PENERAPAN STRATEGI LITERASI PADA PEMBELAJARAN BERTEMA PELANGI UNTUK MENINGKATKAN LITERASI FISIKA SISWA SMP.

(1)

PENERAPAN STRATEGI LITERASI PADA PEMBELAJARAN

BERTEMA PELANGI UNTUK MENINGKATKAN LITERASI

FISIKA SISWA SMP

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

Oleh

R. SINTA HAROSAH 0902195

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


(2)

R. Sinta Harosah, 2013


(3)

PENERAPAN STRATEGI LITERASI PADA PEMBELAJARAN BERTEMA PELANGI UNTUK MENINGKATKAN LITERASI FISIKA SISWA SMP

Oleh R. Sinta Harosah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© R. Sinta Harosah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

R. Sinta Harosah, 2013

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENERAPAN STRATEGI LITERASI PADA PEMBELAJARAN BERTEMA PELANGI UNTUK MENINGKATKAN LITERSI FISIKA

SISWA SMP

Oleh: R. Sinta Harosah

0902195

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Pembimbing I,

Dr. Selly Feranie, S.Pd, M.Si NIP. 197411081999032004

Pembimbing II,

Ridwan Efendi, S.Pd, M.Pd NIP. 19770110200801001

Mengetahui, Ketua Jurusan

Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

Dr. Ida Kaniawati, M.Si NIP. 196807031992032001


(5)

PENERAPAN STRATEGI LITERASI PADA PEMBELAJARAN BERTEMA PELANGI UNTUK MENINGKATKAN LITERASI FISIKA

SISWA SMP

R. Sinta Harosah, NIM. 0902195 Pembimbing I : Dr. SellyFeranie, S.Pd, M.Si

Pembimbing II : RidwanEfendi, S.Pd, M.Pd

Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung Tahun 2013

ABSTRAK

Berdasarkan studi pendahuluan pada siswa salahsatu SMP di Kota Bandung diperoleh bahwa pemahaman bacaan IPA siswa rendah. Hal ini dapat menyebabkan pemahaman konsep dan kemampuan scientific inquiry rendah. Ketiga kemampuan tersebut sangat berhubungan erat dengan literasi fisika.Oleh karena itu diperlukan strategi literasi yang dapat meningkatkan kemampuan literasi fisika. Strategi literasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan memberikan Integrated Reading Writing Task yaitu berupa tugas yang terdiri dari bahan bacaan IPA yang disertai strategi membaca dan menulis, serta menerapkan model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan scientific inquiry. Adapun kemampuan literasi fisika yang diukur yaitu context, knowledge, competencies, dan attitudes. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas peningkatan literasi fisika siswa setelah diterapkan strategi literasi pada pembelajaran bertema pelangi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Quasi Experiment dengan rancangan One Group Pretest Posttest Design sedangkan sampel penelitian yaitu siswa SMP Kelas VIII di Kota Bandung. Hasil yang diperoleh saat penelitian mengalami peningkatan sebesar 0,46 kategori sedang. Hasil penelitian memperlihatkan nilai gain sedang karena siswa masih belum mengetahui bentuk soal literasi fisika. Peningkatan hasil penelitian ini dapat dilihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata pretest dan nilai rata-rata posttest yaitu dari sebesar dari 46,36 menjadi 71,21.


(6)

IMPLEMENTATION STRATEGIES LITERACY THEMED RAINBOW OF TEACHING PHYSICS TO IMPROVE STUDENT LITERACY OF THE

JUNIOR HIGH SCHOOL

R.Sinta Harosah, NIM.0902195 Lectures I: Dr.Selly Feranie, S. Pd, M.Si

Lectures II: Ridwan Efendi, S. Pd, M.Pd

Department of Physical Education FPMIPA UPI Bandung in 2013

ABSTRACT

Based on the preliminary study on one of the junior high school students in the city of Bandung was found that students' low reading comprehension IPA.This can lead to an understanding of concepts and scientific inquiry skills are low.The third ability is very closely linked with physical literacy.It is therefore necessary literacy strategies that can improve physical literacy. Literacy strategy used in this study is to provide Integrated Reading Writing Task is a task which consists in reading IPA accompanied reading and writing strategies, and apply the learning model to improve the ability of scientific inquiry.The measured physical literacy skills that context, knowledge, competencies, and attitudes.The purpose of this study is to determine the effectiveness of increasing literacy strategies applied physics students after learning of literacy in rainbow themed.The method used in this research is the design of Quasi Experiment with One Group Pretest Posttest Design while the study sample Eighth Grade school students in the city of Bandung.Results obtained during the study experienced an increase of 0.46 medium category.The results show the value of the gain medium because the students still do not know about the form of physical literacy.Improved results of this study can be seen from the increase in value of the average pretest and posttest mean value of which was from 46.36 to 71.21.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ...Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ...Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMAKASIH ...Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ...Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ...Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ...Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ...Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ...Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah ...Error! Bookmark not defined. 1.3 Batasan Masalah ...Error! Bookmark not defined. 1.4 Tujuan Penelitian ...Error! Bookmark not defined. 1.5 Manfaat Penelitian...Error! Bookmark not defined. 1.6 Variabel Penelitian ...Error! Bookmark not defined. 1.7 Definisi Operasional ...Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

2.1 Strategi Literasi ...Error! Bookmark not defined. 2.2 Literasi Fisika ... 8 2.3 Hubungan Strategi Literasi dan Literasi Fisika ..Error! Bookmark not defined. 2.4 Penerapan Strategi Literasi pada Pembelajaran .Error! Bookmark not defined. BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

3.1 Metode Penelitian ...Error! Bookmark not defined. 3.2 Desain Penelitian ...Error! Bookmark not defined. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian...Error! Bookmark not defined.


(8)

vi

3.4 Prosedur Penelitian ...Error! Bookmark not defined. 3.5 Instrumen Penelitian ...Error! Bookmark not defined. 3.6 Teknik Pengumpulan Data ...Error! Bookmark not defined. 3.7 Teknik Analisis dan Hasil Uji Coba Instrumen ..Error! Bookmark not defined. 3.8 Analisis Hasil Uji Instrumen ...Error! Bookmark not defined. 3.9 Teknik Pengolahan Data ...Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not

defined.

4.1 Hasil Penelitian ...Error! Bookmark not defined. 4.2 Pembahasan ...Error! Bookmark not defined. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan ...Error! Bookmark not defined. 5.2 Saran ...Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada salah satu Sekolah Menengah Pertama di Kota Bandung, metode pembelajaran masih didominasi dengan metode yang berpusat dari guru, sehingga pembelajaran berlangsung dengan komunikasi satu arah. Banyak guru telah melakukan inovasi pembelajaran namun keaktifan siswa saat proses pembelajaran masih kurang. Salah satu faktornya yaitu kurangnya pengetahuan siswa. Berdasarkan penelitian dari beberapa ahli, Pintrinch dalam Astuti (2011) menyimpulkan bahwa: “pengetahuan awal yang tidak akurat dapat menghalangi perkembangan siswa dan kekurangan pengetahuan awal tidak memungkinkannya untuk maju”. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan awal sangat berperan sekali dalam proses pembelajaran.

Selain melakukan studi pendahuluan mengenai metode pembelajaran, penulis juga melakukan studi pendahuluan capain literasi fisika terhadap 40 siswa di salah satu Sekolah Menengah Pertama di Kota Bandung. Setelah melakukan studi pendahuluan diperoleh bahwa rata-rata siswa hanya dapat menjawab 3 soal dari 9 soal pemahaman bacaan teks fisika, 2 soal hipotesis, dan 1 soal merencanakan percobaan. Penulis meneliti bahwa masih banyak siswa SMP yang kurang mampu mengaitkan pengetahuan fisika yang dipelajarinya dengan fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar, karena mereka tidak memperoleh pengalaman untuk mengaitkannya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan pemahaman bacaan teks fisika yang dimiliki siswa masih rendah. Rendahnya kemampuan pemahaman bacaan teks fisika menyebabkan rendahnya kemampuan scientific inquiry dan kemampuan pemahaman konsep yang dimiliki siswa. Ketiga kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan literasi fisika. Berdasarkan data studi pendahuluan diatas dapat disimpulkan bahwa literasi fisika siswa tersebut masih rendah.


(10)

2

Hal diatas mendukung data yang didasarkan dalam studi literasi internasional PISA (Programme for Internatinal Student Assessment) yang dilaksanakan oleh OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) pada tahun 2006 menunjukkan kemampuan literasi sains anak Indonesia yang berumur 15 tahun, yang sampelnya diambil secara acak berada pada tingkat rendah. Indonesia menduduki peringkat 50 dari 57 negara peserta (Balitbang-kemdikbud, 2011). Kemampuan literasi sains yang diukur oleh PISA dibagi kedalam empat aspek yaitu context, knowledge, competencies, dan attitudes. Berdasarkan studi literatur tersebut, telah dijelaskan bahwa anak Indonesia masih sangat kurang dalam kemampuan literasi sains untuk seluruh aspek.

Permasalahan yang telah dipaparkan diatas, ternyata tidak sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. KTSP memberikan suasana baru dalam dunia pendidikan terutama untuk mata pelajaran IPA, yang memungkinkan baik guru maupun siswa dapat memberdayakan potensi dan kemampuan yang ada. KTSP merupakan sebuah kurikulum yang menuntut suatu kegiatan pembelajaran yang bersifat student centered. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai fasilitator. Siswa diharuskan untuk mendapat prinsip dan pengalaman proses ilmiah yang lebih banyak. Dengan adanya KTSP maka kurikulum pendidikan IPA telah dirancang sebagai pembelajaran yang berdimensi kompetensi. KTSP memiliki tujuan yang sejalan dengan tujuan pendidikan IPA saat ini, yaitu untuk mencapai manusia yang melek sains (Scientific Literacy).

Salah satu upaya untuk meningkatkan perkembangan sains dan teknologi pada pembelajaran IPA dalam KTSP yang menyatakan bahwa, “proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah” (Depdiknas, 2006). Melalui kompetensi itu, siswa akan mampu belajar lebih lanjut dan hidup di masyarakat yang saat ini banyak dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi yang berguna bagi dirinya dan masyarakat. Kompetensi itulah yang dimaksud sebagai literasi sains menurut Programme for International Student Assessment (PISA). Pengertian Scientific literacy menurut PISA (2006:20) menyatakan bahwa:


(11)

3

As the basis for an international assessment of 15-year-old students, it seems reasonable, therefore, to ask: “What is it important for citizens to know,

value, and be able to do in situations involving science and technology?”

Answering this question establishes the basis for an assessment of students in these respects: their knowledge, values and abilities today relate to what is needed in the future. Central to the answer are the competencies that lie at the heart of the PISA 2006 definition of scientific literacy. The ask how well students: identify scientific issues, explain phenomena scientifically, and use scientific evidence. These competencies require students to demonstrate, on the one hand, knowledge, cognitive abilities, and on the other, attitudes, values and motivations as they meet and respond to science related issues. Sedangkan literasi fisika menurut Jon Miller didalam Art Hobson (2003) menyatakan bahwa:

“He defines „civic scientific literacy‟ as (1) an understanding of basic scientific concepts such as the molecule and the structure of the solar system, (2) an understanding of the nature of scientific inquiry, and (3) a pattern of regular information consumption, such as reading and understanding popular science books”.

Berdasarkan hal tersebut, ternyata terdapat kaitan antara kemampuan literasi fisika siswa dengan proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru saat pembelajaran. Untuk itu diperlukan suatu teknik pembelajaran yang dapat mengatasi hal tersebut. Salah satunya adalah dengan menerapkan strategi literasi yang sesuai dengan hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) serta tuntutan KTSP saat ini. Strategi literasi yang akan digunakan yaitu strategi yang mengintegrasikan ketujuh strategi literasi ke dalam paket pembelajaran yang terdiri dari pemberian tugas awal Integrated Reading-Writing dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Dalam hal ini, terdapat tujuh strategi literasi yang dikemukakan oleh Douglas Fisher, et.al, diantaranya yaitu read-alouds, KWL chart/SQRW, graphic organizers, vocabulary instruction, writing to learn, structured notetaking, reciprocal teaching. Empat strategi literasi yaitu read-alouds, KWL chart/SQRW, graphic organizers, vocabulary instruction ternyata termasuk ke dalam Integrated reading-Writing dan tiga strategi literasi lainnya termasuk ke dalam pembelajaran berbasis masalah. Oleh karena itu, peneliti menggunakan strategi literasi dalam pembelajaran karena di dalam ketujuh strategi literasi yang digunakan terdapat beberapa komponen Integrated


(12)

4

Reading-Writing dan pembelajaran berbasis masalah yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa dan mengetahui peningkatan literasi fisika.

Pada hakekatnya fisika adalah salah satu bagian dari sains, oleh karena itu dalam penelitian ini penulis ingin memfokuskan untuk mengetahui peningkatan literasi fisika siswa. Materi pembelajaran dalam penelitian menggunakan tema. Hal ini dikarenakan kebutuhan literasi sains harus diajarkan melalui cara yang menginspirasi pemahaman dan antusias siswa serta relevan terhadap kebudayaan siswa dan alam sekitar. Seperti dalam jurnal physics literacy, energy and the environment yang dikemukakan Hobson (2003) bahwa:

“general physics courses for non-scientist should be taught in a manner that inspires student understanding and enthusiasm, and is relevant to the cultural and social needs of students and society. More specifically, the course should:

Be conceptual (non-algebraic) but numerate (power of ten, metric system, graphs, percentages, estimates, probabilities, proportionalities);

Use „interactive-engangement‟ or „inquiry‟ techniques that cause students to engage, with other students, the instructor, a scientific thought process;

Be focused on a few themes rather than encyclopedic;

Instill scientific habits of mind by means of a recurrent theme such as

„how do we know?‟

Devote 50% or more of its time to so-called „modern‟ (i.e. since the

beginning of the preceding century) physics.”

Oleh karena itu, literasi harus berfokus pada satu tema. Dalam penelitian ini penulis memilih tema pelangi dalam pembelajaran fisika.

Dengan diterapkan strategi literasi pada pembelajaran IPA, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi fisika siswa. Penerapan strategi literasi ini akan dilakukan pada salah satu kompetensi dasar yang didalamnya terdapat materi cahaya. Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini diberi judul “Penerapan Strategi Literasi Pada Pembelajaran Bertema Pelangi Untuk Meningkatkan Literasi Fisika”.


(13)

5

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan umum dalam penelitian ini, “Bagaimana peningkatan literasi fisika siswa setelah diterapkannya strategi literasi?”.

Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka rumusan masalah diatas diuraikan menjadi beberapa pernyataan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana peningkatan kemampuan literasi fisika siswa setelah diterapkan

strategi literasi?

2. Bagaimana profil aspek attitudes siswa setelah diterapkan strategi literasi?

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah literasi fisika. Aspek literasi sains yang diukur oleh PISA tahun 2006, dalam penelitian ini difokuskan pada literasi fisika dengan mengadopsi bentuk soal PISA tahun 2006 yang didalamnya mengukur empat aspek diantaranya yaitu context, knowledge, competencies, dan attitudes. Peningkatan literasi fisika dalam penelitian ini dibatasi pada pembelajaran bertema pelangi pada saat sebelum dan sesudah pembelajaran yang dilihat dari nilai gain ternormalisasi yang didefinisikan dengan kriteria Hake.

1.4. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di awal, maka tujuan umum penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui peningkatan literasi fisika siswa setelah diterapkan strategi literasi.

2. Mengetahui profil aspek attitudes siswa setelah diterapkan strategi literasi.

1.5. Manfaat Penelitian

Terkait dengan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan alternatif metode pengajaran untuk dapat meningkatkan literasi fisika siswa dan untuk


(14)

6

1.6. Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah strategi literasi dan literasi fisika. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu literasi fisika dan variabel bebasnya yaitu strategi literasi pada model pembelajaran berbasis masalah.

1.7. Definisi Operasional

1. Strategi Literasi merupakan strategi pembelajaran yang merujuk pada tujuh strategi literasi yang dikemukakan oleh Douglas Fisher, et.al, yakni: read-alouds, K-W-L chart/SQRW (strategi membaca), graphic organizers (startegi menulis), vocabulary instruction, writing to learn, structured notetaking dan reciprocal teaching. Tujuh strategi literasi tersebut diintegrasikan dalam paket pembelajaran yang terdiri dari pemberian tugas awal Integrated Reading-Writing dan pembelajaran berbasis masalah. Strategi literasi ini dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan Integrated Reading-Writing. Keterlaksanaan implementasi strategi literasi ditandai dengan ketuntasan siswa dalam mengerjakan tugas awal IRW dan PBM ditandai dengan keterlaksanaan tahapan pembelajaran.

2. Literasi fisika merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memahami fisika, menggunakan keterampilan proses fisika, serta menerapkan pengetahuan dan keterampilan proses fisika untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan literasi fisika, digunakan alat ukur berupa tes soal pilihan ganda yang mengadopsi pada pengembangan soal literasi sains yang dibuat oleh PISA tahun 2006 yang berdasarkan empat aspek literasi sains, yaitu context, knowledge, competencies, serta attitudes untuk mengetahui ketertarikan atau respon siswa terhadap pembelajaran. Peningkatan literasi fisika dalam penelitian ini dibatasi pada pembelajaran bertema pelangi pada saat sebelum dan sesudah pembelajaran yang dilihat dari nilai gain ternormalisasi yang didefinisikan dengan kriteria Hake.


(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental Design. Quasi Experimental merupakan metode penelitian yang masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat. Metode ini digunakan karena penulis tidak mampu mengontrol semua variabel yang ikut berpengaruh terhadap hasil yang ingin dicapai.

3.2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan rancangan bagaimana penelitian dilaksanakan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah One-Group Pretest and Posttest Design. Dalam desain ini, pada setiap pertemuan sebelum pembelajaran sampel terlebih dahulu diberi textbook serta pretest dan setelah pembelajaran sampel diberi posttest. Desain ini digunakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu ingin mengetahui peningkatan literasi fisika siswa setelah diterapkan strategi literasi.

Tabel 3.1

Skema One Group Pretest Posttest Design

Pretest Treatment Posttest

O1 X O2

(Sugiyono, 2008 : 11) Keterangan :

O1 = Test awal sebelum diberi perlakuan

X = Treatment ( Perlakuan dengan menerapkan strategi literasi pada tugas awal) O2 = Test akhir setelah diberi perlakuan

Tes dilakukan dua kali yaitu sebelum dan setelah perlakuan (treatment). Pembelajaran dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Kelompok eksperimen


(16)

20

diberi perlakuan dengan menerapkan strategi literasi sebanyak dua kali pertemun. Sebelum dilaksanakan pembelajaran menggunakan strategi literasi, terlebih dahulu kelompok eksperimen diberi tugas awal integrated reading-writing yang diberikan pada sebelum pertemuan pembelajaran untuk mengetahui kemampuan pengetahuan awal tentang literasi fisika, kemudian dilanjutkan dengan pemberian perlakuan, yaitu menerapkan strategi literasi. Pada pembelajaran dikelas menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang sesuai dengan materi yang diberikan pada tugas awal integrated reading-writing dan berakhir dengan pemberian test akhir.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Bandung. Penelitian yang akan dilakukan hanya mengambil sampel satu kelas eksperimen saja.

Sampel ini adalah satu kelas yang mempunyai homogenitas yang sama dengan kelas dalam studi pendahuluan, yaitu kelas VIII di salah satu SMP negeri di Kota Bandung.

3.4. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu :

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:

a. Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang sesuai dengan permasalahan yang akan dikaji.

b. Telaah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dilakukan untuk mengetahui kompetensi dasar yang harus dicapai siswa setelah pembelajaran.

c. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. d. Membuat surat izin penelitian pihak dekan FPMIPA UPI.


(17)

21

e. Menghubungi pihak sekolah dan melakukan konsultasi dengan guru pengajar IPA yang mengajar ditempat penelitian.

f. Melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui keadaan siswa yang akan dijadikan sampel dalam penelitian serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan penelitian.

g. Menentukan sampel penelitian.

h. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan skenario pembelajaran untuk beberapa pertemuan.

i. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk melaksanakan demonstrasi dan eksperimen.

j. Menyusun instrumen penelitian (soal pretest dan posttest). 2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi:

a. Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur literasi fisika siswa sebelum diberikan perlakuan.

b. Memberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

c. Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengetahui literasi fisika siswa setelah diberi perlakuan.

3. Tahap Akhir

Pada tahap ini kegiatan yang akan dilakukan antara lain: a. Mengolah data hasil pretest dan posttest.

b. Membandingkan hasil analisis data tes sebelum dan setelah diberi perlakuan untuk mengetahui peningkatan literasi fisika setelah diterapkan strategi literasi.

c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data.

d. Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang sesuai.


(18)

22

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam seluruh rangkaian kegiatan penelitian ini, yaitu terdiri dari satu set soal untuk tes awal (pretest) dan (posttest) berupa tes literasi fisika dan dua tugas Integrated Reading-Writing. Dan berdasarkan kebutuhan penelitian maka instrumen penelitian yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

1. Tes Kemampuan Literasi Fisika

Tes kemampuan literasi fisika yang digunakan berupa tes pilihan ganda. Tes kemampuan literasi fisika yang digunakan pada pembelajaran bertema pelangi untuk kelas VIII yang dibatasi pada empat aspek literasi sains, yaitu context, knowledge, competencies dan attitudes. Instrumen ini kemudian diujikan kepada siswa saat pretest dan posttest. Dari hasil tes ini akan dihitung Gain yang dinormalisasi (N-Gain) untuk mengetahui peningkatan literasi fisika siswa setelah diterapkan strategi literasi dengan pemberian tugas awal Integrated Reading-Writing dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

2. Format Observasi

Format observasi dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh tahapan-tahapan model pembelajaran berbasis masalah dan pemberian tugas awal Integrated Reading-Writing yang digunakan pada saat penelitian telah dilaksanakan oleh guru atau tidak. Selain itu, format observasi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana ketertarikan atau respon siswa terhadap pembelajaran selama diterapkan strategi literasi. Format observasi ini dilakukan pada satu objek yaitu mahasiswa dan didalamnya terdapat list yang harus diamati observer dengan memberikan tanda checklist jika tahapan telah terlaksana, serta pengolahan format observasi ini diolah menggunakan tafsiran persentasi.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data data kemampuan literasi fisika siswa dan keterlaksanaan pembelajaran berupa format observasi. Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data


(19)

23

yang dapat mendukung pencapaian tujuan penelitian. Pada penelitian ini, pengumpulan data berupa tes. Adapun instrumen yan digunakan dalam seluruh rangkaian penelitian ini, yaitu terdiri dari satu set soal untuk tes awal (pretest) dan test akhir (posttest) sebagai alat ukur kemampuan literasi fisika.

3.7. Teknik Analisis dan Hasil Uji Coba Instrumen

Instrumen adalah sebuah alat yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data penelitian (Arikunto, 2009 :10). Instrumen yang dibuat telah diujicobakan pada kelas VIII pada salah satu SMP di Kota Bandung yang telah mendapat pembelajaran pada materi cahaya. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh saat penelitian adalah data yang benar sehingga dapat mengambarkan kemampuan subjek penelitian dengan tepat. Persyaratan yang dipenuhi oleh suatu instrumen pada penelitian ini terdapat empat macam, yaitu reliabilitas, validitas, tingkat kesulitan butir soal dan daya pembeda (Sukmadinata, 2009 : 208). Pada penelitian ini hasil test belajar yaitu pretest dan posttest untuk mengetahui peningkatan literasi fisika siswa.

1. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan ukuran sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten. Metode pengukuran reabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode belah dua ganjil-genap yang besarnya dapat ditentukan menggunakan rumus sebagai berikut :

(Kuder Richardson dalam Erman, 2009: 93) Keterangan :

r11 = koefisien reabilitas tes

= koefisien korelasi ganjil-genap

Koefisien korelasi ganjil-genap di tentukan dengan teknik korelasi product moment yaitu sebagai berikut:


(20)

24

∑ ∑ ∑

√( ∑ ∑ )( ∑ ) ∑

(Arikunto, 2009:72) Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y (dua veriabel yang di korelasikan) X = skor siswa yang menjawab benar nomor ganjil

Y = skor siswa yang menjawab benar nomor genap N = jumlah siswa uji coba

Hasil nilai dari reliabilitas diinterpretasikan sesuai dengan kategori pada tabel berikut :

Tabel 3.2

Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria

0.00 – 0.200 Sangat rendah 0.200 – 0.400 Rendah 0.400 – 0.600 Sedang 0.600 – 0.800 Tinggi

0.800 – 1.00 Sangat tinggi 2. Validitas Soal

Validitas berhubungan dengan ketepatan atau kesahihan instrumen, yaitu kesesuaian tujuan dengan alat ukur yang digunakan. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes dengan kriteria. Nilai validitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√( ∑ ∑ )( ∑ ) ∑


(21)

25

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y (dua veriabel yang di korelasikan) X = skor total tiap butir soal

Y = skor total tiap siswa N = jumlah siswa uji coba

Berdasarkan nilai koefesien yang diperoleh, kemudian dapat diinterpretasikan pada kategori berikut ini:

Tabel 3.3

Klasifikasi Validitas Butir Soal Koefisien Korelasi Validitas

0,00 < rxy≤ 0,20 Sangat Rendah 0,21< rxy≤ 0,40 Rendah 0,41< rxy≤ 0,60 Sedang 0,61< rxy≤ 0,80 Tinggi 0,81< rxy≤ 1,00 Sangat Tinggi

(Arikunto, 2009 : 75)

3. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran suatu butir soal merupakan proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Indeks ini menunjukan taraf kesukaran soal. Saol yang memiliki indeks 0,00 artinya soal tersebut terlalu sukar sedangkan soal yang memiliki indeks 1,00 menunjukan bahwa soalnya terlalu mudah. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

(Arikunto, 2009: 208)

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes


(22)

26

Tabel 3.4

Interpretasi Tingkat Kesukaran

Nilai P Interpretasi

0,00-0,20 Sukar 0,30-0,69 Sedang 0,70-1,00 Mudah

(Arikunto, 2009: 210)

4. Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Indeksnya berkisar antara 0,0 sampai 1,00. Untuk menentukan nilai daya pembeda, digunakan rumus sebagai berikut :

(Arikunto, 2009: 213) Keterangan:

J = Jumlah peserta tes

JA = Banyaknya peserta kelomopok atas JB = Banyaknya peserta kelomopok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB =Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar Dengan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut :

Tabel 3.5

Interpretasi Daya Pembeda

Nilai Daya Pembeda Interpretasi

Negatif Tidak Baik, harus dibuang

0,00-0,19 Buruk

0,20-0,39 Cukup

0,40-0,69 Baik

0,70-1,00 Baik Sekali


(23)

27

3.8. Analisis Hasil Uji Instrumen

Uji instrumen penelitian dilaksanakan pada kelas VIII di salah satu SMP di Kota Bandung. Data hasil uji coba instrumen kemudian dianalisis meliputi uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran butir soal, dan daya pembeda. Hasil instrumen tes literasi fisika yang sudah dianalisis, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.6

Analisis Hasil Uji Instrumen

No. Soal

Validitas Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda Reliabilitas Keterangan

Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai

1 0.41 Cukup 0.80 Mudah 0.19 Buruk

0.44

Digunakan

2 0.44 Cukup 0.78 Mudah 0.33 Cukup Digunakan

3 0.53 Cukup 0.73 Mudah 0.23 Cukup Digunakan

4 0.47 Cukup 0.83 Mudah 0.24 Cukup Digunakan

5 0.28 Rendah 0.80 Mudah 0.28 Cukup Digunakan

6 0.56 Cukup 0.68 Sedang 0.23 Cukup Digunakan

7 0.72 Tinggi 0.71 Mudah 0.38 Cukup Digunakan

8

-0.07 Sangat Rendah 0.88 Mudah 0.14 Buruk Dibuang

9 0.64 Tinggi 0.83 Mudah 0.14 Buruk Digunakan

10 0.15 Sangat Rendah 0.90 Mudah 0.09 Buruk Dibuang

11 0.31 Rendah 0.85 Mudah 0.19 Buruk Digunakan

12 0.38 Rendah 0.83 Mudah 0.04 Buruk Digunakan

3.9. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain adalah data keterlaksanaan pembelajaran dan data kemampuan literasi fisika siswa.

1. Data Hasil Tes Kemampuan Literasi Fisika Aspek context, knowledge, dan competencies

Data hasil tes (pretest dan posttest) digunakan untuk mengukur peningkatan literasi fisika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah serta pemberian tugas awal Integrated Reading-Writing. Untuk melihat peningkatan literasi fisika untuk aspek context, knowledge, dan competencies maka dihitung nilai <g> dengan menggunakan skor pretest dan posttest. Dan untuk mengetahui


(24)

28

kemampuan siswa dalam menjawab tugas awal Integrated Reading-Writing, maka dilakukan analisis terhadap setiap butir soal. Adapun langkah yang dilakukan untuk mengetahui literasi fisika adalah sebagai berikut :

a. Melakukan penilaian terhadap hasil pretest dan posttest masing-masing siswa.

b. Menganalisis kemampuan literasi fisika siswa pada saat setelah diberikan tugas awal Integrated Reading-Writing dengan model pembelajaran berbasis masalah.

c. Menghitung nilai Gain yang dinormalisasi

Nilai Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara persentase nilai Gain yang diperoleh siswa dengan persentase nilai Gain maksimum yang dapat diperoleh. Secara matematis ditulis sebagai berikut :

(Hake, 1999)

Keterangan :

< Sf > = rata-rata skor posttest < Si > = rata-rata skor pretest

Tabel 3.7

Menginterpretasi nilai rata-rata Gain yang dinormalisasi Nilai rata-rata Gain yang

dinormalisasi Keterangan

0,00 < g  0,30 Rendah 0,30 < g  0,70 Sedang 0,70 < g  1,00 Tinggi

(Hake, 1999) 2. Data Hasil Tes Kemampuan Literasi Fisika Aspek attitudes

Data hasil tes (pretest dan posttest) digunakan untuk mengukur peningkatan literasi fisika untuk aspek attitudes dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah serta pemberian tugas awal Integrated Reading-Writing. Aspek ini terdiri dari 3 pernyataan, yaitu pernyataan pertama mengenai ketertarikan siswa terhadap pembelajaran, pernyataan kedua yaitu mengenai prinsip kerja berdasarkan tema yang diberikan guru, dan pernyataan ketiga yaitu mengenai


(25)

29

menyelesaikan masalah berdasarkan tema dengan menggunakan konsep ilmiah. Pernyataan-pernyataan diberikan dengan empat pilihan, yaitu sangat penting (SP), penting (P), kurang penting (KP), dan tidak penting (TP). Untuk mengetahui profil aspek attitudes siswa pada pembelajaran maka penulis menggunakan persentase nilai pretest dan posttest berdasarkan jawaban siswa yang telah memilih masing-masing pernyataan.

3. Keterlaksanaan Pembelajaran

Analisis keterlaksanaan model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini berdasarkan pada hasil pengamatan observer terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis keterlaksanaan pembelajaran dengan menerapkan strategi literasi adalah sebagai berikut:

a. Menghitung seluruh jawaban yang observer isi pada format observasi keterlaksanaan pembelajaran. Jika jawaban “ya” maka mendapat nilai 1, dan jika jawaban “tidak” maka mendapat nilai 0.

b. Menghitung jumlah tahapan pembelajaran setiap pertemuan (∑ skor total) dan jumlah kegiatan pembelajaran yang terlaksana.

c. Menghitung persentase keterlaksanaan tahapan pembelajaran.

d. Menginterpretasikan hasil persentase keterlaksanaan tahapan pembelajaran yang diperoleh berdasarkan tabel 3.8 sebagai berikut:

Tabel 3.8

Interpretasi Keterlaksanaan Tahapan Pemblajaran

KM (%) Kriteria

KM = 0 Tak satupun kegiatan terlaksana 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KM < 50 Hamper setengah kegitan terlaksana

KM = 50 Kegiatan terlaksana

50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 < KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana

KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana


(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa kelas VIII di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung mengenai penerapan strategi literasi pada pembelajaran bertema pelangi untuk meningkatkan literasi fisika dapat disimpulkan bahwa:

1. Literasi fisika siswa setelah diterapkan strategi literasi dalam pembelajaran bertema pelangi di SMP mengalami peningkatan dengan kategori sedang. 2. Sikap ketertarikan atau respon siswa pada saat posttest menunjukkan nilai

persentase yang lebih besar dibandingkan pada saat pretest.

5.2. Saran

Adapun saran-saran dari penelitian ini diantaranya, yaitu:

1. Untuk memaksimalkan peningkatan literasi fisika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, sebaiknya sebelum kegiatan eksperimen dilakukan siswa diberikan pengarahan mengenai cara menggunakan alat peraga dengan benar sehingga tidak terjadi kesalahan pengukuran pada saat eksperimen yang akan mengakibatkan terjadinya kekeliruan dalam pengambilan kesimpulan.

2. Untuk memaksimalkan peningkatan literasi fisika dengan pemberian Integrated Reading-Writing, sebaiknya sebelum pembelajaran berlangsung siswa diberikan strategi membaca dengan benar sehingga siswa memiliki pengetahuan awal yang maksimal.

3. Untuk memaksimalkan peningkatan literasi fisika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, sebaiknya sebelum pembelajaran berlangsung siswa diberikan arahan mengenai pemberian lembar kerja siswa berbasis masalah agar siswa dapat melakukan pengukuran dengan benar.


(27)

41

4. Untuk melatihkan kemampuan dalam memahami isi wacana kepada siswa, sebaiknya siswa dibekalkan pemahaman bacaan teks fisika. Karena hal ini sangat mempengaruhi jawaban siswa dalam memahami isi bacaan teks fisika saat pembelajaran.


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Badan Penelitian dan Pengembangan. (2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dasna, I Wayan dan Sutrisno. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurusan Kimia FPMIPA Universitas Negeri Malang.

Fang, Zhihui. 2010. Improving Middle School Students Science Literacy Through Reading Infusion. The Journal of Educational Research.

Fisher Douglas, et.al. (2002). “Seven Literacy Strategies That Work”. 28, (3), 70-73.

Hakim, Nurlaeli. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hastia, Mega. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hobson, Art. (2003). “Physics Literacy, Energy and The Environment”. Journal IOP Journal of Physics Education. 38, 109-114.

Lunggari, Tri. (2013). Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Solving dengan Reading Infusion Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Mengetahui Profil Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Banding : tidak diterbitkan.

National Professional Development Program. (1996). Literacy Strategies Handbook. Cambridge: Cambridge University Press.


(29)

43

National Science Education Standards. (1996). Science Education. New York: The National Academies Press.

Oktarisa, Y. 2012. Makalah Literasi Sains. [Online]. Tersedia:

http://www.ml.Scribd.com/doc/91824507/Literasi-Sains. [5 Juni 2012] Panggabean, Luhut P. (2001). Statistika Dasar. Bandung: JICA.

Program for Internasional Student Assessment. (2006). Assessing Scientific, Reading and Mathematical Literacy. By the government of Organisation for Economic Co-operation Development.

Sahala, Stepanus dkk. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembiasan Cahaya pada Lensa terhadap Hasil Belajar Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 5 Ketapang. Jurnal Matematika dan IPA. Vol. 1 No. 2.

Sudijono, Anas. (2011). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Grafindo. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2001). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Toharudin, U., Hendrawati, S. dan Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora.

Wattimena, Herman S. (2010). Rangkuman Perkembangan Pendidikan IPA. Makalah pada Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pasca Sarjana UPI, Bandung.


(1)

kemampuan siswa dalam menjawab tugas awal Integrated Reading-Writing, maka dilakukan analisis terhadap setiap butir soal. Adapun langkah yang dilakukan untuk mengetahui literasi fisika adalah sebagai berikut :

a. Melakukan penilaian terhadap hasil pretest dan posttest masing-masing siswa.

b. Menganalisis kemampuan literasi fisika siswa pada saat setelah diberikan tugas awal Integrated Reading-Writing dengan model pembelajaran berbasis masalah.

c. Menghitung nilai Gain yang dinormalisasi

Nilai Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara persentase nilai Gain yang diperoleh siswa dengan persentase nilai Gain maksimum yang dapat diperoleh. Secara matematis ditulis sebagai berikut :

(Hake, 1999)

Keterangan :

< Sf > = rata-rata skor posttest < Si > = rata-rata skor pretest

Tabel 3.7

Menginterpretasi nilai rata-rata Gain yang dinormalisasi Nilai rata-rata Gain yang

dinormalisasi Keterangan 0,00 < g  0,30 Rendah 0,30 < g  0,70 Sedang 0,70 < g  1,00 Tinggi

(Hake, 1999) 2. Data Hasil Tes Kemampuan Literasi Fisika Aspek attitudes

Data hasil tes (pretest dan posttest) digunakan untuk mengukur peningkatan literasi fisika untuk aspek attitudes dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah serta pemberian tugas awal Integrated Reading-Writing. Aspek ini terdiri dari 3 pernyataan, yaitu pernyataan pertama mengenai ketertarikan


(2)

29

R. Sinta Harosah, 2013

menyelesaikan masalah berdasarkan tema dengan menggunakan konsep ilmiah. Pernyataan-pernyataan diberikan dengan empat pilihan, yaitu sangat penting (SP), penting (P), kurang penting (KP), dan tidak penting (TP). Untuk mengetahui profil aspek attitudes siswa pada pembelajaran maka penulis menggunakan persentase nilai pretest dan posttest berdasarkan jawaban siswa yang telah memilih masing-masing pernyataan.

3. Keterlaksanaan Pembelajaran

Analisis keterlaksanaan model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini berdasarkan pada hasil pengamatan observer terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis keterlaksanaan pembelajaran dengan menerapkan strategi literasi adalah sebagai berikut:

a. Menghitung seluruh jawaban yang observer isi pada format observasi keterlaksanaan pembelajaran. Jika jawaban “ya” maka mendapat nilai 1, dan

jika jawaban “tidak” maka mendapat nilai 0.

b. Menghitung jumlah tahapan pembelajaran setiap pertemuan (∑ skor total) dan jumlah kegiatan pembelajaran yang terlaksana.

c. Menghitung persentase keterlaksanaan tahapan pembelajaran.

d. Menginterpretasikan hasil persentase keterlaksanaan tahapan pembelajaran yang diperoleh berdasarkan tabel 3.8 sebagai berikut:

Tabel 3.8

Interpretasi Keterlaksanaan Tahapan Pemblajaran

KM (%) Kriteria

KM = 0 Tak satupun kegiatan terlaksana 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KM < 50 Hamper setengah kegitan terlaksana

KM = 50 Kegiatan terlaksana

50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 < KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana

KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa kelas VIII di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung mengenai penerapan strategi literasi pada pembelajaran bertema pelangi untuk meningkatkan literasi fisika dapat disimpulkan bahwa:

1. Literasi fisika siswa setelah diterapkan strategi literasi dalam pembelajaran bertema pelangi di SMP mengalami peningkatan dengan kategori sedang. 2. Sikap ketertarikan atau respon siswa pada saat posttest menunjukkan nilai

persentase yang lebih besar dibandingkan pada saat pretest.

5.2. Saran

Adapun saran-saran dari penelitian ini diantaranya, yaitu:

1. Untuk memaksimalkan peningkatan literasi fisika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, sebaiknya sebelum kegiatan eksperimen dilakukan siswa diberikan pengarahan mengenai cara menggunakan alat peraga dengan benar sehingga tidak terjadi kesalahan pengukuran pada saat eksperimen yang akan mengakibatkan terjadinya kekeliruan dalam pengambilan kesimpulan.

2. Untuk memaksimalkan peningkatan literasi fisika dengan pemberian

Integrated Reading-Writing, sebaiknya sebelum pembelajaran berlangsung

siswa diberikan strategi membaca dengan benar sehingga siswa memiliki pengetahuan awal yang maksimal.

3. Untuk memaksimalkan peningkatan literasi fisika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, sebaiknya sebelum pembelajaran berlangsung siswa diberikan arahan mengenai pemberian lembar kerja siswa berbasis masalah agar siswa dapat melakukan pengukuran dengan benar.


(4)

41

R. Sinta Harosah, 2013

4. Untuk melatihkan kemampuan dalam memahami isi wacana kepada siswa, sebaiknya siswa dibekalkan pemahaman bacaan teks fisika. Karena hal ini sangat mempengaruhi jawaban siswa dalam memahami isi bacaan teks fisika saat pembelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Badan Penelitian dan Pengembangan. (2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata

Pelajaran IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dasna, I Wayan dan Sutrisno. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurusan Kimia FPMIPA Universitas Negeri Malang.

Fang, Zhihui. 2010. Improving Middle School Students Science Literacy Through

Reading Infusion. The Journal of Educational Research.

Fisher Douglas, et.al. (2002). “Seven Literacy Strategies That Work”. 28, (3), 70-73.

Hakim, Nurlaeli. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi

Masyarakat Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Skripsi Sarjana

pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hastia, Mega. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk

Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Skripsi Sarjana pada FPMIPA

UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hobson, Art. (2003). “Physics Literacy, Energy and The Environment”. Journal IOP Journal of Physics Education. 38, 109-114.

Lunggari, Tri. (2013). Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Solving dengan

Reading Infusion Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Mengetahui Profil Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada

FPMIPA UPI Banding : tidak diterbitkan.


(6)

43

43 R. Sinta Harosah, 2013

National Science Education Standards. (1996). Science Education. New York: The National Academies Press.

Oktarisa, Y. 2012. Makalah Literasi Sains. [Online]. Tersedia:

http://www.ml.Scribd.com/doc/91824507/Literasi-Sains. [5 Juni 2012] Panggabean, Luhut P. (2001). Statistika Dasar. Bandung: JICA.

Program for Internasional Student Assessment. (2006). Assessing Scientific,

Reading and Mathematical Literacy. By the government of Organisation for

Economic Co-operation Development.

Sahala, Stepanus dkk. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

dalam Pembiasan Cahaya pada Lensa terhadap Hasil Belajar Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 5 Ketapang. Jurnal Matematika dan IPA. Vol. 1 No.

2.

Sudijono, Anas. (2011). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Grafindo. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2001). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Toharudin, U., Hendrawati, S. dan Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi

Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora.

Wattimena, Herman S. (2010). Rangkuman Perkembangan Pendidikan IPA. Makalah pada Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pasca Sarjana UPI, Bandung.