MENGENAI SISTEM POLITIK DAN SISTEM PEMER

Yustisia No 22/1992. ISSN 0852-094, JUNI-AGUSTUS 1992

1

MENGENAI SISTEM POLITIK DAN SISTEM PEMERINTAHAN JEPANG
(Suatu Telaah Perbandingan Hukum Tata Negara)
Pendahuluan
Dalam mencapai tujuan negara, setiap neagra mempunyai tata cara tertentu yang tidak
sama (berbeda) dengan negara lainnya. Tata cara tersebut, antara lain tercermin dalam sistem
politik dan sistem pemerintahan, yang di dalamnya terdapat suasana kehidupan politik negara
tersebut. Dari kedua sistem ini dapat dilihat pula bagaimana kebijakan suatu negara itu dibuat.
Sejak berakhirnya perang dunia II, perkembanagn suasana kehidupan politik dan
sistem politik di Jepang mengalami beberapa fase perubahan, yaitu secagai berikut :
-

Period 1 (the period of the Occupation and political realignment just after the
war): 1945to the early 1950s.

-

Period 2 (the period of the “one and a half party system’): the early 1950s,

whwn Japan regained independece. But a better choice is 1955, when conservative
parties merged, as dd the socialist parties, establishing the so –called 1955 system
are one and a half party system.

-

Period 3 (the priod of conservative resurgence): from the late 1970s on.
The beginning of thes period was marked by a resurgence of the conservative
party, which could be observed in in opinion surve data or in 1980 in the national
elections return. (Kozo Yakamura dan Yasukitche Yasuba, 1987:55-56).

Pada periode kedua dapat pula disebut sebagai periode pertumbuhan ekonomi yang
pesat (the period of rapid economic growth). Hal ini disebabkan pada tahun 1960-1n
terjadi rapid economic growth (pertumbuhan ekonomi yang pesat), di samping itu
terjadi pula upaya untuk menginterprestasikan pasal 9 Konstitusi 1949, sehingga
Jepang boleh mempunyai pasukan bela diri, adanya revisi”security treaty”, di mana
Jepang dilindungi Amarika Serikat . Suasana kehidupan politik yang tercermin dalam
sistem politik dan sistem pemerintahan suatu negara, dapat dilihat dalam
UUD/Konstitusi negara tersebut (bila negara itu mempunyai UUD/Konstitusi). Oleh
karena itu, sistem politik dan sistem pemerintahan Jepang dapat dilihat dalam

UUD/Konstitusi terbaru

Jepang, yaitu Konstitusi 1947. Konstitusi 1947 tersebut

mengandung tiga (3) prinsip pokok, yaitu : (periksa. Kishomoto Koichi, 1988: 42-44).
1. Kedaulatan rakyar dan Peranan Kaisar sebagai simbol (popular souvereignity and
the simbolic role of the emperor.
2. Suka perdamaian (pacifism),

Yustisia No 22/1992. ISSN 0852-094, JUNI-AGUSTUS 1992

2

3. Menghormati hak asasi manusia (respect for fundamental human rights).
Sesuai dengan judul tulisan ini maka berikut ini akan dibahas beberapa hal yang
berkaitan dengan sistem politik dan sistem pemerintahan Jepang.
Sistem politik Jepang
Pada umumnya struktur ketatanegaraan meliputi dua suasana tata kehidupan politik,
yaitu suasana kehidupan politik pemerintah (Suprastruktur politik/the government political
sphere). Suasana tata kehidupan politik tersebut terjadi di negara-negara yang menganut

sistem politik tidak absolut otoriter, yaitu pada negara-negara yang menganut faham
demokrasi.
Membicarakan sistem politik suatu negara, berarti membicarakan interaksi aktif yang
erat, selaras, saling mengisi, saling memberi pengertian, antara komponen supra struktur
politik, sehingga terdapat suasana kehidupan kenegaraan yang harmonis dalam menentukan
kebijakan umum dan menetapkan keputusan politik. Dalam hal ini, masyarakat yang
tercermin dalam komponen –komponen infra struktur politik berfungsi sebagai masukan
(input) yang berwujud pernyataan kehendak dan tuntutan masyarakat (social demand);
sedangkan supra struktur politik (pemerintah dalam arti luas) berfungsi sebagai output dalam
hal menentukan kebijakan umum (public policy) yang berwujud keputusan-keputusan
politik(political decision). Suasana kehidupan politik tersebut dapat dilihat dalam
UUD/Konstitusi masing-masing negara (bila negara itu mempunyai UUD/Konstitusi).
Jepang (sebagai salah satu negara demokrasi) juga mempunyai struktur ketatanegaraan
sebagaimana tersebut di muka, yang meliputi supra struktur politik dan infra struktur politik.
Hal ini dapat dilihat dalam Konstitusi 1947.
Supra struktur politik, meliputi lembaga-lembaga kenegaraan atau Lembaga-lembaga
Neagra atau alat –alat Perlengkap Negara. Dengan demikian, supra struktur politik Negara
Jepang menurut Konstitusi 1947, meliputi :
A. Lembaga Legislatif (legislature), yaitu National Diet (Parlemen Nasional)
B. Lembaga Eksekutif (Executive), yaitu Cabinet (Dewan Menteri), yang dipimpin oleh

seorang Perdana Menteri.
C. Lembaga Judisiil (Judiciary), yaitu Supreme Court (Mahkamah Agung).
Sedangkan Infra struktur politik meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan
kehidupan lembaga –lembaga kemasyarakatan, yang dalam aktivitasnya mempengaruhi (baik
secara langsung maupun tidak langsung) lembaga-lembaga kenegaraan dalam menjalankan
fungsi serta kekuasaannya masing-masig.

Yustisia No 22/1992. ISSN 0852-094, JUNI-AGUSTUS 1992

3

Infrastruktur ini terdiri dari lima 5 komponen/unsur, yaitu :
1. Partai politik (political party)
2. Golongan kepentingan (interest group), terdiri dari :
a. Interest group asosiasi
b. Interest group institusional
c. Interest group non asosiasi
d. Interest group yang anomik
3. Golongan penekan (pressure group)
4. Alat komunikasi politik (media political communication)

5. Tokoh politik (political figure)
Jepang sebagai suatu negara yang menganut sistem politik demokrasi, tidak dapat
meniadakan hidup dan berkembangnya partai politik, dengan kata lain adanya partai politik
merupakan salah satu ciri bahwa Jepang merupakan negara demokrasi. Sampai saat ini,
Jepang menganut sistem politik multi party (banyak partai), yaitu ada enam (6) partai besar :
1. Liberal Democratic Partay (jiyu Minshuto or Jiminto), yang banyak didukung oleh
birokrat, pengusaha, dan petani.
2. The Japan Socialist Party (nippon S Hakaito), yang didukung oleh buruh(sayap kiri).
3. The Komneito (Clean Goverment Party), yang didukung para penganut agama Budha.
4. The Democatic Socialist Party (Minshato), yang didukung oleh buruh (sayap kanan).
5. The Japan Communist Party (Nihon Kyosanto), yang didukung oleh komunis.
6. The United Social Democratic Party (Shakai Minshu Rengo of Shminren), merupakan
partai termuda dan terkecil di Jepang, merupakan sempalan JSP (sosialis sayap kanan).
Lihat Kishimoto Koichi, 1982: 91-93)
Sejak pasca Perang Dunia Kedua samapai sekarang ini, Partai Demokrasi Liberal (LDP)
secara mayoritas berkuasa di Jepang. Perdana Menteri Jepang saat ini juga berasal dari Partai
LDP, di samping itu banyak para anggota LDP yang duduk di Cabinet dan National Diet.
Kehidupan partai politik Jepang sangat dipengaruhi oleh apa yang dinamakan hubatsu
atau faksi. Hubatshu atau faksi merupakan bagian (sub-bagian) dari partai politik di Jepang.
Misalnya lima (5) faksi yang ada dalam tubuh LDP, yang kalau diurutkan menurut

kekuatannnya meliputi Faksi Takhesita, Faksi Matzuzuka, Faksi Komoto. Faksi-faksi yang
merupakan bagian (sub bagian) dari partai politik ini sangat berperan dalam pemilihan ketua
partai (LDP). Dan sudah bukan rahasia umum lagi bahwa ketua partai akan ditunjuk oleh
DIET sebagai Perdana Menteri, yang kemudian diangkat/dilantik oeh Kaisar.

Yustisia No 22/1992. ISSN 0852-094, JUNI-AGUSTUS 1992

4

Keadaan partai politik Jepang memang mempunyai karakteristik yang unik, yang berbeda
dengan sistem kepartaian di negara industrilainnya seperti Amerika. Misalnya keberadaan
partai konservatif (LDP) tidak berdasarkan keanggotaan organisasi dalam partai tetapi
berdasarkan koalisi faksi-faksi (habatsu). Mengenai sebab-sebab LDP mendominasi suasana
kehidupan politik dan pemerintah Jepang, akan dibahas pada bagian tersendiri.
Golongan kepentingan (interest group) di Jepang, antara lain ialah kelompok perusahaanperusahaan besar Jepang atau kelompok Big Business . Ada empat (4) asosiasi bisnis
(business associations) khusus yang terutama / penting di Jepang, yaitu Keidanren
(Federation of Economic Organizations), Nisho (Japan Chamber of Commerce and Industry),
Keizai Doyukai (japan Committee for Economic Development), dan Nikkeiren (Federation of
Employeres Organization). Di samping itu terdapat pula organisasi perusahaan swasta (yang
bersifat prifat), yaitu Keiretsuka (semacam perusahaan yang mempunyai anak-anak

perusahaan pembuat komponen), misalnya Mitsui group atau Mitshubishi group.
Organisasi/asosiasi –asosiasi tersebut dapat dimasukkan sebagai interest asosiasi, yang
mempunyai pengaruh dalam pembuatan kebijaksanaan di bidang bisnis dan industri Jepang.
Karena situasi dan kondisi politik di Jepang (tempat interest group tersebut hidup dan
berkembang ), maka interset group bisa berubah menjadi pressure group (golongan penekan),
yaitu golongan yang bisa memaksakan kehendaknya kepada pihak penguasa. Sehingga
kelompok Big Bussines tersebut dapat disebut sebagai golongan penekan (walau mungkin
pada mulanya tidak ditujukan menjadi golongan penekan), sebab kelompok tersebut (infra
struktur politik) dalam pelaksanaan SISTEM POLITIK Jepang dapat mempengaruhi supra
struktur politik (khususnya pemerintah/eksekutif/cabinet) dalam pengambilan keputusan atau
pembuatan kebijakan. Hal ini akan tampak pada policy making process yang nanti akan
dibahas tersendiri.
Tokoh-tokoh politik (political figure) Jepang yang mempunyai peran penting ialah mereka
yang tergabung dalam partai

politik, khususnya melalui faksa masing-masing. Di

sampingtujuga mereka yang berkecimpung dalam big business. Tokoh-tokoh politik yang
berkecimpung dalam salah satu partai politik tertentu dapat pula mengadakan hubungan
dengan negara lain (antar partai), lebih –lebih pada negara yang tidak mempunyai hubungan

diplomatik dengan Jepang.
Dalam kaitannya dengan diplomasi kebudayaan, ada organisasi yang dilibatkan, yaitu
Japan Foundation, sebagai pembantu menteri luar negeri (didirikan pada tahun 1972).
Lembaga ini mengurus masalah tukar menukar artis, sarjana, organisasi dosen, dan misi-misi
kebudayaan lainnya.

Yustisia No 22/1992. ISSN 0852-094, JUNI-AGUSTUS 1992

5

Satu komponen Infra Struktur politik, yang sangat penting sekali dalam sistem politik
Jepang ialah Media Komunikasi Politik (media Political Communication). Media ini meliputi
media cetak (yang berupa majalah-majalah dan koran) dan media siaran (yang berupa radio
dan televisi).
Media cetak merupakan media yang mempunyai peran penting dalam pembuatan
kebijakan Jepang, dibandingkan dengan media cetak inilah dapat dikomunikasikan pendapat
para pakar, para tokoh politik, dan pendapat para anggota masyarakat lainnya, yang
pendapatnya/gagasannya tidak bisa/belum tersalurkan lewat faksi maupun partai. Di samping
itu, melalui media cetak juga bisa pula digunakan untuk mengkomunikasikan kejelekankejelekan para tokoh politik, dan pendapat para pakar, para tokoh politik, dan pendapat para
anggota masyarakat lainnya, yang pendapatnya/gagasannya tidak bisa/belum tersalurkan

lewat faksi maupun partai. Di samping itu, melalui media cetak juga bisa pula digunakan
untuk mengkomunikasikan kejelekan-kejelekan para tokoh politik lantaran suatu skandal
sex/korupsi/suap. Melalui media cetak ini pulalah, program partai/faksi/pemerintah/organisasi
masyarakat dan kejadian-kejadian dalam negeri maupun luar negeri dikomunikasikan kepada
masyarakat (dimasyarakatkan). Informasi-informasi yang berasal dari media –media tersebut
merupakan input/masukan yang penting dalam pembuatan kebijakan Jepang.
Dominasi Liberal Democracy Party
Sebagaimana disebutkan di muka, ada enam partai politik yang hidup dan berkembang di
Jepang sampai saat ini. Salah satu partai tersebut Partai Demokrasi Liberal (LDP), sebagai
partai terbesar dan secara mayoritas berkuasa di Jepang, yang para anggotannya banyak
duduk di dalam Cabinet dan National Diet.
LDP dibentuk pada tanggal 15 Nopember 1955, mellaui fusi/penggabungan dua partai
konservatif yang ada pada saat itu, yaitu the Japan Democratic Party (Nihon Minshuto) yang
dipimpin Hatoyama Ichiro dan the Liberal Party (Jiyuto) yang dipimpin Ogata Taketora
(Periksa bagan “Major Postwar Political Parties” dalam Kishimoto Koichi, 1988:9). Fusi
tersebut disusun dari faksi-faksi yang ada pada masing-masing partai konservatif itu.
Sehingga merupakan konfederasi kekuatan konservatif yang fungsinya secara esensial sebagai
suatu koalisi dari faksi-faksi. Pada waktu itu, fusi partai konservatif (LDP) dibagai menjadi
tiga (3) faksi, yaitu : the Yoshida faction, the Ogata faction, dan the Ono faction (baca
Khisimoto Koichi, 1988:94-95). Sejak tahun 19890 smapai sekarang, faksi-faksi dalam tubuh

LDP meliputi faksi Miyazawa Kiichi, faksi Nikaido Sususmu, faksi Takeshita Noboru, faksi
Nakasone, faksi Abe Shintaro, dan faksi Komoto (periksa bagan “Generalogy of LDP

Yustisia No 22/1992. ISSN 0852-094, JUNI-AGUSTUS 1992

6

Factions” dalam Kishimoto Koichi, 1988 ;100). Masing-masing faksi tersebut, faksi yang
selalu tetap aktif sepanjang periode ialah faksi Nakasone.
Kekuatan Faksi-faksi LDP dalam Parlemen dapat dilihat pada tabel berikut ini :

LDP FACTION STRENGTHSS,OCTOBER 8, 1987
House of
Takeshita

Respresentative
70

House of consillors


Total

44

114

Miyazawa

61

28

89

Nakasone

62

25

87

Abe

58

28

86

Komoto

25

6

31

Nikaido

12

3

15

Neutral

4

8

12

10
302

1
143

11
445

Tanaka

Independent
Total

Setelah adanya fusi konservatif tersebut (1995), LDP langsung memperoleh299(64%)
kursi di House of Representative dan 118 kursi di House of Councillors (48%0. Pada tahun
1956 (Desember) bertambah lagi setelah adanya pendaftaran dari kelompok konservatif yang
independent. Pada akhir tahun

1956 (Desember) bertambah lagi setelah adanya

pendaftarandari kelompok konservatif yang indelendent. Pada akhir tahun 1987, LDP selalu
menduduki mayoritas kursi di kedua kamar Diet. Dalam tiga kali pemilihan umum, yaitu pada
masa kabinet Ohira I (1979), masa kabinet Nakasone I (1983), sejumlah calon LDP berhasil
menduduki mayoritas dan partai dapat memperoleh mayoritas kursi Diet. Kemudian pada
masa kabinet Kishi kabinet Ikeda, dan Satto kabinet, LDP memperoleh lebih 60% dari kursi di
House of Representative. Tetapi sejak pelantikan Nakasone, hanya sekedar 50 sampai 55%.
Dalam pemilihan bersama (Majelis Tinggi dan Majelis Rendah) tahun 1986, LDP memimpin
dan memperoleh 60% suara.
Distribusi kursi Parlemen pada tanggal 23 Desember 1987 secara keseluruhan ialah
sebagai berikut:

Yustisia No 22/1992. ISSN 0852-094, JUNI-AGUSTUS 1992

7

DISTRIBUTION OF DIETS SEATS, DECEMBER 28, 1987
Liberal Democrati Party

House of Representative
302

House Consillors
143

Japan Sosialist Party

86

42

Komeito

57

24

Democratic Sosialist

29

12

Japan Communist Party

27

16

Shinsei Group

0

24

New Salaries Workes Party

0

3

Daini in Clup

0

3

Independent

5

4

6
512

1
232

Vacant
Jumlah
Sumber : Kishiimoto Koichi , 1988:93

Ideologi dan politik LDP adalah fleksibel, sebagaimana diharapkan oleh suatu aliansi.
Pada waktu didirikan, ciri-ciri/karakteristik LDP mash belum jelas/ masih samar-samar yaitu
sebagai :
1. a national political party
2. an advocate of pacifism
3. a democatic party that “rejection both communism and class-oriented socialism”
4. a party that respects the parliementary system,
5. a prograssive party , and
6. a force aiming for the realization of welfare state
(Kishimoto Koichi, 1988 : 95)
Sedangkan program LDP menghendaki:
1. reinformement of national ethics and education
2. political and bureaucratic reform,
3. the achievement of economic self reliance and stability,
4. the construction of welfare state,
5. the active persuite of peaceful diplomacy, and
6. the restitution of national independence, incluiding build up of the Self Defence
Forces and, most significantly, the revision of Constitution.
(Khisimoto Koechi, 1988:96)

Yustisia No 22/1992. ISSN 0852-094, JUNI-AGUSTUS 1992

8

Pada bulan Januari 1960, program tersebut dilengkapi dengan Basic Charter, Youth
Charter, Lbor Charter, Women’s Charter, dan Ethics Charter. Kemudian pada ulang tahun
LDP yang ke 30 (November, 1985), dimunculkan suatu manifesto baru, termasuk di
dalamnya “special resolution”, garis besar arah kebijakan, prinsip dasar dan program
partai yang baru. Program partai yang baru ini, mencetuskan konsep-konsep dan
kebijakan-kebijakan luas, yang meliputi:
1. a place of honor for Japan in the international commnity,
2. educational reforms
3. greatere social participation by young people and women
4. a sould home environment
5. a small goverment,
6. renewe economic growth and
7. the enhancement of living condition
(Periksa. Kishimoto Koichi, 1988:96)
Sementara itu, Resolusi menekankan pada “historical responsibility” toward”future
generations and the international community.”
LDP (sebagai partai konservatif), membantu sistem kapitalis yang bebas, sebagai
landasan pemerintahan demokrasi, aktifitas ekonomi dan sosial. Oleh karena itu diadakan
kerjasama

dengan blok barat, terutama Amerika Serikat, misalnya pada tahun 1960

dadakan pembaharuan Security Treaty Japan –United States.
Sebagai partai terbesar dan terkuat di Jepang, dalam tubuh LDP ada konflik-konflik
kepentingan antar faksi dalam memperjuangkan kepentingannya/pandangannya masingmasing. Hal ini biasanya terjadi pada waktu pemilihan pemimpin/ketua LDP, yang
berdasarkan kekuatan relatif masing-masing faksi. Masing-masing faksi mempunyai
pengembangan organisasi yang maju, yang antara lain meliputi kebijakan dan hubungan
publik. Akan tetapi dalam menghadapi kelompok-kelompok lain/partai lain, faksi –faksi
LDP akan bersatu menyatakan suara LDP (bukan suara faksi), sehingga ada yang
mengatakan LDP sebagai koalisis faksi-faksi.
Walaupun banyak tantangan –tantangan dan tugas-tugas yang berat, baik di dalam
negeri maupun di dunia internasional (luar negeri) di bidang perdagangan, keamanan dan
kerjasama politik, LDP tetap merupakan partai terkuat dan terbesar serta sangat berperan
dalam perumusan kebijakan di Jepang sejak terbentuknya (tahun 1955) sampai sekarang.
Sebagai penyebabnya antara lain dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Adanya program partai yang jelas dan selalu disesuaikan dengan perkembangan jaman

Yustisia No 22/1992. ISSN 0852-094, JUNI-AGUSTUS 1992

9

2. Adanya dukungan dari para anggotanya, yang terdiri dari para birokrat, para petani,
para kelompok bisnis/pengusaha, serta adanya kekompakan anatar faksi dalam
memperjuangkan tujuan/program LDP.
3. LDP selalu menang mutlak dalam pemilihan umum, karena :
a. Isu yang menjatuhkan LDP tidak ada, misalnya adanya dplomasi Nakasone,
perlakuan terhadap wanita (SEX)
b. Issu pialang (perdagangan saham) tidak dapat menjatuhkan LDP.
Walaupun ada isu yang tidak baik terhadap LDP, tetapi tetap menang dalam pemilu,
sebab pemilu menggunakan sistem disstrik) tersebut, faksi mempunyai peranan yangsangat
penting sekali, sebab faksi mampu menjamin hubungan antara partai dengan para
pemilih(yang tidak lain para pendukung faksi). Dalam pemilihan umum (anggota Diet) ini,
para calon anggota Diet dari LDP dalam Distrik yang sama saling bersaing satu sama lain
untuk merebut kursi parlemen

(Diet). Para calon anggota Diet tersebut, tidak dapat

mengandalkan semata-mata pada dukungan partai tetapi harus mencari dukungan dari faksifaksi dan kelompok-kelompok perseorangan/individu. Dengan demikian, adanya sistem
distrik dan faksi-faksi dalam tubuh LDP merupakan alat permainan untuk mempertahankan
dan meningkatkan dominasi LDP (sebagai partai konservatif) dalam Diet.
Di samping itu, LDP selalu dilibatkan secara aktif dalam mekanisme pembuatan
kebijakan. Bagi LDP, ini bukanlah hal yang memebratkan, sebab dalam tubuh LDP
mempunyai alat perlengkapan tentang pembuatan kebijakan (policy-making), yang dipusatkan
pada “Policy Research Councl” (secara resmi di Inggris dikenal sebagai Policy Affairs
Research Council) dan “General Council” (secara resmi sebagai Executive Counsil0. LDP
juga mempunyai alat perlengkapan, yang disebut “Diets Affairs Committe.”
Secara luas pengaruh birokrasi pemerintah Jepang dilengkapi dengan pengaruh LDP
dalam beberapa hal birokrasi. Hubungan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
-

First , snce Yosida era the LDP has tended to field a large numer of former bureaucrats
in Diet elections.

-

Second, during the LDP’s 30 –old years in powers the bureaucracy has adapted it self
to the party and strenghened ties with its politicians.
Thierd, as seconde generation Diet members, many of them former bureaucrats, have

gained specialized knowledge of policy issues, they have tended to coalesse into so-called
Diet cliques linked to specific goverment agencies and to corresponding interest groups. Theis
trend hass had the encouraging un healthy ties with industry. It has also further distanced the
opposition parties from the policy making process (Koichi, 1988: 106).

Yustisia No 22/1992. ISSN 0852-094, JUNI-AGUSTUS 1992

10

Susunan “The LDP Policy Research Council” terdiri dari seorang anggota ketua, tujuh
wakil ketua, 23 anggota Policy Deliberation Commission, 17 divisi, dan dosen-dosen dari
komite khusus (special communittees) dan komite riset (research commissions). Masingmasing divisi selalu mengadakan hubungan dengan Diet, terdiri dari seorang Direktur,
beberapa deputy direktur, dan sejumlah anggota tidak tetap. Komite khusus dan komite riset
bertugas mengadakan penyelidikan dan memberi pertimbangan-pertimbangan mengenai
macam-macam topik, seperti perbaikan pajak, gempa bumi dan sebagainya.
Susunan “the LDP General Council”terdiri dari 40 anggota , dan dipimpin oleh
seorang ketua (yang juga sebagai pejabat penting di partai). Bertugas memberi petunjuk dan
pertimbangan mengenai manajemen partai. Dalam hal pembuatan kebijakan, General Council
ada di bawah Policy Research Council.
Setiap tindakan penting pemerintah, seperti undang-undang yang berasal dari
parlemen, anggaran belanja negara, pembuatan traktat atau keputusan kebijakan luar negeri,
yang ditangani menteri atau lembaga lainnya, harus memperoleh persetujuan dari LDP Policy
Research Council. Kadang-kadang untuk memutuskan /mengadili masalah-masalah yang vital
/sentitif, diputuskan oleh pimpinan partai atau tiga pejabat utama partai(sekretaris jenderal,
ketua Policy Research Council dan ketua General Council). Namun demikian, untuk kasus
seperti itu, biasanya dibicarakan dengan Policy Research Council division. Keputusan yang
dibuat biasanya ditandatangani oleh General Council. Inilah salah satu peran penting LDP
dalam pembuatan kebijakan /keputusan pemerintah Jepang.
Sistem pemerintahan Jepang
Membicarakan sistem pemerintahan (dalam arti luas) suatu negara berarti
membicarakan hubungan antar sub-sistem pemerintahan, yang meliputi semua lembagalembaga negara atau alat-alat perlengkapan negara yang ada pada suatu negara itu, untuk
mencapai tujuan tertentu (tujuan negara) misalnya hubungan antara lembag-lembaga
eksekutif, legislatif dan yudisiil. Sedangkan sistem pemerintahan dalam arti sempit, hanya
membicarakan hubungan antar lembaga eksekutif dan lembaga legislatif dalam suatu negara.
Dengan demikian membicarakan sistem pemerintahan Jepang (dalam arti luas) berarti
membicaraka hubungan antar organ-organ negara atau lembaga-lembaga negara yang ada di
Jepang (dalam supra struktur politik), yaitu antar :
1. Lembaga Eksekutif (Executive), yaitu Cabinet (Dewan Menteri) yang dimpin oleh
Perdana Menteri.
2. Lembaga Legislatif (Legislature), yaitu National Diet(Parlement Nasional).
3. Lembaga Judisiil (judiciary), yaitu Supreme Court (Mahkamah Agung).

Yustisia No 22/1992. ISSN 0852-094, JUNI-AGUSTUS 1992

11

Jepang menganut sistem pemerintahan parlementer, oleh karena itukekuasaan lembaga –
lembaga negara tersebut tidak terpisah, melainkan terdapat hubunan timbal balik yang sangat
erat. Hal ini berbeda dengan sistem pemerintahan presidensial murni, yang didalamnya
terdapat pemisahan kekuasaan secara tegas (separation of power) antara lembaga negara yang
ada (misalnya: Sistem pemerintahan Amerika Serikat).
Sistem pemerintahan Jepang (dalam arti luas)menurut konstitusi 1947 dapat digambarkan
sebagai berikut :

Legislature National Diet

B

E
A

People
Souverinigty

F

C

Execcutive
Cabinet

Judiciary Supreme Court
D

Penjelasan :
a.

Kabinet dapat membubarkan Parlemen (tetapi hanya Majelis Rendah/House of
Councellors).

b.

Parlemen mengangkat/menunjuk Perdana Menteri (harus orang sipil dan harus
dari anggota Parlemen /Diet)

c.

Mahkamah Agung mengawasi Kabinet dalam melaksanakan Konstitusi 1947

d.

Kabinet menunjuk Ketua Mahkamah Agung dan Hakim Agung

e.

Mahkamah Agung mengawasi jalannya/pelaksanaan tugas-tugas Parlemen
(misalnya dalam pembuatan Undang-Undang).

Yustisia No 22/1992. ISSN 0852-094, JUNI-AGUSTUS 1992

f.

Impeachment,

yaitu

dapat

memanggil

12

Mahkamah

Agung

memepertanggungjawabkan perbuatannya, atau dapat menuduh Mahkamah Agung tidak
melaksanakan tugasnya dengan baik.
Dari bagan tersebut di muka, terlihat jelas bahwa terdapat hubungan timbal balik (saling
mengawasi ) antara lembaga-lembaga negara Jepang.
Sedangkan sistem pemerintahan Jepang tersebut tidak bisa lepas dari sistem politiknya,
karena sistem pemerintahan merupakan bagian dari sistem politik. Dalam pelaksanaan sistem
pemerintahan terdapat masukan (input) yang berasal dari keinginan-keinginan masyarakat
(infra struktur politik). Proses pengambilan keputusan, dan keluaran (out put) berupa
kebijakan umum (public policy) yang berwujud keputusan –keputusan politik yang bersifat
nasional, regional maupun internasional. Dengan demikian sistem politik dan sistem
pemerintahan

akan sangat mempengaruhi Jepang dalam membuat kebijakan nasional,

Regional, maupun internasional.
Kesimpulan
Suasana kehidupan politik Jepang memunyai ciri khas tertentu, yang berbeda dengan
negara-neagra demokrasi lainnya. Hal ini tampak pada sistem politik, sistem pemerintahan,
dan adanya dominasi LDP dalam kehidupan politik dan pemerintahan Jepang.

Daftar Pustaka
Anonim. The Constitution of Japan of 1947.
Kishimoto Koichi. 1988. Politics in Modern Japan Development and Organization. Third
Edition. Tokyo : Japan Echo Inc.
Kozo Yamamura and Yasukichi Yasuba.1987. The Political of Japan. Volume 1 The Domestic
Transformation. California : Stanford University Press.

Yustisia No 22/1992. ISSN 0852-094, JUNI-AGUSTUS 1992

13

Reinhard Drifte. 1989. Japan’s Foreign Policy, New Tork : Council on Foreign Relations
Press.
Steven K. Vogel. 1989. Japanese High Technologi, Politics, and Power. Calofornia: Regents
of the University of California.