INFLASI DAN KEBIJAKAN MONETER teori

INFLASI DAN KEBIJAKAN MONETER
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro
Oleh:
1. Titi Puspitasari

155030200111001

2. Laili Fitria N.

155030200111006

3. Apasari Meirani J.

155030207111004

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
Ilmu Administrasi Bisnis
Oktober 2016


BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam
suatu perekonomian. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terdapat kenaikan harga umum secara
terus-menerus. Jadi, bukan harga satu atau dua acam barang saja, melainkan kenaikan harga dari
sebagian besar barang dan jasa, dan pula bukan hanya satu atau dua kali kenaikan harga secara
terus menerus.
Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal ini dikarenakan
inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan produktifitas ekonomi investasi, kenaikan
biaya modal, dan ketidakjelasan ongkos serta pendapatan di masa yang akan datang. Keberadaan
permasalahan inflasi dan tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi
perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter .
Maka dari itu munculah kebijakan moneter, Kebijakan moneter adalah upaya untuk
mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap
mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas
Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang
agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam
pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun

tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi
dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila
mengalami kesulitan likuiditas.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka akan di rumuskan beberapa permasalahan yang di
tuangkan dalam bentuk pertanyaan yaitu:
1.
2.
3.
4.

Apa penyebab dan dampak inflasi?
Apa saja jenis inflasi?
Bagaimana menanggulangi inflasi?
Apa saja kebijakan moneter yang biasa diterapkan pemerintah?

TUJUAN PENULISAN
Penulisan ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1.


Untuk mengetahui bagaimana inflasi bias terjadi

2.

Untuk mengetahui cara mengelola mengatasi inflasi

3.

Untuk mengetahui bagaimana kebijakan moneter pemerintas dalam mengatasi inflasi

MANFAAT PENULISAN
Penulisan ini memberi manfaat antara lain :
1. Bagi penulis :
a) Memberikan wawasan dan pengalaman dalam menyusun makalah.
b) Mampu memahami apa itu inflasi dan kebijakan moneter.
2. Bagi pembaca :
a) Memberi informasi mengenai apa itu inflasi dan penangannya
b) Memberi informasi bagaimana kebijakan moneter pemerintah mengenai inflasi


BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN INFLASI
Yang dimaksud dengan Inflasi adalah suatu keadaan dimana terdapat kenaikan harga
barang atau jasa umum secara terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang
disebabkan oleh berbagai faktor baik konsumsi masyarakat yang meningkat, kelebihan
likuiditas, hingga ketidaklancaran proses distribusi barang. Dengan kata lain inflasi bias dikatan
proses penurunan nilai mata uang secara kontinu. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja
tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan
kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain.
Kenaikkan harga-harga karena, misalnya musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang
terjadi sekali saja (dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan) tidak disebut inflasi. Kenaikan harga
semacam ini tidak dianggap sebagai masalah atau penyakit ekonomi dan tidak memerlukan
kebijaksanaan khusus menanggulanginya.
Perkataan “kecenderungan” dalam definisi inflasi perlu digaris bawahi. Kalau seandainya
harga-harga dari sebagian besar barang diatur atau ditentukan oleh pemerintah, maka harga-harga
yang dicatat oleh biro statistik mungkin tidak menunjukkan kenaikan apapun (Karena yang
dicatat adalah harga-harga “resmi” pemerintah ). Tetapi mungkin dalam realita ada

kecenderungan bagi harga-harga untuk terus naik. Keadaaan seperti ini tercermin dari, misalnya,
adanya harga-harga “bebas” atau harga-harga “tidak bebas” yang lebih tinggi dari harga-harga
“resmi” dan yang cenderung naik.

PENYEBAB INFLASI
Setiap negara pasti mengalami inflasi, inflasi yang terjadi dapat disebabkan oleh faktor
yang berbeda-beda. Beberapa penyebab inflasi diantaranya bisa disebabkan oleh sektor eksporimpor, tabungan atau investasi, pengeluaran dan penerimaan negara, sektor pemerintah dan
swasta. Untuk lebih jelasnya, perhatikan beberapa uraian berikut:

1. Inflasi Karena Kenaikan Permintaan (Demand Pull Inflation)

Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan permintaan untuk beberapa jenis
barang. Dalam hal ini, permintaan masyarakat meningkatkan secara agregat
(aggregate demand). Peningkatan permintaan ini dapat terjadi karena peningkatan
belanja pada pemerintah, peningkatan permintaan akan barang untuk diekspor, dan
peningkatan permintaan barang bagi kebutuhan swasta. Kenaikan permintaan
masyarakat (aggregate demand) ini mengakibatkan harga-harga naik karena
penawaran tetap.
.
2. Inflasi Karena Biaya Produksi (Cos Pull Inflation)

Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi. Kenaikan pada
biaya produksi terjadi akibat karena kenaikan harga-harga bahan baku, misalnya
karena keberhasilan serikat buruh dalam menaikkan upah atau karena kenaikan harga
bahan bakar minyak. Kenaikan biaya produksi mengakibatkan harga naik dan
terjadilah inflasi.
3. Inflasi Karena Jumlah Uang Yang Beredar Bertambah
Teori ini diajukan oleh kaum klasik yang mengatakan bahwa ada hubungan antara
jumlah uang yang beredar dan harga-harga. Bila jumlah barang itu tetap, sedangkan
uang beredar bertambah dua kali lipat maka harga akan naik dua kali lipat.
Penambahan jumlah uang yang beredar dapat terjadi misalnya kalau pemerintah
memakai sistem anggaran defisit. Kekurangan anggaran ditutup dengan melakukan
pencetakan uang baru yang mengakibatkan harga-harga naik.
Dari penyebab inflasi di atas dapat kita simpulkan bahwa pengendalian jumlah
uang yang beredar di masyarakat dan keseimbangan antara permintaan dan penawaran
barang merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menekan inflasi.
DAMPAK INFLASI
Setelah mengetahui mengenai inflasi, Inflasi sebagai suatu gejala ekonomi tentunya akan
memiliki dampak terhadap kegiatan ekonomi masyarakat. Untuk membahas ini tentunya terlebih
dahulu kita ingat kembali tentang kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi terdiri atas kegiatan
konsumsi, produksi dan distribusi. Adapun dampak inflasi dapat dijelaskan di bawah ini:

Dampak Positif Inflasi
1. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi
2. Produksi akan diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifisme dapat ditekan
3. Tingkat pengangguran cenderung menurun karena masyarakat akan tergerak untuk
melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha
4. Bagi pengusaha barang-barang mewah (high end) yang mana barangnya lebih laku pada
saat harganya semakin tinggi (masalah prestise)

Dampak Negatif
1. Orang
2.

3.
4.

5.

6.

7.


menjadi
tidak
bersemangat kerja,
menabung,
atau
mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat.
Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawanswasta serta
kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup
mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Distribusi barang relative tidak stabil dan terkonsentrasi dalam jangka pangjang akan
membangkrutkan produsen.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil
contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 atau tiga belas tahun
kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya,
uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilaimata uang semakin
menurun. Memang tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas

bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha
dan investasi akan sulit berkembang. Karena untuk berkembang dunia usaha
membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena
pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada
saat meminjam.
Bagi produsen, inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya
merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen
bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan bila tidak sanggup
mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi
pada pengusaha kecil).

8. Dampak Inflasi Terhadap Ekspor. Pada keadaan inflasi, daya saing untuk barang ekspor
berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor semakin mahal.
Inflasi dapat menyulitkan para eksportir dan negara. Negara mengalami kerugian karena
daya saing barang ekspor berkurang, yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang.
Devisa yang diperoleh juga semakin kecil.
Secara umum inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,
mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif,
kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran,

dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat
JENIS-JENIS INFLASI

Berdasarkan Sifatnya
1.Inflasi merayap (creeping inflation)
Ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% per tahun). Kenaikan harga
berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif
lama.
2. Inflasi menengah (galloping inflation)
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar, (biasanya double digit atau bahkan
triple digit) dan kadang kala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai
sifat akselerasi. Artinya, harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu
dan seterusnya. Efeknya terhadap perekonomian lebih berat daripada inflasi yang
merayap (creeping inflation).
3. Inflasi tinggi (hyper inflation)
Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai lima atau enam
kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Nilai uang merosot
dengan tajam, sehingga ingin ditukarkan dengan barang. Perputaran uang makin cepat,
harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami
defisit anggaran belanja (misalnya ditimbulkan oleh adanya perang) yang

dibelanjai/ditutup dengan mencetak uang.
Berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku
1. Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat.
Kesempatan kerja yang tinggi mencipkan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya
menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang
dan jasa.

Grafik menunjukkan hubungan antara harga barang (P), jumlah yang diminta dan
ditawarkan (Q) dan keseimbangan harga (E). Terjadinya Demand Pull Inflation ketika

permintaan akan barang dan jasa meningkat, maka kurva permintaan total (D) bergeser
dari D1D1 ke D2D2. Ketika itu para pedagang akan mengambil keuntungan dengan
menaikkan harga barang dari P1 ke P2. Sehingga pada saat itu, terjadi inflasi dan
menimbulkan harga keseimbangan baru dari E1 ke E2.
Contoh kasus:
Mendekati hari raya Idul Fitri, masyarakat berbondong-bondong ke pasar atau mall untuk
membeli baju lebaran. Ketika sebelum lebaran harga baju tersebut Rp 50.000,00. Karena
pedangang mengambil kesempatan itu untuk memperoleh laba yang lebih tinggi, maka
pedagang menaikkan menjadi Rp 75.000,00 dan menambah pasokan barang yang dijual.
Mau tidak mau sang pembeli menyetujuinya meskipun harganya lebih tinggi Rp
25.000,00. Kejadian seperti ini dikatakan sebagai Demand Pull Inflation.
2. Inflasi Desakan Biaya
inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya produksi. Biaya produksi yang naik akan
mendorong naiknya harga-harga barang dan jasa. Selain itu, kenaikan biaya produksi
akan mengakibatkan turunnya jumlah produksi sehingga penawaran menjadi berkurang,
jika penawaran berkurang sedangkan permintaan diasumsikan tetap, maka akibatnya
harga-harga akan naik.

Grafik diatas menunjukkan perilaku produsen ketika menghadapi situasi dimana harga
produksi mengalami peningkatan. Ketika terjadi kenaikan harga produksi maka
menaikkan harga dari P1 ke P2 tetapi dia justru akan menurunkan jumlah barang/jasa
yang dihasilkan dari Q1 ke Q2 sehingga akan menggeser kurva penawaran dari S1S1
menjadi S2S2. Hal ini dilakukan agar produsen tidak terus merugi sambil menunggu
harga produksi kembali turun.
Contoh kasus :
Di Magetan ada banyak perajin dari bahan baku kulit. Ketika harga kulit naik, maka
ongkos produksi sepatu, tas dll juga akan mengalami kenaikan. Keadaan ini disebut
dengan inflasi. Agar perajin tidak merugi, mereka akan menaikkan harga jual produknya.
Perajin juga akan mengurangi jumlah produk yang dihasilkan, karena takut dengan harga
tinggi konsumen enggan membeli. Jika ini dibiarkan terus terjadi, maka perajin untuk

mengurangi beban produksi, maka mereka akan berpikir untuk mengurangi jumlah
karyawannya dan seterusnya. Kejadian seperti ini disebut dengan inflasi Desakan Biay
Berdasarkan Asal Dari Inflasi
1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya karena defisit anggaran belanja
yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, gagal panen dan sebagainya.
2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
Inflasi yang terjadi karena pengaruh inflasi dari luar negeri karena adanya perdagangan
antarnegara. Jika suatu negara mengalami inflasi maka inflasi tersebut dapat menular ke
negara-negara lain yang memiliki hubungan dagang dengannya. Contohnya, jika negara
kita mengimpor faktor-faktor produksi (berupa bahan baku dan mesin) serta mengimpor
barang-barang jadi (seperti motor, mesin cuci, dan kipas angin) dari Jepang, maka jika di
Jepang harga faktor-faktor produksi dan barang jadi tersebut naik (inflasi), otomatis
negara kita juga akan mengalami inflasi. Sebab barang-barang yang kita buat dengan
faktorfaktor produksi dari Jepang tentu akan dijual lebih mahal, dan barangbarang jadi
dari Jepang pun dijual lebih mahal.
CARA MENGATASI INFLASI
Dapat disimpulksn bahwa inflasi menyebabkan perubahan yang sangat luas terhadap
kegiatan ekonomi masyarakat. Inflasi tentunya harus diatasi dan untuk mengatasinya dapat
dilakukan pemerintah dengan cara melakukan beberapa kebijakan yang menyangkut bidang
moneter, fiskal dan non moneter. Adapun penjelasan kebijakan tersebut akan diuraikan di bawah
ini :
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan nasional dengan cara mengubah jumlah uang yang beredar. Penyebab inflasi
diantara jumlah uang yang beredar terlalu banyak sehingga dengan kebijakan ini
diharapkan jumlah uang yang beredar dapat dikurangi menuju kondisi normal. Untuk
menjalankan kebijakan ini Bank Indonesia menjalankan beberapa politik/kebijakan yaitu
politik diskonto, politik pasar terbuka dan menaikan cash ratio.
a. Politik Diskonto
Ditujukan untuk menaikan tingkat bunga karena dengan bunga kredit tinggi maka
aktivitas ekonomi yang menggunakan dana pinjaman akan tertahan karena modal
pinjaman menjadi mahal.
b. Politik Pasar Terbuka
Dilakukan dengan cara menawarkan surat berharga ke pasar modal. Dengan cara ini
diharapkan masyarakat membeli suratberharga tersebut seperti SBI yang memiliki
tingkat bunga tinggi, dan ini merupakan upaya agar uang yang beredar di masyarakat
mengalami penurunan jumlahnya.

c. Cash Ratio
Artinya cadangan yang diwajibkan oleh Bank Sentral kepada bank-bank umum yang
besarnya tergantung kepada keputusan dari bank sentral/pemerintah. Dengan jalan
menaikan perbandingan antara uang yang beredar dengan uang yang mengendap di
dalam kas mengakibatkan kemampuan bank untuk menciptakan kredit berkurang
sehingga jumlah uang yang beredar akan berkurang.
2. Kebijakan Fiskal
adalah kebijakan yang berhubugan dengan finansial pemerintah. Bentuk
kebijakan ini antara lain:
a. Pengurangan pengeluaran pemerintah
Sehingga pengeluaran keseluruhan dalam perekonomian bisa dikendalikan.
b. Menaikkan pajak
Akan mengakibatkan penerimaan uang masyarakat berkurang dan ini
berpengaruh pada daya beli masyarakat yang menurun, dan tentunya
permintaan akan barang dan jasa yang bersifat konsumtif tentunya berkurang.
3. Kebijakan Non-Moneter
Kebijakan ini dapat dilakukan dengan cara menaikan hasil produksi, kebijakan
upah dan pengawasan harga dan distribusi barang.
a. Menaikan hasil produksi
Cara ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah
barang konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh
karena itu pemerintah membuat prioritas produksi atau memberi bantuan
(subsidi) kepada sektor produksi bahan bakar, produksi beras.
b. Kebijakan upah
Tidak lain merupakan upaya menstabilkan upah/gaji, dalam pengertian bahwa
upah tidak sering dinaikan karena kenaikan yang relatif sering dilakukan akan
dapat meningkatkan daya beli dan pada akhirnya akan meningkatkan
permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan dan pada akhirnya
akan menimbulkan inflasi.
c. Pengawasan harga dan distribusi barang
Dimaksudkan agar harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan
pemerintah dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran tertinggi/HET).
Pengendalian harga yang baik tidak akan berhasil tanpa ada pengawasan.
Pengawasan yang baik biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk
menghindari pasar gelap maka distribusi barang harus dapat dilakukan dengan
lancar, seperti yang dilakukan pemerintah melalui Bulog atau KUD.
KEBIJAKAN MONETER

Definisi dan Pengertian
Yang dimaksud dengan kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau
mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan ( yang lebih baik ) dengan
mengatur jumlah uang yang beredar. Yang dimaksud dengan kondisi lebih baik adalah
meningkatnya output keseimbangan dan atau terpeliharanya stabilitas harga. Melalui kebijakan
moneter pemertintah dapat mempertahankan, menambah atau mengurangi jumlah uang yang
beredar dalam upaya mempertahankan kemampuan ekonomi bertumbuh, sekaligus
mengendalikan inflasi.
Tujuan Kebijakan Moneter
Secara garis besar, tujuan kebijakan moneter adalah menjaga kestabilan ekonomi yang
ditandai dengan gairah dunia usaha dan meningkatnya kesempatan kerja. Jika dirinci tujuan
kebijakan moneter adalah sebagai berikut..


Menjaga Stabilitas EkonomiStabilitas ekonomi adalah suatu keadaan perekonomian
yang berjalan sesuai dengan harapan, terkendali, dan berkesinambungan. Artinya,
pertumbuhan arus uang yang beredar seimbang dengan pertumbuhan arus barang dan jasa
yang tersedia.



Menjaga Stabilitas Harga : Kebijakan moneter selalu dihubungkan dengan jumlah uang
beredar dan jumlah barang dan jasa. Interaksi jumlah uang beredar dengan jumlah barang
dan jasa akan menghasilkan harga. Ada kalanya harga naik atau turun tidak beraturan,
sehingga perubahan harga dapat memengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Apabila
harga cenderung naik terus-menerus, orang akan membelanjakan semua uangnya yang
mengakibatkan terjadinya gejala ekonomi yang disebut inflasi.



Meningkatkan Kesempatan Kerja : Jika jumlah uang beredar seimbang dengan jumlah
barang dan jasa, maka perekonomian akan stabil. Pada keadaan ekonomi stabil,
pengusaha akan mengadakan investasi. Investasi akan memungkinkan adanya lapangan
pekerjaan baru. Adanya lapangan pekerjaan baru atau perluasan usaha berarti
meningkatkan kesempatan kerja.



Memperbaiki Posisi Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran : Kebijakan
moneter dapat memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran. Jika
negara mendevaluasi mata uang rupiah ke mata uang asing, harga-harga barang ekspor
akan menjadi lebih murah, sehingga memperkuat daya saing dan meningkatkan jumlah
ekspor. Peningkatan jumlah ekspor akan memperbaiki neraca perdagangan dan neraca
pembayaran.

Kebijakan Moneter dalam Kegiatan Ekonomi
Indonesia pun tidak luput dari kebijakan moneter tersebut. Di Indonesia, beberapa kali
kebijakan moneter diambil untuk mengantisipasi inflasi yang terjadi di Indonesia. Kebijakan
moneter tersebut hamper setiap tahun dilakukan untuk menekan inflasi yang ada. Kebijakan
moneter tersebut diambil dengan memunculkan berbagai macam kebijakan public yang harus
ditaati oleh seluruh warga Negara Indonesia. Adapun kebijakan moneter sendiri dibagi menjadi
dua jenis, yaitu:
a.

Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini
dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan
masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga
kebijakan moneter longgar (easy money policy)

b. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini
dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat
(tight money policy).
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu
antara lain :
1. Operasi pasar terbuka ( open market operation )
Operasi pasar terbuka adalah pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar
dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga milik pemerintah. Jika ingin
mengurangi jumlah uang beredar, maka pemerintah menjual surat-surat berharga ( open
market selling). Dengan demikian uang yang ada dalam masyarakat mengalir ke otoritas
moneter, sehingga jumlah uang beredar berkurang. Jika ingin menambah jumlah uang
beredar, maka pemerintah membeli kembali surat-surat berharga tersebut ( open market
buying ). Guna lebih mengefektifkan operasi pasar terbuka ini, Bank Indonesia telah
mengembangkan kedua instrument tersebut dengan menambahkan fasilitas repurchase
agreement ( repo ) ke masing-masing instrument. Sehingga saat ini dikenal SBI repo atau
SBPU repo.
Di Indonesia, operasi pasar terbuka dilalkukan dengan menjual atau membeli Sertifikat
Bank Indonesia ( SBI ) dan Surat Berharga Pasar Uang ( SBPU ). Jika ingin mengurangi
jumlah uang beredar, pemertintah menjual SBI ataupun SBPU. Melalui penjualan ini, uang
yang ada dalam masyarakat ditarik, sehingga jumlah uang yang beredar berkurang. Biasanya
penjualan SBI/SBPU dilakukan jika jumlah uang beredar dianggap sudah mengganggu
stabilitas perekonomian.

Bila pemerintah melihat jumlah uang beredar perlu ditambah, agar perbankan mampu
memberikan kredit yang akan memacu pertumbuhan ekonomi, maka SBI dan SBPU yang
telah dijual dibeli kembali. Melalui pembelian itu pemerintah mengeluarkan uang sehingga
menambah jumlah uang beredar.
2. Fasilitas diskonto ( discount rate )
Yang dimaksud dengan tingkat bunga diskonto adalah tingkat bunga yang
ditetapkan pemertintah atas bank-bank umum yang meminjam ke bank sentral. Dalam
kondisi tertentu. Bank-bank mengalami kekurangan uang, sehingga mereka harus
meminjam uang kepada bank sentral. Kebutuhan ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah
untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar.
Bila pemerintah ingin menambah jumlah uang beredar, maka pemerintah
menuruntkan tingkat bunga pinjaman ( tingkat diskonto ). Dengan tingkat bunga
pinjaman yang lebih murah, maka keinginan bak-bank untuk meminjam uang dari bank
sentral menjadi lebih besar, sehingga jumlah uang beredar bertambah. Sebaliknya jika
ingin menahan laju pertumbuhan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan bunga
pinjaman. Hali ini akan mengurangi keinginan bank-bank meminjam uang dari bank
sentral, sehingga pertambahan jumlah uang beredar dapat ditekan.
3. Rasio cadangan wajib ( reserve requirement ratio )
Penetapan rasio cadangan wajib juga dapat mengubah jumlah uang beredar. Jika
rasio cadangan wajib diperbesar, maka kemampuan bank untuk memberikan kredit
menjadi lebih kecil dibanding sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah
uang yang beredar. Contoh kebijakan-kebijakan ini, Apabila kondisi perekonomian
terjadi kenaikan harga (inflasi), maka bank sentral dapat menaikkan cadangan kas
minimumnya sehingga uang yang beredar dapat dikurangi. Sebaliknya jika kondisi
perekonomian sedang lesu, maka pemerintah dapat menurunkan cadangan kas
minimumnya, sehingga uang yang beredar bertambah karena banyaknya pinjaman yang
diberikan kepada masyarakat.
Akibat dari naiknya cadangan kas, maka kemampuan bank umum untuk
memberikan pinjaman berkurang atau bank umum tidak mampu memberikan pinjaman
dan sekaligus dana yang menganggur di bank semakin bertambah.

4. Imbauan Moral
Kebijakan ini dijalankan oleh Bank Sentral bukan dengan menetapkan dalam
bentuk tertulis hal-hal yang harus dilakukan oleh bank-bank perdagangan, tetapi dengan
mengadakan pertemuan langsung dengan bank-bank tersebut. Dalam pertemuan ini bank
sentral menjelaskan langkah-langkah yang sedang dijalankan pemerintah. Dalam
pertemuan ini bank sentral menjelaskan langkah-langkah yang sedang dijalankan oleh
pemerintah dan bantuan-bantuan apa yang diinginkan oleh bank sentral dari bank-bank
perdagangan untuk menyukseskan tindakan tersebut.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Inflasi adalah suatu keadaan dimana terdapat kenaikan harga umum secara terus-menerus.
Jadi, bukan harga satu atau dua acam barang saja, melainkan kenaikan harga dari sebagian besar
barang dan jasa, dan pula bukan hanya satu atau dua kali kenaikan harga secara terus menerus.
Inflasi dapat disebabkan akibat jumlah peredaran uang di masyarakat terlalu banyak, kenaikan
permintaan barang, dan karena biaya produksi.
Tentu saja Inflasi memiliki jenis-jenis berdasarkan sifatnya,sumber kenaikan harga yang
berlaku dan berdasarkan asal dari Inflasi. Inflasi dapat ditangani dengan kebijakan moneter yaitu
kebijakan Moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moeneter (Bank Indonesia)
untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan kredit, yang pada akhirnya akan
mempegaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai
stablisasi ekonomi yang diharapkan dapat membuka peluang Kesempatan Kerja, Menjaga
stabilitas ekonomi, menjaga stabilitas harga, memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca
pembayaran. Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara
menambah (Monetary Expansive Policy) atau mengurangi (Monetary Contractive Policy)
jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen
kebijakan moneter, yaitu antara lain operasi pasar terbuka, fasilitas diskonto, rasio cadangan
wajib.
 

`

DAFTAR PUSTAKA

https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-makro/faktor-penyebab-terjadinya-inflasi/

,diakses

pada 16 Oktober 2016
http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-inflasi-jenis-dampak-penyebab.html,
diakses pada 16 Oktober 2016
Sukirno,sadono. 2011. Makro ekonomi teori pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada
http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-jenis-tujuan-moneter-macammacam.html, diakses pada 19 Oktober 2016