Kemampuan Memahami Wacana Arab dengan Qirٴ ah ṣamitah Pada Mahasiswa Sastra Arab USU 2012

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Kemampuan merupakan kata kerja yang mendapat imbuhan ke-an kata

dasarnya adalah mampu yang berarti bisa atau sanggup. Dalam KLBI (tanpa
tahun:774) dijelaskan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan,
kemampuan seseorang menggunakan bahasa yang memadai dilihat dari sistem
bahasa.
Djiwando, (1997:1) menyatakan kemampuan berbahasa mengacu kepada
kemampuan yang berhubungan dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi
nyata

sehari-hari.

Dengan

kemampuan


berbahasa,

seseorang

dapat

mengungkapkan pikiran dan isi hatinya kepada orang lain, yang merupakan tujuan
pokok penggunaan bahasa sebagai suatu bentuk komunikasi. Kemampuan
berbahasa memungkinkan orang untuk melakukan komunikasi dengan orang lain,
terlepas dari ada tidaknya pengetahuan tentang teori dan seluk beluk bahasa yang
digunakan untuk berkomunikasi itu.
Bahasa tidak terpisahkan dari manusia dalam kegiatan sehari-hari. Mulai
dari seseorang bangun pagi hingga malam hari saat akan beristirahat, karena
bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi antara
individu satu dengan individu lain maupun antar kelompok satu dengan kelompok
lainnya. Bahasa juga merupakan tanda kepribadian baik seseorang maupun
pribadi buruk. Sebab dari cara seseorang berbahasa kita dapat melihat latar
belakang pendidikannya, pergaulannya serta adat istiadatnya.

1


Al-Ghulayain dalam Makruf (2009:1) menyatakan bahwa bahasa adalah
ucapan-ucapan yang digunakan setiap kaum untuk mengemukakan maksud
mereka. Bahasa juga dapat diartikan sebagai sejumlah aturan dari berbagai
kebiasaan ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi diantara individu dalam
sebuah komunitas dan digunakan dalam urusan kehidupan mereka.
Bahasa ditinjau dari segi bentuknya dapat dibedakan menjadi bahasa
lisan dan bahasa tulisan. Menurut Unhenbeck (1980:9) bahasa lisan tidak hanya
percakapan saja, tetapi yang penting juga tanggapannya yakni pengamatan dan
interpretasi dari yang dibicarakan, mendengar atau lebih tepatnya memahami
bahasa. Dua pemahaman bahasa telah menjadi pusat perhatian para ahli bahasa
karena sifatnya yang utama itu. Di samping itu ada bentuk sejajar yang juga
merupakan turunan dari bentuk percakapan dan pemahaman bahasa, yakni
menulis dan membaca.
Menurut KLBI (tanpa tahun:88) dijelaskan membaca adalah melihat serta
memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya di dalam
hati). Sedangkan menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan
atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.
Menurut Tarigan (1979:7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan
serta dipergunakan untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh

penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.
Dalam keterampilan berbahasa membaca dan menulis merupakan
kemampuan yang penting selain kemampuan menyimak dan berbicara. Dari
kegiatan membaca dituntut kemampuan untuk memahami dengan baik apa yang

2

disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis, sedangkan dari kegiatan menulis
dituntut kemampuan untuk menyatakan kepada orang lain apa yang dirasakan,
dikehendaki

dan

dipikirkan

dengan

tulisan.

Menurut


Rosyidi

(2009)

keterampilan berbahasa mencakup empat segi, yang dalam istilah bahasa Arab
disebut ‫اء‬

/Qira ‫ ٴ‬atun/,

Kata ‫اء‬
kata ‫أ‬

/kitābatun/,

/istima‟un/ dan ‫ ا‬/kalāmun/.

(qira ‫ ٴ‬atun) berasal dari bahasa Arab yaitu masdar dari bentuk

(qara ‫ ٴ‬a) yang artinya membaca, sedangkan


dari bentuk kata
ṣamitatin/

(ṣamata ( yang artinya diam, jadi

(ṣāmitatun) masdar

‫اء‬

/qira‟atun

memiliki arti membaca diam, artinya kegiatan membaca yang

dilakukan dalam hati tanpa melafazkan kata-kata maupun simbol yang tertulis
dengan suara.
Sedangkan menurut Hermawan, (2013:143) Keterampilan membaca

‫ا اء‬


/maharatu al-qira ‫ ٴ‬ati/ reading skill/ adalah kemampuan mengenali

dan memahami sesuatu yang tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan
melafalkan atau mencernanya di dalam hati. Membaca hakekatnya adalah proses
komunikasi antara pembaca dengan penulis melalui teks yang ditulisnya, maka
secara langsung di dalamnya ada hubungan kognitif antara bahasa lisan dengan
tulis.
Bahasa Arab adalah suatu alat komunikasi. Manusia sejak lahir berusaha
untuk dapat berkomunikasi dengan lingkungannya. Dari itu lahirlah bahasa
masyarakat tertentu dengan tanpa harus musyawarah lebih dulu. Karena setiap
masyarakat melahirkan bahasa untuk berkomunikasi dikalangan mereka, maka

3

terjadilah bahasa-bahasa yang beranekaragam sesuai dengan taraf masyarakat,
dimana bahasa itu lahir. ( Mu‟in, 2004: 19)
Bahasa Arab memiliki kedudukan penting, diantaranya sebagai bahasa
agama, bahasa ilmu pengetahuan, dan bahasa Internasional. Bahasa Arab juga
digunakan sebagai bahasa resmi dalam pelaksanaan ibadah, terutama dalam
rangkaian shalat, tidak sah shalat seseorang yang menggunakan bahasa lain selain

bahasa Arab. Bahasa Arab juga bahasa yang paling besar signifikannya bagi umat
muslim di seluruh dunia karena bahasa ini dipilih Allah SWT sebagai bahasa Alqur‟an. Hal ini disebutkan dalam Al-qur‟an surah Yusuf ayat 2 yang berbunyi:

(١:‫ف‬

(

ّ ّ ّ

‫ا‬

‫اّ ا‬

/„innā anzalnāhu qur‟ānān „araibyyān la‟allakum ta‟qilūn/ „Sesungguhnya Kami
menurunkannya berupa Al-qur‟an dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahami‟. (Yusuf:2(
Bahasa Arab bukan saja bahasa resmi di negara Timur Tengah dan
Afrika Utara dan tidak pula untuk kepentingan agama saja seperti membaca Al
Qur‟an dan berdo‟a. Akan tetapi karena keberadaannya semakin terlihat di dunia
internasional maka semakin berkembang pula peranan dan fungsi bahasa Arab

dan semakin banyak orang yang tertarik untuk mempelajarinya.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan saat ini bahasa Arab pun
semakin banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terbukti dengan
banyaknya kita temukan majalah ataupun buku-buku berbahasa Arab serta
banyaknya pesantren (

( /ma‟hadun/ yang berdiri di dalamnya balajar bahasa

4

Arab dan berbahasa bahasa Arab. Begitu juga dengan sekolah-sekolah madrasah
bahkan sampai perguruan tinggi. Kemudian melihat banyaknya kursus-kursus
yang berdiri di luar sekolah yang menawarkan pembelajaran bahasa Arab
membuktikan bahwa bahasa Arab semakin banyak diminati saat ini.
Asokah dalam Erwin (2009 :1-2) menyatakan bahwa peranan bahasa
Arab khususnya bagi umat Islam sangatlah penting. Hal ini tidak hanya terletak
pada penggunaan bahasa itu dalam beberapa jenis amal ibadah yang notabene
tidak bisa digantikan dengan bahasa lain, melainkan yang terletak pada kenyataan
bahwa bahasa Arab merupakan kunci pembuka bagi pemahaman studi Islam dari
sumber aslinya yaitu Al-quran dan Hadits. Oleh karena itu, umat islam tidak bisa

terlepas dari belajar bahasa Arab.
Menurut Mu‟in (2004:7(, bahasa Arab dipelajari karena dua alasan.
Pertama, karena ia bahasa komunikasi yang harus dipelajari bila kita ingin bergaul
dengan pemakai bahasa tersebut. Kedua, karena ia bahasa agama yang
mengharuskan para pemeluknya mempelajarinya minimal untuk kesempurnaan
amal ibadahnya, sebab kitab sucinya berbahasa Arab.
Berbagai macam permasalahan yang berkaitan dengan bahasa Arab
selalu muncul ketika pembelajaran mata kuliah yang bernuansa Arab seperti
/nahwu/‫ف‬

‫اأ‬

/sharf/,

/istima‟un/, ‫ اء‬/imlā‟un‫ٴ‬/,

/muţala‟atun/ dan

/„ilmu al-ashwati/. Dalam penelitian ini peneliti membahas tentang


kemampuan mahasiswa Sastra Arab dalam memahami wacana berbahasa Arab
yang masih memerlukan banyak latihan. Karena dalam memahami wacana
berbahasa Arab orang yang sudah menghafal perbendaharaan kata bahasa Arab

5

bahkan terkadang masih mengalami kesulitan. Hal ini peneliti ketahui ketika
peneliti mengikuti pelajaran Telaah Wacana Arab

‫ا‬

/muţāla‟atu nuṣūṣil „Arabiyyati/ dan peneliti menemukan beberapa mahasiswa
belum mampu memahami dengan baik wacana berbahasa Arab tersebut. Keadaan
seperti ini tentu akan lebih buruk jika mahasiswa belum menguasai
perbendaharaan kata bahasa Arab dalam jumlah yang banyak.
Peneliti sebelumnya mengadakan observasi awal yang dilakukan pada
mahasiswa Sastra Arab tahun angkatan 2012 untuk melihat kemampuan dari
mahasiswa tersebut. Dari observasi awal yang peneliti lakukan, ternyata kondisi
mahasiswa Sastra Arab USU dalam penguasaan atau memahami wacana
berbahasa Arab belum memadai. Hal ini dapat dilihat dari rekapitulasi nilai

mahasiswa pada mata kuliah Telaah Wacana Arab dengan rincian pada semester
V dengan nilai B+ 2 orang, nilai B 11 orang, C+ 15 orang, dan nilai C 1 orang,
nilai E 1 orang. Pada semester VI nilai A 1 orang, nilai B+ 2 orang, nilai B 7
orang, nilai C+ orang, nilai C 3 orang dan nilai E 1 orang.
Hasil dari pengamatan sementara tersebut dapat dilihat bahwa beberapa
dari mahasiswa dalam membaca dan penguasaan atau memahami wacana
berbahasa Arab belum memadai, masih memerlukan banyak latihan, dan
mahasiswa yang mampu memahami wacana berbahasa Arab sebagian dari mereka
lulusan pesantren atau yang memiliki latar belakang sekolah Islam dan sebagian
lainnya mahasiswa yang sudah pernah belajar bahasa Arab yang

memiliki

kemampuan membaca wacana berbahasa Arab. Namun demikian, tidak menjamin

6

bahwa semua mahasiswa yang memiliki latar belakang sekolah islam mampu
membaca dan memahami wacana berbahasa Arab.
Idealnya, mahasiswa yang masuk Departemen Sastra Arab sebaiknya
sudah memiliki kemampuan membaca wacana berbahasa Arab yang memadai,
sebab kondisi seperti ini tentu dapat membantu mahasiswa dalam menerima mata
pelajaran yang berkaitan dengan bahasa Arab. Berdasarkan pengamatan sementara
yang peneliti lakukan ada sebagian mahasiswa yang belum mampu membaca dan
memahami wacana berbahasa Arab dengan baik. Hal demikian tentu akan menjadi
hambatan dalam proses belajar mengajar mata pelajaran yang berkaitan dengan
bahasa Arab.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti mahasiswa
Sastra Arab dengan judul “ Kemampuan Memahami Wacana Arab dengan
Qira‟ah ṣamitah pada Mahasiswa Sastra Arab 2012”. Alasan peneliti meneliti
kemampuan Memahami Wacana Arab dengan Qira‟ah ṣamitah sebab dengan
Qir‟ah ṣamitah kita dapat melihat sejauh mana pemahaman mahasiswa mengenai
apa yang dibacanya. Dalam buku karangannya Hermawan (2013) menyatakan
bahwa tujuan membaca dalam hati adalah untuk penguasaan isi bacaan dan
memperoleh informasi sebanyak banyaknya tentang isi bacaan dalam waktu yang
singkat, serta alasan lainnya, yaitu :
a.

Telaah Wacana Arab merupakan bagian ilmu penting yang berkaitan
dengan kemahiran berbahasa Arab, salah satunya dengan membaca dan
memahami wacana Arab.

7

Pentingnya Qira‟ah dalam pembelajaran bahasa Arab untuk memahami isi

b.

wacana secara umum maupun wacana Arab yang tertulis dalam buku
ilmiah dan media online.
Tes yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan memahami
Wacana Arab menurut Hamid (2010:67) dapat berbentuk ّ
ikhtiyaru min mutaaddidin/ ( pilihan ganda),

khata‟un/ ( benar salah) ,

‫ء ا ا‬

‫خ ء‬

‫ اإخ‬/al‫ا‬

/ṣawabun wa

/mil‟u al- far āgi/ ( isian singkat ‫ّ ج‬

(/muzawajatu/ ( menjodohkan ) dengan data dari buku

ّ‫سلسل في تعليم اللغ الع ي‬

‫ لغي ال طقي‬/ silsilatu fi ta‟līmi al-lugati al‟Arabiyyati ligayri an-nāţiqīna
bihā/ dengan judul

‫ع مل‬

‫طل‬

‫م يم صديقت‬

‫ ي‬/zainabu wa maryamu ṣadīqātāni/,

‫ ف ط‬/ fāţimatu ţālibatun wa ‟āmilatun, ‫ا اع الت يح‬

„anwā‟u

at-tarwīḥi/. Dari beberapa bentuk tes diatas peneliti hanya menggunakan tes yang

berbentuk ّ

‫ اإخ‬/al-ikhtiyaru min muta ‟addidin/ ( pilihan ganda)

sebanyak 25 soal.
Tes yang berbentuk ّ
(pilihan ganda) dengn judul

‫ اإخ‬/al-ikhtiyaru min mutaaddidin/
‫م يم صديقت‬

‫ ي‬/zainabu wa maryamu

ṣadīqātāni/‟ Zainab dan maryam dua orang bersahabat‟, terdapat pada pelajaran
ke-1 halaman 7 (tujuh) sebanyak 11 soal ‫يح‬

‫ا اع الت‬

„anwā‟u at-tarwīḥi/

terdapat pada pelajaran ke-2 halaman 29 (dua puluh Sembilan) sebanyak 4 soal
dan ‫ع مل‬

‫طل‬

‫ ف ط‬/fāţimatu ţālibatun wa ‟āmilatun/ terdapat pada pelajaran

ke-2 halaman 45 (empat puluh lima) sebanyak 10 soal.
8

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti membatasi rumusan

masalah, agar penelitian ini nantinya tidak menyimpang dari pokok bahasan yang
ingin diteliti, yaitu : bagaimanakah kemampuan memahami Wacana Arab dengan
Qira‫ ٴ‬ah ṣamitah pada mahasiswa Sastra Arab 2012?
1.3

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan

Memahami wacana Arab dengan Qira‫ ٴ‬ah ṣamitah pada mahasiswa Sastra Arab
2012.
1.4

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1.

Untuk memberikan gambaran tentang kemampuan mahasiswa sastra Arab
USU Medan stambuk 2012 dalam memahami wacana berbahasa Arab.

2.

Diharapkan penelitian ini bisa menambah khazanah keilmuan dalam
pendidikan serta menambah daftar refrensi bacaan perpustakaan Departemen
Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya USU.

9