PERAN APARATUR PEMERINTAH DALAM PEMBERAN

Andri Williyanto Prawira Sitorus SE.,Ak
PERAN APARATUR PEMERINTAH
DALAM
PEMBERANTASAN KORUPSI

I.

Pemberantasa Tindak Pidana Korupsi
Undang-undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Pemberantasan tindak pidana korupsi adalah serangkaian tindakan untuk mencegah dan
memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor dan
pemeriksaan di sidang pengadilan dengan peran serta masyarakat berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan pasal 6 huruf a, KPK mempunyai tugas koordinasi dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. Yang dimaksud dengan "instansi yang
berwenang" termasuk Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan, Inspektorat pada Kementrian dan Lembaga.
Berdasarkan pasal 6 huruf c, KPK mempunyai tugas melakukan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan terhadap tindak pidana korupsi. Dalam melaksanakan tugas koordinasi, KPK
berwenang menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi,
meminta informasi tentang kegiatan pemberantasa tindak pidana korupsi kepada instansi yang

terkait, melaksanan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tidak pidana korupsi, meminta laporan instansi tgerkait mengenai pencegahan
tindak pidana korupsi. Berikut contoh peta sumber-sumber korupsi:
 Penerimaan non-Pajak
 Penyalahgunaan perizinan
 Tidak ada single data base
 Penyelewengan penyetoran
 Penerimaan Pajak
 Penyelewengan dari target
 Pemerasan kepada wajib pajak
 Manipulasi data
 Terjadinya conflict of interest (COI)
 Belanja Barang dan Jasa

Andri Williyanto Prawira Sitorus SE.,Ak
 Penyimpangan prosedur pengadaan barang dan jasa. Untuk menghindari hal ini,
beberapa cara telah dilakukan dengan mendorong eproc, pembentukan ULP,
penerapan HPS, pengaturan COI, Whistleblower system, transparansi dan






akuntabilitas sistem pengadaan.
Bantuan Sosial
 Penyimpangan peruntukan
 Penggelapan
 Fiktif
Pungutan Daerah
 PERDA tidak mengacu pada UU
 Penghasilan aparat
DAU/DAK/Dekonsentrasi
 Penyalahgunaan wewenang pada APBD
 Pelaporan tidak standar
 Alokasi penggunaan tidak transparan

Berhubungan dengan niat dan perilaku, tindak korupsi dapat terjadi karena keadaan yang terpaksa
dan memaksa. Corruption by need atau Terpaksa dilakukan karena ingin memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari yang tidak tercukupi oleh gajinya yang rendah. Untuk Corruption by greed
atau Memaksa dilakukan karena adanya sifat keserakahan untuk bisa hidup secara berlebihan

(bermewah-mewahan). Dari tulisan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa korupsi terjadi
karenanya adanya pertemuan antara niat dan kesempatan, dan kesempatan terjadi karena adanya
kelemahan sistem.
Jenis-jenis Korupsi
Berdasarkan UU 31/1999 jo UU 20/2001, maka korupsi dalam digolongkan kebeberapa jenis:

II.

 Delik yang terkait dengan kerugian keuangan negara
 Delik pemberian sesuatu/janji kepada Pegawai Negeri
 Delik penggelapan dalam jabatan
 Delik perbuatan pemerasan
 Delik perbuatan curang
 Delik benturan kepentingan dalam pengadaan
 Delik gratifikasi
Peranan Aparatur Pemerintah

Andri Williyanto Prawira Sitorus SE.,Ak
Tuntutan masyarakat umum terhadap pemerintah sangatlah tinggi. Masyarakat menuntut
pelayanan pemerintah yang cepat, harganya terjangkau, kualitasnya baik serta sesuai dengan

kebutuhan nyata. Dalam Pasal 108 ayat (3) KUHAP "Setiap Pegawai Negeri dalam rangka
melaksanakan tugasnya yang mengetahui tentang terjadinya peristiwa yang merupakan tindak
pidana wajib segera melaporkan hal itu kepada penyelidik atau penyidik."
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP), pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah
dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah termasuk Inspektorat Provinsi dan
Inspektorat Kabupaten dengan melakukan pengawasan intern melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya.
Dalam pelaksanaan audit, Standar Audit yang digunakan oleh Inspektorat Provinsi dan
Inspektorat Kabupaten saat ini adalah Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang
ditetapkan

dalam

Peraturan

Menteri

Pendayagunaan


Aparatur

Negara

Nomor:

PER/05/M.PAN/03/2008.
Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah---Standar Tindak Lanjut Audit Kinerja 5300
- KETIDAKPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DAN
KECURANG, "Terhadap temuan yang berindikasi adanya tindakan ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan dan kecurangan, auditor harus membantu aparat penegak hukum
terkait dalam upaya penindak lanjutan temuan."
Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah--Standar Pelaksanaan Audit Investigatif
8000--TANGGUNG JAWAB APIP MEMANTAU TINDAH LANJUT TEMUAN, "APIP harus
memantau tindak lanjut hasil audit investigatif yang dilimpahkan kepada penegak hukum. APIP
harus memantau tindak lanjut kasus penyimpangan yang berindikasi adanya tindak pidana
korupsi/perdata yang dilimpahkan kepada Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi.
Peran Serta Inspektorat
Laporan Inspektorat Kepada KPK:
 Permintaan Audit Investigasi KPK

 Klarifikasi pengaduan masyarakat
 Laporan secara resmi
 Laporan disampaikan informal oleh inspektur

Andri Williyanto Prawira Sitorus SE.,Ak



Laporan disampaikan oleh auditor
Laporan disampaikan oleh LSM

Kompetensi Auditor
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) pasa 59 ayat (2), pembinaan penyelenggaraan SPIP adalah BPKP. Pembinaan
penyelenggaraan APIP meliputi peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern
pemerintah.
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) tanggal 19 Desember 2012, sesuai
pengukuhan pengurus AAIPI merelease infromasi bahwa hasil pemetaan data APIP berdasarkan
pendekatan Internal Audit Capability Model (IACM) terhadap 331 APIP menyatakan bahwa 94%
APIP di pusat dan daerah tidak bisa mendeteksi terjadinya korupsi.