GERAKAN LEMBAGA DAKWAH KAMPUS DAN EKSISTENSINYA DALAM PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM DI KOTA BANDUNG (1980-1998).

(1)

GERAKAN LEMBAGA DAKWAH KAMPUS DAN EKSISTENSINYA

DALAM PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM DI KOTA BANDUNG

(1980-1998)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh

NURAENI

0906095

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

GERAKAN LEMBAGA DAKWAH KAMPUS DAN EKSISTENSINYA

DALAM PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM DI KOTA BANDUNG

(1980-1998)

Oleh Nuraeni

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Nuraeni

Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

HALAMAN PERNYATAAN

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “GERAKAN LEMBAGA DAKWAH KAMPUS DAN EKSISTENSINYA DALAM PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM DI KOTA BANDUNG (1980-1998)” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas, pernyataan ini saya siap menanggung risiko yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Februari 2014 Yang membuat pernyataan,


(4)

(5)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Skripsi berjudul “Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya Dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung (1980-1998)” mengkaji mengenai perkembangan gerakan Lembaga Dakwah Kampus pada masa rezim Orde Baru. Masalah utama yang dibahas adalah “Bagaimana Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam dikota Bandung (1980-1998)?”. Masalah utama tersebut dibagi menjadi lima pertanyaan penelitian, (1) Bagaimana kebijakan Orde Baru terhadap Gerakan Mahasiswa Islam; (2) Bagaimana latar belakang berdirinya Lembaga Dakwah Kampus; (3) Bagaimana aktivitas-aktivitas Lembaga Dakwah Kampus; (4) Bagaimana sikap Lembaga Dakwah Kampus terhadap isu-isu yang berkaitan dengan Gerakan Islam; (5) Bagaimana dampak Gerakan Lembaga Dakwah Kampus terhadap aktivitas mahasiswa dikota Bandung. Tujuan penelitian ini untuk memperbaiki pemahaman tentang gerakan Lembaga Dakwah Kampus. Metode yang digunakan adalah metode historis dengan melakukan empat langkah penelitian yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sedangkan untuk pengumpulan data penulis melakukan teknik studi literatur dan wawancara terhadap narasumber baik pelaku maupun saksi sejarah. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa gerakan mahasiswa mempunyai peranan penting dalam tonggak perubahan di negeri ini. Setelah di berlakukannya konsep NKK dan BKK, mahasiswa memindahkan pusat kegiatan perkumpulannya di mesjid-mesjid yang tidak bersentuhan langsung dengan politik. Pada saat itu, gerakan Islam maupun organisasi lainnya harus berasaskan Pancasila sebagai satu-satunya asas. Perkumpulan ini justru membentuk suatu organisasi baru yang bernafaskan Islam yaitu LDK. Eksistensi Lembaga Dakwah Kampus ini terlebih dahulu dimesjid Salman ITB, khususnya di kota Bandung sekitar tahun 1980-an. Aktivitas yang di lakukan Lembaga Dakwah Kampus diantaranya manajemen syiar dan kaderisasi. Dimana manajemen syiar mencari objek yang memiliki pemahaman mengenai perangkat dakwah. Sedangkan kaderisasi untuk membina para mahasiswa agar memiliki pemikiran dan kapasitas seorang muslim yang komprehensif. Sikap Lembaga Dakwah Kampus terhadap isu yang berkaitan dengan gerakan Islam mengenai fenomena jilbab bukan dari Menteri Pendidikan tapi kepentingan dari semua dokumen negara sedangkan sumbangan dana sosial berhadiah merupakan sebentuk kupon yang dibeli oleh masyarakat apabila kupon tersebut menang akan dapat hadiah. Karena diiming-imingi hadiah, pemahaman masyarakat berbeda padahal dana ini untuk kepentingan kegiatan olahraga. Dampak gerakan LDK telah membentuk mahasiswa yang intelektual dan profesionalitas menuju kebangkitan Islam serta sebagai penggerak mahasiswa Islam di Indonesia umumnya, khususnya di kota Bandung.


(6)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

This thesis, entitled "College Institute of Propagation Movement and Its existence for Islamic Students Movement in Bandung (1980-1998)", examines the development of College Institute of Propagation movement during the New Order regime. The main issues discussed are "What is the College Institute of Propagation movement and how was its existence for Islamic Students Movement in Bandung (1980-1998)?” Those main issues are divided into five research questions: (1) What was the policy of the New Order for the Students Islamic Movement; (2) What was the establishment background of College Institute of Propagation, (3) What were activities of College Institute of Propagation Movement; (4) How does the College Institute of Propagation posture toward the issues relating to the Islamic Movement ; (5) What was the impact of the College Institute of Propagation movement toward student activities in Bandung. This research aims at improving the understanding of the College Institute of Propagation movement. The method used in this study is the historical method by elaborating four steps of research; they are heuristic, criticism, interpretation and historiography. Additionally, the data collection techniques done are a literature study and interviewing informants both perpetrators and witnesses of the history. The study found that the student movement had an important role in milestone change in this country. After NKK and BKK concepts were applied, the students moved their student activities center to some mosques which were not in direct correlation with politics. At that time, either the Islamic movement or other organizations should be based on Pancasila principal. This meeting precisely formed a new organization in Islamic nuance, College Institute of Propagation (LDK). This LDK prior existed in Bandung Institution of Technology (ITB) in Bandung around 1980. The activities undertaken by LDK included syiar management and forming of cadres. Syiar management looked for objects that had an understanding of the tools of propaganda. Forming of cadres nurtured the students to have a comprehensive capacity and thought as a Muslim. LDK believed the issue related to the Islamic movement about the phenomenon of Islamic headscarves did not come from the Ministry of Education but it was for the interests of all documents of state. Additionally, the funding social donation door prize was a form of coupons purchased by the public. If they lucky, they could win some prizes. Because of using the coupons to entice, their understandings were different, whereas these funds were actually for the benefit of sport activities. Impact of LDK movement had formed the intellectual and


(7)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

professional students toward Islamic revival as well as generally as an activator of Muslim students in Indonesia, especially in Bandung.


(8)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR ……… ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ………... vi

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah ………. 5

1.3 Tujuan Penelitian ………... 6

1.4 Manfaat Penelitian ……… 6

1.5 Struktur Organisasi ……….. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Prinsip-Prinsip Mengenai Hakikat atau Karakteristik Dakwah ………. 10

2.2 Bentuk-Bentuk atau Jenis-Jenis Dakwah ………... 13

2.3 Dakwah Dalam Dinamika Masyarakat ……….. 15

2.4 Penelitian Terdahulu ……….. 17

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 24

3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian ………. 27

3.1.1 Lokasi Penelitian ……… 27

3.1.2 Subjek Penelitian ……… 27

3.2 Persiapan Penelitian ………... 27

3.2.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian ………... 27

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ………... 28

3.2.3 Mengurus Perizinan ……… 28

3.2.4 Persiapan Perlengkapan Penelitian ……… 28


(9)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.3. Pelaksanaan Penelitian ………. 29

3.3.1 Heuristik ………. 29

3.3.2 Kritik Sumber ………... 34

3.3.3 Interpretasi dan Historiografi ……….. 38

BAB IV GERAKAN LEMBAGA DAKWAH KAMPUS DALAM PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM DI KOTA BANDUNG (1980-1998) ………... 41 4.1 Kebijakan Orde Baru Terhadap Gerakan Mahasiswa Islam ………... 41

4.1.1 Kebijakan terhadap Kemahasiswaan ……….. 41

4.1.2 Kebijakan terhadap Politik Islam ………... 50

4.2 Latar Belakang dan Perkembangan Lembaga Dakwah Kampus ……... 60

4.2.1 Latar Belakang Lembaga Dakwah Kampus ……… 60

4.2.2 Perkembangan Lembaga Dakwah Kampus ………... 63

4.3 Aktivitas Lembaga Dakwah Kampus ………. 73

4.3.1 Manajemen Syiar ………... 73

4.3.2 Kaderisasi ……… 75

4.4 Sikap Lembaga Dakwah Kampus Terhadap Isu yang Berkaitan Dengan Gerakan Islam ………. 81 4.4.1 Fenomena Jilbab ……….. 81

4.4.2 Sumbangan Dana Sosial Berhadiah ………... 85

4.5 Dampak Gerakan Lembaga Dakwah Kampus ………... 87

4.5.1 Dampak bagi Gerakan ke Islaman Mahasiswa ……… 87

4.5.2 Dampak bagi Gerakan ke Islaman Politik ……… 89

BAB V KESIMPULAN ………. 91

5.1 Kesimpulan ……… 91


(10)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA ……… 94

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(11)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pemuda merupakan suatu generasi bangsa yang akan menentukan perubahan- perubahan dimasa akan datang. Hal ini dapat di pahami, mengingat pemuda berperan sebagai generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang akan mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan. Salah satu kelompok pemuda yang amat ditunggu partisipasinya bagi keberlanjutan pembangunan adalah mahasiswa. Selain dianggap sebagai kelompok yang berpendidikan, mahasiswa juga dihadiahi gelar agent of change (agen perubahan). Dengan sifat, watak yang kritis, ketajaman intelektual, independensi, serta energi yang besar, kelompok mahasiswa selalu identik dengan perubahan sosial di masyarakat. Oleh karena itu, sejarah mencatat dimana kaum pemuda khususnya mahasiswa memegang peranan penting dalam tonggak perubahan di negeri ini. Mahasiswa kemudian menjadi penggerak utama dalam banyak dimensi perubahan sosial-politik di tanah air.

Pergerakan mahasiswa perlu di letakkan secara konstektual sesuai dengan kondisi zaman, dimana dinamika sosial politik menjadi acuan dasar pembedahannya. Gerakan mahasiswa identik dengan aksi penyikapan ataupun penolakan terhadap kebijakan rezim, mobilisasi massa, boikot serta penyikapan terhadap isu-isu lokal, nasional maupun internasional.

Keseluruhan kebijaksanaan kemahasiswaan itu, secara langsung atau tidak, membatasi gerak organisasi mahasiswa keideologian di kampus. Jelas kegiatan mereka yang berfokus politik tak dimungkinkan lagi. Sanksi yang berat seperti pemecatan dan pengucilan dari dunia pendidikan, mematikan niat dan inisiatif


(12)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mahasiswa untuk menyatakan pandangannya secara kritis. Resikonya adalah mandulnya organisasi atau mati sama sekali (Sanit, 1999:108).

Pada masa Orde Baru, mulai berkembang organisasi-organisasi mahasiswa di Perguruan Tinggi. Pemerintah Orde Baru merasa khawatir dengan kondisi ini. Pemerintah khawatir organisasi-organisasi mahasiswa ini berkembang kearah politik yang membahayakan Pemerintah dan Negara. Dengan demikian, Pemerintah Orde Baru memberlakukan konsep NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus) dan BKK (Badan Koordinasi Kemahasiswaan) serta menerapkan Sistem Kredit Semester di Perguruan Tinggi. Konsep ini melarang mahasiswa untuk bergabung dengan organisasi yang berbau politik. Hal ini menyebabkan melemahnya peranan mahasiswa dalam kehidupan sosial-politik era 80-an.

Lembaga-lembaga kemahasiswaan saat itu telah berhasil menata sedemikian rupa oleh Pemerintah. Secara kelembagaan usaha yang dilakukan Pemerintah sebenarnya tidak tanggung-tanggung. Paling tidak ada tiga institusi yang dikerahkan untuk mengendalikan kehidupan mahasiswa yakni ABRI/Kopkamtip, Departemen Penerangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sendiri.

Lewat kekuatan ABRI/Kopkamtip gerakan dan potensi gerakan mahasiswa berhasil dilumpuhkan. Hal ini terjadi dengan pembubaran Dewan Mahasiswa, lembaga kemahasiswaan yang paling efektif menggalang kesatuan aksi mahasiswa ke dalam dan keluar kampus. Sementara itu Departemen Penerangan juga menemukan peranannya yang cukup penting merendam aksi dan potensi aksi yang dilakukan mahasiswa.

Usaha tersebut dilakukan dengan membredel pers mahasiswa dan mengeluarkan berbagai ketentuan penerbitan pers mahasiswa. Di samping itu tentu saja lembaga ini juga mengatur sistem pemberitaan mengenai berbagai


(13)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

aktivitas mahasiswa di surat kabar-surat kabar nasional yang akhirnya mempengaruhi opini publik. Sementara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, lembaga yang sebetulnya paling berhak menata kehidupan perguruan tinggi, mendapat peranan mengatur aktivitas kemahasiswaan melalui birokrasi yang ada di tiap Universitas. Praktek pengaturan ini terlihat dengan pengisian jabatan Rektor dan Dekan, pembentukan unit-unit kegiatan kemahasiswaan yang turut memperkecil peranan Senat Mahasiswa di Fakultas, dan penciptaan mekanisme dan prosedur penyelenggaraan setiap kegiatan yang hendak dilakukan oleh mahasiswa.

Peranan dari tiga institusi ini beserta perangkat-perangkat pendukungnya, cukup terasa keampuhannya. Dunia kemahasiswaan selama kurang lebih sepuluh tahun terakhir ini tidak saja sepi dari kegiatan bersifat politik melainkan juga telah melahirkan kecenderungan baru dalam aktivitas mahasiswa. Dihapuskannya Dewan Mahasiswa menyebabkan mahasiswa kehilangan kekuatan penggalang kesatuan.

Dibatasinya penerbitan pers mahasiswa menyebabkan mahasiswa kehilangan sarana pembentuk opini. Tumbuh suburnya berbagai kegiatan dan unit kegiatan yang didirikan oleh pimpinan universitas menyebabkan pula aktivis organisasi intra kampus semakin bingung menghadapi urusan interen. Sementara itu Sistem Kredit Semester yang masih mekanis dan di birokratisasi turut menbayang-bayangi beban mahasiswa hingga saat ini. Di sinilah letak berbedanya lingkungan kampus era 80-an dengan era sebelumnya. Maka itu mustahil pula menanti mahasiswa sekarang turun ke jalan membawa slogan-slogan politik sambil menggalang massa (Jonminofri, 1988:152-153).


(14)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Para mahasiswa memindahkan pusat kegiatan perkumpulannya di mesjid-mesjid. Di mesjid-mesjid inilah para mahasiswa tetap dapat melakukan diskusi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah yang ada pada masa Orde Baru tanpa menimbulkan kecurigaan pemerintah. Pada perkembangannya, perkumpulan ini justru membentuk suatu organisasi baru yang bernafaskan Islam, yang disebut dengan Lembaga Dakwah Kampus (LDK).

Pemerintahan Orde Baru yang memang berkeinginan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi, kesejahteraan, dan stabilitas politik pada akhirnya sangat menekan dan juga menindas hal-hal yang tidak sesuai dengan ideologinya yaitu Pancasila. Reaksi umat Islam cukup bervariasi dalam menyikapi gagasan asas tunggal. Tidak sedikit tokoh Islam yang menyatakan menolak penunggalan asas tersebut. Penolakan ini di latar belakangi kekhawatiran Pancasila akan menggantikan fungsi agama, yang berarti pula akan menjurus pada terbentuknya negara sekuler, yang pada gilirannya dapat memarginalisasi peranan agama.

Peristiwa penolakan ini diawali dengan serangkaian pidato dan khutbah yang menyerang berbagai kebijakan-kebijakan diskriminatif rezim Orde Baru terutama tentang asas tunggal Pancasila. Sikap sebagian umat Islam tersebut ditanggapi dengan penindasan represif fisik oleh rezim Orde Baru. Proses represif yang dilakukan oleh Pemerintah ini bukan hanya wacana atau isapan jempol belaka, tetapi memang ada bukti yang menunjukkan bahwa Pemerintah sangat menekan dan menindas Islam pada saat itu dengan hal yang sangat berbahaya (Online: http://journal.uii.ac.id/index.php/Unisia/article/). Kekuasaan rezim Orde Baru yang menekan gerakan Islam selama tiga dekade lebih ternyata melemahkan gerakan Islam untuk bangkit kembali memperjuangkan aspirasi Islam secara lebih luas. Bangkitnya gerakan (Ormas) Islam ini diwarnai dengan karakternya yang formalistik, militan dan radikal (Noer, 2002:4).


(15)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fenomena kebangkitan gerakan Islam ini tampak terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga sebelumnya, mengingat kukuhnya gerakan Islam moderat di masa Orde Baru sejak 1970-an. Indonesia yang diwarnai Islam moderat, Islam kultural dan Islam inklusif sekarang ini tersaingi dengan gerakan Islam politik dan Islam radikal pasca Orde Baru (Noer, 2002:5).

Pada pertengahan 1980 an sampai akhir 1990 an, telah muncul varian baru dari aktivis dakwah kampus. Mereka terlembagakan dalam lingkungan usrah-usrah yang akrab dengan pemikiran Ikhwanul Muslimin. Usrah pada dasarnya adalah sebentuk respon yang dikembangkan oleh sekelompok mahasiswa dan intelektual muda Islam di kampus-kampus umum, yang saat itu harus berhadapan dengan kekuasaan represif Pemerintah Orde Baru (Damanik, 2002:14). Dakwah di kampus jelas berandil bagi terbentuknya basis kekuatan ummat secara baru. Nafas Islam di berbagai kota besar seputar tahun 80-an harus diakui sangat dipengaruhi di kampus.

Pada tahun 1989 BDKS (Bulan Dana Kesetiakawanan Sosial) bersaing ketat dengan peredaran kupon SDSB (Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah). Target pemasukan dari kupon BDKS tercatat sebesar Rp. 47 Juta yang diharapkan bisa direalisasi sampai 20 Maret 1989 mendatang, sementara hasil penjualan kupon SDSB kini mencapai Rp. 20 Juta setiap kali bukaan (Pikiran Rakyat, 1990). Selain isu yang berkaitan dengan SDSB ini ada juga isu mengenai pelarangan jilbab di sekolah maupun Perguruan Tinggi pada masa rezim Orde Baru. Hal-hal di atas banyak mendapat kecaman dari berbagai Ormas terutama dari Ormas yang bernafaskan Islam. Salah satu organisasi yang berperan dalam memperjuangkan masalah jilbab dan penghapusan SDSB ini adalah Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).


(16)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mengenai pergerakan Islam di Indonesia pada masa Orde Baru yang telah di bahas diatas, khususnya Gerakan Lembaga Dakwah Kampus, penting untuk dibahas. Karena belum ada tulisan tentang sejarah Gerakan Lembaga Dakwah Kampus yang menyeluruh. Penulis sering mendapati sejarah Gerakan Lembaga Dakwah Kampus ditulis hanya sepintas saja, seperti hanya sebagai gambaran awal bagaimana sebuah peristiwa, organisasi, atau partai lahir. Saat ini, LDK ada hampir di setiap Perguruan Tinggi di Indonesia. Keberadaan LDK merupakan bukti dari pergerakan dakwah mahasiswa Islam. Fungsi-fungsi konstruktif, mengubah dan mengajukan solusi-solusi yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam yang universal menjadi karakteristik tersendiri ditengah menjamurnya lembaga atau organisasi kemahasiswaan.

Berdasarkan beberapa latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti bermaksud mengangkat judul penelitian skripsi dengan judul : Gerakan Lembaga Dakwah Kampus Dan Eksistensinya Dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung (1980-1998).

1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan pokok-pokok uraian di atas, terdapat permasalahan yang akan menjadi kajian penulis yaitu “Bagaimana Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya Dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung (1980-1998)?”.

Rumusan tersebut peneliti akan membatasi permasalahan dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana kebijakan Orde Baru terhadap Gerakan Mahasiswa Islam ? 2. Bagaimana latar belakang berdirinya Lembaga Dakwah Kampus? 3. Bagaimana aktivitas-aktivitas Lembaga Dakwah Kampus ?


(17)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Bagaimana sikap Lembaga Dakwah Kampus terhadap isu-isu yang berkaitan dengan Gerakan Islam ?

5. Bagaimana dampak Gerakan Lembaga Dakwah Kampus terhadap aktivitas mahasiswa di Kota Bandung?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan dan batasan masalah yang telah dibahas pada point sebelumnya, maka tujuan dari penulisan Skripsi ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan kebijakan Orde Baru terhadap gerakan mahasiswa Islam.

2. Untuk mendeskripsikan latar belakang berdirinya sebuah Lembaga Dakwah Kampus di Kota Bandung.

3. Untuk mendeskripsikan aktivitas-aktivitas yang dilakukan para aktivis kampus di Kota Bandung.

4. Untuk menganalisis sikap Lembaga Dakwah Kampus terhadap isu-isu yang berkaitan dengan pada masa Orde Baru seperti pelarangan jilbab di sekolah maupun dikampus, SDSB, diberlakukannya NKK/BKK terhadap mahasiswa untuk melarang terjun dalam dunia kepolitikan dan sebagainya.

5. Untuk mendeskripsikan dampak dari Lembaga Dakwah Kampus terhadap para aktivis mahasiswa di Kota Bandung khususnya terutama di perguruan tinggi ITB, UNISBA, UNPAD dan UPI.

1.4 Manfaat Penelitian

Pada dasarnya suatu penelitian dilakukan untuk memenuhi tujuan dan memperoleh manfaat baik bagi penulis maupun bagi pihak-pihak lain yang


(18)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berhubungan dengan penelitian tersebut. Adapun hasil penelitian terhadap Gerakan Lembaga Dakwah Kampus 1980-1998 ini di harapkan :

1. Dapat memiliki nilai guna atau manfaat bagi berbagai pihak diantaranya, Dapat memperkaya penulisan tentang Sejarah Islam dan mengandung nilai-nilai dan norma-norma dan menjadi landasan dalam hubungan sosial internal maupun eksternal lembaga dakwah serta sebagai bahan referensi bagi para peneliti dan atau yang menaruh minat pada bidang ini.

2. Bagi siswa akan berdampak pada peningkatan kualitas individu dengan mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya sebagai bekal agar mampu memecahkan masalah individu ataupun sosial kemasyarakatan yang akan dihadapinya di masa yang akan datang.

3. Bagi guru akan berdampak pada pengembangan kualitas diri dengan menyajikan proses pembelajaran yang adil yang berorientasi pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki oleh seluruh siswa.

4. Bagi peneliti atau dosen, akan berdampak pada pengembangan kualitas diri dan profesionalitas untuk terus meningkatkan keilmuan khususnya pengembangan proses pembelajaran dan pendidikan sejarah.

5. Bagi lembaga Universitas Pendidikan Indonesia akan meningkatkan prestasi dan nama baik dengan memberikan sumbangan bagi peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran di tingkat persekolahan.

6. Dalam kurikulum pendidikan pada program Ilmu Pengetahuan Sosial kelas XII, melihat di Kompetensi Inti pada nomor Tiga yaitu memahami, menerapkan dan menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan


(19)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Kompetensi Dasarnya pada nomor 3.6 yaitu menganalisis kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia pada masa Orde Baru. Dengan demikian judul peneliti masuk kedalam KI dan KD yang dipelajari oleh siswa-siswa.

1.5 Struktur Organisasi Bab 1 Pendahuluan

Pada bab ini, penulis memaparkan dan menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian dan penulisan skripsi, rumusan masalah yang menjadi beberapa permasalahan untuk mendapatkan data-data temuan di lapangan, pembatasan masalah guna memfokuskan kajian penelitian sesuai dengan permasalahan utama, tujuan penulisan dari penelitian yang dilakukan, penjelasan judul, metode penelitian serta sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi.

Bab II Kajian Pustaka

Dalam bab ini dipaparkan mengenai buku-buku sumber, website, dokumen, artikel-artikel maupun jurnal yang digunakan sebagai referensi yang dianggap sesuai dengan judul skripsi penulis. Sehingga penulis mengharapkan kajian pustaka ini bisa menjadi bahan acuan dalam penelitian yang penulis lakukan serta dapat memperjelas isi pembahasan yang kami uraikan berdasarkan data-data temuan di lapangan.

Bab III Metode Penelitian

Dalam bab ini dijelaskan mengenai serangkaian kegiatan dan cara-cara yang ditempuh dalam melaksanakan penelitian guna mendapatkan sumber yang sesuai


(20)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan permasalahan yang sedang dikaji oleh peneliti. Diantaranya Heuristik yaitu proses pengumpulan sumber-sumber yang dibutuhkan dalam penulisan skirpsi ini. Setelah Heuristik dilakukan kritik yaitu pengolahan data-data yang didapatkan dari proses heuristik sehingga data yang diperoleh adalah data yang reliable dan otentik, lalu interpretasi adalah penafsiran sejarawan terhadap data-data yang telah disaring. Dan tahap akhir adalah historiografi adalah penyajian penelitian dalam bentuk tulisan yang asyik dibaca dan mudah dimengerti.

Bab IV Gerakan Lembaga Dakwah Kampus Dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung (1980-1998)

Dalam bab ini penulis memaparkan semua hasil penelitian dalam bentuk uraian deskriptif yang ditujukan agar semua keterangan yang diperoleh dari bab pembahasan ini dapat dijelaskan secara rinci. Adapun pemaparan dalam bagian ini akan dijelaskan diantaranya: Pertama kebijakan Orde Baru terhadap Gerakan Mahasiswa Islam yang meliputi organisasi-organisasi yang berada di Perguruan Tinggi. Pembahasan kedua latar belakang berdirinya Lembaga Dakwah Kampus yang berada di Kota Bandung khususnya Perguruan Tinggi Universitas Pendidikan Indonesia, Institute Teknologi Bandung, Universitas Padjajaran dan Universitas Negeri Islam Bandung.

Pembahasan ketiga akan menguraikan tentang kegiatan-kegiatan Lembaga Dakwah Kampus yang dilakukan oleh para aktivis di Kota Bandung terutama di Perguruan Tinggi Universitas Pendidikan Indonesia, Institute Teknologi Bandung, Universitas Padjajaran, dan Universitas Negeri Islam Bandung. Pembahasan keempat yaitu para aktivis di Perguruan Tinggi menyikapi mengenai isu-isu yang berkaitan dengan Gerakan Islam pada tahun 1980-1998. Pembahasan kelima mengenai dampak Gerakan Lembaga Dakwah Kampus terhadap aktivitas


(21)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mahasiswa Kota Bandung terutama di Perguruan Tinggi UPI, UNISBA, UNPAD dan ITB.

Bab V Kesimpulan

Bab terakhir ini berisi suatu kesimpulan dan pembahasan pada bab empat dan hasil analisis yang penulis lakukan. Bab ini juga merupakan kesimpulan secara menyeluruh yang menggambarkan Gerakan Lembaga Dakwah Kampus terhadap eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung (1980-1998) berdasarkan rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penelitian ini.


(22)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

Sebuah penelitian dapat dikatakan baik atau tidaknya dapat dilihat dari data yang diperoleh oleh sang peneliti. Kualitas suatu peneliti didukung oleh proses pengelolaan yang dilakukan peneliti. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah metode penelitian agar memperoleh data yang baik. Dalam bab III penulis akan memaparkan secara rinci mengenai metode yang digunakan penulis dalam menulis skripsi, dari mulai persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, hingga tahap akhir analisis data.

Metode penelitian adalah sebuah cara alamiah agar memperoleh data yang sesuai dengan tujuan dan kegunaan yang peneliti butuhkan. Secara umum sebuah penelitian memiliki tiga tujuan yang bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Secara umum data yang didapat dari hasil penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi sebuah masalah.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode historis, dimana metode historis merupakan metode yang sering digunakan dalam penelitian sejarah. Dimana dilakukan secara kritis terhadap dokumen atau rekaman serta peninggalan pada masa lampau (Sjamsuddin, 2007:17-19). Alasan pemilihan metode historis dikarenakan data-data yang digunakan hanya dapat diperoleh melalui sebuah studi literatur dan wawancara. Data studi literatur penulis peroleh dari buku, jurnal, artikel atau surat kabar yang sesuai dengan kajian yang penulis

teliti mengenai “Gerakan Lembaga Dakwah Kampus Dan Eksistensinya Terhadap


(23)

25

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penulisan skripsi ini dilakukan dengan memakai pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pendekatan kualitatif dan teknik penelitian berupa studi literatur, wawancara, studi dokumentasi dan observasi langsung. Pada penelitian ini penggunaan metode kualitatif menurut Moleong (2000:3), adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia pada kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya. Berdasarkan menurut Nasution (1996:5) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.

Penelitian kualitatif menurut Nasution (1996:18) disebut juga penelitian naturalistik. Disebut Naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar, sebagaimana adanya tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau tes. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif bukan kuantitatif karena tidak menggunakan alat pengukur. Dalam hubungannya dengan penelitian yang dilakukan penulis, pendekatan kualitatif dianggap tepat untuk mengkaji permasalahan yang dibahas. Pendekatan kualitatif melibatkan partisipan (narasumber) sebagai subjek penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. Data dikumpulkan dan dihimpun dengan cara melakukan pengamatan yang seksama.

Adapun Wood Gray (Sjamsuddin, 2007: 89-90) mengemukakan ada enam langkah dalam metode historis sebagai berikut:


(24)

26

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini, judul mengenai Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung (1980-1998) dipilih peneliti karena peneliti tertarik untuk mengangkat Gerakan Mahasiswa dan Islam di Kota Bandung.

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik.

Mencari dan mengumpulkan data-data yang sesuai dengan judul penulis atau konsep-konsep maupun teori-teori yang berhubungan dengan pembahasan judul.

3. Membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditentukan ketika penelitian sedang berlangsung. Dalam langkah ini penulis membuat catatan-catatan penting terutama dari hasil wawancara peneliti dengan narasumber.

4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (melakukan kritik sumber). Kritik dilakukan terhadap semua sumber yang dihimpun peneliti mengenai pembahasan yang sesuai dengan judul penulis agar memperoleh data yang relevan.

5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya.

6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.

Enam tahapan yang dikemukakan Gray tersebut diuraikan oleh Sjamsuddin (1996:67-68) kedalam tiga langkah besar yaitu :

1. Heuristik, yaitu tahap mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang relevan dengan masalah yang dikaji.


(25)

27

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Kritik internal dan kritik eksternal, yaitu tahapan penulis melakukan uji kelayakan terhadap sumber-sumber sejarah yang telah ditemukan. Pada tahapan ini terdapat kegiatan penelitian atau pengkajian secara mendalam terhadap sumber-sumber tersebut agar dapat terjaring menjadi fakta sejarah. Penilaian atau pengkajian ini mencakup aspek Internal dan aspek Eksternal. Aspek eksternal mencakup keotentikan dan integritas sumber sedangkan aspek internal mengkaji aspek di dalam sumber berupa isinya (content). 3. Penulisan dan interpretasi (historiografi) yaitu tahapan penulis mulai

memberikan penafsiran atau pemaknaan terhadap fakta yang diperoleh dari berbagai sumber sejarah, kemudian fakta-fakta tersebut disusun, dihubungkan dan dituangkan kedalam bentuk tulisan yang utuh dan sistematis.

Dalam menyusun hasil penelitian ini, penulis akan menguraikan beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan yaitu tahap persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan penelitian.

3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian 3.1.1 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian mengenai judul penulis berada di Perguruan Tinggi Kota Bandung khususnya di Perguruan Tinggi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Intitute Teknologi Bandung (ITB), Universitas Negeri Islam Bandung (UNISBA), dan Universitas Padjajaran (UNPAD).

3.1.2. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dijadikan informasi yang dipilih secara selektif dan bertalian dengan permasalahan yang dikaji. Subjek yang akan dijadikan sumber dipilih langsung oleh peneliti. Subjek penelitian ini ada beberapa tokoh yang dulunya mahasiswa


(26)

28

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

aktivis organisasi-organisasi kampus yang sekarang ini kemungkinan sudah menjadi Dosen di kampus maupun di perusahaan lainnya.

3.2 Persiapan Penelitian

Dalam proses persiapan penelitian, ada beberapa hal atau langkah yang harus dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian lebih lanjut. Langkah-langkah yang harus dilakukan antara lain:

3.2.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Tahap ini merupakan tahap yang paling awal untuk memulai suatu jalannya penelitian. Pada tahap ini penulis melakukan proses memilih dan menentukan topik yang akan dikaji kemudian penulis melakukan upaya-upaya pencarian sumber atau melaksanakan pra penelitian mengenai masalah yang akan dikaji baik melalui observasi ke lapangan atau dengan mencari dan membaca berbagai sumber literatur yang berhubungan dengan tema yang penulis kaji. Berdasarkan hasil observasi awal dan pembacaan literatur, penulis selanjutnya mengajukan rancangan judul penelitian kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) yang secara khusus menangani masalah penulisan skripsi di Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung.

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian. Rancangan penelitian ini dapat dijadikan sebuah acuan bagi peneliti dalam penyusunan skripsi. Rancangan ini berupa proposal skripsi yang diajukan kepada TPPS untuk dipresentasikan dalam seminar proposal skripsi. Proposal tersebut tercantum judul penelitian, latar belakang


(27)

29

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masalah yang merupakan pemaparan mengenai deskripsi masalah yang akan dibahas, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penulisan. Setelah rancangan penelitian diseminarkan dan disetujui, maka pengesahan penelitian ditetapkan dengan surat keputusan bersama oleh TPPS dan ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dengan No 003/TPPS/JPS/PEM/2013 sekaligus penunjukkan calon pembimbing I dan pembimbing II.

3.2.3 Mengurus Perizinan

Langkah awal yang dilakukan dalam tahap ini adalah dengan memilih instansi-instansi yang dapat memberikan data dan fakta tentang masalah yang dikaji. Perijinan dilakukan untuk memperlancar proses penelitian dalam mencari sumber yang diperlukan. Adapun surat perijinan tersebut diberikan kepada beberapa instansi seperti Perguruan Tinggi diantaranya Universitas Pendidikan Indonesia, Institute Teknologi Bandung, Universitas Padjajaran dan Universitas Negeri Islam Bandung.

3.2.4 Persiapan Perlengkapan Penelitian

Dalam rangka memudahkan dan memperlancar proses penelitian, penulis harus mempersiapkan berbagai perlengkapan penelitian yang diperlukan dalam proses penelitian, antara lain:

1. Surat izin penelitian 2. Instrumen wawancara 3. Catatan lapangan 4. Alat perekam 5. Kamera


(28)

30

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada tahapan ini, penulis meyakini bahwa proses bimbingan merupakan tahapan yang penting dalam penyusunan skripsi. Penulis dibimbing oleh Bapak Dr. Agus Mulyana, M. Hum sebagai pembimbing I dan Bapak Wawan Darmawan, S.Pd, M. Hum sebagai pembimbing II. Selain itu dalam proses bimbingan ini penulis dapat berdiskusi mengenai masalah yang dihadapi. Bimbingan dilakukan secara intensif dengan terlebih dahulu menyerahkan draf revisi terhadap pembimbing kemudian bimbingan dilakukan dengan cara berdiskusi mengenai masalah penelitian skripsi. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan masukan maupun arahan dari pembimbing terhadap penulis mengenai penelitian sehingga penyusunan skripsi menjadi lebih terarah dan mendapatkan hasil yang lebih baik.

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Tahapan ini merupakan sebuah proses yang sangat penting dalam suatu penelitian. Melalui tahapan ini penulis memperoleh data serta fakta yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi. Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam tahapan ini adalah sebagai berikut:

3.3.1 Heuristik (Pengumpulan Sumber)

Pada tahap heuristik yaitu tahap pengumpulan data yang relevan dengan masalah penelitian. Menurut Helius Sjamsuddin (1996:73) sumber sejarah (Historical Sources) ialah segala sesuatu yang langsung atau tidak langsung menceritakan pada kita mengenai suatu kenyataan atau kegiatan manusia pada masa lampau (past actually). Pada tahap ini peneliti berusaha mencari sumber-sumber yang relevan bagi permasalahan yang sedang dikaji, untuk mempermudah dalam pengumpulan sumber sejarah yang berkaitan dengan Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya Dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota


(29)

31

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bandung (1980-1998), maka pengumpulan sumber tersebut dilakukan melalui dua tahapan yaitu pertama mencari dan mengumpulkan sumber lisan melalui wawancara dan kedua mengumpulkan sumber tertulis yang relevan dengan permasalahan penelitian baik berupa buku, jurnal, majalah, koran, maupun karya ilmiah lainnya.

a. Sumber Tertulis

Pada tahapan ini, peneliti berusaha untuk mencari dan mengumpulkan sumber-sumber tertulis yang digunakan sebagai landasan kuat untuk memberikan berbagai informasi seputar permasalahan yang dikaji. Sumber tertulis ini berupa jurnal, buku-buku, majalah, koran, dokumen dan hasil penelitian lainnya yang diperoleh dari berbagai tempat yaitu sebagai berikut :

1) Di perpustakaan UPI, sebagai tempat pencaharian sumber tertulis untuk pertama kalinya dilakukan peneliti sebelum di laksanakannya seminar proposal yaitu dengan membaca skripsi yang sudah di tulis sebelumnya mengenai Majalah Dakwah dan Sejarah pergerakan mahasiswa.

2) Pencarian sumber selanjutnya di Perpustakaan Batu Api, penulis menemukan beberapa buku yang berhubungan dengan judul Skripsi penulis diantaranya sebagai berikut: karya Fachri Ali, dkk (1986) yang berjudul ”Merambah Jalan Baru Islam: Rekonstruksi Pemikiran Islam Indonesia Masa Orde Baru”. Karya Arbi Sanit (1999) yang berjudul “Pergolakan Melawan Kekuasaan: Gerakan Mahasiswa antara Aksi Moral dan Politik”. Karya Robert W Hefner (2001) yang berjudul “Islam dan Demokratisasi di Indonesia: Civil Islam”. Karya Luthfi Assayaukanie (2002) yang berjudul “Wajah Liberal Islam di Indonesia”. Karya Dr. Kuntowijoyo (1999) yang berjudul “Paradigma Islam (Interpretasi untuk Aksi)”. Karya Seyyed Hossein Nasr (2003) yang berjudul “The Heart of Islam: Pesan-pesan Universal Islam untuk Kemanusiaan”. Karya Khamami


(30)

32

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Zada (2002) yang berjudul “Islam Radikal: Pergulatan Ormas-Ormas Islam Garis Keras di Indonesia”.

Di perpustakaan batu api juga terdapat majalah islam Ulumul Qur’an dan Prisma yang berupa artikel diantaranya sebagai berikut, karya M. Din Syansuddin (1993) yang berjudul “Usaha Pencarian Konsep Negara Dalam Sejarah Pemikiran Politik Islam”. Karya Azyumardi Azra (1993) yang berjudul “Islam dan Negara: Eksperimen dalam Masa Modern, Tinjauan Sosio-Historis”. Karya Afan Gaffar (1993) yang berjudul “Islam dan Politik dalam Era Orde Baru: Mencari Bentuk Artikulasi yang Tepat”. Karya Agus

Wahid (1995) yang berjudul “ICMI: Langkah Strategi Menuju Pemberdayaan

Umat Berkualitas”.

3) Di Perpustakaan UNPAD Jatinangor-Bandung, di perpustakaan ini penulis mendapatkan buku karya Denny J. A. Jonminofri, dkk (1988) yang berjudul “Kesaksian Kaum Muda” dan karya K.H Shalahuddin Sanusi (1967) yang berjudul “Integrasi Ummat Islam: Pola Pembinaan Kesatuan Ummat Islam”. Selain itu, penulis juga melakukan kunjungan ke perpustakaan Nasional RI dari kunjungan tersebut penulis mendapatkan buku karya A. Malik Haramain, dkk (2000) yang berjudul “Mengawal Transisi: Refleksi atas Pemantauan Pemilu 99” dan karya Ridwan Saidi (1993) yang berjudul “Kebangkitan Islam Era Orde Baru: Studi Kepeloporan Cendekiawan Islam sejak Zaman Belanda sampai ICMI”.

4) Penulis juga mengunjungi Redaksi Koran Pikiran Rakyat tahun 1998- 1990

yang bertemakan “BDKS Bersaing dengan SDSB”, “Konferwil NU Sala Bahas

Zina dan SDSB: Juga Soal Kerjasama dengan Bank Summa” berada di Kota Bandung Jl Soekarno Hatta 147 sesuai dengan pembahasan penelitian penulis


(31)

33

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sendiri. Penulis melanjutkan pencarian sumber pada saat kunjungan ke rumah kaka PAS ITB, penulis menemukan satu buku karya Deliar Noer (1984) yang berjudul “Islam, Pancasila, dan Asas Tunggal”. Karya Dody Rudianto (2010) yang berjudul “Gerakan Mahasiswa: Dalam Perspektif Perubahan Politik Nasional”.

5) Penelurusan juga dilakukan melalui internet (Browsing) yang dilakukan untuk mendapatkan tambahan informasi agar dapat mengisi kekurangan-kekurangan dari sumber-sumber buku. Penulis sendiri menemukan sebuah jurnal yang ditulis oleh Al-Manir (Edisi I/2004) yang berjudul “LDK: Antara Visi, Misi, dan Realitas Sejarah Perkembangannya”, skripsi yang ditulis oleh Whayudha

Kusuma Wijaya FIB UI (2009) yang berjudul “Perkembangan Nuansa

Analisis” serta buku yang ditulis oleh Tim Standarisasi Pelatihan Manajerial Nasional FSLDK Nasional (2007) yang berjudul “Risalah Manajemen Dakwah Kampus”.

b. Sumber Lisan (Wawancara)

Pada tahapan ini, mulai mencari pelaku dan saksi yang dianggap dapat memberikan informasi untuk menjawab permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian skripsi ini. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan beberapa orang yang dianggap memiliki informasi mengenai Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya Dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung (1980-1998), teknik wawancara merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi secara lisan dari narasumber sebagai pelengkap sumber tertulis (Kuntowijiyo, 2003:74). Teknik wawancara ini berkaitan erat dengan penggunaan sejarah lisan (Oral History), seperti yang diungkapkan oleh Kuntowijoyo (2003) bahwa :


(32)

34

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sejarah lisan sebagai metode dapat dipergunakan secara tunggal dan dapat pula sebagai bahan dokumenter. Sebagai metode tunggal sejarah lisan tidak kurang pentingnya jika dilakukan dengan cermat. Banyak sekali permasalahan sejarah bahkan zaman modern ini yang tidak tertangkap dalam dokumen-dokumen. Dokumen hanya menjadi saksi dari kejadian-kejadian penting menurut kepentingan pembuat dokumen dan zamannya, tetapi tidak melestarikan kejadian-kejadian individual dan yang unik yang dialami oleh seseorang atau segolongan … selain sebagai metode, sejarah lisan juga dipergunakan sebagai sumber sejarah.

Adapun proses wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara langsung yaitu dengan mendatangi ke tempat tinggal para narasumber setelah adanya kesepakatan terlebih dahulu mengenai waktu dan tempat dilakukannya wawancara. Teknik wawancara individual ini dipilih mengingat kesibukan narasumber yang berbeda satu sama lainnya, sehingga kurang memungkinkan untuk dilaksanakannya wawancara secara simultan. Pada umumnya pelaksanaan teknik wawancara dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Wawancara terstruktur atau berencana yang terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Semua responden yang diselidiki untuk diwawancara diajukan pertanyaan yang sama dengan kata-kata dan urutan yang seragam.

2. Wawancara tidak terstruktur atau tidak terencana adalah wawancara yang tidak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata-kata dan tata urut yang harus dipatuhi peneliti. Dalam melakukan wawancara di lapangan, penulis menggunakan kedua teknis wawancara tersebut. Hal itu digunakan agar informasi yang penulis dapat lebih lengkap dan mudah diolah. Selain itu, dengan penggabungan dua teknis wawancara tersebut pewawancara menjadi tidak kaku dalam bertanya dan narasumber menjadi lebih bebas dalam mengungkapkan berbagai informasi yang disampaikannya. Sebelum wawancara dilakukan, disiapkan daftar pertanyaan terlebih dahulu (Koentjaraningrat, 1994: 138-139).

Kebaikan penggabungan antara wawancara terstruktur maupun wawancara tidak terstruktur adalah tujuan wawancara lebih terfokus, data lebih mudah


(33)

35

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diperoleh serta narasumber lebih bebas untuk mengungkapkan segala sesuatu yang diketahuinya.

Dalam teknis pelaksanaanya, peneliti menggabungkan kedua cara tersebut, yaitu dengan mencoba menyusun daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian diikuti dengan wawancara tidak terstruktur, yaitu peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan pertanyaan sebelumnya dengan tujuan untuk mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang berkembang kepada narasumber yang terkait dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

Narasumber merupakan orang yang menjadi pelaku langsung mengenai permasalahan penelitian yang penulis kaji. Dalam menentukan narasumber yang diwawancara, peneliti melakukan kategorisasi kepada setiap narasumber agar memperoleh sumber informasi yang tepat untuk dimasukkan dalam penelitian skripsi ini. Kategori narasumber ini dilakukan menjadi dua yaitu pelaku dan saksi. Pertama pelaku, mereka adalah pelaku dalam Gerakan Lembaga Dakwah Kampus tahun 1980-1998. Kedua saksi, saksi adalah mereka yang mengetahui atau mengamati bagaimana peristiwa itu terjadi, seperti narasumber yang aktif sebagai Organisasi Lembaga Dakwah Kampus pada saat itu.

Narasumber pertama ialah wawancara kepada dosen di kampus sendiri yaitu Universitas Pendidikan Indonesia yang mempunyai informasi mengenai permasalahan penelitian penulis. Ada beberapa narasumber yang penulis temukan untuk menambahkan pengumpulan data diantaranya, Dr. Zulkabir, Ahmad Yani (Dosen Geografi), dan Bapak Munir (Direktur TIK). Wawancara yang dilakukan terhadap beliau dilakukan dengan cara peneliti terlebih dahulu melakukan sebuah kontak dan janji, dari janji disepakati untuk melakukan sebuah pertemuan dirumah


(34)

36

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maupun di kampus beliau, sehingga proses wawancara yang terjadi begitu terfokus terhadap permasalahan yang peneliti kaji. Alasan peneliti memilih beliau karena mereka pada waktu itu aktivis organisasi kampus.

Narasumber kedua, penulis melakukan wawancara di kampus Institute Teknologi Bandung yang mempunyai informasi permasalahan penelitian dalam skripsi ini. Sebelum melakukan wawancara, penulis melakukan survei terlebih dahulu terhadap narasumber tersebut, selain mengadakan survei, penulis juga mencari tahu dengan cara browsing. Namun penulis menemukan narasumber di internet yang pada saat itu aktif di organisasi Lembaga Dakwah Kampus, diantaranya yaitu Prof. T.M Soelaiman (Ketua Umum Yayasan Pembina Masjid Salman ITB 1971), Hasan Babsel Soetanegara 1960, dan Drs. Ahmad Sadali 1971. Salah satu seorang teman memberi tahu penulis, ada salah satu dosen lagi yang pernah aktif pada saat itu yaitu Bapak Sandro (Dosen Mesin).

Narasumber selanjutnya, di kampus Unviversitas Padjajaran, narasumber ini penulis mencari di web profil organisasi kampus tersebut. Supaya dapat informasi mengenai permasalahan penelitian penulis, untuk membandingkan dengan narasumber yang satu dengan yang lainnya. Begitupun dengan narasumber terakhir di Universitas Negeri Islam Bandung, penulis mencari di web profil organisasi kampus untuk menambahkan perbandingan mengenai permasalahan penelitian penulis sendiri, agar informasi tersebut terbukti kebenarannya.

3.3.2 Kritik Sumber

Setelah melakukan kegiatan pengumpulan sumber, tahap selanjutnya adalah melaksanakan kritik sumber dengan tujuan menguji kebenaran dan ketetapan dari sumber tersebut, menyaring sumber-sumber tersebut sehingga diperoleh fakta-fakta yang sesuai dengan kajian skripsi ini dan membedakan


(35)

37

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sumber-sumber yang benar atau yang meragukan. Kritik sumber merupakan suatu proses yang sangat penting dalam penelitian karya ilmiah terutama karya sejarah, karena hal ini akan menjadikan karya sejarah sebagai sebuah produk dari proses ilmiah itu sendiri yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

Proses kritik sumber merupakan penggabungan dari pengetahuan, sikap ragu-ragu (skeptis), menggunakan akal sehat dan sikap percaya begitu saja (Jacques dan Henry F. Graff dalam Sjamsuddin, 1996:104). Langkah-langkah inilah yang disebut kritik sumber, baik terhadap bahan materi (ekstern) sumber maupun terhadap substansi (isi). Dalam bukunya Sjamsuddin (2007: 133) terdapat lima pertanyaan yang harus digunakan untuk mendapatkan kejelasan keamanan sumber-sumber tersebut yaitu :

1. Siapa yang mengatakan itu ?

2. Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah diubah ?

3. Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya ? 4. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang

kompeten, apakah ia mengetahui fakta ?

5. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada kita fakta yang diketahui itu ?

Fungsi kritik sumber erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu dalam rangka mencari kebenaran, sejarawan dihadapkan dengan kebutuhan untuk membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar (palsu), apa yang mungkin dan apa yang meragukan atau mustahil (Sjamsuddin, 2007: 131). Dengan kritik ini maka akan memudahkan dalam penulisan karya ilmiah yang benar-benar objektif tanpa rekayasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Adapun kritik yang dilakukan oleh penulis dalam penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:


(36)

38

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kritik eksternal ingin menguji otentisitas (keaslian) suatu sumber, agar diperoleh sumber yang sungguh-sungguh asli dan bukannya tiruan atau palsu. Sumber yang asli biasanya waktu dan tempatnya diketahui. Makin luas dan makin dapat dipercaya pengetahuan kita mengenai suatu sumber, akan makin asli sumber itu. Dalam hubungannya dengan historiografi otentisitas suatu sumber mengacu kepada masalah sumber primer dan sumber sekunder. Dalam penelitian ini penulis melakukan kritik eksternal baik terhadap sumber tertulis maupun sumber lisan.

Kritik eksternal terhadap sumber tertulis dilakukan dengan cara memilih buku-buku yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dikaji yakni mengenai Lembaga Dakwah Kampus. Kritik terhadap sumber-sumber buku tidak terlalu ketat dengan pertimbangan bahwa buku-buku yang penulis pakai merupakan buku-buku hasil cetakan yang didalamnya memuat nama penulis, penerbit, tahun terbit, dan tempat dimana buku tersebut diterbitkan. kriteria tersebut dapat di anggap sebagai suatu jenis pertanggungjawaban atas buku yang telah diterbitkan.

Adapun kritik eksternal terhadap sumber lisan dilakukan dengan cara mengidentifikasi narasumber apakah mengetahui, mengalami atau melihat peristiwa yang menjadi objek kajian dalam penelitian. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dari narasumber adalah mengenai usia, kesehatan baik mental maupun fisik, maupun kejujuran narasumber. Narasumber yang peneliti kunjungi memiliki usia terbilang masih produktif dan memiliki daya ingat yang cukup baik. Narasumber yang diwawancarai memiliki peran penting dalam aktivis organisasi di Perguruan Tinggi.

b. Kritik Internal

Kritik internal merupakan kegiatan meneliti atau menguji aspek isi dari sumber yang didapatkan, sebagaimana dikemukakan Helius Sjamsuddin bahwa


(37)

39

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kritik internal menekankan aspek “dalam” yaitu isi dari sumber dengan mengadakan evaluasi terhadap kesaksian atau tulisan dan memutuskan kesaksian tersebut dapat diandalkan atau tidak (Sjamsuddin, 1996:111).

Dalam melakukan kritik internal terhadap sumber tertulis, berupa buku-buku referensi, peneliti membandingkannya antara buku-buku yang satu dengan buku-buku yang lainnya. Sedangkan, untuk sumber tertulis berupa dokumen-dokumen peneliti berbekal kepercayaan terhadap pihak instansi tersebut bahwa sumber tersebut asli.

Berkaitan dengan kritik internal, peneliti membagi atau mengklarifikasi sumber kedalam dua bagian untuk mempermudah dalam memahami suatu peristiwa, baik peneliti yang merupakan pelaku sejarah ataupun saksi sejarah maupun peneliti yang berlatarbelakang akademis, sama-sama memberikan kontribusi dalam penelitian skripsi ini, serta membantu peneliti dalam menilai dan melakukan kritik eksternal dan internal keseluruhan sumber yang dipakai dilihat dari ruang lingkup dan pokok bahasannya, maka peneliti mencoba untuk mengelompokkannya ke dalam dua kelompok yaitu :

1. Sumber yang khusus membahas mengenai dakwah kampus, diantaranya sumber yang ditulis oleh Ahmad Atian yaitu yang berjudul: Menuju Kemenangan Dakwah Kampus (2010), Risalah Manajemen Dakwah Kampus (2007), dan jurnal yang ditulis oleh Al-Munir yang berjudul, LDK: Antara visi, misi, dan Realitas sejarah perkembangannya.

2. Sumber yang membahas tentang Gerakan Mahasiswa, diantaranya sumber yang ditulis oleh Arbi Sanit yang berjudul, Pergolakan Melawan Kekuasaan: Gerakan Mahasiswa antara aksi moral dan politik (1999). Ditulis oleh Dody Rudianto yang berjudul, Gerakan Mahasiswa: Dalam Perspektif Perubahan Politik Nasional (2010) dan artikel yang ditulis oleh Andrinof A, Ch


(38)

40

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mahasiswa FISIP UI yang berjudul Kemana Perginya Aktivis Mahasiswa (1988).

Pengklasifian juga untuk mempermudah peneliti dalam memahami dan sekaligus menilai sumber dari perspektif yang berbeda. Sehingga dari topik yang sama akan terlihat persamaan dan perbedaan serta apa yang menjadi titik berat seorang peneliti dalam tulisannya serta sejauh mana unsur subjektifitas peneliti dengan latar belakang institusi yang diwakili.

Kritik internal juga dilakukan dalam menganalisis dan mengkaji mengenai hasil dari wawancara. Sebelum melakukan teknik wawancara, peneliti terlebih dahulu menganalisa dua hal dari saksi yaitu :

1. Apakah ia mampu memberikan kesaksian, kemampuan itu antara lain berdasarkan kehadirannya pada waktu dan tempat terjadinya peristiwa.

2. Apakah ia mampu memberikan kesaksian yang benar. Hal tersebut menyangkut kepentingan peneliti terhadap peristiwa tersebut. Kita harus mengetahui apakah ia mempunyai alasan untuk menutup-nutupi sesuatu peristiwa bahkan melebih-lebihkannya atau tidak.

Dalam mengkritik hasil teknik wawancara maka peneliti membagi menjadi dua bagian. Pertama, mengidentifikasi narasumber yang diwawancarai apakah ia merupakan pelaku sejarah atau sekedar saksi, kedua, mencoba melihat kebenaran informasi yang disampaikan oleh narasumber kepada peneliti dengan cara mengkomparasi pernyataan narasumber yang satu dengan yang lainnya.

3.3.3 Interpretasi (Penafsiran Sumber) dan Historiografi (Penulisan Laporan Penelitian )

Tahapan penulisan dan interpretasi sejarah merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan melainkan bersamaan (Sjamsuddin, 2007:155). Peneliti memberikan


(39)

41

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah atau data-data yang diperoleh dari hasil kritik eksternal dan internal. Kemudian fakta yang telah diperoleh tersebut dirangkai dan dihubungkan satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang selaras dimana peristiwa yang satu dimasukkan ke dalam konteks peristiwa-peristiwa lain yang melingkupinya (Ismaun, 2005:59-60). Hal tersebut agar memberikan keberartian atau kebermaknaan yang kemudian dituangkan dalam penulisan yang utuh. Interpretasi juga merupakan tahapan untuk menafsirkan fakta-fakta yang terkumpul dengan mengolah fakta, dan tidak lepas dari referensi pendukung dalam kajian penulisan skripsi.

Penafsiran dilakukan dengan jalan mengolah beberapa fakta-fakta yang telah dikritisi dan merujukan beberapa referensi yang dijadikan pokok pikiran sebagai kerangka dasar dalam penyusunan skripsi ini. Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti mencoba menyusun fakta-fakta dan menafsirkannya dengan cara saling dihubungkan dan dirangkaikan, sehingga akan terbentuk fakta-fakta yang kebenarannya telah teruji dan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang dikaji mengenai Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya Dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung pada tahun 1980-1998.

Dalam mengkaji permasalahan dalam skripsi ini peneliti menggunakan interdisipliner yaitu pendekatan dengan memakai disiplin-disiplin ilmu yang berasal dari satu rumpun ilmu sosial, dengan ilmu sejarah sebagai disiplin ilmu utama dalam mengkaji permasalahan, yaitu dengan menggunakan konsep-konsep yang terdapat dalam ilmu sosiologi, antropologi, maupun politik. Dengan menggunakan ilmu tersebut, maka kita akan dapat mengkaji peristiwa yang menjadi permasalahan dari sudut pandang sosiologi, antropologi maupun politik. Misalnya perubahan sosial di dalam organisasi-organisasi kampus pada zaman dulu dengan zaman sekarang.


(40)

42

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam ilmu bantu sosiologi, penulis mengambil konsep-konsep mengenai perubahan sosial yang dapat penulis gunakan untuk mengkaji tentang perubahan yang terjadi dalam suatu organisasi-organisasi kampus di Perguruan Tinggi. Dengan pendekatan ini diharapkan dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dikaji dan memudahkan dalam proses penafsiran.

Tahapan terakhir yaitu tahapan penulisan laporan penelitian (Historiografi). Pada bagian ini peneliti menyajikan hasil temuan-temuan dari sumber-sumber yang telah peneliti kumpulkan, seleksi, analisis, dan rekonstruksi secara analitis dan imajinatif berdasarkan fakta-fakta yang peneliti temukan. Hasil rekonstruksi tersebut peneliti tuangkan melalui penelitian sejarah (Historiografi).

Historiografi merupakan langkah akhir dari keseluruhan prosedur penulisan karya ilmiah sejarah, yang merupakan kegiatan intelektual dan cara utama dalam memahami sejarah (Helius Sjamsuddin, 1996: 153). Dengan demikian, dapat disimpulkan historiografi merupakan proses penyusunan dan penuangan seluruh hasil penelitian ke dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, peneliti tidak hanya terdorong untuk mencipta ulang, tetapi juga berusaha memberikan penafsiran terhadap berbagai permasalahan yang diangkat dalam kajian ini. Tulisan yang dibuat peneliti untuk menjadi judul skripsi adalah : “Gerakan Lembaga Dakwah Kampus Dan Eksistensinya Dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung (19801-998)”.

Dalam tahap ini, laporan hasil penelitian dituangkan ke dalam bentuk karya ilmiah yang disebut skripsi. Laporan tersebut disusun secara ilmiah, yakni dengan menggunakan metode-metode yang telah dirumuskan dan teknis penelitian yang sesuai dengan pedoman penelitian karya ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia 2013.


(41)

43

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sistematika laporan penelitian terbagi dalam lima bagian, yaitu :

Bab I pendahuluan menjelaskan kerangka pemikiran mengenai pentingnya penelitian terhadap Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya Terhadap Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung (1980-1998). Untuk memfokuskan penelitian maka bab ini dilengkapi pula dengan rumusan masalah dan pembatasan masalah. Bab ini juga memuat tentang tujuan penelitian, metode penelitian yang digunakan serta dilengkapi dengan uraian sistematika penelitian.

Bab II Kajian Pustaka, bab ini berisi kajian pustaka yang digunakan dalam mengkaji permasalahan. Kemudian selain membahas sumber yang digunakan yang berhubungan dengan permasalahan juga membahas tentang konsep-konsep yang akan dipakai dalam skripsi ini.

Bab III Metode Penelitian, bab ini berisi tentang metode dan teknik yang digunakan peneliti dalam mencari sumber. Di dalamnya dipaparkan mengenai metode historis, sedangkan teknik yang digunakan adalah teknik studi literatur dan teknik wawancara.

Bab IV Pembahasan Gerakan Lembaga Dakwah Kampus Dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung (1980-1998) ini akan mencakup tentang uraian yang berisi penjelasan-penjelasan terhadap aspek-aspek yang ditanyakan dalam perumusan masalah sebagai bahan kajian. Pembahasan dalam bab ini terbagi menjadi lima sub pokok yang terdiri dari bagian-bagian sub pokok yang meliputi pembahasan mengenai kebijakan Orde Baru terhadap gerakan mahasiswa Islam, latar belakang berdirinya Lembaga Dakwah Kampus, aktivitas Lembaga Dakwah Kampus, sikap Lembaga Dakwah Kampus terhadap isu yang berkaitan dengan gerakan islam, dan dampak gerakan Lembaga Dakwah Kampus.


(42)

44

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab V kesimpulan, pada bab ini akan dikemukakan mengenai jawaban terhadap masalah-masalah secara keseluruhan setelah pengkajian pada bab sebelumnya. Selain itu ditambah pula berbagai atribut buku lainnya dari mulai kata pengantar sampai riwayat hidup peneliti. Semua bagian tersebut termuat ke dalam bentuk laporan utuh, setelah dilakukan koreksi dan perbaikan diperoleh dari hasil konsultasi dengan dosen pembimbing skripsi.


(43)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Pada bab yang terakhir ini akan dibahas kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Terdapat beberapa kesimpulan yang didapatkan penulis merupakan jawaban dari setiap rumusan masalah. Berdasarkan hasil temuan dilapangan mengenai Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya Dalam Pergerakan Mahasiswa Islam diKota Bandung (1980-1998). Maka terdapat lima hal yang ingin penulis simpulkan.

Pertama, pada masa Orde Baru dengan kekuatan gerakan mahasiswa terbukti dalam sejarah perjalanan bangsa selalu memiliki peran penting untuk mengubah tatanan kehidupan politik nasional, bahkan secara ekstrem mampu menurunkan kepala Negara di tengah jalan maupun mengubah peta perimbangan kekuasaan di dalam kehidupan bernegara. Pemerintah Orde Baru berpegang teguh pada ideologi Pancasila, dan menjadikan Golongan Karya sebagai partai politiknya. Begitu pula dengan organisasi masyarakat maupun organisasi kampus yang diharuskan untuk berganti asas dengan asas Pancasila sebagai asas tunggal, dan jika tidak berganti asas sudah bisa dipastikan partai tersebut akan ditindas dan akan menjadi mati. Dan kala itu partai Islam memang dianggap sebagai penghalang dan penghambat karena pendukungnya yang sangat banyak. Rezim Orde Baru saat itu juga sendiri sangat dekat dan merangkul partai Islam yang moderat, hal ini dilakukan agar adanya hubungan yang baik, sehingga nantinya partai Islam tersebut lebih memihak kepada pemerintah dan tidak bertindak macam-macam. Proses represif yang dilakukan oleh pemerintah ini bukan hanya


(44)

92

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wacana atau isapan jempol belaka, tetapi memang ada bukti yang menunjukkan bahwa pemerintah sangat menekan dan menindas Islam pada saat itu sebagai hal yang sangat berbahaya. Banyak tragedi dan peristiwa yang terjadi sebagai saksi represifnya rezim Orde Baru. Pada saat itu, peristiwa yang sangat terkenal salah satunya adalah peristiwa Tanjung Priok yang terjadi di Jakarta.

Kedua, pembentukan LDK sendiri dilatarbelakangi oleh keadaan umat Islam saat itu yang telah menjauh dari nilai islam dalam setiap gerak kehidupan dan pemikiran yang berlandaskan islam. Ada banyak pendapat yang mengatakan bahwa gerakan dakwah kampus ini sangat terasa pada tahun 1980-an. Eksistensi gerakan dakwah kampus khususnya di kota Bandung muncul terlebih dahulu di mesjid Salman ITB di dukung dengan kegiatan LMD juga. Perkembangan LDK dengan kampus-kampus ternama lainnya juga tidak jauh berbeda. Lembaga Dakwah Kampus berawal dari FOSMI dan kondisi organisasi ini di bawah mesjid Al Furqon. Tidak lama kemudian mereka mendirikan UKDM yang sekarang masih berkembang dan bermetamorfosis menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa resmi yaitu LDK.

Ketiga, aktivitas dakwah kampus yaitu kaderisasi dan manajemen syiar. Manajemen syiar ini salah satu ujung tombak dalam dakwah kampus. Untuk menjalankan syiar yang baik diperlukan pengetahuan dasar tentang syiar, sarana-sarana yang dimanfaatkan untuk syiar dan cara menangani syiar agar tepat sasaran. Kaderisasi merupakan tahap awal untuk mahasiswa yang mengikuti organisasi ini. Karena memang LDK pada mulanya didirikan untuk mengkader dan membina para mahasiswa agar memiliki pemikiran dan kapasitas seorang muslim sehingga mereka menjadi penggerak dakwah atau menjadi seorang da’i yang berwawasan luas.


(1)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ranjabar, J. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia (Suatu Pengantar). Bogor: Ghalia Indonesia.

Ricklef, M.C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.

Rudianto, Dody. (2010). Gerakan Mahasiswa: Dalam Perspektif Perubahan Politik Nasional. Jakarta: Golden Terayon Press.

Rosada, Albaz, dkk. (2007). Risalah Manajemen Dakwah Kampus. Bandung: Gamais ITB.

Sanit, Arbi. (1999). Pergolakan Melawan Kekuasaan: Gerakan Mahasiswa antara Aksi Moral dan Politik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sanusi, Shalahuddin K.H. (1967). Integrasi Ummat Islam: Pola Pembinaan Kesatuan Ummat Islam. Bandung: Iqamatuddin.

Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press. Supardan, D. (2009). Pendidikan Ilmu Sosial. Bandung: Bumi Aksara.

Suwarno, P.J. (2009). Rajawali Kemusuk Menjelajah Nusantara. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Syamsuddin, Din. (2011). Islam dan Politik Era Orde Baru. Jakarta: Logos. Sjamsuddin, H. (2005). Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.

Ya’qub, Hamzah. (1992). Etika Islam. Bandung: CV Diponegoro. Sumber Internet

Achmad, Ridwansyah Yusuf. (2008). Analisis Instant Problematika Dakwah Kampus. []. Tersedia: http://ridwansyahyusufachmad.com/analisis-problematika-dakwah-kampus/ [Diakses 8 Mei 2013].


(2)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anshori, Anhar. (2007). Fiqih Dakwah: Pendekatan Tafsir Tematik. [Online]. Tersedia:

http://publikasiilmiah.ums.ac.id:8080/bitstream/handle/123456789/900/4. %20ANHAR%20ANSORI%yes.pdf?sequence=2 Vol. 19 No. 1 [Diakses 27 Februari 2014].

Alwi, Alatas. (2007). Penelitian kasus jilbab. [Online]. Tersedia: http://alwialatas.multiply.com/journal [21 Maret 2013].

Effendi, Muhammad Rahmat. (2003). Pemikiran Politik Islam di Indonesia: antara Simbolistik dan Substantivistik (Kajian Pra, Masa dan Pasca

Orde Baru). [Online]. Tersedia:

http://www.mimbar.lppm.unisba.ac.id/index.php/mimbar/issue/view/20 Vol 19 No 1 [Diakses 15 Maret 2013].

Muridan. (2009). Gagasan Pemikiran dan Gerakan Dakwah M. Natsir di

Indonesia. [Online]. Tersedia:

http://ejournal.stainpurwokerto.ac.id/index.php/komunika/article/download /19/19. JURNAL DAKWAH DAN KOMUNIKASI Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto SN: 1978-1261 Vol.3 No.1 Januari-Juni 2009 pp.63-74 [Diakses 27 Fenruari 2014].

Mas’udan. (2012). Dakwah NU Kota Semarang dalam Upaya Deradikalisasi Agama Institut Agama Islam Negeri Walisongo (Studi Kasus PCNU Kota Semarang Periode 2006-2011). [Online]. Tersedia: http://library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=21708 [Diakses 27 Februari 2014].

Musolikin, Achmad. (2010). Kebijakan Dakwah Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Komunitas Muslim Tionghoa. [Online]. Tersedia:

http://digilib.uin-suka.ac.id/5559/1/BAB%20I%2C%20V%2C%20DAFTAR%20PUSTAK A.pdf [Diakses 27 Februari 2014].

Nurjaman, Rizki. (2011). Menjadi Da’i: Pembentukan Identitas Aktivis Dakwah Kampus (Studi Kasus: Lembaga Dakwah Kampus Nuansa Islam


(3)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mahasiswa Universitas Indonesia, LDK SALAM UI). [Online]. Tersedia:

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20306299-S42218-Menjadi%20da%27i.pdf [Diakses 27 Februari 2014].

Padi, A.A. (2007). Gerakan Mahasiswa Indonesia Era NKK. [Online]. Tersedia: http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vo l21no1april2007/GERAKAN%20MAHASISWA%20INDONESIA%20E RA%20NKK%20Padi.pdf. [Diakses 3 Maret 2013]

Rahmansyah. (2010). Strategi Pengkaderan di Korps Dakwah Islamiyyah Kampus (KORDISKA) Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta .

[Online]. Tersedia.

http://digilib.uin-suka.ac.id/4204/1/BAB%20I.V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf [Diakses 27 Februari 2014].

Rijal, Syamsul. (2010). Menarik Anak Muda Muslim: Studi terhadap Sistem Rekrutmen Hizbut Tahrir Indonesia di Makassar, Sulawesi Selatan.

[Online]. Tersedia:

http://dualmode.kemenag.go.id/acis10/file/dokumen/d9.SamsulRizal.pdf. [Diakses 27 Februari 2014].

Sukronhaki. (2005). Analisis terhadap Kebijakan Pemerintah Orde Baru Dalam Pemberlakuan Asas Tunggal Pancasila bagi Politik Islam Indonesia.

[Online]. Tersedia:

http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2005-sukronhaki-609-BAB4_210-9.pdf [Diakses 5 April 2013].

Tim penyusun SPMN FSLDK Gamais ITB. (2004). Risalah Manajemen Dakwah Kampus. [Online]. Tersedia: http://www. SPMN FSLDK Nasional. 2004. Risalah Manajemen Dakwah Kampus. Jakarta: Studia Pustaka [Diakses 13 Maret 2013].

Wibisono, M. Y. (2012). Islam dan Perubahan Sosial: Studi Krisis tentang Orientasi Program dan Kegiatan Dakwah PP, Persis dari tahun

1990-2010. [Online]. Tersedia:

http://www.uinsgd.ac.id/front/detail/karya_ilmiah/tesis/islam-dan- perubahan-sosial-studi-kritis-tentang-orientasi-program-dan-kegiatan-dakwah-pp-persis-dari-tahun-1990-2010 [Diakses 27 April 2013].


(4)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wijaya, Whayuda Kusuma. (2009). Perkembangan Nuansa Analisis. [online]. Tersedia: http://www.related:lontar.ui.ac.id/file?file=digital/127377-RB04W180p-Perkembangan%20nuansa-Analisis.pdf digital_127377-RB04W180p-Perkembangan nuansa-Analisis [Diakses 3 mei 2013]. Yasin, A. (2013). Revitalisasi Peran Lembaga Dakwah Kampus Dalam

Mewujudkan Masyarakat Madani. [Online]. Tersedia: http://anwaryasin.wordpress.com/2013/01/02/revitalisasi-peran-lembaga-dakwah-kampus-ldk-dalam-mewujudkan-masyarakat-yang-madani/ [Diakses 31 Agustus 2013].

Unit Kegiatan Dakwah Mahasiswa. (2012). Sejarah Singkat LDK UKDM UPI. [Online]. Tersedia: http://ukdmupi.com/?p=132 [Diakses 8 September 2013].

Ulwan, Abdullah Nasih. (2004). Silsilah Madrasah Al du’at. [Online]. Tersedia:

http://syukron378.blogspot.com/2013/05/dakwah-dan-karakteristiknya.html Vol 1 [Diakses 27 Februari 2014]. Jurnal

A’la, Abd. (2010). Sikap Muslim Fundamentalis Indonesia terhadap NKRI Antara Penolakan dan Penerimaan Setengah Hati. [Online]. Tersedia:

http://journal.uii.ac.id/index.php/unisia/article/ UNISIA, Vol. XXXIII No. 73 Juli 2010 [8 Februari 2013].

Cahyono, I. (2003). Melacak Akar Ideologi Gerakan Mahasiswa Islam Indonesia. [Online]. Tersedia: http://www.averroes.or.id/research/melacak-akar-ideologi-gerakan-mahasiswa-islam-indonesia.html. Jurnal Pemikiran Islam Vol.1, No.2, Juni 2003 [Diakses 18 Juli 2013].

Hadi, S. (2011). Relasi dan Reposisi Agama dan Negara: (Tatapan Masa Depan

Keberagamaan di Indonesia). [Online].

Tersedia: http://journal.uii.ac.id/index.php/millah/article/view/2341/213 6 Millah Vol. X, No 2, Februari 2011 [10 Maret 2013].

Yusanto, Ismail. (2004). LDK: Antara Visi, Misi, dan Realitas Sejarah Perkembangan. [Online]. Tersedia:


(5)

http://al-manar.LDK-antara-visi-Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

misi-dan-realitas-sejarah-perkembangan.pdf. Special Report Digital Journal Al Manar Edisi I/2004 [Diakses 29 Maret 2013].

Sumber Surat Kabar/ Koran/ Majalah

Pikiran Rakyat. (1990). “BDKS Bersaing dengan SDSB”. Pikiran Rakyat (4 Februari 1990).

Tempo. (1993). “Routinisation of the Movement: Impacts of Social and Political Changes”. [4 Desember 1993]. [Online]. Tersedia: http://epress.anu.edu.au/wp-content/uploads/2011/05/ch0476.pdf. Sumber Skripsi

Nugraha, Yogi Adha. (2009). Dinamika Gerakan Mahasiswa pada Masa Orde Baru: Kajian Historis Gerakan Dewan Mahasiswa Institut Teknologi Bandung 1974-1982. Disertasi Sarjana pada FPIPS Jurusan Pendidikan Sejarah UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Taufik safari, Iman. (2009). Majalah Bina Da’wah tahun 1989-1996: Suatu Kajian terhadap Rubrik Dakwah dalam Konteks Pembinaan Akidah Umat Islam di Bandung. Disertasi Sarjana pada FPIPS Jurusan Pendidikan Sejarah UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Narasumber

Hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Yani, tanggal 07 Oktober 2013. (Narasumber merupakan sekelompok mahasiswa aktivis yang mendirikan Lembaga Dakwah Kampus).

Hasil wawancara dengan Bapak Munir, tanggal 07 Oktober 2013. (Narasumber merupakan sekelompok mahasiswa aktivis yang mendirikan Lembaga Dakwah Kampus dan mengetahui isu-isu pada tahun 1980-1998).

Hasil wawancara dengan Bapak Wildan, tanggal 25 Nopember 2013. (Narasumber merupakan mahasiswa yang aktivis dan menjabat sebagai ketua organisasi mesjid yang berkaitan dengan dakwah di Universitas Islam Negeri Bandung).


(6)

Nuraeni, 2014

Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil wawancara dengan Ibu Nan R, tanggal 03 Desember 2013. (Narasumber merupakan salah satu mahasiswa aktivis di organisasi HMI dulunya, beliau mempunyai informasi mengenai isu-isu yang berkaitan dengan gerakan islam).

Hasil wawancara dengan Bapak Putra, tanggal 03 Januari 2014. (Narasumber merupakan sebagai saksi pada masa Orde Baru dan aktivis kampus di Menwa).