PENERAPAN STRATEGI LITERASI PADA PEMBELAJARAN BERTEMA OPERASI LASIK UNTUK MENINGKATKAN LITERASI FISIKA SISWA SMP.

(1)

Henita Septiyani Pertiwi, 2013

UNTUK MENINGKATKAN LITERASI FISIKA SISWA SMP

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

Oleh:

HENITA SEPTIYANI PERTIWI 0903937

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Henita Septiyani Pertiwi, 2013

PENERAPAN STRATEGI LITERASI PADA PEMBELAJARAN BERTEMA OPERASI LASIK UNTUK MENINGKATKAN LITERASI FISIKA SISWA SMP

Oleh:

Henita Septiyani Pertiwi 0903937

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Saeful Karim, M.Si 196703071991031004

Pembimbing II,

Dr. Selly Feranie 197411081999032004

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

Dr. Ida Kaniawati 196807031992032001


(3)

Henita Septiyani Pertiwi, 2013

Oleh

Henita Septiyani Pertiwi

Ijin dari penulis.

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Henita Septiyani Pertiwi

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa


(4)

Henita Septiyani Pertiwi NIM 0903937

Pembimbing I: Saeful Karim, M.Si Pembimbing II: Dr. Selly Feranie Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

ABSTRAK

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di salah satu SMP di Kota Bandung, ditemukan fakta bahwa kemampuan pemahaman bacaan dan kemampuan scientific inquiry siswa masih rendah. Kedua kemampuan ini berkaitan erat dengan kemampuan literasi. Sehingga dapat dikatakan kemampuan literasi siswa juga menjadi rendah. Untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa, yaitu dengan memberikan Integrated Reading Writing Task yaitu pemberian tugas yang terdiri dari bahan bacaan yang disertai strategi membaca dan strategi menulis sebelum pembelajaran dan penerapan model pembelajaran yang meningkatkan kemampuan scientific inquiry dan pemahaman konsep, yang difokuskan pada materi pembelajaran fisika. Kemampuan literasi fisika yang diukur terdiri dari empat aspek, yaitu context, knowledge, competencies, dan attitudes. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana peningkatan literasi fisika siswa setelah diterapkannya strategi literasi pada pembelajaran bertema operasi lasik. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan desain one group pretest posttest design. Sampel dari penelitian ini adalah kelas VIII salah satu SMP Negeri di Kota Bandung tahun pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian yang diperoleh setelah diterapkan strategi literasi yaitu hasil tes literasi fisika dengan rata-rata nilai pretest 62,63 dan rata-rata nilai posttest 90,10. Hal ini berarti hasil tes literasi fisika siswa mengalami peningkatan sebesar 0,74 dengan kategori tinggi. Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi literasi dapat meningkatkan literasi fisika siswa SMP.


(5)

Henita Septiyani Pertiwi NIM 0903937

Supervisor I: Saeful Karim, M.Si Supervisor II: Dr. Selly Feranie

Department of Physical Education FPMIPA UPI ABSTRACT

Based on the results of a preliminary study in one junior high school in the City of London, found that reading comprehension skills and scientific inquiry skills of students is still low. Both of these abilities are closely related to literacy. So it can be said the literacy skills of students is also low. To improve the literacy skills of students, by providing Integrated Reading Writing Task is a task that consists of the provision of reading materials with reading strategies and writing strategies before learning and application of learning model that enhances the ability of scientific inquiry and understanding of the concept, which is focused on learning materials physics. Measured physical literacy consists of four aspects, namely context, knowledge, competencies, and attitudes. Purpose of this study to find out how to increase physical literacy students after the implementation of literacy strategies in themed learning lasik surgery. This study uses a quasi-experimental design with one-group pretest-posttest design. Samples from this study is one of the eighth grade junior high school in Bandung school year 2012/2013. The results obtained after the application of literacy strategies that physical literacy test results with an average value of 62.63 pretest and posttest mean value of 90.10. This means that the results of literacy tests physics students has increased by 0.74 with the high category. So in general it can be concluded that the application of literacy strategies to improve literacy physics junior high school students.


(6)

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMAKASIH ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... 1 DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah... Error! Bookmark not defined. 1.3 Tujuan Penelitian... Error! Bookmark not defined. 1.4 Manfaat Penelitian... Error! Bookmark not defined. 1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined.

BAB II STRATEGI LITERASI, LITERASI FISIKA, DAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ... Error! Bookmark not defined.

2.1 Strategi Literasi ... Error! Bookmark not defined. 2.1.1 Pengertian Strategi Literasi ... Error! Bookmark not defined. 2.1.2 Metode Membaca SQRW ... Error! Bookmark not defined. 2.2 Literasi Fisika ... Error! Bookmark not defined. 2.3 Penerapan Strategi Literasi Pada Pembelajaran Error! Bookmark not defined. 2.3.1 Integrated Reading Writing ... Error! Bookmark not defined. 2.3.2 Pembelajaran Berbasis Masalah ... Error! Bookmark not defined.

2.4 Hubungan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi LiterasiError! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 3.1 Sampel dan Populasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.3 Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.


(7)

3.6 Proses Pengembangan Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 3.7 Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 3.8 Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.

4.1 Keterlaksanaan Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Hasil Pretest dan Posttest Literasi Fisika ... Error! Bookmark not defined. 4.3 Literasi Fisika Setiap Aspek ... Error! Bookmark not defined. 4.4 Literasi Fisika Siswa Aspek Attittudes ... Error! Bookmark not defined.

4.5 Hubungan Tingkat Pemahaman Bacaan dan Menulis Terhadap Kemampuan Literasi Fisika ... Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. 5.1 Kesimpulan... Error! Bookmark not defined. 5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pada saat penulis melakukan studi pendahuluan pencapaian literasi kepada satu kelas yang berjumlah 40 siswa di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung, penulis memberikan soal studi pendahuluan yang berisi teks bacaan fisika dan 12 pertanyaan yang terdiri dari 9 pertanyaan pemahaman bacaan, 2 pertanyaan hipotesis, dan 1 pertanyaan merancang eksperimen fisika. Dari hasil jawaban siswa, diperoleh rata-rata siswa hanya dapat menjawab 3 pertanyaan dari 9 pertanyaan pemahaman bacaan fisika yang diberikan dan tidak ada yang menjawab benar pertanyaan hipotesis dan pertanyaan merancang eksperimen fisika. Hal ini menunjukkan pemahaman bacaan siswa, kemampuan berhipotesis, dan kemampuan merancang eksperimen fisika siswa masih rendah. Ketiga kemampuan ini berkaitan erat dengan kemampuan literasi. Sehingga dikatakan juga kemampuan literasi fisika siswa rendah.

Berdasarkan survei internasional PISA (Programme for International Student Assessment) yang dilaksanakan oleh OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), menunjukkan kemampuan literasi sains anak Indonesia yang sampelnya diambil secara acak berada pada tingkat rendah. Skor rata-rata prestasi literasi membaca di negara Indonesia berada pada peringkat ke 48 dari 56 negara peserta. Sedangkan skor rata-rata literasi sains di negara Indonesia berada pada peringkat ke 50 dari 57 negara peserta. (Balitbang; 2011). Kemampuan literasi sains yang diukur oleh PISA dibagi kedalam empat aspek yaitu context, knowledge, competencies dan attitudes. Berdasarkan data PISA tersebut kemampuan literasi sains anak Indonesia masih rendah diantaranya mengidentifikasi masalah ilmiah, menggunakan fakta ilmiah, memahami sistem kehidupan, dan memahami penggunaan peralatan sains.


(9)

Pembelajaran sains diarahkan kepada pengalaman siswa untuk memahami peristiwa, gejala, dan dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi dari teks sains adalah membantu siswa untuk memahami konsep sains, termasuk konsep fisika. Pemahaman konsep dapat membantu siswa memiliki kemampuan scientific inquiry yang dapat membuat pembelajaran lebih bermakna. Pemahaman konsep dapat diperoleh dari membaca teks sains atau buku bacaan fisika. Kemampuan tersebut berkaitan erat dengan kemampuan literasi. Karena fisika sebagai mata pelajaran berumpun sains, maka ikut bertanggung jawab dalam meningkatkan literasi fisika, sehingga salah satu upaya untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki siswa yaitu dengan cara meningkatkan kemampuan literasi fisika siswa.

Berdasarkan hal tersebut, ternyata ada kaitan antara kemampuan literasi fisika siswa dengan proses pembelajaran yang diterapkan. Berdasarkan National Science Education Standards, literasi adalah :

Scientific literacy means that a person can ask, find, or determine answers to questions derived from curiosity about everyday experiences. It means that a person has the ability to describe, explain, and predict natural phenomena. Scientific literacy entails being able to read with understanding articles about science in the popular press and to engage in social conversation about the validity of the conclusions. Scientific literacy implies that a person can identify scientific issues underlying national and local decisions and express positions that are scientifically and technologically informed. A literate citizen should be able to evaluate the quality of scientific information on the basis of its source and the methods used to generate it. Scientific literacy also implies the capacity to pose and evaluate arguments based on evidence and to apply conclusions from such arguments appropriately.

Sedangkan menurut Jon Miller, dalam Art Hobson (2003) menyatakan bahwa:

“civic scientific literacy as (1) an understanding of basic scientific concepts such as the molecule and the structure of the solar system, (2) an understanding of the nature of scientific inquiry, and (3) a pattern of regular information consumption, such as reading and understanding popular science books”.


(10)

Di dalam jurnal physics literacy, energy and the environment, pembelajaran fisika juga harus bersifat konseptual, melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, difokuskan pada satu tema, dan mencakup tema-tema sosial. (Art Hobson,2003). Oleh karena itu, penelitian ini hanya difokuskan pada pembelajaran fisika bertema operasi LASIK yang didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar kurikulum KTSP.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut, kesulitan siswa saat diberi tugas membaca adalah sulit untuk dapat memahami teks bacaan karena mereka belum belajar bagaimana teknik membaca yang benar. Kemampuan pemahaman membaca ini termasuk salah satu bagian dari literasi. Dengan memberikan tugas membaca saja tidak bisa dikatakan siswa dapat meningkatkan literasi sains siswa khususnya pada pembelajaran fisika. Sehingga siswa perlu diberi Integrated Reading Writing dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah yang terintegrasi pada strategi literasi. Dalam pembelajaran pun guru belum menerapkan strategi literasi dan masih menggunakan metode ceramah. Untuk itu diperlukan strategi literasi yang dapat membantu siswa memahami teks bacaan sehingga dapat menceritakan kembali dan menulis dengan membuat catatan sendiri atau rangkuman.

Ada tujuh strategi literasi yang dikemukakan oleh Douglas Fisher, et al, yaitu read-alouds, K-W-L chart / SQRW, graphic organizer, vocabulary instruction, writing to learn, structured notetaking, reciprocal teaching. Dalam penelitian ini, empat strategi (read-alouds, K-W-L chart / SQRW (strategi membaca), graphic organizer, vocabulary instruction (strategi menulis)) terintegrasi dalam tugas awal integrated reading writing. Tiga strategi literasi lainya (writing to learn, structured notetaking, reciprocal teaching) terintegrasi dalam proses model pembelajaran berbasis masalah. Jika kita integrasikan ketujuh strategi literasi tersebut, maka dibagi ke dalam tiga tahapan pembelajaran, yaitu fokus, eksplorasi, dan refleksi. Dengan pemberian Integrated Reading Writing sebelum pembelajaran, diharapkan tahapan fokus sudah tercapai. Tujuan utama pada tahap fokus adalah untuk membangun pengetahuan awal dan kemampuan memprediksi siswa. Pada tahap eksplorasi, siswa


(11)

dapat menyelesaikan masalah berdasarkan pengetahuan awal dan pengetahuan yang didapat ketika proses pembelajaran berbasis masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Tahap berikutnya adalah tahap refleksi. Tahap refleksi ini bertujuan sebagai evaluasi siswa secara keseluruhan selama proses pembelajaran.

Kegiatan selama penelitian adalah peneliti memberikan satu set soal literasi yang didalamnya mencakup Integrated Reading Writing dan pembelajaran berbasis masalah. Soal yang diberikan berupa teks bacaan, pilihan ganda, dan peta konsep yang harus diisi siswa sebagai tanda evaluasi siswa dari kegiatan pembelajaran.

Hasil penelitian sebelumnya, Desi (2013) menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan mengetahui profil kemampuan berpikir kritis siswa SMA. Jika dihubungkan dengan penelitian ini, reading infusion terintegrasi dalam pemberian tugas awal integrating reading-writing yang diberikan sebelum pembelajaran berlangsung sedangkan saat proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, kedua tahap pembelajaran tersebut dalam penelitian ini merupakan strategi literasi. Dalam penelitian ini juga membahas tentang profil dari setiap aspek literasi fisika siswa SMP. Sehingga dengan menggunakan strategi literasi dalam pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan literasi fisika.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui peningkatan literasi fisika siswa setelah diterapkannya strategi literasi. Oleh karena itu, penulis mencoba

membuat penelitian dengan judul “Penerapan Strategi Literasi Pada Pembelajaran Bertema Operasi LASIK Untuk Meningkatkan Literasi Fisika Siswa SMP”.

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan literasi fisika siswa setelah diterapkannya strategi literasi?”

Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka rumusan masalah diatas diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:


(12)

1. Bagaimana peningkatan literasi sains siswa setelah diterapkannya strategi literasi? 2. Bagaimana peningkatan literasi fisika siswa pada aspek context, knowledge, dan

competencies setelah diterapkannya strategi literasi?

3. Bagaimana profil aspek attitudes setelah diterapkannya strategi literasi?

4. Bagaimana hubungan antara tingkat pemahaman bacaan dan menulis siswa terhadap kemampuan literasi fisika siswa?

Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang diteliti, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah strategi literasi yang dibatasi adalah strategi literasi yang mengacu pada jurnal Seven Literacy Strategies That Works (Douglas Fisher dkk, 2002). Literasi fisika yang dimaksud berupa soal atau instrument untuk mengukur literasi fisika yang mengadopsi bentuk soal PISA 2006 yang mengukur empat aspek yaitu context, competencies, knowledge dan attitudes.

Variabel dalam penelitian terdiri dari dua jenis, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi literasi, sedangkan variabel terikatnya adalah literasi fisika. Pemilihan variabel ini berdasarkan penjelasan yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:162).

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Literasi fisika yang dimaksud adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memahami fisika, menggunakan keterampilan proses sains, serta menerapkan pengetahuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengukur literasi yang menggunakan soal berupa pilihan ganda yang mengadopsi bentuk soal literasi yang dibuat oleh PISA 2006 yang terdiri dari empat aspek yaitu, context, knowledge, competencies, dan attitudes. Peningkatan diukur dari nilai gain ternormalisasi dengan menggunakan kategori Hake.

2. Strategi literasi yang dimaksud merupakan strategi yang dapat digunakan dalam aktivitas di kelas. Strategi ini diterapkan untuk mengetahui peningkatan literasi fisika siswa. Strategi literasi ini terdiri dari tujuh strategi yaitu read alouds merupakan membaca dari teks bacaan, KWL chart/ SQRW merupakan metode


(13)

membaca, graphic organizer merupakan pemberian mind mapping, vocabulary instruction merupakan penggunaan kosa kata yang sederhana dalam teks bacaan, writing to learn dapat membantu siswa dalam bertanya, structure notetaking merupakan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, reciprocal teaching merupakan pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Tujuh strategi literasi yaitu read alouds, KWL chart/SQRW, graphic organizer, vocabulary instruction diintegrasikan dalam pemberian tugas integrated reading writing dan writing to learn, structure notetaking, reciprocal teaching diintegrasikan dalam pembelajaran berbasis masalah. Pemberian tugas integrated reading writing digunakan untuk mengukur pemahaman bacaan siswa.

3. Untuk mengetahui hubungan pemahaman bacaan dan menulis siswa terhadap kemampuan literasi fisika, maka penulis menggunakan interpretasi terhadap koefisien korelasi spearman rank.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan dari penelitian ini adalah

- Mengetahui peningkatan literasi fisika siswa pada aspek context, knowledge, dan competencies setelah diterapkannya strategi literasi.

- Mengetahui profil aspek attitudes setelah diterapkannya strategi literasi.

- Mengetahui hubungan antara tingkat pemahaman bacaan dan menulis siswa terhadap kemampuan literasi fisika siswa.

- Mengetahui peningkatan literasi fisika siswa SMP setelah diterapkannya strategi literasi pada pembelajaran bertema operasi LASIK.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat memberikan gambaran tentang penerapan strategi literasi pada pembelajaran bertema operasi LASIK dalam meningkatkan literasi fisika siswa yang nantinya dapat dimanfaatkan


(14)

oleh berbagai pihak yang berkepentingan, seperti: guru, mahasiswa, praktisi pendidikan, dan masyarakat serta memberikan gambaran kepada siswa tentang teknologi baru dalam kesehatan dan kaitannya dengan materi fisika.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

BAB II: STRATEGI LITERASI, LITERASI FISIKA, DAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

2.1 Strategi Literasi

2.1.1 Pengertian Strategi Literasi 2.1.2 Metode Membaca SQRW 2.2 Literasi Fisika

2.3 Penerapan Strategi Literasi Pada Pembelajaran 2.3.1 Integrated Reading Writing

2.3.2 Pembelajaran Berbasis Masalah

2.4 Hubungan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Literasi BAB III: METODE PENELITIAN

3.1 Sampel dan Populasi Penelitian 3.2 Dessain Penelitian

3.3 Metode Penelitian 3.4 Definisi Operasional 3.5 Instrumen Penelitian


(15)

3.7 Teknik Pengumpulan Data 3.8 Analisis Data

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Keterlaksanaan Pembelajaran

4.2 Hasil Pretest dan Posttest Literasi Fisika

4.3 Literasi Fisika Aspek Context, Knowledge, dan Competencies 4.4 Literasi Fisika Aspek Attittudes

4.5 Hubungan Antara Tingkat Pemahaman Bacaan dan Menulis Terhadap Kemampuan Literasi Fisika Siswa.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN Lampiran A Hasil Uji Instrumen Lampiran B Perangkat Pembelajaran Lampiran C Data Hasil Penelitian Lampiran D Dokumentasi Penelitian


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sampel dan Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 61) .sedangkan sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu (Sudjana, 2005:161). Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin kita teliti, yang ciri-ciri dan keberadaannya diharapkan mampu mewakili dan menggambarkan ciri- ciri dan keberadaan populasi yang sebenarnya.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka dalam penelitian ini penulis mengambil Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Kota Bandung. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu kelas VIII di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung dengan jumlah siswa sebanyak 33 siswa.

3.2 Desain Penelitian

Mengingat jumlah kelas yang diberikan treatment (perlakuan) hanya satu kelas dan tanpa ada kelompok pembanding maka desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah one group pretest posttest design. Observasi yang dilakukan sebelum (perlakuan) dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (O1) disebut pretest dan observasi sesudah eksperimen (O2) disebut posttest. Skema one group pretest posttest design digambarkan seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest Posttest Design Pretest Treatment Posttest


(17)

Keterangan:

O1 = Tes awal (pretest) sebelum diberikan perlakuan (treatment) O2 = Tes akhir (posttest) setelah diberikan perlakuan (treatment)

X = Pembelajaran pertama (treatment) dengan pembelajaran problem solving

Adapun prosedur penelitian di deskripsikan melalui alur penelitian yang terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Tahap-tahap tersebut dijelasakan sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah :

a. Menentukan sekolah yang dijadikan tempat penelitian, kemudian menghubungi pihak sekolah untuk perijinan akan diadakan penelitian disekolah tersebut.

b. Studi literatur, dilakukan bersamaan dengan studi pendahuluaan untuk mengkaji pembelajaran fisika yang ideal menurut teori.

c. Merumuskan masalah terkait adanya ketidaksesuai antara fakta dilapangan dengan kondisi ideal yang ada pada teori.

d. Menentukan variabel penelitian.

e. Menentukan hipotesis penelitian untuk mengetahui hubungan antar variabel. f. Menyusun instrumen termasuk didalamnya RPP.

g. Menguji coba instrumen tersebut. 2. Tahap pelaksanaan

Kegiatan pada tahap pelaksanaan dilakukan dengan menerapkan pemberian tugas awal integrated reading-writing dalam pembelajaran berbasis masalah untuk mengukur kemampuan literasi fisika siswa :

a. Memberikan test awal (pretest) untuk mengukur kemampuan awal literasi fisika.

b. Mmeberikan perlakuan dengan cara pemberian tugas awal integrated reading-writting dalam pembelajaran berbasis masalah.


(18)

3. Tahap Akhir

a. Mengelola dan menganalisis data hasil pretest dan posttest.

b. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperolehdari pengolahan data.

c. Memberikan rekomendasi-rekomendasi terhadap aspek penelitian yang kurang memadai.

3.3 Metode Penelitian

Terkait dengan keperluan penelitian yaitu untuk melihat peningkatan literasi fisika siswa, maka pada penelitian ini digunakan metode quasi experiment. Metode ini merupakan metode penelitian yang masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat. Metode ini digunakan karena penulis tidak mampu mengontrol semua variabel yang ikut berpengaruh terhadap hasil yang ingin dicapai.

3.4 Definisi Operasional

1. Literasi fisika yang dimaksud adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memahami fisika, menggunakan keterampilan proses sains, serta menerapkan pengetahuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengukur literasi yang menggunakan soal berupa pilihan ganda yang mengadopsi bentuk soal literasi yang dibuat oleh PISA 2006 yang terdiri dari empat aspek yaitu, context, knowledge, competencies, dan attitudes. Peningkatan diukur dari nilai gain ternormalisasi dengan menggunakan kategori Hake.

2. Strategi literasi yang dimaksud merupakan strategi yang dapat digunakan dalam aktivitas di kelas. Strategi ini diterapkan untuk mengetahui peningkatan literasi fisika siswa. Strategi literasi ini terdiri dari tujuh strategi yaitu read alouds merupakan membaca dari teks bacaan, KWL chart/ SQRW merupakan metode membaca, graphic organizer merupakan pemberian mind mapping, vocabulary


(19)

instruction merupakan penggunaan kosa kata yang sederhana dalam teks bacaan, writing to learn dapat membantu siswa dalam bertanya, structure notetaking merupakan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, reciprocal teaching merupakan pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Tujuh strategi literasi yaitu read alouds, KWL chart/SQRW, graphic organizer, vocabulary instruction diintegrasikan dalam pemberian tugas integrated reading writing dan writing to learn, structure notetaking, reciprocal teaching diintegrasikan dalam pembelajaran berbasis masalah. Pemberian tugas integrated reading writing digunakan untuk mengukur pemahaman bacaan siswa.

3. Untuk mengetahui hubungan pemahaman bacaan dan menulis siswa terhadap kemampuan literasi fisika, maka penulis menggunakan interpretasi terhadap koefisien korelasi spearman rank.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam seluruh rangkaian kegiatan penelitian ini, adalah satu set soal untuk tes awal (pre-test) dan (post-test) berupa tes literasi fisika.

Berdasarkan kebutuhan penelitian maka instrumen penelitian yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tes Kemampuan Literasi Fisika

Tes kemampuan literasi fisika yang digunakan berupa tes pilihan ganda. Tes kemampuan literasi fisika yang digunakan pada materi optik untuk kelas VIII SMP yang dibatasi pada empat aspek literasi fisika, yaitu context, knowledge, competencies, dan attitudes. Instrumen ini kemudin diujikan kepada siswa saat pretest dan posttest. Dari hasil tes ini akan dihitung Gain yang dinormalisasi (N-Gain) untuk mengetahui peningkatan literasi sains siswa dengan pemberian tugas awal Integrated Reading Writing dalam pembelajaran berbasis masalah.

2. Pemberian tugas awal Integrated Reading Writing

Tugas awal integrated reading writing yang dimaksud adalah tugas rumah baca-tulis instruksional. Pada tugas rumah integreted reading writing, diberikan


(20)

strategi membaca dan menulis dengan menggunakan metode SQRW. Tugas awal integrated reading writing merupakan bagian dari strategi literasi yang berfungsi untuk mengkonstruksi pengetahuan awal siswa sebelum pembelajaran. Pada penelitian ini tugas awal Integrated Reading Writing dianalisis secara keseluruhan sebagai treatment penelitian yaitu penerapan strategi literasi.

3. Format Observasi

Format Observasi dilakukan pada dua objek yaitu guru dan siswa. Format observasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh tahapan-tahapan model pembelajaran yang digunakan pada saat penelitian telah dilaksanakan oleh guru atau tidak, serta untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa selama diterapkan strategi literasi. Format observasi berisi list yang harus diamati observer dengan membubuhkan tanda checklist jika tahapan dilaksanakan, dan format observasi diolah dengan tafsiran persentasi.

3.6 Proses Pengembangan Instrumen

Sebelum dipergunakan dalam penelitian, instrument tes yang dipakai dalam penelitian dijudgement dan di uji coba terlebih dahulu. Data hasil uji coba tersebut kemudian dianalisis berdasarkan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya.

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengukurapa yang diinginkan. Teknik yang digunakan adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson. Rumus korelasi product moment sebagai berikut:

√ ∑ ∑ ∑ ∑


(21)

Dengan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan. X = skor tiap butir soal.

Y = skor total tiap butir soal. N = jumlah siswa.

Nilai rxy yang diperoleh dapat direpresentasikan untuk menentukan validitas butir soal yang menggunakan criteria pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Klasifikasi Validitas Butir Soal

Koefisien Korelasi Kriteria 0.00 – 0.200 Sangat rendah 0.200 – 0.400 Rendah 0.400 – 0.600 Sedang 0.600 – 0.800 Tinggi

0.800 – 1.00 Sangat tinggi

(Arikunto, 2009:75) 2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah) walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda (Munaf, 2001). Pengujian reliabilitas ini dimaksudkan untuk menentukan suatu kepercayaan suatu iinstrumen untuk digunakan sebagai alay pengumpul data.

Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah dengan menggunakan rumus K-R20. Rumus K-R20 adalah:

(Arikunto, 2009:100) Dengan:


(22)

p = proporsi banyak subjek yang menjawab item dengan benar. q = proporsi banyak subjek yang menjawab item dengan salah. n = banyaknya item.

S = standar deviasi.

Koefisien korelasi reliabilitas (r11) pada pilihan ganda diinterpretasikan sebagai berikut:

Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas Tes Koefisien Korelasi Kriteria

0.00 – 0.200 Sangat rendah

0.200 – 0.400 Rendah

0.400 – 0.600 Sedang

0.600 – 0.800 Tinggi

0.800 – 1.00 Sangat tinggi

(Arikunto, 2009:75) 3. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran suatu butir soaladalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Tingkat kesukaran (difficulty indeks) adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Indeks ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Rumus mencari P adalah:

(Arikunto, 2009:208) Dengan:

P = indeks kesukaran


(23)

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Nilai P yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal dengan menggunakan criteria sebagai berikut:

Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Nilai P Kriteria

0.00 – 0.30 Sukar

0.30 – 0.70 Sedang

0.70 – 1.00 Mudah

(Arikunto, 2009:210)

4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi/daya pembeda. Indeks ini bekisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:

B B

A A

J B J B

DP  = PA - PB

(Arikunto, 2009:213) Dengan:

D = daya pembeda

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal tersebut dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal tersebut dengan benar JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Nilai D yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan daya pembeda butir soal dengan menggunakan kriteria seperti pada Tabel 3.5.


(24)

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda

Nilai DP Kategori Negatif – 0.00 Tidak baik

0.00 – 0.20 Jelek (poor) 0.20 – 0.40 Cukup (satisfactory) 0.40 – 0.70 Baik (good) 0.70 – 1.00 Baik sekali (exellent)

(Arikunto, 2009:218)

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri atas soal literasi fisika, integrated reading writing, dan keterlaksanaan pembelajaran. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.6 Teknik Pengumpulan Data

Jenis Data Instrumen Teknik Pengumpulan Data

Keterlaksanaan proses

pembelajaran Lembar observasi keterlaksanaan proses

pembelajaran

Peneliti dibantu observer melakukan pengamatan terhadap setiap tahapan pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, observer pun mengamati aktivitas siswa pada lembar observasi kegiatan siswa.

Literasi Fisika

Tes Pilihan Ganda

Peneliti memperoleh data literasi fisika dari hasil tes awal sebelum

treatment dan tes akhir setelah treatment selesai.

Soal berbentuk pernyataan berupa (scientific attitudes) ketertarikan siswa terhadap

pembelajaran bertema operasi LASIK.

Peneliti memberikan lembar pernyataan kepada siswa untuk mengetahui ketertarikan siswa mengenai materi pembelajaran bertema operasi LASIK yang diisi siswa setelah treatment selesai.


(25)

Jenis Data Instrumen Teknik Pengumpulan Data

Reading Writing dan kesimpulan kepada siswa untuk mengkosntruksi pengetahuan awal siswa dengan fenomena-fenomena fisika. IRW diberikan kepada siswa sebelum pembelajaran dimulai.

3.8 Analisis Data

Teknik pengelolaan data dilakukan dengan perhitungan secara statistik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan literasi fisika siswa. Pada penelitian ini data yang dianalisis adalah data hasil test literasi fisika untuk aspek context, competencies dan knowledge. Untuk aspek atitudes dianalisis secara terpisah. 1. Data Hasil Tes Literasi Fisika untuk Aspek Context, Competencies dan

Knowledge

Instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini adalah bentuk soal pilihan ganda. Pengolahan data dilakukan dengan cara menentukan skor siswa pada pretest dan postest. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatanliterasi fisika. Selanjutnya ditentukan nilai gain untuk menentukan pengaruh treatment yang dilakukan, yaitu penerapan strategi literasi pada pembelajaran bertema operasi LASIK, sedangkan gain ternormalisasi digunakan untuk melihat peningkatan skor pretest dan posttest. Secara matematis ditulis sebagai berikut:

Dengan:

G = gain yang dinormalisasi Sf = skor tes akhir (posttest) Si = skor tes awal (pretest)


(26)

Dengan:

<g> = gain yang dinormalisasi <Sf> = skor tes akhir (posttest) <Si> = skor tes awal (pretest)

Nilai <g> yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 Klasifikasi Nilai Gain yang Dinormalisasi Nilai rata-rata Gain yang dinormalisasi Keterangan

0,00 < g  0,30 Rendah 0,30 < g  0,70 Sedang 0,70 < g  1,00 Tinggi

(Hake, 1998) 2. Uji Normalitas

Untuk menguji normalitas sampel digunakan rumus:

Kriteria yang digunakan adalah:

a. Bila X2hitung>X2tabel, maka disimpulkan data sampel berdistribusi normal.

b. Bila X2hitung< X2tabel, maka disimpulkan data sampel berdistribusi tidak

normal. 3. Uji Korelasi

Tinggi-rendahnya, kuat-lemahnya atau besar kecilnya suatu korelasi dapat diketahui dengan melihat angka besar kecilnya suatu angkat (koefisien) yang disebut angka indeks korelasi (Sudjiono: 2011: 182). Salah satu rumus yang digunakan untuk menguji korelasi adalah korelasi perbedaan ranking dari Spearman seperti rumus dibawah ini:


(27)

Keterangan:

koefisien korelasi perbedaan ranking d= perbedaan dua pasang ranking

N= jumlah sampel

Dengan interpretasi seperti Tabel 3.8 dibawah ini:

Tabel 3.8 Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat Kuat

(Sugiyono, 2001: 148) 4. Data Hasil Tes Literasi Fisika untuk Aspek Attitudes

Analisis data hasil tes literasi fisika untuk aspek attitudes dalam penelitian ini berdasarkan pada hasil soal yang berupa pernyataan yang diisi oleh siswa pada saat treatment strategi literasi selesai dilakukan. Data hasil aspek attitudes berupa data kualitatif, digunakan untuk mengetahui ketertarikan siswa terhadap materi pembelajaran bertema operasi LASIK.

5. Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Analisis keterlaksanaan model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini berdasarkan pada hasil pengamatan observer terhadap aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis keterlaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Menghitung jumlah nilai jawaban “ya” dan “tidak” yang observer isi pada format


(28)

terlaksana atau jawaban “ya” dan nilai 0 untuk tahapan yang tidak terlaksana atau jawaban “tidak”.

b. Menghitung jumlah tahapan pembelajaran setiap pertemuan (∑ skor total) dan jumlah kegiatan pembelajaran yang terlaksana atau jawaban “ya” pada format

observasi guru.

c. Menghitung presentase keterlaksanaan tahapan pembelajaran.

d. Menginterpretasikan presentase keterlaksanaan tahapan pembelajaran yang diperoleh pada Tabel 3.9 berikut.

Tabel 3.9 Interpretasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran

Presentase Kriteria

80% atau lebih Sangat baik

60 % - 79% Baik

40% - 59% Cukup

21% - 39% Rendah

0% - 20% Rendah sekali

(Ridwan dalam Desi: 2013)

6. Hasil Uji Coba Instrumen Literasi Fisika

Untuk memperoleh instrument tes yang baik, maka tes tersebut harus diuji cobakan terlebih dahulu. Uji coba ini dilakukan kepada siswa SMP kelas VIII di sekolah yang telah terlebih dahulu mempelajari materi yang dijadikan pokok bahasan dalam penelitian. Instrumen yang diuji coba berupa tes berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal.

Data hasil uji coba kemudian dianalisis yang meliputi uji validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas. Sehingga diperoleh instrument tes yang baik dan layak untuk dijadikan instrument penelitian. Analisis validitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dilakukan pada setiap butir soal dengan menggunakan software Microsoft Excel.


(29)

Hasil rekapitulasi validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda tiap butir soal terdapat pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Rekapitulasi Validitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Tiap Butir Soal

Nomor Soal

Validitas Daya Pembeda

Tingkat Kesukaran

Kepastian Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0,00 SANGAT RENDAH 0.00 JELEK 1.00 MUDAH DIBUANG

2 0,41 RENDAH 0.41 BAIK 0.62 SEDANG DIPAKAI 3 0,61 TINGGI 0.53 BAIK 0.74 MUDAH DIPAKAI 4 0,42 SEDANG 0.24 CUKUP 0.59 SEDANG DIPAKAI 5 O,36 RENDAH 0.12 JELEK 0.94 MUDAH DIPAKAI

6 0,14 SANGAT RENDAH 0.12 JELEK 0.88 MUDAH DIBUANG

7 0,00 SANGAT RENDAH 0.00 JELEK 0.00 DIBUANG DIBUANG

8 0,43 SEDANG 0.24 CUKUP 0.47 SEDANG DIPAKAI

9 0,00 SANGAT RENDAH 0.00 JELEK 1.00 MUDAH DIBUANG

10 0,40 SEDANG 0.41 BAIK 0.74 MUDAH DIPAKAI 11 0,34 RENDAH 0.24 CUKUP 0.71 MUDAH DIPAKAI 12 0,62 TINGGI 0.59 BAIK 0.65 SEDANG DIPAKAI 13 0,62 TINGGI 0.59 BAIK 0.65 SEDANG DIPAKAI 14 0,52 SEDANG 0.41 BAIK 0.74 MUDAH DIPAKAI

15 0,00 SANGAT RENDAH 0.00 JELEK 1.00 MUDAH DIBUANG

16 0,27 RENDAH 0.24 CUKUP 0.71 MUDAH DIPAKAI 17 0,29 RENDAH 0.41 BAIK 0.62 SEDANG DIPAKAI 18 0,38 RENDAH 0.35 CUKUP 0.59 SEDANG DIPAKAI 19 0,48 SEDANG 0.35 CUKUP 0.59 SEDANG DIPAKAI 20 0,48 SEDANG 0.47 BAIK 0.71 MUDAH DIPAKAI

Dari Tabel 3.10 diatas, dapat diketahui bahwa 75% instrument valid dengan 15% kategori tinggi, 30% kategori sedang, dan 30% kategori rendah. Sedangkan 25% instrument lainnya masuk kategori tidak valid. Berdasarkan daya pembeda, instrument yang memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai instrument penelitian sebanyak 65% dengan 40% kategori baik dan 30% kategori cukup, sedangkan 25% instrument mempunyai daya pembeda jelek dan terdapat 25% yang dibuang.


(30)

Berdasarkan tingkat kesukaran sebanyak 60% instrument kategori mudah, 35% kategori sedang, dan 5% kategori sukar. Instrumen tes ini memiliki reliabilitas sebesar 0,72 dengan kategori tinggi.

Setelah menganalisis hasil uji coba instrument tes, maka terdapat beberapa soal yang dibuang dan diperbaiki. Dari 20 soal yang diujikan terdapat 5 soal yang dibuang, yaitu soal nomor 1, 6, 7, 9, dan 15. Sehingga soal yang digunakan untuk instrument penelitian adalah 15 soal.


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum peningkatan literasi fisika siswa SMP setelah diterapkan strategi literasi ditunjukkan dengan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi sebesar 0,74 dengan kriteria tinggi. Dari perolehan nilai gain yang dinormalisasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan literasi fisika siswa setelah diterapkan strategi literasi. 2. Peningkatan literasi fisika pada aspek context dengan nilai rata-rata gain yang

dinormalisasi adalah sebesar 0,66 dengan kategori sedang. Peningkatan literasi fisika pada aspek knowledge dengan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi adalah sebesar 0,79 dengan kategori tinggi. Peningkatan literasi fisika pada aspek competencies dengan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi adalah sebesar 0,76 dengan kategori tinggi.

3. Tingginya minat siswa dalam pembelajaran bertema operasi LASIK. Siswa yang berpendapat pembelajaran bertema operasi LASIK sangat penting sekitar 46,47%, sedangkan siswa yang berpendapat bahwa pembelajaran operasi LASIK penting sekitar 53,53%. Hal ini menunjukkan siswa merespon positif atau tertarik terhadap pembelajaran fisika bertema operasi LASIK.

4. Hubungan antara tingkat pemahaman bacaan dan menulis siswa terhadap kemampuan literasi fisika diperoleh interval koefisien spearman rank sebesar 0,78 dengan interpretasi korelasi kuat.


(32)

5.2 Saran

Beberapa saran yang diajukan terkait dengan penelitian yang telah dilakukan diantaranya sebagai berikut:

1. Penerapan strategi literasi dapat dijadikan sebagai salah satu alternative untuk meningkatkan literasi fisika siswa.

2. Sebaiknya siswa lebih banyak dibekalkan pembelajaran berbasis masalah. Dengan adanya pembelajaran berbasis masalah, siswa akan lebih membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalamannya sehingga siswa lebih memahami konsep sains yang dipelajari dan mampu menerapkan konsep sains tersebut dalam konteks kehidupan sehari-hari.

3. Sebaiknya siswa dibekalkan pengalaman dalam membaca wacana-wacana tentang sains terutama fisika. Hal ini bertujuan untuk melatihkan kemampuan dalam memahami isi wacana kepada siswa. Karena dalam menjawab soal literasi fisika juga dibutuhkan kemampuan siswa dalam memahami isi wacana.

4. Sebaiknya kemampuan literasi fisika siswa pada aspek context lebih diperdalam lagi agar semua aspek literasi siswa terpenuhi dengan baik.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard. 2007. Learning to Teach. Yogykarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Badan Penelitian dan Pengembangan.(2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Badan Penelitian dan Pengembangan. (2011). Survei Internasional PISA. Jakarta: Depdikbud.

Desi, Tri Lunggari. (2013). Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Solving Dengan Reading Infusion Untuk Meningkatan Prestasi Belajar dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Fang, Zhihui. (2010). “Improving Middle School Student Science Literacy Through Reading Infusion”. Journal of Education Research.103, 262-273.

Fisher Douglas, et.al.(2002). “Seven Literacy Strategies That Work”. 28, (3), 70-73. Hake, R.R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanic

Courses. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [22 Mei 2013]

Hastia, Mega. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hobson, Art. (2003). “Physics Literacy, Energy and The Environment”.Journal IOP Journal of Physics Education. 38, 109-114.

National Professional Development Program.(1996). Literacy Strategies Handbook. Cambridge: Cambridge University Press.

National Science Education Standards. (1996). Science Education. New York: The National Academies Press.


(34)

Program for Internasional Student Assessment. (2006). Assessing Scientific, Reading and Mathematical Literacy. By the government of Organisation for Economic Co-operation Development.

Sahala, Stepanus dkk.(2010). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembiasan Cahaya pada Lensa terhadap Hasil Belajar Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 5 Ketapang.Jurnal Matematika dan IPA.Vol. 1 No. 2.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono.(2001). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Toharudin, U., Hendrawati, S. dan Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Wattimena, Herman S. (2010). Rangkuman Perkembangan Pendidikan IPA. Makalah pada Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Paska Sarjana UPI, Bandung.


(1)

Henita Septiyani Pertiwi, 2013

Penerapan Strategi Literasi Pada Pembelajaran Bertema Operasi Lasik Untuk Meningkatkan Literasi Fisika Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Hasil rekapitulasi validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda tiap butir soal terdapat pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Rekapitulasi Validitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Tiap Butir Soal

Nomor Soal

Validitas Daya Pembeda

Tingkat Kesukaran

Kepastian Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0,00 SANGAT RENDAH 0.00 JELEK 1.00 MUDAH DIBUANG

2 0,41 RENDAH 0.41 BAIK 0.62 SEDANG DIPAKAI 3 0,61 TINGGI 0.53 BAIK 0.74 MUDAH DIPAKAI 4 0,42 SEDANG 0.24 CUKUP 0.59 SEDANG DIPAKAI 5 O,36 RENDAH 0.12 JELEK 0.94 MUDAH DIPAKAI

6 0,14 SANGAT RENDAH 0.12 JELEK 0.88 MUDAH DIBUANG

7 0,00 SANGAT RENDAH 0.00 JELEK 0.00 DIBUANG DIBUANG

8 0,43 SEDANG 0.24 CUKUP 0.47 SEDANG DIPAKAI

9 0,00 SANGAT RENDAH 0.00 JELEK 1.00 MUDAH DIBUANG

10 0,40 SEDANG 0.41 BAIK 0.74 MUDAH DIPAKAI 11 0,34 RENDAH 0.24 CUKUP 0.71 MUDAH DIPAKAI 12 0,62 TINGGI 0.59 BAIK 0.65 SEDANG DIPAKAI 13 0,62 TINGGI 0.59 BAIK 0.65 SEDANG DIPAKAI 14 0,52 SEDANG 0.41 BAIK 0.74 MUDAH DIPAKAI

15 0,00 SANGAT RENDAH 0.00 JELEK 1.00 MUDAH DIBUANG

16 0,27 RENDAH 0.24 CUKUP 0.71 MUDAH DIPAKAI 17 0,29 RENDAH 0.41 BAIK 0.62 SEDANG DIPAKAI 18 0,38 RENDAH 0.35 CUKUP 0.59 SEDANG DIPAKAI 19 0,48 SEDANG 0.35 CUKUP 0.59 SEDANG DIPAKAI 20 0,48 SEDANG 0.47 BAIK 0.71 MUDAH DIPAKAI

Dari Tabel 3.10 diatas, dapat diketahui bahwa 75% instrument valid dengan 15% kategori tinggi, 30% kategori sedang, dan 30% kategori rendah. Sedangkan 25% instrument lainnya masuk kategori tidak valid. Berdasarkan daya pembeda, instrument yang memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai instrument penelitian sebanyak 65% dengan 40% kategori baik dan 30% kategori cukup, sedangkan 25% instrument mempunyai daya pembeda jelek dan terdapat 25% yang dibuang.


(2)

35

Berdasarkan tingkat kesukaran sebanyak 60% instrument kategori mudah, 35% kategori sedang, dan 5% kategori sukar. Instrumen tes ini memiliki reliabilitas sebesar 0,72 dengan kategori tinggi.

Setelah menganalisis hasil uji coba instrument tes, maka terdapat beberapa soal yang dibuang dan diperbaiki. Dari 20 soal yang diujikan terdapat 5 soal yang dibuang, yaitu soal nomor 1, 6, 7, 9, dan 15. Sehingga soal yang digunakan untuk instrument penelitian adalah 15 soal.


(3)

Henita Septiyani Pertiwi, 2013

Penerapan Strategi Literasi Pada Pembelajaran Bertema Operasi Lasik Untuk Meningkatkan Literasi Fisika Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum peningkatan literasi fisika siswa SMP setelah diterapkan strategi literasi ditunjukkan dengan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi sebesar 0,74 dengan kriteria tinggi. Dari perolehan nilai gain yang dinormalisasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan literasi fisika siswa setelah diterapkan strategi literasi. 2. Peningkatan literasi fisika pada aspek context dengan nilai rata-rata gain yang

dinormalisasi adalah sebesar 0,66 dengan kategori sedang. Peningkatan literasi fisika pada aspek knowledge dengan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi adalah sebesar 0,79 dengan kategori tinggi. Peningkatan literasi fisika pada aspek competencies dengan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi adalah sebesar 0,76 dengan kategori tinggi.

3. Tingginya minat siswa dalam pembelajaran bertema operasi LASIK. Siswa yang berpendapat pembelajaran bertema operasi LASIK sangat penting sekitar 46,47%, sedangkan siswa yang berpendapat bahwa pembelajaran operasi LASIK penting sekitar 53,53%. Hal ini menunjukkan siswa merespon positif atau tertarik terhadap pembelajaran fisika bertema operasi LASIK.

4. Hubungan antara tingkat pemahaman bacaan dan menulis siswa terhadap kemampuan literasi fisika diperoleh interval koefisien spearman rank sebesar 0,78 dengan interpretasi korelasi kuat.


(4)

48

5.2 Saran

Beberapa saran yang diajukan terkait dengan penelitian yang telah dilakukan diantaranya sebagai berikut:

1. Penerapan strategi literasi dapat dijadikan sebagai salah satu alternative untuk meningkatkan literasi fisika siswa.

2. Sebaiknya siswa lebih banyak dibekalkan pembelajaran berbasis masalah. Dengan adanya pembelajaran berbasis masalah, siswa akan lebih membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalamannya sehingga siswa lebih memahami konsep sains yang dipelajari dan mampu menerapkan konsep sains tersebut dalam konteks kehidupan sehari-hari.

3. Sebaiknya siswa dibekalkan pengalaman dalam membaca wacana-wacana tentang sains terutama fisika. Hal ini bertujuan untuk melatihkan kemampuan dalam memahami isi wacana kepada siswa. Karena dalam menjawab soal literasi fisika juga dibutuhkan kemampuan siswa dalam memahami isi wacana.

4. Sebaiknya kemampuan literasi fisika siswa pada aspek context lebih diperdalam lagi agar semua aspek literasi siswa terpenuhi dengan baik.


(5)

Henita Septiyani Pertiwi, 2013

Penerapan Strategi Literasi Pada Pembelajaran Bertema Operasi Lasik Untuk Meningkatkan Literasi Fisika Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard. 2007. Learning to Teach. Yogykarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Badan Penelitian dan Pengembangan.(2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata

Pelajaran IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Badan Penelitian dan Pengembangan. (2011). Survei Internasional PISA. Jakarta: Depdikbud.

Desi, Tri Lunggari. (2013). Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Solving

Dengan Reading Infusion Untuk Meningkatan Prestasi Belajar dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi Sarjana

pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Fang, Zhihui. (2010). “Improving Middle School Student Science Literacy Through Reading Infusion”. Journal of Education Research.103, 262-273.

Fisher Douglas, et.al.(2002). “Seven Literacy Strategies That Work”. 28, (3), 70-73. Hake, R.R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanic

Courses. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [22 Mei 2013]

Hastia, Mega. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk

Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Hobson, Art. (2003). “Physics Literacy, Energy and The Environment”.Journal IOP

Journal of Physics Education. 38, 109-114.

National Professional Development Program.(1996). Literacy Strategies Handbook. Cambridge: Cambridge University Press.

National Science Education Standards. (1996). Science Education. New York: The National Academies Press.


(6)

Program for Internasional Student Assessment. (2006). Assessing Scientific, Reading

and Mathematical Literacy. By the government of Organisation for Economic

Co-operation Development.

Sahala, Stepanus dkk.(2010). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembiasan Cahaya pada Lensa terhadap Hasil Belajar Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 5 Ketapang.Jurnal Matematika dan IPA.Vol. 1 No. 2. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono.(2001). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1991). Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Toharudin, U., Hendrawati, S. dan Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Sains

Peserta Didik. Bandung: Humaniora.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Wattimena, Herman S. (2010). Rangkuman Perkembangan Pendidikan IPA. Makalah pada Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Paska Sarjana UPI, Bandung.