Tingkat kecerdasan emosional remaja panti asuhan : studi deskriptif tingkat kecerdasan emosional pada reemaja Panti Asuhan Pondok Harapan Diakonia Bawen dan implikasinya terhadap usulan topi-topik bimbingan pribadi sosial - USD Repository

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL REMAJA PANTI ASUHAN
(Studi Deskriptif Tingkat Kecerdasan Emosional pada Remaja Panti Asuhan
Pondok Harapan Diakonia Bawen dan Implikasinya Terhadap Usulan
Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memproleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :
Mika Botti Br Ginting
101114028


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

 Mudah sekali bagi siapa pun untuk bersabar ketika
semuanya berjalan baik, tapi dibutuhkan hati yang
baik dan pikiran yang utuh untuk membuat diri Anda

tetap berada dalam kesabaran yang baik saat keadaan
menjadi buruk (Mario Teguh).
 Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah,
maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan
dibukakan bagimu (Matius 7:7).
 Kita bahagia karena kasih sayang, kita matang karena
masalah, kita lemah karena putus asa, kita maju
karena usaha, dan kita kuat karena doa.

Skripsi ini kupersembahkan kepada:
 Tuhan Yesus Kristus yang setia mendampingiku
dalam suka dan duka saat mengerjakan skripsi.
 Keluarga tercinta: Bapak dan Mamak, keadua
adek ku (Heppy Ester Br Ginting dan David
Remonda Ginting)
 Almamaterku tercinta: Program Studi Bimbingan
dan Konseling Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang telah mendidik dan
mendewasakan aku.


iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

vi


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK

TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL REMAJA PANTI ASUHAN
(Studi Deskriptif Tingkat Kecerdasan Emosional pada Remaja Panti Asuhan
Pondok Harapan Diakonia Bawen dan Implikasinya Terhadap Usulan
Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial)

Mika Botti Br Ginting
2014

Penelitian ini bertujuan untuk memproleh gambaran tingkat kecerdasan
emosional siswa-siswi remaja Panti Asuhan Pondok Harapan Diakonia Bawen.
Hasil dari penelitian ini akan digunakan untuk mengusulkan topik-topik

bimbingan pribadi sosial.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Subjek penelitian adalah 32 Siswa
remaja Panti Asuhan Pondok Harapan Diakonia Bawen. Instrumen penelitian
menggunakan kuesioner yang disusun oleh penulis berdasarkan buku Emotional
Intellegence (Goleman, 2002). Kuesioner terdiri dari 56 pernyataan yang
mencakup kelima aspek kecerdasan emosional yaitu: (1) kesadaran diri (2)
pengaturan diri (3) memotivasi diri sendiri (4) mengenali emosi orang lain (5)
membina hubungan. Teknik analisis data yang digunakan adalah
mengelompokkan data berdasarkan variabel, jenis responden, mentabulasi data
berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang
diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. Tingkat
kecerdasan emosional remaja Panti Asuhan Pondok Harapan Diakonia Bawen
digolongkan menjadi rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja Panti Asuhan Pondok
Harapan Diakonia Bawen memiliki kecerdasan emosional rendah 1 siswa (3 %),
yang memiliki kecerdasan emosional sedang 7 siswa (22 %), yang memiliki
kecerdasan emosional tinggi 21 siswa ( 66 %), dan yang memiliki kecerdasan
emosional sangat tinggi 3 siswa (9 %). Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar siswa-siswi telah memiliki kecerdasan emosional yang
tinggi. Berdasarkan analisis item dalam kategori sedang, peneliti mengusulkan

topik-topik bimbingan pribadi sosial. Usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial
yaitu Peranan kecerdasan emosional, kesadaran emosi, mengendalikan emosi
sendiri, dorongan untuk berprestasi.

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

EMOTIONAL INTELLEGENCE LEVEL OF ADOLESCENT
ORPHANAGE
(A Descriptive Study on Emotional Intellegence Level it in Adolescent
Orphanage Pondok Harapan Diakonia Bawen and Implications to the
Sugested Topic of Personal and Social Guidance)


Mika Botti Br Ginting
101114028

This research aims to obtain a description of the level emotional
intellegence adolescent orphanage at Pondok Harapan Diakonia Bawen. The
research of this study will be used to suggest topics of personal social guidance.
This research is descriptive study. The subject of the research is 34
adolescent orphanage at Pondok Harapan Diakonia Bawen. The research
istrument used is a questionnaire prepared by the research based th book in
Emotional Intellegence (Golemen, 2002). The questionnarire cosists of 56
statements that include the five aspects of emotional intellegence, namely: (1)
self-awareness (2) self-regulation (3) motivating yourself (4) recognizing
emotions in others (5) relationship. The data analysis technique used is groping
data based on a variabele, type of respondent, tabulating the data based on the
variabeles of all respondents, presents the data for each variabele studied,
performing calculations to answar the problem formulation. The level of
emotional intellegence adolescent orphanage at Pondok Harapan Diakonia Bawen
is classified „low‟ „medium‟ „high‟ „very high‟.
The reserch of this indicate there are 1 studens (3%) hav low emotional

intellegence. There are 7 students (22%) have medium emotional intellegence,
there are 21 students (66%) have high emotional intellegence, there 3 students
(9%) have very high emotional intellegence. The research showed that most
students already have high emotional intellegence. Based on the analysis of the
items in the medium category, the research proposes topics socio-personal
guidance. The suggested topics of socio-personal guidance are: the role of
emotional intellegence, emotional awareness, emotional control itself, motivation
to achieve.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR


Puji syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat,
anugrah, kasih karunia dan penyertaanNya yang tidak pernah berhenti mengalir
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi disusun untuk memenuhi salah
satu syarat untuk memproleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi
Bimbingan dan Konseling. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun
berkat bantuan, perhatian, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh
karena itu diucapkan banyak terimaksih kepada:
1. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si, selaku Ketua Program Studi Bimbingan
dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
membantu dan memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi
ini, sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu
dengan penuh kesabaran dan ketekunan serta ketulusan hati dalam
membimbing, memberikan motivasi dan mendampingi penulis pada setiap
tahap dan seluruh proses penyusunan skripsi ini.
2. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah
mencurahkan ilmunya sepenuh hati selama penulis menuntut ilmu di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Marthen Ngguso sebagai pimpinan di Panti Asuhan Pondok
Harapan Diakonia Bawen yang telah memberikan ijin kepada peneliti


ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

untuk melaksanakan penelitian di Panti Asuhan Pondok Harapan Diakonia
Bawen.
4. Para siswa-siswi remaja SMP dan SMA Panti Asuhan Pondok Harapan
Diakonia Bawen atas waktu dan kesediannya sebagai responden dalam
melaksanakan penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
5. Orangtuaku tercinta Bapak Japen Ginting dan Ibu Asnita Purba atas doa
yang tidak henti-hentinya selalu dipanjatkan, dukungan, perhatian, biaya
yang telah diberikan kepada penulis.
6. Adek- adekku tercinta Heppy Ester Br Ginting dan David Remonda
Ginting yang telah banyak mendukung dan mendoakan sehingga penulis
selalu semangat menyelesaikan skripsi ini.
7. Adekku Kezia Gaviota yang selalu memotivasi, mendukung, mendoakan
dan mendengarkan curhatan penulis saat mengerjakan skripsi.
8. Semua saudaraku Pak Tengah, Mak Tengah, Bibik, Bengkila, Abang,
Kakak, Adek, yang telah mendoakan penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
9. Saudara sepupuku Wanda Harianto Ginting, Devi Riana Ginting, Rut Lina
Uli Simajuntak, Wandi Jupiter Ginting, Lita Khariani, Dewi Sartika yang
telah memberikan semangat dan mendoakan penulis.
10. Keluarga besar Lima Serangkai yang telah memberikan ide-ide kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11. Teman- teman di Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2010
untuk kebersamaan dan kerjasamanya selama penulis menyelesaikan studi.
12. Perpustakaan USD sebagai gudang ilmu beserta karyawan perpustakaan
atas pelayanan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Sahabatku Krista Br Ginting dan teman- temanku Wina Charlina, Marieta,
Eva Christi yang telah memberi semangat, masukan untuk penulis
sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
14. Teman-temanku di Kost Wila, Nina, Tata, Ian, Ririn yang telah ikut serta
memberikan semangat dan doa kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
berjalan dengan baik.

Akhirnya peneliti berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca khusunya bagi pemerhati bidang pengembangan bimbingan di
luar sekolah khususnya di panti asuhan.

Penulis

Mika Botti Br Ginting

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL......................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................

iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.........................................................

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS.......................................

vi

ABSTRAK.....................................................................................................

vii

ABSTRACT...................................................................................................

viii

KATA PENGANTAR....................................................................................

ix

DAFTAR ISI..................................................................................................

xii

DAFTAR TABEL..........................................................................................

xv

DAFTAR GRAFIK........................................................................................

xvi

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................

xvii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................

1

B. Rumusan Masalah........................................................................

4

C. Tujuan Penelitian..........................................................................

5

D. Manfaat Penelitian........................................................................

5

E. Defenisi Oprasional......................................................................

6

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II: KAJIAN PUSTAKA
A. Kecerdasan Emosional.................................................................

8

1. Pengertian Emosi...................................................................

8

2. Pengertian Kecerdasan Emosional......................................

12

3. Aspek- Aspek Kecerdasan Emosional.................................

15

4. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional..

25

5. Langkah- langkah Meningkatkan Kecerdasan Emosional.....

29

B. Siswa- Siswi Remaja Panti Asuhan Pondok Harapan
Diakonia Bawen ……………………………………………….

30

1. Ciri- ciri Masa Remaja...........................................................

30

2. Tugas Perkembangan Masa Remaja......................................

30

3. Pengertian Panti Asuhan........................................................

32

C. Bimbingan Pribadi Sosial.................................................. .........

33

D. Pelayanan Bimbingan di Panti Asuhan Pondok Harapan
Diakonia Bawen……………………………………...………...

34

BAB III: METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.............................................................................

36

B. Subjek Penelitian..........................................................................

36

C. Alat Pengumpulan Data...............................................................

37

1. Jenis Alat Ukur......................................................................

37

2. Penentuan Skor......................................................................

38

3. Kisi- kisi Kuesioner...............................................................

39

4. Uji Coba Alat.........................................................................

40

5. Validitas.................................................................................

41

6. Reliabilitas.............................................................................

44

D. Pengumpulan Data.......................................................................

45

E. Teknik Analisis Data.....................................................................

45

BAB IV: HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian.............................................................................

xiii

49

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

B. Pembahasan Hasil Penelitian.......................................................

52

C. Usulan Topik- topik Bimbingan Pribadi Sosial...........................

56

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..................................................................................

63

B. Saran............................................................................................

64

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Subjek Penelitian................................................................................36
Tabel 2 : Kisi- kisi Kuesioner............................................................................39
Tabel 3 : Rincian Item yang Valid dan yang Gugur..........................................43
Tabel 4 : Kriteria Goilford.................................................................................44
Tabel 5 : Norma Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosional.........................46
Tabel 6 : Norma Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosional
Siswa- siswi Panti Asuhan Pondok Harapan Diakonia Bawen..........48
Tabel 7 : Norma Kategorisasi Skor Butir Instrumen
Kecerdasan Emosional………………………………………...........48
Tabel 8 :Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosional pada
Siswa- Siswi SMP dan SMA Panti Asuhan Pondok
Harapan Diakonia Bawen...................................................................49
Tabel 9 :Kategorisasi Skor Item Kecerdasan Emosional pada Siswa- Siswi
SMP dan SMA Panti Asuhan Pondok Harapan Diakonia
Bawen................................................................................................51
Tabel 10 : Usulan Topik- Topik Bimbingan Pribadi Sosial bagi Siswa- Siswi
SMP dan SMA Panti Asuhan Pondok Harapan Diakonia
Bawen................................................................................................56

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1..............................................................................................................50

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Kuesioner Kecerdasan Emosional..................................................63
Lampiran 2: Tabulasi Skor Penelitian.................................................................67
Lampiran 4: Rincian item yang valid dan yang gugur........................................68
Lampiran 3: Surat Ijin Penelitian…………………………………………..…..73

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

xviii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat peneltian, dan defenisi oprasional.
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era
globalisasi seperti saat ini membutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas baik dan tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
adalah sebagai salah satu syarat yang mutlak agar mencapai tujuan
perkembangan tersebut. Salah satu cara untuk mencapai kualitas sumber
daya manusia yang berkualitas baik dan tinggi adalah kecerdasan
emosional kita.
Kecerdasan emosional merupakan hal penting dalam kehidupan
setiap individu karena setiap individu memang memiliki tingkat emosi
yang berbeda-beda sehingga tingkat kecerdasan emosionalnya juga
berbeda-beda.

Tergantung

bagaimana

setiap

individu

mengolah,

mengelola dan mengendalikan emosinya agar menjadi lebih baik lagi di
setiap tahapnya sehingga menjadi suatu yang bermanfaat atau bisa disebut
menjadi kecerdasan emosional dalam diri setiap individu. Jika seorang
individu dapat mengelola dan mengolah emosinya menjadi suatu
kecerdasan yang disebut kecerdasan emosional maka individu tersebut
semakin dapat meningkatkan kualitas hidupnya menjadi lebih baik lagi
agar dapat menjadi semakin maju di era yang semakin berkembang ini.

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

Tidak terkecuali bagi anak-anak remaja sekarang ini harus bisa dan
mampu melatih emosi mereka masing-masing menjadi suatu yang lebih
bermanfaat bagi kecerdasan emosional mereka.
Anak dan remaja, baik yang mengikuti pendidikan di sekolah
maupun yang tidak, semua berada dalam proses perkembangan.
Perkembangan mencakup seluruh kepribadian individu anak dan remaja.
Kepribadian individu sangat kompleks, terdiri atas banyak aspek yang
saling berintraksi, bukan saja antar aspek, tetapi juga antara aspek-aspek
tersebut dengan faktor –faktor lingkungan. Baik aspek kepribadian
individu maupun aspek lingkungan selalu berubah dan perubahannya
sangat dinamis.
Menurut Goleman (2000: 14) remaja sekarang lebih banyak
mengalami kesulitan emosional daripada generasi sebelumnya. Mereka
lebih kesepian dan pemurung, kurang menghargai sopan santun, lebih
gugup dan mudah cemas, lebih komfulsif dan agresif. Kecerdasan
emosional sangat berpengaruh bagi perkembangan individu. Menurut
konsep Goleman, orang yang memiliki kecerdasan emosional adalah orang
yang matang dalam pengaturan kondisi diri dan emosinya. Begitu juga
dengan Remaja SMP dan SMA Panti Asuhan Pondok Harapan Diakonia
Bawen harus bisa melatih emosi mereka menjadi lebih baik lagi untuk
kecerdasan emosional mereka.
Orang yang memiliki kecerdasan emosional, diharapkan mampu
mengungkapkan emosinya secara konstruktif. Sebaliknya, orang yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

kecerdasan emosionalnya rendah akan kurang berhasil, karena cepat
merasa gagal, mudah menyerah jika menghadapi kesukaran. Kecerdasan
emosional yang baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam
prestasi belajar, meningkatkan kualitas belajar, mengembangkan hubungan
yang baik dengan teman sebaya dan orang-orang di sekitar, khususnya
dalam kalangan remaja (Goleman, 2002: 17).
Dengan memiliki kecerdasan emosional, siswa-siswi mampu
melatih kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk
memotivasi dirinya sendiri, kemampuan untuk tegar dalam menghadapi
masalah, mengatur suasana hati yang reaktif, dan mampu bekerjasama
dengan orang lain. Kecerdasan inilah yang dapat mendorong siswa-siswi
untuk meningkatkan kualitas belajarnya untuk mendapatkan nilai yang
lebih bagus dan mencapai cita-citanya.
Dengan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan membuat
seseorang menjadi percaya diri, mampu mengelola perasaan, tidak mudah
marah dan berempati dengan sesama. Namun ketika peneliti KKN selama
30 hari di Panti Asuhan Pondok Harapan Diakonia Bawen, peneliti
melihat banyak Siswa Remaja yang kurang mampu mengelola emosinya,
ketika mereka tidak suka terhadap sesuatu hal maka mereka akan marahmarah dengan membanting pintu, mengeluarkan kata-kata kotor, dan
ngomong secara keras, dan lain-lain..
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi
emosi dan perkembangan diri seseorang. Para siswa-siswi remaja Panti

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

Asuhan Pondok Harapan Diakonia Bawen datang dari berbagai latar
belakang yang berbeda-beda. Hidup bersama tentu tidaklah mudah, sering
timbul permasalahan-permasalahan dalam hidup bersama di Panti Asuhan.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah menyusun materi
pelayanan bimbingan yang sesuai dengan taraf perkembangannya,
kebutuhan dan permasalahan yang dialami oleh siswa-siswi Remaja Panti
Asuhan Pondok Harapan Diakonia Bawen. Dengan memberi topik
bimbingan yang relevan, para siswa-siswi remaja yang tinggal di Panti
Asuhan Harapan Diakonia Bawen dibantu menjadi pribadi yang mampu
mengatur hidupnya, dapat bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri,
memiliki kemampuan memotivasi diri sendiri, dan akhirnya mampu
mengambil keputusan secara tepat. Berdasarkan uraian diatas, peneliti
tertarik

untuk

melakukan

penelitian

mengenai

“TINGKAT

KECERDASAN EMOSIONAL REMAJA PANTI ASUHAN (Studi
Deskriptif Tingkat Kecerdasan Emosional Pada Remaja Panti Asuhan
Pondok Harapan Diakonia Bawen dan Implikasinya Terhadap Usulan
Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial)”.

B. Rumusan Masalah
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang
tingkat kecerdasan emosional siswa-siswi Remaja Panti Asuhan Pondok
Harapan Diakonia Bawen dan implikasinya terhadap topik-topik imbingan
pribadi sosial. Adapun rumusan masalah yang ingin dijawab adalah:

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

1. Seberapa tinggikah kecerdasan emosional siswa-siswi remaja Panti
Asuhan Pondok Harapan Diakonia Bawen?
2. Berdasarkan pencapaian butirpengukuran kecerdasan emosional yang
terindikasi

rendah,

topik

bimbingan apa

yang sesuai untuk

meningkatkan kecerdasan emosional siswa-siswi remaja Panti Asuhan
Pondok Harapan Diakonia Bawen?

C. Tujuan Penelitan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan tingkat kecerdasan emosional siswa-siswi remaja
Panti Asuhan Pondok Harapan Diakonia Bawen.
2. Mengidentifikasi butir pengukuran kecerdasan emosional yang
terindikasi rendah untuk memberikan topik-topik bimbingan yang
sesuai untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa-siswi remaja
Panti Asuhan Pondok Harapan Diakonia Bawen

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menambah pengetahuan
yang berkaitan dengan kecerdasan emosional remaja.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

1. Manfaat praktis
a. Pendamping Panti Asuhan Pondok Harapan Diakonia
Bawen memproleh informasi yang dapat digunakan dalam
mengembangkan kecerdasan emosional remaja Panti
Asuhan Pondok Harapan Diakonia Bawen.
b. Para remaja Panti Asuhan Pondok Harapan Diakonia
Bawen

memproleh

informasi

mengenai

kecerdasan

emosionalnya dan diharapkan agar termotivasi untuk
meningkatkan kecerdasan emosionalnya.
c. Peneliti sendiri dapat memproleh pengalaman dalam
mengungkapkan tingkat kecerdasan emosional dan untuk
menyusun topik-topik bimbingan mengenai kecerdasan
emosional.
d. Peneliti lain dapat mengembangkan penelitian ini lebih
mendalam lagi.
E. Definisi Oprasional
Berikut dijelaskan definisi oprasional yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali emosi kita
sendiri dan emosi orang lain, kemampuan memotivasi diri dan
kemampuan mengelola emosi serta kemampuan membina hubungan
dengan orang lain.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

2. Panti Asuhan
Panti asuhan adalah lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai
tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial
kepada

anak

terlantar

serta

melaksanakan

penyantunan

dan

pengentasan anak terlantar melalui pelayanan pengganti atau perwalian
anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak
asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai
bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan
sebagai bagian generasi cita-cita bangsa dan sebagai insan yang turut
serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional (Departemen Sosial
RI, 1995).
3. Bimbingan Pribadi Sosial
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada siswa agar dapat
memahami dirinya, mengenal lingkungan dan merencanakan masa
depan. Bimbingan pribadi sosial adalah bimbingan dalam menghadapi
keadaan batinya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam
batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian,
perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyauran nafsu seksual
dan

sebagainya;

serta

bimbingan

dalam

membina

hubungan

kemanusiaan dengan sesama di bidang lingkungan atau pergaulan
sosial.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
KAJIAN TEORI

Pada bab ini diuraikan kecerdasan emosional, siswa- siswi remaja panti
asuhan pondok harapan diakonia bawen, bimbingan kelompok, pelayanan
bimbingan di panti asuhan harapan diakonia bawen.
A. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Emosi
Emosi adalah perasaan apa yang sedang kita alami. Kita sering
menyebut berbagai emosi yang muncul dalam diri kita dengan
berbagai nama seperti sedih, gembira, kecewa, semangat, marah,
benci, cinta, dll. Sebutan yang kita berikan kepada perasaan tertentu,
mempengaruhi bagaiman kita berpikir mengenai perasaan itu, dan
bagaimana kita bertindak. Menurut Goleman (2002: 411) emosi
merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan
biologis dan psikologis serta serangkaian kecendrungan untuk
bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan
dari dalam individu. Sebagai contoh, emosi gembira mendorong
perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat
tertawa, sedangkan emosi sedih mendorong seseorang untuk berprilaku
menangis.
Chaplin (dalam Safaria, 2009) merumuskan emosi sebagai suatu
keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan8

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan
perilaku. Emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku
yang mengarah (approach) atau menyingkir (avoidance) terhadap
sesuatu. Perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi
kejasmanian sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang
sedang mengalami emosi. Jika seseorang mengalami ketakutan
mukanya menjadi pucat, jantungnya berdebar-debar, jadi adanya
perubahan-perubahan kejasmanian sebagai rangkaian dari emosi yang
dialami oleh individu yang bersangkutan Walgito (dalam Safaria,
2009).
Maurus (2007: 16) mendefinisikan emosi sebagai keadaan jiwa
yang sangat mempengaruhi mahluk hidup, yang disulut oleh kesadaran
atas suatu benda atau pristiwa, yang ditandai dengan perasaan yang
dalam, hasrat untuk bertindak, dan perubahan fisiologis pada fungsi
tubuh. Dalam buku Emotion and Personality, Arnold memaparkan
defenisi emosi sebagai kecenderungan untuk mendekat pada apapun
yang dirasakan baik (menguntungkan) atau menjauh dari apapun yang
dirasa buruk (berbahaya). The Dictionary of Psychology mengartikan
emosi keadaan kompleks dari suatu organisme, termasuk perubahan
dalam banyak hal misalnya pernafasan, denyut nadi, kelenjar dan lainlain yang secara kejiwaan ditandai dengan perasaan mendalam serta
dorongan kuat untuk melakukan tindakan tententu.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

Devenisi lain menyatakan bahwa emosi adalah suatu respon
terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis
disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan
untuk meletus. Respon demikian terjadi baik terhadap perangsangperangsang eksternal maupun internal. Menurut Daniel Goleman
(2000), sesungguhnya ada ratusan emosi bersama dengan variasi,
campuran, mutasi, dan nuansanya sehingga makna yang dikandungnya
lebih bayak, lebih kompleks, dan lebih halus daripada kata dan defenisi
yang digunakan untuk menjelaskan emosi.
2. Jenis-jenis Emosi
Daniel Goleman (2002: 411) mengemukakan beberapa macam
emosi yaitu:
a. Amarah:
Beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati,
terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak
kekerasan dan kebencian patologis.
b. Kesedihan:
Pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus
asa, kesepian, ditolak, depresi berat.
c. Rasa Takut:
Cemas, gugup, khawatir, was- was, perasaan takut sekali,
waspada, tidak tenang, ngeri, fobia, dan panik.
d. Kenikmatan:

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

Bahagia, gembira, riang, puas, senang, terhibur, bangga, takjub
dan terpesona.
e. Cinta:
Penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa
dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.
f. Terkejut:
Terkesiap, terkejut, takjub, terpana.
g. Jengkel:
Hina, jijik, muak, mual, tidak suka, benci, mau muntah.
h. Malu:
Rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati
hancur lebur.
Seperti yang telah diuraikan di atas, semua emosi pada dasarnya
adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu
mendorong individu untuk memberi respon atau bertingkahlaku
terhadap stimulus yang ada. Menurut Mayer (Goleman, 2002: 65)
orang cenderung menganut gaya- gaya khas dalam menangani dan
mengatasi emosi mereka, yaitu: (1) Sadar diri: peka akan suasana hati
mereka ketika mengalaminya, dapat dimengerti bila orang-orang
memiliki kepintaran tersendiri dalam kehidupan emosional mereka. (2)
tenggelam dalam permasalahan: mereka adalah orang- orang yang
seringkali merasa dikuasai oleh emosi dan tak berdaya untuk
melepaskan diri, seolah- olah suasana hati mereka telah mengambil

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

alih kekuasaan. (3) pasrah: ada dua cabang jenis pasrah yaitu mereka
yang terbiasa dalam suasana hati yang menyenangkan, dan dengan
demikian motivasi untuk mengubahnya rendah, dan orang yang
kendati peka akan perasaannya, rawan terhadap suasana hati yang jelek
tetapi menerimanya dengan sikap yang tidak hirau, tidak melakukan
apapun untuk mengubahnya meskipun tertekan pola yang ditemukan ,
misalnya pada orang-orang yang menderita depresi dan yang
tenggelam dalam keputusan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi
adalah perasaan yang mendorong setiap individu untuk merespon atau
bertingkahlaku terhadap stimulus- stimulus yang berasal dari dalam
diri maupun dari luar diri setiap individu.
3. Pengertian Kecerdasan Emosional
Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun
1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John
Meyer dari University of New Hampshire (Shapiro, 2001: 5).
Beberapa bentuk kualitas emosional yang dinilai penting bagi
keberhasilan, yaitu:
a. Empati
b. Mengungkapkan dan memahami perasaan
c. Kemandirian
d. Kemampuan menyesuaikan diri
e. Disukai

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

f. Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi
g. Ketekunan
h. Kesetiakawanan
i. Keramahan
j. Sikap hormat
Untuk

memberikan

pemahaman

dasar

tentang

kecerdasan

emosional, Daniel Goleman, menjelaskan dua pengertian kecerdasan
emosional. Pertama, kecerdasan emosional tidak hanya berarti
“bersikap ramah”. Pada saat- saat tertentu yang diperlukan mungkin
bukan “sikap ramah” melainkan, mungkin sikap tegas yang barangkali
memang tidak menyenangkan, tetapi mengungkapkan kebenaran yang
selama ini dihindari. Kedua, kecerdasan emosional bukan berarti
memberi kebebasan kepada perasaan untuk berkuasa, memanjakan
perasaan, melainkan mengelola perasaan- perasaan sedemikian rupa
sehingga terekspresikan secara tepat dan efektif yang memungkinkan
orang bekerjasama dengan lancar menuju sasaran bersama. Kecerdasan
emosional sangat dipengaruhi oleh orang- orang di sekitar, lingkungan,
pergaulan, dan lain-lain. Untuk itu peranan lingkungan sekitar dan
tempat tinggal kita dan orang- orang di sekitar kita sangat
mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional adalah himpunan bagian dari kecerdasan
sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang
melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah- milah semuanya

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan
tindakan Shapiro (2001: 8).
Gardner yang dalam bukunya berjudul Frame of Mind (Goleman,
2002: 50-53) mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan
yang monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan,
melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas
utama yaitu linguistic, matematika/logika, spasial, kinestetik, musik,
interpersonal, dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh
Gardner (Goleman, 2002: 50-53) sebagai kecerdasan pribadi yang oleh
Daniel Goleman disebut kecerdasan emosional.
Menurut Gardner (Goleman, 2002: 50-53), kecerdasan pribadi
terdiri dari ”kecerdasan antar pribadi yaitu kemampuan untuk
memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana
mereka

bekerja,

bagaimana

bekerja

bahu

membahu

dengan

kecerdasan. Sedangkan kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan
yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut
adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan
mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan modal tadi
sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif Goleman(2002
: 52).
Dalam

rumusan

lain,

Gardner

(Goleman,

2002:

50-53),

menyatakan bahwa inti kecerdasan antar pribadi itu mencakup

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

“kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat
suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain”. Dalam
kecerdasan pribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan diri, ia
mencantumkan “akses menuju perasaan-perasaan tersebut serta
memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku (Goleman 2002: 53).
Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut,
Salovey (Goleman, 2002: 57) memilih kecerdasan interpersonal dan
kecerdasan intrapersonal untuk dijadikan sebagi dasar untuk
mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu. Menurutnya
kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali
emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi
orang lain dan kemampuan untuk membina hubungan kerjasama
dengan orang lain.
Menurut Goleman (2002: 512) kecerdasan emosional adalah
kemampuan

seseorang

mengatur

kehidupan

emosinya

dengan

intelegensi (to manage our emotional life with intelegence) melalui
keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati
dan keterampilan sosial.
Berdasarkan devenisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
mosional adalah kemampuan untuk menyadari emosi diri sendiri,
mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi diri sendiri, memotivasi
diri sendiri, dan mengenali emosi orang lain.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

4. Aspek- aspek Kecerdasan Emosional
Goleman (2000: 58-59) menempatkan kecerdasan pribadi Gardner
dalam

defenisi

dasar

tentang

kecerdasan

emosional

yang

dicetuskannya dan memperluas kemampuan tersebut menjadi lima
kemampuan utama, yaitu:
a. Mengenali Emosi Sendiri (Self-Awareness)
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan
untuk menggenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Orang
dikatakan berhasil mengenali emosinya apabila ia memiliki
kepekaan yang tinggi atas emosinya. Kemampuan ini merupakan
dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan
kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan
emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2000: 64) kesadaran
diri adalah waspada terhadap suasana hati, bila kurang waspada
maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan
dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin
penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting
untuk mengendalikan emosi.
Menurut konsep Goleman orang yang memiliki kesadaran
diri akan lebih peka dan cermat menghadapi suasana hati orang
lain. Kesadaran emosi sangat penting untuk memandu pengambilan
keputusan, memiliki kemampuan diri dan kepercayaan diri yang
kuat (Goleman, 2000: 513).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

Menurut Goleman (2002: 404) aspek mengenali emosi diri sendiri
terdiri dari:
1) Kesadaran Emosi
Orang yang memiliki kesadaran emosi yang tinggi mampu:
a) Mengetahui emosi mana yang sedang dirasakan dan
mengapa.
b) Menyadari ketertarikan antara perasaan, pikiran, perbuatan,
dan apa yang dikatakannya.
c) Mempengaruhi bagaimana perasaannya mempengaruhi cara
kerjanya.
d) Mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk
mencapai nila- nilai tujuannya.
2) Penilaian Diri
Orang memiliki penilaian diri secara teliti dan tinggi mampu:
a) Menyadari kekuatan dan kelemahannya.
b) Memiliki kemampuan untuk mengadakan refleksi diri.
c) Terbuka terhadap umpan balik yang tulus, bersedia
menerima pandangan yang baru, mau terus belajar dan
mengembangkan diri.
d) Mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang
dirinya sendiri dengan persfektif yang luas.
3) Kepercayaan Diri

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

Orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi memiliki
kecendrungan:
a) Berani

tampil

dengan

keyakinan

diri

dan

berani

menyatakan kebenarannya.
b) Berani mengungkapkan pendapat dan bersedia berkorban
demi kebenaran.
c) Bersikap tegas, mampu membuat keputusan yang baik
kendati dalam keadaan tidak pasti dan tertekan.
b. Mengelola Emosi
Mengelola emosi adalah kemampuan setiap individu dalam
menangani setiap perasaan agar dapat terungkap dengan tepat dan
selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri idividu.
Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan
kunci menuju kesejahtraan emosi. Emosi berlebihan, yang
meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak
kestabilan kita (Goleman, 2002: 77-78). Kemampuan ini mencakup
kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,
kemurungan

atau

ketersinggungan

dan

akibat-akibat

yang

ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaanperasaan yang menekan. Orang yang buruk pengelolaan emosinya
akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau
melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan diri sendiri.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

Menurut Goleman (2002: 404) orang yang memiliki
kemampuan mengelola emosi memiliki ciri/tanda sebagai berikut:
1) Toleransi yang lebih tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan
amarah
2) Berkurangnya ejekan verbal, perkelahian, dan gangguan di
ruang kelas
3) Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat, tanpa
berkelahi
4) Berkurangnya larangan masuk sementara dan skorsing
5) Berkurangnya perilaku agresif atau merusak diri sendiri
6) Perasaan yang lebih positif tentang diri sendiri, sekolah, dan
keluarga
7) Lebih baik dalam menangani ketegangan jiwa
8) Berkurangnya kesepian dan kecemasan dalam pergaulan
Orang

yang

kemampuan

mengelola

emosinya

rendah,

menerima keritik sebagai serangan pribadi, bukan sebagai keluhan
yang harus diatasi, kurang memiliki kendali diri, mudah
mencemooh atau menghina, bersikap menutup diri atau sikap
bertahan yang pasif, mudah patah semangat (Goleman, 2002: 214215).
Menurut Goleman (2002) aspek kemampuan mengelola emosi
meliputi:

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

1) Mengendalikan emosinya sendiri
Orang yang mampu mengendalikan emosinya sendiri secara
tepat mampu:
a) Mengelola dengan baik emosi-emosi yang menekan
b) Tetap teguh, bersikap positif, dan tidak goyah sekalipun
dalam situasi yang paling berat
c) Berpikir dengan jernih dan tetap terfokus kendati dalam
keadaan tertekan
2) Dapat dipercaya
a) Bertindak seturut etika dan tidk pernah mempermalukan
orang lain
b) Membangun kepercayaan dengan sikap apa adanya dan
jujur
c) Mengakui kesalahan sendiri dan berani menegur perbuatan
yang tidak dapat diterimanya
d) Berpegang pada prinsip secara teguh walaupun akibatnya
adalah menjadi tidak disukai

c. Mengenali Emosi Orang lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga
empati. Menurut Goleman (2002: 57) kemampuan seseorang untuk
mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan
empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

lebih mampu manangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi
yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga
ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap
perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang
lain.
Menurut Robert Rosenthal (Goleman, 2002: 136) dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang yang mampu
membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu
menyesuaikan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah
bergaul, dan lebih peka. Anak-anak yang tidak mampu membaca
atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus
merasa frustasi (Goleman, 2002: 172). Seseorang yang mampu
membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang
tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu
mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut
mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.

d. Memotivasi Diri Sendiri
Kemampuan memotivasi diri adalah kemampuan memberikan
semangat kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik
dan bermanfaat. Kemampuan ini diperlukan lebih-lebih pada waktu
motivasi kita negatif, yaitu saat kita patah semangat, kehilangan
pandangan ke masa depan. Tujuannya agar motivasi kita positif

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22

dan kita menjadi bersemangat dalam hidup. Orang yang mampu
memotivasi dirinya akan lebih berhasil dalam kehidupannya
dibandingkan

orang

yang

menunggu

orang

lain

untuk

memperhatikan dirinya. Salah satu ciri dari kemampuan untuk
memotivasi diri adalah kepercayaan diri (self confidence).Individu
yang memiliki motivasi tinggi akan memiliki self confidenceyang
tinggi pula. Ciri utama kepercayaan diri adalah optimis dalam
menghadapi berbagai tantangan. Orang yang memiliki kecakapan
ini tidak mudah jatuh dalam suatu kegagalan dan tidak mudah puas
terhadap apa yang dihasilkan, melainkan mempunyai kemampuan
untuk terus berusaha untuk memperbaiki diri. Kemampuan
memotivasi diri sendiri menurut Goleman (2000) meliputi aspek:
1) Dorongan untuk berprestasi
Orang

yang

memiliki

dorongan

berprestasi

memiliki

kemampuan:
a) Berorientasi pada tujuan dengan semangat juang yang
tinggi untuk meraihnya
b) Menetapkan tujuan yang menantang dan berani mengambil
resiko
c) Mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk mengurangi
ketidakpastian dan mencari cara yang lebih tepat
d) Terus belajar untuk meningkatkan prestasi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23

2) Memiliki komitmen
Orang yang memiliiki komitmen tinggi mamapu:
a) Berkorban demi tercapainya tujuan
b) Merasakan dorongan semangat dalam mencapai tujuan
yang utama dalam hidupnya
c) Mempertimbangkan

nilai-nilai

yang

diterima

dalam

masyarakat untuk mengambil keputusan
d) Mencari peluang untuk memenuhi kebutuhannya
3) Memiliki inisiatif
Orang yang memiliki inisiatif mampu:
a) Mamanfaatkan peluang untuk memajukan dirinya
b) Mengejar

saran

lebih

daripada

dipersyaratkan

atau

diharapkan
c) Berani melanggar batas-batar dan aturan yang tidak prinsip
apabila perlu, agar tugas dapat dilaksanakan
d) Berani

mengajak

orang

lain

bekerkasama

untuk

menghasilkan sesuatu yang lebih baik
4) Optimis
Orang yang memiliki sifat optimis mampu:
a) Bersikap tekun dalam mengejar cita-citanya meskipun
banyak hambatan
b) Bekerja atau belajar dengan harapan untuk sukses dan tidak
takut gagal, dan berani belajar dari kegagalan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24

e. Membina Hubungan
Kemampauan dalam membina hubungan merupakan suatu
keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan
keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002: 59). Keterampilan
dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam
keberhasilan membina hubungan dengan orang lain.
Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina
hubungan ini akan sukses dalam bidang-bidang apapun. Orang
berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan
lancar pada orang lain. Orang- orang ini populer dalam
lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena
kemampuannya berkomunikasi (Goleman, 2002: 59). Ramah
tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan
petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina hubungan
dengan

orang

lain.

Sejauh

mana

keribadian

siswa-siswi

berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang
dilakukannya.
Menurut Goleman (2002: 404 - 405) orang yang memiliki
kemampuan membina hubungan yang tinggi cenderung atau
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Lebih baik dalam menyelesaikan pertikaian dan merundingkan
persengketaan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25

2) Lebih baik dalam menyelesaikan persoalan yang timbul dalam
hubungan
3) Lebih tegas dan tampil dalam berkomunikasi
4) Lebih populer dan mudah bergaul, bersahabat dan terlibat
dengan teman sebaya
5) Lebih dibutuhkan oleh teman sebaya
6) Lebih menuruh perhatian dan bertenggang rasa
7) Lebih memikirkan kepentingan sosial dan selaras dalam
kelompok
8) Lebih suka berbagi rasa, bekerjasama, dan suka menolong
9) Lebih demokratis dalam bergaul dengan orang lain

5. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (2002: 57) faktor-faktor yang mempengaruhi
kecerdasan emosional adalah sebagai berikut:
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari indvidu sendiri.
Faktor internal dipengaruhi oleh keadaan otak emosional
seseorang. Mula-mula pesan yang diterima melalui indra, seperti
pengelihatan, pendengaran, penciuman, dan lain-lain dicatat oleh
bagian struktur otak yang disebut amygdala, bagian struktur otak
yang

paling

banyak

berurusan

dengan

pengolahan

dan

penyimpanan data kenangan emosional. Pesan-pesan itu kemudian

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26

masuk dan diolah oleh bagian struktur otak yang disebut neocortex,
bagian struktur otak yang berurusan dengan proses kegiatan
rasional. Karena itu ketika menghadapi sesuatu terlebih dahulu
bereaksi secara emosional, sebelum disadari sepenuhnya oleh
rasio. Kecerdasan emosional yang tinggi akan membantu untuk
menjaga hubungan komunikasi terbuka. Ini akan membuat orang
mampu menguasai diri, memahami emosi orang lain secara
empatik, dan menyesuaikan diri dengan emosi orang lain atau
lingkungan yang dihadapi (Goleman, 2000: 23-25).
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri individu
dan memepengaruhi individu untuk mengubah sikap. Gottman dan
De Claire, (2003) berpendapat bahwa faktor eksternal yang
mempengaruhi kecerdasan emosional adalah:
1) Keluarga
Keluarga merupakan sekolah yang pertama mempelajari untuk
mempelajari emosi. Orang tua merupakan pelatih emosi anak
pertama kali. Orang tua sebagai pelatih emosi, tidak cukup
hanya bersikap hangat dan positif saja, karena sikap demikian
belum berarti mengajarkan kecerdasan emosional, mengingat
biasanya orangtua tidak mampu secara efektif mengatasi
perasaan-perasaan negative anak mereka. Gottman dan De
Claire (2003: 4-5) mengidentifikasikan tiga tipe orangtua yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27

gagal mengajarkan kecerdasan emosional kepada anak-anak
mereka, yaitu:
a) Orangtua yang mengabaikan, yang tidak menghiraukan,
menganggap sepi, atau meremehkan emosi-emosi negative
anak mereka.
b) Orangtua yang tidak menyetujui, yang bersifat kritis
terhadap ungkapan perasan-perasaan negative anak mereka,
dan baranggkali memarahi atau menghukum mereka,
karena mengungkapkan emosinya.
c) Orangtua Laisse-Faire, menerima emosi anak mereka dan
berempati dengan mereka, tetapi tidak memberikan
bimbingan atau menentukan batas-batas pada tingkah laku
anak mereka. Orangtua sebagai pelatih emosi, seharusnya
menerima kesedihan anakn

Dokumen yang terkait

Deskripsi tingkat kecerdasan emosional siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2014/2015 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal.

0 0 132

Tingkat kecerdasan emosi remaja panti asuhan : studi deskriptif tingkat kecerdasan emosi pada remaja Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan dan tidak mengalami kekerasan serta implikasinya terhadap topik-topik bimbingan pribadi sosial

0 5 120

Studi deskriptif kemampuan mengelola emosi remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro dan implikasinya terhadap usulan program bimbingan pribadi – sosial.

0 0 123

perbedaan tingkat kecerdasan emosional

0 0 14

Studi deskriptif kecerdasan emosional pada wiraniaga PT. Herbalife cabang Yogyakarta - USD Repository

0 0 134

Deskripsi tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja terhadap kelompok sebaya Panti Asuhan Wira Karya Tama Purworejo tahun 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial - USD Repository

0 0 113

Pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahanan akuntansi : studi kasus mahasiswa akuntansi angkatan 2006 - USD Repository

0 0 114

Deskripsi kecerdasan emosional para siswi remaja asrama putri Santa Yulia Surabaya tahun ajaran 2009/2010 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan kelompok : tinjauan dari berbagai aspek kecerdasan emosional - USD Repository

0 0 150

Studi kasus tentang kecerdasan emosional para remaja perempuan penghuni Panti Asuhan Panti Rini Purworejo tahun 2009-2011 - USD Repository

0 0 127

Pengaruh kecerdasan emosional pada performansi penjualan - USD Repository

0 0 125