MODIFIKASI VARIASI KOMPOSISI EKSTRAK DAUN SIRSAK-BROTOWALI SEBAGAI PESTISIDA NABATI DAN EFEKTIFITAS TERHADAP HAMA INSEKTA PADA TANAMAN CABAI (CAPSICUM ANNUM L).

(1)

MODIFIKASI VARIASI KOMPOSISI EKSTRAK DAUN SIRSAK - BROTOWALI SEBAGAI PESTISIDA NABATI DAN

UJI EFEKTIFITAS TERHADAP HAMA INSEKTA PADA TANAMAN CABAI

(Capsicum annum L)

Oleh : Siti Aisyah NIM 409210037 Program Studi Kimia

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sain

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2013


(2)

(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan berkatNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Skripsi berjudul “Modifikasi Variasi Komposisi Ekstrak Daun Sirsak – Brotowali Sebagai Pestisida Nabati dan Uji Efektifitas Terhadap Hama Insekta Pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L)” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Sains, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: Bapak Drs. Rahmat Nauli, M.Si., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra. Murniaty Simorangkir, MS., Bapak Drs. Jasmidi, M.Si., dan Ibu Junifa Layla Sihombing, S.Si. M.Sc., sebagai dosen-dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu Dr. Iis Siti Jahro, M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai Jurusan Kimia FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis. Teristimewa saya sampaikan terima kasih kepada Ayahanda Kadrin Lubis, Ibunda Wirdannur Hulu, Abangda Sahrul Azwar , Adik (Ananda Riski, Hendra dan Hendri) dan saudara-saudara saya yang sudah berdoa dan memberikan dorongan semangat dan kasih sayangnya serta dana kepada saya untuk menyelesaikan studi di UNIMED. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman Kimia 2009 (khususnya Ika, Iis Apriance, Jenni, Kalsumah, Winda, Ricky, Ardi, Kaminar, Dini, Dina, dan Gaung) seperjuangan untuk semangatnya dan untuk persahabatan yang terjalin dan dukungan doanya. Serta kepada semua abang/kakak senior dan adik-adik junior yang telah mau berbagi ilmu dan pengalaman kepada penulis. Dan tak lupa penulis ucapkan terimakasih buat mybestfriend (Isti, Kiki, Ulan, Nova, Iyam, Jannah, Abi Suhada, Efril, Eki, B’Herman, B’Syawir, D’Putra, B’ Zunaidi dan Ali) yang banyak memberikan motivasi pada penulis. Serta kepada semua pihak yang telah memberi masukan kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah penelitian.

Medan, Juli 2013 Penulis,

Siti Aisyah NIM. 409210037


(4)

MODIFIKASI VARIASI KOMPOSISI EKSTRAK DAUN SIRSAK-BROTOWALI SEBAGAI PESTISIDA NABATI DAN

EFEKTIFITAS TERHADAP HAMA INSEKTA PADA TANAMAN CABAI

(Capsicum annum L) Siti Aisyah (NIM 409210037)

ABSTRAK

Penelitian modifikasi ekstrak daun sirsak – brotowali sebagai pestisida nabati dan uji efektifitasnya terhadap lalat buah pada tanaman cabai (Capsicum annum L.) dijelaskan dalam skripsi ini. Penelitian ini dilakukan perbedaan komposisi dari daun sirsak dengan brotowali dengan konsentrasi 5% terhadap hama lalat buah yang berumur optimal yaitu 7 hari pada tanaman cabai. Pestisida nabati diberikan sebanyak 5 cc dengan lama pengamatan terhadap mortalitas lalat buah 24 jam dan 48 jam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi paling optimum dari ekstrak daun sirsak – brotowali dalam membunuh hama lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman cabai (Capsicum annum L.).

Ekstrak yang dihasilkan di uji secara fitokimia dan KLT, dimana ekstrak dimaserasi kemudian dievaporasi untuk menguapkan pelarut hingga diperoleh ekstrak pekat bebas pelarut. Ekstrak pekat di skrining fitokimia untuk menganalisa kandungan alkaloid dan flavonoid dalam ekstrak sebagai zat aktif pada pestisida nabati. Kemudian masing – masing ekstrak di kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan fasa diam silika gel dan fasa gerak eluen diperoleh beberapa noktah (spot).

Ekstrak daun sirsak – brotowali dengan perbandingan komposisi 3 : 1 dan 1 : 1 pelarut etil asetat pada waktu pengamatan 24 jam mampu membunuh 56,67% hama lalat buah (Bactrocera dorsalis), tidak berbeda nyata dengan ekstrak daun sirsak – brotowali dengan perbandingan komposisi 3 : 1 pelarut etanol dan air pada waktu pengamatan 24 jam mempunyai mortalitas 46,67%. Artinya cukup dengan perbandingan komposisi 3 : 1 ekstrak daun sirsak – brotowali dengan pelarut air dan etanol saja sudah cukup efektif (baik) dalam mengendalikan hama uji. Dari hasil pengujian perbandingan komposisi yang paling optimum membunuh hama lalat buah yaitu 3 : 1 dengan pelarut etil asetat 73,33% selama 24 jam dan 83,33% lama pengamatan 48 jam.


(5)

viii

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Tumbuhan yang Berpotensi Sebagai Insektisida Nabati 7

Tabel 2.2 Penyebaran Cabai Merah di Sumatra Utara 15

Tabel 4.3 Hasil Makroskopik Daun Sirsak 31

Tabel 4.4 Hasil Makroskopik Brotowali 32

Tabel 4.5 Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Sirsak – Brotowali 34

Tabel 4.6 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirsak – Brotowali 38 Tabel 4.7 Pengaruh Komposisi Ekstrak Terhadap Nilai Mortalitas

Lalat Buah


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Daun Sirsak (Annona muricata) 10

Gambar 2.2. Struktur Kimia Acetogenin Annonain 11

Gambar 2.3. Brotowali 12

Gambar 2.4. Struktur Kimia Epigenin 13

Gambar 2.5. Lalat Buah 18

Gambar 2.6. Gambar 3.7. Gambar 3.8. Gambar 3.9. Gambar 3.10. Gambar 3.11. Gambar 4.12. Gambar 4.13. Gambar 4.14. Gambar 4.15. Gambar 4.16. Gambar 4.17.

Gejala Serangan Lalat Buah

Skema Maserasi Pestisida Nabati Dari Bahan Alam Skema Uji Alkaloid

Skema Uji Flavonoid

Skema Analisis Ekstrak Dengan Metode KLT

Skema Uji Ekstrak Modifikasi Daun Sirsak – Brotowali Terhadap Hama Tanaman Cabai

Perkiraan Reaksi Uji Meyer Reaksi Hidrolisis Bismut

Perkiraan Reaksi Uji Dragendorff Perkiraan Reaksi Uji Wagner

Reaksi Dugaan Antara Flavonoid Dengan Serbuk Mg dan HCl Pekat

Kromatogram Hasil Analisa KLT

18 28 28 29 29 30 35 35 36 37 38 40


(7)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Tabel 1.1 Mortalitas lalat buah dengan variasi

komposisi ekstrak

Tabel 1.2 Analisis Varian untuk nilai mortalitas lalat buah selama 24 jam

Tabel 1.3 Analisis Varian untuk nilai mortalitas lalat buah selama 48 jam

Tabel 1.4 Pengaruh komposisi ekstrak terhadap nilai mortalitas lalat buah

48 50 52 53

Lampiran 2. Tabel Nilai Distribusi F 54

Lampiran 3. Tabel Nilai Distribusi t 55 Lampiran 4.

Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7.

Dokumentasi Penelitian Surat Persetujuan Pembimbing Skripsi Surat Izin Melakukan Penelitian

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

56 60 61 62


(8)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu sayuran paling penting di dunia dan di Indonesia. Cabai merupakan salah satu komoditas unggulan hortikultura. Tanaman cabai ditanam di seluruh provinsi di Indonesia dan memiliki nilai yang baik sehingga mendapat prioritas untuk dikembangkan. Luas pertanaman cabai pada tahun 2008 mencapai 103,837 ha, menempati urutan pertama terluas dibandingkan dengan tanaman sayuran lainnya, namun produksi masih belum mencukupi kebutuhan nasional. Produksi nasional cabai dari tahun 2003 sampai tahun 2009 mengalami penurunan yaitu berturut-turut 774.408 dan 668.970 ton (Deptan, 2009). Produksi cabai tahun 2011 sebesar 888.852 ribu ton dengan luas panen cabai tahun 2011 sebesar 121.063 ribu hektar, dan rata – rata produksivitas 7,34 ton/ha. Tingkat produktivitas cabai tergolong masih rendah apabila dibandingkan dengan potensial produksinya yang mampu mencapai sekitar 12 – 20 ton /ha. Rendahnya produksi cabai di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan nasional sehingga pemerintah harus mengimpor cabai yang mencapai lebih dari 16.000 ton per tahun (BPS, 2012).

Beberapa faktor penyebab turunnya produksi cabai nasional adalah berkurangnya luas panen, belum tepatnya cara bercocok tanam, belum berimbanganya pemupukan, dan sukarnya mendapatkan benih yang bermutu dan murah. Selain faktor-faktor di atas, rendahnya produksi cabai nasional juga diakibatkan oleh adanya gangguan hama dan penyakit yang berkontribusi merusak produksi cabai hingga 70% (Rostini, 2012). Salah satu hama penting di bidang hortikultura yang saat ini menjadi isu nasional, karena selain menurunkan produksi juga menjadi faktor pembatas perdagangan (trade barrier) adalah hama lalat buah. Lalat buah yang banyak terdapat di Indonesia yaitu dari genus Bactrocera dan salah satu jenis yang sangat penting dan ganas yaitu Bactrocera dorsalis (Herlinda, dkk., 2007). Serangan lalat buah pada cabai tersebut dapat


(9)

2

menurunkan hasil panen cabai baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Rata-rata tingkat serangan lalat buah pada cabai adalah 20-25%, namun pada kondisi tertentu, serangan lalat buah dapat mencapai 90% (Rostini, 2012).

Pada umumnya, petani melakukan pengendalian dengan menggunakan pestisida sintetik (kimia) dengan asumsi bahwa pestisida sintetik lebih efektif untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman. Jika dikaji secara mendalam pestisida sintetik (kimia) dapat menimbulkan dampak residu dan mengakibatkan terjadinya pencemaran pada tanah, air dan udara. Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20% pestisida mengenai sasaran sedangkan 80% lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida sintetik tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency Syndrom). Menurut World Health Organization (WHO), sampai tahun 2000 mencatat sedikitnya terjadi tiga juta kasus keracunan pestisida sintetik setiap tahun dengan korban jiwa 220.000 korban jiwa (Djunaedy, 2009). Diperkirakan 5.000 – 10.000 orang per tahun mengalami dampak yang sangat fatal, seperti mengalami penyakit kanker, cacat tubuh, kemandulan dan penyakit liver. Selain itu, biaya penggunaan pestisida sintetik juga tergolong mahal yaitu sekitar 20 - 40% biaya produksi. Hal ini dikarenakan pestisida sintetik masih harus diimpor (Laba, 2007).

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 tahun 1995 pasal 3 ditetapkan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan melalui sistem pengendalian hama terpadu (PHT); selanjutnya dalam pasal 19 dinyatakan bahwa penggunaan pestisida dalam rangka pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan alternative terakhir dan dampak yang ditimbulkan harus ditekan seminimal mungkin. Oleh karena itu, perlu dicari cara pengendalian yang efektif terhadap hama sasaran namun aman terhadap organisme bukan sasaran dan lingkungan. Mengacu pada hal tersebut maka salah satu cara pengendalian hama yang ramah lingkungan adalah dengan menggunakan tanaman sebagai bahan pembuatan pestisida nabati yang bersifat ramah lingkungan. Selain itu


(10)

penggunaan pestisida nabati dinilai sangat ekonomis karena bahan yang digunakan dalam pembuatan pestisida nabati mudah diperoleh dan biaya yang dibutuhkan relatif murah, sehingga petani dapat menekan biaya produksi. Salah satu alternatif untuk menekan penggunaan pestisida yang tinggi adalah dengan memanfaatkan pestisida nabati yang merupakan kearifan lokal masyarakat Indonesia.

Salah satu kearifan lokal yang perlu diangkat dan digali dengan melihat gejala alam adalah pemanfaatan tanaman sirsak dan brotowali. Kandungan daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi bergairah melahap tanaman. Bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga mati (Lasut, 2011). Simanjuntak, dkk (2007) membuktikan hasil penelitiannya, bahwa ekstrak daun sirsak dapat digunakan untuk membunuh rayap dengan tingkat kematian 20% hingga 100%. Kardinan, dkk (2000) melaporkan ekstrak batang brotowali untuk mengendalikan hama serangga Tribolium casteneum Hbst sebesar 61,70%. Selain itu, uji toksisitas daun sirsak juga dilakukan oleh Purnomo dan Utami (2010) yang menyebabkan kematian 50% pada hewan uji Carassius auratus selama periode waktu 96 jam.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemanfaatan pestisida nabati dengan mengangkat judul penelitian yaitu “Modifikasi Variasi Komposisi Ekstrak Daun Sirsak – Brotowali Sebagai Pestisida Nabati dan Uji Efektifitas Terhadap Hama Insekta Pada Cabai (Capsicum annum L.).

1.2. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi untuk mengetahui tingkat efektifitas modifikasi variasi komposisi ekstrak daun sirsak – brotowali sebagai pestisida nabati terhadap hama insekta lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman cabai (Capsicum annum L.) yang berumur 7 hari dengan ukuran 6 - 8 mm.


(11)

4

1.3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Berapa variasi komposisi modifikasi ekstrak daun sirsak – brotowali yang berfungsi optimum sebagai pestisida nabati untuk membasmi hama insekta lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman cabai (Capsicum annum L.). 2. Bagaimana pengaruh pemberian modifikasi variasi komposisi pestisida nabati

ekstrak daun sirsak – brotowali terhadap mortalitas hama insekta lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman cabai (Capsicum annum L.).

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan :

1. Komposisi modifikasi ekstrak daun sirsak - brotowali yang berfungsi paling optimum sebagai pestisida nabati untuk membasmi hama insekta lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman cabai (Capsicum annum L.).

2. Pengaruh pemberian modifikasi pestisida nabati ekstrak daun sirsak – brotowali terhadap mortalitas hama insekta lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman cabai (Capsicum annum L.).

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi tentang komposisi modifikasi ekstrak daun sirsak – brotowali yang berfungsi paling optimum sebagai pestisida nabati untuk membasmi hama insekta lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman cabai (Capsicum annum L.).

2. Memberikan informasi tentang pengaruh modifikasi pestisida nabati ekstrak daun sirsak - brotowali terhadap mortalitas hama insekta lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman cabai (Capsicum annum L.).

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti khususnya mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UNIMED yang berminat untuk melanjutkan pene


(12)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan :

1. Perbandingan variasi komposisi volume ekstrak 3:1 merupakan perbandingan komposisi yang paling baik sebagai pestisida nabati dari semua pelarut tetapi pelarut etil asetat merupakan komposisi bahan alam yang paling optimum untuk membunuh hama lalat buah dengan persentase mortalitas berturut – turut 73,33% dan 83,33% selama 24 jam dan 48 jam pengamatan.

2. Pengaruh ekstrak dengan perbandingan komposisi volume 3:1 dan 3:1 pelarut etil asetat, air dan etanol 1 :3 pada waktu pengamatan 24 jam sudah cukup efektif dalam mengendalikan hama uji sebesar 56,67% dan 46,67%.

5.2. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan :

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang proses pemurnian senyawa yang bersifat bioaktif sebagai insektisida nabati, yaitu dengan variasi bahan alam, konsentrasi, kromatografi kolom.

2. Perlu adanya analisa kuantitatif dari zat aktif dalam bahan alam yang lebih lanjut dengan GC-MS, LC-MS dan NMR.


(13)

46

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Adfa, Morina., (2007). Isolasi Senyawa Flavonoid Berkhasiat Sitotoksik Dari Daun Kemuning (Murraya panicullata L Jack.). Bengkulu, Jurnal Gradien Vol.3 No.2 Juli 2007 : 262-266

BPS, (2012), Produksi Cabai Besar, Bawang Merah, dan Mangga Tahun 2011, Badan Pusat Statistik, Jakarta

Deptan, (2009), Rancangan Rencana Strategi Kementrian Pertanian Tahun 2010 – 2014, Kementrian Pertanian, Jakarta

Djunaedy, Achmad, (2009), Materi Biopestisida Sebagai Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang Ramah Lingkungan, Jurnal Pertanian Fakultas pertanian Unijoyo, Embryo Vol.6 No.1 : 0216-0188 Herlinda, Siti., Reka, Mayasari., Triani, Adam., Yulia, Pujiastuti., Yuanita,

Windusari., Populasi Dan Serangan Lalat Buah Bactrocera dorsalis (Hendel) (Diptera: Tephritidae) Serta Potensi Parasitoidnya Pada Pertanaman Cabai (Capsicum annum L.). Kongres Ilmu Pengetahuan Wilayah Indonesia Bagian Barat, FPHT, Unsri, Palembang, Prosiding Juni 2007

Kardinan, Agus., Momo, Iskandar., Hernani., (2000), Pengaruh Ekstrak Batang Brotowali Terhadap Aktivitas Biologi Serangga Tribolium castaneum Hbst, Volume 4 No.2 Balitro, Bogor

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Analitik Penerjemah: A. Saptorahardjo, Pendamping Agus Nurhadi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)

Laba, I Wayan. (2010). Analisis Empiris Penggunaan Insektisida Menuju Pertanian Berkelanjutan. Pengembangan Inovasi Pertanian 3(2), Bogor, 2010: 120-137

Lasut, Marthen. (2011). Deskripsi Tumbuhan Penghasil Pestisida Hayati. Fakultas Pertanian UNSRAT, Manado

Lenny, Sovia. (2006). Senyawa Flavonoid, Fenilpropanoid dan Alkaloida. Karya Ilmiah. FMIPA, USU, Medan

Manjorang, Rifca., (2012), Uji Efektifitas Ekstrak Akar Tuba (Derris elliptica) Terhadap Lalat Rumah, Skripsi, FMIPA UNIMED, Medan.

Marliana, S.D., Venty, Suryanti., Suyono., (2005) Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol . Jurnal Biofarmasi. 3 (1), Pebruari 2005, ISSN: 1693-2242. FMIPA UNS, Surakarta. Hal : 26-31 Maspari. (2011). Tips Jitu Mengendalikan Lalat Buah (Tephritidae).

http://www.gerbangpertanian.com/2011/11/tips-jitu-mengendalikan-lalat-buah.html, diakses pada tanggal 20 Maret 2013


(14)

Prajnanta, Final. (2011). Mengatasi Permasalahan Bertanam Cabai. Penebar Swadaya : Jakarta

Purnomo, Hasoyo., Utami, Afri. (2010). Uji Toksisitas Akut Ekstrak Daun Sirsak Sebagai Pestisida Hayati. IKIP PGRI. Semarang

Rostini, Neni. (2012). 9 Strategi Bertanam Cabai Bebas Hama dan Penyakit. Jakarta : PT. Agro Media Pustaka

Sarjan, M., Hendra, Yulistiono., Hery, Haryanto., (2010). Kelimpahan dan Komposisi Spesies Lalat Buah Pada Lahan Kering di Kabupaten Lombok. Crop Argo Vol. 3 No. 2, Fakultas Pertanian, Mataram : 10310 Silitonga, P.M., (2007), Statistik : Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, FMIPA

UNIMED, Medan

Simanjuntak, Fery., Maimunah., Zulheri., Hafni, Zahara., Pemanfaatan Daun Sirsak dan Berbagai Jenis Umpan Untuk Mengendalikan Hama Rayap di Laboratorium. Balai Karantina Tumbuhan Belawan. Bogor. Prosiding Agustus 2007

Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi kelima. Penerjemah: Setiono, L. dan A.H. Pudjaatmaka. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka

Yunita., Azidi, Irwan,. Radna, Nurmasari., (2009). Skrining Fitokimia Daun Tumbuhan Katimaha (Kleinhovia hospital ). Universitas Lambung Mangkurat. Jurnal Sains Dan Terapan Kimia, Vol. 3 No. 2 (Juli 2009): 112 – 123


(1)

menurunkan hasil panen cabai baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Rata-rata tingkat serangan lalat buah pada cabai adalah 20-25%, namun pada kondisi tertentu, serangan lalat buah dapat mencapai 90% (Rostini, 2012).

Pada umumnya, petani melakukan pengendalian dengan menggunakan pestisida sintetik (kimia) dengan asumsi bahwa pestisida sintetik lebih efektif untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman. Jika dikaji secara mendalam pestisida sintetik (kimia) dapat menimbulkan dampak residu dan mengakibatkan terjadinya pencemaran pada tanah, air dan udara. Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20% pestisida mengenai sasaran sedangkan 80% lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida sintetik tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency Syndrom). Menurut World Health Organization (WHO), sampai tahun 2000 mencatat sedikitnya terjadi tiga juta kasus keracunan pestisida sintetik setiap tahun dengan korban jiwa 220.000 korban jiwa (Djunaedy, 2009). Diperkirakan 5.000 – 10.000 orang per tahun mengalami dampak yang sangat fatal, seperti mengalami penyakit kanker, cacat tubuh, kemandulan dan penyakit liver. Selain itu, biaya penggunaan pestisida sintetik juga tergolong mahal yaitu sekitar 20 - 40% biaya produksi. Hal ini dikarenakan pestisida sintetik masih harus diimpor (Laba, 2007).

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 tahun 1995 pasal 3 ditetapkan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan melalui sistem pengendalian hama terpadu (PHT); selanjutnya dalam pasal 19 dinyatakan bahwa penggunaan pestisida dalam rangka pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan alternative terakhir dan dampak yang ditimbulkan harus ditekan seminimal mungkin. Oleh karena itu, perlu dicari cara pengendalian yang efektif terhadap hama sasaran namun aman terhadap organisme bukan sasaran dan lingkungan. Mengacu pada hal tersebut maka salah satu cara pengendalian hama yang ramah lingkungan adalah dengan menggunakan tanaman sebagai bahan pembuatan pestisida nabati yang bersifat ramah lingkungan. Selain itu


(2)

penggunaan pestisida nabati dinilai sangat ekonomis karena bahan yang digunakan dalam pembuatan pestisida nabati mudah diperoleh dan biaya yang dibutuhkan relatif murah, sehingga petani dapat menekan biaya produksi. Salah satu alternatif untuk menekan penggunaan pestisida yang tinggi adalah dengan memanfaatkan pestisida nabati yang merupakan kearifan lokal masyarakat Indonesia.

Salah satu kearifan lokal yang perlu diangkat dan digali dengan melihat gejala alam adalah pemanfaatan tanaman sirsak dan brotowali. Kandungan daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi bergairah melahap tanaman. Bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga mati (Lasut, 2011). Simanjuntak, dkk (2007) membuktikan hasil penelitiannya, bahwa ekstrak daun sirsak dapat digunakan untuk membunuh rayap dengan tingkat kematian 20% hingga 100%. Kardinan, dkk (2000) melaporkan ekstrak batang brotowali untuk mengendalikan hama serangga Tribolium casteneum Hbst sebesar 61,70%. Selain itu, uji toksisitas daun sirsak juga dilakukan oleh Purnomo dan Utami (2010) yang menyebabkan kematian 50% pada hewan uji Carassius auratus selama periode waktu 96 jam.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemanfaatan pestisida nabati dengan mengangkat judul penelitian yaitu “Modifikasi Variasi Komposisi Ekstrak Daun Sirsak – Brotowali Sebagai Pestisida Nabati dan Uji Efektifitas Terhadap Hama Insekta Pada Cabai (Capsicum annum L.).

1.2. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi untuk mengetahui tingkat efektifitas modifikasi variasi komposisi ekstrak daun sirsak – brotowali sebagai pestisida nabati terhadap hama insekta lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman cabai (Capsicum annum L.) yang berumur 7 hari dengan ukuran 6 - 8 mm.


(3)

1.3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Berapa variasi komposisi modifikasi ekstrak daun sirsak – brotowali yang berfungsi optimum sebagai pestisida nabati untuk membasmi hama insekta lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman cabai (Capsicum annum L.). 2. Bagaimana pengaruh pemberian modifikasi variasi komposisi pestisida nabati

ekstrak daun sirsak – brotowali terhadap mortalitas hama insekta lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman cabai (Capsicum annum L.).

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan :

1. Komposisi modifikasi ekstrak daun sirsak - brotowali yang berfungsi paling optimum sebagai pestisida nabati untuk membasmi hama insekta lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman cabai (Capsicum annum L.).

2. Pengaruh pemberian modifikasi pestisida nabati ekstrak daun sirsak – brotowali terhadap mortalitas hama insekta lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman cabai (Capsicum annum L.).

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi tentang komposisi modifikasi ekstrak daun sirsak – brotowali yang berfungsi paling optimum sebagai pestisida nabati untuk membasmi hama insekta lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman cabai (Capsicum annum L.).

2. Memberikan informasi tentang pengaruh modifikasi pestisida nabati ekstrak daun sirsak - brotowali terhadap mortalitas hama insekta lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman cabai (Capsicum annum L.).

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti khususnya mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UNIMED yang berminat untuk melanjutkan pene


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan :

1. Perbandingan variasi komposisi volume ekstrak 3:1 merupakan perbandingan komposisi yang paling baik sebagai pestisida nabati dari semua pelarut tetapi pelarut etil asetat merupakan komposisi bahan alam yang paling optimum untuk membunuh hama lalat buah dengan persentase mortalitas berturut – turut 73,33% dan 83,33% selama 24 jam dan 48 jam pengamatan.

2. Pengaruh ekstrak dengan perbandingan komposisi volume 3:1 dan 3:1 pelarut etil asetat, air dan etanol 1 :3 pada waktu pengamatan 24 jam sudah cukup efektif dalam mengendalikan hama uji sebesar 56,67% dan 46,67%.

5.2. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan :

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang proses pemurnian senyawa yang bersifat bioaktif sebagai insektisida nabati, yaitu dengan variasi bahan alam, konsentrasi, kromatografi kolom.

2. Perlu adanya analisa kuantitatif dari zat aktif dalam bahan alam yang lebih lanjut dengan GC-MS, LC-MS dan NMR.


(5)

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Adfa, Morina., (2007). Isolasi Senyawa Flavonoid Berkhasiat Sitotoksik Dari Daun Kemuning (Murraya panicullata L Jack.). Bengkulu, Jurnal Gradien Vol.3 No.2 Juli 2007 : 262-266

BPS, (2012), Produksi Cabai Besar, Bawang Merah, dan Mangga Tahun 2011, Badan Pusat Statistik, Jakarta

Deptan, (2009), Rancangan Rencana Strategi Kementrian Pertanian Tahun 2010 – 2014, Kementrian Pertanian, Jakarta

Djunaedy, Achmad, (2009), Materi Biopestisida Sebagai Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang Ramah Lingkungan, Jurnal Pertanian Fakultas pertanian Unijoyo, Embryo Vol.6 No.1 : 0216-0188 Herlinda, Siti., Reka, Mayasari., Triani, Adam., Yulia, Pujiastuti., Yuanita,

Windusari., Populasi Dan Serangan Lalat Buah Bactrocera dorsalis (Hendel) (Diptera: Tephritidae) Serta Potensi Parasitoidnya Pada Pertanaman Cabai (Capsicum annum L.). Kongres Ilmu Pengetahuan Wilayah Indonesia Bagian Barat, FPHT, Unsri, Palembang, Prosiding Juni 2007

Kardinan, Agus., Momo, Iskandar., Hernani., (2000), Pengaruh Ekstrak Batang Brotowali Terhadap Aktivitas Biologi Serangga Tribolium castaneum Hbst, Volume 4 No.2 Balitro, Bogor

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Analitik Penerjemah: A. Saptorahardjo, Pendamping Agus Nurhadi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)

Laba, I Wayan. (2010). Analisis Empiris Penggunaan Insektisida Menuju Pertanian Berkelanjutan. Pengembangan Inovasi Pertanian 3(2), Bogor, 2010: 120-137

Lasut, Marthen. (2011). Deskripsi Tumbuhan Penghasil Pestisida Hayati. Fakultas Pertanian UNSRAT, Manado

Lenny, Sovia. (2006). Senyawa Flavonoid, Fenilpropanoid dan Alkaloida. Karya Ilmiah. FMIPA, USU, Medan

Manjorang, Rifca., (2012), Uji Efektifitas Ekstrak Akar Tuba (Derris elliptica) Terhadap Lalat Rumah, Skripsi, FMIPA UNIMED, Medan.

Marliana, S.D., Venty, Suryanti., Suyono., (2005) Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol . Jurnal Biofarmasi. 3 (1), Pebruari 2005, ISSN: 1693-2242. FMIPA UNS, Surakarta. Hal : 26-31 Maspari. (2011). Tips Jitu Mengendalikan Lalat Buah (Tephritidae).

http://www.gerbangpertanian.com/2011/11/tips-jitu-mengendalikan-lalat-buah.html, diakses pada tanggal 20 Maret 2013


(6)

Prajnanta, Final. (2011). Mengatasi Permasalahan Bertanam Cabai. Penebar Swadaya : Jakarta

Purnomo, Hasoyo., Utami, Afri. (2010). Uji Toksisitas Akut Ekstrak Daun Sirsak Sebagai Pestisida Hayati. IKIP PGRI. Semarang

Rostini, Neni. (2012). 9 Strategi Bertanam Cabai Bebas Hama dan Penyakit. Jakarta : PT. Agro Media Pustaka

Sarjan, M., Hendra, Yulistiono., Hery, Haryanto., (2010). Kelimpahan dan Komposisi Spesies Lalat Buah Pada Lahan Kering di Kabupaten Lombok. Crop Argo Vol. 3 No. 2, Fakultas Pertanian, Mataram : 10310 Silitonga, P.M., (2007), Statistik : Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, FMIPA

UNIMED, Medan

Simanjuntak, Fery., Maimunah., Zulheri., Hafni, Zahara., Pemanfaatan Daun Sirsak dan Berbagai Jenis Umpan Untuk Mengendalikan Hama Rayap di Laboratorium. Balai Karantina Tumbuhan Belawan. Bogor. Prosiding Agustus 2007

Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi kelima. Penerjemah: Setiono, L. dan A.H. Pudjaatmaka. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka

Yunita., Azidi, Irwan,. Radna, Nurmasari., (2009). Skrining Fitokimia Daun Tumbuhan Katimaha (Kleinhovia hospital ). Universitas Lambung Mangkurat. Jurnal Sains Dan Terapan Kimia, Vol. 3 No. 2 (Juli 2009): 112 – 123