ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. L DENGAN PREEK (1)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante,
intra, dan post partum. Dari gejala-gejala klinik pre eklamsia dapat dibagi menjadi
preeklamsia ringan dan preklamsia berat. Pembagian preeklamsia menjadi berat
dan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebab
seringkali ditemukan penderita dengan preeklamsia ringan dapat mendadak
mengalami kejang dan jatuh dalam koma. (Sarwono, 2010)
Preeklampsia (dahulu disebut gestosis) merupakan hipertensi yang dipicu oleh
kehamilan dan terjadi pada 5-20% perempuan khususnya primigravida, ibu hamil
dengan kehamilan kembar, ibu yang menderita diabetes mellitus, dan hipertensi
essensial. Bahaya dari preeklampsia meliputi solutio placenta, kegagalan ginjal dan
jantung, hemorargi serebral, insupisiensi placenta, dan gangguan pertumbuhan janin
(Denis Tiran, 2006).
Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia masih merupakan salah satu penyebab
utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Mereka diklasifikasikan
kedalam penyakit hypertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh
adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif. Sedangkan
eklampsia ditandai oleh adanya koma dan/atau kejang di samping ketiga tanda khas
PEB.

Di negara berkembang, AKI sebesar 585/100.000 kelahiran hidup. Di Asia AKI
terjadi 323/100.000 kelahiran hidup setiap tahunnya. Berdasarkan Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI di Indonesia pada tahun 2007 adalah 228/100.000
kelahiran hidup. Penyebab AKI diantaranya Pendarahan (28%), eklampsia (24%),
infeksi (11%), komplikasi masa puerperium (8%), abortus (5%), partus lama (5%),
emboli obstetri (3%), dan lain-lain (11%) (Depkes RI, 2006).
Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia (PE), angka kejadiannya berkisar
antara 0,51%-38,4%. Di negara maju angka kejadian pre-eklampsia berkisar 6-7%
dan eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan preeklampsia dan eklampsia di negara berkembang masih tinggi (Amelda, 2008).
Tingginya

kejadian

preeklamsia-eklamsia

di

negara-negara


berkembang

dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan
yang dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut saling terkait dan sangat
berperan dalam menentukan tingkat penyerapan dan pemahaman terhadap

1

berbagai informasi/masalah kesehatan yang timbul baik pada dirinya ataupun untuk
lingkungan sekitarnya (Zuhrina, 2010).
Untuk itu, penulis tertarik untuk mendapatkan gambaran mengenai kasus
tersebut di atas dengan melakukan asuhan pada ibu bersalin dengan preeklampsia
berat.
1.2. TUJUAN
1.2.1.

Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan preeklampsia berat
dengan pendekatan manajemen kebidanan dan mendokumentasikannya dalam
bentuk SOAP


1.2.2.

Tujuan Khusus
A.

Memahami konsep asuhan kebidanan pada ibu dengan preeklampsia berat

B.

Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif

C.

Menganalisa data untuk menentukan diagnosa aktual dan diagnosa
potensial serta masalah potensial yang mungkin timbul

D.

Membuat rencana asuhan


E.

Melakukan asuhan kebidanan sesai dengan rencana yang telah disusun

F.

Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang dilaksanakan

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Preeklampsia (PE) adalah gangguan yang terjadi setelah minggu ke-20
kehamilan dan ditandai dengan hipertensi dan proteinuria (Silasi Michele, 2010)
Preeklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria,
edema atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke 20 atau
kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas
pada vili dan korialis (Mitayani, 2009)

Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat
timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. (Sujiyatini,
2009)
Preeklamsia dapat dideskripsikan sebagai kondisi yang tidak dapat diprediksi
dan progresif serta berpotensi mengakibatkan disfungsi dan gagal multi organ yang
dapat mengganggu kesehatan ibu dan berdampak negative pada lingkungan janin.
(Boyle M, 2007)
Pre-eklampsia Berat ditandai satu atau lebih dari ciri berikut ini
-

Tekanan darah lebih dari 160 mmHg sistolik atau lebih dari sama dengan 110
mmHg diastolik pada dua kesempatan setidaknya 6 jam terpisah sementara
pasien tirah baring

-

Proteinuria 5 gram atau lebih tinggi dalam spesimen urin 24 jam atau +3 atau
lebih pada dua sampel urin secara acak dikumpulkan setidaknya 4 jam terpisah


-

Oliguria kurang dari 500 mL dalam 24 jam

-

Cerebral atau visual gangguan

-

Edema paru atau sianosis

-

Epigastrium atau kuadran kanan atas-nyeri

-

Gangguan fungsi hati


-

Trombositopenia

-

Pertumbuhan janin pembatasan (David A Miller, 2010)
Preeklampsia Berat ditandai dengan tekanan darah sistol/diastol lebih dari sama

dengan 160/110 mmHg, protein urin lebih dari sama dengan +3, sakit kepala,
gangguan penglihatan, nyeri epigastrium. Oliguri, trombositopenia, dan edema paru
(Cunningham, 2010)

3

Tanda dan gejala preeklampsia berat adalah tekanan diastol > 110 mmHg, terjadi
pada kehamilan > 20 minggu, proteinurin >+3, hiperrefleksia, nyeri kepala,
penglihatan kabur, oliguri, ngeri abdomen atas, dan edema paru (Saifuddin, 2010)
Jadi, pre eklamsia berat adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi ≥ 160/110 mmHg disertai proteinuria > 5 gr/24

jam atau oedem yang terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
2.2. ETIOLOGI
Tulisan-tulisan yang menggambarkan eklampsia telah ditelusuri sejauh 2200 SM
(Lindheimer dan rekan, 2009). Dan dari semua mekanisme yang telah diusulkan
untuk

menjelaskan

penyebabnya.

Tidak

satupun

bisa

dikatakan

menjadi


"penyebab". Munculnya preeklamsia menjadi puncak dari faktor-faktor yang
kemungkinan melibatkan sejumlah faktor ibu, plasenta, dan janin. Di bawah ini
merupakan beberapa hal yang dapat membantu menegakkan preeklampsia
meliputi:


Implantasi plasenta dengan invasi trofoblas abnormal dari pembuluh rahim



Imunologi maladaptif antara jaringan ibu, plasenta, dan janin



Maternal maladaptation, perubahan kardiovaskular atau inflamasi dari kehamilan
normal



Faktor genetik termasuk gen predisposisi diwariskan serta pengaruh epigenetik


A. Abnormal Invasi trofoblas
Dalam implantasi normal, arteri spiralis rahim mengalami remodeling yang
luas karena mereka

diinvasi oleh

trofoblast endovascular. Sel-sel ini

menggantikan lapisan endotel dan otot pembuluh darah untuk memperbesar
diameter pembuluh. Sedangkan pada preeklamsia, invasi trofoblas tidak
terjadi.Sehingga arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan
vasodilatasi, akibatnya arteri spiralis relatif mengalami vasokontriksi, dan terjadi
kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah uteroplasenta
menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
B. Faktor Imunologi
Pada perempuan hamil normal, respons imun tidak menolak adanya “hasil
konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocyte
antigen protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi respons
imun sehingga si ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G

pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel Natular Killer
(NK) ibu.

4

Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam
jaringan desidua ibu. Jadi HLA-G merupakan prakondisi untuk terjadinya invasi
trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel
Natural Killer. Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan
ekspresi

HLA-G.

Berkurangnya

HLA-G

di

desidua

daerah

plasenta,

menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Sedangkan invasi trofoblas
sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga
memudahkan terjadinaya reaksi inflamasi.
C. Iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
1. Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas.
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi dalam
kehamilan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, dengan akibat
plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan
hipoksia akan menghasilkan oksidan (disebut juga radikal bebas). Oksidan
atau radikal bebas adalah senyawa penerima elektron atau atom/molekul
yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan
penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang
sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah.
Sebenarnya produksi oksidan pada manusia adalah suatu proses normal,
karena oksidan memang dibutuhkan untuk perlindungan tubuh. Adanya
radikal hidroksil dalam darah, maka dulu hipertensi dalam kehamian disebut
“toxaemia”.

Radikal

hidroksil

akan

merusak

membrane

sel,

yang

mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak.
Peroksida lemak selain akan merusak membrane sel, juga akan merusak
nucleus, dan protein sel endotel. Produksi oksidan (radikal bebas) dalam
tubuh yang bersifat toksis, selalu diimbangi dengan produksi anti oksidan.
2. Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan.
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan,
khususnya peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan, misal
vitamin E pada hipertensi dalam kehamilan menurun, sehingga terjadi
dominasi kadar oksidan peroksida lemak yang relative tinggi. Peroksidan
lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat toksis ini akan beredar
diseluruh tubuh dalam aliran darah dan akan merusak membran sel endotel.
Membran sel endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida
lemak, karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh

5

sangat rentan terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah
menjadi peroksida lemak.
3. Disfungsi sel endotel
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi
kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel
endotel. Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya
fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Maka akan
terjadi:
a. Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel
endotel adalah memproduksi prostaglandin, yaitu menurunnya produksi
prostasiklin (PGE2): suatu vasodilatator kuat.
b. Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
kerusakan. Agregasi sel trombosit ini adalah untuk menutup tempattempat di lapisan endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi
trombosit memproduksi tromboksan (TXA2): suatu vasokonstriktor kuat
Dalam

keadaan

preeklampsia

normal

kadar

kadar

tromboksan

prostasiklin
lebih

lebih

tinggi.

tinggi.

Sehingga

Pada
terjadi

vasokontriksi.
c.

Perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerulus

d. Peningkatan permeabilitas kapiler
e. Peningkatan faktor koagulasi
f.

Peningkatan produksi bahan-bahan vasopressor.

D. Faktor Nutrisi
John dan rekan kerja (2002) menunjukkan bahwa pada populasi umum diet
tinggi buah-buahan dan sayuran yang memiliki aktivitas antioksidan dikaitkan
dengan penurunan tekanan darah. Zhang dan rekan (2002) melaporkan bahwa
kejadian preeklampsia dua kali lipat pada wanita yang sehari-hari asupan asam
askorbatnya adalah kurang dari 85 mg. Studi ini diikuti oleh uji acak untuk
mempelajari suplemen makanan. Villar dan rekan (2006) menunjukkan bahwa
suplementasi kalsium pada populasi dengan asupan kalsium yang rendah
makanan memiliki efek yang kecil untuk menurunkan angka kematian perinatal,
namun tidak berpengaruh pada kejadian preeklampsia. (Cunningham, 2010)
Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan termasuk
minyak hati halibut, dapat mengurangi risiko preeklampsia. Karena minyak ikan
mengandung bahan asam lemak tidak jenuh yang dapat menghambat produksi
tromboksan, menghambat aktivasi trombosit dan mencegah vasokontriksi
pembuluh darah (Sarwono, 2010)

6

E. Faktor Genetik
Preeklamsia adalah suatu gangguan, multifaktorial poligenik. Dalam review
komprehensif mereka, Ward dan Lindheimer (2009) menyebutkan risiko insiden
untuk preeklamsi 20 sampai 40 persen untuk anak perempuan dari ibu
preeklampsia, 11 sampai 37 persen untuk saudara perempuan preeklampsia,
dan 22 menjadi 47 persen dalam studi kembar (Cunningham, 2010).
Genotipe ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Telah
terbukti

bahwa

pada

ibu

yang

mengalami

preeklampsia

26%

anak

perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya 8% anak
menantu mengalami preeklampsia (Sarwono, 2010).
2.3. PATOFISIOLOGI
A. Sistem Kardiovaskuler
Gangguan berat fungsi kardiovaskular yang normal umum terjadi pada
preeklamsia atau eklamsia. Ini terkait dengan:
1. Afterload jantung meningkat yang disebabkan oleh hipertensi
2. Preload jantung, yang secara substansial dipengaruhi oleh hipervolemia
pada kehamilan
3. Aktivasi endotel dengan ekstravasasi cairan intravaskular ke ruang
ekstraseluler, dan yang terpenting, ke dalam paru-paru.
Selama kehamilan normal, terjadipeningkatan masa ventrikel, tetapi tidak
ada bukti yang meyakinkan bahwa terjadi perubahan struktural tambahan
yang disebabkan oleh preeklamsia (Hibbard dan rekan, 2009)
B. Perubahan Hemodinamik
Penyimpangan kardiovaskular yang berhubungan dengan gangguan hipertensi
pada kehamilan bervariasi, tergantung pada sejumlah faktor. Ini diakibatkan oleh
penyimpangan afterload yang meningkat, adanya penyakit kronis yang
mendasari, kehadiran preeklampsia, dan tahap perjalanan klinis lainnya. Ada
klaim bahwa pada beberapa wanita perubahan ini bahkan mungkin mendahului
timbulnya hipertensi (Bosio, 1999; De Paco, 2008; Easterling, 1990; Hibbard,
2009, dan semua rekan-rekan mereka). Namun demikian, dengan onset klinis
preeklampsia, ada penurunan curah jantung mungkin karena resistensi perifer
meningkat.
penyelidikan

Studi

fungsi

ventrikel

memperlihatkan

bahwa

wanita

preeklampsia

meskipun

fungsi

dari
jantung

sejumlah
adalah

hiperdinamik pada semua wanita, tekanan bergantung pada infus cairan
intravena. Secara khusus, hidrasi agresif mengakibatkan hiperdinamikventrikel

7

pada sebagian besar wanita. Ini juga disertai dengan peningkatan tekanan
kapiler pulmonal. Dalam beberapa wanita, edema paru dapat berkembang
meskipun fungsi ventrikel normal karena kebocoran endotel-epitel alveolar yang
diperparah oleh tekanan oncotic menurun dari konsentrasi albumin serum yang
rendah (American College of Obstetricians dan Gynecologists, 2002a). Nilai
yang sama dari fungsi jantung dilaporkan sebelumnya oleh Lang dan rekan kerja
(1991) dan baru-baru Tihtonen dan rekan (2006), yang menggunakan kardiografi
impedansi noninvasif. Dengan demikian, fungsi ventrikel hiperdinamik sebagian
besar merupakan hasil dari tekanan wedge rendah dan bukan akibat dari
kontraktilitas miokard augmented yang diukur seperti stroke ventrikel kiri indeks
kerja. Sebagai perbandingan, wanita yang diberikan lebih banyak volume cairan
umumnya telah memiliki tekanan yang melebihi normal, namun fungsi ventrikel
mereka tetap hiperdinamik karena curah jantung meningkat.
C. Volume Darah
Telah diketahui selama hampir 100 tahun, hemokonsentrasi merupakan ciri
dari

eklampsia.

Zeeman

dan

rekan

(2009)

memperluas

pengamatan

sebelumnya Pritchard dan rekan kerja (1984). Mereka menemukan bahwa pada
wanita eklampsia, yang biasanya diharapkan hipervolemia, bahkan tidak ada.
Volume darah rata-rata pada wanita hampir 5000 mL selama beberapa minggu
terakhir dari kehamilan normal, dibandingkan dengan sekitar 3500 mL pada saat
tidak hamil. Dengan eklampsia, bagaimanapun, antisipasi atas pertambahan
volume darah tersebut, hilang. Seperti hemokonsentrasi yang merupakan hasil
dari vasokonstriksi umum yang mengikuti aktivasi endotel dan kebocoran
plasma ke ruang interstitial karena permeabilitas meningkat. Pada wanita
dengan

preeklamsia,

dan

tergantung

pada

tingkat

keparahannya,

hemokonsentrasi biasanya tidak ditandai. Wanita dengan hipertensi gestasional,
tapi tanpa preeklamsia, biasanya memiliki volume darah normal (Silver dan
rekan, 1998). Untuk wanita dengan hemokonsentrasi parah, didapat bahwa
penurunan akut hematokrit menjadi penyebab preeklampsia. Dalam hal ini,
hemodilusi mengikuti pembentukan endotel dengan kembalinya cairan interstitial
ke dalam ruang intravaskular. Sehingga, penting untuk mengenali bahwa
penyebab substantif ini (preeklampsi) jatuh di hematokrit, biasanya akibat
kehilangan darah saat melahirkan. Hal ini juga mungkin sebagian hasil dari
jumlah eritrosit yang meningkat pada kehamilan.
Vasospasme dan kebocoran plasma dapat bertahan hingga waktu setelah
melahirkan. Dengan meningkatnya volume darah, hematokrit biasanya jatuh.
Dengan demikian, wanita dengan eklampsia:

8

1. Apakah sensitif terhadap terapi cairan yang diberikan dalam upaya untuk
memperluas volume darah dikontrak ke tingkat kehamilan normal.
2. Apakah sensitif terhadap jumlah kehilangan darah saat melahirkan yang
dianggap normal.
D. Darah dan Koagulasi
Kelainan hematologi berkembang pada beberapa wanita dengan preeklamsia.
Di antara mereka yang sering diidentifikasi adalah trombositopenia, yang
kadang-kadang bisa menjadi begitu parah dan mengancam nyawa. Selain itu,
beberapa faktor pembekuan plasma mungkin akan menurun, dan eritrosit dapat
menampilkan bentuk aneh dan menjalani hemolisis yang cepat.
1. Trombositopenia
Trombositopenia dengan eklampsia telah dijelaskan setidaknya sejak
tahun 1922 oleh Stancke. Pada umumnya, jumlah trombosit secara rutin
diukur pada wanita dengan bentuk hipertensi gestasional. Frekuensi dan
intensitas trombositopenia bervariasi dan tergantung pada tingkat keparahan
dan durasi dari sindrom preeklampsia serta frekuensi pemeriksaan jumlah
trombosit yang dilakukan (Heilmann dan rekan, 2007; Hupuczi dan rekan
kerja, 2007). Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit
300mg/24 jam-atau ekuivalen diekstrapolasi dalam
koleksi pendek. Yang penting, hal ini belum terbantahkan.
Penentuan protein urin: atau albumin: kreatinin rasio dapat menggantikan
kuantifikasi 24 jam rumit (Kyle dan rekan, 2008). Dalam review sistematis barubaru ini, Papanna dan rekan (2008) menyimpulkan bahwa protein urin acak:
rasio kreatinin yang berada di bawah 130-150 mg/g-0.13 sampai 0,15
menunjukkan bahwa kemungkinan proteinuria melebihi 300 mg/hari. Ada
beberapa metode yang digunakan untuk mengukur proteinuria, dan tidak ada
mendeteksi semua berbagai protein biasanya diekskresikan. Sebuah metode
yang lebih akurat melibatkan pengukuran ekskresi albumin. Filtrasi Albumin
melebihi globulin, dan dengan penyakit glomerular seperti preeclampsia, protein
yang banyak dalam urin adalah albumin. Sehingga memungkinkan pengukuran
lebih cepat pada tes albumin dan kreatinin rasio dalam pengaturan rawat jalan
(Kyle dan rekan kerja, 2008).
2.4. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinik preeklampsia bervariasi luas dan sangat bervariasi luas dan
sangat individual. Kadang-kadang sukar untuk menentukan gejala preeklampsia
mana yang timbul lebih dulu. Secara teoritik urutan gejala-gejala yang timbul pada
preeklampsia ialah edema, hipertensi, dan terakhir proteinuria; sehingga bila gejalagejala ini timbul tidak dalam urutan diatas dapat dianggap bukan preeklampsia.
Dari semua gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria merupakan
gejala yang sangat penting. Namun, sayangnya penderita sering kali tidak
merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri

11

kepala, gangguan penglihatan, atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah
cukup lanjut.
2.5. DIAGNOSA
Diagnosa preeklamsia berat dapat ditegakkan jika menemukan satu atau lebih tanda
dan gejala sebagai berikut:
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg.
Tekanan darah tidak akan menurun meskipun ibu sudah dirawat di RS dan sudah
menjalani tirah baring.
2. Proteinuria > 5 g / 24 jam atau +3 dalam pemeriksaan kualitatif.
3. Oliguria, yaitu produksi urin < 500 cc / 24 jam.
4. Kenaikan kadar kreatinin plasma.
5. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan
pandangan kabur.
6. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula Glisson).
7. Edema paru-paru dan sianosis.
8. Hemolisis mikroangiopatik.
9. Trombositopenia < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat.
10. Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin dan
aspirate aminotransferase.
11. Pertumbuhan janin intra uterin terhambat.
12. Sindrom HELLP.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan yang diperlukan untuk penegakan diagnosa adalah:
1. Darah rutin (Eritrosit, leukosit, trombosis, Hb, Ht, LED)
2. Fungsi hati (SGOT/SGPT, bilirubin, protein serum, aspartat aminotransferase
3. Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
4. Rontgen atau CT scan otak untuk mengetahui sudah terdapat edema atau tidak
2.6. KOMPLIKASI
Preeklampsia adalah penyakit kompleks yang dapat menyebabkan komplikasi pada
sistem organ multiple.
-

Central komplikasi sistem saraf termasuk eklampsia (umum tonik klonik kejang),
yang terjadi sekitar 2% dari kasus preeklampsia di Amerika Serikat.
Meskipun kebanyakan kasus eklampsia terjadi sebagai perkembangan dari
preeklampsia, hal ini bisa terjaditanpa bukti hipertensi atau proteinuria. Sampai

12

sepertiga kasus eklampsia terjadi pada saat postpartum, bahkan berhari-hari
sampai berminggu-minggu setelah delivery.
-

Gagal ginjal akut, gagal hati,edema paru, dan sindrom HELLP adalah komplikasi
tambahan. HELLP sindrom ini ditandai dengan hemolisis, peningkatan enzim
hati, dan trombosit yang rendah.
Hal ini dianggap sebagai varian parah preeklampsia, dan berhubungan dengan
risiko yang lebih tinggi dari ibu dan hasil yang merugikan neonatal dibandingkan
preeklampsia saja.
Baru-baru ini telah terkumpul literatur tentang konsekuensi jangka panjang dari
preeklampsia termasuk peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, penyakit
ginjal, dan stroke. Sekitar 20% dari wanita dengan PE mengembangkan
hipertensi atau mikroalbuminuria dalam waktu 7 tahun, dibandingkan dengan
hanya 2% dari wanita dengan tekanan darah normal.
Jangka panjang risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular dua kali lipat
terjadi

pada

wanita

dengan

preeclampsia

dan

hipertensi

gestasional

dibandingkan dengan usia
-

Preeklampsia berulang

-

Komplikasi

janin

sekunder

untuk

preeklampsia

termasuk

pembatasan

pertumbuhan intrauterin, prematuritas, plasenta abruption, dan peningkatan
risiko kematian perinatal. Preeklampsia adalah penyebab utama kelahiran
prematur iatrogenik dan memberikan kontribusi signifikan terhadap biaya
kesehatan meningkatberhubungan dengan prematuritas. (Silasi Michelle, 2010)
2.7. PENATALAKSANAAN
A. Terhadap Kehamilan
Berdasarkan

William

Obstetrics,

Ditinjau

dari

umur

kehamilan

dan

perkembangan gejala – gejala preeclampsia berat selama perawatan, maka
sikap terhadap kehamilannya dibagi menjadi:
1. Aktif (Aggressive management) yang berarti kehamilan segera diakhiri atau
diterminasi bersamaan dengan pemberian pengobatan medikamentosa.
Indikasi perawatan aktif ialah:

a. Ibu


Umur kehamilan ≥ 37 minggu. Lockwood dan Paidas mengambil
batasan > 37 minggu untuk PER dan ≥ 37 minggu untuk PEB.



Adanya tanda dan gejala Impending Eclampsia

13



Kegagalan terapi pada perawatan konservatif yaitu keadaan klinik
dan laboratorik memburuk



Diduga terjadi solusio plasenta



Timbul onset persalinan, ketuban pecah atau perdarahan.s

b. Janin

c.



Adanya tanda – tanda fetal distress



Adanya tanda – tanda Intra Uterine Growth retriction (IUGR)



NST non reaktif dengan profil biofisik abnormal



Terjadinya oligohidramnion

Laboratorik


Adanya tanda – tanda HELLP’s Syndrome khususnya penurunan
trombosit yang cepat

Cara mengakhiri kehamilan (terminasi kehamilan) dilakukan berdasarkan
keadaan obstetrik pada waktu itu, apakah sudah inpartu atau belum.
2. Konservatif (expectative management) yang berarti kehamilan tetap
dipertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan medikamentosa.
Indikasi perawatan konservatif adalah bila kehamilan preterm ≤ 37 minggu
tanpa disertai Impending eclampsia dengan keadaan janin baik.
Pengobatan yang diberikan sama dengan medikamentosa pada pengelolaan
aktif. Selama perawatan konservatif, sikap terhadap kehamilannya ialah
hanya observasi dan evaluasi, sama seperti pengelolaan aktif namun
kehamilan tidak diterminasi. Magnesium Sulfat dihentikan bila ibu sudah
mencapai tanda – tanda preeclampsia ringan (PER), selambat – lambatnya
dalam waktu 24 jam. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan, keadaan ini
dianggap sebagai kegagalan pengobatan medikamentosa dan kehamilan
harus di terminasi. Klien dapat dipulangkan bila penderita kembali ke gejala –
gejala PER.
a. Penyulit Ibu


System saraf pusat
Perdarahan intracranial, thrombosis vena, hipertensi ensefalopati,
edema selebri, edema retina, macular atau retina detachment dan
kebutaan korteks.



Gastrointestinal-hepatik : subskapular hematoma hepar, rupture
kapsula hepar.



Ginjal: gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut.



Hematologic: DIC, trombositopenia dan hematoma luka operasi.

14



Kardiopulmonar: edema paru kardiogenik atau nonkardiogenik,
depresi atau arrest pernafasan, kardiak arrest, iskemia miokardium.



Lain – lain: asites, edema laring, hipertensi yang tidak terkendali.

b. Penyulit Janin
Intrauterine fetal growth retriction (IUGR), solusio plasenta, prematuritas,
sindroma distress napas, intra uterine fetal death (IUFD), kematian
neonatal akibat perdarahan intraventrikular, necrotizing enterocolitis,
sepsis, cerebral palsy, dll.
B. Penanganan pasien dengan preeklampsia berat di RSUD Cianjur
Menurut Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Cianjur, dikatakan
preeklampsia berat jika:
-

Tekanan darah lebih dari 160 mm Hg sistolik atau lebih dari sama dengan
110 mmHg untuk diastolik pada dua kesempatan setidaknya 1 jam terpisah
sementara pasien tirah baring

-

Proteinuria lebih dari sama dengan 2 gram atau +2

-

Oliguria kurang dari 500 mL dalam 24 jam

-

Cerebral atau visual gangguan

-

Edema paru atau sianosis

-

Epigastrium atau kuadran kanan atas-nyeri

1. Pengelolaan Umum
a. Rawat di ruang tenang, tidak terlalu terang di kamar isolasi (tidak
dicampur dengan pasien lainnya). Minimalkan rasa tidak nyaman pada
ibu. Minimalkan rangsangan untuk mencegah kejang pada ibu.
b. Tirah baring miring ke satu sisi (kiri)
c.

Diet cukup protein rendah karbohidrat, lemak dan garam

d. Pasang dower catheter bertujuan untuk menghitung balance cairan
(keseimbangan cairan masuk dan cairan keluar)
e. Cairan masuk (input) dihitung dari jumlah penggunaan infus, tranfusi,
minum. Sedangkan cairan keluar dihitung dari jumlah produksi urine,
insenssible water loss (IWL) yaitu cairan tubuh yang hilang yang tidak
terlihat yang keluar lewat keringat, pernapasan dan feses. Kelebihan
cairan

dapat

meningkatkan

resiko

oedem

paru

yang

dapat

membahayakan ibu maupun janin yang dikandungnya.

15

2. Pengelolaan Khusus
a. Resusitasi cairan dengan infus RL 500 ml 20 tetes/menit, maksimum
2000 ml dalam 24 jam , jika berlebihan dapat terjadi oedem paru
b. Diberikan obat anti kejang MgSO4:
Dosis Awal :
2-4 gr MgSO4 20% intravena bolus diberikan dalam waktu lebih dari 3
menit bahkan dianjurkan lebih dari 5 menit. Hal ini dimaksudkan agar
tidak terjadi komplikasi dalam pemberian MgSO4 yang dapat
membahayakan jiwa pasien seperti depresi pernapasan, paralisis,
toksisitas jantung.
Atau dengan drip 10cc MgSO 4 40% dimasukan ke dalam 100cc cairal
RL dihabiskan dalam waktu 15 menit.
Dosis Maintenance :
Dilanjutkan dengan drip/syringe pump MgSO4 20% 1-2 gr/jam . Jika
drip menggunakan infus RL (25cc MgSO4 40% dimasukan ke dalam
500cc RL). Dapat dilanjutkan lagi setiap 4 jam bila syarat masih
memenuhi antara lain :
-

Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu Calcium glukonas 10% 1 gr
(10% dalam 10cc) diberikan intravena dalam waktu 3 menit

-

Reflek patella (+)

-

Frekwensi pernapasan lebih dari 16x / menit dan tidak ada tanda –
tanda distress napas

c.

Produksi urine lebih dari 100 cc dalam 4 jam sebelumnya

Pemberian terapi anti hipertensi, bertujuan :
-

Meminimalkan resiko CVA pada ibu

-

Memaksimalkan kondisi ibu untuk persalinan aman

-

Mendapatkan waktu untuk penilaian lebih lanjut :


Memfasilitasi persalinan pervaginam bila mungkin



Memperpanjang kehamilan bila tepat

Nefedipine 5-10 mg setiap 8 jam, dapat diberikan bersama sama
methyldopa 250-500mg setiap 8 jam. Nifedipine dapat diberikan ulang
sublingual 5-10mg dalam waktu 30 menit pada keadaan tekanan
sistolik ≥ 180 mmHg dan diastolik ≥ 110 mmHg (cukup sekali saja)
d. Pemeriksaan EKG
e. Diberikan antibiotika profilaksis Ampicillin 1 gr / 6 jam

16

f.

Pemeriksaan laboratorium (penilaian keadaan ibu)
Hb, leukosit, trommbosit, protein urin, SGOT, SGPT, gula darah, LDH,
asam urat, ureum, creatinin, HbsAg

3. Monitoring
a. Penilaian keadaan janin (USG dan KTG)


Gerakan janin



Penilaian denyut jantung janin



Ultrasonografi untuk perkembangan



Profil biofisik



Indeks cairan amnion

b. Monitoring keadaan ibu :
 Keadaan umum
 Tingkat kesadaran
 Tanda-tanda vital : tekanan darah sistole dan diastole, nadi,
pernapasan, temperatur
 Diuresis (produksi urine) : untuk mengetahui produksi urine ibu karena
bila diuresis kurang dari 100 cc dalam 4 jam sebelumnya dapat
terjadi intoksikasi MgSO4
 Reflek patella : normal (+) kuat : jika reflek patella menghilang berarti
kadar magnesium sulfat dalam plasma sudah tinggi dan dapat
mengakibatkan depresi pernapasan
 Index gestosis : tekanan darah, proteinuria, edema
 Balance cairan : untuk mengetahui keseimbangan cairan masuk da
cairan keluar. Jika balance cairan (+) hati-hati resiko oedem paru
 Tanda-tanda impending eklampsia : nyeri kepala hebat, gangguan
visus (mata kabur), muntah-muntah, nyeri epigastrium, kenaikan
progresif dari tekanan darah.
 Tanda –tanda HELLP Syndrome (Hemolysis, Elevated Liver Enzim and
Low Platelet)
 Tanda – tanda oedem pulmonum
 Laboratorium memburuk : peningkatan asam urat, proteinuria,
trombositopenia

4. Terminasi Kehamilan

17

a.  37 minggu : segera terminasi
b.  34 - 37 minggu : setelah 24 jam jika pengobatan tidak respon atau ada
tanda-tanda impending eklampsia
c.

< 34 minggu dengan :
1) Tekanan darah yang sulit dikontrol
2) Dugaan gawat janin
3) Kejang tidak terkontrol
4) Tidak respon terhadap terapi yang sesuai
5) Bukti lab adanya kerlibatan multi organ yang memburuk (ada tanda
HELLP Syndrom)

d. Jika terdapat gejala/tanda impending eklampsia / HELLP Syndrome :
segera terminasi tanpa memandang umur kehamilan
5. Cara terminasi kehamilan / persalinan:
a. Belum Inpartu
1) Induksi persalinan
Amniotomi + oksitosin drip ; dengan syarat Bishop score  8
2) Seksio Sesarea, bila:
Syarat oksitosin drip tidak dipenuhi atau adanya kontra indikasi

-

oksitosin drip
12 jam sejak dimulainya oksitosin drip belum masuk fase aktif

-

b. Sudah Inpartu
1) Kala I
Fase latent

: 6 jam tidak masuk fase aktif dilakukan SC

Fase aktif

:

-

Dilakukan amniotomi

-

Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan
lengkap , dilakukan SC

2) Kala II
Pada persalinan pervaginam, kala II diselesaikan dengan partus
buatan

2.8. PENCEGAHAN
A. Non medical
1. Melakukan tirah baring

18

2. Konsumsi suplemen yang mengandung minyak ikan yang kaya dengan asm
lemak tidak jenuh, antioksidan seperti vitamin C, Vit.E, beta-karoten, Nasetilsistein, asam lipoik. Dan elemen logam berat :zink, magnesium,
kalsium.
3. Medikal
a. Pemberian kalsium : 1500-2000 mg /hari dapat dipake sebagai suplemen
pada risiko tinggi terjadinya preeklapsi. Lalu diberikan Zinc 200 mg/hari,
magnesium 365 mg/hari.
b. Obat antitrombotik mencegah preeklampsi: aspirin dosisi rendah ratac.

rata dibawah 100 mg/hari
Diberikan antioksidan, misalnya vitamin C,dll.

2.9. KONSEP ASUHAN
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Pre Eklamsia Berat
2.9.1.

Pengkajian Data

A. Data Subjektif
1. Identitas
a. Nama Ibu dan Suami
Untuk membedakan atau menetapkan identitas pasien karena mungkin
memiliki nama yang sama.
b. Umur
Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.
c.

Agama
Dalam hal ini berhubungan dengan tingkat penderitaan sesuai dengan
keyakinan

d. Pendidikan
Mengetahui tingkat intelektual
e. Pekerjaan
Mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi dan apakah pekerjaannya
berdampak buruk untuk bayinya atau tidak.
f.

Alamat
Untuk mengetahui ibu tinggal dimana bila ada kunjungan rumah

2. Keluhan Utama
Pasien dengan preeklamsia berat biasanya datang dengan keluhan nyeri
daerah epigastrium atau kuadran atas kanan perut, gangguan penglihatan

19

(skotoma atau penglihatan yang berkabut), nyeri kepala hebat yang tidak
berkurang dengan pemberian anlgetika biasa (Paket Pelatihan, 2008)
3. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Jumlah kehamilan ke….
Biasanya sering terjadi pada primigravida .
b. HPHT
c.

TP

d. Usia kehamilan
Preeklamsi terjadi pada umur kehamilan diatas 20 minggu.
Keluhan :
1) TM I : mual muntah, perubahan payudara yang membesar, nocturia,
letih, lesu, lemah, hipersalivasi, hidung tersumbat, keputihan, dan
mengidam.
2) TM II : hiperpigmentasi, timbul jerawat, pruritus, palpitasi, pusing
3) TM III : sering kencing, oedema pada ekstremitas bawah.
e. Gerakan janin pertama yang dirasakan
Ibu primigravida mulai merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 1920 minggu. Sedangkan ibu multigravida mulai merasakan gerakan janin
pada usia kehamilan 16 minggu.
f.

Imunisasi TT
Imunisasi TT lengkap dilakukan sebanyak 5 kali.

g. Pemeriksaan ANC
4. Riwayat Obstetri Yang Lalu
Persalinan

N
o

Nifas

Anak
KB

Penolong

Jenis

Tempat

Penyulit

Penyulit

JK

BB

PB

Ket

ASI

Preeklamsi berat banyak terjadi pada primigravida terutama pada primigravida muda dan
timbul sesudah usia kehamilan 20 minggu. Riwayat ibu hamil dengan preeklamsi yang
lalu meningkatkan resiko terjadinya preeklamsi pada hamil ini.
5. Riwayat Kesehatan Klien/Keluarga

20

Dikaji untuk mengetahui keadaan atau riwayat penyakit sistemik yang pernah
dimiliki klien. Ibu dengan preeklamsi berat biasanya diikuti dengan penyakit
diabetes mellitus, kegemukan, hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit
menurun
6. Riwayat Psikososial
Ditanyakan bagaimana respon dan dukungan ibu dan keluarga terhadap
kehamilan dan persalinan ini. Siapa pengambil keputusan. Dan adakah
kecemasan tertentu dari ibu mengenai keadaannya.
7. Pola Kehidupan Sehari-hari
Dikaji pola kehidupan sebelum hamil dan selama hamil, seperti pola nutrisi,
pola eliminasi,pola aktivitas, serta pola istirahat


Pola Kebiasaan Selama Hamil
Merokok : ya / tidak

Obat-obatan

: ya / tidak

Alkohol

Jamu-jamuan

: ya / tidak

Binatang peliharaan

: ada / tidak

: ya / tidak

Narkoba : ya / tidak
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik/lemah.

b. Kesadaran : composmentis, sopor, somnolen, apatis, koma. Ibu dengan
preeklamsi berat kesadarannya bisa composmentis bahkan bisa sampai
koma.
c.

Tanda-Tanda Vital
1) Tekanan darah

:

Pre eklamsia berat adalah pre

eklamsia dengan tekanan darah

sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥ 110 mmHg (Sarwono, 2010).
2) Nadi, normalnya 80-100x/mnt
3) RR, normalnya 16-24x/mnt
Preeklamsia berat juga terkadang ditemui edema paru (nafas
pendek)
4) Suhu, nilai normal adalah 36,5o-37,5o C. Pada penderita preeklamsi
berat suhu tubuh tidak berbeda dengan kondisi normal.
2. Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
a. Muka : apakah muka ibu pucat, oedema, terjadi cloasmagravidarum. Ibu
dengan preeklamsi diikuti adanya oedema pada muka.
b. Mata : perlu dikaji yaitu daerah sklera kanan dan kiri apakah berwarna
putih(normal) atau kuning. Warna kuning menandakan bahwa ibu

21

mengalami kegagalan fungsi hatinya. Konjungtiva kanan dan kiri apakah
berwarna merah muda (normal), pucat (anemis). Kelopak mata apakah
oedema atau tidak. Ibu dengan preeklamsi berat diikuti oedema pada
kelopak mata.
c. Leher : perlu dikaji apakah terjadi pembengkakan pada kelenjar tyroid
dan limfe. Jika terjadi pembengkakan dapat sebagai indikasi bahwa ibu
mengalami infeksi. Adakah bendungan vena jugularis. Jika ada
bendungan vena jugularis menandakan bahwa kerja jantung ibu
mengalami gangguan.
d. Dada : payudara :perlu dikaji tentang kebersihan, kondisi puting susu,
hiperpigmentasi areola.
e. Abdomen : dikaji adanya luka bekas SC, adanya linea nigra/alba, strie
livide/albican. Ibu dengan perut bekas luka SC tidak dianjurkan biasa
lahir normal. Bisa lahir normal jika bayi tidak terlalu besar dan perlu
ddikaji pula alasan dilakukan SC pada persalinan yang lalu.
f. Ekstremitas atas dan bawah : dikaji adakah oedema dan kecacatan.
Pada ibu dengan preeklamsi berat yang terjadi pada trimester tua
biasanya terjadi oedema kaki/oedem pretibia.
Palpasi
a. Leher : perlunya dikaji adakah pembesaran kelenjar limfe dan tyroid,
adakah bendungan vena jugularis. Jika terjadi pembengkakan dapat
sebagai indikasi bahwa ibu mengalami infeksi. Jika ada bendungan vena
jugularis menandakan bahwa kerja jantung ibu mengalami gangguan.
b. Dada : payudara : kaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada
payudara, dan apakah kolostrum sudah keluar. Kolostrum dapat keluar
setelah usia kehamilan 32 minggu.
c. Abdomen : maksudnya periksa raba ialah untuk menentukan besarnya
rahum dan dengan ini menentukan tuanya kehamilan serta menentukan
letaknya anak dalam rahim. Selain itu juga harus diraba apakah ada
masa abnormal lain.
Pengukuran TFU dengan Mc. Donald
Umur

TFU (diukur dari atas symphisis)

Kehamilan

22

22-28 mgg

24-25 cm

28 mgg

26 cm

30 mgg

29,5-30 cm

32 mgg

29,5-30 cm

34 mgg

31 cm

36 mgg

32 cm

38 mgg

33 cm

40 mgg

37 cm

Usia Kehamilan
12 minggu

Tinggi Fundus Uteri
3 jari di atas sympisis

16 minggu

½ pusat – sympisis

20 minggu

3 jari dibawah pusat

24 minggu

setinggi pusat

28 minggu

3 jari diatas pusat

32 minggu

½ pusat – processus xypoideus

36 minggu

3 jari di bawah processus xypoideus

40 minggu

½ pusat – processus xypoideus

Cara melakukan palpasi ialah menurut leopold, sebagai berikut :
-

Leopold I : berfungsi untuk menentukan tinggi fundus uteri dan
menentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus. Sifat
kepala ialah keras, bundar, dan melenting. Sifat bokonh yaitu lunak,
kurang bundar, dan kurang melenting. Pada letak lintang fundus uteri
teraba kosong.

-

Leopold II : terutama untuk menentukan letak punggung anak dan letak
bagian-bagian kecil. Punggung janin terdapat di pihak yang memberikan
rintangan yang terbesar, teraba keras rata seperti papan. Bagian-bagian
kecil janin biasanya bertentangan degan pihak yang memberi rintangan
terbesar

23

-

Leopold III : untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan
apakah bagian terendah janin sudah atau belum terpegang oleh pintu
atas panggul.

-

Leopold IV : untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan
berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul.

Auskultasi
Denyut jantung janin normal berkisar antara 120-160 kali per menit, dikaji
teratur/tidak. Punctum maximum atau bunyi jantung paling jelas terdengar di
daerah punggung anak dekat kepala.
Perkusi
Dilakukan pemeriksaan reflek patela. Reflek patela normal adalah positif,
dimana ekstrimitas bawah ibu akan bergerak ketika diketuk. Pada
Preeklamsia, untuk pemberian MgSO4 salah satu syarat pemberiannya
adalah reflek patela positif.
3. Pemeriksaan Penunjang
 Tes Darah Lengkap
Pada penderita PEB biasanya SGOT dan SGPT naik, trombosit kurang
dari 100.000/mm.
 Tes Urine
Pada PEB didapatkan :
-

Protein urine ≥ 5 gr/24 jam atau kualitatif +3

-

Oliguria (jumlah produksi urine ≤ 500 cc/24 jam) atau disertai kenaikan
kadar kreatinin darah.

C. Analisa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan pengkajian data yang diperoleh:
G...P.......... uk.......mg, Tunggal/Ganda, Hidup/Mati, Intrauterine/Ekstrauterine,
Letak Janin (Jika kepala, sudah masuk PAP atau belum), Keadaan jalan lahir
normal/tidak, k/u ibu dan janin baik atau tidak dengan Preeklamsia Berat
Diagnosa Potensial : eklampsi
Antisipasi Masalah/Diagnosa Potensial: pemberian MGSO4
D. Penatalaksanaan
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien dan keluarga.
Rasional : Klien dan keluarga mengetahui kondisi janin dan dirinya
2. Lakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi.
Rasional : melaksanakan fungsi interdependent.

24

3. Lakukan informed consent
Rasional : sebagai bukti tertulis bagi bidan jika terjadi sesuatu yang
tidakdiinginkan
4. Anjurkan pasien tirah baring miring ke satu sisi
Rasional : mencegah terjadinya ablatio retina
5. Pasang infus RL
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan tubuh ibu
6. Berikan Anti konvulsan
Anti konvulsan terpilih adalah MgSO4. Alternatif lain adalah diazepam,
dengan resiko terjadinya depresi neonatal.
Pemberian MgSO4


Dosis Awal



Dosis Ulangan



Syarat Pemberian :
Reflek patela (+)
RR > 16x/mnt
Produksi urine ≥ 150 cc/6jam
Harus tersedia Calcium Gluconas 1 gr 10% (diberikan i.v pelanpelan pada intoksikasi MgSO4)

Rasional : PEB beresiko jatuh menjadi eklamsia
7. Pasang dower kateter
Rasional : observasi balance cairan
8. Berikan obat antihipertensi
Antihipertensi terpilih adalah Nifedipine 5-10mg tiap 8 jam, atau Methyldopa
250 mg tiap 8 jam
Rasional : antihipertensi menyababkan vasodilator pembuluh darah

25

BAB III
TINJAUAN KASUS
Hari/tanggal pengkajian

: Sabtu/17 November 2012

Waktu pengkajian

: 13.00

Tempat pengkajian

: R.Isolasi R.Delima RSUD Cianjur

Pengkaji

: Elly Nu’ma Zahroti

Pukul 08.00
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama
Usia

:
:

Alamat

:

Pendidikan
Pekerjaan
Golongan Darah
Agama
No. HP

:
:
:
:
:

Klien
Suami Klien
Ny. L
Tn. N
35
37
Kampung Kaum Kulon Desa Sukagalih 06/03
Kecamatan Cikalong Kulon
SMA
SMA
Ibu Rumah Tangga
Wiraswasta
AB
Tidak tahu
Islam
Islam
0819-1225-0957

2. Keluhan
Ibu datang ke RS Cianjur dirujuk oleh bidan di Puskesmas DTP Cikalong Kulon
karena tekanan darah tinggi dengan protein urin +2 jam 04.45. Ibu hamil anak
ketiga, merasa hamil 9 bulan. Mengaku keluar air-air banyak pukul 23.00 tanggal
16 November 2012, berbau anyir dan berwarna seperti air kencing. Terasa mules
serta ada keluaran berupa lendir dan sedikit darah dari jalan lahir sejak pukul
03.30.
Ibu mengatakan tidak merasa pusing, pandangan kabur, dan nyeri ulu hati serta
gerakan janin masih dirasakan.

26

Ibu mengaku telah mendapatkan terapi antikejang di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Cianjur, dan telah meminum obat antihipertensi.

3. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Status kehamilan

: G3P2A0

b. HPHT

: 25-02-2012

c.

: 02-12-2012

TP

d. Usia kehamilan

: 37-38 minggu

e. Gerakan janin terakhir
f.

Imunisasi TT

: dirasakan ibu beberapa saat lalu

: lengkap

g. Pemeriksaan ANC

: ibu melakukan pemeriksaan sebulan sekali sejak usia 5

bulan. Pernah melakukan USG pada bulan ke 8 dengan hasil baik dan
taksiran persalinan tanggal 6-12-2012.
4. Riwayat Obstetri Yang Lalu
Persalinan
N

Nifas

Tahun
Penolong

o

Jenis

Tempat

Penyulit
Tekanan

1

Bayi

2000

Dokter

Spontan

Klinik

darah
tinggi

2

2006

Bidan

3

Kehamilan ini

Spontan

Rumah

Penyulit
Tidak
ada

Tidak

Tidak

ada

ada

KB

Ket

Ya

Suntik

Hidup

Ya

Suntik

Hidup

JK

BB

PB

ASI

L

2,7

Lupa

L

2,9

Lupa

5. Riwayat Kesehatan Klien/Keluarga
Ibu mengaku memiliki riwayat tekanan darah tinggi pada kehamilan anak pertama,
tidak memiliki riwayat penyakit diabetes, jantung, asma, ginjal, dan penyakit
menular seksual. Namun di keluarganya, orang tua klien memiliki penyakit
tekanan darah tinggi, kakak klien juga memiliki tekanan darah tinggi.
6. Riwayat Psikososial

27

Ibu dan keluarga mendukung kehamilan dan persalinan anak ini. Pengambil
keputusan adalah ibu dan suami. Ibu memiliki kekhawatiran mengenai seberapa
lama lagi bayinya akan lahir, karena mulesnya tidak dirasakan begitu sering dan
kuat seperti pada saat mau melahirkan anak sebelumnya.

7. Aktivitas
a. Makan terakhir

: jam 07.00, dengan porsi cukup dan ibu tidak

merasakan keluhan apapun
b. Minum terakhir

: beberapa saat lalu

c.

: kemarin pagi, tidak ada keluhan

BAB terakhir

B. Data Objektif
1. Keadaan umum

: baik

2. Kesadaran

: composmentis

3. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan darah

: 170/110 mmHg

b. Nadi

: 82x/menit

c.

: 22x/menit

RR

d. Suhu

: 37,2°C

4. Pemeriksaan fisik
a.

Muka

: tidak ada oedem

b.

Mata

:

c.

Sklera

: Putih

Kongjungtiva

: Merah muda

Leher

: tidak ada massa dan pembesaran pada kelenjar getah bening

dan tiroid
d. Abdomen
Tidak ada luka bekas operasi dan terdapat striae
TFU

: 34cm

Palpasi

:

Leopold I

: Teraba agak bulat, lunak dan tidak melenting

Leopold II : Teraba tahanan terbesar di kanan dan bagian kecil janin di kiri
Leopold III : Teraba keras
Leopold IV : Konvergen
Penurunan kepala

: 4/5

28

DJJ

: 132x/menit, regular

Kontraksi : 2x/10 menit, 30 detik
TBF

: 3410 gram

e. Ekstremitas
Tidak terdapat pembengkakan di kedua lengan ibu.
Pada lengan kanan ibu telah terpasang infus cairan RL dengan maintenance
MGSO4
Terdapat pembengkakan di kedua tungkai ibu, refleks patella tungkai kanan
dan kiri ibu positif.
f.

Genitalia
Tidak ada lecet atau luka, massa atau benjolan dan pembesaran abnormal
pada vulva. Pun demikian dengan varises.
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar skene dan bartolin
Pengeluara

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25