Kemampuan Memahami Wacana Arab dengan Qirٴ ah ṣamitah Pada Mahasiswa Sastra Arab USU 2012

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Kajian Terdahulu
Penelitian tentang kemampuan sebelumnya sudah pernah diteliti, Berikut

ini bebrapa tinjauan pustaka yang peneliti gunakan yang terkait dalam penelitian
ini sebagai kajian terdahulu, diantaranya :
1.

Citra Gandhini (090704014), mahasiswa Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara angkatan 2009, dengan judul “

Analisis

Kemampuan Menyimak Mahasiswa Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara” Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa
terdapat 27% responden mencapai kategori tingkat kemampuan sangat baik,
36% mencapai kategori tingkat kemampuan baik, 21% mencapai kategori
tingkat kemampuan sedang dan 15% mencapai kategori tingkat kemampuan

kurang. Presentasi kesulitan menunjukkan bahwa 3,03% responden
mengalami tingkat kesulitan sangat rendah, 48% mengalami tingkat kesulitan
rendah, 36% mengalami tingkat kesulitan sedang dan 12% responden
mengalami tingkat kesulitan tinggi.
2.

Edi Saputra (940704011), mahasiswa Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara angkatan tahun 1994, dengan judul “ Analisis
Kemampuan Menggunakan Huruf Jar dalam Membuat Kalimat Berbahasa
Arab pada siswa-siswi Kelas 1 Madrasah Aliyah YASPI Labuhan Deli “
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa Baik baik,

10

dengan nilai korelasi 0,74 atau 74% siswa mampu menggunakan huruf jar
dalam kalimat berbahasa Arab.
3.

Evi Susanti (940704018), mahasiswa sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara angkatan 1994, dengan judul “ Kemampuan

Santri Raudhatul Atfal Bunayyah Medan Dalam Membaca Al-Qur‟an
Sesuai Panjang Pendeknya Dengan Qira‟ati” Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan santri dalam membaca Al-Qur‟an sesuai
makhraj dan panjang pendeknya dengan menggunakan metode qiro‟ati
sudah Baik baik, nilai rata-rata kemampuan makharijul huruf adalah 83 dan
presentasi santri yang lulus dalam mengikuti tes sebesar 85,05% dengan
jumlah 43 orang. Sedangkan presentasi santri yang tidak lulus sebesar
14,95% dengan jumlah 12 orang. Kemudian nilai rata-rata kemampuan
panjang pendeknya adalah 84 dan presentasi santri yang lulus sebesar 88,2%
dengan jumlah 44 orang. Sedangkan presentasi santri yang tidak lulus
sebesar 13,8% dengan jumlah 11 orang.
Adapun persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu sama-

sama meneliti tentang kemampuan membaca dan perbedaan penelitian ini yaitu
objeknya dan teori yang digunakan berbeda. Penelitian

ini objeknya adalah

membaca Wacana berbahasa Arab sedangkan pada penelitian sebelumnya
membaca Al- Qur‟an, lokasi penelitian ini dilaksanakan di Departemen Sastra

Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, sedangkan peneltian
terdahulu dilakasanakan disekolah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini

11

adalah teori Hamid, sedangkan penelitian terdahulu menggunakan teori AlGhulayayni.

2.2 LANDASAN TEORI
Pada dasarnya setiap pengajaran bahasa bertujuan agar para pembelajar
atau siswa memiliki keterampilan berbahasa. Terampil berbahasa berarti terampil
menyimak, terampil berbicara, terampil membaca dan terampil menulis (Tarigan,
1991:41).
Membaca merupakan kegiatan yang penting, dan menjadi semakin
penting pada zaman modern ini, pada saat perkembangan dalam berbagai segi
kehidupan terjadi amat cepat. Informasi tentang perkembangan itu direkam dan
disebarluaskan melalui berbagai media, termasuk media cetak dalam bentuk
naskah, selebaran, surat kabar, buku, dan sebagainya. Untuk memahami semua
jenis informasi yang termuat dalam berbagai bentuk tulisan itu, mutlak diperlukan
kegiatan membaca, disertai kemampuan untuk memahami isinya. Tanpa
kemampuan memahami isi bacaan, banyak informasi yang tidak dapat diserap

dengan tepat dan cepat, dan dengan mudah menjadikan orang ketinggalan zaman.
(Djiwando, 1996:62-63).
Rujukan ilmiah merupakan gudang ilmu, ilmu yang tersimpan dalam
rujukan ilmiah hanya bisa digali dan dicari dengan kegiatan membaca.
Keterampilan membaca menentukan hasil dalam penggalian ilmu, karena itu
dapat kita katakan bahwa keterampilan membaca sangat diperlukan dalam
kehidupan modern sekarang ini. Keterampilan membaca bersifat mekanistik,

12

semakin sering dilatih akan semakin biasa, fasih dan terampil menggunakannya.
Membaca merupakan aktifitas mental, memahami apa yang dituturkan pihak lain
melalui sarana tulisan.
Kegiatan membaca merupakan aktifitas berbahasa yang bersifat reseptif
setelah menyimak, dalam dunia pendidikan aktifitas dan tugas membaca
merupakan suatu hal yang tidak bisa ditawar-tawar. Sebagian besar pemerolehan
itu dilakukan siswa dengan kegiatan membaca. Bahkan keberhasilan studi
seseorang akan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauannya dalam
membaca, tak lebih jika berkaitan dengan bahasa asing karena seseorang akan
kesulitan bahkan mustahil dapat memahami suatu teks jika dia tidak


dapat

membaca dengan benar. (Tarigan dan Tarigan, 1987:22).
Kemampuan membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa
yang sangat penting, tanpa membaca kehidupan seseorang akan statis dan tidak
berkembang. Dalam pembelajaran bahasa secara umum, termasuk bahasa Arab
urgensi keterampilan membaca tidak dapat diragukan lagi, sehingga pengajaran
membaca merupakan salah satu kegiatan mutlak yang harus diperhatikan. (Hamid,
2010:63).
Penelitian ini mengunakan teori Hamid (2010:63) yang berkaitan dengan
kemampuan memahami teks bahasa Arab yaitu kemampuan menentukan judul
bacaan, kemampuan menentukan ide pokok, kemampuan menemukan ide
penunjang dan menentukan kohesi, Memahami makna kata, kemampuan
mengenal kata, mengetahui penggunaan kata penghubung dan menyimpulkan isi
wacana.

13

Menurut (Hamid, 2010:64) Yang dimaksud mengukur kemampuan

membaca bahasa Arab pada dasarnya adalah mengukur kemampuan memahami
teks bacaan bahasa Arab, tetapi ada juga yang menambahnya dengan mengukur
kemampuan kebenaran membaca yang meliputi: kebenaran dalam membaca dari
segi pengucapannya, dan kebenaran nahwu dan sharafnya. Untuk mengukur
kemampuan memahami teks bacaan berbahasa Arab disebut dengan al-qiraah alṣamitah atau membaca dalam hati.
Menurut Hamid (2010:63) Ada beberapa kemampuan yang harus
dimiliki untuk mengembangkan keterampilan membaca teks bahasa Arab antara
lain sebagai berikut:
a.

Kemampuan membedakan huruf dan kemampuan mengetahui hubungan
antara lambang dan bunyinya.

b.

Kemampuan mengenal kata; baik di dalam sebuah kalimat maupun tidak.

c.

Memahami makna kata sesuai dengan konteks.


d.

Memahami makna nyata (dzahir) sebuah kata.

e.

Mengetahui hubungan logis dan penggunaan kata penghubung dalam suatu
kalimat.

f.

Menyimpulkan isi wacana dengan cepat.

g.

Membaca kritis.

h.


Memahami metode gaya bahasa penulis.

i.

Menemukan metode gaya bahasa penulis.

14

j.

Menemukan informasi tersurat ataupun tersirat sesuai dengan yang
diharapkan penulis.

k.

Membaca cepat.

l.

Ketelitian dan kelancara membaca.


m.

Menentukan tema atau judul bacaan.

n.

Menemukan ide pokok dan ide penunjang.

2.3

Faktor- faktor yang mempengaruhi keberhasilan Membaca
Menurut Arnold (1976) ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi

kemampuan membaca yaitu faktor fisiologis, intelektual, lingkungan dan
psikologis.
a.

Faktor Fisiologis mencakup kesehatan fisik (misal alat bicara, alat
pendengaran dan alat penglihatan), pertimbangan neorologis (missal

berbagai cacat otak) serta jenis kelamin.

b.

Faktor Intelektual, secara umum intelegensi anak tidak sepenuhnya
berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya anak tersebut dalam membaca.
Pendapat ini sesuai dengan pendapat Rubin bahwa tidak semua siswa yang
mempunyai intelegensi tinggi menjadi pembaca yang baik.

c.

Faktor Lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan siswa yang
mencakup (1) latar belakang dan pengalaman siswa dirumah (2) sosial
ekonomi keluarga siswa.

d.

Faktor Psikologis yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca
mencakup motivasi, minat, kematangan sosial, emosi dan penyesuaian diri.


15

https://rose.azurehero.com/2015/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhiketerampilan-membaca-dan-menulis-permulaan/

2.4

Pengertian Memahami
Memahami bentuk dasarnya adalah paham, yang berati tahu atau

mengerti, artinya mengetahui sesuatu atau mengerti benar akan sesuatu hal.
Dalam hal ini pengertian memahami yaitu mengerti benar tentang sesuatu isi
bacaan untuk mendapatkan informasi.
Agar dapat memahami wacana dengan baik, diperlukan pengetahuan dan
penguasaan kohesi dengan baik pula, yang tidak saja bergantung pada kaidahkaidah tata bahasa, tetapi juga pengetahuan pada proses penalaran.
Menurut Yunus dkk dalam Makruf (2009:25) ada beberapa keterampilan
dalam kemampuan memahami isi bacaan yaitu:
a.

Kemampuan memberikan arti terhadap simbol.

b.

Kemampuan memahami sekumpulan huruf yang banyak, seperti frase,
kalimat, alinea, sampai seluruh isi bacaan.

c.

Kemampuan membaca dalam beberapa pokok fikiran.

d.

Kemampuan memahami kata-kata dari konteksnya, dan memilih arti yang
sesuai.

e.

Kemampuan mendapatkan arti kata-kata.

f.

Kemampuan menentukan pokok fikiran.

g.

Kemampuan memahami secara sistematis maksud dari penulis.

h.

Kemampuan mengambil kesimpulan.

16

i.

Kemampuan memahami tujuan.

j.

Kemampuan menganalisis yang dibaca, mengetahui gaya bahasa, (sastra)
yang digunakan dan keadaan penulis serta tujuannya.

k.

Kemampuan menghafal pokok-pokok fikiran.

l.

Kemampuan menerapkan pemikiran dan menafsirkannya

2.5

Pengertian Wacana Arab
Menurut Mulyana (2005 : 3) Secara etimologi istilah wacana berasal dari

bahasa Sansekerta wac/wak/uak yang memiliki arti „berkata‟ atau „berucap‟.
Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Kata „ana‟ yang
berada di belakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna „membendakan‟
(nominalisasi). Jadi kata wacana dapat dikatakan sebagai perkataan atau tuturan.
Wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari
klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal
dan akhir yang jelas, berkesinambungan dan dapat disampaikan secara lisan atau
tertulis.
Istilah wacana dalam bahasa Inggris yaitu discourse. Discourse berasal
dari bahasa latin discursus yang berarti kian kemari (yang diturunkan dari dis„dari, dalam arah yang berbeda‟, dan currure „lari‟). Menurut Al-Khuli (1982 : 6)
wacana disebut dengan

/hadīsun/ “wacana”, yaitu

‫ا ا‬

‫ا‬

‫ا‬

‫ا‬

‫ا‬

‫ا‬

17

/al-hadīśu huwa īṣālu al-ma‟nā ilā as-sāmi‟i „an tarīqi al-kalāmi/ „Wacana adalah
menyampaikan pesan yang bermakna kepada pendengar (pembaca) melalui
bahasa atau kata-kata‟.
Menurut Sumarlan (2003 :15) wacana adalah satuan bahasa terlengkap
yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khutbah, dan dialog, atau
secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang
dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk) bersifat kohesif, saling terkait dan
dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren, terpadu.

2.6

Jenis Wacana
Menurut Sumarlan (2003:15) wacana dapat diklasifikasikan menjadi

berbagai jenis menurut dasar pengklasifikasiannya. Misalnya berdasarkan
bahasanya, media yang dipakai untuk mengungkapkan, jenis pemakaian, bentuk
serta cara dan tujuan pemaparannya. Berdasarkan bahasa yang dipakai sebagai
sarana untuk mengungkapkannya, wacana dapat diklasifikasikan menjadi :
a.

Wacana bahasa nasional (Indonesia)

b.

Wacana bahasa lokal atau daerah (bahasa Jawa, Bali, Sunda, Madura dan
sebagainya)

c.

Wacana bahasa internasional (Inggris)

d.

Wacana bahasa lainnya, seperti bahasa Belanda, Jerman, Perancis dan
sebagainya.
Berdasakan media yang digunakan wacana maka wacana dibedakan

menjadi :

18

a.

Wacana tulis, yaitu wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis atau
melalui media tulis.

b.

Wacana lisan, yaitu wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan atau
media lisan.
Berdasarkan sifat atau jenis pemakaiannya wacana dapat dibedakan

menjadi :
a.

Wacana monolog, yaitu wacana yang disampaikan oleh seorang diri tanpa
melibatkan orang lain untuk ikut berpartisipasi secara langsung.

b.

Wacana dialog, yaitu wacana atau percakapan yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih secara langsung.
Berdasarkan bentuknya, wacana dapat diklasifikasikan menjadi tiga

bentuk, yaitu :
a.

Wacana prosa, yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa. Wacana
berbentuk prosa ini dapat berupa wacana tulis dan wacana lisan. Contoh
wacana prosa tulis misalnya cerita pendek, cerita bersambung, novel, artikel
dan undang-undang.

b.

Wacana puisi, yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi.

c.

Wacana drama, yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk drama, dalam
bentuk dialog, baik berupa wacana tulis maupun wacana lisan.
Berdasarkan cara dan tujuan pemaparannya, pada umumnya wacana

diklasifikasikan menjadi lima macam, yaitu :

19

a.

Wacana narasi, yaitu wacana yang mementingkan urutan waktu, dituturkan
oleh persona pertama atau ketiga dalam waktu tertentu.

b.

Wacana

deskripsi,

yaitu

wacana

yang

bertujuan

melukiskan,

menggambarkan atau memberikan sesuatu menurut apa adanya.
c.

Wacana eksposisi atau wacana pembeberan, yaitu wacana yang tidak
mementingkan waktu dan pelaku.

d.

Wacana argumentasi, yaitu wacana yang berisi idea tau gagasan yang
dilengkapi dengan data-data sebagai bukti, dan bertujuan meyakinkan
pembaca akan kebenaran dan ide atau gagasannya.

e.

Wacana persuasi, yaitu wacana yang isinya bersifat ajakan, atau nasihat,
biasanya ringkas dan menarik serta bertujuan untuk mempengaruhi secara
kuat pada pembaca atau pendengar agar melakukan nasihat atau ajakan
tersebut.
Dari berbagai jenis wacana diatas, dalam mengukur kemampuan

memahami wacana Arab Pada Mahasiswa Sastra Arab peneliti menggunakan
wacana yang berbentuk narasi, yaitu wacana yang mementingkan urutan waktu,
dituturkan oleh persona pertama atau ketiga dalam waktu tertentu.

2.7

Pengertian Qira‫ ٴ‬ah

‫ا‬

‫ا‬

‫ا ا‬

‫ا‬

‫ا‬

‫ا‬

‫ا اء‬
.‫ف‬

‫ا‬

/al-qirā‫ ٴ‬atu hiya al-qudratu „alā taqwiyati al-hawāsi wa ażżākirati wa al-„aqli
lilḥuṣūli „alā al-kaṡīri min al-ma‟rifati/ ‟Membaca adalah kemampuan untuk
20

memperkuat indra, memori dan pikiran untuk mendapatkan banyak pengetahuan.
http://www.schoolArabia.net/toroq_tadrees_Arabi/reading/reading3a.htm.

2.7.1 ‫ أ اع الق اء‬/an-wā‟u al-qirā‫ ٴ‬ati/ Pembagian Qira‫ ٴ‬ah

ّ‫ الق اء الج ي‬/Al-qirā‫ ٴ‬atu al-jahriyyatu /‟Membaca Nyaring‟

a.
‫ا‬

‫ا‬

‫ا‬

‫ا‬

‫ف ا‬
.

‫اء‬

‫ج‬

ّ

‫ا اء ا‬

‫ا‬

/al-qirā‫ ٴ‬atu al-jahriyatu hiya qirā‫ ٴ‬atu tasytamilu ‟alā ta‟rifi biwāЅiţatin al-baṣari
„alā ar-ramuzi al-kitabiyati wa „idrāku ‟aqlī lima‟ānīha wa tazīdu ‟alayha atta‟bīri biṣawtin jahrīyin./ ‟ Membaca nyaring adalah membaca yang mengandung
pengetahuan dengan penglihatan terhadap simbol tertulis dari persepsi mental dan
meningkatkan ekspresi dengan suara yang jelas‟.

b.

‫ الق اء الص مت‬/Al-qirā‫ ٴ‬atu as-ṣāmitatu/ „Membaca diam‟
‫اأف‬
ً ‫ًخف‬

‫ا‬

‫ء‬

‫ا‬

‫أ ا‬،

‫ف‬

‫ا اء ا‬
‫ا‬

.

‫اا‬
‫ف ا‬

‫ا اء ا‬
‫ا‬

‫أ ا‬،

‫ا‬

‫ا‬

/al-qirā‫ ٴ‬atu as-ṩamitatu hiya al-qirā‫ ٴ‬atu al-latī yaḥṣulu fīhā al-qārī‫‟ ٴ‬alā alma‟ānī wa al-‫ ٴ‬afkāri min ar-rumūzi al-maktūbati dūna al-isti‟ānati bi‟unsuri asṣawti, aw an-naţqi walau kāna naṭqān khāfatān wa dūna taḥrīku a-syafatayni aw

21

at-tamtatu bilḥurūfi wa al-kalimāti/‟Membaca diam adalah membaca yang
dilakukan pembaca untuk mendapatkan pengetahuan, ide-ide dari simbol-simbol
tertulis

tanpa

adanya

unsur

suara,

dan

tanpa

gerakan

bibir‟.

http://www.academia.edu/8051587/Qiraah_Reading_Membaca_Catatan_Lama
Menurut Hermawan (2013:144) Membaca secara garis besarnya terbagi
ke dalam dua bagian, yaitu membaca nyaring
jahriyyatu/ dan membaca dalam hati

1.

Membaca Nyaring

ّ

ّ

‫ا اء ا‬/al-qira‟atu al-

‫ ا اء ا‬/al-qira‟atu al-ṣamitatu/.

‫ا اء ا‬/al-qira‟atu al-jahriyyatu/ (membaca

bersuara)
Membaca nyaring adalah membaca dengan melafalkan atau meyuarakan
simbol-simbol tertulis berupa kata-kata atau kalimat yang dibaca.
2.

Membaca Dalam Hati
Membaca diam

‫ ا اء ا‬/al-qiraatu al-ṣamitatu/ atau disebut juga

membaca dalam hati lazim dikenal dengan membaca pemahaman, yaitu membaca
dengan tidak melafalkan simbol-simbol tertulis berupa kata-kata atau kalimat
yang dibaca, melainkan hanya mengandalkan kecermatan eksplorasi visual.
Menurtu Tarigan (1979:32) dalam garis besarnya, membaca dalam hati
dapat dibagi atas :
1.

Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi

sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Kegiatan membaca

22

ekstensif adalah untuk memahami isi yang penting-penting dengan cepat sehingga
dengan demikian membaca secara efisien dapat terlaksana.
Membaca Ekstensif terbagi lagi atas beberapa bagian yaitu, membaca
survey (survey reading), membaca sekilas (skimming), membaca dangkal
(Superficial reading).
a.

Membaca Survei, sebelum membaca biasanya kita meneliti terlebih dahulu
apa yang akan kita telaah.

b.

Membaca sekilas atau skimming adalah sejenis membaca yang membuat
mata kita terus bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan
tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi, penerangan.

c.

Membaca dangkal atau superficial reading bertujuan untuk memperoleh
pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari
suatu bahan bacaan.

2.

Membaca Intensif
Yang dimaksud dengan membaca intensif atau intensive reading adalah

studi seksama, telaah teliti,dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam
kelas terhadap suatu tugas yang pendeknya kira-kira dua sampai empat halaman
setiap hari.

2.7.2 Pengertian judul, ide pokok, gagasan penjelas dan kohesi
a.

Judul

23

Menurut KLBI (tanpa tahun:476) dijelaskan judul adalah nama yang
dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang dapat menyiratkan secara pendek
isi atau maksud buku atau bab itu/ kepala karangan (cerita, drama, dsb) tajuk.
Contoh penelitian ini dalam menentukan tema/ judul adalah sebagai
berikut :

، ‫ّ ا‬
.‫ج ّا‬
‫ّ ا‬

‫ف‬

‫ف‬،

،‫ج ّا‬
،

‫ف أش ء‬

‫ ف‬، ‫اخ‬
‫أ‬

.

،
ّ

‫ف أ‬
‫ّ ا‬

،

،

‫ا‬

‫ف ج‬
‫أ‬
.

/zainabu wa maryamu ṣadiqātāni, tatasyabahāni fī asyyā‟ kaṡīratin, fahumā
taskunāni fī hayyin wāhidin, wa tadrusāni fī jāmi‟atin wāhidatin, wa lakinnahumā
takhtalifāni fī amrin akhōrin, fazainab naḥītin jiddan, wa maryamu Ѕamīnatun
jiddan. Turīdu zainab ‫ ٴ‬an takūna Ѕamīnatan, wa lakinnahā lā taЅtaţi‟a. wa turīdu
maryamu ‫ ٴ‬an takūna naḥīfatan, wa lakinnahā lā taЅtaţi‟a/ „Zainab dan maryan
bersahabat,mereka sama dalam banyak hal, tinggal dalam satu tempat, belajar di
dalam satu Universitas.tetapi mereka berbeda dalam hal yang lain, Zainab terlalu
kurus, dan maryam terlalu gemuk. Zainab ingin gemuk, tetapi tidak bisa, dan
maryam ingin kurus tetapi tidak bisa.

‫؟‬

‫اا‬

‫ا‬

/mā al-mauḍū‟ min żālika an-nāṣ?

)‫أ‬

24

/ṣadīqatāni tatasyabahāni/

)
/zainabu wa maryamu/

)
/Ѕamīnatun wa naḥītin/

‫ف أش ء‬

)

/tatasyabahāni fī asyyā‟ kaṡīratin/
Judul wacana diatas adalah

b.

Ide pokok
Ide pokok atau gagasan utama adalah gagasan yang mendasari

pembuatan sebuah paragraf. Ide pokok inilah yang kemudian dikembangkan lagi
oleh ide penjelas sehingga menjadi paragraf yang utuh.
Contoh penelitian ini dalam menentukan ide pokok adalah sebagai
berikut :

‫؟‬

‫اا‬

‫اا‬

‫ف‬

‫أ‬

/mā ra‟yuka min fiqrati al-„ūla hażā an-naṣ?/
)‫أ‬
/zainabu wa maryamu/

)

25

/ṣadiqātāni, tatasyabahāni wa takhtalifāni/

)
/Ѕamīnatun wa naḥītin/

‫اخ‬

‫ف أ‬

)

/takhtalifāni fī „amrin akhorin/
Ide pokok dalam wacana pada paragraf pertama diatas adalah
terdapat pada awal paragraf.

c.

Gagasan penjelas
Ide penjelas atau Gagasan penjelas adalah gagasan yang menjelaskan ide

pokok.
Contoh penelitian ini dalam menentukan gagasan penjelas adalah sebagai
berikut :

‫ا ّ ّ؟‬

‫ف ف‬

‫ا‬

‫أف‬

/mā „afkāru at-taudīḥ fī fiqrati as-ṡāniyati?/

‫ا‬

‫ا‬

‫أ ) أخ‬

/akhożat zainabu tatanāwalu kaṣirān min at-ṭā‟ami/

ّ ‫ا‬

)

/lam tumārisu zainabu ar-riyāḍata/

26

ّ

)

/ẓallat naḥifatan/

ّ

)

/ẓallat Ѕamīnatan/
Gagasan penjelas dalam wacana pada paragraf kedua diatas adalah

‫ا‬
d.

‫ا‬

‫أخ‬

terletak setelah ide pokok paragraf.

Kohesi
Menurut Kushartanti, dkk (2005:96) kohesi adalah keadaaan unsur-unsur

bahasa yangn saling merujuk dan berkaitan secara semantis. Dengan kohesi,
sebuah wacana menjadi padu, setiap bagian pembentuk wacana mengikat antara
bagian satu dengan bagian yang lainnya.
Dalam penelitian ini peneliti meminta mahasiswa untuk menentukan
kohesi leksikal yang meliputi pengulangan, sinonim, antonim dan hiponim.
Contoh penelitian ini dalam menentukan kohesi (antonim) adalah sebagai
berikut :



( ‫؟‬

ّ

‫ا‬

‫ا‬

/mā al-kalimatu al-latī tadullu min tamāsukin? (diddun)/
‫أ)ا‬
/lā taЅtaṭī‟u/

27

)
/Ѕamīnatun wa naḥītin/

)
/ṣadiqātāni, tatasyabahāni/

)
/zainabu wa maryamu/
Kohesi yang menunjukkan antonim dalam wacana tersebut adalah

28