BAB II. DESKRIPSI PROYEK - Terminal Terpadu Amplas (Arsitektur Metafora)

BAB II. DESKRIPSI PROYEK

  2.1 Terminologi Judul

  “ TERMINAL TERPADU AMPLAS judul ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

  Judul proyek ini adalah Secara terminologi, .

  1. Terminal Pengertian Terminal ialah Perhentian bus, kereta, dsb.) ; penghabisan ; stasiun ; titik dimana penumpang dan barang masuk dan keluar dari sistem ; merupakan komponen fungsional utama dari sistem, sering juga merupakan prasarana yang perlu biaya besar dan titik dimana kongesti (kemacetan) mungkin

  1 terjadi.

  2. Terpadu

  2 Sudah dipadu (disatukan, dilebur menjadi satu, dsb).

  3. Amplas Kecamatan Medan Amplas adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota

  Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Amplas berbatasan dengan Medan Johor di sebelah barat, Kabupaten Deli Serdang di timur, Kabupaten Deli Serdang di selatan, dan Medan Kota dan Medan Denai di utara.

  Jadi, berdasarkan beberapa terminologi pengertian di atas, maka “Terminal

  Terpadu Amplas

  “ dapat diartikan sebagai suatu termpat atau bangunan yang berfungsi untuk mewadahi dan melayani kebutuhan transportasi penumpang dan barang yang sudah dipadukan dengan fungsi lainnya yang terletak di kecamatan medan amplas.

  2.2 Tinjauan Umum

  Tinjauan umum membahas tentang terminal dan unsur-unsur di dalamnya, termasuk terminal penumpang secar umum.

  1 Kamus Besar Bahasa Indonesia

  2 Kamus Besar Bahasa Indonesia

2.2.1 Terminal

  Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan transportasi memiliki posisi yang penting dan strategi dalam pembangunan, maka perencanaan dan pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan sistem yang terpadu. Untuk terlaksananya keterpaduan intra dan antar moda secara lancar dan tertib maka ditempat-tempat tertentu perlu dibangun dan diselenggarakan terminal.

  Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, terminal merupakan prasarana transportasi jalan untuk barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan satu wujud simpul jaringan transportasi. senada dengan UU No 14 Tahun 1992, dalam Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 Tentang angkutan jalan umum, terminal adalah sarana transportasi untuk keperluan memuat dan menurunkan orang atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan satu simpul jaringan transportasi.

  Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Terminal Transportasi merupakan:

  1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum.

  2. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoperasian lalu lintas.

  3. Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barang.

  4. Unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi kehidupan kota.

2.2.1.1 Fungsi Terminal

  Pengelolaan terminal yang mampu menyesuaikan dengan perkembangan, terkendali dan terarah (coach terminal) berkaitan dengan : perencanaan, infrastruktur, system management dan informasi, lingkungan dan kerjasama serta pengaturan bebagai kepentingan yang aktif dalam kawasan terminal. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan terminal yang terarah dapat dilihat pada gambar 2.1 Berbagai kepentingan yang ada dalam terminal adalah aktivitas transit, kewenangan, sistem pengendalian serta berbagai kepentingan yang mempengaruhi pengelolaan terminal secara terarah dan terkendali sesuai dengan tuntutan perkembangan di masa depan.

  Menurut Budi (2005: 182-183) dalam buku pembangunan kota tinjauan regional dan lokasi terminal, fungsi terminal adalah sebagai berikut :

  1. Menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan moda transportasi.

  2. Menyediakan sarana untuk simpul lalu lintas.

  3. Menyediakan tempat utuk menyiapkan kendaraan.

Gambar 2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengelolaan Terminal Yang Terarah (Coach Terminal)

  Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995. Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

  1. Fungsi terminal bagi penumpang, adalah untuk kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda atau kendaraan lain, tempat fasilitas-fasilitas informasi dan fasilitas parkir kendaraan pribadi.

  2. Fungsi terminal bagi pemerintah, adalah dari segi perencanaan dan manajemen lalu lintas untuk menata lalulintas dan angkutan serta menghindari dari kemacetan, sumber pemungutan retribusi dan sebagai pengendali kendaraan umum.

  3. Fungsi terminal bagi operator/pengusaha adalah pengaturan operasi bus, penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awak bus dan sebagai fasilitas pangkalan.

2.2.1.2 Jenis Terminal

  Terminal adalah bagian dari infrastruktur transportasi yang merupakan titik lokasi perpindahan penumpang ataupun barang. Pada lokasi itu terjadi konektivitas antar lokasi tujuan, antar modal, dan antar berbagai kepentingan dalam system transportasi dan infrastruktur. Pengelolaan pada berbagai hal tersebut perlu diperhatikan dan dikembangkan untuk pengembangan manajemen terminal. Kegiatan pengelolaa, regulasi (peraturan) dan norma norma yang disepakati akan menentukan perkembangan terminal secara terarah (coach terminal) - (Gromule, 2007). Terminal dibagi beberapa kategori yang meliputi :

  1. Terminal Penumpang adalah Prasarana Transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikan penumpang, perpindahan intra/atau moda transportasi serta mengatur kedatangan pemberangkatan kendaraan angkutan penumpang umum; Terminal penumpang dapat dikelompokan atas dasar tingkat penggunaan terminal kedalam tiga tipe sebagai berikut :

  a. Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.

  b. Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan.

  c. Terminal penumpang tipe C berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan.

  Unsur penting bagi eksistensi sebuah terminal penumpang adalah adanya angkutan umum dan penumpang, tanpa keduanya terminal tidak bermakna apapun hanya sebatas sebuah bangunan. Angkutan umum merupakan salah satu media transportasi yang digunakan masyarakat secara bersama-sama dengan membayar tarif. Angkutan umum yang biasa beroperasi dalam terminal meliputi : angkot, bis, ojek, bajaj, taksi dan metromini. Penumpang adalah masyarakat yang menaiki atau menggunakan jasa angkutan (bus). Jadi ruang transit penumpang adalah bangunan peneduh terbuka besar yang berfungsi sebagai tempat istirahat sementara atau duduk-duduk, menunggu bus, menunggu teman, membaca koran serta mengobrol santai yang berada dalam terminal.

  2. Terminal Barang adalah Prasarana Transportasi jalan untuk keperluan membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra/atau moda transportasi angkutan barang;

  3. Terminal Peti Kemas adalah terminal dimana dilakukan pengumpulan peti kemas dari hinterland ataupun pelabuhan lainnya untuk selanjutnya diangkut ke tempat tujuan ataupun terminal peti kemas yang lebih besar lagi. Terminal peti kemas yang berkembang dengan pesat dalam beberapa tahun belakangan ini adalah Terminal peti kemas JICT, KOJA di Jakarta, TPS di Surabaya, TPK Semarang, TPK Belawan.

2.2.2 Terminal Penumpang

2.2.2.1 Persyaratan Lokasi Terminal Penumpang

  1. Rencana umum tata ruang;

  2. Kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal;

  3. Keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar moda;

  4. Kondisi topografi lokasi terminal; 5. Kelestarian lingkungan.

  Penetapan lokasi terminal penumpang tipe A harus memenuhi persyaratan:

  1. Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lalu lintas batas negara;

  Penentuan lokasi terminal penumpang dilakukan dengan memperhatikan rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana umum jaringan transportasi jalan.

  3. Jarak antara dua terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 20 km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau Sumatera dan 50 km di pulau lainnya;

  4. Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 ha di pulau lainnya;

  5. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 100 m di Pulau Jawa dan 50 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.

  Penetapan lokasi terminal penumpang tipe B harus memenuhi persyaratan:

  1. Terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi;

  2. Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIB;

  Lokasi terminal penumpang tipe A, tipe B dan tipe C, ditetapkan dengan memperhatikan:

  2. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIA;

  3. Jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa dan 30 km di Pulau lainnya;

  4. Tersedia lahan sekurang-kurangnya 3 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 2 ha untuk terminal di pulau lainnya;

  5. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 50 m di Pulau Jawa dan 30 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.

  Penetapan lokasi terminal penumpang tipe C harus memenuhi persyaratan:

  1. Terletak di dalam wilayah Kabupaten daerah Tingkat II dan dalam jaringan trayek pedesaan;

  2. Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi kelas IIIA;

  3. Tersedia lahan sesuai dengan permintaan angkutan;

  4. Mempunyai akses jalan masuk atau keluar ke dan dari terminal, sesuai kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal.

2.2.2.2 Kriteria Pembangunan Terminal Penumpang

  Pembangunan terminal penumpang harus dilengkapi dengan: 1. rancang bangun terminal; 2. analisis dampak lalu lintas; 3. analisis mengenai dampak lingkungan.

  Pembuatan rancang bangun harus memperhatikan: 1. Fasilitas penumpang yang disyaratkan.

  2. Pembatasan yang jelas antara lingkungan kerja terminal dengan lokasi peruntukkan lainnya, misalnya pertokoan, perkantoran, sekolah dan sebagainya.

  3. Pemisahan antara lalu lintas kendaraan dan pergerakan orang di dalam terminal.

  4. Pemisahan yang jelas antara jalur angkutan antar kota antar propinsi, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Manajemen lalu lintas di dalam terminal dan di daerah pengawasan terminal.

2.2.2.3 Kriteria Perencanaan Terminal

  Kriteria perencanaa terminal terdiri dari :

  1. Sirkulasi lalu lintas Jalan masuk dan keluar kendaraan harus lancar, dan dapat bergerak dengan mudah. Jalan masuk dan keluar calon penumpang kendaraan umum harus terpisah dengan keluar masuk kendaraan.

  Kendaraan di dalam terminal harus dapat bergerak tanpa halangan yang tidak perlu. Sistem sirkulasi kendaraan di dalam terminal ditentukan berdasarkan: a. Jumlah arah perjalanan

  b. Frekuensi perjalanan

  c. Waktu yang diperlukan untuk turun/naik penumpang Sistem sirkulasi ini juga harus ditata dengan memisahkan jalur bus/kendaraan dalam kota dengan jalur bus angkutan antar kota.

  2. Fasilitas utama Fasilitas utama terminal terdiri dari:

  a. jalur pemberangkatan kendaraan umum

  b. jalur kedatangan kendaraan umum

  c. tempat tunggu kendaraan umum

  d. tempat istirahat sementara kendaraan umum

  e. bangunan kantor terminal

  f. tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar, menara pengawas, loket penjualan karcis, rambu-rambu dan papan informasi, yang memuat petunjuk jurusan, tarif, dan jadwal perjalanan, pelataran parkir kendaraan pengantar dan taksi.

  g. kamar kecil/toilet

  h. musholla i. kios/kantin j. ruang pengobatan k. ruang infromasi dan pengaduan telepon umum l. tempat penitipan barang m. Taman. n. Kegiatan sirkulasi penumpang, pengantar, penjemput, sirkulasi barang dan pengelola terminal. o. Macam tujuan dan jumlah trayek, motivasi perjalanan, kebiasaan penumpang dan fasilitas penunjang

  3. Fasilitas penunjang Fasilitas penunjang sebagai fasilitas pelengkap dalam pengoperasian terminal antara lain: a. Turun naik penumpang dan parkir bus harus tidak mengganggu kelancaran sirkulasi bus dan dengan memperhatikan keamanan penumpang.

  b. Luas bangunan ditentukan menurut kebutuhan pada jam puncak berdasarkan kegiatan adalah: c. Tata ruang dalam dan luar bangunan terminal harus memberikan kesan yang nyaman dan akrab.

  4. Luas pelataran parkir Luas pelataran parkir terminal tersebut di atas ditentukan berdasarkan kebutuhan pada jam puncak berdasarkan: a. Frekuensi keluar masuk kendaraan

  b. Kecepatan waktu naik/turun penumpang

  c. Kecepatan waktu bongkar/muat barang

  d. Banyaknya jurusan yang perlu di tampung dalam sistem jalur Sistem parkir kendaraan di dalam terminal harus ditata sedemikian rupa sehingga rasa aman, mudah dicapai, lancar dan tertib. Ada beberapa jenis sistem tipe dasar pengaturan platform, teluk dan parkir adalah:

  a. Membujur, dengan platform yang membujur bus memasuki teluk pada ujung yang satu dan berangkat pada ujung yang lain. Ada tiga jenis yang dapat digunakan dalam pengaturan membujur yaitu satu jalur, dua jalur, dan shallow saw tooth.

  b. Tegak lurus, teluk tegak lurus bus-bus diparkir dengan muka menghadap ke platform, maju memasuki teluk dan berbalik keluar. Ada beberapa jenis teluk tegak lurus ini yaitu tegak lurus terhadap platform dan membentuk sudut dengan platform.

2.2.2.4 Alternatif Standar Terminal

  Terminal penumpang berdasarkan tingkat pelayanan yang dinyatakan

dengan jumlah arus minimum kendaraan per satu satuan waktu mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut: 1.

  Terminal tipe A 50 -100 kendaraan/jam

  2. Terminal tipe B 25

  • – 50 kendaraan /jam

  3. Terminal tipe C 25 kendaraan/jam

  

2.2.2.5 Persyaratan Teknis, Luas, Akses Dan Pejabat Penentu Lokasi

Pembangunan Terminal

  1. Luas Terminal Penumpang Untuk masing-masing tipe terminal memiliki luas berbeda, tergantung wilayah dan tipenya, dengan ketentuan ukuran minimal:

  a. Untuk terminal tipe A di pulau Jawa dan Sumatra seluas 5 Ha, dan di pulau lainnya seluas 3 Ha.

  b. Untuk terminal penumpang tipe B di pulau Jawa dan Sumatra seluas 3 Ha, dan dipulau lainnya seluas 2 Ha.

  c. Untuk terminal tipe C tergantung kebutuhan.

  2. Akses Terminal Penumpang Akses jalan masuk dari jalan umum ke terminal, berjarak minimal:

  a. Untuk terminal tipe A di pulau Jawa 100 m dan di pulau lainnya 50 m,

  b. Untuk terminal penumpang tipe B di pulau Jawa 50 m dan di pulau

  lainnya 30 m, c. Untuk terminal penumpang tipe C sesuai dengan kebutuhan.

  3. Penentuan Lokasi Terminal Penumpang Penentuan lokasi dan letak terminal penumpang dilaksanakan oleh:

  a. Direktur Jenderal setelah mendengar pendapat Gubernur Kepala

  Daerah Tingkat I, untuk Terminal penumpang Tipe A,

  b. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setelah mendapat persetujuan

  Direktur Jenderal, untuk terminal penumpang tipe B,

  c. Bupati Kepala Daerah/Walikotamadya daerah Tingkat II setelah

  mendapat persetujuan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I terminal penumpang tipe C.

2.2.2.6 Daerah Kewenangan/Pengelolaan Terminal

  Daerah kewenangan/pengelolaan terminal terdiri dari: 1. Daerah lingkungan kerja terminal, merupakan daerah yang diperuntukkan untuk fasilitas utama dan fasilitas penunjang terminal,

2. Daerah pengawasan terminal, adalah daerah di luar daerah lingkungan kerja

  terminal yang diawasi oleh petugas terminal untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas di sekitar terminal.

  2.2.2.7 Penyelenggaraan Terminal Penumpang

  a. pengaturan tempat tunggu dan arus kendaraan umum di dalam terminal,

  pemeriksaan batas kapasitas muatan yang diijinkan, e. pemeriksaan pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa angkutan,

  c. pemeriksaan kendaraan yang secara jelas tidak memenuhi kelaikan jalan, d.

  b. pemeriksaan kartu pengawasan dan jadwal perjalanan,

  a. pemantauan pelaksanaan tarif,

  Kegiatan pengawasan pengoperasian, terminal penumpang meliputi:

  umum kepada penumpang, e. pengaturan arus lalu lintas did aerah pengawasan terminal.

  d. pemberitahuan tentang pemberangkatan dan kedatangan kendaraan

  c. pemungutan jasa pelayanan terminal penumpang,

  yang telah ditetapkan,

  b. pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan menurut jadwal

  2. Pelaksanaan Pengoperasian Terminal Kegiatan pelaksanaan pengoperasian terminal penumpang meliputi:

  Penyelenggaraan terminal penumpang meliputi kegiatan pengelolaan, pemeliharaan, dan penertiban terminal. Kewenangan pengelolaan terminal berada pada Pemerintah Daerah Tingkat II dengan Dinas LLAJ sebagai penyelenggaraannya, sedang Direktorat Jenderal Perhubungan Darat sebagai pembinanya.

  g. Pengaturan jadwal petugas di terminal, h. Evaluasi sistem pengoperasian terminal.

  f. Penyusunan jadwal perjalanan berdasarkn kartu pengawasan,

  e. Penyajian daftar rute perjalanan dan tarif angkutan,

  d. Penataan arus lalu lintas di daerah pengawasan terminal,

  c. Penataan fasilitas penunjang terminal,

  b. Penataan fasilitas penumpang,

  a. Penataan pelataran terminal menurut rute atau jurusan,

  1. Perencanaan Kegiatan perencanaan terminal meliputi:

  Pengelolaan terminal penumpang yang harus dilakukan adalah meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan pengawasan pengoperasian terminal.

  2.2.2.8 Pengelolaan Terminal

3. Pengawasan Pengoperasian Terminal

  f. pencatatan dan pelaporan pelanggaran yang terjadi,

  Secara tabelaris tipologi terminal dapat disarikan menjadi Tabel 2.1 sebagai berikut:

  Melayani angkutan pedesaan Fasilitas -.Jalur pemberangkatan -.Jalur pemberangkatan -.Jalur

  Melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan

  pasal 2 Melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi dan atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.

  31 TH 1995)

  Ketentuan TIPE A TIPE B TIPE C Fungsi Terminal (KM

Tabel 2.1 Tipologi Terminal

  Untuk keperluan pemeliharaan terminal sebagaimana dimaksud diatas, harus dialokasikan anggaran pemeliharaan terminal.

  g. pemeriksaan kewajiban pengusaha angkutan sesuai dengan peraturan

  merawat saluran-saluran air yang ada, d. merawat instalasi listrik dan lampu-lampu penerangan, e. menjaga dan merawat alat komunikasi, f. menyediakan dan merawat sistem hidrant atau alat pemadam kebakaran lainnya yang siap pakai.

  c.

  4. Pemeliharaan Terminal Terminal penumpang harus senantiasa dipelihara sebaik-baiknya untuk menjamin agar terminal tetap bersih, teratur, tertib, rapi serta berfungsi sebagaimana mestinya. Pemeliharaan terminal meliputi: a. menjaga kebersihan bangunan beserta perbaikannya, b. menjaga kebersihan pelataran terminal, perawatan tanda-tanda dan perkerasan pelataran,

  peruntukkannya, i. pencatatan jumlah kendaraan dan penumpang yang datang dan berangkat.

  h. pemantauan pemanfaatan terminal serta fasilitas penunjang sesuai dengan

  perundang-undangan yang berlaku,

2.2.2.9 Tipologi Terminal

  Ketentuan TIPE A TIPE B TIPE C Terminal (KM

  31 TH 1995)

  • .Tempat parkir,
  • .Kantor terminal,
  • .Tempat tunggu,
  • .Menara pengawas,
  • .Loket penjualan karcis,
  • .Rambu-rambu dan papan informasi,
  • .Pelataran parkir pengantar atau taksi.
  • .Kantor terminal
  • .Tempat tunggu
  • .Rambu-rambu dan papan informasi
  • .Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan / atau angkutan lintas batas negara,
  • .Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas
  • .Jarak antar dua terminal penumpang tipe sekurang- kurangnya 20 KM di Pulau Jawa,
  • . Luas lahan yang tersedia sekurang- kurangnya 5 ha,
  • . Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 100 m.
  • .Terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi.
  • .Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIB.
  • .Jarak antar dua terminal penumpang tipe A.
  • .Luas lahan yang tersedia sekurang- kurangnya 3 ha
  • .Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang- kurangnya 50 m.
  • .Terletak di dalam wilayah kabupaten Dati II dan dalam trayek pedesaan.
  • .Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang- kurangnya kelas III C.
  • .Luas lahan yang tersedia sesuai dengan permintaan angkutan.
  • .Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal sesuai dengan kebutuhan
Ketentuan TIPE A TIPE B TIPE C

  • .Tempat parkir
  • .Kantor terminal
  • .Tempat tunggu
  • .Menara pengawas
  • .Loket penjualan karcis
  • .Rambu-rambu dan papan informasi
  • .Pelataran parkir pengantar atau taksi pemberangkatan dan kedatangan
  •   pasal 3 dan kedatangan,

      dan kedatangan

      Lokasi Terminal (KM

      31 TH 1995)

      pasal 11, 12, dan 13

      IIIA,

      Instansi Penetap Lokasi Terminal (KM

      31 TH 1995) Dirjend HubDar mendengar pendapat Gubernur dan Kepala Kanwil DepHub setempat

      Gubernur setelah mendengar pendapat dan Kepala Kanwil DepHub dan mendapat

      Bupati setelah mendengar pendapat dan Kepala Kanwil DepHub dan

      pasal 14 persetujuan dari Dirjend mendapat persetujuan dari Gubernur

      Penyelenggara Direktorat Jenderal Gubernur Bupati Terminal (KM

      31 TH 1995)

      Pasal 17

    2.2.3 Klasifikasi Trayek Angkutan

      Trayek Angkutan adalah lintasan kendaraan umum atau rute untuk pelayanan jasa angkutanyang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dantetap maupun tidak berjadwal.

      Jaringan trayek adalah kumpulan dari trayek-trayek yang menjadi satu kesatuan jaringan pelayanan angkutan orang baik diperkotaan, antar kota dalam propinsi ataupun antar kota antar propinsi.

    2.2.3.1 Jenis Jenis Angkutan Berdasarkan Jenis Trayek

      Ijin trayek angkutan umum jalan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dikelompokkan atas Angkutan trayek tetap dan teratur dan angkutan tidak dalam trayek yang dikenal sebagai izin operasi:

      1. Angkutan Trayek Tetap dan Teratur Angkutan Trayek Tetap dan Teratur melayani lintasan/rute yang tetap dari terminal yang telah ditetapkan ke terminal tujuan yang telah ditetapkan dan dilayani dengan frekuensi tertentu/dilengkapi dengan jadwal perjalanan.

      a. Angkutan Lintas Batas Negara Angkutan Lintas Batas Negara adalah angkutan dari satu ke kota lain yang melewati lintas batas negara dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek.

      b. Angkutan Antar Kota Antar Propinsi Angkutan Antar Kota Antar Propinsi adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang melalui antar daerah Kabupaten / Kota yang melalui lebih dari satu daerah Propinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek.

      c. Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi

      Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang melalui antar daerah Kabupaten / Kota dalam satu daerah Propinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek.

      d. Angkutan Kota Angkutan Kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah Kota atau wilayah ibukota Kabupaten atau dalam

      Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek.

      e. Angkutan Perdesaan Angkutan Perdesaan adalah angkutan dari satu tempat/desa ke tempat lain dalam satu daerah Kabupaten yang tidak termasuk dalam trayek kota yang berada pada wilayah ibukota Kabupaten dengan mempergunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum/Angkot yang terikat dalam trayek.

      2. Angkutan Tidak Dalam Trayek

      a. Angkutan Taksi Angkutan penumpang umum yang diberi tanda khusus dan dilengkapi dengan argometer yang melayani angkutan dari pintu ke pintu dalam operasi terbatas.

      b. Angkutan Sewa Angkutan Sewa adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum yang melayani angkutan dari pintu ke pintu, dengan atau tanpa pengemudi, dalam wilayah operasi yang tidak terbatas, diluar dikenal sebagai car rentals/rent a car seperti Avis, Budget. Angkutan seperti ini sering mempunyai perwakilan di Bandara.

      c. Angkutan Pariwisata Angkutan Pariwisata adalah angkutan dengan menggunakan mobil bus umum yang dilengkapi dengan tanda-tanda khusus untuk keperluan pariwisata atau keperluan lain diluar pelayanan angkutan dalam trayek, seperti untuk keperluan keluarga dan sosial lainnya.

      d. Angkutan Lingkungan Angkutan Lingkungan adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum yang dioperasikan dalam wilayah operasi terbatas pada tertentu, di berbagai daerah Indonesia dikenal sebagai Angkot/Angkutan Kota, yang biasanya menggunakan mobil penumpang (kapasitas penumpang kurang dari 9 orang).

    2.2.3.2 Dimensi Angkutan Bus

      Berdasarkan PP no. 4 Tahun 1993 Kendaraan angkutan penumpang di bedakan menjadi 2 kriteria utama yaitu: A. Mobil Penumpang

      Sesuai dengan Peraturan Pemerintah tersebut, yang disebut dengan mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak- banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.

      Yang termasuk dalam kriteria kendaraan ini antara lain sebagai berikut :

      1. Mobil Penumpang Mobil penumpang dapat dilihat dari gambar 2.2

    Gambar 2.2 Kendaraan Jenis Mobil Penumpang

      2. Kendaraan Penumpang Bonet Mobil penumpang bonet dapat dilihat dari gambar 2.3

    Gambar 2.3 Kendaraan Jenis Penumpang Bonet

      B. Mobil Bus Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8

      (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. Secara garis besar Jenis Mobil bus terbagi menjadi :

      1. Mini Bus Umumnya populasi kendaraan jenis ini dioperasionalkan oleh pengusaha angkutan Antar Jemput (Travel). Sesuai dengan kegunaan dan kebutuhannya, kenyamanan penumpang lebih terjamin. Populasi kendaraan ini terbanyak menggunakan kendaraan Mitsubishi L-300, akhir-akhir ini produsen dari Korea turut meramaikan pasar tipe ini yaitu : KIA dan Hyundai.

      Kapasitas kendaraan jenis ini adalah 9 sampai dengan 10 tempat duduk (termasuk pengemudi). Contoh kendaraan Mini Bus dapat dilihat pada gambar 2.4.

    Gambar 2.4 Kendaraan Jenis Minibus

      2. Micro Bus Jenis kendaraan ini diciptakan untuk memenuhi permintaan pasar yang membutuhkan sebuah angkutan yang dapat diisi lebih banyak penumpang.

      Umumnya kendaraan jenis ini berbasis chassis kendaraan Light Truck yang dimodifikasi menjadi kendaraan Microbus. Dalam kategori ini terdapat dua jens model kendaraan yaitu : Model Microbus dan Bus Kecil. Untuk jenis yang tersebut terakhir, terbanyak Populasinya adalah di daerah Jawa Tengah.

      Kapasitas kendaraan jenis ini adalah 10 sampai dengan 17 tempat duduk (termasuk pengemudi). Contoh kendaraan Mini Bus dapat dilihat pada gambar 2.5.

    Gambar 2.5 Kendaraan Jenis MicrobusGambar 2.6 Kendaraan Jenis Small Bus

      3. Bus Sedang Bus sedang merupakan kendaraan angkutan penumpang yang mempunyai kapasitas 15 sampai dengan 30 tampat duduk (termasuk pengemudi). Bus Sedang ini dibangun dari chassis kendaraan Medium Truck atau Chassis Bus. Contoh kendaraan medium bus dapat dilihat pada

    gambar 2.7. Kendaraan jenis ini dapat digunakan untuk kebutuhan sebagai berikut :

      1. Bus Kota

      2. Bus Karyawan

      3. Bus Pariwisata

      4. Bus Antar Kota

    Gambar 2.7 Kendaraan Jenis Bus Medium

      4. Bus Besar Bus Besar merupakan kendaraan angkutan penumpang yang mempunyai kapasitas 28 sampai dengan 60 tempat duduk (termasuk pengemudi). Bus Besar dibangun dari Chassis Bus yang telah diproduksi oleh ATPM di Indonesia. Contoh kendaraan medium bus dapat dilihat pada gambar 2.7. Kendaraan jenis digunakan untuk kebutuhan sebagai berikut :

      1. Bus Kota

      2. Bus Karyawan

      3. Bus Pariwisata

      4. Bus Antar Kota

    Gambar 2.8 Kendaraan Jenis Bus Besar

    2.2.3.3 Deskripsi Persyaratan Dan Kriteria Ruang

      

    Deskripsi persyaratan dan kriteria ruang terminal bus terdiri dari:

      1. Pola parkir bus Dalam rancangan terminal bis di Imbanagara ini menggunakan pola parker tegak lurus dan kemiringan 45° karena disesuaikan dengan kebutuhan parkir.

      Pola parkir dengan kemiringan 45° & tegak lurus dapat dilihat pada gambar 2.9.

    Gambar 2.9 Pola parkir bus

      2. Pola platforms, area kedatangan & keberangkatan bus Standar pola-pola platform untuk area kedatangan dan keberangkatan bus dapat dilihat pada gambar 2.10 dan 2.11.

    Gambar 2.10 Pola platforms tegak lurus dan memanjangGambar 2.11 Pola platforms posisi miring

      Contoh pola platform area kedatangan dan area keberangkatan bus dapat dilihat pada gambar 2.12

    Gambar 2.12 Area Kedatangan & Keberangkatan

      3. Standar parkir dan perputaran untuk bus Standar parkir dan perputaran untuk bus dapat dilihat pada gambar 2.13, 2.14 dan 2.15.

    Gambar 2.13 Parkir area kedatangan & keberangkatan

      o o

    Gambar 2.14 Perputaran Bus 180 dan 90 o o

    Gambar 2.15 Perputaran Bus 180 dan 90

    2.3 Tinjauan Khusus

      2.3.1 Deskripsi Proyek

      Adapaun deskripsi proyek yang ada yaitu : Judul : Revitalisasi Terminal Amplas Pemilik Proyek : Dinas Perhubungan (Dishub) Sumber Dana : Departemen Dinas Perhubungan, dan Swasta Sifat Proyek : Fiktif Lokasi : Terminal Amplas, Jl. Panglima Denai, Kel. Amplas, Kec.

      Medan Amplas, Kodya Medan, Sumatera Utara, Indonesia

      2.3.2 Sejarah Singkat Terminal Amplas Terminal amplas diresmikan pada 18 september tahun 1991.

      Tahun 1991

    • – 2002 terminal terpadu amplas dikelola oleh : Dinas perhubungan dan Perusahaan Dareah pembangunan (PD Pembangunan). Tahun 2003 - 2009 terminal amplas dikelola oleh : Dinas perhubungan Tahun 2009
    • – sekarang terminal amplas di kelola oleh : Dinas perhubungan dibantu oleh kepolisian untuk menertibkan keamanan di area dan sekitar termminal.

    2.3.3 Kondisi Eksisting Terminal Amplas

      Lokasi terminal amplas berada di jalan panglima denai kecamatan medan amplas yang berada di selatan kota medan yang berfungsi sebagai terminal kelas A yang melayani penumpang MPU, AKDP dan AKAP(khususnya bagian selatan kota medan). Terminal amplas memiliki kapasitas penumpang dan kapasitas bus yang tidak memadai, dan fasilitas fasilitas publik maupun fasilitas bus sangat minim .Batas-batas terminal amplas dapat dilihat pada gambar 2.16 dan 2.17 berupa:

      1. Utara : Rumah Penduduk, Kantor Dishub

      2. Selatan : Rumah Toko

      3. Timur : Pabrik Roti, Rumah Toko, Rumah Penduduk, Kantor Dishub

      4. Barat : Perkebunan Sawit

      4

      1

      3

      2

      5

      6 Gambar 2.16 Lokasi terminal amplas Kantor dinas perhubungan Rumah Toko Amplas Center Ruko Rumah penduduk Perkebunan Sawit Rumah Toko

    Gambar 2.17 Batas - Batas Site

      1

      2

      3

      4

      5

      6 Foto- foto eksisting terminal amplas dapat dilihat pada gambar 2.18 Tampak eksisting Terminal Sirkulasi masuk Bus

      View Terminal dari tempat parkir bus Tempat Parkir bus R.Tunggu dan Loket tiket Retail di dalam Terminal

    Gambar 2.18 Keadaan Existing Terminal

    2.3.4 Studi Banding Proyek Sejenis

    2.3.4.1 South Long Distance Bus Station – Shanghai

      Area : 6.342 km SQ, area metropolitan 2.057 SQ km Populasi : 22 juta Jumlah Bus : sekitar 17.000 Metro : 420 km dengan 269 stasiun % Dari penggunaan transportasi umum: 33%

    Gambar 2.19 South Long Distance Station

      South Long distance Bus Station(gambar 2.19) didirikan pada bulan Mei 30 Desember 2003.

      5 Stakeholders (all state owned companies) :

      1. Shanghai J.Y. Group Company 2. Shanghai South Railway Station Square Investment Co. Ltd.

      3. Dazhong Transportation (Group) Co. Ltd.

      4. Shanghai Jiaoyun Bus Passenger (Group) Co. Ltd.

      5. Shanghai Jinjiang Automobile Service Co. Ltd.

      Perusahaan ini memiliki modal dasar sebesar ¥ 75 juta dan bisnis utama meliputi manajemen stasiun, antar-provinsi kecepatan tinggi, antar-provinsi, transportasi bus

      2 carteran, agen kargo dan manajemen properti dengan total luas bangunan 4.000 m .

      Perusahaan ini memiliki 6 departemen:

      1. General manager assistant office

      2. Finance department

      3. Marketing department

      4. Department of social security

      5. Customer service department

      6. Safety & Supervision Department Stasiun ini mulai beroperasi pada tanggal 10 Desember 2005, saat ini meliputi nasional 15 provinsi dan lebih dari 200 daerah. Stasiun bus terintegrasi dengan rel / kereta bawah tanah / bus lokal. Stasiun bus didasarkan pada

      ‘Shanghai Urban Master Plan’ dan ‘Shanghai Highway Main Hub General Planning’ dan pembangunan nasional Details

    2 Stasiun tiket aula 1000 m , locket ticket 14 tempat, Ruang tunggu sebesar 2000

      2

      m , dapat menampung 1600 penumpang sambil menunggu untuk berdiri dilengkapi

      2

      dengan 100 m dan menawarkan layanan Lounge VIP, Arus puncak penumpang 22 juga dapat membuka pintu kecil, sementara pengiriman tepat waktu dari tiket penumpang, bisnis stasiun, bank, restoran, toko-toko, dan ruang duduk penumpang

      2

      2

      sudah tersedia. Ruang pengiriman paket 700 m , 12.000 m parkir di luar, bisa memarkir 80 bus, 24 di grid pada saat yang bersamaan. Shanghai South Long- distance passenger transport station adalah berbentuk bulan, dengan Shanghai South Railway Station dengan gaya arsitektur kubah ke matahari, bulan dan Tong-hui untuk membangun the art of body, mencerminkan masyarakat saling tergantung dengan solid, saling melengkapi, interoperabilitas, desain yang interkoneksi. Fasilitas South Long distance Bus Station merupakan stasiun penumpang yang cerdas. Outlet, jaringan logistik, drift mobil, Internet, jaringan OA terkait dengan lima jaringan, cerdas dan efisien pembentukan sistem manajemen terpadu, yang mencakup sistem Kartun, sistem pengawasan, sistem alarm pencuri, sistem komunikasi kabel, sistem jaringan komputer, membangun sistem kontrol otomatisasi.

      Komisi Untuk penyelidikan, tiketing, check-in, keamanan kendaraan, kebersihan, dan semua menerapkan operasi manajemen yang cerdas dari masuk dan keluar penumpang dengan menggunakan 'kartu', kondisi, catatan waktu masuk dan keluar load faktor dll, tempat sistem pemantauan untuk mencapai semua tempat, pusat pengelolaan dan pemantauan. 120 pengunjung hanya dalam hitungan detik melalui sistem jaringan dan cara lain untuk mendapatkan rel permintaan, kereta api, jalur bus dan real time traffic dan panduan informasi perjalanan, memfasilitasi transfer Shanghai South Long-distance passenger transport station dengan konsep baru dalam perangkat tiket otomatis , koleksi tarif otomatis, penghematan yang signifikan dalam tenaga kerja, sangat memudahkan kecepatan penumpang lalu lintas, dan meningkatkan efisiensi dan mengurangi kesalahan kesalahan, sehingga industri transportasi penumpang jarak jauh jarak jauh memasuki tahap baru.

      Capital Investment

      Untuk konstruksi, jumlah total ¥ 200.000.000 telah diinvestasikan, ¥ 75.000.000 dibayar oleh dari pemerintah. Dan ¥ 125.000.000 diambil dalam bentuk pinjaman. Setelah 5 tahun beroperasi, perusahaan telah mendapat kembali modal ¥ 95.000.000

      Pendekatan pasar

      Stasiun Bus mengikuti sasaran pendekatan pasar seperti melayani penumpang yang tidak dilayani oleh kereta api dan pesawat.

      Profil Penumpang

      Tempat tunggu penumpang dibuat nyaman dan sangat informatif dengan adanya petunjuk arah setiap 20m (gambar 2.20 dan 2.22). Penumpang dapat mencapai 30%- 40% kapasitas terminal di waktu normal dan bisa mencapai 60-70% di waktu sibuk. persentase penumpang terbesar adalah untuk bisnis dengan tingkat persentase 50% dan diikuti dengan penumpang yang akan pulang ke rumah dengan tingkat persentase 30% (gambar 2.21).

    Gambar 2.20 Tempat Tunggu PenumpangGambar 2.21 Passengers ProfileGambar 2.22 Petunjuk Arah

      Stasiun bus menangani 30.000 penumpang dan mengelola 1.200 bus dalam satu hari. Pada tahun 2009, mengirimkan 320.000 bus, penumpang 6,03 juta secara total. Terminal ini memiliki fasilitas scan bagasi di area antar provinsi dan international (gambar 2.23), dan ruang informasi yang sangat mudah di akses oleh pnumpang (gambar 2.24).

    Gambar 2.23 Baggage Scanning AreaGambar 2.24 Ruang Informasi

      Operational Bus dan Tenaga Kerja

      70% dari perusahaan yang menggunakan jasa stasiun adalah perusahaan publik. Ada beberapa kriteria kualifikasi dan perusahaan bus harus menawarkan tingkat tertentu dari bisnis. Perusahaan bus harus mengoperasikan bus sesuai spesifikasi teknis dan Tehnology dikeluarkan oleh manajer stasiun.

      Number of employees – 360 No.

      Perusahaan ini memliki 360 staff. 160 regular staff (regular staff, manager dan ticker counters staff) dan 200 outsourced (Security fan cleaning service) yang dapat dilihat pada gambar 2.25.

    Gambar 2.25 Number of employees Perusahaan ini memiliki loker penyimpanan ditempatkan di stasiun bus.

      Penumpang dapat menempatkan bagasi mereka di loker dengan membaya biaya. Semua kabin ini terkunci dengan sandi khusus seperti pada gambar 2.26. Terminal ini juga memiliki atm center, terminal departure information dan loket tiket (gambar 2.27, 2.28 dan 2.29)

    Gambar 2.26 Kabin lokerGambar 2.27 Mesin ATM Gambar 2.28 Terminal Departure InformationGambar 2.29 Ticket Counters

    2.3.4.2 ISBT Kashmere Gate ISBT Kashmere Gate (gambar 2.30) di design oleh V.P. Dhamija dan R.A.

      Jinderkumar dan selesai pada tahun 1973 dengan luas area 11 hektar.

    Gambar 2.30 ISBT Kashmere Gate Google Plan & view sekitar bangunan

      Mode Perhubungan

      Dalam blok keberangkatan dua landai dan dua tangga disediakan untuk menghubungkan ruang utama. Sebuah jembatan penyeberangan juga disediakan untuk menghubungkan bangunan terminal antar negara untuk blok DTC. Sebuah kereta bawah tanah untuk mengakses bus DTC telah disediakan, yang mensegregasikan gerakan untuk penumpang yang menggunakan bus lokal dan antar negara (gambar 2.31).

    Gambar 2.31 Ground Plan Kashmere Gate

      Sirkulasi

      Sebuah pola sirkulasi yang efisien diterapkan dalam ISBT tersebut. Ada pemisah antar sirkulasi bus dan non - bus (kendaraan ringan lainnya) karena perbedaan dalam karakter gerakan. Entri terpisah dan exit point untuk layanan bus antar-kota dan intra- kota. pemisah yang tepat untuk kendaraan dan gerakan pejalan kaki.

      Prinsip desain

      Prinsip desain terdapat 3 yaitu : 1. Pemisahan berbagai modus transportasi & kegiatan.

      2. Pemisahan dari pencahayaan dan platform asrama.

      3. Pemisahan penumpang masuk dan keluar pada dua tingkat.

      Lantai dasar

      Lantai dasar adalah area kedatangan memiliki 19 peron untuk menurunkan penumpang (gambar 2.32), ceruk sudut di area kedatangan disediakan untuk menurunkan penumpang yang terlihat pada gambar 2.33, ruang kontrol, ruang penyelidikan dan ruang informasi.

      Ruang terasa membosankan dan gelap karena cahaya alami tidak cukup. Ada cukup banyak fasilitas umum yang disediakan di daerah ini. Ada banyak tempat makan tetapi tidak ada outlet asap yang disediakan.

      Lantai pertama

      Enterance utama dilantai pertama menghubungkan teras keluar masuk. Lounge dan fasilitas seperti kantor pos, penyelidikan dan bank disediakan pada tingkat ini.

      Lantai kedua – keempat

      Pemeliharaan dan staf administrasi ditampung di lantai dua dan berbagai kantor perusahaan transportasi dan staf terminal lainnya di lantai ketiga dan keempat. Pada tingkat keempat, atap koridor telah diturunkan untuk mengakomodasi layanan pipa lantai lima.

    Gambar 2.32 View Arrival Area Kashmere GateGambar 2.33 Arrival Area Plan

      

    Lantai kelima ini dirancang untuk mengakomodasi hotel transit bagi penumpang yang

    bermalam.

    Lantai keenam telah dirancang untuk hunian oleh staf 24 jam dan beberapa staf

    administrasi dengan fasilitas kamar tidur ganda dan kamar tidur single.

      Jalur hiasan pada jendela telah disediakan untuk akomodasi hidup yang lebih baik.

      Link blok

      Link blok adalah blok yang menghubungkan antara kedatangan dan keberangkatan blok di tingkat lantai pertama. Blok ini dirancang untuk loket penjualan tiket.

      Skylight digunakan untuk cahaya alami di daerah link blok. Skylight berbentuk lingkaran dan kerucut. Kolom berongga yang bertindak sebagai skylight untuk blok kedatangan dibawah. Area skylight dapat dilihat pada gambar 2.34.

      Ruang Tunggu di area link blok tidak sering digunakan karena penumpang lebih memilih untuk menunggu di dekat peron keberangkatan bus. Counter di link blok ini hanya digunakan untuk fasilitas pemesanan tiket.

    Gambar 2.34 Section Plan Kasmere Gate

      Area keberangkatan

      Area keberangkatan terbagi menjadi dua tingkat. Yang lebih rendah untuk penumpang dan bus keluar, dan tingkat atas untuk kedatangan, mezzanine juga disediakan untuk kantor dan toilet dari kru bus. Kios dan warung terletak antara ceruk bus dan ruang tunggu, menarik banyak penumpang untuk datang (gambar 2.35).

    Gambar 2.35 Departure Area Plan

      Ceruk sudut disediakan untuk memuat peron yang efisien untuk memuat operasi dan membutuhkan lebih sedikit area. Ceruk sudut disediakan untuk memuat peron, sehingga:

      1. Penumpang memiliki pendekatan yang jelas untuk pintu masuk, 2. Area yang dibutuhkan per kendaraan berkurang.

    Gambar 2.37 Ramp Connet to Upper Lounge, Natural Light in Departure Block Ramp menghubungkan lantai pertama dengan lounge bagian atas untuk memadai oran cacat. Ramp tersebut dapat terlihat paga gambar 2.36. Seluruh bangunan ini cukup dingin di musim panas karena sangat banyak secondary skin di semua sisi yang mencegah sinar matahari langsung, mencegah pemanasan langsung dari daerah internal. Atap area keberangkatan terbuka sangat membantu penerangan secara alami. Tetapi bangunan menjadi sangat dingin di musim dingin, karena terbuka pada semua sisi, dan tidak ada perlindungan dari rancangan dingin (gambar 2.36).

      Area Analisis

      Luas ruang-ruang yang ada di terminal kashmere gate dapat dilihat pada tabel

      2.2 Tabel 2.2 Area analisis