah Bantul Jawa
Tengah.
Promosi bagi Perpustakaan Desa/Kelurahan masih sulit dilaksanakan karena keterbatasan
sumber daya baik sumber daya manusia dan sumberdaya anggaran namun yang lebih
penting lagi adalah masih kurangnya persepsi dan perhatian kepala daerah kepada
Perpustakaan Desa/Kelurahan yang merupakan sarana belajar hidup sepanjang hayat.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
implementasi manajemen perpustakaan Desa/Kelurahan mengalami banyak kendala
teknis. Salah satu kendala ini adalah tidak dianggarkannya kegiatan perpustakaan
Desa/Kelurahan

dalam

Anggaran

Pendapatan

dan

Belanja

Desa/Kelurahan

(APBDesa/Kelurahan ). Alasannya belum ada dasar hukum untuk menganggarkan
perpustakaan Desa/Kelurahan dari ADD (Alokasi Dana Desa/Kelurahan). ADD adalah dana
yang diberikan kepada Desa/Kelurahan yang berasal dari dana perimbangan keuangan
pemerintah pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota (Pasal 1 ayat 11, PP 72
Tahun 2005).
Hal ini berakibat cukup fatal bagi pengembangan perpustakaan Desa/Kelurahan khususnya
pada pengembangan koleksi dan SDM yang membuat tidak adanya inovasi dan kreasi
dalam menjalankan Perpustakaan Desa/Kelurahan. Anggaran merupakan faktor penting
dalam pengembangan perpustakaan Desa/Kelurahan sekaligus merupakan bentuk
kepedulian pemerintah Desa/Kelurahan terhadap perpustakaan. Adanya anggaran
menunjukkan bahwa pemerintah Desa/Kelurahan telah memiliki niat untuk berubah ke arah
yang lebih baik. Dari tuna buku menjadi melek buku, dari tuna informasi menjadi melek
informasi.

Sebaliknya,

ketiadaan

anggaran

menunjukkan

bahwa

pemerintah

Desa/Kelurahan sekedar memposisikan perpustakaan Desa/Kelurahan sebagai panggung
sandiwara. Dipertunjukkan tatkala ada acara lomba Desa/Kelurahan dan langsung tutup
layar ketika acara lomba Desa/Kelurahan telah selesai.
5.2 Saran
1. Perlu

alokasi ADD (Alokasi Dana Desa/Kelurahan) bagi operasional perpustakaan

Desa/Kelurahan yang meliputi pengadaan, pengolahan, dan pelayanan bahan pustaka
sehingga perpustakaan Desa/Kelurahan dapat tumbuh dan berkembang. Penentuan
besaran ADD untuk operasional perpustakaan Desa/Kelurahan disesuaikan dengan
kemampuan keuangan dalam APBDesa/Kelurahan.
2. Adanya petugas khusus Desa/Kelurahan untuk mengelola perpustakaan Desa/Kelurahan
agar layanan perpustakaan dapat berjalan dengan baik. Sumber daya manusia tentu
merupakan elemen penting yang akan menggerakkan perpustakaan Desa/Kelurahan.
Idealnya, seorang pengelola perpustakaan Desa/Kelurahan adalah pustakawan PNS yang

pengadaannya merupakan kewajiban pemerintah. Namun, berhubung pemerintah kita
amnesia dalam hal ini, maka menjadi tugas pemerintah Desa/Kelurahan untuk menugaskan
salah seorang perangkat Desa/Kelurahan sebagai petugas pengelola perpustakaan. Selain
itu, ada alternatif lain yang bisa ditempuh. Yaitu mencari relawan untuk mengelola
perpustakaan Desa/Kelurahan. Manfaatkan pemuda-pemudi yang tergabung dalam
karangtaruna untuk membantu memberdayakan masyarakat Desa/Kelurahan melalui
membaca. Ini sekaligus sebagai sebuah upaya untuk memberdayakan para pemuda
harapan bangsa ini menjadi generasi yang cerdas dengan membaca.
3. Perlu adanya ruangan khusus untuk perpustakaan Desa/Kelurahan dilengkapi dengan
sarana dan prasarana yang diperlukan sesuai dengan kemampuan APBDesa/Kelurahan.
Ruangan untuk perpustakaan Desa/Kelurahan menurut Standart Nasional Indonesia (SNI)
minimal adalah seratus meter persegi. Ruangan ini tidak harus terletak di Balai
Desa/Kelurahan melainkan bisa terletak di rumah warga yang letaknya lebih strategis untuk
diakses oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Harrison, K.C. 1963. The Library and the Community. London: Andre Deutsch,.
McCombs, Gilian. (1991).Access service : The Convergence of refference and Technical Service.New York:
The Haworth Press.
Nasir, M. (1993). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
[Perpusnas RI] Perpustakaan Nasional RI. 2007. Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2007 Tentang
Perpustakaan. Jakarta: Perpusnas RI.
[Perpusnas RI] Perpustakaan Nasional RI. 2010. Pedoman monitoring dan Evaluasi Perpustakaan Desa.
Jakarta: Perpusnas RI.
[Perpusnas RI] Perpustakaan Nasional RI. 2000. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Desa. Jakarta:
Perpusnas RI.
Shofner, Pamela. 2004.“Use of Library Committees in Special Libraries”. CLIS J724. April 26,
2004.
Sulistyo-Basuki. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Lampiran
Attachment
添付ファイル
attaccamento

‫ال ت ع لق‬

accesorio
gehechtheid

Befestigung

attachement
κατάσχεση
부착
कुकी

‫دل ب س ت گی‬

Perpustakaan desa Tj, Ayun Kec.Bukit Sari Tanjung Pinang –
Kepulauan Riau

Perpustakaan desa Remen Maos – Depok – Wates –
Propinsi DIY

Perpustakaan desa Ganti – Donggala–Sulawesi Tengah