KONSEP DISTRIBUSI DALAM EKONOMI ISLAM PR

KONSEP DISTRIBUSI DALAM EKONOMI ISLAM
DOSEN :

Disusun Oleh :
Yudha Herlambang
(NPM. 1760102019)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
PROGRAM PASCASARJANA UIN RADEN INTAN
LAMPUNG 2018

I. PENDAHULUAN
Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bidang
ekonomi. Salah satu tujuannya adalah untuk mewujudkan keadilan dalam pendistribusian
harta, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun individu. Keadilan dan kesejahteraan
masyarakat tergantung pada sistem ekonomi yang dianut. Pembahasan mengenai pengertian
distribusi pendapatan, tidak terlepas dari pembahasan mengenai konsep moral ekonomi yang
dianut juga model instrumen yang diterapkan individu maupun negara dalam menentukan
sumber-sumber maupun cara-cara pendistribusian pendapatannya.
Dasar karakteristik pendistribusian adalah adil dan jujur, karena dalam Islam sekecil
apapun perbuatan yang kita lakukan, semua akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.

Pelaksanaan distribusi bertujuan untuk saling memberi manfaat dan menguntungkan satu
sama lain. Secara umum, Islam mengarahkan mekanisme muamalah antara produsen dan
konsumen agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Apabila terjadi ketidakseimbangan
distribusi kekayaan, maka hal ini akan memicu timbulnya konflik individu maupun sosial.
Oleh karena itu, salah satu upaya untuk mengakhiri kesengsaraan dimuka bumi ini
adalah dengan menerapkan keadilan ekonomi. Kebahagiaan akan mudah dicapai dengan
penerapan perekonomian yang mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan
individu. Islam menegaskan untuk para penguasa, agar meminimalkan kesenjangan dan
ketidakseimbangan distribusi. Pajak yang diterapkan atas kekayaan seseorang bertujuan
untuk membantu yang miskin. Sementara dalam Islam Allah mensyari’atkan zakat. Jika hal
ini dijadikan konsep distribusi pendapatan, InsyaAllah sistem perekonomianpun akan
berjalan lancar dan masyarakat akan sejahtera.

II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Distribusi
Distribusi adalah suatu proses pembagian (sebagaian hasil penjualan produk) kepada
faktor-faktor produksi yang ikut menentukan pendapatan.distribusi pendapatan merupakan
permasalahan yang sangat rumit hingga saat ini masih sering dijadikan bahan perdebatan
antara ahli ekonomi karena tidaksamanya persepsi distribusi antara perekonomian
kapitalis,sosialis yang hingga saat ini belum bisa memberikan solusi yang adil dan merata

terhadap masalah pendistribusian pendapatan dalam masyarakat.untuk itu islam datang
memberikan prinsip dasar distribusi kekayaan dan pendapatan.

Pendapatan diartikan sebagai suatu aliran uang atau daya beli yang dihasilkan dari
penggunaan sumber daya properti manusia. Menurut Winardi (1989), pendapatan (income),
secara teori ekonomi adalah hasil berupa uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari
penggunaan kekayaan atau jasa-jasa manusia bebas. Dalam pengertian pembukuan
pendapatan diartikan sebagai pendapatan sebuah perusahaan atau individu.
Sementara kekayaan (wealth) diartikan oleh Winardi (1989) sebagai segala sesuatu
yang berguna dan digunakan oleh manusia. Istilah ini juga digunakan dalam arti khusus
seperti kekayaan nasional. Sloan dan Zurcher mengartikan kekayaan sebagai obyek-obyek
material, yang ekstern bagi manusia yang bersifat : berguna, dapat dicapai dan langka.
Kebanyakan ahli ekonomi tidak menggolongkan dalam istilah kekayaan hak milik atas harta
kekayaan, misalnya saham, obligasi, surat hipotik karena dokumen-dokumen tersebut
dianggap sebagai bukti hak milik atas kekayaan, jadi bukan kekayaan itu sendiri.
Distribusi di tinjau dari segi kebahasaan berarti proses penyimpanan dan penyaluran
produk kepada pelanggan, diantaranya sering kali melalui perantara. (Collins, 1994 : 162)
Definisi yang dikemukakan Collins di atas, memiliki pemahaman yang sempit apabila
dikaitkan dengan topik kajian di bahas. Hal ini disebabkan karena definisi tersebut cenderung
mengarah pada prilaku ekonomi yang bersifat individual. Namun dari definisi di atas dapat di

tarik suatu pemahaman, di mana dalam distribusi terdapat sebuah proses pendapatan dan
pengeluaran dari sumber daya yang dimiliki oleh negara (mencakup prinsip take and give).
Adapun prinsip utama dalam konsep distribusi menurut pandangan Islam ialah
peningkatan dan pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan,
sehingga kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar di
antara golongan tertentu saja. (Rahman, 1995 : 93)
Selain itu, ada pula pendapat yang menyatakan bahwa posisi distribusi dalam aktifitas
ekonomi suatu pemerintahan amatlah penting, hal ini dikarenakan distribusi itu sendiri
menjadi tujuan dari kebijakan fiskal dalam suatu pemerintahan (selain fungsi alokasi).
Adapun distribusi, seringkali diaplikasikan dalam bentuk pungutan pajak (baik pajak yang
bersifat individu maupun pajak perusahaan). Akan tetapi masyarakat juga dapat
melaksanakan swadaya melalui pelembagaan ZIS, di mana dalam hal ini pemerintah tidak
terlibat langsung dalam mobilisasi pengelolaan pendapatan ZIS yang diterima. (Karim, 1992 :
89-90)
Sementara Anas Zarqa mengemukakan bahwa definisi distribusi itu sebagai suatu
transfer dari pendapatan kekayaan antara individu dengan cara pertukaran (melalui Pasar)
atau dengan cara lain, seperti warisan, shadaqah, wakaf dan zakat. (Zarqa, 1995 : 181)
Dari definisi yang dikemukakan oleh Anas Zarqa di atas, dapat diketahui bahwa pada
dasarnya ketika kita berbicara tentang aktifitas ekonomi di bidang distribusi, maka kita akan


berbicara pula tentang konsep ekonomi yang ditawarkan oleh Islam. Hal ini lebih melihat
pada bagaimana Islam mengenalkan konsep pemerataan pembagian hasil kekayaan negara
melalui distribusi tersebut, yang tentunya pendapatan negara tidak terlepas dari konsepkonsep Islam, seperti zakat, wakaf, warisan dan lain sebagainya.
B. Tujuan Distribusi
Semua pribadi dalam masyarakat harus memperoleh jaminan atas kehidupan yang
layak. Atas dasar dapat kita lihat beberapa tujuan ekonomi islam yaitu sebagai berikut:
1. Islam menjamin kehidupan tiap pribadi rakyat serta menjamin masyarakat agar
tetap sebagai sebuah komunitas yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Islam menjamin kemaslahatan pribadi dan melayani urusan jamaah, serta menjaga
eksistensi negara dengan kekuatan yang cukup sehingga mampu memikul
tanggung jawab perekonomian negara.
3. Mendistribusikan harta orang kaya yang menjadi hak fakir miskin, serta
mengawasi pemanfaatan hak milik umum maupun negara.
4. Memberikan bantuan sosial dan sumbangan berdasarkan jalan Allah agar tercapai
maslahah bagi seluruh masyarakat.
C. Nilai Yang Ada Dalam Distribusi Ekonomi Islam
Dalam menjalankan disrtibusi ada beberapa nilai yang ada diantaranya:
1. Akidah
Akidah mempunyai peran yang penting dalam kehidupan manusia. Ia mempunyai
dampak yang kuat dalam cara berpikir seseorang. Akidah begitu kuat pengaruhnya

sehingga dapat mengendalikan manusia agar mau mengikuti ajaran yang
diembannya.
2. Moral
Moral berasal dari kata moralis. Disini moralitas menunjuk kepada perilaku
manusia itu sendiri. Hukum yang berlaku pada moralitas berbeda dengan hukum
formal. Pada hukum formal memberi sanksi jika melanggar. Akan tetapi hukum
moral tidak tetapi menembus kedalam sehingga melihat hal yang bersifat niatnya
saja. Misalnya dalam kasus orang yang bersedekah, hukum moral memandang
niat dari sedekah ini. Jika niatnya baik demi menolong orang yang lemah maka
sedekah ini baik dan berarti pula sama persis dengan nilai moral. Tapi jika niatnya
jelek hanya untuk riya’ (show belaka) maka sedekah demikian dianggap salah dan
divonis sebagai tindakan yang tidak berakhlakul karimah.

3. Hukum Syariah
Dengan adanya hukum syariah agar dalam menjalankan kegiatan ekonomi ada
batasannya yaitu sesuai dengan jalan Al-Quran dan sunnah.
4. Keadilan
Keadilan merupakan nilai yang paling asasi dalam ajaran islam. Menegakkan
keadilan dan memberantas kezaliman adalah tujuan utama dari risalah para rasulNya (QS 57:25). Dengan berbagai muatan adil tersebut secara garis besar keadilan
dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terdapat kesamaan perlakuan

dimata hukum, kesamaan hak kompensasi, hak hidup secara layak, hak menikmati
pembangunan. Berdasarkan muatan makna adil yang ada dalam Al-Quran, maka
hal ini bisa diturunkan menjadi berbagai nilai turunan yaitu:
a) Persamaan Kompensasi
Persamaan kompensasi adalah pengertian adil yang paling umum yaitu
seseorang harus memberikan kompensasi yang sepadan kepada pihak lain
sesuai dengan pengorbanan yang telah dilakukan . Komponen yang ada dalam
kompensasi tersebut antara lain: upah dan ongkos.
b) Persamaan Hukum
Persamaan hukum disini memberikan makna bahwa setiap orang harus
diperlakukan sama didepan hukum. Tidak boleh ada diskriminasi terhadap
seseorang didepan hukum atas dasar apapun juga. Dalam transaksi ekonomi
tidak ada alasan untuk melebihkan hak suatu golongan atas golongan yang lain
karena kondisi yang berbeda. Kesejahteraan dan hasil pembangunan harus
didistribusikan kepada orang dan tidak mengumpul pada kelompok tertentu.
c) Proporsional
Adil tidak selalu diartikan sebagai kesamaan hak, namun hak ini disesuaikan
dengan ukuran setiap individu atau proporsinal, baik dari sisi kebutuhan,
kemampuan, pengorbanan, tanggung jawab ataupun kontribusi yang telah
diberikan seseorang. Suatu distribusi yang adil tidak selalu harus merata,

namun tetap memperhatikan ukuran dari masing-masing individu yang ada,
mereka yang ukurannya besar perlu memperoleh besar dan yang kecil
memperoleh jumlah yang kecil pula.
D.
III. KESIMPULAN

A.

Kesimpulan
Produksi adalah menciptakan manfaat dan bukan menciptakan materi. Maksudnya

adalah bahwa manusia mengolah materi itu untuk mencukupi berbagai kebutuhannya,
sehingga materi itu mempunyai kemanfaatan. Apa yang bisa dilakukan manusia dalam
“memproduksi” tidak sampai pada merubah substansi benda. Yang dapat dilakukan manusia
berkisar pada misalnya mengambilnya dari tempat yang asli dan mengeluarkan atau
mengeksploitasi (ekstraktif).
Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis) produksi dimaksudkan untuk
memperoleh laba sebesar besarnya, berbeda dengan tujuan produksi dalam ekonomi
konvensional, tujuan produksi dalam islam yaitu memberikan Mashlahah yang maksimum
bagi konsumen.

Walaupun dalam ekonomi islam tujuan utamannya adalah memaksimalkan
mashlahah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama berada dalam bingkai tujuan dan
hukum islam. Dalam konsep mashlahah dirumuskan dengan keuntungan ditambah dengan
berkah.