Pengaruh komponen pada iklan media televisi terhadap loyalitas konsumen Indomie dan Mie Sedap : studi kasus pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma - USD Repository

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis, perusahaan selalu berhadapan dengan berbagai macam

  masalah baik dalam bidang produksi, SDM, keuangan maupun pemasaran. Hal- hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup sebuah perusahaan.

  Dalam bidang pemasaran perusahaan selalu mencoba untuk memasarkan produknya dan berusaha untuk memuaskan konsumennya.

  Berkaitan dengan hal tersebut maka perusahaan menggunakan strategi tertentu agar produk yang dipasarkannya dapat memenuhi permintaan konsumen pada pangsa pasarnya. Dengan adanya marketing mix, maka perusahaan dapat memperkenalkan keunggulan produknya lewat promotion mix, personal selling, publisitas dan promosi dagang. Komponen tersebut merupakan sarana komunikasi yang bertujuan untuk menarik perhatian konsumen agar mereka tertarik untuk mencoba menggunakan produk tersebut.

  Salah satu cara yang dapat digunakan perusahaan untuk mempromosikan produknya adalah melalui periklanan di berbagai media antara lain media cetak, radio ataupun televisi. Jenis-jenis media tersebut masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Akan tetapi, dengan adanya media ini perusahaan dapat menginformasikan produknya kepada konsumen sehingga dapat mencapai tujuannya.

  Pada zaman sekarang ini, produk convenience seperti mie instant merupakan produk yang banyak dikonsumsi oleh umum karena praktis dan hemat waktu.

  Untuk iklan produk ini, perusahaan di Indonesia kebanyakan menggunakan iklan media televisi karena media ini secara konvensional lebih efektif, didukung dengan system audio, visual, gambar, orang dan gerak sehingga jangkauannya lebih tinggi. Selain itu, iklan televisi membuat pembeli tetap mengingat produk itu meskipun tidak musim dan mempertahankan kesadaran puncak (M. Suyanto 2005:60). Hal-hal tersebut dirancang dengan elemen pembentuk iklan yang dikenal dengan rumus AIDCA (Rhenald Kasali 1992: 83).

  Dampak iklan juga merebak dalam persaingan usaha dalam mewujudkan persaingan merek dan produk, hal ini terjadi karena banyak produk sejenis yang ada di segmen pasar yang sama diproduksi oleh perusahaan yang berbeda dan akibatnya mereka berlomba merebut konsumen dan konsumen yang diperoleh akan dipertahankan agar setia.Dari segi psikologis,jika konsumen dihadapkan pada sejumlah pilihan dimana persaingan produk telah menyebabkan barang semakin baik dan murah namun konsumen tidak mencoba berpaling pada produk tertentu. Tentu saja hal ini tidak dapat hanya diduga bahwa karena adanya faktor kesempurnaan produk. Produk yang berkualitas saja tidak akan memiliki pengaruh yang signifikan dalam membangun kesetiaan melainkan kesetiaan konsumen justru akan bangkit jika psikologi konsumen direkayasa sedemikian rupa oleh rekayasa pesan melalui iklan; dengan kata lain, iklan tampaknya produk(Rendra Widyatama 2005:161). Oleh karena itu, perusahaan harus mencari apa yang bernilai bagi konsumen dengan mengetahui atribut yang mendasari persepsi dan preferensi konsumen terhadap pasar modern sehingga dapat memberi pelayanan yang melebihi ekspektasi konsumen (Oinike R.M.

  Hutasoit,2006-06-21).

  Timbulnya loyalitas suatu produk dipengaruhi beberapa atribut dari mutu produk, tampilan, rancangan, pelayanan dan lain-lain (Abstract: Leila Salawati C,April 1999). Dijelaskan juga bahwa tantangan membangun loyalitas concern pada taste (Rusmaina Lenggogeni. Manajer senior PT Unilever Indonesia,23 Maret 2006). Semakin terikat konsumen akan suatu produk maka akan terjadi pembelian berulang di mana mereka telah merasa bahwa mereka telah melakukan preferensi produk secara tepat sehingga keterikatan ini menjadi suatu syarat timbulnya suatu loyalitas (Jill Griffin, 2002:21). Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mempromosikan produknya secara efektif agar dapat mempertahankan hubungan dengan pelanggannya.

  Dari uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul

  

Pengaruh Komponen AIDCA pada Iklan Media Televisi Terhadap

Loyalitas Konsumen Mie Sedap dan Indomie”.

  B. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimanakah pengaruh iklan media televisi terhadap loyalitas konsumen indomie dan mie sedap?

  2. Komponen AIDCA (Attention, Interest, Desire, Conviction, Action) manakah yang paling mempengaruhi loyalitas konsumen pada masing-masing merk mie instant tersebut? 3. Apakah ada perbedaan loyalitas konsumen terhadap indomie dan mie sedap?

  C. Batasan Masalah

  Dalam penelitian ini masalah hanya dibatasi tentang loyalitas konsumen terhadap mie instant dalam arti melakukan pembelian ulang mie instant (dalam hal ini adalah indomie dan mie sedap) paling tidak 3 kali setiap minggunya dan loyalitas hanya dipandang dari pengaruh iklan media televisi.

  D. Tujuan Penelitian

  1. Mengidentifikasi pengaruh media iklan televisi terhadap loyalitas konsumen indomie dan mie sedap

  2. Mengidentifikasi komponen AIDCA yang paling mempengaruhi loyalitas konsumen indomie dan mie sedap.

  3. Mengidentifikasi perbedaan loyalitas konsumen terhadap indomie dan mie

E. Manfaat Penelitian

  1. Bagi perusahaan Agar perusahaan dapat menentukan strategi dan kebijakan yang tepat dalam mempertahankan hubungan dengan pelanggan dalam pangsa pasarnya.

  2. Bagi Masyarakat Sebagai pedoman bagi kita dalam pemilihan suatu produk secara tepat sehingga kita tidak akan meragukan keputusan pembelian kita terhadap suatu produk dan menjadi yakin terhadap produk yang telah kita pilih.

  3. Bagi Perguruan Tinggi Dapat menambah wawasan tentang ilmu pemasaran sehingga dapat mengetahui lebih jauh tentang perilaku konsumen dalam membuat suatu keputusan pembelian terhadap pilihan produk yang ada.

BAB II LANDASAN TEORI A. Iklan dan Pemasaran Menurut Rendra Widyatama (2005), pengertian iklan secara prinsip adalah

  bentuk penyajian pesan yang dilakukan oleh komunikator secara personal melalui media untuk ditujukan pada komunikan dengan cara membayar.Dalam perspektif iklan cenderung menekankan pada aspek penyampaian pesan yang kreatif dan persuasif yang disampaikan melalui media khusus, Perspektif pemasaran lebih menekankan pemaknaan iklan sebagai alat pemasaran yaitu menjual produk.

  Pengertian tersebut juga sejalan dengan pengertian iklan menurut Dunn dan Barban (1978) yang menuliskan bahwa iklan adalah bentuk komunikasi non personal yang disampaikan lewat media dengan membayar ruang yang dipakainya untuk menyampaikan pesan yang bersifat membujuk (persuasive) kepada konsumen, lembaga non komersial maupun pribadi yang berkepentingan (Dunn&Barban 1978:8). Di Indonesia, Masyarakat Periklanan Indonesia mengartikan iklan sebagai segala bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat suatu media kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Dari beberapa pengertian iklan tersebut, dapat dirangkum enam prinsip dasar

  1. Adanya pesan tertentu Sebuah iklan tidak akan ada tanpa adanya pesan. Tanpa pesan iklan tidak akan berwujud. Menurut (Kotler& AB Susanto,2001:820) terdapat beberapa hal yang harus diputuskan mengenai pesan iklan yaitu: pembentukan pesan, evaluasi dan pemilihan pesan, dan pelaksanaan pesan yang dapat disajikan dari segi potongan kehidupan, gaya hidup, fantasi, suasana atau citra, musik, simbol kepribadian, keahlian teknis, bukti ilmiah, dan bukti kesaksian.

  2. Dilakukan oleh komunikator (sponsor) Ciri sebuah iklan adalah bahwa pesan tersebut dibuat dan disampaikan oleh komunikator atau sponsor tertentu secara jelas. Komunikator iklan dapat dating dari perseorangan, kelompok masyarakat, lembaga atau organisasi bahkan negara.

  3. Dilakukan dengan cara non personal.

  Dari pengertian iklan yang diberikan, hampir semua menyepakati bahwa iklan merupakan penyampaian pesan yang dilakukan secara non personal. Non

  

personal artinya tidak dalam bentuk tatap muka. Penyampaian pesan dapat

  disebut iklan bila dilakukan melalui media (yang kemudian disebut dengan media periklanan).

  4. Disampaikan untuk khalayak tertentu Dalam dunia periklanan, khalayak cenderung bersifat khusus. Pesan yang disampaikan tidak dimaksudkan untuk diberikan kepada semua orang,

5. Penyampaian pesan tersebut dilakukan dengan cara membayar.

  Dalam kegiatan periklanan istilah membayar ini sekarang harus dimaknai secara luas. Sebab kata membayar tidak saja dilakukan dengan alat tukar uang melainkan dengan cara barter berupa waktu, ruang dan kesempatan.

  6. Penyampaian pesan tersebut mengharapkan dampak tertentu.

  Dalam sebuah visualisasi iklan, seluruh pesan dalam iklan semestinya merupakan pesan yang efektif. Artinya pesan mampu menggerakkan khalayak ramai untuk mengikuti pesan iklan. Semua iklan yang dibuat pengiklan dapat dipastikan memiliki tujuan tertentu yaitu berupa dampak tertentu baik dampak ekonomis maupun sosial.

  Periklanan dan pemasaran merupakan dua hal yang sulit dipisahkan, keduanya saling berkaitan dan tidak pernah terlepas dari kegiatan pemasaran.

  Dalam kegiatan pemasaran modern, periklanan merupakan bagian dari kegiatan promotion mix bersama dengan personal selling, publisitas dan promosi dagang. Sementara itu, dalam perspektif komunikasi pemasaran dan ekonomi, promotion mix merupakan bagian dari bauran pemasaran. Dengan kata lain, periklanan sebenarnya adalah bagian kecil dari kegiatan pemasaran yang lebih luas.

  Berikut ini adalah diagram tentang bauran pemasaran dan bauran promosi menurut Rendra Widyatama: Diagram bauran pemasaran dan Bauran Promosi

  ( Marketing Mix and Promotion Mix )

Marketing Mix

  

( Bauran Pemasaran )

Product Price Place Promotion

  

( Produk ) ( Harga ) ( Tempat ) ( Promosi )

Advertisement Sales Promotion Publicity Personal Selling

  ( Iklan ) ( Promosi Dagang ) ( Publisitas ) ( Penjualan Pribadi )

Keempat aktivitas ini disebut dengan Bauran Promosi ( Promotion Mix )

  Sebagai sebuah bentuk aktivitas komunikasi, pemasaran merupakan upaya menyampaikan pesan kepada orang lain. Menyampaikan pesan dalam hal ini menitikberatkan pada dua makna utama yaitu: menginformasikan kepada orang lain tentang produk yang dibuat dan merupakan upaya mempengaruhi atau membujuk orang lain (calon pembeli) supaya membeli, menggunakan produk kita atau agar mereka tetap setia dengan produk yang kita hasilkan.

  Dalam melakukan upaya pemasaran tersebut, dapat ditempuh dengan banyak cara, baik memakai media (media lini atau lini bawah), maupun tidak melalui media (dalam komunikasi bentuk personal). Sehingga sifat pemasaran dapat dilakukan secara personal maupun non personal (melalui media) dengan beberapa cara yaitu periklanan(advertisement), promosi dagang (sales promotion), publisitas (publicity) dan penjualan pribadi (personal selling). Umumnya, keempat kegiatan ini dilakukan secara bersama dan sinergis. Dalam ilmu pemasaran, aktivitas ini disebut bauran promosi (promotion mix).

  Dalam perkembangannya, sebagaimana yang terjadi sekarang bagan tersebut sudah banyak dikembangkan. Dari hasil kajian terus-menerus di lapangan pemasaran tidak cukup sekedar membangun aspek produk, menentukan harga, menyiapkan tempat dan melakukan promosi yang baik. Berhasilnya pemasaran produk juga disumbang oleh faktor-faktor lain di luar 4 hal tersebut.

  Dengan pemahaman yang menyeluruh atas marketing mix dan promotion mix maka seorang pengiklan akan lebih mudah dalam merancang pesan iklan. Pesan yang dibangun akan lebih sesuai dengan khalayak sasarannya. Dengan demikian, secara keseluruhan iklan yang disampaikan akan lebih berhasil mencapai target yang diinginkan di masyarakat.

  Setelah mengetahui gambaran tentang bauran promosi maka tentu saja kita perlu memahami tentang berbagai macam media promosi yang digunakan dalam memperkenalkan suatu produk atau jasa.

B. Mengenal Media Promosi

  Secara umum pembagian menurut praktisi periklanan, iklan dapat dikelompokkan dalam 2 kategori besar yaitu Above the line (bersifat massa) dan below the line (menggunakan media khusus). Yang termasuk dalam above the line antara lain: surat kabar, majalah, tabloid, televisi, film dan media interaktif internet. Sementara untuk below the line antara lain: leaflet, poster, spanduk, baliho, bus panel, bus stop, point of purchase (POP), stiker,shop sign, flayers, hanging display, dan sebagainya. Ada berbagai jenis media utama yang masing- masingnya memiliki keunggulan dan kendala yaitu: (Kotler& AB Susanto,2002:832)

  1. Surat kabar Keunggulan: fleksibilitas, ketepatan waktu, liputan pasar lokal yang baik, penerimaan luas dan dipercayai. Sedangkan kendalanya: jangka waktu pendek, mutu reproduksi buruk dan penerusan audiens kecil.

  2. Surat langsung Keunggulan: audiens terpilih, fleksibilitas, tidak ada persaingan iklan untuk media yang sama, personalisasi. Sedangkan kendalanya: biaya relative tinggi, citra “surat sampah”.

  3. Radio Keunggulan: penggunaan massal, pilihan geografis dan demografis tinggi, biaya rendah sedangkan kendalanya hanya penyajian audio, perhatian audiens

4. Majalah

  Keunggulan: pilihan geografis dan demografis tinggi, peredaran yang sia-sia, tidak ada jaminan posisi sedangkan kendalanya: ’Tenggang waktu pembelian iklan panjang terdapat”

  5. Lapangan Keunggulan: fleksibilitas, pengulangan paparan tinggi, biaya rendah, persaingan rendah sedangkan kendalanya: tidak ada pilihan audiens, kreativitas terbatas.

  6. Televisi Keunggulan: menggabungkan pandangan suara dan gerakan, memancing indra, perhatian tinggi, jangkauan tinggi sedangkan kendalanya: biaya absolut tinggi, pengelompokkan tinggi, paparan tidak terlihat dan pilihan audiens kurang. Televisi adalah salah satu media yang paling banyak dilakukan oleh pemasar di Indonesia misal: Pepsodent, Indomie, Sariayu.(Kotler & AB Susanto 2001:834). Selain itu, televisi adalah lebih efektif daripada media cetak karena televisi adalah media dengan keterlibatan rendah yang sesuai dengan pengetahuan pasif (Kotler & AB Susanto 2000:249). Dalam Low Involvement

  

Theory , Krugman juga mengatakan bahwa menonton televisi adalah aktivitas

pembelajaran pasif ( by Grant A Johnson, University Of Texas at Austin).

  Dari beberapa jenis media iklan yang dipaparkan di atas, peneliti memberikan fokus pada pengaruh iklan media televisi terhadap perilaku media tersebut. Untuk itu, perlu dipahami lebih jauh tentang bentuk iklan yang ada pada media televisi.

C. Bentuk Iklan Televisi

  Televisi merupakan salah satu media yang termasuk dalam kategori ”above the line ”. Sesuai karakternya, iklan televisi mengandung suara, gambar dan gerak.

  Oeh karena itu, pesan lewat media ini sangat perhatian dan impresif. Berdasarkan bentuknya iklan televisi dapat dikelompokkan menjadi: 1.

   Live action

  Merupakan video klip iklan yang melibatkan unsur gambar, suara dan gerak bersama. Biasanya banyak menampilkan cuplikan sehari-hari kehidupan masyarakat.

  2. Animasi Merupakan iklan yang dibangun berdasarkan gambar kartun (dua maupun tiga dimensi).

  3. Stop action Merupakan perpaduan antara live action dan teknik animasi.

  4. Still

  Iklan jenis ini disampaikan dengan cara tidak melibatkan unsur gambar gerak melainkan gambar beku atau diam.Jenis iklan ini bisa juga disebut dengan slide show.

  5. Musik Iklan disampaikan melalui musik sebagai media penyampai pesan. Contoh iklan yang sudah popular menggunakan musik sebagai bentuk yang dominan yaitu iklan indomie.Selain itu, banyak praktisi dan akademisi periklanan memikirkan bentuk variasi musik yag berfungsi untuk fungsi komunikasi, mencakup musik sebagai penarik perhatian, membuat konsumen berperasaan positif, membuat konsumen lebih menerima pesan iklan dan membuat komunikasi yang mengandung arti terhadap produk yang diiklankan (M.Suyanto 2005: 125).

   6.. Superimposed

  Bentuk iklan televisi dalam bentuk iklan iklan yang diperlihatkan di atas gambar lain .

7. Sponsor program

  Iklan televisi dimana pihak pengiklan atau sponsor membiayai program acara televisi tertentu dan sebagai imbalannya ia dapat menyampaikan pesan iklan dengan lebih mendominasi.

  8. Running text Pesan diperlihatkan muncul masuk pada layar secara perlahan bergerak dari kanan lalu masuk pada layar dan menghilang pada sebelah kiri layar dan biasanya diperlihatkan di bawah layar sehingga tidak terlalu mengganggu tayangan yang sedang berlangsung.

   9. Backdrop Iklan televisi diperlihatkan pada layar belakang acara yang diadakan.

   10. Caption

  Bentuk iklan yang menyerupai super imposed. Bedanya adalah pesan yang digunakan hanya berupa tulisan yang muncul di layar bawah. Biasanya untuk mendukung iklan property endorsement.

  11. Credit title Iklan ini biasanya berupa gambar still yang diperlihatkan pada bagian akhir ketika sebuah acara telah selesai.

  12. Ad Lib Pesan disampaikan dan diucapkan oleh penyiar secara langsung baik antara satu acara dengan acara yang lain maupun disampaikan pembawa sponsor program acara tertentu.

   13. Property endorsement

  Dalam siaran televisi, apapun yang diperlihatkan dalam layar dapat digunakan sebagai iklan. Biasanya merupakan iklan tidak langsung (soft

  Campaign) atau terselubung. Iklan ini merupakan bentuk dukungan

  sponsor yang diperlihatkan pada berbagai hal yang digunakan sebagai kelengkapan property siaran maupun berbagai hal yang dikenakan oleh artis atau presenter.

14. Promo Ad

  Iklan yang dilakukan oleh pengelola televisi untuk mempromosikan acaranya dengan harapan para pemirsanya tertarik untuk menonton acara yang ditayangkan sehingga program acara tersebut mendapat rating yang tinggi.

  Bentuk iklan televisi yang disebutkan di atas tentunya berkaitan dengan elemen yang digunakan untuk pembuatan bentuk iklan televisi.

  Menurut Rhenald Kasali (1992:83), untuk menghasilkan iklan yang baik, ada beberapa elemen yang harus digunakan yang dikenal sebagai rumus

  AIDCA yang terdiri dari : 1.

  Attention : Iklan harus menarik perhatian khalayak sasarannya, baik pembaca, pendengar, maupun pemirsa. Untuk itu iklan memerlukan bantuan antara lain berupa ukuran(media cetak, atau air time untuk media penyiaran), penggunaan warna(spot atau full color), tata letak, jenis huruf yang ditampilkan serta berbagai suara khusus untuk iklan pada radio dan televisi .

  2. Interest : setelah perhatian pembeli berhasil direbut,maka perhatian harus dapat ditingkatkan menjadi minat sehingga timbul rasa ingin tahu lebih jauh dalam diri calon pembeli. Dengan demikian, penggunaan kata-kata atau kalimat pembuka sebaiknya dapat merangsang orang untuk tahu lebih lanjut.

3. Desire : Iklan harus dapat menggerakkan keinginan orang untuk memiliki atau menikmati produk tersebut.

  4. Conviction : Dalam tahap ini sejumlah calon pembeli sudah mulai goyah dan emosinya sudah mulai tersentuh. Untuk menimbulkan rasa percaya pada calon pembeli maka dapat ditunjang dengan kegiatan peragaan seperti pembuktian, membagikan percontoh gratis dan menyodorkan pandangan positif dari tokoh masyarakat terkemuka serta pengujian oleh pihak ketiga.

  5. Action : Akhirnya sampai pada upaya terakhir untuk membujuk calon pembeli agar segera melakukan tindakan pembelian .Maka harus mempergunakan pemilihan kata agar calon pembeli dapat bergerak. Elemen tersebut akan merangsang persepsi konsumen terhadap suatu produk. Dari hal itu, maka iklan akan menimbulkan pengaruh di berbagai aspek.

D. Pengaruh iklan

  Menurut Rendra Widyatama (2005), terdapat pengaruh iklan dalam aspek sebagai berikut:

  1. Ekonomi Kegiatan periklanan tampaknya mampu memunculkan multi player effect atau dengan kata lain dapat menghadirkan efek karambol yang luar biasa, tidak hanya mendatangkan keuntungan tetapi juga mampu muncul konsumerisme di masyarakat telah memberi andil pada laju industri. Daya konsumsi masyarakat yang meningkat menyebabkan permintaan akan barang akan bertambah. Peningkatan kapasitas produksi yang dilakukan untuk memenuhi jumlah permintaan sebagai akibat dari pengaruh iklan menyebabkan harga produksi juga ikut berpengaruh. Di satu sisi, produksi massal dapat menekan harga produk dan meningkatkan keuntungan. Dampak iklan juga merebak dalam persaingan usaha dalam wujud persaingan merek dan produk. Hal ini terjadi karena banyak produk sejenis yang ada di segmen pasar yang sama yang diproduksi oleh perusahaan yang berbeda. Hal ini menyebabkan mereka berlomba merebut konsumen dan konsumen yang telah diperoleh akan dipertahankan agar setia.

  2. Psikologis Iklan pada gilirannya ikut menentukan tingkat minat, kepercayaan, dan keyakinan kita terhadap produk. Minat masyarakat terhadap produk tumbuh karena iklan yang menarik atau sebaliknya tidak tetarik bahkan tidak yakin akan kualitas produk yang diiklankan. Tingkat keyakinan tersebut, pada gilirannya juga ikut menjadi penentu keputusan seseorang untuk memilih produk yang hendak dibeli.

  Pengaruh dalam aspek afektif dapat terlihat dalam perilaku seseorang di masyarakat. Pengaruh iklan pada akhirnya akan mempengaruhi nyaman dan lebih percaya diri mengenakan produk dengan merek tertentu ( tentu saja yang diiklankan). Selain itu, iklan juga mampu menumbuhkan sikap konsumerisme masyarakat di mana masyarakat cenderung mengkonsumsi barang dan jasa berlebihan, jauh di atas yang dibutuhkannya.

  Di tengah membanjirnya ribuan merek dari aneka produk yang sejenis, sering dijumpai bahwa konsumen tetap memiliki pilihan terhadap merek tertentu. Mereka tidak mencoba beralih ke merek lain bahkan cenderung membangun kesetiaan terhadap merek Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Griffin(2002:31) bahwa salah satu ciri pelanggan yang loyal adalah kebal terhadap daya tarikan dari pesaingnya.

  3. Sosial Budaya Berbagai pengaruh psikologis yang bersifat individu dari mahkluk yang bernama iklan tersebut lambat laun mengkristal secara kolektif dan menjadi perilaku masyarakat secara umum. Perilaku masyarakat yang lebih umum ini pada gilirannya membentuk system nilai, gaya hidup, maupun standar budaya tertentu termasuk mempengaruhi standar moral, etika maupun estetika. Hal-hal ini mampu dikendalikan oleh iklan dan cenderung menjadi suatu penyeragaman budaya di tengah masyarakat.

  Setelah memahami tentang pengaruh iklan dalam aspek yang pembelian di mana mereka dihadapkan pada sejumlah keputusan pembelian yang mengarah pada loyal atau tidak loyal dalam menggunakan suatu produk.

  4. Loyalitas dan siklus pembelian Setiap kali pelanggan membeli, ia bergerak melalui siklus pembelian.

  Pembeli pertama kali akan bergerak melalui lima langkah yaitu:

  a. Kesadaran Langkah pertama menuju loyalitas dimulai dengan kesadaran pelanggan akan produk anda. Pada tahap ini anda mulai membentuk “pangsa pikiran” yang dibutuhkan untuk memposisikan ke dalam pikiran calon pelanggan bahwa produk atau jasa anda lebih unggul dari pesaing. Kesadaran dapat timbul dengan berbagai cara: iklan konvensional (radio, TV, surat kabar, Bill Board,), iklan di Web, pos langsung, e-mail, terbitan khusus industri, komunikasi dari mulut ke mulut (on line atau off line)serta kegiatan pemasaran seperti in store display dan siaran Web.

  b. Pembelian awal Langkah ini merupakan yang paling penting dalam memelihara loyalitas baik itu dilakukan secara on line maupun off line, pembelian pertama kali merupakan pembelian percobaan; perusahaan dapat produk atau jasa yang diberikan, mudahnya transaksi pembelian aktual, hubungan dengan pegawai, lingkungan fisik toko bahkan waktu loading halaman situs web perusahaan atau mudahnya navigasi. Setelah pembelian pertama dilakukan maka ada kesempatan untuk menumbuhkan pelanggan yang loyal.

  c. Evaluasi- Pasca Pembelian Setelah pembelian dilakukan, pelanggan secara sadar atau tidak sadar akan mengevaluasi transaksi. Bila pembeli merasa puas, atau ketidakpuasan terlalu mengecewakan sampai dapat dijadikan pertimbangan beralih ke pesaing maka akan terjadi kemungkinan membeli kembali.

  d. Keputusan membeli kembali Komitmen untuk membeli merupakan sikap yang paling penting bagi loyalitas bahkan lebih penting dari kepuasan. Motivasi untuk membeli kembali berasal dari tingginya sikap positif yang ditujukan terhadap produk atau jasa tertentu dibanding sikap positif terhadap produk atau jasa alternatif yang potensial.

  Dari tahapan siklus pembelian konsumen, kita akan dapat mengetahui seberapa besar preferensi dan keterikatan konsumen terhadap produk yang ditawarkan yang pada akhirnya akan menimbulkan berbagai jenis

E. Keterikatan dan jenis loyalitas

  Keterikatan merupakan prasyarat bagi suatu loyalitas. Keterikatan yang dirasakan pelanggan dibentuk oleh dua dimensi: tingkat preferensi dan tingkat diferensiasi produk atau jasa yang dipersepsikan.

  Empat keterikatan relatif: diferensiasi produk Tidak Ya preferensi pembeli kuat Keterikatan rendah keterikatan tertinggi

  Lemah Keterikatan terendah keterikatan tinggi

  Faktor kedua yang menentukan loyalitas pelanggan terhadap produk atau jasa tertentu adalah pembelian berulang. Empat jenis loyalitas yang berbeda muncul bila keterikatan rendah dan tinggi diklasifikasikan silang dengan pola pembelian ulang yang rendah dan tinggi.

  Pembelian berulang

tinggi rendah

Keterikatan relative

Tinggi loyalitas premium loyalitas tersembunyi

  Rendah loyalitas yang lemah tanpa loyalitas

  Loyalitas pelanggan tampaknya merupakan ukuran yang lebih dapat diandalkan untuk memprediksi pertumbuhan penjualan dan keuangan. Berbeda dari kepuasan, yang merupakan sikap, loyalitas dapat didefinisikan berdasarkan perilaku

  membeli . Pelanggan yang loyal adalah orang yang :

  1. Melakukan pembelian ulang secara teratur.

  2. Membeli antar lini produk dan jasa.

  3. Mereferensikan pada orang lain.

  4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan pesaing.

  Pentingnya menjaga pelanggan yang ada sekarang dapat diperhitungkan dengan melihat ‘lifetime value’ pelanggan. Perlu juga dipahami bahwa mencari pelanggan baru biasanya lebih mahal daripada mempertahankan yang sudah ada yang akhirnya ini semua berdampak pada peningkatan penjualan.(Berta Bekti Retnawati).

  Dengan demikian, perusahaan harus dapat mengidentifikasi apakah pelanggan terpuaskan atau tidak, dan apakah ada pembelian ulang produk maka perlu diperhatikan komponen pengukuran yang terkait dengan hal itu.

F.. Pengukuran yang terkait dengan pembelian ulang

  Menurut Griffin(2002:3) bahwa sebagian besar manajer menganggap bahwa ada korelasi positif antara skor kepuasan pelanggan dan perilaku pembelian pelanggan. Anggapan umumnya adalah peningkatan skor kepuasan pelanggan akan diikuti peningkatan pangsa pasar yang dibelanjakan oleh pelanggan, tingkat referensi perusahaan dari pihak lain(rate of referral) dan kerelaan pelanggan membayar pada harga yang lebih tinggi(premium price).

  Tetapi sebagaimana dari temuan yang digambarkan oleh Griffin, korelasi tersebut tidak dapat diandalkan. Tingkat kepuasan belum tentu menghasilkan penjualan dan laba yang tinggi. Beberapa alasan faktor kepuasan tidak dapat pesaing lebih besar. Hal ini sependapat dengan Amalia E Maulana seorang kandidat doctor Marketing UNSW, Australia pada majalah SWA (Kamis,13

  

Januari 2005) ia megatakan bahwa “kepuasan pelanggan ternyata tidak

  memberikan jaminan bahwa konsumen akan loyal terhadap kualitas produk atau jasa dan ternyata masih banyak yang pindah merek karena akibat diferensiasi merek yang tersedia tidak selalu signifikan sehingga menurut konsumen tidak ada resiko untuk berganti-ganti. Alasan konsumen puas tetapi tidak loyal karena ada tawaran insentif yang menarik dari pesaing dan sulit ditolak oleh konsumen.

  Suatu produk yang berkualitas saja tidak akan memiliki pengaruh yang signifikan dalam membangun kesetiaan akan tetapi jika psikologi konsumen direkayasa sedemikian rupa oleh rekayasa pesan melalui iklan maka tampaknya mampu membangun pengaruh terhadap kesetiaan konsumen pada produk (Rendra Widyatama, 2005:164).

  Menurut Griffin (2002:5),bila kepuasan pelanggan tidak dapat diandalkan maka dapat digunakan pengukuran sejati yaitu loyalitas pelanggan. Konsep loyalitas konsumen lebih banyak dikaitkan dengan perilaku daripada dengan

  

sikap . Bila seseorang merupakan pelanggan yang loyal, ia menunjukkan perilaku

  pembelian yang didefinisikan sebagai pembelian non random yang diungkapkan dari waktu ke waktu oleh beberapa unit pengambilan keputusan. Istilah non merupakan kuncinya. Loyalitas menunjukkan kondisi durasi waktu

  random tertentu dan mensyaratkan bahwa tindakan pembelian tidak kurang dari dua kali. membeli mungkin dilakukan oleh lebih dari satu orang. Loyalitas merupakan tingkatan dimana suatu perilaku mengalami pengulangan dan perilaku tersebut harus dipelihara di sepanjang rantai pembelian konsumsi (J Paul Peter dan Jerry

  C. Olson 280:1999) Dua kondisi penting yang berhubungan dengan loyalitas adalah retensi

  pelanggan (customer retention) dan total pangsa pasar (total share of customer) . Retensi pelanggan adalah persentase pelanggan yang telah memenuhi

  sejumlah pembelian ulang selama periode waktu terbatas. Pangsa pasar suatu perusahaan menunjukkan persentase dari anggaran pelanggan yang dibelanjakan ke perusahaan tersebut.

  Setelah perusahaan mempengaruhi konsumen lewat bebagai media yang digunakan untuk mempromosikan produknya, ia akan mengamati siklus pembelian yang terkait dengan perilaku pembelian yang juga dipengaruhi faktor keterikatan, preferensi serta pembelian ulang. Dari hal-hal tersebut, tentunya perusahaan harus mengetahui kiat-kiat untuk mempertahankan pelanggannya agar tidak hilang. Berikut ini akan dijelaskan tentang kiat-kiat untuk membangun loyalitas dengan pelanggan.

G. Membangun Loyalitas

  Sebelum membangun suatu loyalitas kita harus dapat mengidentifikasi hal-hal sebagai berikut(Gramedia Management Action Guides) :

  Dalam dunia komersial, perusahaan selalu dituntut untuk berkompetisi dalam kualitas layanan mereka. Barang nyata menjadi sekedar salah satu unsur yang komprehensif. Sehingga mereka dituntut untuk mendiferensiasikan produknya dan semua hal itu konsumen dan kebutuhan “riil”. Kecenderungan barang menjadi layanan ini berarti konsumen harus semakin mempercayai pemasok mereka dan mengandalkan reputasi serta integritas mereka karena mereka tidak dapat menilai apa yang mereka peroleh sebelum membelinya.

  2. Konsumen sebagai bagian dari bisnis Konsumen merupakan satu-satunya aset yang dimiliki oleh suatu bisnis.

  Tanpa ada konsumen tidak ada bisnis dan tidak ada aset lain yang mempunyai nilai komersial.

  3. Siapakah konsumen anda? Banyaknya jenis konsumen yang diharapkan dan seberapa banyak perhitungan kepentingan dan opini mereka tergantung pada sejumlah faktor: skala operasi, usia produk, pengaruh relatif terhadap kehidupan manusia, visibilitas serta konsekuensi kegagalan atau kerusakan.

  4. Manfaat produk Konsep produsen tentang produk mereka adalah pada bentuk produk mereka sedangkan bagi konsumen, kepentingan mereka terletak pada

  manfaat produk tersebut.

  5. Total Quality Manajemen (TQM) Banyak perusahaan kini menggunakan prinsip TQM sebagai pedoman mengelola produksi . Dalam bahasan TQM dikatakan bahwa ‘kualitas’ adalah kemampuan untuk digunakan. Gagasan bahwa kualitas tergantung pada kegunaan yang diberikan membawa konsumen ke dalam gambaran tersebut, karena pelangganlah yang menentukan apa kegunaannya.

  6. Mencari tahu kebutuhan konsumen Mencari tahu kebutuhan-kebutuhan konsumen sangat berbeda dengan mencari tahu seberapa besar kepuasan konsumen akan produk dan pelayanan anda. Aktivitas yang kedua merupakan cara untuk meningkatkan tujuan anda saat anda tahu bahwa anda telah mencapai bidang sasaran umum dengan produk anda. Menemukan kebutuhan para konsumen adalah masalah pengembangan, bukan penjualan. Oleh karena itu kita pasti lebih tertarik kepada kebutuhan yang tidak terpenuhi ketimbang pujian bagi hasil kerja kita. Setiap kontak dan percakapan yang dilakukan dengan para konsumen adalah kesempatan untuk mempelajari hal-hal baru tentang kebutuhan dan hal yang disukai konsumen. Selanjutnya kita harus mengasumsikan bahwa anda terlibat dalam diskusi yang agak formal dengan konsumen yang tahu siapa anda dan percaya pada anda. a. Persiapan Dua hal yang perlu dipikirkan sebelum memulai percakapan dengan konsumen yaitu : jenis bisnis dan hal yang anda ketahui tentang konsumen.

  b. Mengarahkan pembicaraan Agar dapat mengarahkan pembicaraan maka hal yang dibutuhkan adalah bahwa mereka percaya pada anda, ada sesuatu untuk mereka, pertanyaan yang tepat,dan anda adalah pendengar yang baik.

  c. Menciptakan kepercayaan Penyebab ketidakpercayaan adalah ketidaktahuan akan maksud orang lain.

  7. Manfaat bagi konsumen Didasarkan pada motivasi dasar manusia, ada tiga hal yang dapat diasumsikan dengan aman yaitu bahwa tiap orang ingin: diakui, menjadi individu, dan membuat perbedaan. Setelah sadar akan motivator dasar ini, maka sangatlah mudah untuk membuat mata rantai yang menghubungkan anda dengan konsumen dan efeknya adalah meningkatnya kerja sama kita dengan mereka. Perlu diingat bahwa tidak perlu menipu atau memberi ‘pelicin’ kepada konsumen. Sepenuhnya ini berkenaan dengan penghargaan yang sesuai dengan bobotnya. Perlu diingat bahwa loyalitas selalu bergerak searah dengan laju pertambahan manfaat (Hermawan Kartajaya 2007:52).

8. Merancang produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen

  Agar dapat memuaskan konsumen, kita tidak dapat menganggap produk kita sebagai barang melainkan harus disesuaikan dengan keinginan konsumen.

  Untuk itu, kita perlu mengetahui tentang klasifikasi barang konsumsi berdasarkan kebiasaan belanja konsumen. Menurut Kotler dan AB Susanto, produk tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

  a. Convenience goods : barang yang dibeli dengan frekuensi tinggi, waktu

  singkat, dan usaha minimum.Untuk kelas produk ini penjualannya masal oleh produsen, biasanya harga rendah, merek penting (McCarthy & Perreault 1995:268).

  b. Shopping goods : barang yang dalam proses pemilihan dan pembelian dibandingkan.

  c. Specialty goods : Barang yang memiliki karakteristik unik dan atau

  identifikasi merek untuk itu sekelompok pembeli bersedia berusaha membelinya.

  d. Unsought goods : barang yang tidak diketahui pembeli atau diketahui tetapi biasa tidak berpikir untuk membelinya.

  Setelah mengetahui hal-hal tersebut maka dapat dibuat keputusan tentang seberapa jauh kita akan memenuhi kebutuhan konsumen.Selanjutnya kita harus dapat mendiferensiasikan produk kita dengan pemasok yang lain.

  9. Variasi konsumen Variasi konsumen tersebut dapat terangkum dalam beberapa kemungkinan perbedaan yang penting yaitu: potensi konsumen-nilai pembelian mereka, pengetahuan teknis dan keahlian mereka, kejelasan keperluan mereka, dan tipe penggunaan.

  10. Nilai tambah pada produk Harus ada sebuah pengertian bahwa anda harus mempunyai rincian lengkap tentang kebutuhan konsumen dan memandang hubungan antara konsumen dan perusahaan sebagi kesatuan yang kontinyu. Dengan perspektif ini, anda akan mampu melihat berbagai peluang untuk mengembangkan jangkauan dari dua dimensi yang bisa kita sebut sebagai tinggi dan lebar. Tinggi berarti layanan berkembang naik dan turun sedangkan lebar berarti perluasan jangkauan kebutuhan yang siap anda layani.

  11. Mengembangkan produk baru Hendaknya ada kebijakan dan pedoman untuk mengembangkan produk baru yaitu: mengembangkan daya saing, mempertahankan keberadaan pelanggan, mencari pelanggan yang baru untuk produk yang ada, memanfaatkan perkembangan teknologi dan meraih pangsa pasar.

  Dalam mengembangkan produk baru, perusahaan dapat melakukan cara yaitu mengembangkan produk dalam laboratoriumnya atau dapat mengontrak peneliti atau perusahaan pengembangan produk baru untuk mengembangkan

  12. Sumber gagasan bagi produk baru Bagi sebagian besar perusahaan,sumber ide utamanya adalah: para pelanggan, para pesaing, para staf, penelitian dan pengembangan (litbang).

H. Review penelitian terdahulu

  Dari pengamatan tentang penelitian terdahulu yang diteliti (oleh Agustinus 992214010) dengan judul ‘Persepsi konsumen terhadap promosi melalui televisi dengan loyalitas pelanggan pada produk shampoo PANTENE, ia menyatakan hipotesis bahwa persepsi konsumen tehadap promosi televisi berhubungan dengan loyalitas pelanggan Shampoo PANTENE, hal yang ditekankan adalah

  persepsi sedangkan penelitian yang akan dilakukan sekarang lebih mengacu

  pada seberapa besar tingkat loyalitas dinilai dari perilaku pembelian yang dipengaruhi oleh iklan televisi.

I. Hipotesis

  Kerangka Pikir

  Perilaku pembelian yang Pengaruh mengarah pada loyalitas psikologis dari iklan TV ¾ Adanya pembelian berulang

  (rekayasa pesan dan teratur tergantung pada

  

¾ Mereferensikan kepada

elemen pembentuk orang iklan (Attention,

  (

  ¾ Adanya kekebalan terhadap Interest,Desire,Convicti

daya tarik pesaing

on,Action)

  Pembelian lini produk ¾

  Tingkat keyakinan,minat, dan kepercayaan

  Pengaruh psikologis dari iklan televisi sangat tergantung pada elemen pembentuk iklan (AIDCA) dan selanjutnya akan merangsang tingkat keyakinan, minat dan kepercayaan konsumen). Dari hal tersebut maka perilaku konsumen akan teramati apakah mereka adalah orang yang memenuhi kriteria terbentuknya loyalitas konsumen.

  Ha : Ada pengaruh komponen AIDCA pada iklan media televisi terhadap loyalitas konsumen mie instant.

  Ho :Tidak ada pengaruh komponen AIDCA pada iklan media televisi terhadap loyalitas konsumen mie instant.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus (case study) adalah penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield,1930 dalam Moh. Nazir). Tujuan studi kasus adalah memberi gambaran secara terperinci tentang

  latar belakang, sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus ataupun status dari individu yang kemudian sifat tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum, studi kasus mengkaji variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil, studi kasus juga dapat memberikan hipotesa-hipotesa untuk penelitian lanjutan. Dari segi edukatif, studi kasus dapat digunakan sebagai contoh ilustrasi dalam perumusan masalah, penggunaan statistik dalam menganalisa data serta cara perumusan generalisasi dan kesimpulan (Moh.Nazir,1988:66).

B. Waktu dan Lokasi penelitian Waktu untuk penelitian ini adalah berkisar antara bulan Oktober-November.

  Untuk lokasi penelitian bertempat di Universitas Sanata Dharma Fakultas Ekonomi.

  C. Subyek dan obyek penelitian

  Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi. Obyek penelitian ini adalah tingkat loyalitas subyek penelitian terhadap merk mie instant dan persepsi subyek terhadap iklan media televisi.

  D. Identifikasi variabel

  Peneliti mendefinisikan ‘Loyalitas’ sebagai suatu perilaku pembelian berulang, rutin, non random terhadap produk mie instant, setidaknya konsumen tersebut melakukan minimal tiga kali pembelian ulang dan rutin per minggu dengan rentang loyalitas sebagai berikut:

  Tingkat Penilaian loyalitas Sangat loyal >3 kali Loyal > 3 kali Tidak loyal < 3 kali

  a. Sangat loyal : Bila konsumen membeli mie instant lebih dari tiga kali dalam seminggu. b.Loyal : Bila konsumen membeli mie instant tiga kali dalam seminggu.

  c.

  Tidak loyal : Bila konsumen membeli mie instant kurang dari tiga kali dalam seminggu bahkan tidak rutin membeli.

  Iklan media televisi adalah media iklan yang menampilkan informasi tentang suatu produk dengan frekuensi tinggi disertai dengan efek audio visual yang secara keseluruhan tergantung oleh AIDCA sebagai komponen pembentuk iklan sehingga dapat menarik, meyakinkan, dan membujuk konsumen untuk membeli produk.

  Adapun aspek yang tercakup dalam AIDCA antara lain:

  

a. Attention yang meliputi air time, warna, musik dan slogan untuk menarik

perhatian konsumen.

  

b. Interest meliputi: kalimat yang digunakan untuk membuat konsumen berminat

pada produk.

  

c. Desire meliputi: rangkaian kata yang membuat konsumen untuk memiliki

produk.

  

d. Conviction meliputi: pihak ketiga atau orang terkemuka misalnya artis terkenal

untuk meyakinkan konsumen.

  

e. Action meliputi: pilihan kata untuk merangsang psikologis konsumen untuk

membeli produk.

E. Pengukuran Variabel

  Variabel dependen dalam penelitian ini adalah loyalitas (perilaku pembelian konsumen yang mengarah pada pembelian ulang) sedangkan variabel independen adalah komponen AIDCA pada iklan media televisi.

  F. Pengembangan instrumen

  Penelitian ini akan menggunakan kuesioner sebagai instrumen untuk mengetahui dan mengukur variabel yang akan diteliti. Kuesioner atau schedule tidak lain dari sebuah set pertanyaan yang logis yang berhubungan dengan masalah penelitian dan tiap pertanyaan merupakan jawaban yang mempunyai makna dalam pengujian hipotesa (Moh.Nazir 1988:248) dan wawancara secara lisan.

  G. Scaling

  Metode scaling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert karena realibilitas yang relatif tinggi dan dapat memperlihatkan item yang dinyatakan dalam response alternatif (sangat setuju, setuju, bimbang ,tidak setuju, sangat tidak setuju), selain itu skala ini juga dapat menjelaskan tentang keterangan yang lebih jelas dan nyata tentang sikap responden terhadap isu yang dipertanyakan (Moh.Nazir 1988:398).

  H. Jenis dan Bentuk Data

  Jenis data penelitian adalah primer yaitu langsung bersumber pada subjek yang akan diteliti. Bentuk datanya yaitu kuesioner/angket yang disebarkan pada responden disertai dengan butir pertanyaan dalam tingkatan skala Likert.

I. Populasi

  Karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi USD yang membeli ulang indomie dan mie sedap.

  J. Sampel

  Sebagian dari populasi dengan karakteristik yang telah disebutkan dan jumlah sampel itu dapat mewakili variabel yang akan diteliti.

  K. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian adalah Non Random Sampling.

  Jenis Non Random Sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan (Nana Syaodih Sukmadinata 2006:254).

  Peneliti mengambil sampel dari mahasiswa FE USD angkatan 2004 dan 2005 yang total populasinya berjumlah 701 orang. Peneliti mengambil angkatan ini sebagai sampel karena subjek lebih dikenal sehingga mudah untuk ditemui.

  L. Jumlah sampel

  Sampel yang digunakan dalam survey sebanyak 100 individu untuk seluruh sampel baru dianggap cukup memadai sedangkan untuk kelompok sampelnya berkisar antara 20-50 orang (Nana Syaodih Sukmadinata 2006:261). Jumlah sampel untuk penelitian ini adalah100 orang Dengan proporsi sampling sebagai berikut : Manajemen angkatan 2004 : (169/701)x100 orang = 24 orang 2005 : (180/701)x100 orang = 26 orang Akuntansi angkatan 2004 : (175/701)x100 orang = 25 orang 2005 : (177/701)x100 orang = 25 orang

  M. Metode Pengambilan data

  Dengan menggunakan survey yaitu dengan mengedarkan kuesioner ini merupakan cara yang ampuh sebab dalam waktu yang relatif singkat jawaban dari sejumlah responden dapat diperoleh (Nana Syaodih Sukmadinata 2006:86) dan wawancara secara lisan pada responden.

  N. Validitas dan Reliabilitas

  Suatu pengukuran tidak dapat dikatakan valid bila tidak reliabel (Stanisiaus S.Uyanto 2006: 239). Untuk pengujian hal ini, peneliti menggunakan metode

  Alpha-Cronbach untuk mengukur keandalan konsistensi internal. Secara umum

  keandalan kurang dari 0,6 dianggap buruk, kisaran 0,7 bisa diterima dan lebih dari 0,8 adalah baik (Uma Sekaran 2006:182).

  O. Analisis data

  Dengan pendekatan analisis Regresi Berganda untuk melihat pengaruh antara beberapa variabel independen terhadap sebuah variabel dependen. Analisis variabel- variabel tersebut menggunakan program SPSS. Persamaan Umum: a +a

  1 X 1 + a

  2 X

2 + a

  3 X 3 + e

  Langkah-langkahnya: Menghitung komponen-komponen

  2

  2

  2

  = – ( ∑x ∑x ∑x) n:

  1 x 2 = 1 x 2 – ( 1 )( 2 )

  ∑x ∑x ∑x ∑x

  ∑xy = ∑XY – (∑X)(∑Y) n Menghitung a ,a , dan a :

  1

  2

  2

  a

  1 = ( 1 y)( ) – ( 2 y)( 1 x

2 )

  ∑x ∑x2 ∑x ∑x

  2

  2

  ( )( ) – (

  1 x 2 )( 1 x

2 )

  ∑x1 ∑x2 ∑x ∑x

  2

Dokumen yang terkait

Pengaruh komponen pada iklan media televisi terhadap loyalitas konsumen Indomie dan Mie Sedap : studi kasus pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

0 1 117

Analisis pengaruh kepuasan terhadap loyalitas konsumen handphone merk Nokia : studi kasus pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen.

0 0 109

Analisis pengaruh kepuasan terhadap loyalitas konsumen handphone merk Nokia : studi kasus pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen.

0 0 109

Pengaruh karakteristik konsumen terhadap pembelian produk imitasi : studi kasus terhadap mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 0 123

Pengaruh kepuasan konsumen pada atribut produk terhadap loyalitas pelanggan : studi kasus Mie Instant Indomie dan Mie Sedap - USD Repository

0 0 125

Pengaruh iklan TV terhadap minat beli konsumen Pocari Sweat : studi kasus pada mahasiswa Sanata Dharma fakultas ekonomi - USD Repository

0 0 129

Pengaruh daya tarik iklan televisi terhadap minat beli konsumen pada produk minuman Frestea : studi kasus pada Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 131

Analisis pengaruh kepuasan terhadap loyalitas konsumen handphone merk Nokia : studi kasus pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen - USD Repository

0 0 107

Analisis pengaruh kepuasan terhadap loyalitas konsumen handphone merk Nokia : studi kasus pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen - USD Repository

0 0 107

Analisis pengaruh kemasan terhadap minat beli konsumen : studi kasus pada kemasan mie instan merk Indomie terhadap mahasiswa Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 3 139