Gel Pengharum Ruangan Dengan Pewangi Minyak Melati dan Fiksatif Minyak Akar Wangi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gel Pengharum Ruangan
Wewangian merupakan produk yang semakin berkembang saat ini, salah
satunya adalah dalam bentuk pengharum ruangan. Bahan pewangi yang
digunakan pada produk pengharum ruangan dibagi menjadi dua jenis yaitu,
pewangi sintetik dan pewangi alami. Pewangi sintetik memiliki wangi yang lebih
tajam, sedangkan pewangi alami memiliki wangi yang lebih lembut sehingga
lebih nyaman digunakan. Penggunaan pewangi sintetik yang terlalu tajam dapat
menimbulkan rasa pusing dan kurang nyaman. Berdasarkan hal tersebut,
penggunaan pewangi alami merupakan pilihan yang baik guna menghindari dan
meminimalisasi timbulnya risiko tersebut (Fitrah, 2013).
Gel pengharum ruangan adalah pengharum ruangan yang berbentuk gel
yang mengandung bahan pewangi. Saat ini di pasaran, produk pengharum ruangan
berbentuk gel sangat bevariasi dalam hal aroma, maupun kemasannya. Dengan
kemasan yang kecil dan penyimpanan yang mudah menjadikan pengharum
berbentuk gel ini lebih praktis dibandingkan dengan pengharum ruangan
berbentuk cair yang penggunaannya harus dengan penyemprotan (Wahyuni,
2016).
Parfum dideskripsikan dengan perumpamaan musik yang memiliki tiga

“not/notes” yang membentuk harmoni wangian. Tiga elemen (notes) parfum
yaitu, base, middle, dan top. Elemen base akan tercium belakagan setelah
penyemprotan dan harumnya lebih kuat, contohnya seperti vanili, cengkih, dan

6
Universitas Sumatera Utara

minyak nilam. Wangi middle notes biasanya baru terasa setelah setengah jam
parfum disemprotkan, contohnya minyak lavender, minyak sereh wangi,geranium
dan kenanga. Top notes akan tercium saat pertama kali disemprotkan Minyak
atsiri yang termasuk top notes antara lain minyak lemon, minyak jeruk purut,
minyak melati, dan minyak mawar.
Masing-masing note tercium seiring waktu dengan dimulai dari impresi
pertama dari top note diikuti oleh middle note yang telah mendalam dan base note
yang sedikit demi sedikit muncul di akhir. Note-note ini dibuat dengan seteliti
mungkin berdasarkan pengetahuan proses evaporasi dari wangian (Sabini, 2006).
Gel pengharum ruangan disusun oleh beberapa macam bahan di antaranya
adalah bahan dasar pembentuk gel, bahan tambahan, bahan pewangi, dan bahan
penahan wangi (fiksatif). Pembentuk gel alami yang umum digunakan adalah
xanthan gum, gallan gum, pektin, karagenan, agar-agar, dan gelatin. Bahan

tambahan yang umum digunakan meliputi bahan emulsifier dan pengawet. Bahan
emulsifier yang biasa digunakan adalah propilen glikol dan gliserin. Sifat propilen
glikol hampir sama dengan gliserin hanya saja propilen glikol lebih mudah
melarutkan berbagai jenis zat, sedangkan pengawet yang biasa digunakan adalah
asam benzoat dan sodium benzoat. Sodium benzoat adalah garam sodium dari
asam benzoat. Sodium benzoat lebih disukai dalam penggunaannya karena lebih
mudah larut dibandingkan asam benzoat. Bahan pewangi yang sering digunakan
antara lain, minyak mawar, minyak lavender, minyak lemon dan wintergreen
Bahan penahan wangi (fiksatif) yang bisa digunakan adalah minyak nilam,
minyak akar wangi dan minyak cendana (Fitrah, 2013).

7
Universitas Sumatera Utara

2.2 Karagenan
Karagenan merupakan senyawa yang termasuk kelompok polisakarida hasil
ekstraksi dari rumput laut. Karagenan terdapat dalam dinding sel rumput laut atau
matriks intraselulernya dan merupakan bagian penyusun paling besar dari rumput
laut dibandingkan dengan komponen yang lain. Karagenan mengandung natrium,
kalium, magnesium dan kalsium yang dapat terkait pada gugus ester sulfat dari

galaktosa dan kopolimer 3,6-anhydro-galaktosa. Karagenan banyak digunakan
pada sediaan makanan, farmasi, serta kosmetik sebagai bahan pembuat gel dan
pengental atau penstabil. Karagenan dapat digunakan dalam industri pangan
karena karakteristiknya yang dapat membentuk gel, bersifat mengentalkan dan
menstabilkan makanan (Rosmawaty, dkk., 2013).
Karagenan akan mulai membentuk gel ketika didinginkan pada temperatur
40℃ - 600C. Gel karagenan bersifat stabil. Gel tersebut stabil pada temperatur
ruangan namun dapat meleleh kembali dengan pemanasan di atas temperatur
pembentukan gel (Fitrah, 2013).

2.2.1 Jenis – Jenis Karagenan
Kappa karagenan
Kappa karagenan dihasilkan oleh Kappaphycus alvarezii. Kappa
karagenan terdiri dari ikatan 1,3 D-galaktosa-4 sulfat, 3,6 anhidro-D-galaktosa
dan gugus ester. Secara teoritis kandungan 3,6 anhidro-D-galaktosa pada
karagenan adalah 35 %. Kappa karagenan mengandung lebih dari 34% 3,6
anhidro-D-galaktosa dan 25 % ester sulfat. Kappa karagenan jika dimasukkan ke
air dingin akan membentuk sebaran kasar yang memerlukan suhu 70 ℃ untuk

8

Universitas Sumatera Utara

melarutkan nya. Gel yang terbentuk dari kappa karagenan berwarna agak gelap
dan memiliki tekstur mudah retak.
Iota karagenan
Iota karagenan dihasilkan dari Euchema spinosum. Mengandung 30% 3,6
anhidro-D-galaktosa dan 32% ester sulfat. Iota mempunyai gel yang bersifat
elastis, bebas sineresis dan bersifat reversible. Gel yang terbentuk berwarna jernih
dibandingkan gel yang dihasilkan kappa karagenan dan mempunyai tekstur
empuk dan elastis. Iota karagenan memiliki sifat larut dalam air dingin dan larutan
garam natrium.
Lambda karagenan
Mengandung

D-galaktosa-2-sulfat,

D-galaktosa-2,6-disulfat.

Lamda


karagenan hampir tidak membentuk gel sama sekali. Dari ketiga jenis karagenan
tersebut hanya lamda karagenan yang tidak dapat membentuk gel. Lambda
karagenan biasanya digunakan untuk membentuk lapisan tipis pada makanan.
Dihasilkan oleh Gigartin (Pebrianata, 2005)
Beberapa sifat dari karagenan antara lain sebagai berikut:
a. Dalam air dingin seluruh garam dari lambda karagenan dapat larut
sedangkan kappa karagenan tidak larut dan iota karagenan hanya garam
natrium nya saja yang larut
b. Lambda karagenan dapat larut dalam air panas, sedangkan kappa dan iota
karagenan larut pada temperatur 70℃ ke atas
c. Kappa karagenan membentuk gel dengan ion kalium, iota dengan ion
kalsium dan lambda tidak membetuk gel (Rosmawaty, 2013).

9
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1 Struktur kimia kappa, iota, dan lambda karagenan (Bubnis 2000)

2.3 Gelatin
Gelatin adalah produk alami yang diperoleh dari hidrolisis kolagen.

Gelatin merupakan protein yang larut yang bisa bersifat sebagai gelling agent
(bahan pembuat gel) atau sebagai non gelling agent. Sumber bahan baku gelatin
dapat berasal dari sapi (tulang dan kulit), babi (hanya kulit) dan ikan (kulit)
(Hastuti dan iriane, 2007).
Gelatin memiliki pemerian zat tembus berwarna, rapuh (ketika kering), zat
padat tanpa rasa, berasal dari kolagen terutama dalam kulit babi dan tulang sapi.
Gelatin biasanya digunakan sebagai pembentuk gel dalam farmasi, serta
digunakan juga dalam bidang fotografi dan manufaktur kosmetik. Zat yang
mengandung gelatin atau memiliki sifat yang mirip gelatin adalah agar – agar
(Praja, 2015).

10
Universitas Sumatera Utara

Gelatin memiliki fungsi yang masih sulit digantikan dalam industri pangan
maupun obat-obatan. Hal ini dikarenakan gelatin bersifat serba bisa, yaitu bisa
berfungsi sebagai bahan pengisi, pengemulsi (emulsifier), pengikat, pengendap,
pemerkaya gizi, sifatnya juga luwes yaitu dapat membentuk lapisan tipis yang
elastis, membentuk film yang transparan dan kuat, kemudian sifat penting lainnya
yaitu daya cernanya yang tinggi (Hastuti, 2007).

Pengenalan gelatin kepada masyarakat cukup penting, karena gelatin
dewasa ini luas dan banyak sekali penggunaannya, bukan saja terbatas pada
produk pangan tetapi juga pada produk non pangan seperti kapsul obat -obatan,
kosmetika, film, dan kedokteran. Di Indonesia, gelatin masih merupakan barang
impor, dimana negara pengimpor utama adalah Eropa dan Amerika. Dalam
industri farmasi, gelatin digunakan sebagai bahan pembuat kapsul (Hastuti 2007).
Gelatin mengandung protein yang sangat tinggi dan rendah kadar
lemaknya. Gelatin kering dengan kadar air 8-12% mengandung protein sekitar 8486% Protein, lemak hampir tidak ada dan 2-4% mineral. Dengan komposisi kimia
seperti tersebut dan sifat-sifat fisik lainnya, tidak heran kalau gelatin mempunyai
multi guna dalam berbagai industri (Hastuti dan Iriane, 2007).

2.4 Minyak Atsiri sebagai Bahan Pewangi
Minyak atsiri merupakan campuran kompleks dari senyawa alkohol yang
mudah menguap dan dihasilkan sebagai metabolit sekunder dari tumbuhan.
Minyak atsiri biasanya menentukan aroma khas tanaman (Sitorus 2016).
Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu, seperti
akar, batang, kulit, daun, bunga, buah atau biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol

11
Universitas Sumatera Utara


antara lain mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau
wangi sesuai dengan aroma tanaman yang menghasilkannya dan umumnya larut
dalam pelarut organik. Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut minyak
atsiri. Misalnya dalam bahasa Inggris disebut essential oils, etherial oils, dan
volatile oils. Dalam bahasa Indonesia ada yang menyebutnya minyak terbang, hal
tersebut karena minyak atsiri mudah menguap apabila dibiarkan begitu saja dalam
keadaan terbuka (Rahmaisni, 2011).
Minyak atsiri memiliki kandungan komponen aktif yang disebut terpenoid
atau terpen. Jika tanaman memiliki kandungan senyawa ini, berarti tanaman
tersebut memiliki potensi untuk dijadikan minyak atsiri. Zat inilah yang
mengeluarkan aroma atau bau khas yang terdapat pada banyak tanaman, misalnya
rempah-rempah (Sitorus, 2016).
Penggunaan minyak atsiri dapat digunakan melalui berbagai cara yaitu,
pemakaian langsung berupa makanan dan minuman seperti jamu yang
mengandung minyak atsiri, pemakaian luar seperti untuk minyak urut, lulur,
pelembab, krim, sabun mandi, shampo, dan parfum. Beberapa minyak atsiri
digunakan melalui pernapasan seperti untuk pengharum ruangan, pengharum tisu,
pelega pernafasan dan aromaterapi. Minyak atsiri juga banyak digunakan sebagai
insektisida (Rahmaisni, 2011).

2.5 Minyak Melati
Minyak berbahan baku bunga alami sangat disukai dan memiliki nilai
ekonomi tinggi. Beberapa cara pembuatan minyak atsiri telah dikenal dan di
aplikasikan oleh masyarakat antara lain penyulingan minyak kenanga, minyak
nilam, minyak sereh wangi, minyak daun cengkeh, dan minyak atsiri lainnya.

12
Universitas Sumatera Utara

Minyak melati merupakan salah satu minyak bunga atau floral oil yang
biasanya diperdagangkan dengan nama absolut atau bahan parfum alamiah. Di
mancanegara, bunga melati digunakan sebagai bahan baku industri yang memiliki
nilai ekonomi tinggi. Perusahaan-perusahaan pengimpor minyak atsiri kini mulai
bermunculan yang tersebar di Eropa, Amerika, dan Jepang.
Permintaan minyak atsiri diperkirakan akan meningkat sejalan dengan
banyaknya industri yang menggunakan minyak atsiri sebagai bahan baku,
misalnya industri parfum, sabun, kosmetik, makanan dan farmasi. Sampai saat ini,
kebutuhan minyak atsiri untuk keperluan industri masih diimpor dari luar negeri.
Keterbatasan tersebut memaksa perusahaan besar untuk menggunakan bahan
sintetis yang harganya jauh lebih murah. Namun, untuk masyarakat kalangan

tertentu, produk kecantikan seperti parfum yang mengandung minyak atsiri alami
lebih disukai dibanding minyak sintetis. Meskipun komponen minyak bunga alami
dapat digantikan oleh minyak sintetis, tetapi tidak semua fungsinya sama. Kini
banyak pabrik kosmetik mulai berpaling ke bahan baku alami.
Minyak atsiri terbagi menjadi 3 kategori, yaitu base note, middle note, dan
top note. Base note merupakan sari minyak yang paling tahan lama yang
keharumannya bisa bertahan hingga satu minggu. Middle note yaitu sari minyak
dengan aroma yang hanya bertahan sekitar 2 – 3 hari. Top note yaitu sari minyak
yang aromanya tidak tahan lama, hanya 24 jam. Absolut melati termasuk kategori
base note. Komponen penyusun minyak melati adalah golongan ester, alkohol,
keton, aldehid, hidrokarbon, fenol, eter, lakton, dan senyawa yang mengandung
nitrogen (Elwina, dkk., 2006).

13
Universitas Sumatera Utara

2.6 Minyak Akar Wangi Sebagai Pengikat
Zat pengikat adalah suatu zat yang digunakan untuk mengurangi tingkat
penguapan dan meningkatkan stabilitas ketika ditambahkan ke komponen volatil,
dengan tujuan memungkinkan produk bertahan lebih lama dengan menjaga aroma

aslinya. Zat pengikat alami berasal dari minyak atsiri. Minyak atsiri yang
digunakan sebagai pengikat antara lain, minyak nilam, minyak akar wangi,
minyak cendana (Fitrah, 2013).
Tanaman akar wangi (Vetiveria Zizanoides) ditemukan tumbuh secara liar,
sengaja di tanam di berbagai Negara beriklim tropis dan subtropis seperti India,
Birma dan Srilangka. Di Indonesia, akar wangi dibudidayakan di daerah Garut,
Jawa Barat. Sampai saat ini akar wangi merupakan tanaman yang diandalkan
warga Garut. Di Pulau Jawa, akar ini dinamakan “akar wangi”, di India disebut
“cus-cus” atau “khas-khas” yang artinya “akar berbau wangi”. Sebelum perang
dunia I, pulau Jawa mengekspor akar wangi kering dalam jumlah besar ke negaranegara di Eropa, terutama Jerman, Perancis dan Inggris dimana akar tersebut
digunakan untuk tujuan penyulingan minyaknya, yang digunakan untuk
mewangikan ruangan (lemari), laci dan koper pakaian. (Sani, 2011).
Tanaman akar wangi (Vetiveria zizainoides) termasuk dalam famili
graminae atau poaceae alias rumput-rumputan. Akar tanaman ini memiliki bau
sangat wangi. Akar tinggalnya bercabang banyak dengan warna merah tua.
Daunnya sediki kaku, berwarna hijau sampai kelabu, panjangnya sekitar 75 – 100
cm dan tidak mengandung minyak sehingga tidak dapat disuling untuk diambil
minyak atsirinya . Tanaman ini berbunga yang warnanya hijau atau ungu dan
berada di pucuk tangkai daun (Sani 2011).

14
Universitas Sumatera Utara

Minyak akar wangi berupa cairan kental dengan warna coklat kemerahan,
berbau khas dan aromatis kuat, sukar menguap sehingga sangat baik digunakan
sebagai pengikat minyak wangi lain dalam parfum agar wanginya bisa tahan lama.
Disamping itu, minyak akar wangi dapat bercampur dengan segala perbandingan
dengan minyak lainnya, seperti minyak bunga mawar, minyak cendana, dan
lainnya. Komponen yang menyusun minyak akar wangi antara lain terdiri dari
vetiveron, vetiverol, vetivinil vetivenat, asam palmitat, asam benzoat, dan
vetivena (Sani, 2011).

2.7 Propilen glikol
Propilen glikol adalah propana-1,2-diol dengan rumus molekul C3H8O2
dan berat molekul 76,10. Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, dan higroskopik. Propilen glikol dapat
dicampur dengan air, dengan etanol (95%) dan dengan kloroform, larut dalam 6
bagian eter, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah dan dengan minyak
lemak (Ditjen POM., 1979).
Propilen

glikol

dapat

berfungsi

sebagai

pengawet,

antimikroba,

disinfektan, humektan, solven, stabilizer untuk vitamin, dan kosolven yang dapat
bercampur dengan air. Sebagai pelarut atau kosolven, propilen glikol digunakan
dalam konsentrasi 10-30% larutan aerosol, 10-25% larutan oral, 10-60% larutan
parenteral dan 0-80% larutan topikal. Propilen glikol digunakan secara luas dalam
formulasi sediaan farmasi, industri makanan maupun kosmetik, dan dapat
dikatakan relatif non toksik. Dalam formulasi atau teknologi farmasi, propilen
glikol secara luas digunakan sebagai pelarut, pengekstrak dan pengawet makanan

15
Universitas Sumatera Utara

dalam berbagai sediaan farmasi parenteral dan non parenteral. Sifat propilen glikol
hampir sama dengan gliserin hanya saja propilen glikol lebih mudah melarutkan
berbagai jenis zat. Sama seperti gliserin fungsi propilen glikol adalah sebagai
humektan, namun fungsi dalam formula krim adalah sebagai pembawa emulsi
sehingga emulsi menjadi lebih stabil. Propilen glikol dapat berfungsi sebagai
humektan pada sediaan salep digunakan pada konsentrasi 15% (Rowe, dkk.,
2009).

2.8 Natrium Benzoat
Natrium benzoat (C7H5NaO2) mengandung tidak kurang dari 99% dan
tidak lebih dari 100,5% C7H5NaO2, dihitung terhadap zat anhidrat. Berbentuk
granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, stabil di
udara. Kelarutannya mudah larut di air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih
mudah larut dalam etanol 90%. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik (Ditjen
POM., 1995).
Natrium benzoat dikenal juga dengan nama sodium benzoat. Fungsi
natrium benzoat adalah sebagai bahan pengawet untuk menekan pertumbuhan
mikroorganisme (jamur) yang merugikan. Natrium benzoat merupakan garam
natrium dari asam benzoat yang sering digunakan pada bahan makanan. Natrium
benzoat beberbentuk kristal putih yang rasanya manis kadang-kadang sepet.
Garam ini lebih mudah larut dalam air daripada asam benzoat. Natrium benzoat
efektif digunakan pada pH 2,5 – 4,0. Daya awetnya akan menurun dengan
meningkatnya pH (Fachruddin,1998).

16
Universitas Sumatera Utara