Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Media Promosi Enting-Enting Gepuk Kota Salatiga T1 362009006 BAB V

(1)

BAB V

TAHAPAN PRAPRODUKSI 5.1 Riset Tahap I

Pada mulanya penulis memiliki asumsi bahwa terdapat titik jenuh pada produk panganan enting-enting gepuk yang ada di Kota Salatiga. Lain pula banyak konsumen tidak memiliki positioning yang baik terhadap merek enting-enting gepuk di Kota Salatiga yang begitu banyak jumlahnya. Untuk membuktikan hal tersebut maka, penulis melakukan riset tahap I yang membantu menemukan fakta mengenai dunia enting-enting gepuk. Pada tahap ini penulis melakukan observasi atau pengamatan produk panganan enting-enting gepuk yang ada di toko pusat oleh-oleh khas Salatiga. Hal yang menjadi titik fokus observasi pada riset I adalah bagaimana kondisi penjualan enting-enting gepuk dibanyak toko oleh-oleh di Kota Salatiga, bagaimana kondisi fisik atau pengemasan enting-enting gepuk di Kota Salatiga, dan kondisi pembelian konsumen.

Kesimpulan yang penulis temukan pada riset tahap I ini adalah produk panganan enting-enting gepuk di Kota Salatiga memiliki bentuk pengemasan yang sama berbentuk kotak, bentuk dasar yang sama yaitu prisma segitiga, serta visualisasi yang sama dengan pemilihan warna kuning dan merah serta identik dengan bentuk bangunan vihara atau bangunan kelenteng dan identik dengan visualisasi naga. Belum terdapat diferensiasi yang signifikan antar merek yang dapat memberikan cirikhas baru pada produk panganan enting-enting gepuk di Kota Salatiga. Terlebih kondisi penjualan produk panganan enting-enting gepuk yang diletakan pada satu bidang yang diisi oleh banyak merek sehingga, kondisi tersebut seolah-olah membingungkan konsumen dalam keputusan pembelian. Akhirnya hanya merek tertentu yang banyak dibeli pula dibarengi oleh positioning terhadap merek pemain lama yang kuat.

Lalu bagaimana produk enting-enting gepuk dengan merek baru? Bagaimana mereka dapat bertahan dan bersaing diantara banyak merek? Disinilah penulis memiliki pemikiran untuk menciptakan strategi


(2)

2

komunikasi produk terutama pada produk enting-enting gepuk dengan merek baru. Hal ini didasari bahwa produk tersebut merupakan produk asli Kota Salatiga dan belum banyak produsen melakukan proses komunikasi produk melalui media promosi kepada konsumen.

Kendala yang penulis hadapi pada proses ini adalah ketika mencari data jumlah produsen enting-enting gepuk di Kota Salatiga. Untuk mengetahui data tersebut penulis harus mencoba mengkonfirmasi ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Salatiga. Disinilah dibutuhkan sebuah pemahaman mengenai prosedur penelitian yang harus dilalui sebab hal tersebut membutuhkan tenggat waktu yang tidak singkat. Kendala lain adalah ketika merumuskan media promosi yang tepat untuk diaplikasikan pada produk enting-enting gepuk di Kota Salatiga. Langkah yang kemudian penulis ambil adalahproses konstruksi data. Hal ini dilakukan guna menemukan celah yang tepat untuk dijadikan sebagai media promosi enting-enting gepuk. Pada tahap ini penulis mengagas penggunaan media periklanan lini bawah yaitu penggunaan media kemasan enting-enting gepuk serta perubahan bentuk dasar enting-enting gepuk sebagai media promosi. Alasan utama pemilihan media promosi tersebut adalah berpotensi untuk dijadikan media promosi jangka panjang dan dapat membentuk identitas terhadap merek tertentu. Inilah yang kemudian menjadi gagasan yang menjadi bahan penulis untuk dipersuasikan kepada produsen enting-enting gepuk yang ada di Kota Salatiga.

5.2 Tahap Persuasi

Tahapan persuasi ini merupakan tahapan dimana konstruksi ide penulis terhadap produk enting-enting gepuk dipaparkan kepada produsen enting-enting gepuk di Kota Salatiga dan mencapai sebuah kesepakatan kerjasama. Bukan hal yang mudah ketika melakukan persuasi kepada produsen enting-enting gepuk yang ada di Kota Salatiga. Pada proses ini penulis harus mempersiapkan logika yang tepat serta kesiapan mental sebab, pada fase ini penulis telah terhubung kedalam dunia profesional


(3)

dimana, tidak menutup kemungkinan idealis ilmiah advertising penulis dan idealis profesional produsen enting-enting gepuk di kota Salatiga berbenturan atau bahkan idealis ilmiah penulis cenderung menjadi lemah.

Berbagai diskusi serta pertemuan akhirnya diperoleh sebuah kesepakatan untuk melakukan rebranding produk enting-enting gepuk miliki home industry Dewa Rejeki. Adapun alasan penulis untuk melakukan kesepakatan kerjasama adalah bahwa produsen enting-enting gepuk Dewa Rejeki belum memiliki pemahaman yang mendalam seputar dunia periklanan termasuk didalamnya strategi periklanan yang efektif dan efisien. Sejak berdiri pada tahun 2009, belum pernah sekalipun produsen enting-enting gepuk melakukan komunikasi produk kepada segmentasi yang disasar. Upaya serta gagasan yang penulis paparkan bahwa perlu adanya diferensiasi produk pada produk enting-enting gepuk mendukung upaya profesional produsen enting-enting gepuk Dewa Rejeki yang memperluas pengembangan wilayah pemasaran hingga Kota Boyolali, Kota Magelang serta upaya barter produk hingga ke kota-kota besar di Indonesia.

5.3 Perencanaan Iklan 5.3.1 Analisis Situasi

Setelah penulis menemukan media yang tepat sebagai media promosi serta memiliki fokus merek yang hendak dilakukan proses branding maka, tahap selanjutnya adalah menganalisi situasi enting-enting gepuk secara lebih mendalam. Penulis mengadakan riset tahap II yang sekaligus membantu penulis menciptakan filosofi dan merancang pola media promosi yang telah dipilih. Berbagai masukan serta saran penulis konstruksi sehingga untuk memunculkan ide rancangan media promosi penulis melakukan riset tahap II. Pada riset tahap II, penulis melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan pada informan key yang berkaitan dengan permasalahan enting-enting gepuk. Informan key tersebut diantaranya adalah:


(4)

4 1. Produsen enting-enting gepuk

Proses wawancara ini dilakukan dengan produsen enting-enting gepuk Dewa Rejeki. Hal ini dilakukan untuk menemukan data serta fakta dari sudut pandang pelaku bisnis yang berkaitan dengan kondisi pemasaran enting-enting gepuk, kualitas enting-enting gepuk, tingkat penjualan enting-enting gepuk, serta kendala serta peluang yang ada pada industri enting-enting gepuk di Kota Salatiga.

2. Konsumen

Proses wawancara dengan konsumen penulis lakukan untuk menemuan data serta fakta dari sudut pandang konsumen yang berkenaan dengan berbagai pendapat konsumen tentang enting-enting gepuk, keputusan pembelian konsumen, enting-enting gepuk yang ideal, daya beli konsumen serta berbagai evaluasi mengenai enting-enting gepuk di Kota Salatiga. 3. Pedagang

Proses waancara dengan pedagang enting-enting gepuk digunakan untuk mendapat data serta fakta dari sudut pandang pedagang seputar keputusan pembelian, selera konsumen, kapan masyarakat membeli produk serta kondisi jual beli produk enting-enting gepuk di Kota Salatiga.

Terdapat begitu banyak strategi komunikasi guna mengenalkan produk kepada konsumen. Untuk menentukan strategi komunikasi yang tepat diperlukan suatu analisis situasi guna memahami kondisi pasar enting-enting gepuk. Analisis situasi menyajikan seluruh fakta relevan tentang sejarah, pertumbuhan, produk dan jasa, volume penjualan, pangsa pasar, status kompetitif kekuatan dan kelemahan, serta informasi relevan lain tentang perusahaan. Riset kedua ini penulis mengkonstruksi jawaban pada tabel dan juga mengklasifikasikan data lapangan dengan teknik analisis SWOT. SWOT merupakan akronim dari kekuatan (strength,), kelemahan (weakness), kesempatan (oppurtunity), dan ancaman (threat). Melalui tahapan riset II, penulis menemukan satu media baru yang dapat dijadikan peluang untuk dijadikan media promosi yakni berupa media promosi postcard. Hal ini


(5)

dikarenakan pada nyatanya daya beli konsumen tinggi ketika hari raya tertentu. Apresiasi yang baik kepada konsumen melalui media postcard dapat terungkap melalui media postcard tersebut.

Berikut analisis SWOT yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan produsen enting-enting gepukenting–enting gepuk Dewa Rejeki, konsumen enting-enting gepuk, dan pedagang enting-enting gepuk serta pengamatan terhadap fenomena yang terjadi terkait dengan enting-enting gepuk di Kota Salatiga. Hasil terurai pada bagan berikut.


(6)

6 STRENGHT

1. Dikenal sebagai olahan pangan yang khas Kota Salatiga. 2. Menjadi primadona

buah tangan.

3. Diinovasi dengan banyak pilihan rasa. 4. Mudah dijumpai

diseluruh wilayah Kota Salatiga.

5. Tersedia dengan banyak pilihan merek dan harga sehingga pembeli dapat menyesuaikan sesuai kemampuan

ekonominya.

6. Terdapat kemasan ekonomis isi 3 pack. 7. Digemari karena

memiliki rasa yang enak dan manis.

WEAKNESS 1. Banyaknya merek

enting-enting gepuk membuat konsumen bingung dalammenentukan

pembelian.

2. Visualisasi dan bentuk enting-enting hampir serupa antar merek sehingga, tidak ada pembeda yang dapat dilihat secara signifikan. 3. Enting-enting gepuk

belum menjadi primadona pada saat suguhan dihari raya.

4. Masyarakat masih cenderung membeli merek

OPPURTUNITY 1. Banyak konsumen yang rela

pergi ke Kota Salatiga untuk membeli enting-enting gepuk.

2. Belum banyak produsen enting-enting gepuk melakukan proses komunikasi produk kepada konsumen.

3. Sudah dikenal oleh banyak kalangan baik didalam maupun diluar kota.

4. Persebaran enting-enting gepuk sudah menembus berbagai kota seperti Boyolali, Magelang, Semarang, Bandung, Jakarta, dan kota lainnya.

THREAT

1. Enting-enting gepuk sudah ditarik ke industry pabrik yang diproduksi secara masal. Dikemas dengan tampilan yang berbeda tetapi memiliki konsep yang hampir serupa sehingga, dikhawatirkan enting-enting gepuk akanmemudarkan identitas serta asal-usul sejarahnya. 2. Bukan hanya di Kota

Salatiga enting-enting gepuk diproduksi tetapi, juga diproduksi di kota lain seperti di Kota Yogyakarta.

BAGAN 5.1 Analisis SWOT’s


(7)

5.3.2

Decision Making

a.

Tujuan

Adapun tujuan yang dari perancangan ulang enting-enting gepuk Salatiga ini adalah

to add value

atau menambah nilai-nilai tertentu yaitu nilai praktis dan nilai estetik

yang belum dimiliki oleh enting-enting gepuk merek lain di Kota

Salatiga.Penambahan nilai pada produk digunakan agar konsumen mulai sadar dan

memahami produk pula timbul perasaan suka dan memiliki kecenderungan untuk

memilih produk tersebut.

b.

Audiensi / Sasaran

b.1 Targeting Market

Berhubungan dengan segmentasi geografis yang membagi pasar menjadi

unit-unit yang berbeda, semisal; wilayah, negara, kota. Selain itu juga berhubungan

dengan segmentasi demografis yang merupakan pasar dikelompokan

berdasarkan variabel- variabel pendapatan, jenis kelamin, pendidikan, jumlah

penduduk, usia, ukuran keluarga, pekerjaan, agama, ras, kewarganegaraan dan

kelas sosial.

b.2 Target

Audience

Berkaitan dengan segmentasi psikografis yang mengelompokan pasar dalam

variabel gaya hidup, nilai, dan kepribadian.

Berikut data dari target market dan target

audience

yang penulis tetapkan sehubungan

dengan proses

branding

enting-enting gepuk Dewa Rejeki.

Tabel 5.2

Target Market & Target

Audience

Enting-Enting Gepuk

Segmentasi

Demografis

1.

Gender : Laki – laki & Perempuan.

2.

Usia : 17 tahun hingga 56 tahun.

3.

SES : A – B

4.

Pekerjaan : Semua latar belakang pekerjaan.

Segmentasi

Geografis

Secara geografis produk enting–enting gepuk mensasar konsumen yang

berada diwilayah Kota Salatiga. Selain itu pula mensasar konsumen


(8)

8

yang berasal dari berbagai kota yang berkunjung di Kota Salatiga. Kota

Salatiga merupakan kota yang berada didataran tinggi yang terletak

diwilayah provinsi Jawa Tengah. Wilayah Kota Salatiga memiliki

iklim yang dingin dan berudara sejuk karena letaknya yang berada pada

lembah gunung Merbabu.

Segmentasi

Psikografis

1.

Mensasar konsumen yang menyukai kuliner khas dari suatu daerah.

2.

Mensasar konsumen yang menyukai panganan manis dan berbahan

dasar kacang.

3.

Mensasar konsumen yang gemar memberikan oleh – oleh yang

khas kepada keluarga jauh, teman, kolega, atau kerabat.

4.

Mensasar konsumen yang gemar melakukan wisata kuliner.

c.

Strategi Media

Setelah memahami situasi mengenai enting-enting gepuk Salatiga, merupakan saat

yang tepat untuk mulai merencanakan strategi media. Media promosi adalah sarana

yang digunakan untuk mengkomunikasikan suatu produk, jasa,

image

, perusahaan

ataupun yang lain untuk dapat lebih dikenal masyarakat lebih luas.Media promosi

yang penulis rancang lebih merujuk pada media promosi lini bawah yang mempunyai

potensi untuk digunakan dalam jangka panjang. Hal ini dikarenakan media promosi

tersebut mampu untuk memberi nuansa atau cirikhas baru pada produk enting-enting

gepuk sehingga, hal tersebut akan membentuk suatu identitas

brand

. Identitas baru

yang unik dengan memunculkan diferensiasi produk merupakan cara untuk

membentuk

brand awareness

produk sehingga ketika enting-enting gepuk dengan

model perancangan yang baru diproduksi secara masal dan terus menerpa perhatian

konsumen, dapat berpotensi untuk membentuk

positioning

yang baik pada konsumen

akan peoduk.

Strategi media merupakan pemilihan media promosi yang akan diaplikasikan bagi

produk enting-enting gepuk Dewa Rejeki. Penggunaan media promosi yang penulis

pilih merupakan media lini bawah (

bellow the line

) yaitu media promosi kemasan,

bentuk dasar enting-enting gepuk, dan media

postcard.

Pemilihan ketiga media ini

merupakan strategi jangka panjang yang penulis rancang sebab dapat dipergunakan


(9)

dengan jangka waktu yang relatif lama.Hal ini dikarenakan sifat dari media promosi

yang penulis pilih tidak seperti pada media promosi

above the line

yang cenderung

untuk terus diperbaharui pada jangka waktu tertentu.Media promosi yang penulis

pilih merupakan pembentukan identitas produk dalam upaya membentuk

brand

awareness

yang baik pada segmentasi yang disasar.

d.

Pendekatan Kreatif Media Promosi

Ketika berbicara mengenai strategi

branding

produk enting-enting gepuk, harus

terdapat satu pendekatan kreatif sebagai acuan perancangan media promosi

enting-enting gepuk. Pendekatan yang menjadi acuan penulis pada perancangan media

promosi ini adalah pendekatan:

d.1 Pendekatan

Brand image

Pendekatan

brand image

merupakan pendekatan yang

memproyeksikan suatu

produk kepada citra tertentu. Tujuan dari pendekatan ini adalah secara

psikologis konsumen dapat menikmati keuntungan suatu produk yang biasanya

berorientasi pada simbol kehidupan.Simbol kehidupan yang penulis aplikasikan

pada rancangan media promosi ini adalah bagaimana mengkolaborasikan desain

grafis yang melambangkan identitas pencipta enting-enting gepuk dan desain

grafis yang melambangkan identitas daerah makanan tersebut dibuat.Hal ini

secara tersirat memberikan edukasi bagi konsumen mengenai asal-usul

enting-enting gepuk. Selain itu perancangan media promosi ini memberikan cirikhas

baru enting-enting gepuk Salatiga agar tidak diklaim oleh daerah lain atau

industri pabrikan.

d.2 Pendekatan

Inherent Drama

pendekatan ini menekankan pada filosofi Leo

Burnett yang percaya bahwa iklan didasarkan pada landasan manfaat yang

diperoleh konsumen (

Suyanto M. 2004

). Pada perancangan media promosi ini

penulis menciptakan sebuah manfaat estetik yang belum pernah diberikan oleh

produsen enting-enting gepuk lainnya di Kota Salatiga.Manfaat estetik memang

sangat relatif bagi masing-masing orang.Pada nyatanya enting-enting gepuk

dipilih sebagai makanan yang dijadikan buah tangan maka, fungsi estetik

kemasan coba dimunculkan melalui upaya diferensiasi atribut produk.Fungsi

estetik dimunculkan melalui bahan-bahan kemasan yang terbuat dari kertas,


(10)

10

desain grafis yang menarik, penambahan atribut

postcard

yang ditampilkan

sedemikian rupa tanpa adanya media plastik sebagai bahan pembungkus

sehingga menimbulkan kesan elegan ketika dijadikan buah tangan.

d.3

Positioning

Positioning merupakan dasar strategi pemasaran yang dikemukakan oleh Jack

Trout dan Al Ries pada awal tahun 1970-an dan menjadi dasar yang populer

pada pengembangan strategi kreatif.

Positioning

adalah menempatkan suatu

produk untuk mendapat posisi yang baik dibenak konsumen (

Suyanto M. 2004

).

Pada akhirnya berbagai upaya perancangan media promosi ini bertujuan agar

konsumen menyadari dan memahami diferensiasi produk enting-enting gepuk

sehingga pada akhirnya akan tercipta positioning yang baik.

Ketiga pendekatan ini merupakan acuan penulis dalam upaya perancangan media

promosi enting-enting gepuk. Ketiga pendekatan ini akan saling berkaitan dan

dukung sebab pendekatan

brand image

dan pendekatan

inherent drama merupakan

pendekatan yang mencoba memunculkan nilai positif atau nilai tambah dari produk

enting-enting gepuk yang memiliki tujuan akhir untuk menciptakan

positioning

produk pada konsumen.

e.

Filosofi Media

f.

Landasan Filosofi Media Promosi

Ide perubahan pada perancangan media promosi enting-enting gepuk berawal dari

cerita rakyat yang mengungkap tentang kisah terjadinya Kota Salatiga. Menurut cerita

rakyat yang berkembangmenyebutkan bahwa nama Salatiga berawal dari sebuah

peristiwa perampokan yang dialami istri Ki Ageng Pandanarang II. Ki Ageng

Pandanarang II merupakan seorang Adipati Semarang yang memiliki sifat bijaksana

dalam memimpin daerahnya sekaligus juga dikenal sebagai penyuka harta duniawi.

Pada suatu hari Ki Ageng Pandanarang II bertemu dengan seorang tukang rumput

yang pada hari-hari sebelumnya selalu meninggalkan uang didalam kandang. Ki Ageng

Pandanarang II bertanya kepada si tukang rumput “mengapa ia tidak membutuhkan

uang?”.Tukang rumput itu menjawab bahwa “dirinya tidak butuh benda-benda duniawi

yang melimpah karena semuanya tidak ada yang abadi”. Tukang rumput tersebut juga


(11)

berkata kepada sang Adipati bahwa terdapat pula emas didalam tanah istana. Mendengar

jawaban itu, Ki Ageng Pandanarang II merasa dihina oleh tukang rumput itu. Nyatanya

apa yang dikatakan oleh tukang rumput tersebut benar bahwa terdapat emas didalam

tanah istana.

Akhirnya Adipati mengetahui bahwa tukang rumput tersebut adalah Sunan

Kalijaga.Adipati itu memohon maaf dan memohon menjadi murid Sunan Kalijaga.Sunan

Kalijaga menyetujuinya dengan syarat Ki Ageng Pandanarang II melepaskan

kegemarannya pada harta duniawi. Istri sang Adipati, Nyai Pandanarang ingin mengikuti

suaminya akan tetapi, ia tidak rela untuk meninggalkan harta benda. Pada akhirnya pada

suatu perjalanan ketika berguru dengan Sunan Kalijaga, ia meminta suaminya untuk pergi

terlebih dahulu dengan maksud memiliki waktu untuk membawa emas yang disimpan

didalam tongkat bambu.

Didalam perjalanan Sunan Kalijaga dan Ki Ageng Pandanarang II dihalang oleh tiga

orang begal. Kemudian Sunan Kalijaga berkata “jika kau ingin barang berharga,

tunggulah! Sebentar lagi akan lewat seorang wanita tua. Cegatlah!.Kau akan

mendapatkan emas didalam tongkat bambunya”. Kemudian muncul Nyai Pandanarang

dan dirampaslah tongkat bambu yang ia bawa. Ketika bertemu dengan suami dan Sunan

Kalijaga, sambil menangis ia menceritakan peristiwa yang dialami. Sunan Kalijaga

berkata, “Kau tidak mendengarkan kata suamimu.Untuk berguru denganku, kalian harus

meninggalkan harta duniawi.Kejadian ini merupakan salahmu sendiri”.Kemudian untuk

mengingat peristiwa tersebut, Sunan Kalijaga menamakan daerah itu dengan “Salah

Tiga”.Ada tiga yang melakukan kesalahan yakni dirimu sendiri, suamimu, dan para

begal.Sejak peristiwa tersebut muncul sebutan “Salah Tiga"dan pada perkembangannya

nama tersebut berubah menjadi "Salatiga".

Nama Salatiga dapat terurai kedalam dua kata yaitu “salah” dan “tiga”. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Salah” memiliki arti (1) tidak benar; tidak betul. (2)

keliru, khilaf. Kata “Tiga” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti (1)

bilangan yang dilambangkan dengan angka 3 (Arab) atau III (Romawi); (2) urutan ke-3

sesudah ke-2 dan sebelum ke-4; (3) jumlah bilangan 2 ditambah 1. Ketika kata Salatiga

didengar atau dibaca, kata “tiga” lebih dapat dimengerti arti kata daripada kata “Sala”.Hal

tersebut karena “tiga” merupakan kata utuh yang diucapkan secara utuh pula. Pada kata


(12)

12

“Sala”, tidaklah tertulis dan terucap secara utuh sebagai kata “salah”, sehingga seseorang

harus berfikir untuk memahami maksud kata tersebut. Hal inilah yang hendak penulis

tonjolkan yaitu dengan melakukan pengulangan segala sesuatu yang merujuk pada arti

kata ”tiga” guna membantu membentuk cirikhas untuk enting-enting Salatiga.

Ketika terdapat tiga buah garis dan masing-masing ditata secara horizontal maupun

vertikal akan tercipta berbagai wujud abstrak. Pada proses ini, ketika ketiga garis dengan

masing-masing memiliki ukuran yang sama dirangkai dapat membentuk sebuah segitiga

sama sisi. Berbicara mengenai bentuk bangunan dengan menyandingkan kata ”tiga”,

seseorang akan pula cenderung mengingat bentuk segitiga. Wujud fisik kemasan luar

berbentuk segitiga merupakan awal dari mata memandang dan demikian seterusnya

hingga pada bentuk dasar enting-enting gepuk dan juga media

postcard.


(1)

5.3.2 Decision Making a. Tujuan

Adapun tujuan yang dari perancangan ulang enting-enting gepuk Salatiga ini adalah to add value atau menambah nilai-nilai tertentu yaitu nilai praktis dan nilai estetik yang belum dimiliki oleh enting-enting gepuk merek lain di Kota Salatiga.Penambahan nilai pada produk digunakan agar konsumen mulai sadar dan memahami produk pula timbul perasaan suka dan memiliki kecenderungan untuk memilih produk tersebut.

b. Audiensi / Sasaran b.1 Targeting Market

Berhubungan dengan segmentasi geografis yang membagi pasar menjadi unit-unit yang berbeda, semisal; wilayah, negara, kota. Selain itu juga berhubungan dengan segmentasi demografis yang merupakan pasar dikelompokan berdasarkan variabel- variabel pendapatan, jenis kelamin, pendidikan, jumlah penduduk, usia, ukuran keluarga, pekerjaan, agama, ras, kewarganegaraan dan kelas sosial.

b.2 Target Audience

Berkaitan dengan segmentasi psikografis yang mengelompokan pasar dalam variabel gaya hidup, nilai, dan kepribadian.

Berikut data dari target market dan target audience yang penulis tetapkan sehubungan dengan proses branding enting-enting gepuk Dewa Rejeki.

Tabel 5.2

Target Market & Target Audience Enting-Enting Gepuk Segmentasi

Demografis

1. Gender : Laki – laki & Perempuan. 2. Usia : 17 tahun hingga 56 tahun. 3. SES : A – B

4. Pekerjaan : Semua latar belakang pekerjaan. Segmentasi

Geografis

Secara geografis produk enting–enting gepuk mensasar konsumen yang berada diwilayah Kota Salatiga. Selain itu pula mensasar konsumen


(2)

yang berasal dari berbagai kota yang berkunjung di Kota Salatiga. Kota Salatiga merupakan kota yang berada didataran tinggi yang terletak diwilayah provinsi Jawa Tengah. Wilayah Kota Salatiga memiliki iklim yang dingin dan berudara sejuk karena letaknya yang berada pada lembah gunung Merbabu.

Segmentasi Psikografis

1. Mensasar konsumen yang menyukai kuliner khas dari suatu daerah. 2. Mensasar konsumen yang menyukai panganan manis dan berbahan

dasar kacang.

3. Mensasar konsumen yang gemar memberikan oleh – oleh yang khas kepada keluarga jauh, teman, kolega, atau kerabat.

4. Mensasar konsumen yang gemar melakukan wisata kuliner.

c. Strategi Media

Setelah memahami situasi mengenai enting-enting gepuk Salatiga, merupakan saat yang tepat untuk mulai merencanakan strategi media. Media promosi adalah sarana yang digunakan untuk mengkomunikasikan suatu produk, jasa, image, perusahaan ataupun yang lain untuk dapat lebih dikenal masyarakat lebih luas.Media promosi yang penulis rancang lebih merujuk pada media promosi lini bawah yang mempunyai potensi untuk digunakan dalam jangka panjang. Hal ini dikarenakan media promosi tersebut mampu untuk memberi nuansa atau cirikhas baru pada produk enting-enting gepuk sehingga, hal tersebut akan membentuk suatu identitas brand. Identitas baru yang unik dengan memunculkan diferensiasi produk merupakan cara untuk membentuk brand awareness produk sehingga ketika enting-enting gepuk dengan model perancangan yang baru diproduksi secara masal dan terus menerpa perhatian konsumen, dapat berpotensi untuk membentuk positioning yang baik pada konsumen akan peoduk.

Strategi media merupakan pemilihan media promosi yang akan diaplikasikan bagi produk enting-enting gepuk Dewa Rejeki. Penggunaan media promosi yang penulis pilih merupakan media lini bawah (bellow the line) yaitu media promosi kemasan, bentuk dasar enting-enting gepuk, dan media postcard.Pemilihan ketiga media ini merupakan strategi jangka panjang yang penulis rancang sebab dapat dipergunakan


(3)

dengan jangka waktu yang relatif lama.Hal ini dikarenakan sifat dari media promosi yang penulis pilih tidak seperti pada media promosi above the line yang cenderung untuk terus diperbaharui pada jangka waktu tertentu.Media promosi yang penulis pilih merupakan pembentukan identitas produk dalam upaya membentuk brand awareness yang baik pada segmentasi yang disasar.

d. Pendekatan Kreatif Media Promosi

Ketika berbicara mengenai strategi branding produk enting-enting gepuk, harus terdapat satu pendekatan kreatif sebagai acuan perancangan media promosi enting-enting gepuk. Pendekatan yang menjadi acuan penulis pada perancangan media promosi ini adalah pendekatan:

d.1 Pendekatan Brand image

Pendekatan brand image merupakan pendekatan yang memproyeksikan suatu produk kepada citra tertentu. Tujuan dari pendekatan ini adalah secara psikologis konsumen dapat menikmati keuntungan suatu produk yang biasanya berorientasi pada simbol kehidupan.Simbol kehidupan yang penulis aplikasikan pada rancangan media promosi ini adalah bagaimana mengkolaborasikan desain grafis yang melambangkan identitas pencipta enting-enting gepuk dan desain grafis yang melambangkan identitas daerah makanan tersebut dibuat.Hal ini secara tersirat memberikan edukasi bagi konsumen mengenai asal-usul enting-enting gepuk. Selain itu perancangan media promosi ini memberikan cirikhas baru enting-enting gepuk Salatiga agar tidak diklaim oleh daerah lain atau industri pabrikan.

d.2 Pendekatan Inherent Drama pendekatan ini menekankan pada filosofi Leo Burnett yang percaya bahwa iklan didasarkan pada landasan manfaat yang diperoleh konsumen (Suyanto M. 2004). Pada perancangan media promosi ini penulis menciptakan sebuah manfaat estetik yang belum pernah diberikan oleh produsen enting-enting gepuk lainnya di Kota Salatiga.Manfaat estetik memang sangat relatif bagi masing-masing orang.Pada nyatanya enting-enting gepuk dipilih sebagai makanan yang dijadikan buah tangan maka, fungsi estetik kemasan coba dimunculkan melalui upaya diferensiasi atribut produk.Fungsi estetik dimunculkan melalui bahan-bahan kemasan yang terbuat dari kertas,


(4)

desain grafis yang menarik, penambahan atribut postcard yang ditampilkan sedemikian rupa tanpa adanya media plastik sebagai bahan pembungkus sehingga menimbulkan kesan elegan ketika dijadikan buah tangan.

d.3 Positioning

Positioning merupakan dasar strategi pemasaran yang dikemukakan oleh Jack Trout dan Al Ries pada awal tahun 1970-an dan menjadi dasar yang populer pada pengembangan strategi kreatif. Positioning adalah menempatkan suatu produk untuk mendapat posisi yang baik dibenak konsumen (Suyanto M. 2004). Pada akhirnya berbagai upaya perancangan media promosi ini bertujuan agar konsumen menyadari dan memahami diferensiasi produk enting-enting gepuk sehingga pada akhirnya akan tercipta positioning yang baik.

Ketiga pendekatan ini merupakan acuan penulis dalam upaya perancangan media promosi enting-enting gepuk. Ketiga pendekatan ini akan saling berkaitan dan dukung sebab pendekatan brand image dan pendekatan inherent drama merupakan pendekatan yang mencoba memunculkan nilai positif atau nilai tambah dari produk enting-enting gepuk yang memiliki tujuan akhir untuk menciptakan positioning

produk pada konsumen. e. Filosofi Media

f. Landasan Filosofi Media Promosi

Ide perubahan pada perancangan media promosi enting-enting gepuk berawal dari cerita rakyat yang mengungkap tentang kisah terjadinya Kota Salatiga. Menurut cerita rakyat yang berkembangmenyebutkan bahwa nama Salatiga berawal dari sebuah peristiwa perampokan yang dialami istri Ki Ageng Pandanarang II. Ki Ageng Pandanarang II merupakan seorang Adipati Semarang yang memiliki sifat bijaksana dalam memimpin daerahnya sekaligus juga dikenal sebagai penyuka harta duniawi. Pada suatu hari Ki Ageng Pandanarang II bertemu dengan seorang tukang rumput yang pada hari-hari sebelumnya selalu meninggalkan uang didalam kandang. Ki Ageng Pandanarang II bertanya kepada si tukang rumput “mengapa ia tidak membutuhkan uang?”.Tukang rumput itu menjawab bahwa “dirinya tidak butuh benda-benda duniawi yang melimpah karena semuanya tidak ada yang abadi”. Tukang rumput tersebut juga


(5)

berkata kepada sang Adipati bahwa terdapat pula emas didalam tanah istana. Mendengar jawaban itu, Ki Ageng Pandanarang II merasa dihina oleh tukang rumput itu. Nyatanya apa yang dikatakan oleh tukang rumput tersebut benar bahwa terdapat emas didalam tanah istana.

Akhirnya Adipati mengetahui bahwa tukang rumput tersebut adalah Sunan Kalijaga.Adipati itu memohon maaf dan memohon menjadi murid Sunan Kalijaga.Sunan Kalijaga menyetujuinya dengan syarat Ki Ageng Pandanarang II melepaskan kegemarannya pada harta duniawi. Istri sang Adipati, Nyai Pandanarang ingin mengikuti suaminya akan tetapi, ia tidak rela untuk meninggalkan harta benda. Pada akhirnya pada suatu perjalanan ketika berguru dengan Sunan Kalijaga, ia meminta suaminya untuk pergi terlebih dahulu dengan maksud memiliki waktu untuk membawa emas yang disimpan didalam tongkat bambu.

Didalam perjalanan Sunan Kalijaga dan Ki Ageng Pandanarang II dihalang oleh tiga orang begal. Kemudian Sunan Kalijaga berkata “jika kau ingin barang berharga, tunggulah! Sebentar lagi akan lewat seorang wanita tua. Cegatlah!.Kau akan mendapatkan emas didalam tongkat bambunya”. Kemudian muncul Nyai Pandanarang dan dirampaslah tongkat bambu yang ia bawa. Ketika bertemu dengan suami dan Sunan Kalijaga, sambil menangis ia menceritakan peristiwa yang dialami. Sunan Kalijaga berkata, “Kau tidak mendengarkan kata suamimu.Untuk berguru denganku, kalian harus meninggalkan harta duniawi.Kejadian ini merupakan salahmu sendiri”.Kemudian untuk mengingat peristiwa tersebut, Sunan Kalijaga menamakan daerah itu dengan “Salah Tiga”.Ada tiga yang melakukan kesalahan yakni dirimu sendiri, suamimu, dan para begal.Sejak peristiwa tersebut muncul sebutan “Salah Tiga"dan pada perkembangannya nama tersebut berubah menjadi "Salatiga".

Nama Salatiga dapat terurai kedalam dua kata yaitu “salah” dan “tiga”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Salah” memiliki arti (1) tidak benar; tidak betul. (2) keliru, khilaf. Kata “Tiga” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti (1) bilangan yang dilambangkan dengan angka 3 (Arab) atau III (Romawi); (2) urutan ke-3 sesudah ke-2 dan sebelum ke-4; (3) jumlah bilangan 2 ditambah 1. Ketika kata Salatiga didengar atau dibaca, kata “tiga” lebih dapat dimengerti arti kata daripada kata “Sala”.Hal tersebut karena “tiga” merupakan kata utuh yang diucapkan secara utuh pula. Pada kata


(6)

“Sala”, tidaklah tertulis dan terucap secara utuh sebagai kata “salah”, sehingga seseorang harus berfikir untuk memahami maksud kata tersebut. Hal inilah yang hendak penulis tonjolkan yaitu dengan melakukan pengulangan segala sesuatu yang merujuk pada arti kata ”tiga” guna membantu membentuk cirikhas untuk enting-enting Salatiga.

Ketika terdapat tiga buah garis dan masing-masing ditata secara horizontal maupun vertikal akan tercipta berbagai wujud abstrak. Pada proses ini, ketika ketiga garis dengan masing-masing memiliki ukuran yang sama dirangkai dapat membentuk sebuah segitiga sama sisi. Berbicara mengenai bentuk bangunan dengan menyandingkan kata ”tiga”, seseorang akan pula cenderung mengingat bentuk segitiga. Wujud fisik kemasan luar berbentuk segitiga merupakan awal dari mata memandang dan demikian seterusnya hingga pada bentuk dasar enting-enting gepuk dan juga media postcard.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Media Promosi Enting-Enting Gepuk Kota Salatiga T1 362009006 BAB I

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Media Promosi Enting-Enting Gepuk Kota Salatiga T1 362009006 BAB II

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Media Promosi Enting-Enting Gepuk Kota Salatiga T1 362009006 BAB IV

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Media Promosi Enting-Enting Gepuk Kota Salatiga T1 362009006 BAB VI

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Media Promosi Enting-Enting Gepuk Kota Salatiga

0 0 13

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Strategi Promosi Sekolah SMK PGRI 1 Salatiga T1 BAB V

0 0 2

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Enterprise Resource Planning Adempiere untuk Proses Produksi Enting – Enting Gepuk pada Arya Mas Snack Salatiga T1 Full text

0 1 28

T1 Abstract Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Enterprise Resource Planning Adempiere untuk Proses Produksi Enting – Enting Gepuk pada Arya Mas Snack Salatiga

0 1 1

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengelolaan Parkir di Salatiga T1 BAB V

0 0 38

SEJARAH MAKANAN TRADISONAL SALATIGA STUDI KASUS PERSAINGAN USAHA ENTING-ENTING GEPUK DAN GULO KACANG ANTARA PRIBUMI MUSLIM DAN MASYARAKAT NON MUSLIM TAHUN 2000 -2010 SKRIPSI

0 1 115