JURNAL PERAN NEGARA DALAM PENYELENGGARAA (1)

PERAN NEGARA DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI
(Studi Kasus Penyelenggaraan Ibadah Haji di Kota Malang tahun 2013)
Nindia Noer Anisyah
Jurusan Ilmu Politik FISIP Universitas Brawijaya

ABSTRACT
In Indonesia, Hajj pilgrimage has high significance social and so much people‟s
interest. This was proven by the largest number of Hajj Candidates in the world. Hajj
pilgrimage is a religious ritual supposed to be a personal matter. But In Indonesia,
Implementation od hajj pligrimage organized by government. Because, Indonesian
people is not independent to organized hajj pilgrimage their own. The State released a
Act No. 13 year 2008 about the impementation of Hajj Pilgrimage. It is state that
Implementation of Hajj affairs is the responsibility of the nation. Because, it is
involves various government institution, and private sector. This aim of the research in
to investigate about three main The role of The State in Hajj Pilgrimage, related wit h
Services, Guidance, and Protection Hajj Candidates. It was done with less than the
maximum based on the analysis of public service principles, that is transparency,
accountability, and participatory.
Keyword : Ha jj Pilgrima ge, Public Service , Kemenag

PENDAHULUAN


Untuk
Indonesia,
negara
bertanggung jawab atas pelaksanaan ritual
keagamaan khususnya Penyelenggaraan
Ibadah Haji. Kementerian Agama Kota
Malang sebagai Penyelenggara Ibadah
Haji tingkat daerah memiliki tujuan untuk
memberikan
pelayanan
dibidang
keagamaan. Kemenag Kota Malang
mengambil alih Penyelenggaraan Ibadah
Haji
tidak
luput
dari
beberapa
permasalahan.

Selain
itu,
Kondisi
penyelenggaraan Ibadah Haji di Indonesia
selama ini dinilai kurang efektif dan
efisien. Hal ini turut mempengaruhi
kualitas pemberian pelayanan dan
perlindungan kepada jamaah, untuk itu
diperlukan upaya peningkatan pelayanan
Ibadah Haji.

Ibadah haji adalah salah satu bentuk
ibadah yang memiliki makna multi aspek
yakni: ritual, individual dan politik
psikologis, dan sosial. Dikatakan aspek
ritual karena haji termasuk salah satu
rukun
islam kelima
yang wajib
dilaksanakan setiap muslim bagi yang

mampu (istitho’a), pelaksanaannya diatur
secara jelas dalam Al-quran dan hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu yaitu
antara tanggal 8 sampai dengan 13
Dzulhijah setiap tahunnya. Ibadah haji
merupakan ritual keagamaan dan menjadi
hal pribadi bagi masing- masing muslim.
Warga negara berhak
menjalankan
ibadahnya tanpa ada campur tangan
negara.

1

2

Salah satu fenomena yang terjadi
adalah ditemukannya jamaah haji non
kuota atau biasa disebut jamaah haji
„sandal jepit‟. Fenomena ini selalu

berulang setiap tahun, pada tahun 2010
terdapat 3000 orang yang berangkat haji
dengan hal tersebut. Untuk tahun 2013,
telah mengalami penurunan drastis yaitu
hanya ditemukan 41 jamaah saja. Jamaah
yang berangkat secara mandiri ini tertahan
dan tidak dapat keluar dari Bandara King
Abdul Aziz Jeddah karena belum
membayar biaya layanan umum atau
general service kepada asosiasi layanan
haji di Arab Saudi. Jika berangkat dengan
jalur resmi, biaya-biaya tersebut telah
dibayarkan oleh Pemerintah Indonesia. 1
Tulisan ini akan menjelaskan
bagaimana
peran
Negara
sebagai
Penyelenggara Ibadah Haji dalam berbagai
permasalahan yang muncul dan tuntutan

calon jamaah haji yang ingin diberikan
pelayanan secara maksimal.
TINJAUAN TEORITIK
A. Birokrasi Politik
Konsep Birokrasi itu sendiri menurut
Downs 2 dibedakan dalam 3 (tiga)
pengertian yang sering digunakan dalam
berbagai
kesempatan,
akan
tetapi
disesuaikan dengan konteksnya, ketiga
pengertiannya sebagai berikut :
1. Birokrasi biasanya menunjuk atas suatu
lembaga atau tingkatan lembaga
khusus. Dalam pengertian ini, birokrasi
dinyatakan sebagai suatu konsep yang
sama dengan biro (walaupun tidak
semua pengarang setuju dengan konsep
tersebut).

2. Birokrasi juga dapat berarti suatu
metode tertentu untuk mengalokasikan
1

2

Anonim. Jumlah Jamaah Sandal Jepit Indonesia Berkurang
Drastis. Diakses pada www.republika.co.id pada tanggal 3
januari 2014.
Arif, M.S. 1996. Orga nisa si dan Mana jemen. Jakarta: Kaunika
Press. Hal. 47

sumberdaya dalam suatu organisasi
yang berskala besar. Pengertian ini
sama dengan pembuatan keputusan
birokratis.
3. Birokrasi
diartikan
sebagai
“bureauness ”

or
“quality
that
distinguishes bureaus from other types
of organizations ”. Dalam pengertian
ini, birokrasi merujuk pada kualitas
yang dihasilkan oleh suatu organisasi.
Menurut Said birokrasi dapat dibagi
menjadi dua klasifikasi. Pertama, birokrasi
sebagai proses administrasi pemerintah,
yang dapat dimaknai adanya pejabat yang
menjalankan struktur yang biasa disebut
sebagai birokrat. Birokrat, pejabat dan staf
administrasi yang selalu terkait dengan
pemerintah dan menjadi aktor penting
dalam sebuah negara baik dalam urusan
politik, administrasi dan pembuatan
kebijakan negara. Kedua, birokrasi sebagai
struktur dan fungsi yang statis dimaknai
sebagai wadah proses penyelenggaraan

pemerintahan dengan mengadopsi sistem
tertentu dimana didalamnya terdapat
pembagian kerja dan tugas yang jelas antar
bagian (divisi), nilai impersonal dimana
orang mengikuti aturan, penyusunan
jabatan dan karir berdasarkan kompetensi
dan bukan preferensi, terdapat otoritas
pengawasan dan juga terdapat hirarkis. 3
Birokrasi pada dasarnya merupakan
alat pemerintah yang bekerja untuk
kepentingan
masyarakat
secara
keseluruhan. Dalam posisi demikian, maka
tugas birokrasi adalah merealisasikan
setiap kebijakan pemerintah dalam
pencapaian
kepentingan
masyarakat.
Sebagai alat pemerintah, jelas birokrasi

tidak mungkin netral dari pengaruh
pemerintah. Akan tetapi hal ini tidak
berarti bahwa birokrasi tidak memiliki
kemandirian. Justru karena tugasnya
sebagai alat pemerintah yang bekerja

3

Mas‟ud Said. 1996. Debirokra tisa si Birokra si Indonesia.
Malang: UMM Press. Hal. 2

3

untuk kepentingan masyarakat inilah,
maka diperlukan kemandirian birokrasi. Di
sinilah letak seninya aparat birokrasi itu.
seperti dicitrakan dalam konsep “Hegelian
Bureucracy”,
birokrasi
seharusnya

menempatkan dirinya sebagai mediating
agent , jembatan antara kepentingan
masyarakat
dengan
kepentingan
4
pemerintah.
B. Pelayanan Publik
Pada dasarnya setiap manusia
membutuhkan pelayanan, bahkan secara
ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Dikarenakan Pelayanan publik
merupakan hak setiap individu yang harus
dilindungi. Pelayanan publik merupakan
salah satu perwujudan dari fungsi aparatur
negara sebagai abdi masyarakat di
samping sebagai abdi negara.
Menurut Sinambela Lijan Poltak,
Pelayanan publik adalah pemenuhan

keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh
penyelenggara negara. Negara didirikan
oleh publik (masyarakat) tentu daja dengan
tujuan
agar
dapat
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat.
Pada
hakikatnya, negara dalam hal ini
pemerintah (birokrat) haruslah dapat
memenuhi
kebutuhan
masyarakat.
Kebutuhan dalam hal ini bukanlah
kebutuhan secara individual akan tetapi
berbagai kebutuhan yang sesungguhnya
diharapkan oleh masyarakat. 5
Pelayanan publik dilakukan tiada
lain untuk memberikan kepuasan bagi
pengguna
jasa,
karena
itu
penyelenggaraannya
secara
niscaya
membutuhkan
asas-asas
pelayanan.
Dengan kata lain dalam memberikan

pelayanan publik, instansi penyedia
layanan publik harus memperhatikan asas
pelayanan publik 6 . Asas-asas pelayanan
publik menurut Keputusan Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
(Menpan) Nomor 63/2003 sebagai berikut
:
1. Transparansi. Bersifat terbuka, mudah
dan dapat diakses oleh semua pihak
yang membutuhkan dan disediakan
secara
memadai
serta
mudah
dimengerti.
2. Akuntabilitas.
Kewajiban
untuk
menyampaikan
pertanggungjawaban
atau untuk menjawab dan menerangkan
kinerja dan tindakan seseorang/badan
hukum/pimpinan
kolektif
suatu
organisasi kepada pihak yang memiliki
hak
atau berkewenangan
untuk
meminta
keterangan
atau
pertanggungjawaban.
3. Kondisional. Sesuai dengan kondisi dan
kemampuan pemberi dan penerima
pelayanan dengan tetap berpegang pada
prinsip efisiensi dan efektivitas.
4. Partisipatif. Mendorong peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan
publik
dengan
memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan
harapan masyarakat.
5. Kesamaan Hak. Tidak diskriminatif
dalam arti tidak membedakan suku, ras,
agama, dan golongan, gender, dan
status ekonomi.
6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban.
Pemberi dan penerima pelayanan publik
harus memenuhi hak dan kewajiban
masing- masing pihak.
Pelayanan publik merupakan produk
birokrasi publik yang diterima oleh warga
pengguna maupun masyarakat secara luas.
Karena itu, pelayanan publik dapat
didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas
yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk

4

Irfan Sangadji. 2010. Birokra si da n Pa rtisipa si Publik dalam
Pelayana n Publik di Bidang Keseha ta n (Studi Pela yanan
Keseha tan di Kotamadya Ambon). Jakarta: Universitas
Indonesia. Hal. 30.
5
Lijan Poltak Sinambela. 2006. Reforma si Pela yanan Publik.
Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hal.45

6

Hardiansyah. 2011. Kua lita s Pela yanan Publik Konsep,
Dimensi, Indika tor, dan Implementa sinya. Yogyakarta:
Gava Media. Hal. 24

4

memenuhi kebutuhan warga pengguna.
Pengguna yang dimaksudkan disini adalah

warga
negara
pelayanan publik.

C. Kebijakan Publik

1. Kebijakan Publik yang bersifat
makro atau umum, atau mendasar,
yaitu
Undang-Undang
Dasar
Negara Republik Indonesia tahun
1945, Undang-Undang / Peraturan
Pemerintah pengganti UndangUndang, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, dan Peraturan
Daerah.
2. Kebijakan Publik yang bersifat
messo atau menengah, atau
penjelas pelaksanaan. Kebijakan ini
dapat berbentuk Peraturan Menteri,
Surat Edaran Menteri, Peraturan
Gubernur, Peraturan Bupati, dan
Peraturan Wali Kota. Kebijakannya
dapat pula berbentuk
Surat

Kebijakan
Publik
senantiasa
berinteraksi dengan dinamika kondisi
politik, ekonomi, sosial, dan kultural
tempat kebijakan itu eksis. Kebijakan
Publik dengan demikian mencerminkan
dinamika negara dan bangsa yang
bersangkutan. Dimensi politik menjadi
dinamika kebijakan publik
karena
kebijakan publik merupakan bentuk paling
nyata sistem politik yang dipilih. Politik
demokratis memberikan hasil kebijakan
publik yang berproses secara demokratis
dan
dibangun
untuk
kepentingan
kehidupan bersama, bukan orang-seorang
atau salah satu atau beberapa golongan
saja. Dinamika tersebut merupakan bagian
alami dan wajar dari kebijakan publik. 9
METODE PENELITIAN
Dalam melaksanakan penelitian ini,
peneliti menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif. Metode deskriptif ini
akan memberikan penjelasan yang lebih
besar dan pemahaman yang mendalam
terhadap permasalah yang diteliti. Dengan
konteks
tersebut,
peneliti
akan
menjelaskan lebih jauh mengenai peran
Negara dalam penyelenggaraan dan
pelayanan ibadah haji di Kota Malang
Tahun 2013. Dengan menggunakan
penelitian kualitatif ini, peneliti akan
mengetahui
dan
menggambarkan

7

Riant Nugroho. 2009. Public Policy (Edisi Revisi). Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo. Hal 85
8
Ibid., Hal. 92

membutuhkan

Keputusan Bersama atau SKB
antar- menteri, gubernur, dan bupati
atau walikota.
3. Kebijakan publik yang bersifat
mikro adalah kebijakan yang
mengatur
pelaksanaan
atau
implementasi kebijakan di atasnya.
Bentuk
kebijakannya
adalah
peraturan yang dikeluarkan oleh
aparat publik di bawah menteri,
gubernur, bupati, dan walikota.

Menurut Dr. Riant Nugroho,
Kebijakan Publik adalah keputusan yang
dibuat
oleh
Negara,
khususnya
Pemerintah, sebagai strategi untuk
merealisasikan tujuan negara yang
bersangkutan. Kebijakan Publik adalah
strategi untuk mengantar masyarakat pada
masa awal, memasuki masyarakat pada
masa transisi, untuk menuju pada
masyarakat yang dicita-citakan. 7
Bentuk Kebijakan Publik yaitu
peraturan perundangan yang terkodifikasi
secara formal dan legal. Setiap peraturan
dari tingkat “Pusat” atau “Nasional”
hingga tingkat desa atau kelurahan adalah
Kebijakan Publik karena mereka adalah
aparat Publik yang dibayar oleh uang
publik melalui pajak dan penerimaan
negara lainnya, dan karenanya secara
hukum formal bertanggung jawab kepada
publik. Rentetan Kebijakan Publik sangat
banyak, namun demikian secara sederhana
dapat dikelompokkan menjadi tiga 8 , yaitu:

yang

9

Ibid., Hal. 66

5

kenyataan dari kejadian yang diteliti
sehingga memudahkan untuk mendapatkan
data yang objektif dalam rangka
mengetahui dan memahami permasalahan
penelitian.
Untuk pemahaman lebih jauh,
Menurut Moleong penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian, misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
lain- lain, secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah. 10
Penelitian ini dilakukan di Kota
Malang. Fokus lokasi penelitian adalah
Kantor Kemenag Kota Malang sebagai
penyelenggara ibadah haji, kantor KBIH,
dan tempat tinggal masyarakat sebagai
informan pendukung penelitian. Teknik
pemilihan informan ini dilakukan secara
purposive (sengaja) untuk mengambil data
dan mendapatkan informasi sebanyakbanyaknya secara langsung dan nyata.
Penelitian ini memerlukan informan yang
mempunyai pemahaman yang berkaitan
langsung dengan masalah penelitian guna
memperoleh data yang lebih akurat. Oleh
sebab itu, informan yang dimaksud adalah
sebagai berikut : Informan Kunci (Key
Informan) adalah Kementerian Agama
(Kemenag). Informan Pendukung adalah
masyarakat yang menjadi jamaah haji yang
terlibat dan merasakan pelayanan yang
Kemenag berikan. Informan Tambahan
adalah Kelompok Bimbingan Ibadah Haji
(KBIH) di Kota Malang yang menjadi
mitra pemerintah dalam hal pembinaan
khusunya pemberian bimbingan ibadah
haji kepada Calon Jamaah Haji.
Tekhnik Pengumpulan data melalui
wawancara langsung secara mendalam

10

Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kua lita tif Edisi
Revisi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2005. Hal.5

menggunakan panduan wawancara, buku
catatan, kamera, dan alat perekam suara.
Selain itu dengan melakukan studi
dokumentasi, dengan membaca dan
memeriksa dokumen secara sistematis
bentuk-bentuk
komunikasi
yang
dituangkan secara tertulis dalam bentuk
dokumen secara obyektif. Serta studi
literatur digunakan untuk mencari referensi
teori yang relevan dengan kasus atau
permasalahan yang ditemukan. Adapun
pengolahan data dilakukan melalui tahapan
reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Analisis
Peran
Negara
Penyelenggaraan Ibadah Haji

dalam

Kebijakan Penyelenggaraan Ibadah
Haji merupakan Kebijakan Publik yang
bersifat makro atau umum, atau mendasar.
Kemenag Kota Malang menyelenggarakan
Ibadah Haji sesuai dengan Keputusan
Menteri Agama RI Nomor 373 tahun 2002
tentang organisasi dan tata kerja kantor
wilayah departemen agama provinsi dan
kantor departemen agama kabupaten/kota.
“Pada pasal 81 berisi bahwa Kantor
Departemen Agama kabupaten/kota adalah
instansi vertikal departemen agama yang
berada dibawah dan bertanggung jawab
langsung kepada kepala kantor wilayah
departemen agama provinsi”. Dengan
keputusan tersebut, seluruh tugas dan
fungsi Kemenag Kota Malang mengenai
Ibadah Haji berdasarkan kebijakan kepala
kantor Kemenag wilayah provinsi jawa
timur. Untuk itu, Kemenag Kota Malang
tak dapat mengganti atau merubah
pelayanan sesuai dengan kebutuhan
jamaah haji pada daerah. Ruang gerak
meraka sempit karena hanya bisa
melaksanakan perintah dari pusat, tanpa
adanya wewenang lebih jauh.

6

Menurut Irfan Sangadji 11 , Birokrasi
pada dasarnya merupakan alat pemerintah
yang
bekerja
untuk
kepentingan
masyarakat secara keseluruhan. Dalam
posisi demikian, maka tugas birokrasi
adalah merealisasikan setiap kebijakan
pemerintah dalam pencapaian kepentingan
masyarakat. Sebagai alat pemerintah, jelas
birokrasi tidak mungkin netral dari
pengaruh pemerintah. Akan tetapi hal ini
tidak berarti bahwa birokrasi tidak
memiliki kemandirian. Justru karena
tugasnya sebagai alat pemerintah yang
bekerja untuk kepentingan masyarakat
inilah, maka diperlukan kemandirian
birokrasi. Di sinilah letak seninya aparat
birokrasi itu. seperti dicitrakan dalam
konsep “Hegelian Bureucracy”, birokrasi
seharusnya menempatkan dirinya sebagai
mediating
agent ,
jembatan
antara
kepentingan
masyarakat
dengan
kepentingan pemerintah. 12 Untuk itu,
Kemenag Kota Malang telah menjalankan
tugasnya sebagai penyelenggara Ibadah
Haji di daerah. Mereka menyampaikan
kebijakan terbaru dan perubahan kebijakan
kepada masyarakat. Salah satunya yaitu
fenomena kebijakan pengurangan kuota
jamaah haji Indonesia oleh Pemerintah
Kerajaan Arab Saudi sebesar 20% yang
disebabkan karena adanya perbaikan
Masjidil Haram.
Lebih jelasnya, peran Negara
terdapat dalam 3 (tiga hal) penting yang
telah disebutkan dalam UU No. 13 Tahun
2008, yaitu Pemerintah berperan dalam
Pelayanan, Pembinaan, dan Perlindungan
bagi Jamaah Haji. Berikut
peran
Pemerintah dalam Penyelenggaraan Ibadah
Haji dipaparkan dibawah ini.
1. Pelayanan Ibadah Haji
Pelayanan Ibadah Haji diawali
dengan sosialisasi mengenai kebijakan
Penyelenggaraan Ibadah Haji agar

11
12

Ibid., Hal. 30
Ibid.,

dipahami oleh masyarakat luas sehingga
mereka mendapatkan informasi yang jelas
mengenai pelaksanaan ibadah haji yang
diberikan oleh Kemenag Kota Malang.
Diantaranya informasi mengenai jadwal
dan alur pendaftaran, besarnya Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH),
bimbingan manasik haji, serta proses
perjalanan ibadah haji.
Fenomena yang terjadi pada
Penyelenggaraan Ibadah Haji tahun 2013
yaitu adanya pemotongan kuota jamaah
haji sebesar 20%. Dalam melaksanakan
tugasnya, Kemenag Kota Malang mengacu
pada Keputusan Menteri Agama (KMA),
Peraturan Menteri Agama (PMA), dan
Undang-Undang
yang
berlaku.
Pengumuman atas kebijakan pengurangan
kuota jamaah haji ini disampaikan melalui
KMA RI Nomor 121 Tahun 2013 tentang
penetapan kuota haji tahun 1434H/2013M
yang menetapkan kuota haji nasional
sejumlah 168.800 (seratus enam puluh
delapan ribu delapan ratus) orang yang
terdiri dari kuota haji regular sebanyak
155.200 (seratus lima puluh lima ribu dua
ratus) orang dan kuota haji khusus
sebanyak 13.600 (tiga belas ribu enam
ratus) orang.
Penyampaian sosialisasi atas KMA
Nomor 121 tahun 2013 kepada jamaah haji
dilaksanakan
sesuai
dengan
hasil
musyawarah
bersama,
sosialisasi
pengurangan kuota tersebut dilakukan
melalui surat resmi yang diberikan dari
Kemenag Kota Malang kepada calon
jamaah haji. Pengurangan kuota ini jelas
memberikan
kekecewaan
terhadap
beberapa pihak, dan semakin panjangnya
daftar tunggu keberangkatan Ibadah Haji.
Namun hal ini dilaksanakan demi menjaga
keselamatan dan kenyamanan terhadap
jamaah haji saat berada di Masjidil Haram.
Diungkapkan oleh beberapa jamaah haji
bahwa pemotongan kuota ini membuat
fasilitas yang didapat menjadi lebih
longgar karna berkurangnya jumlah
jamaah, saat perjalanan menjadi lebih

7

tertib dan teratur. Bagi pemerintahpun
proses pengawasan lebih mudah dengan
jumlah jamaah yang lebih sedikit.
Berbeda dengan Proses sosialisasi
pendaftaran ibadah haji. Hal tersebut
diberikan kepada jamaah melalui Kantor
Urusan Agama (KUA) pada setiap
kecamatan di Kota Malang kemudian
mereka meneruskan kepada jamaah di
kecamatan masing- masing. Hal serupa
diberlakukan
kepada
Kelompok
Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) agar
semakin
banyak
masyarakat
yang
mengetahui informasi ini. Selain itu,
pendaftaran haji diketahui masyarakat luas
juga dengan pengajian dan arisan atau
acara masyarakat yang diadakan secara
swadaya, disana masyarakat saling
bertukar informasi haji yang pernah
diikuti. Tetapi, masyarakat Kota Malang
sebagian besar mendapatkan informasi
secara langsung dan datang ke Kantor
Kemenag Kota Malang untuk bertanya
lebih jauh mengenai Penyelenggaraan
Ibadah Haji pada saat jam kerja.
Untuk sosialisasi pada media massa
tidak
dilakukan
oleh
Kemenag
Kota/Kabupaten, hal itu dilakukan oleh
Kemenag Pusat. Akhirnya pada website
www.kemenagkotamalang.net dan media
sosial dari Kemenag Kota Malang tidak
ada upaya promosi yang dikeluarkan.
Seandainya media online ini diberdayakan,
akan banyak manfaat yang didapat oleh
masyarakat maupun pemerintah. Antara
lain, Sumber informasi semakin mudah
didapat dan menghemat waktu karena
tidak perlu bolak-balik ke Kantor
Kemenag sehingga mengakses informasi
bisa dari mana saja.
Kemenag Kota Malang membuka
pendaftaran ibadah haji sepanjang tahun
dengan motto first come first served, jadi
bagi calon jamaah yang datang pertama
akan dilayani pertama. Hal ini dirasakan
oleh jamaah yang mendaftar langsung
pada kantor Kemenag Kota Malang,

mereka langsung dilayani dan suasana
tempat pendaftaran yang sepi tidak
membutuhkan waktu yang lama dalam
proses pendaftaran. Pada lingkungan
Kantor Kemenag Kota Malang dalam
proses pendaftaran tidak ditemukan calo
pendaftaran yang berkeliaran, dari hasil
wawancara membuktikan bahwa calon
jamaah haji tidak melihat dan tidak
ditawari calo.
1. Pembinaan Bimbingan Ibadah Haji
Kemenag
Kota
Malang
melaksanakan bimbingan ibadah haji
sesuai dengan Buku Paket Bimbingan Haji
agar
menghasilkan
kesamaan
dan
keselarasan dalam pembinaan seluruh
jamaah. Seluruh jamaah diberikan buku
tersebut
sebagai
panduan
dalam
pelaksanaan Ibadah haji. Jamaah haji akan
mendapatkan bimbingan dengan materi
secara teoritis dan praktis. Materi
bimbingan diberikan melalui dua cara
penyampaian, yaitu dengan bimbingan
massal dan bimbingan kelompok.
Untuk memaksimalkan bimbingan
yang diberikan, Kemenag Kota Malang
menyediakan fasilitas sarana dan prasarana
bimbingan yang lengkap. Lokasi yang
digunakan dipilih sesuai dengan kapasitas
jamaah dan pastinya nyaman bagi jamaah
yang berjumlah besar. Lokasi yang
digunakan yaitu Gedung Samantha Krida
Universitas Brawijaya dan Gelanggang
Olah Raga (GOR) Ken Arok. Peralatan
yang digunakan dalam penyampaian
materi adalah televisi, VCD Player, LCD
proyektor, Sound System, Maket Ka‟bah
dan Masjidil Haram. Pemberian fasilitas
ini dimaksudkan agar calon jamaah haji
mendapatkan pemahaman yang jelas
mengenai isi dan makna ibadah haji, dan
memiliki gambaran nyata suasana serta
kondisi di Mekkah.
Program pembinaan tidak hanya
dilakukan oleh Kemenag Kota Malang,
tetapi juga melibatkan kekuatan-kekuatan

8

yang ada di masyarakat yang tergabung
dalam Kelompok Bimbingan Ibadah Haji
(KBIH). Jamaah haji Kota Malang
sebanyak 98% telah bergabung kedalam
KBIH yang tersebar. Hal ini berarti
Kemenag responsif terhadap kebutuhan
dan aspirasi para calon jamaah yang diberi
pelayanan.

jamaah haji telah berada di tanah suci.
Dalam hal ini Kemenag Kota Malang
mendapatkan Informasi dari petugas Tim
Pemandu Haji Indonesia (TPHI) mengenai
informasi terbaru jamaah haji. Untuk
perlindungan dan pengamanan terhadap
jamaah haji di tanah suci menjadi
tanggung jawab Kemenag RI.

Peran KBIH dalam pembinaan yaitu
menjadi jembatan antara jamaah haji dan
Kemenag
Kota
Malang
sebagai
penyelenggara.
Dimana
KBIH
memberikan bantuan dalama proses
pendaftaran, melakukan sosialisasi tentang
ketentuan-ketentuan perhajian, menyusun
buku panduan bimbingan
yang
berpedoman pada pola bimbingan yang
ditetapkan oleh Direktur Pembinaan Haji,
Melaksanakan bimbingan dan pelatihan
ibadah haji di tanah air dan di Arab Saudi,
menyediakan
pembimbing
dalam
rombongan, dan membantu petugas haji
dalam
pelaksanaan
penyelenggaraan
ibadah haji. Oleh karena itu, keberadaan
KBIH sangat dibutuhkan oleh jamaah haji
sebagai salah satu tempat pembinaan yang
memberikan kesempatan lebih luas untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai
manasik haji.

Kasus yang setiap tahun terjadi
adalah jamaah tersesat dijalan/terpisah dari
rombongan. Ada beberapa modus tersesat
yakni tidak tahu jalan kembali pulang
setelah dari masjid, tidak tahu jalan
kembali ke kemah saat pulang dari jamarat
di Mina. Hal ini dapat terjadi karena
lingkungan atau tempat relatif baru
dikenal, jamaah sudah lanjut usia, jemaah
kurang jeli untuk memahami lingkungan
dan jalan menuju masjid maupun arah
kembalinya. Selain itu, kehilangan uang,
barang, dan dokumen menimpa beberapa
jamaah. Modus yang dialami berbeda,
antara
lain
pencurian,
penipuan,
perampasan, pencopetan, dan kelalaian
jamaah.

2. Perlindungan Ibadah Haji
Perlindungan jamaah haji diarahkan
agar jamaah
memperoleh jaminan
keselamatan dan keamanan, baik di Tanah
Air maupun Arab Saudi.
Untuk
memberikan perlindungan, setiap jamaah
haji diberikan Asuransi Jiwa Syariah
Amanah Ghita yang dibayarkan melalui
dana optimalisasi BPIH. Jamaah Haji Kota
Malang yang meninggal dunia hanya satu
orang, bernama Wati Teguh Saten yang
tergabung pada kloter 48 disebabkan
karena
gangguan
pernapasan
usai
selesaikan
ibadah
haji.
Jasadnya
dimakamkan di Suroya Mekkah.
Permasalahan
dalam
hal
perlindungan seringkali muncul pada saat

Dari
hasil
temuan
diatas,
Penyelenggaraan Ibadah Haji merupakan
pelayanan yang diberikan oleh Kemenag
Kota Malang yang bertujuan untuk
memberikan kepuasan kepada calon
jamaah haji. Dalam pencapaian tujuan dan
proses penyelenggaraan, Kemenag harus
menyelenggarakan sesuai dengan asas-asas
pelayanan publik. Berikut hasil analisis
mengenai Penyelenggaraan Ibadah Haji
sesuai dengan asas-asas pelayanan publik
berdasarkan
Keputusan
Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63 tahun 2003:
a. Transparansi
Transparansi memiliki arti yaitu
bersifat terbuka, mudah, dan dapat
diakses oleh semua pihak yang
membutuhkan dan disediakan secara
memadai dan mudah dimengerti.
Kemenag
Kota
Malang
telah
menginformasikan
Penyelenggaraan

9

Ibadah
Haji
melalui
lembaga
pemerintahan
maupun
non
pemerintahan yang dapat mengelola
ibadah haji. Informasi disebarkan
melalui KUA, KBIH, Tours and Travel,
dan Perkumpulan Masyarakat. Pada
Kantor Kemenag Kota Malang telah
tersedia papan informasi mengenai alur
pendaftaran Ibadah Haji dengan tujuan
untuk memberikan informasi kepada
masyarakat yang datang ke kantor.
Untuk mekanisme pengaduan atau
pemberian keluhan, calon jamaah haji
langsung datang ke Kantor Kemenag
Kota Malang, atau melalui KBIH yang
diikutinya kemudian baru disampaikan
ke Kemenag. Seharusnya Kemenag
dapat menyediakan layanan bebas pulsa
atau menjadikan website, email, media
sosial sebagai sarana komunikasi antara
masyarakat dan pemerintah.
Dalam
meningkatkan
arus
informasi, Kemenag Kota Malang
mengadakan
pertemuan
dengan
masyarakat untuk mensosialisasikan
tekhnis Penyelenggaraan Ibadah Haji,
dengan hal ini Kemenag Kota Malang
telah
memiliki
inisiatif
untuk
memberikan
informasi
kepada
masyarakat,
tidak
apatis
hanya
membiarkan
masyarakat
mencari
informasi ke kantor saja. Penyediaan
Informasi dapat dipenuhi Kemenag
Kota Malang melalui cara-cara tersebut.
b. Akuntabilitas
Tujuan
akuntabilitas
untuk
menciptakan
kepercayaan
publik
terhadap Penyelenggaraan Ibadah Haji,
untuk mewujudkannya maka Kemenag
Kota Malang harus memahami bahwa
mereka
harus
mempertanggungjawabkan hasil kerja
kepada publik. Kemenag Kota Malang
memiliki visi dan misi dalam
melaksanakan penyelenggaraan Ibadah
Haji, khususnya Seksi Haji dan Umroh.
Visi dan misi tersebut ditetapkan dalam
Rencana Strategis Kemenag tahun

2010-2014 melalui Keputusan Menteri
Agama (KMA) No. 7 tahun 2010.
Selain itu, Kemenag Kota Malang
memiliki acuan kerja secara tertulis
yang terdapat dalam Peraturan Menteri
Agama dan Keputusan Menteri Agama,
yang dijalankan sesuai dengan visi misi
organisasi. Hal-hal tersebut digunakan
instansi pemerintah dalam memenuhi
kewajiban untuk mempertanggung
jawabkan keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan misi organisasi.
Berdasarkan wawancara dengan
Kepala Seksi Haji dan Umroh Kemenag
Kota Malang, bahwa mereka tidak
pernah
membuat
laporan
pertanggungjawaban penyelenggaraan
ibadah haji. Hal tersebut merupakan
salah satu tugas dari Seksi Haji dan
Umroh adalah melakukan evaluasi dan
menyusun
laporan
di
bidang
penyelenggaraan haji dan umroh. Pada
kenyataannya, sebuah Laporan Evaluasi
Penyelenggaraan Ibadah Haji tahun
1434H/2013M telah dikeluarkan oleh
Kemenag RI dan dapat diakses pada
website resmi Kemenag. Oleh karena
itu, terkesan ada sesuatu yang ditutuptutupi oleh Kemenag Kota Malang
terkait
dengan
isi
laporan
pertanggungjawaban.
c. Partisipatif
Peran serta masyarakat menjadi
sangat penting dalam proses pelayanan
publik yang diberikan oleh Pemerintah
dengan
memperhatikan
aspirasi,
kebutuhan dan harapan masyarakat.
Tingkat kehadiran masyarakat dalam
program bimbingan rendah karena
banyak dari jadwal yang dibuat oleh
Kemenag Kota Malang pada hari kerja,
sehingga bagi karyawan tidak dapat
mengikuti. Ditambah lagi dengan
tingkat kepercayaan jamaah haji pada
KBIH yang mereka ikuti, dan
mempercayakan bimbingan hanya
kepada KBIH sedangkan bimbingan
yang diberikan Kemenag Kota Malang

10

hanya sesekali diikuti. Menurut jamaah
haji, bimbingan diantara kedua pihak
tersebut tidak terlalu jauh berbeda, tapi
kelebihan dari KBIH yaitu memberikan
bimbingan lebih intensif.
Pada proses pendaftaran pun calon
jamaah haji banyak yang mengandalkan
KBIH, sehingga tidak merasakan secara
langsung peran yang diberikan oleh
Kemenag
Kota
Malang.
Pada
kenyataannya dalam memperbaiki
layanannya Kemenag Kota Malang
membutuhkan partisipasi masyarakat
dalam setiap pelayanan agar dapat
menilai dan
mengkritik
kinerja
pelayanan publik dari pemerintah.
Untuk
mengevaluasi pelayananya,
Kemenag Kota Malang memberikan
quesioner kepada jamaah haji untuk
menemukan sebuah konsep pelayanan
yang lebih baik dan sesuai dengan
harapan jamaah haji.
5.2 Hambatan Penyelenggaraan Ibadah
Haji di Kota Malang tahun 2013
Penyelenggaraan Ibadah Haji telah
dilaksanakan oleh Kemenag Kota Malang
dengan semaksimal mungkin, namun
terdapat beberapa hambatan dalam
pelaksanaannya. Hambatan ini muncul dari
Kemenag Kota Malang, Jamaah Haji, dan
KBIH yang tersebar di Kota Malang.
Berikut hambatan pada Penyelenggaraan
Ibadah Haji tahun 2013:
a. Adanya Pemotongan Kuota 20%
Pemotongan Kuota 20% yang
diberikan oleh pemerintah Arab Saudi
disebabkan karena adanya perbaikan
Masjidil Haram. Untuk Indonesia,
pengurangan kuota akan dilakukan
proposional
di
setiap
provinsi,
kabupaten kota, maupun haji reguler
dan khusus. Begitu pula yang dialami
Kota
Malang
yang
hanya
memberangkatkan 914 calon jamaah
haji. Informasi atas pemotongan kuota
ini terkesan mendadak, sehingga

mengagetkan
sejumlah
pihak,
khususnya jamaah haji dan KBIH.
Padahal
seharusnya
sosialisasi
mengenai pembatalan
ini dapat
disampaikan lebih cepat.
Selain kekecewaan dari KBIH dan
calon jamaah haji yang ditunda
keberangkatannya,
akibat
dari
pemotongan
kuota
ini
negara
mendapatkan kerugian yang berasal
dari pembatalan tiket pesawat yang
telah dipesan, pemberian kompensasi
terhadap para calon jamaah haji yang
tertunda
keberangkatanya,
dan
bertambah panjangnya daftar tunggu
keberangkatan ibadah haji.
b. Daftar Tunggu Keberangkatan Ibadah
Haji
Permasalahan daftar tunggu selalu
muncul setiap tahunnya. Kuota jamaah
haji yang diberangkatkan tidak mampu
menampung jumlah jamaah haji yang
ingin naik haji. Daftar tunggu jamaah
haji di Kota Malang saat ini hingga 15
tahun, jika mendaftar tahun 2014 maka
jadwal keberangkatan pada tahun 2029.
Berangkat haji tanpa perlu menunggu
lama menjadi harapan masyarakat
sekarang ini, karena jamaah yang
berangkat haji berada pada usia sepuh
dan kondisi fisik yang lemah.
Mendaftarpun menjadi beban psikologis
bagi jamaah haji dan was-was karna
usia semakin bertambah. Usia lanjut
jamaah akan menghambat proses
mereka melaksanakan ibadah haji di
Mekkah, selain itu proses penyerapan
bimbingan
yang diberikan oleh
Kemenag Kota Malang dan KBIH tidak
maksimal karna kemampuan mereka
menurun, sehingga saat di Mekkah
timbul masalah.
Penyebab meningkatnya daftar
tunggu ini salah satunya karena adanya
dana talangan yang diberikan oleh bank
konvensional terhadap jamaah haji. Jadi

11

bagi jamaah yang belum memiliki
rekening
tabungan
sebesar
Rp.
25.000.000,- sesuai dengan ketentuan
dari Kemenag, maka dapat meminjam
pada bank
yang diikuti agar
mendapatkan
porsi
haji
untuk
pendaftaran lebih lanjut. Oleh karena
itu, walaupun jamaah belum memiliki
sejumlah uang tapi dapat memiliki porsi
haji dan akan memperpanjang daftar
tunggu jamaah haji.
c. Beragamnya Karakteristik Jamaah Haji
Jamaah yang hampir mencapai
seribu orang merupakan tantangan bagi
Kemenag
Kota
Malang
untuk
menyelenggarakan
Ibadah
Haji.
Berbagai macam masalah muncul saat
begitu banyak manusia dengan beragam
sifat dan kemauan berbaur selama
beribadah haji. Mulai dari sosialisasi,
ada jamaah yang aktif mencari
informasi mengenai pendaftaran, ada
pula yang pasif dan menunggu
informasi dari Kemenag Kota Malang.
Sikap seperti ini menghambat arus
informasi, sehingga penyebaran berita
tidak merata. Untuk pembinaan, proses
pembimbingan
dilakukan
dengan
metode layaknya perkuliahan. Jumlah
jamaah terlalu besar dengan beragam
latar belakang tidak dapat disamakan
dan dimasukkan dalam kelas yang
sama.
karena
pada
dasarnya
kemampuan mereka berbeda, ada yang
petani, lulusan SD, SMP, SMA, hingga
profesor. Akibatnya, kualitas jamaah
yang melakukan pembinaan jelas
berbeda antara satu dan yang lainnya.
d. Sulitnya Dana Tabungan Haji untuk
Pendamping KBIH
Keberadaan KBIH sebagai mitra
pemerintah
dalam
memberikan
bimbingan
ibadah
haji
sangat
bermanfaat. KBIH merupakan sebuah
organisasi dakwah yang bertugas untuk
membimbinga para calon jamaah haji

agar dapat melaksanakan ibadah haji
sesuai dengan syarat dan rukun haji dan
nantinya akan menjadi haji yang
mabrur. KBIH secara organisatoris
merupakan sub ordinat dari Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH).
Jumlah jamaah haji Kota Malang yang
mengikuti KBIH sekitar 98%, hampir
seluruh jamaah haji mendaftarkan diri
mereka untuk sebuah bimbingan yang
lebih intens. Oleh karena itu, KBIH
sangat berperan penting dalam proses
pembimbingan.
Untuk melaksanakan program
pembinaan hingga ke tanah suci, KBIH
harus menyediakan dana sekitar Rp
150.000.000,untuk
1
orang
pendamping. Dana tersebut digunakan
untuk membuka tabungan haji dan
mendapatkan porsi haji untuk 6 (enam)
tahun mendatang. Pendamping yang
berasal dari KBIH harus mendaftar
layaknya jamaah haji lainnya, Jika tidak
maka
pendamping
tidak
dapat
diberangkatkan. Besarnya pembiayaan
ini membuat KBIH keberatan dan
hanya mampu membayar maksimal 6-7
tahun
musim
haji
selanjutnya.
Sedangkan
jamaah
haji
tetap
membutuhkan bimbingan hingga di
tanah suci.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Calon jamaah haji Indonesia belum
mampu melaksanakan Ibadah Haji
secara mandiri, sehingga membutuhkan
peran
Kemenag
untuk
menyelenggarakan ibadah haji agar
lebih tertib, teratur, dan aman. Sesuai
dengan UU Republik Indonesia Nomor
13 tahun 2008 dan PMA Nomor 13
tahun 2012.
2. Peran Negara dalam Penyelenggaraan
Ibadah Haji yaitu, Kemenag Kota
Malang bertanggung jawab atas 3 (tiga)
hal utama, yaitu Pelayanan, Pembinaan

12

dan Perlindungan terhadap jamaah haji.
Adanya peran negara ini memberikan
dampak yang positif bagi masyarakat
dalam hal keagamaan, masyarakat
mendapatkan kepastian untuk berangkat
beribadah haji serta hak dan kewajiban
mereka
sebagai
warga
negara
mendapatkan
perlindungan
dari
pemerintah.
3. Penyelenggaraan Ibadah Haji di Kota
Malang tahun 2013 berjalan kurang
maksimal
dengan
ditemukannya
beberapa hambatan walaupun Kemenag
Kota Malang telah menyelenggarakan
dengan semaksimal mungkin. Hal
tersebut terbukti dengan hasil analisis
menggunakan asas pelayanan publik.
Saran
1. Memberikan layanan bebas pulsa dan
menggunakan media sosial dalam
proses sosialisasi.
2. Bimbingan Ibadah Haji sebaiknya
diserahkan kepada KBIH seutuhnya.
3. Mengadakan kegiatan olahraga seperti
senam bersama sehingga kemampuan
fisik jamaah haji dapat ditingkatkan.
4. Sebaiknya dana talangan haji yang
bekerjasama dengan Bank Penerima
Setoran BPIH dihapuskan.
5. Meningkatkan partisipasi jamaah haji.
6. Memberikan kuota khusus bagi
pendamping yang berasal dari KBIH.

DAFTAR RUJUKAN
Anonim. Jumlah Jamaah Sandal J epit
Indonesia
Berkurang
Drastis.
Diakses pada www.republika.co.id
pada tanggal 3 januari 2014.
Arif, M.S. 1996. Organisa si dan
Manajemen. Jakarta: Kaunika Press.
Hardiansyah. 2011. Kua litas Pelayanan
Publik Konsep, Dimensi, Indikator,
dan Implementasinya. Yogyakarta:
Gava Media.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodelogi
Penelitian Kualitatif Edisi Revisi,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Offset.
Nugroho, Riant. 2009. Public Policy (Edisi
Revisi). Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Said,

Mas‟ud. 1996. Debirokratisasi
Birokrasi Indonesia. Malang: UMM
Press.

Sangadji, Irfan. 2010. Birokrasi dan
Partisipasi Publik dalam Pela yanan
Publik di Bidang Kesehatan (Studi
Pelayanan Kesehatan di Kotamadya
Ambon).
Jakarta:
Universitas
Indonesia.
Sinambela, Lijan Poltak. 2006. Reformasi
Pelayanan Publik. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.