BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Pengetahuan Dengan Peran Perawat Dalam Penanganan Pasien Perihku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah merupakan hasil

  “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitf merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya sikap seseorang

2. Tingkatan Pengetahuan

  Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan antara lain : Tahu (Know) yaitu mengingat suatu materi telah dipelajari sebelumnya, memahami (comprehension) yaitu sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan kembali, Aplikasi (application) yaitu sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi, kondisi sebenarnya dapat menggunakan metode, rumus dan prinsip-prinsip, analisa (analysis) yaitu analisa untuk menjabarkan materi atau objek kedalam suatu komponen. Tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih berkaitan satu sama lain, Sintesis (Synthesis) yaitu suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, evaluasi (evaluation) yaitu evaluasi kemampuan melakukan penilaian atau justifikasi terhadap suatu materi atau objek.

  9

3. Cara untuk memperoleh pengetahuan

  1) Cara tradisional

  a) Cara coba (trial and error)

  Cara ini dlakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memencahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan lain.

  b) Cara kebiasaan otoritas

  Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, dan pemegang pemerintah.

  c) Berdasarkan pengalaman pribadi

  Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan dan cara mengulangi kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang lain yang dapat digunakan cara tersebut.

  d) Memulai jalan pikir

  Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikir baik melalui jalan induksi maupun jalan deduksi. 2)

  Cara Modern Merupakan cara penggambungan antara proses berfikir deduktif- induktif yang dijadikan dasar untuk mengembangkan metode penelitian yang lebih praktis

  Tingkat pengetahuan dibagi 3 kategori (Nursalam, 2008):

  • Tingkat pengetahuan baik apabila respondent dapat

  menjawab dengan benar 76% - 100% dari keseluruhan pertanyaan diberikan

  • Tingkat pengetahuan cukup jika respondent dapat menjawab

  dengan benar 56% - 75% dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan.

  • Tingkat pengetahuan kurang baik jika respondent dapat menjawab dengan benar = 56% dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan 4.

  Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah:

  1. Pendidikan Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

  2. Media Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.

  3. Informasi Pengertian informasi menurut Oxford English Dictionary, adalah “that of which one is apprised or told: intelligence, news”.

  Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumk an, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, basis data. Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari- hari, yang diperoleh dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi.

  4. Sosial budaya dan Ekonomi Sosial berarti berkenaan dengan masyarakat: perlu adanya komunikasi dalam usaha menunjang pembangunan ini. Budaya berarti sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Ekonomi berarti urusan keuangan rumah tangga (organisasi, negara).

  5. Lingkungan Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan yang diperoleh seseorang. Jika seseorang berada di sekitar orang yang berpendidikan maka pengetahuan yang dimiliki seseorang akan berbeda dengan orang yang berada di sekitar orang pengangguran dan tidak berpendidikan.

  6. Pengalaman Memiliki pengalaman yang banyak berbanding lurus dengan peningkatan pengetahuan pada seseorang. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman yang bisa membuat hidup seseorang bisa menjadi lebih baik.

  7. Usia Pada umumnya semakin dewasa seseorang, maka tingkat pengetahuan seseorang akan meningkat.

5. Sikap

  Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

  Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:

  a) Menerima Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperha tikan stimulus yang diberikan (objek). b) Merespon Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

  c) Menghargai Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

  d) Bertanggung jawab Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

  2,2. PERILAKU 1. Defenisi

  Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon), juga suatu tindakan atau perbuatan suatu organisasi yang dapai diamati dan bahkan dipelajari. Dengan demikian perilaku adalah suatu respon terhadap stimulus dan akan sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya, individu atau organisme seakan – akan tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan perilakunya sehingga hubungan stimus dan respon seakan – akan bersifat mekanistis (Notoatmojo, 2003).

  2. Jenis Perilaku

  Perilaku dibagi menjadi dua bagian, yaitu : Perilaku Alami (Innate behavior) dan Perilaku Operan (Operant behavior). Perilaku yang alami merupakan perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan yaitu yang berupa refleks – refleks dan insting – insting. Sedangkan perilaku operan merupakan perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Sebagian besar perilaku manusia adalah perilaku operan (Notoatmojo, 2003) 3.

   Prosedur Pembentukan Perilaku

  Prosedur pembentukan perilaku dimulai dengan melakukan identifikasi tentang hal – hal yang merupakan penguat reinforcer berupa hadiah – hadiah atau rewads bagi perilaku yang dibentuk. Setelah itu melakukan analisa untuk mengidentifikasi komponen – komponen kecil yang membentuk perilaku – perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen – komponen tersebut disusun menuju terbentuknya perilaku yang dimaksud. Selanjutnya dengan menggunakan secara urut, komponen tersebut sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing – masing komponen tersebut. Seterusnya melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang tersusun tersebut (Notoatmojo, 2003).

  4. Bentuk Perilaku

  Bentuk dari perilaku ada dua yaitu Bentuk Pasif (Cover behavior) dan Bentuk Aktif (Operant behavior). Bentuk pasif yaitu respon internal yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Sedangkan bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung (Notoatmojo, 2003).

5. Perubahan Perilaku

  Perubahan – perubahan dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun mengamati terhadap objek yang sama. Motivasi yang diartikan sebagai suatu dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan juga dapat terwujud dalam bentuk perilaku. Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada hakekatnya merupakan faktor keturunan (bawaan). Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek tersebut diatas akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan (Notoatmojo, 2003).

2.3 Perilaku Kekerasan

  2.3.1. Konsep Perilaku Kekerasan

  1. Pengertian Suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan ke dalam diri atau secara destruktif.

  Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panic). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif sebagai verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi lain.

  2. Rentang Respon Marah Adaptif

  Maladaptif Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK

  Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh, gelisah, atau amuk dimana sesorang marah merespon terhadap sesuatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol.

  3. Faktor Predisposisi Ada beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan: a.

  Faktor Psikologis

  Psychoanality Theory ; Teori ini mendukung bahwa perilaku agresif

  merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting. Kesatu insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas dan kedua, insting kematian yang diekspresikan dengan agresifitas. b.

  Faktor Sosial Budaya Kultural dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefenisikan ekspresi agresif mana yang dapat diterima atau tidak dapat diterima. Sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.

  c.

  Faktor Biologis Penelitian neurobiology mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus (yang berada di tengah system limbic), binatang ternyata menimbulkan perilaku agresif.

  d.

  Faktor Presipitasi Secara umum akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang.

2.4. Tanda dan gejala perilaku kekerasan

  1. Fisik Muka merah dan tegang, mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah merah dan tegang, pandangan tajam, mengatup rahang dengan kuat.

3. Verbal

  Bicara kasar, suara tinggi membentak atau berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, mengumpat dengan kata-kata kotor.

  4. Perilaku Melempar atau memukul benda/orang lain, menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan.

  5. Emosi Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkilahi, menyalahkan dan menuntut.

  6. Intlektual Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan.

  7. Spiritual Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.

  8. Sosial Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.

2.5. Tindakan keperawatan 1.

  Bina hubungan saling percaya 2. Diskusikan bersama klien mengenai penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu.

  3. Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.

  4. Diskusikan bersama klien perilaku yang biasa di lakukan pada saat marah secara verbal terhadap orang lain, terdapat lingkungan.

  5. Diskusikan bersama klien akibat perilakunya.

  6. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: distraksi melalui pekerjaan seperti membersihkan lantai, membuat batako, olah raga, dan sebagainya.

2.6. Peran Perawat dalam Perilaku Kekerasan

  Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah dan memanajemen perilaku agresif. Intervensi dapat melalui Rentang Intervensi Keperawatan Strategi Preventif Strategi Antipatif Strategi Pengurungan Kesadaran diri Komunikasi Manajemen Krisis Pendidikan Klien Perubahan Lingkungan Selusion Latihan Asertif Tindakan Perilaku

  Fisikofarmakologi a. Kesadaran diri

  Perawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapinya dapat mempengaruhi komunikasinya dengan klien. Bila perawat tersebut merasa letih, cemas, marah atau apatis maka akan sulit baginya untuk membuat klien tertarik.

  b.

  Pendidikan klien Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara ekspresikan marah yang tepat. Banyak klien yang mengalami kesulitan mengekspresikan perasaannya, kebutuhannnya, hasrat dan bahkan kesulitan berkomunikasi semua ini kepada orang lain. c.

  Latihan asertif Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat

  Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang

  • Mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan
  • Sanggup melakukan komplain
  • Mengekspresikan penghargaan dengan tepat
  • d.

  Komunikasi Starategi berkomunikasi dengan klien perilaku agresif

  Bersikap tenang

  • Bicara lembut
  • Bicara tidak dengan cara menghakimi;
  • Bicara netral dan dengan cara yang kongkrit;
  • Hindari intensitas kontak mata langsung;
  • Demontrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan;
  • Fasilitasi pembicaraan klien:
  • e.

  Perubahan lingkungan Unit keperawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti: membaca, grup program yang dapat mengurangi perilaku klien yang tidak sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya.

  f.

  Tindakan perilaku Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai perilaku yang dapat di terima dan yang tidak dapat diterima, konsekuensi yang di dapat bila kontarak dilanggar dan apa saja kontribusi perawat selama perawatan. g.

  Psikofarmakologi Antianxienty dan Sedative-Hipnotis. Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepines seperti Lorazepam, sering digunakan dalam kedarutan psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klen.

  h.

  Managemen Krisis Bila pada waktu intervensi awal tidak berhasil, maka di perlukan intervensi yang lebih aktif. Prosedur penanganan kedaruratan psikiatri:

  1. Identifikasi pemimpin tim krisis. Sebaiknya dari perawat karena bertanggung jawab selam 24 jam.

  2. Bentuk tim krisis. Meliputi, dokter, perwat, dan konselor.

  3. Beritahu petugas ke amanan jika perlu. Ketua tim harus menjalankan apa saja yang menjadi tugas selama penanganan klien.

  4. Jauhkan klien lain dari lingkungan.

  5. Lakukan pengekangan, jika memungkinkan i.

   Seclusian

  Pengekangan fisik merupakan tindakan keperawatan yang terakhir. Ada dua macam, pengekangan fisik secara mekanik (menggunakan manset, sprei pengekang) atau isolasi (menempatkan klien dalam seseuatu ruang dimana klien tidak dapat keluar atas semuanya sendiri).

  Jenis pengekangan mekanik: Camisole (jaket pengekangan)

  • Manset untuk pergelangan tangan
  • >Manset pergelangan kaki,

  • Indikasi pengekangan 1.

  Menggunakan sprei

  Perilaku amuk yang membahayakan diri sendiri atau orang lain.

  2. Perilaku agitasi yang tidak dapat di kendalikan dengan pengobatan.

  3. Ancaman terhadap integrasi fisik yang berhubungan dengan penolakan klien untuk ber istirahat, makan dan minum.

  (Yosep, 2009)

Dokumen yang terkait

Hubungan Peran Perawat dengan Kemampuan Bersosialisasi pada Pasien Isolasi Sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Prov. Sumatera Utara Medan

9 90 78

Gambaran Peran Keluarga Dalam Pemulihan Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

11 71 87

Hubungan Pengetahuan Dengan Peran Perawat Dalam Penanganan Pasien Perihku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

11 145 81

Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Perilaku Asertif Dengan Tingkat Stres Kerja Pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

2 36 88

Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang Perilaku Kekerasan dengan Kesiapan Keluarga dalam Merawat Pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

18 157 71

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peran - Peran Perawat Dalam Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi Pada Penderita Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengetahuan - Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Discharge Planning Pada Pasien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara

0 0 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan - Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Penerapan Strategi Pelaksanaan Pada Pasien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Medan

0 1 25

Hubungan Pengetahuan Dengan Peran Perawat Dalam Penanganan Pasien Perihku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Pengetahuan Dengan Peran Perawat Dalam Penanganan Pasien Perihku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

0 0 15