PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRA docx

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI DENGAN
TEKNIK OBJEK LANGSUNG MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Published : 04:42 Author : Gst Made Suartawan,M.Pd

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya
kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan
kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pada hakikatnya fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi, baik
lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan
berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, mengungkapkan gagasan,
perasaan, pendapat, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa
dan kemampuan memperluas wawasan. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia haruslah

diarahkan pada hakikat Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai alat komunikasi. Sebagaimana
diketahui bahwa sekarang ini orientasi pembelajaran bahasa berubah dari penekanan pada
pembelajaran aspek bentuk ke pembelajaran yang menekankan pada aspek fungsi. Proses
komunikasi pada hakikatnya adalah proses negoisasi pesan dalam suatu konteks atau situasi
menurut Sampson (dalam Depdiknas2005:7).

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan, tidak
hanya penting dalam kehidupan pendidikan, tetapi juga sangat penting dalam kehidupan
masyarakat. Keterampilan menulis itu sangat penting karena merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Dengan menulis siswa dapat
mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan perasaan yang
dimiliki. Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa dalam menulis.

Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung. Bahwa menulis adalah suatu kegiatan yangaktif dan produktif serta
memerlukan cara berpikir yang teratur yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Keterampilan
seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman
sebagai suatu keterampilan yang produktif. Menulis dipengaruhi oleh keterampilan produktif
lainnya, seperti aspek berbicara maupun keterampilan reseptif yaitu aspek membaca dan
menyimak serta pemahaman kosa kata, diksi, keefektifan kalimat, penggunaan ejaan dan

tanda baca. Pemahaman berbagai jenis karangan serat pemahaman berbagai jenis paragraf
dan pengembangannya.

Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP)

sebagai Kurikulum 2006

telah

yang

diberlakukan

sekarang

yang

di sekolah-sekolah mulai


ditetapkan
tahun

2006.Kurikulum 2006 ini juga diterapkan dalam pembelajaran Bahasa dan SastraIndonesia.
Dalam Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan perlu

ditegaskan

bahwa

tugas

sebagai guru adalah membelajarkan siswa, bukan mengajar. Siswalah yang harus didorong
agar secara aktif berlatih menggunakan bahasa khususnya pada keterampilan menulis.
Tugas guru adalah menciptakan situasi dan kondisi agar siswa belajar secara optimal untuk
berlatih menggunakan bahasa agar komopetensi yang diharapkan dapat tercapai.


Berkaitan dengan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, dalam Kurikulum2006
yaitu Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP),

pembelajaran

Bahasa

dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi
dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis. Standar
kompetensi Bahasa dan Sastra Indonesia yang merupakan kualifikasi kemampuan minimal
peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan
sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain itu Standar kompetensi adalah
dasar bagi siswa untuk dapat memahami dan mengakses perkembangan lokal, regional, dan
global.

Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya
kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan
kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru merupakan kunci

dan sekaligus ujung tombak pencapaian misi pembaharuan pendidikan, mereka berada di titik
sentral untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar
yang untuk mencapai tujuan dan misi pendidikan nasional yang dimaksud. Oleh karena itu,
secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih profesional, inovatif, perspektif, dan proaktif
dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

Pada

kesempatan

ini,

peneliti

(guru)

membahas

tentang


keterampilan menuliskhususnya menulis paragraf deskripsi. Selama ini berdasarkan hasil
observasi, keterampilan siswa untuk menulis masih sangat terbatas, terlebih lagi untuk
dapatmenulis paragraf deskripsi mereka kesulitan untuk dapat membedakan jenis-jenis
paragraf. Agar dapat menulis kadang-kadang siswa perlu dipacu dengan menggunakan teknik
dan media yang menarik. Untuk itu guru perlu mencari upaya yang dapat membuat siswa
tertarik agar siswa dapat menulis dengan baik.

Dalam menulis dibutuhkan adanya ketelitian, kepaduan, keruntutan dan kelogisan antara
kalimat satu dengan kalimat yang lain, antara paragraf dengan paragraf berikutnya sehingga
akan

membentuk

sebuah

karangan

yang

baik


dan

utuh.

Pengajaran menulis,

khususnya menulis paragraf deskripsi adalah keterampilan yang bertujuan untuk mengajukan
suatu objek atau suatu hal yang sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada di
depan kepala pembaca.

Melalui penelitian ini,

peneliti

mencoba

satu

pembaharuan


untuk

meningkatkan

keterampilan menulis paragraf deskripsi yaitu melalui penggunaan teknik objek langsung.
Penggunaan teknik objek langsung ini sebagai alternatif pembelajaranmenulis paragraf
deskripsi sehingga diharapkan siswa akan lebih tertarik untuk menuangkan ide atau gagasan
dalam bentuk tulisan dan diharapkan dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam
pembelajaran menulis. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang baru agar
dapat memberdayakan siswa. Strategi pembelajaran itu antara lain pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa belajar dengan bermakna. Pendekatan
kontekstual diharapkan dapat mendorong siswa agar menyadari dan menggunakan
pemahamannya untuk mengembangkan diri dan penyelesaian berbagai persoalan yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pendekatan kontekstual yang demikian
diharapkan siswa dapat mengerti makna belajar, manfaat belajar, status mereka, serta
bagaimana mereka mencapai semua itu. Mereka akan menyadari bahwa apa yang mereka
pelajari akan berguna bagi hidupnya nanti.

Pendekatan kontekstual komponen pemodelan dengan teknik objek langsung diharapkan

dapat mengenalkan atau menunjukkan, memotivasi, dan menarik minat siswa kelas X Mesin
3

SMK

Tunas

Harapan

Pati

dalam menulis paragraf

deskripsi,

dan

diharapkan

keterampilan menulis paragraf deskripsi akan meningkat.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disimpulkan, permasalahan yang dapat dirumuskan
sebagai berikut ini.

1.

Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis paragraf deskripsi siswa kelas X

Mesin 3 SMK Tunas Harapan Pati setelah mendapatkan pembelajaranmenulis paragraf
deskripsi dengan menggunakan teknik objek langsung melalui pendekatan kontekstual
komponen pemodelan ?

2.

Bagaimanakah perubahan sikap dan tingkah laku siswa setelah mendapatkan

pembelajaran menulis paragraf deskripsi dengan menggunakan teknik objek langsung melalui
pendekatan kontekstual komponen pemodelan ?


C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut.

1.

Mendeskripsikan

peningkatan prestasi belajar

siswa

dalam

pembelajaran menulis paragraf deskripsi dengan menggunakan teknik objek langsung pada
siswa kelas X Mesin 3 SMK Tunas Harapan Pati.

2.

Mendeskripsikan perubahan sikap dan tingkah laku siswa kelas X Mesin 3 SMK Tunas

Harapan Pati setelah mendapatkan pembelajaran menulis paragraf deskripsi melalui teknik
objek langsung.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai dua manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan manfaat teoretis, yaitu dapat
memberikan sumbangan pemikiran dan tolok ukur kajian pada penelitian lebih lanjut yaitu
berupa

alternatif

pendidikan dan

yang

dapat

mempertinggi

dipertimbangkan
interaksi

belajar

dalam

usaha

mengajar,

memperbaiki mutu
khususnya

dalam

pembelajaran menulis paragraf deskripsi. Manfaat teoretis lainnya adalah menambah
khasanah pengembangan pengetahuan mengenai pembelajaranmenulis paragraf deskripsi.
Selain itu, juga mengembangkan teori pembelajaranmenulis paragraf deskripsi dengan
menggunakan teknik objek langsung.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dibagi menjadi empat yaitu:
bagi siswa, guru, sekolah.

a. Manfaat bagi siswa

Dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis pada umumnya danmenulis paragraf
deskripsi pada khususnya, dan meningkatkan kreativitas dan keberanian siswa dalam berpikir.

b. Manfaat bagi guru

Untuk memperkaya khasanah metode dan strategi dalam pembelajaran menulis, untuk dapat
memperbaiki

metode

mengajar

yang

selama

ini

digunakan,

agar

dapat

menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik dan tidak membosankan, dan dapat
mengembangkan

keterampilan guru Bahasa

dan Sastra Indonesiakhususnya

dalam

menerapkan pembelajaran menulis paragraf deskripsi dengan menggunakan teknik objek
langsung.

c. Manfaat bagi sekolah

Dapat

dijadikan

bahan

pertimbangan

dalam

rangka

memajukan

dan

meningkatkanprestasi sekolah yang dapat disampaikan dalam pembinaan guru ataupun
kesempatan lain bahwa pembelajaran menulis khususnya menulis paragraf deskripsi dapat
menggunakan teknik objek langsung sebagai bahan pencapaian hasil belajar yang maksimal.

BAB II

LANDASAN TEOREI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

Upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis pada siswa telah banyak dilakukan. Hal ini
terbukti dengan banyaknya penelitian yang dilakukan oleh para ahli bahasa maupun para
mahasiswa. Penelitian tersebut
itu, penelitian tersebut

belum

semuanya

memerlukan penelitian lanjutan

menyempurnakan penelitian sebelumnya.

sempurna.
demi

Oleh
melengkapi

karena
dan

Beberapa

hasil penelitian yang

berhubungan

dengan

topik penelitian ini

yaitupenelitian tentang peningkatan keterampilan menulis yang akan dijadikan sebagai kajian
pustaka dalam penelitian. Penelitian tersebut dilakukan oleh Esti (2004), Anis (2005), Ishmah
(2006).

Penelitian Esti (2004) yang berjudul Peningkatan Keterampilan MenulisKarangan Deskripsi
Menggunakan Elemen Bertanya PembelajaranKontekstual Pada Siswa Kelas IIE SMP
Negeri 1 Garung Kabupaten Wonosobo, menyimpulkan bahwa dengan digunakannya elemen
bertanya

pembelajaran

kontekstual

sangat

mendukung

peningkatan

kemampuan menulissiswa. Hal ini terbukti dari hasil penelitian tersebut yang menunjukkan
adanya peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi dengan menggunakan elemen
bertanya. Skor rata-rata kelas pada tahap prasiklus sebesar 50,37. Pada siklus I skor rata-rata
kelas meningkat sebesar 15,54 menjadi 65,91. Sedangkan pada siklus II skor rata-rata kelas
meningkat sebesar 12 menjadi 77,91. Dengan demikian, hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran keterampilan menuliskarangan deskripsi dengan menggunakan elemen
bertanya dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas IIE SMP
Negeri 1 Garung Kabupaten Wonosobo.

Penelitian Anis (2005) yang berjudul Peningkatan Keterampilan MenulisDeskripsi dengan
Teknik Menulis Terbimbing pada Siswa Kelas IIB SLTP Negeri 3 Kradenan Kecamatan
Kradenan

Kabupaten

Grobogan, membahas

tentang

bagaimanakah

peningkatan

keterampilan menulis karangan deskripsi siswa melalui teknik menulis terbimbing, dengan
tujuan untuk meningkatkan keterampialnmenulis deskripsi dan meningkatkan prilalu positif
siswa kelas IIB SLTP Negeri 3 Kradenan Kabupaten Kudus.

Penelitian ini

termasuk penelitian tindakan

kelas

dengan

subjek penelitianketerampilan menulis siswa kelas IIB SLTP Negeri 3 Kradenan. Setelah
dilaksanakan penelitian teknik terbimbing pada siswa, ternyata ada peningkatan pada
keterampilan menulis deskripsi siswa. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan siswa
dalam menulis karangan deskripsi pada aspek isi karangan, aspek bahasa, aspek ejaan dan
tanda baca, aspek kesatuan gagasan, aspek diksi, dan aspek judul karangan. Dari semua
aspek tersebut, dapat disimpulkan nilai rata-rata siklus I 38,33 %, nilai rata-rata siklus II
44,04 %, sedangkan dari siklus I ke tes siklus II sebesar 96,54 %.

Penelitian Ishmah

(2006)

yang

berjudul Peningkatan

Keterampilan MenulisParagraf

Eksposisi dengan Menggunakan Media Animasi Berbasis Komputer pada Siswa Kelas X3
SMA

Negeri

7

Semarang,

meneliti

penggunaan

media

animasi

sebagai

alternatif menulis paragraf eksposisi. Penelitian ini didasarkan pada hasil tindakan siklus I
dan hasil tindakan siklus II. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan pada
siklus I ke siklus II. Pada siklus I hasil rata-rata nilai adalah 65,07. Setelah dilakukan
tindakan siklus II, Nilai rata-rata meningkat menjadi 76,27. Hasil tersebut mengalami
peningkatan sebesar 11,19 atau 17,19 % dari siklus I. Hasil tersebut membuktikan bahwa
pembelajaranmenulis paragraf eksposisi menggunakan media animasi berbasis komputer
dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa. Selain itu, terdapat juga perubahan tingkah
laku siswa dalam menulis paragraf eksposisi yaitu siswa menjadi lebih berminat
dan aktif dalam mengikuti belajar mengajar.

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan tersebut, terdapat persamaan, yaitupenelitian yang
dilakukan sama mengenai keterampilan menulis. Namun, ada beberapa perbedaan yaitu objek
kajian

dan

teknik

pembelajaran.

dilakukan, penelitian tersebut

dapat

Terkait
menjadi

denganpenelitian-penelitian yang
panduan

bagi

peneliti

sudah
untuk

melakukan penelitian lebih lanjut.

Berdasarkan kajian pustaka tersebut, dapat diketahui bahwa Penelitian Tindakan Kelas
tentang menulis memiliki persamaan, yaitu bahwa penelitian menulis sudah dilakukan oleh
beberapa peneliti, keterampilan siswa untuk menulis masih relatif rendah sehingga perlu
adanya peningkatan keterampilan menulis bagi siswa melalui percobaan penggunaan metode,
media, dan pendekatan yang berbeda.

Perbedaannya, setiap penelitian mempunyai ide yang baru dalam hal cara sehingga hasilnya
pun berbeda. Akan tetapi, penelitian tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu
meningkatkan keterampilan menulis siswa. Para peneliti menggunakan teknik, metode, dan
media maupun pendekatan yang bervariasi tujuannya adalah untuk meningkatkan
kemampuan
dilakukan

keterampilan menulis siswa.
maka

pada

Berdasarkanpenelitian yang

kesempatan

ini

sudah

peneliti

pernah
akan

melakukan penelitian tentang menulis paragraf deskripsi. Tentunya dengan metode, dan
teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini guru menggunakan teknik objek langsung sebagai
teknik dalam pembelajaran keterampilan menulis paragraf deskripsi. Penelitian yang akan
dilakukan adalah bagaimana peningkatan keterampilan menulis paragraf deskripsi dengan
menggunakan teknik objek langsung melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan
pada siswa kelas X Mesin 3 SMK Tunas Harapan Pati.

Penelitian ini sebagai tindak lanjut dari penelitian-penelitian yang sudah ada, dengan tujuan
untuk memberikan pemikiran dan tolok ukur kajian pada penelitian-penelitian lebih lanjut
sehingga

dapat

menambah

khasanah

pengembangan

pengetahuan

mengenai

pembelajaran menulis khususnya menulis paragraf deskripsi dengan teknik objek langsung.
Dengan teknik objek langsung yang pembelajarannya dilakukan di dalam dan di luar kelas
diharapkan siswa tidak merasa jenuh dan dapat menungkan ide serta gagasannya. Selain itu,
kelebihan dalam menulis paragraf deskripsi dengan menggunakan teknik objek langsung ini,
agar pembaca dapat merasakan dan masuk ke dalam inspirasi penulis. Penelitianini
diharapkan dapat menjadi alternatif peningkatan keterampilan menulis paragraf deskripsi dan
mengubah perilaku siswa kelas X Mesin 3 SMK Tunas Harapan Pati.

B. Landasan Teori

Teori-teori yang akan dipaparkan dalam landasan teoretis ini berkaitan denganpenelitian ini
yaitu meliputi teori tentang keterampilan menulis, hakikat menulisparagraf deskripsi, hakikat
objek langsung, pembelajaran kontekstual, kaitan antara pendekatan kontekstual dengan
pembelajaran menulis, dan pembelajaranmenulis paragraf deskripsi melalui teknik objek
langsung. Teori-teori ini akan menjadi landasan dalam penelitian ini.

1) Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis adalah

keterampilan

yang

paling

kompleks,

karena

keterampilan menulis merupakan suatu proses perkembangan yang menuntut pengalaman,
waktu, kesepakatan, latihan serta memerlukan cara berpikir yang teratur untuk
mengungkapkannya dalam bentuk bahasa tulis. Oleh sebab itu, keterampilan menulis perlu
mendapat perhatian yang lebih dan sungguh-sungguh sebagai salah satu aspek keterampilan
berbahasa.

2) Hakikat Menulis

Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif untuk mengungkapkan ide,
pikiran, gagasan dan pengetahuan. Dalam kegiatan menulis ini, maka penulis haruslah
teampil

memanfaatkan

sebagai kegiatan produktif
sebagai kegiatan yang

grafologi,

struktur

bahasa,

dan

karena kegiatan menulis menghasilkan
ekspresif

kosakata.
tulisan,

dan

Disebut
disebut

karena kegiatan menulis adalah kegiatanyang

mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan pengetahuan penulis kepada pembaca (Tarigan
1983:3-4).

3) Hakikat Menulis Paragraf Deskripsi

Deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu obyek atau suatu
hal sedemikian rupa, sehingga obyek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca,
seakan-akan para pembaca melihat sendiri obyek itu (Keraf 1995:16). Deskripsi memberi
satu citra mental mengenai sesuatu hal yang dialami, misalnya pemandangan, orang atau
sensasi.

Fungsi utama dari deskripsi adalah membuat para pembacanya melihat barang-barang atau
obyeknya, atau menyerap kualitas khas dari barang-barang itu. Deskripsi membuat kita
melihat yaitu membuat visualisasi mengenai obyeknya, atau dengan kata lain deskripsi
memusatkan uraiannya pada penampakan barang. Dalam deskripsi kita melihat obyek
garapan secara hidup dan konkrit, kita melihat obyek secara bulat.

Misalnya kita akan membuat deskripsi tentang sebuah rumah, diharapkan menyajukan
banyak penampilan individual dan karakteristik dari rumah itu, dan beberapa aspek yang
dapat dianalisis seperti : besarnya, materi konstruksinya, dan rancangan arsitekturnya.
Demikian pula deskripsi suatu daerah pedesaan kurang bertalian dengan ciri-ciri studi
topografis, tetapi lebih terfokus pada macam-macam keistimewaan umum, dan suasana lokal
yang menarik. Karena sasaran yang dituju adalah memberi perhatian pada penampilan yang
khas dari obyeknya. Deskripsi lebih memberikan citra yang menarik mengenai objek itu.
Deskripsi banyak kaitannya dengan hubungan pancaindera dan pencitraan, maka banyak
tulisan deskripsi di klasifikasikan sebagai tulisan kreatif.

Tujuan menulis deskripsi adalah membuat para pembaca menyadari dengan hidup apa yang
diserap penulis melalui pancaindera, merangsang perasaan pembaca mengenai apa yang
digambarkannya, menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung. Objek yang dideskipsikan
mungkin sesuatu yang bisa ditangkap dengan pancaindera kita, sebuah pemandangan alam,
jalan-jalan kota, tikus-tikus selokan atau kuda balapan, wajah seseorang yang cantik molek,
atau seseorang yang putus asa, alunan musik atau gelegar guntur, dan sebagainya.

Paragraf deskripsi merupakan penggambaran suatu keadaan dengan kalimat-kalimat,
sehingga menimbulkan kesan yang hidup. Penggambaran atau lukisan itu harus disajikan
sehidup-hidupnya, sehingga apa yang dilukiskan itu hidup di dalam angan-angan pembaca.

Deskripsi lebih menekankan pengungkapannya melalui rangkaian kata-kata. Walaupun untuk
membuat deskripsi yang baik, penulis harus mengadakan identifikasi terlebih dahulu, namun
pengertian deskripsi hanya menyangkut pengungkapa melalui kata-kata. Dengan mengenal
ciri-ciri obyek garapan, penulis dapat menggambarkan secara verbal obyek yang ingin
diperkenalkan kepada para pembaca.

Maka dapat disimpulkan bahwa paragraf deskripsi merupakan paragraf yang melukiskan
suatu objek sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, dan merasakan hal-hal yang
ditulis pengarang.

4) Hakikat Objek Langsung

Teknik pembelajaran menulis objek langsung bertujuan agar siswa dapat menulisdengan
cepat berdasarkan objek yang dilihat. Guru menunjukkan objek kepada siswa di depan kelas,
misalnya sebuah patung, vas bunga, mobil-mobilan, dan lain-lain. Dari objek tersebut siswa
dapat membuat tulisan secara runtut dan logis berdasarkan objek yang dilihatnya. Alat yang
dibutuhkan adalah objek-objek yang bervariasi sesuai dengan tema pembelajaran. Teknik ini
dapat dijalankan secara perseorangan maupun secara kelompok (Suyatno 2004:82).

Penerapan yang digunakan dalam pembelajaran menulis paragraf
menggunakan

teknik

objek

langsung

deskripsi

ini, guru menyampaikan

dengan

pengantar

kemudianguru memajang beberapa objek di depan kelas, setelah siswa melihat objek
tersebut, siswa mulai mengidentifikasi objek, lalu siswa membuat tulisan secara runtut dan
logis.

Teknik

pembelajaran menulis objek

langsung

bertujuan

agar

siswa

dapat menulis dengan cepat berdasarkan objek yang dilihat. Teknik ini dapat dijalankan
secara perseorangan maupun secara kelompok dengan cara observasi langsung. Siswa secara
langsung dapat menuangkan ide atau gambaran sesuai apa yang mereka lihat sesuai dengan
pancaindera jadi kesannya membuat tulisan itu menjadi hidup. Model observasi langsung
memang akan memuaskan harapan pembaca karena dianggap sebagai jalan menuju
obyektivitas dan pembaca benar-benar dapat merasakan apa yang mereka baca seolah-olah
mereka melihat sendiriobjek yang ada dalam tulisan tersebut.

5) Pembelajaran Kontekstual

Sumber daya manusia yang semakin maju, maka dunia pendidikan sangat menuntut untuk
menciptakan lingkungan belajar yang alamiah sesuai dengan pola pikir siswa. Belajar akan
lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan hanya sekedar
mengetahuinya saja. Oleh karena itu, melalui pembelajaran kontekstual diharapkan target
penguasaan materi akan lebih berhasil dan siswa dapat semaksimal mungkin untuk
mengembangkan kompetensinya.

a. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar di
mana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks
yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal
untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Nurhadi dan
Senduk 2003:13).

Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang
menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar
ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih
relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan
dalam pembelajaran seumur hidup.

Banyak manfaat yang dapat diambil oleh siswa dalam pembelajaran kontekstual yaitu
terciptanya ruang kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi peserta aktifbukan hanya
pengamat yang pasif, dan mereka akan lebih bertanggung jawab dengan apa yang mereka
pelajari. Pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja
keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan
pengetaBABhuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru.

Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual ini adalah membantu siswa dalam mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Selain itu guru juga
memberikan kemudahan belajar kepada siswa, dengan menyediakan berbagai sarana dan
sumber belajar yang memadai. Gurutidak hanya menyampaikan materi pembelajaran yang
berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan
siswa untuk belajar. Lingkungan belajar yang kondusif sangat diperlukan, maksudnya belajar
dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari “guru akting di depan kelas,
siswa menonton” ke “siswa aktif bekerja dan berkarya gurumengarahkan”. Pengajaran harus
berpusat pada “bagaimana cara” siswa menggunakan pengetahuan baru mereka sehingga
strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan dengan hasilnya.

Guru bukanlah sebagai yang paling tahu, melainkan guru harus mendengarkan siswasiswanya dalam berpendapat mengungkapkan ide atau gagasan yang dimiliki oleh
siswa. Guru bukan lagi sebagai penentu kemajuan siswa-siswanya, tetapi gurusebagai
seorang pendamping siswa dalam pencapaian kompetensi dasar. Menurut Zahorik (dalam
Mulyasa 2006:219) ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran
kontekstual yaitu (1) Pembelajaran harus memperhatikan, pengetahuan yang sudah dimiliki
oleh peserta didik; (2) Pembelajaran dimulai dari keseluruhan menuju bagian-bagiannya
secara khusus; (3) Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara : menyusun
konsep sementara, melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang
lain, merevisi dan mengembangkan konsep; (4) Pembelajaran ditekankan pada upaya
mempraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajari; (5) Adanya refleksiterhadap strategi
pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.

Pendekatan kontekstual maksudnya adalah suatu konsep belajar di mana menghadirkan
situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan keluarga dan masyarakat. Hasil pembelajaran
diharapkan akan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis, dan
melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjang (Nurhadi
dan Senduk 2003:4).

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada
keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata,
sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil
belajar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan
sehari-hari, peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan memperoleh
makna yang mendalam terhadap apa yang mereka pelajari.

Pembelajaran kontekstual ini memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan,
karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta didik dapat mempraktekkan
secara langsung apa yang telah mereka pelajari.

Pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk memahami hakikat, makna, dan manfaat
belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin, dan termotivasi untuk senantiasa belajar,
bahkan kecanduan untuk belajar. Kondisi ini akan terwujud, ketika siswa menyadari tentang
apa yang mereka perlukan untuk hidup, dan bagaimana cara untuk menggapainya.

b. Komponen Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual mempunyai tujuh komponen utama pembelajaran, diantaranya
yaitu (1) kontruktivisme (contructivism), (2) bertanya (questioning), (3) menemukan
(inquiry), (4) masyarakat belajar (learning community), (5) pemodelan (modeling),
(6) refleksi (reflection), dan (7) penilaian sebenarnya (authentic assessement).

Kontruktivisme (contructivism) merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran
kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit). Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Siswa perlu dibiasakan
untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut
dengan ide-ide. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Esensi
dari

teori

konstruktivisme

adalah

ide

bahwa

siswa

harus

menemukan

dan

mentransformasikan satu informasi komplek ke situasi lain, dan apabila dikehendaki,
informasi itu menjadi milik sendiri.

Bertanya (questioning) adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk
menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan. Bertanya merupakan strategi utama
pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang
sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai keterampilan berpikir
siswa. Hal ini merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis
inkuiri, yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan
mengarahkan pada aspek yang belum diketahuinya.

Menemukan (inquiry) merupakan

bagian

inti

dari kegiatan pembelajaran

berbasis

kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengikat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dalam inkuiri terdiri
atas siklus yang mempunyai langkah-langkah antara lain (1) merumuskan masalah, (2)
mengumpulkan data melalui observasi, (3) menganalisi dan menyajikan hasil tulisan, gambar,
laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, (4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil
karya pada pembaca, teman sekelas, atau audiens yang lain.

Masyarakat belajar (learning community), hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama
dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antarteman, antarkelompok, dan
antarmereka yang tahu ke mereka yang sebelum tahu. Dalam masyarakat belajar, anggota
kelompok yang terlibat dalam kegiatan masyarakat memberi informasi yang diperlukan oleh
teman bicaranya dan juga meminta informasi yang diperlukan dari teman bicaranya.

Pemodelan (modeling) yaitu dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan
tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang
dipikirkan, mendemonstrasikan bagaiman gurumenginginkan para siswanya untuk belajar,
dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya melakukan. Pemodelan dapat
berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar.

Refleksi (reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu.Refleksi merupakan
gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Kunci dari itu semua
adalah, bagaimana pengetahuan mengendap dibenak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah
dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru.

Penilaian yang sebenarnya (authentic assessement), merupakan prosedur penilaian pada
pembelajaran

konekstual

yang

memberikan

gambaran

perkembangan

belajar

siswanya. Assessement adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu
diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran
dengan benar. Jika data yang dikumpulkan oleh guru mengidentifikasi bahwa siswa
mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera mengambil tindakan tepat agar siswa
terbebas dari kemacetan tersebut.

Melalui penelitian ini, peneliti mencoba untuk menerapkan pembelajaran kontekstual
komponen pemodelan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalammenulis paragraf
deskripsi dengan menggunakan teknik objek langsung.

6) Pembelajaran Menulis dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan

Menulis merupakan keterampilan yang harus dilatih, karena menulis bukan merupakan
keterampilan alami. Oleh karena itu, bagi setiap penulis diharapkan untuk dapat menuangkan
ide dan gagasannya dengan baik dan jelas agar pembaca tidak bingung dalam membacanya.
Menurut Owens (dalam Soenardji 1998:102) dalam hubungannya dengan pengajaran
bahasa, menulis adalah menggabungkan sejumlah kata menjadi kalimat yang baik dan benar
menurut tata bahasa dan menjalinnya menjadi wacana yang tersusun menurut penalaran yang
tepat.

Dalam Kurikulum 2006 atau yang sekarang ini disebut sebagai Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), bahwa pembelajaran diserahkan kepada siswa danguru hanya
sebagai fasilitator. Siswa tidak lagi menjadi objek belajar melainkan sebagai subjek belajar.
Oleh karena itu, siswa harus aktif dalam belajar, termasuk juga dalam pembelajaran menulis.

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran menulis paragraf deskripsi ini adalah
pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Kaitan antara pembelajaranmenulis dengan
pendekatan ini adalah terdapat pada langkah pembelajarannya. Langkah yang pertama yang
dilakukan oleh guru adalah memberikan contoh sebuah paragraf deskripsi dengan
menunjukkan satu objek misalnya saja bunga,dari objek itu diharapkan siswa mampu
mengembangkan sebuah paragraf karena mereka melihat sendiri objek yang akan ditulis ke
dalam sebuah paragraf deskripsi .

Melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan ini diharapkan siswa merasa lebih
mudah dalam menulis karena mereka sudah mempunyai gambaran yang telah diberikan
oleh guru melalui sebuah contoh, dan diharapkan siswa dapat mengembangkan ide, pikiran,
dan gagasan mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

7) Pembelajaran Menulis Paragraf Deskripsi Melalui Teknik Objek Langsung

Tujuan teknik pembelajaran menulis paragraf deskripsi agar siswa dapat menulisparagraf
deskripsi melalui pengamatan secara langsung, dengan begitu siswa dapat mengungkapkan
atau mengekspresikan gagasan, ide, mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa
dalam menulis.

Berdasarkan teori (Suyatno 2004:82) dapat dirumuskan beberapa cara yang dilakukan
oleh guru dalam

pembelajaran menulis dengan

teknik

objek

langsung

yaitu

(1) Guru memberikan pengantar singkat tentang teknik pembelajaran menulisparagraf
deskripsi; (2) Guru membagi kelompok berdasarkan objek yang akan diamati oleh siswa;
(3) Guru menyuruh siswa untuk keluar kelas selama 45 menit; (4) Setelah siswa
selesai menulis paragraf deskripsi sesuai dengan objek yang ditentukan oleh guru, kemudian
siswa mempresentasikan secara individu sesuai dengan pembagian kelompok objek yang
berbeda; (5) Setiap kelompok dengan objek yang berbeda mengomentari hasil yang ditulis
oleh siswa; (6) Gurumerefleksi proses kegiatan hari itu.

Upayakan pembelajaran menulis paragraf deskripsi ini dirancang dengan tepat agar siswa
senang, tertarik, dan menantang. Guru menentukan objek yang akan ditulis kedalam paragraf
deskripsi pada setiap kelompok, tetapi dikerjakan secara individu agar siswa bebas dalam
berekspresi dan menuangkan ide dalam bentuk tertulis.

C. Kerangka Berpikir

Kemampuan menulis memberikan makna yang penting untuk berkomunikasi secara tidak
langsung

dalam

kehidupan.

Memiliki

kemampuan menulis tidaklah

semudah

yang

dibayangkan oleh banyak orang. Semakin banyak kita berlatih menulis, maka akan semakin
menguasai

keterampilan

tersebut.

Tidak

ada

orang

yang

dapat

langsung

terampil menulis tanpa melalui suatu proses latihan.

Sebagai

upaya

untuk

meningkatkan

keterampilan menulis khususnya menulisparagraf

deskripsi, guru harus menerapkan pengetahuannya mengenai teknik dalam mengajar. Peneliti
dalam hal ini sebagai guru menggunakan teknik objek langsung guna mengaktifkan siswa
dalam pembelajaran.

Penggunaan teknik objek langsung akan menuntut siswa berpikir aktif menuangkan apa yang
ia pikirkan dan ia rasakan. Teknik objek langsung juga dapat membantu siswa untuk
mengalirkan secara bebas apapun yang telah tersimpan di dalam pikiran dan perasaan siswa.

Lingkungan fisik, sosial, atau budaya merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan
belajar siswa. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek
kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan membuat anak
merasa senang dalam belajar. Mengalami langsung apa yang sedang dipelajari akan
mengaktifkan

lebih

banyak

indera

daripada

hanya

mendengarkan

orang

lain

atau guru menjelaskan. Membangun pengamatan dan pemahaman serta pengalaman langsung
akan lebih mudah daripada membangun pemahaman dari uraian lisan guru. Belajar dengan
cara mengalami langsung akan meningkatkan kreatifitas siswa dalam menuangkan ide atau
gagasan dalam bentuk tulisan.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu keterampilan menulis paragraf deskripsi sikap,
dan tingkah laku siswa kelas X Mesin 3 SMK Tunas Harapan Pati akan mengalami
peningkatan

jika guru menerapkan

teknik

objek

pembelajaran menulis paragraf deskripsi ke arah yang positif.

langsung

dalam

Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENGARUH TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEMATANGAN SOSIAL REMAJA AWAL DI FULL DAY SCHOOL

0 50 2

DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN KECIL-KECIL PUNYA KARYA (KKPK) SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DI SMP

1 60 18

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV (EMPAT) SDN 3 TEGALSARI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

23 110 52

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY DI KELAS VB SD NEGERI 5 SUMBEREJO KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

7 63 30

EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 6E PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

2 37 45

PENINGKATAN KESTABILAN ENZIM LIPASE DARI Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 DENGAN AMOBILISASI MENGGUNAKAN BENTONIT

3 96 80