PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SD KELAS V PADA MATERI KEGIATAN MANUSIA YANG MENGUBAH PERMUKAAN BUMI (Penelitian Eksperimen di Kelas V SDN Sukamanah dan SDN Mayang Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang).

(1)

(Penelitian Eksperimen di Kelas V SDN Sukamanah dan SDN Mayang Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

ANITA WULANDARI 0903245

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 5

D.Manfaat Penelitian ... 5

E. Batasan Istilah ... 6

BAB II STUDI LITERATUR A. Hakikat IPA ... 8

B. Hakikat Pembelajaran IPA ... 9

C. Pembelajaran IPA di SD ... 11

D. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ... 13

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ... 13

2. Hakikat Masalah dalam PBM ... 14

3. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ... 14

4. Langkah-langkah PBM ... 15

5. Teori Belajar yang Melandasi PBM ... 17

E. Literasi Sains ... 19

1. Pengertian Literasi Sains ... 19

2. Aspek Penilaian dalam Literasi Sains ... 20

3. Alat Penilaian/Instrumen Literasi Sains ... 24

F. Kegiatan Manusia yang Mengubah Permukaan Bumi ... 25

1. Perubahan Permukaan Bumi Akibat Kegiatan Pertanian ... 26

2. Perubahan Permukaan Bumi Akibat Kegiatan Pembangunan .. 27

3. Perubahan Permukaan Bumi Akibat Kegiatan Penambangan .. 28

G. Hasil penelitian yang Relevan ... 29


(3)

B. Subjek Penelitian ... 32

C.Variabel Penelitian ... 33

D.Prosedur Penelitian ... 33

E. Instrumen Penelitian ... 38

F. Validasi Instrumen... 39

G.Teknik Pengolahan Data... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Analisis Data Kuantitatif ... 46

B. Pembahasan ... 68

C.Analisis Data Kualitatif ... 70

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 83


(4)

Tabel

2.1 Langkah-langkah PBM ... 17

2.2 Konten Sains dalam PISA ... 21

2.3 Kompetensi Sains dalam PISA ... 23

3.1 Daftar Populasi Penelitian ... 32

3.2 Derajat Validitas Soal ... 39

3.3 Derajat Reliabilitas Soal ... 40

3.4 Kriteria Indeks Kesukaran Soal ... 41

3.5 Kriteria Menafsirkan Daya Pembeda ... 42

3.6 Daya Pembeda Butir Soal ... 42

4.1 Data Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 48

4.2 Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 49

4.3 Uji Normalitas Data Pretes... 51

4.4 Analisis Uji-U Data Pretes ... 53

4.5 Data Hasil Postes Kelas Kontrol ... 55

4.6 Data Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 56

4.7 Uji Normalitas Data Postes ... 58

4.8 Uji Homogenitas Data Postes ... 60

4.9 Uji Perbedaan Rata-rata Postes ... 61

4.10 Nilai Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 62

4.11 Uji Normalitas Gain ... 63

4.12 Uji Homogenitas Gain... 64

4.13 Uji Perbedaan Rata-rata Gain... 65

4.14 Uji t Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen ... 67

4.15 Uji Perbedaan Rata-rata Gain Ternormalisasi... 68

4.16 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol Hari Ke-1 ... 71

4.17 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen Hari Ke-1 ... 73

4.18 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol Hari Ke-2 ... 75


(5)

Gambar

3.1 Alur Penelitian ... 37

4.1 Perbandingan Hasil Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 50

4.2 Histogram Hasil Uji Normalitas Data Pretes Kelas Kontrol ... 52

4.3 Histogram Hasil Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen ... 52

4.4 Perbandingan Hasil Postes Kelas Kontrol dan kelas Eksperimen ... 57

4.5 Histogram Hasil Uji Normalitas Data Postes Kelas Kontrol ... 58


(6)

LAMPIRAN A ...83

LAMPIRAN B ...109

LAMPIRAN C ...121

LAMPIRAN D ...125

LAMPIRAN E ...135

LAMPIRAN F ...151


(7)

1 A. Latar Belakang Masalah

Manusia pasti memanfaatkan segala sesuatu yang tersedia di alam sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia dianugrahi akal dan pikiran untuk digunakan dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam tersebut. Namun terkadang, manusia lupa bahwa alam semesta pada hakikatnya merupakan titipan dari Allah SWT untuk dijaga dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, banyak kegiatan manusia yang menyebabkan perubahan pada permukaan bumi dan pada akhirnya berdampak pada rusaknya keseimbangan lingkungan. Beberapa kegiatan manusia tersebut di antaranya adalah kegiatan pembakaran hutan untuk melakukan pemindahan lahan, pembangunan jalan, pembangunan pemukiman, penambangan, dan masih banyak lagi.

Jika dibiarkan dalam jangka waktu yang lama, hal ini akan sangat berdampak buruk bagi lingkungan, dan tentu saja dapat merugikan manusia itu sendiri. Seperti yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia saat ini. Saat musim penghujan tiba, banyak daerah pemukiman yang terendam banjir, khususnya pemukiman yang padat penduduk. Salah satu faktor penyebabnya adalah pembangunan jalan dan perumahan dalam skala yang luas, sehingga saat hujan turun, tanah tidak dapat menampung dan menyerap air dengan maksimal yang pada akhirnya menimbulkan bencana alam. Keadaan ini diperparah lagi dengan kebiasaan buruk manusia yang sering membuang sampah sembarangan, sehingga sampah-sampah tersebut dapat menyumbat saluran air.

Peristiwa banjir dan bencana alam lainnya dapat dicegah dan dikurangi jika saja manusia dapat mengelola alam dengan baik. Untuk mendukung itu semua, manusia dituntut untuk menguasai beragam ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan bagaimana cara mengelola dan memanfaatkan alam sekitarnya. Hal ini tentu saja mutlak menunjukkan bahwa manusia sangatlah membutuhkan pendidikan.


(8)

Pendidikan merupakan faktor yang sangat berpengaruh besar terhadap tingkat kemakmuran dan keberlangsungan hidup manusia. Keberhasilan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi penerus yang tentunya memiliki Sumber Daya Manusia yang tinggi. Melalui sistem pendidikan, para generasi penerus tersebut dibimbing dan diarahkan agar menjadi seseorang yang memiliki kecerdasan, kemandirian, dan tentunya memiliki moral yang baik.

Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 adalah: Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Agar sistem pendidikan dapat berjalan dengan maksimal, maka yang perlu dilakukan adalah mengefektifkan pembelajaran dan mengoptimalkan peran siswa di dalam proses pembelajaran agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses penambahan atau pendalaman pengetahuan, keterampilan, serta sikap seseorang. Menurut Gagne (Winataputra, 2007:1.8), „Belajar adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan‟. Sedangkan menurut Bower dan Hilgard (Winataputra, 2007:1.8), „Belajar mengacu pada perubahan perilaku atau potensi individu sebagai hasil dari pengalaman dan perubahan tersebut tidak disebabkan oleh insting, kematangan atau kelelahan dan kebiasaan‟. Dengan kata lain, belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada individu. Perubahan ini tentunya perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja, tetapi juga meliputi aspek afektif dan psikomotor. Perubahan perilaku akibat proses pembelajaran relatif menetap dan akan bersifat cukup permanen. Salah satu pembelajaran yang berhubungan dengan lingkungan dan alam sekitar adalah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

Pembelajaran IPA merupakan upaya pemahaman, penyadaran, dan pengembangan nilai positif tentang hakikat IPA melalui kegiatan pembelajaran.


(9)

IPA pada hakikatnya merupakan ilmu pengetahuan tentang fenomena alam yang meliputi proses, produk dan sikap ilmiah.

Dalam pembelajaran IPA, siswa tidak hanya dituntut untuk memahami materi dan menguasai konsep-konsep tertentu saja, tetapi juga harus bisa memanfaatkan dan mengaplikasikan materi pembelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa keterampilan yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran IPA adalah keterampilan proses sains dan kemampuan literasi sains.

Secara garis besar, literasi sains dapat diartikan sebagai pemahaman seseorang mengenai konsep, konteks dan proses sains yang akan memungkinkan seseorang untuk membuat suatu keputusan berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya. Literasi sains merupakan kemampuan seseorang dalam memahami sains serta aplikasinya dalam kehidupan. Menurut Echols dan Shadily (Zuriyani : 2012:2), “Secara harfiah, literasi berasal dari kata literacy yang berarti melek huruf/gerakan pemberantasan buta huruf sedangkan istilah sains berasal dari bahasa Inggris science yang berarti ilmu pengetahuan”. Sedangkan literasi sains menurut PISA didefinisikan sebagai

Kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia.

Seseorang yang memiliki literasi sains berarti mampu menerapkan konsep-konsep atau fakta-fakta mengenai sains dengan fenomena-fenomena alam yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Literasi sains berguna untuk membantu seseorang memecahkan masalah sains yang terjadi dalam kehidupan serta menganalisis hubungan sains dengan isu sains yang berkembang di masyarakat.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar sudah seharusnya memperhatikan perkembangan kemampuan literasi sains siswa, mengingat literasi sains merupakan modal dasar bagi siswa dalam memecahkan masalah sains yang dihadapinya di kehidupan sehari-hari. Selain itu, tujuan pembelajaran IPA itu sendiri salah satunya adalah untuk meningkatkan kesadaran siswa dalam berperan serta memelihara dan melestarikan lingkungan.


(10)

Seorang guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang mandiri dan menjadikan pembelajaran IPA lebih bermakna bagi siswa agar keterampilan literasi sains siswa dapat berkembang secara optimal. Begitu banyak model, pendekatan, dan metode pembelajaran yang diciptakan para ahli untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA adalah model pembelajaran berbasis masalah.

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan model pembelajaran yang menyajikan situasi masalah yang bermakna bagi siswa. Masalah yang disajikan dalam PBM adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya, jawaban dari masalah-masalah tersebut belum pasti, sehingga setiap siswa, bahkan guru dapat mengembangkan kemungkinan jawaban atas permasalahan tersebut. PBM memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Menurut Ibrahim Nur (Rusman, 2012:241),

Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswadalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar.

Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa untuk memproses informasi, mengkaji suatu permasalahan, dan mencoba untuk memecahkan permasalahan tersebut. PBM memberikan ruang yang bebas untuk siswa mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya sehingga membuat pembelajaran menjadi lebih menarik. Menurut Suprijono (2009 : 72), “Hal yang tidak kalah esensiil sebagai hasil dari pembelajaran berbasis masalah adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi”. Dalam pembelajaran ini, siswa dituntut untuk menguasai materi pelajaran, karena pada proses pembelajaran, siswa akan mencari informasi sendiri dan menggunakannya secara aktif dalam menyelesaikan permasalahan yang ditemukannya pada kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka sebagai upaya konkret untuk menciptakan suasana belajar yang melibatkan siswa, dan lebih bermakna sehingga dapat mengasah kemampuan literasi sains siswa, maka dilakukan penelitian ini dengan


(11)

judul : “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa SD kelas V pada Materi Kegiatan Manusia yang Mengubah Permukaan Bumi”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Apakah model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa secara signifikan?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan pada kemampuan literasi sains siswa dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah dibandingkan dengan pembelajaran konvensional?

Untuk menghindari terjadinya kekeliruan karena luasnya masalah yang diteliti dan untuk mempermudah jawaban yang akan dibahas, perlu diadakan pembatasan masalah sehingga terhindar dari penyimpangan tujuan. Masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya meliputi pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan literasi sains siswa SD di kelas V pada materi kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada rumusan masalah diatas, maka dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui peningkatan kemampuan literasi sains siswa dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah.

2. Mengetahui perbedaan kemampuan literasi sains siswa yang memperoleh pembelajaran melalui model Pembelajarana Berbasis Masalah dengan pembelajaran konvensional

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut. 1. Bagi Siswa


(12)

Dengan meggunakan model PBM ini, siswa diberi kesempatan untuk belajar mengkomunikasikan kemampuan berpikirnya, belajar untuk bekerjasama dalam kelompok dan mengasah kemampuan mereka dalam memecahkan suatu masalah. Siswa dapat lebih termotivasi dalam kegiatan pembelajaran dan ikut aktif di dalamnya, sehingga pembelajaran dapat dirasakan lebih bermakna dan secara tidak langsung kemampuan literasi sains siswa dapat berkembang.

2. Bagi Guru

Dengan adanya penelitian ini, guru dapat menggunakan model PBM sebagai alternatif strategi pembelajaran untuk lebih menarik minat belajar siswa dan membuat pembelajaran tidak terkesan monoton. Guru juga dapat mengetahui perbedaan kemampuan literasi sains siswa dengan menggunakan model pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

3. Bagi Sekolah

Melalui penelitian ini, hasil dari penelitian akan memberikan sumbangan bagi sekolah tentang variasi pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan dan secara umum prestasi sekolah mejadi lebih meningkat.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini akan menjadi pengalaman yang sangat berarti bagi peneliti sebagai bekal pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan dalam memperbaiki mutu pendidikan.

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya kekeliruan karena luasnya masalah yang diteliti dan untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap pokok permasalahan yang akan diteliti ini, berikut ini akan dijelaskan batasan istilah yang perlu diketahui kejelasannya.

1. Pembelajaran Berbasis Masalah : Merupakan model pembelajaran yang menyajikan situasi masalah yang bermakna bagi siswa. Masalah yang disajikan dalam pembelajaran ini adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya, jawaban dari masalah-masalah tersebut belum pasti, sehingga setiap siswa, bahkan guru dapat mengembangkan kemungkinan jawaban.


(13)

2. Literasi Sains : Literasi Sains adalah pemahaman mengenai konsep, konteks dan proses sains yang akan memungkinkan seseorang untuk membuat suatu keputusan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.

3. Kegiatan Manusia yang Mengubah Permukaan Bumi : Beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi diantaranya adalah kegiatan pertanian, kegiatan pembangunan dan kegiatan penambangan.


(14)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode True experiment. Pada penelitian ini terdapat dua kelompok kelas yang dibandingkan, kedua kelas yang dimaksud adalah kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pertama-tama dilakukan pemilihan secara acak untuk menentukan kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kedua kelas ini merupakan kelas yang berasal dari dua sekolah berbeda yang termasuk ke dalam sekolah yang berada pada kelompok sedang berdasarkan hasil nilai UN SD/MI Kabupaten Subang tahun 2012. Kemudian setelah dipastikan kelas eksperimen dan kelas kontrolnya, pada kedua kelas tersebut diberikan pretest untuk mengukur kesetaraan kemampuan awal subjek penelitian. Selanjutnya pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran menggunakan model PBM, sedangkan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional seperti biasanya kelas tersebut belajar. Pada akhir tindakan, diberikan posttest untuk melihat perbedaan hasil peningkatan pemahaman kedua kelas tersebut setelah diberikan perlakuan yang berbeda.

Desain penelitian eksperimen yang digunakan adalah desain kelompok kontrol pretes-postes. (pretest-posttest control group design). Adapun bentuknya sebagai berikut.

A 0 X1 0 ( Maulana, 2009 : 24) A 0 X2 0

Keterangan :

A = Sampel yang dipilih secara acak 0 = Pretes dan postes

X1 = Pembelajaran menggunakan model PBM X2 = Pembelajaran konvensional


(15)

B. Subjek Penelitian 1. Populasi

Populasi merupakan sejumlah kelompok yang dijadikan subjek penelitian. Menurut Maulana (2009: 25), populasi adalah “ Keseluruhan subjek atau objek penelitian”. Berdasarkan pengertian tersebut, populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V se-Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang berjumlah 678 siswa yang dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3. 1

Daftar Populasi Penelitian

No. Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas V

1. SDN Cisalak I 26

2. SDN Cisalak II 27

3. SDN Cisalak III 22

4. SDN Cigadog I 19

5. SDN Darmaga I 41

6. SDN Nyalindung 15

7. SDN Cimanggu I 15

8. SDN Gardusayang I 28

9. SDN Gardusayang II 21

10. SDN Gardusayang III 11

11. SDN Mayang 38

12. SDN Sukamanah 38

13. SDN Bukanagara I 15

14. SDN Cikendung 24

15. SDN Ciwangun 26

16. SDN Sukakerti I 23

17. SDN Cigadog II 46

18. SDN Cimanggu II 26

19. SDN Bukanagara II 23

20. SDN Sukakerti II 34

21. SDN Darmaga V 23

22. SDN Gardusayang IV 20

23. SDN Cisalak IV 25

24. SDN Pakuhaji I 31

25. SDN Pakuhaji II 26

26. SDN Pakuhaji III 29

Jumlah 678

(Sumber : UPTD Kecamatan Cisalak 2012)


(16)

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian atau perwakilan data penelitian. Menurut Maulana (2009: 26), “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Dalam penelitian ini, sampel yang akan diambil adalah siswa kelas V SDN Sukamanah yang berjumlah 38 orang siswa, dan siswa kelas V SDN Mayang sebanyak 38 orang siswa. Kelas pertama sebagai kelas eksperimen yang akan diberi perlakuan berupa penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan kelas kedua sebagai kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan (pembelajaran konvensional). Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik random berstrata, yaitu dengan mengelompokkan sekolah berdasarkan strata (dalam penelitian ini pengelompokkan menggunakan nilai rata-rata UN IPA), kemudian dirandom kembali untuk menentukan sekolah mana yang akan diambil sebagai sampel penelitian.

C. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), sedangkan variable terikatnya adalah kemampuan literasi sains siswa.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahapan, yaitu: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap akhir. Penjelasan dari ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini akan dilaksanakan beberapa kegiatan, yaitu sebagai berikut. a. Melakukan studi literatur terhadap buku, jurnal, artikel, dan laporan penelitian mengenai model Pembelajaran berbasis Masalah dan mengenai kemampuan literasi sains.


(17)

b. Menganalisis kurikulum SD mata pelajaran IPA dan menentukan materi pembelajaran kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi di Indonesia. c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

d. Merancang instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.

e. Mengkonsultasikan instrumen yang telah dibuat kepada ahli untuk menanyakan validasi isi, apakah instrumen tersebut layak atau tidak untuk digunakan. f. Melakukan uji coba instrumen untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya

pembeda dan tingkat kesukaran instrumen.

g. Mengolah hasil uji coba dari instrumen, apabila perlu direvisi maka instrumen di uji coba kembali.

h. Permintaan izin kepada pihak sekolah yang akan digunakan sebagai tempat penelitian.

i. Menentukan kelas yang akan dijadikan subjek dari penelitian.

2. Tahapan Pelaksanaan

a. Pelaksanaan di Kelas Kontrol

1. Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran metode konvensional. 2. Guru memberikan tes awal ( pretest ) kepada siswa mengenai materi kegiatan

manusia yang mengubah permukaan bumi.

3. Guru melakukan pembelajaran konvensional di kelas kontrol dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a) Guru memberikan apersepsi tentang kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi.

b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

c) Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi.

d) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok.

e) Setiap kelompok diberikan sebuah LKS untuk didiskusikan. f) Guru membimbing dan mengarahkan siswa saat diskusi. g) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.


(18)

h) Siswa diarahkan untuk membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari.

i) Guru memberikan tes akhir (posttest) terhadap pembelajaran mengenai materi kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi.

b. Pelaksanaan di Kelas Eksperimen

1. Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

2. Guru memberikan tes awal ( pretest ) kepada siswa mengenai materi kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi.

3. Guru melakukan pembelajaran dengan model PBM di kelas eksperimen dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a) Guru mengarahkan siswa pada pembelajaran dengan memberikan apersepsi.

b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

c) Guru menyajikan sebuah permasalahan melalui tayangan video mengenai kemacetan lalu lintas dan bencana banjir.

d) Siswa diminta untuk menganalisis permasalahan pada video tersebut. e) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok.

f) Masing-masing kelompok diberikan LKS yang berisi artikel dan beberapa pertanyaan terkait artikel tersebut.

g) Siswa bersama kelompoknya berdiskusi untuk mengisi LKS.

h) Guru meminta siswa merumuskan alternatif solusi pemecahan masalah yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

i) Guru meminta siswa untuk mencari berbagai informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut.

j) Siswa berbagi tugas dengan kelompoknya untuk mengumpulkan sumber data terkait permasalahan tersebut dengan pergi ke perpustakaan atau melakukan wawancara.

k) Siswa diminta untuk merumuskan kesimpulan atas solusi pemecahan masalah yang telah dipelajari.


(19)

l) Setelah menyelesaikan LKS yang pertama, guru membagikan LKS yang kedua kepada masing-masing kelompok. LKS tersebut berisi langkah-langkah percobaan sederhana yang harus dilakukan siswa.

m) Siswa bersama kelompoknya melakukan percobaan sederhana.

n) Setelah melakukan percobaan, siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan pada LKS.

o) Siswa diminta untuk merumuskan kesimpulan akhir atas solusi pemecahan masalah yang telah dipelajari.

p) Guru meminta perwakilan masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas.

q) Guru memberikan tes akhir (posttest) terhadap pembelajaran mengenai materi kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi.

3. Tahap Akhir

a. Melakukan pengolahan dan analisis data dari hasil instrumen yang telah dibuat yaitu soal tes, dan skala sikap.

b. Melakukan pembahasan hasil dari penelitian.

c. Melakukan penarikan kesimpulan berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh.

Berdasarkan uraian prosedur penelitian di atas, selanjutnya dibuat alur penelitian yang disajikan pada gambar 3.1 berikut.


(20)

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Tahap Persiapan

Analisis Kurikulum Studi Pustaka

Literasi Sains Studi Pustaka Model

Pembelajaran PBM

Analisis Materi Analisis Indikator

Literasi Sains

Pembuatan Instrumen

Validasi dan uji coba instrumen

Butir soal yang Valid dan Reliabel

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Pembuatan LKS

Pre-test

Perlakuan Kelas Eksperimen Model Pembelajaran STM

Post-test

Temuan dan Analisis data

Kesimpulan

Tahap Akhir Tahap Pelaksanaan

Perlakuan Kelas Kontrol Model Pembelajaran Konvensional Revisi


(21)

E. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Tes

Instrumen tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes literasi sains. Instrumen tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan literasi sains terdiri dari soal tes berupa soal pilihan ganda, soal uraian, dan skala sikap untuk mengukur sikap ilmiah siswa. Melalui pilihan ganda, dapat terlihat kemampuan analisis siswa dengan memilih satu jawaban di antara empat jawaban yang hampir sama, sedangkan pemilihan soal dengan bentuk uraian, bertujuan untuk mengungkap kemampuan literasi sains siswa secara deskriptif. Adapun tes dengan bentuk skala sikap bertujuan untuk mengukur sikap ilmiah siswa, karena dalam penilaian literasi sains harus mencakup empat komponen, yaitu konteks sains, konten sains, proses/kompetensi sains, dan sikap ilmiah. Tes awal dan tes akhir dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sama agar terlihat jelas perbedaan yang terjadi antara sebelum proses penelitian dan setelah proses penelitian.

Instrumen tes ini digunakan pada saat pretes dan postes. Soal yang digunakan sebagai alat pengumpul data terlebih dahulu diujicobakan kemudian dihitung validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya untuk mengetahui apakah soal tersebut sudah termasuk kriteria soal yang baik atau belum. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

2. Instrumen Non Tes

Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi. Observasi dilakukan untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dilaksanakan. Menurut Maulana (2009: 35), “Observasi merupakan pengamatan langsung menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan perabaan, dan jika perlu pengecapan”. Alat yang digunakan pada observasi ini adalah lembar observasi aktivitas siswa.


(22)

F. Validasi Instrumen 1. Validitas Instrumen

Diungkapkan oleh Arikunto (2007: 166), “Validitas yaitu keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur”. Oleh karena itu, keabsahannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya. Dengan demikian suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang akan dievaluasi itu.

Cara menentukan tingkat validitas soal ialah dengan menghitung koefisien korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan alat ukur lain yang telah dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki validitas yang tinggi. Koefisien validitas butir soal diperoleh dengan menggunakan rumus korelasi produk-momen memakai angka kasar (raw score), yaitu:

= ΣXY− ΣXΣY

( ΣX2− (ΣX)2)( ΣY2− (ΣY)2 Dengan keterangan:

n = banyaknya subyek (testi) X = nilai soal uji coba

Y = nilai rata-rata ulangan harian

Nilai rxy diartikan sebagai nilai koefisien korelasi, dengan kriteria

sebagai berikut.

Tabel 3.2 Derajat Validitas Soal

Rentang Kriteria

0,81- 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik) 0,61 - 0,80 Validitas tinggi (baik) 0,41 - 0,60 Validitas sedang (cukup) 0,21 - 0,40 Validitas rendah (kurang)

0,00 - 0,20 Tidak Valid

(Arifin, 2012:257)

Dari hasil uji coba soal yang telah dilaksanakan kemudian dihitung sesuai rumus di atas, diperoleh koefisien korelasi validitas soal secara keseluruhan sebesar 0,63. Jadi, dapat diinterpretasikan bahwa soal yang telah diujikan


(23)

memiliki validitas tinggi (baik) dan instrumen layak untuk digunakan. Sedangkan untuk validitas per butir soal, dari 20 butir soal yang diujicobakan, terdapat lima butir soal yang tidak valid, sehingga soal tersebut kemudian tidak digunakan dalam penelitian. Adapun format perhitungannya dapat dilihat pada lampiran.

2. Reliabilitas Instrumen

“Istilah reliabilitas mengacu kepada kekonsistenan skor yang diperoleh, seberapa konsisten skor tersebut untuk setiap individu dari suatu daftar instrumen terhadap yang lainnya” (Maulana, 2009: 45). Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas soal bentuk pilihan ganda maupun uraian adalah dengan rumus Alpha sebagai berikut.

11 = −

1 1− �2 2

Dengan keterangan:

n = Banyak butir soal

si2 = Jumlah varians skor setiap item

st2 = Varians skor total

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi menurut Guilford (Azizah, 2012: 43) dapat digunakan tolak ukur sebagai berikut.

Tabel 3.3

Derajat Reliabilitas Soal

Rentang Kriteria

0,80 < r11≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

0,60 < r11≤ 0,80 Reliabilitas tinggi

0,40 < r11 ≤ 0,60 Reliabilitas sedang

0,20 < rxy ≤ 0,40 Reliabilitas rendah

rxy ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah


(24)

Berdasarkan rumus di atas, uji coba soal yang telah dilaksanakan diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,42. Jadi, soal yang telah diujikan memiliki reliabilitas yang sedang. Adapun format perhitungannya dapat dilihat pada lampiran.

1. Tingkat Kesukaran

Cara melakukan analisa untuk menentukan tingkatan kesukaran adalah dengan menggunakan rumus:

TK = � � − � �

� � �� �

Dengan keterangan:

TK = Tingkat kesukaran soal

Kriteria indeks kesukaran soal adalah:

Tabel 3.4

Tabel Kriteria Indeks Kesukaran Soal

Rentang Kriteria

0,00 - 0,30 Soal sukar

0,31 - 0,70 Soal sedang

0,71 – 1,00 Soal mudah

(Arifin, 2012:135)

Berdasarkan rumus di atas, dari hasil uji coba yang telah dilakukan, diperoleh lima item soal mudah, 14 item soal sedang, dan 1 item soal sukar.

2. Daya Pembeda

Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda setiap butir tes adalah:

��= � � + � � � Dengan keterangan:


(25)

� KA = rata-rata kelompok atas �KB = rata-rata kelompok bawah

Adapun kriteria interpretasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan adalah:

Tabel 3.5

Kriteria Menafsirkan Daya Pembeda

Rentang Kriteria

0,40 ke atas Sangat baik

0,30 - 0,39 Baik

0,20 – 0,29 Cukup

0,19 ke bawah Kurang

(Arifin, 2012:133)

Berdasarkan rumus di atas, daya pembeda setiap item soal dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.6

Daya Pembeda Butir Soal

No. Soal Kelas Unggul Kelas Asor

Skor Maksimal

Soal

DP

1 0,70 0,30 1 0,40

2 0,70 0,30 1 0,40

3 0,60 0,20 1 0,40

4 1,00 0,90 1 0,10

5 0,60 0,10 1 0,50

6 0,60 0,60 1 0,00

7 0,90 0,30 1 0,60

8 1,00 0,30 1 0,70

9 0,80 0,20 1 0,60

10 0,80 0,30 1 0,50

11 0,50 0,30 1 0,20

12 0,40 0,50 1 -0,10

13 0,80 0,40 1 0,40

14 0,90 0,70 1 0,20

15 0,70 0,30 1 0,40

16 1,70 1.50 2 0,10

17 1,00 0,80 1 0,20

18 0,90 0,60 2 0,15

19 0,90 0,50 1 0,40


(26)

Berdasarkan Tabel 3.6 tersebut dapat diketahui bahwa dari soal tes yang telah diuji cobakan, terdapat lima item soal yang daya pembedanya kurang, tiga soal yang daya pembedanya cukup, dan 12 soal yang daya pembedanya sangat baik.

G. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah data kuantitatif yang diperoleh melalui pretes dan postes. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

Data hasil tes kemampuan literasi sains siswa dianalisis dengan menggunakan uji normalitas data, uji homogenitas, dan uji perbedaan rata-rata. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel dan SPSS 16.0 for windows. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data yaitu sebagai berikut.

1. Melakukan uji normalitas, untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Uji normalitas data dapat dicari dengan uji �2 atau dengan melakukan uji liliefors (Kolmogorov-Smirnov). Adapun langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut.

2. Aktifkan program SPSS, masukkan data ke dalam SPSS data editor. Pada lembar Variable View, ketik “kelompok” di kolom Name no. 1, pada kolom Name no. 2 ketik nama data yang ingin diolah, misalnya ketik “pretes”. Untuk mengolah data yang berupa angka, pada kolom Type, pilih Numeric. Untuk menentukan lebar data dapat dipilih pada kolom Width. Pada kolom Decimal, pilih sesuai yang dibutuhkan. Pada kolom Label, ketik nama yang sama seperti pada kolom Name, contohnya “kelompok yang diteliti”. Pada kolom Values, ketik nama dan banyaknya kelas yang akan diolah datanya. Kolom Missing digunakan apabila ada yang hilang, untuk mengolah data pretes, kolom Missing dikosongkan saja (pilih None). Untuk menentukan lebar kolom pilih angkanya pada kolom Columns. Untuk menentukan alignment kolom, dapat dipilih pada kolom Align. Kolom Measure secara otomatis menampilkan skala data yang diinginkan, misalnya jika pada kolom Type


(27)

dipilih tipe data numeric, secara otomatis kolom Measure menampilkan skala datanya, yaitu scale.

3. Setelah memasukkan identitas pada lembar Variable View, langkah selanjutnya yaitu memasukkan data pada lembar Data View. Kemudian olah data tersebut sesuai dengan kebutuhan.

4. Menentukan tingkat keberartian α sebesar 0,05.

5. Merumuskan hipotesis. Menurut Uyanto (Azizah 2012: 48) bahwa,

Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0

berdasarkan P-value adalah sebagai berikut. Jika P-value < �, maka H0 ditolak.

Jika P-value ≥ �, maka H0 tidak dapat ditolak.

6. Jika data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan melakukan uji homogenitas. Tetapi, jika data tidak berdistribusi normal, maka langkah berikutnya adalah melakukan uji U (Mann-Whitney U) sebagai alternatif dari uji-t dua sampel independen dengan bantuan program dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows (lihat butir 1).

7. Melakukan uji homogenitas, untuk mengetahui apakah varian sampel yang diperoleh homogen atau tidak. Untuk menentukan homogenitas suatu sampel dapat dicari dengan melakukan uji Levene’s dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows (lihat butir 1).

8. Menentukan tingkat keberartian α sebesar 0,05. 9. Merumuskan hipotesis.

10. Jika ternyata kedua variansi homogen, maka dilanjutkan uji perbedaan rata-rata (uji-t).

11. Melakukan uji t atau perbedaan rata-rata, yaitu untuk mengetahui perbedaan rata-rata. Uji t dilakukan jika syarat normalitas dan homogenitas telah terpenuhi. Uji t dapat dicari dengan melakukan uji independent sample t-test dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows (lihat butir 1).

12. Menentukan tingkat keberartian α sebesar 0,05.

13. Menghitung N-Gain, untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Menurut Hake (Yulianti, 2012:43) untuk menghitung N-Gain menggunakan rumus:


(28)

N−gain = skor tes akhir−skor tes awal

skor maksimal−skor tes awal

Adapun kriteria tingkat N-Gain menurut Hake (Fauzan, 2012:48), adalah: g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang


(29)

79 A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan pengolahan data hasil penelitian pada BAB IV, dapat disimpulkan mengenai pembelajaran IPA menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran IPA pada materi kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa di kelas V SDN Sukamanah. Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan data postes kelas eksperimen dengan menggunakan uji t dan menggunakan �= 5% didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,928. Karena yang diuji satu arah, maka 0,928 dibagi dua, sehingga hasilnya 0,464. Hasil yang diperoleh P-value < �, maka H0 ditolak atau

H1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model Pembelajaran Berbasis

Masalah dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa secara signifikan. 2. Terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Dari hasil perhitungan N-Gain, didapatkan nilai P-value tailed) = 0,000. Karena P-value (Sig.2-tailed) nilainya lebih kecil dari nilai �, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini

berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini karena dalam Pembelajaaran Berbasis Masalah (PBM), terdapat enam tahapan pembelajaran yang harus dilalui siswa, sehingga siswa dapat lebih paham akan materi yang dipelajari, sedangkan dalam pembelajaran konvensional tidak terdapat tahapan-tahapan tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model Pembelajaran Berbasis


(30)

Masalah (PBM) lebih baik daripada pembelajaran konvensional untuk meningkatkan kemampuan literasi sains siswa SD kelas V pada materi kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang diajukan yaitu sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa kelas V pada materi kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi. Untuk itu, diharapkan model pembelajaran ini digunakan sebagai alternative dalam merencanakan pembelajaran IPA, dan diharapkan guru dapat lebih berinovasi dalam menciptakan suasana pembelajaran di dalam kelas untuk agar kemampuan siswa dapat berkembang. 2. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bandingan sekaligus landasan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan pengembangan kemampuan literasi sains.

4. Bagi Sekolah

Melalui penelitian ini, hasil penelitian dapat dijadikan bahan untuk memotivasi guru dalam mengembangkan pembelajaran, sekaligus untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswanya.


(31)

81

Eksperimen di Kelas III SD Negeri 3 Arjawinangun Desa Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon). Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang. Tidak dipublikasikan.

Andriana, Efrida. (2009). Peningkatan Prestasi Belajar IPA dengan Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Kelas IV SDN Babadan III Kecamatan Patianrowo Kabupaten Nganjuk. Tidak dipublikasikan.

Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka Cipta.

Asy’ari, M. (2006). Penerapan Model Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Bundu, P. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains SD. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI.

Djuanda, D. et all. (2010). Ragam Model Pembelajran di Sekolah Dasar. Bandumg: UPI Press.

Fauzan. (2012). Pengaruh Kombinasi Media Pembelajaran Berbasis Komputer

Dan Permainan Berbasis Alam Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa

Sekolah Dasar Terhadap Materi Kesebangunan. Skripsi PGSD UPI

Kampus Sumedang. Tidak dipublikasikan.

Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live n Live2Learn

Maulana, dkk. (2010). Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI Kampus Sumedang.


(32)

OECD-PISA (2006). Science Competencies for Tommorow’s Word. Volume 1: Analysis. USA: OECD-PISA

OECD-PISA (2009). Assessment Framework Key competencies in reading, mathematics and science. USA : OECD-PISA

Permani, Iin. (2010). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Solving Tentang Lingkungan Sehat dan Lingkungan Tidak di Kelas III SDN Tegalsari Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon. Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang. Tidak Dipublikasikan

Rosmiati, Enung. (2010). Penerapan Metode Problem Solving untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sumber Daya Alam Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekitar di Kelas IV SDN Sukamulya Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang. Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang. Tidak Dipublikasikan

Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Jakarta : Rajagrafindo Persada

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta :Kencana Prenada Media

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, N. (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sulistyorini. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta : Tiara Wacana

Syaodih, Nana. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Winataputra, Udin S. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Zuriah, N. (2007). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Zuriyani, Elsy. (2012). Literasi Sains dan Pendidikan. [online]. Tersedia : http://sumsel.kemenag.go.id/file/file/TULISAN/wagj1343099486.pdf (17 Desember 2012)


(1)

dipilih tipe data numeric, secara otomatis kolom Measure menampilkan skala datanya, yaitu scale.

3. Setelah memasukkan identitas pada lembar Variable View, langkah selanjutnya yaitu memasukkan data pada lembar Data View. Kemudian olah data tersebut sesuai dengan kebutuhan.

4. Menentukan tingkat keberartian α sebesar 0,05.

5. Merumuskan hipotesis. Menurut Uyanto (Azizah 2012: 48) bahwa,

Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan P-value adalah sebagai berikut.

Jika P-value < �, maka H0 ditolak.

Jika P-value ≥ �, maka H0 tidak dapat ditolak.

6. Jika data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan melakukan uji homogenitas. Tetapi, jika data tidak berdistribusi normal, maka langkah berikutnya adalah melakukan uji U (Mann-Whitney U) sebagai alternatif dari uji-t dua sampel independen dengan bantuan program dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows (lihat butir 1).

7. Melakukan uji homogenitas, untuk mengetahui apakah varian sampel yang diperoleh homogen atau tidak. Untuk menentukan homogenitas suatu sampel dapat dicari dengan melakukan uji Levene’s dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows (lihat butir 1).

8. Menentukan tingkat keberartian α sebesar 0,05. 9. Merumuskan hipotesis.

10. Jika ternyata kedua variansi homogen, maka dilanjutkan uji perbedaan rata-rata (uji-t).

11. Melakukan uji t atau perbedaan rata-rata, yaitu untuk mengetahui perbedaan rata-rata. Uji t dilakukan jika syarat normalitas dan homogenitas telah terpenuhi. Uji t dapat dicari dengan melakukan uji independent sample t-test dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows (lihat butir 1).

12. Menentukan tingkat keberartian α sebesar 0,05.

13. Menghitung N-Gain, untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Menurut Hake (Yulianti, 2012:43) untuk menghitung N-Gain menggunakan rumus:


(2)

45

N−gain = skor tes akhir−skor tes awal

skor maksimal−skor tes awal

Adapun kriteria tingkat N-Gain menurut Hake (Fauzan, 2012:48), adalah: g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang g < 0,3 Rendah


(3)

79

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan pengolahan data hasil penelitian pada BAB IV, dapat disimpulkan mengenai pembelajaran IPA menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran IPA pada materi kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa di kelas V SDN Sukamanah. Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan data postes kelas eksperimen dengan menggunakan uji t dan menggunakan �= 5% didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,928. Karena yang diuji satu arah, maka 0,928 dibagi dua, sehingga hasilnya 0,464. Hasil yang diperoleh P-value < �, maka H0 ditolak atau H1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa secara signifikan. 2. Terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Dari hasil perhitungan N-Gain, didapatkan nilai P-value tailed) = 0,000. Karena P-value (Sig.2-tailed) nilainya lebih kecil dari nilai �, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini karena dalam Pembelajaaran Berbasis Masalah (PBM), terdapat enam tahapan pembelajaran yang harus dilalui siswa, sehingga siswa dapat lebih paham akan materi yang dipelajari, sedangkan dalam pembelajaran konvensional tidak terdapat tahapan-tahapan tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model Pembelajaran Berbasis


(4)

80

Masalah (PBM) lebih baik daripada pembelajaran konvensional untuk meningkatkan kemampuan literasi sains siswa SD kelas V pada materi kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang diajukan yaitu sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa kelas V pada materi kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi. Untuk itu, diharapkan model pembelajaran ini digunakan sebagai alternative dalam merencanakan pembelajaran IPA, dan diharapkan guru dapat lebih berinovasi dalam menciptakan suasana pembelajaran di dalam kelas untuk agar kemampuan siswa dapat berkembang. 2. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bandingan sekaligus landasan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan pengembangan kemampuan literasi sains.

4. Bagi Sekolah

Melalui penelitian ini, hasil penelitian dapat dijadikan bahan untuk memotivasi guru dalam mengembangkan pembelajaran, sekaligus untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswanya.


(5)

81

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, S. (2012). Pengaruh Metode Horisontal (METRIS) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas III pada Materi Perkalian (Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas III SD Negeri 3 Arjawinangun Desa Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon). Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang. Tidak dipublikasikan.

Andriana, Efrida. (2009). Peningkatan Prestasi Belajar IPA dengan Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Kelas IV SDN Babadan III Kecamatan Patianrowo Kabupaten Nganjuk. Tidak dipublikasikan.

Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka Cipta.

Asy’ari, M. (2006). Penerapan Model Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Bundu, P. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains SD. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI.

Djuanda, D. et all. (2010). Ragam Model Pembelajran di Sekolah Dasar. Bandumg: UPI Press.

Fauzan. (2012). Pengaruh Kombinasi Media Pembelajaran Berbasis Komputer Dan Permainan Berbasis Alam Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Terhadap Materi Kesebangunan. Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang. Tidak dipublikasikan.

Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live n Live2Learn

Maulana, dkk. (2010). Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI Kampus Sumedang.


(6)

82

OECD-PISA (2006). Science Competencies for Tommorow’s Word. Volume 1: Analysis. USA: OECD-PISA

OECD-PISA (2009). Assessment Framework Key competencies in reading, mathematics and science. USA : OECD-PISA

Permani, Iin. (2010). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Solving Tentang Lingkungan Sehat dan Lingkungan Tidak di Kelas III SDN Tegalsari Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon. Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang. Tidak Dipublikasikan

Rosmiati, Enung. (2010). Penerapan Metode Problem Solving untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sumber Daya Alam Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekitar di Kelas IV SDN Sukamulya Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang. Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang. Tidak Dipublikasikan

Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Jakarta : Rajagrafindo Persada Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta :Kencana Prenada Media

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, N. (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sulistyorini. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah dasar dan Penerapannya

dalam KTSP. Yogyakarta : Tiara Wacana

Syaodih, Nana. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Winataputra, Udin S. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Zuriah, N. (2007). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Zuriyani, Elsy. (2012). Literasi Sains dan Pendidikan. [online]. Tersedia : http://sumsel.kemenag.go.id/file/file/TULISAN/wagj1343099486.pdf (17 Desember 2012)


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS V PADA MATERI GAYA MAGNET (Suatu Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Ckareo I dan SDN Cikareo II di Kabupaten Sumedang).

0 0 51

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA MATERI GAYA MAGNET (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Jatimulya II dan SDN Jatimulya III Kecamatan Kasokandel Kabupaten Majalengka).

0 0 34

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SD PADA MATERI GAYA GESEK (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Parungjaya II dan SDN Ciparay I Kecamatan Leuwimunding Ka

0 0 30

PENGARUH MODEL INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA. (Penelitian eksperimen terhadap kelas V SDN I Muara dan Kelas V SDN II Muara Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon).

0 2 36

PENGARUH MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA (Penelitian Eksperimen di Kelas V SDN Bongas Wetan III dan SDN Bongas Wetan IV Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majaleng

0 0 31

MENINGKATKAN GERAK DASAR PASSING BAWAH BOLA VOLI MELALUI MODIFIKASI KETINGGIAN NET PADA SISWA KELAS V SDN SUKAMANAH KECAMATAN CISALAK KABUPATEN SUBANG.

0 0 35

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SD KELAS V PADA MATERI GAYA GESEK DAN GAYA GRAVITASI (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN I Pamijahan,di Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon).

3 6 34

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH(PBM) DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS V PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Cadaspangeran Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang).

0 0 54

PENGARUH PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Ciuyah I dan SDN Cisalak IV di Kecamatan Cisarua Kabupaten Sumedang).

0 0 49

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SERVIS BAWAH DALAM PEMBELAJARAN BOLA VOLI DENGAN MODIFIKASI KETINGGIAN NET BERTAHAP PADA SISWA KELAS V SDN SUKAMANAH KECAMATAN CISALAK KABUPATEN SUBANG.

0 0 45