Deskripsi tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja terhadap kelompok sebaya Panti Asuhan Wira Karya Tama Purworejo tahun 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial - USD Repository

  

DESKRIPSI TINGKAT KEMAMPUAN PENYESUAIAN SOSIAL REMAJA

TERHADAP KELOMPOK SEBAYA PANTI ASUHAN WIRA KARYA TAMA

PURWOREJO TAHUN 2007/2008 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL

  SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

  

Disusun Oleh:

Dewi Wahyuningsih

NIM 021114064

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Life is Beautiful

  

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

฀ Hati Kudus Yesus yang setia menemaniku saat kesulitan ฀

฀ Bunda Suci Maria yang slalu mengajariku untuk sabar ฀

฀ Suamiku dan anakku, trima kasih cinta untuk sgalanya. Aku sayang kalian ฀

  

฀ Orang tuaku yang sayang dan slalu mendoakanku ฀

฀ Teman & saudaraku, sahabat yang membantuku ฀

  ABSTRAK DESKRIPSI TINGKAT KEMAMPUAN PENYESUAIAN SOSIAL REMAJA TERHADAP KELOMPOK SEBAYA DI PANTI ASUHAN WIRA KARYA TAMA PURWOREJO TAHUN 2007/2008 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN

  TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL DEWI WAHYUNINGSIH

  2008 Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo terhadap kelompok sebaya di panti asuhan tahun 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) Sejauh mana tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama tahun 2007/2008 terhadap kelompok sebaya? (2) Topik-topik bimbingan apa saja yang dapat diusulkan sebagai usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial untuk para remaja panti asuhan Wira Karya Tama tahun 2007/2008?

  Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Subyek penelitiannya adalah para remaja panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo tahun 2007/2008 yang berjumlah 30 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah “Kuesioner Tingkat Kemampuan Penyesuaian Sosial Remaja Terhadap Kelompok Sebaya” yang disusun oleh peneliti dengan memodifikasi kuesioner yang dibuat oleh Anita Widia Ariati tahun 2004 . Dalam instrumen ini dikemukakan ada lima aspek penyesuaian sosial yang dijabarkan dalam item-item instrumen penelitian.

  Hasil penelitian adalah: (1) Tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo tahun 2007/2008 terhadap kelompok sebaya, yaitu: Jumlah anak yang memiliki tingkat kemampuan penyesuaian sosial terhadap kelompok sebaya pada kategori tinggi ada 15 anak, sedangkan pada kategori rendah ada 15 anak. (2) Topik-topik bimbingan yang dapat diusulkan sebagai usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial untuk para remaja panti asuhan Wira Karya Tama tahun 2007/2008 adalah: Percaya Diri, Penghargaan Terhadap Diri Sendiri dan Orang lain, Kepemimpinan, Kerjasama, Cara Mengelola Emosi.

  ABSTRACT

  THE DESCRIPTION OF ADOLESCENCE SOCIAL ADJUSMENT ABILITY LEVEL AT WIRA KARYA TAMA ORPHANAGE, PURWOREJO IN 2007/2008

  TO THE PEERS GROUP AND ITS IMPLICATION TO THE SUGGESTION OF PERSONAL-SOCIAL GUIDANCE TOPICS

  DEWI WAHYUNINGSIH 2008

  The research aimed to provide a description about the level adolescent social adjustment at Wira Karya Tama Orphanage Purworejo in 2007/2008 to peers group and its implication in the social personal guidance topics idea. The problems that are discussed in the research are (1) What is the adolescent social adjustment ability level at Wira Karya Tama Orphanage Purworejo 2007/2008 to the peer group? (2)What guidance topics that could be suggested as a personal-social guidance topic at Wira Karya Tama Orphanage Purworejo in 2007/2008.

  The type of research used in the research was descriptive analysis. The respondent was 30 adolescents. The instrument of the research was the questionnaire of adolescent social adjustment ability level to the peers group. This questionnaire was arranged by Anita Widia Ariati 2004 with some modifications by the writer. This instrument had 5 social adjustment aspect which divided into some items of research instruments.

  The result of this research were (1) The social adjustment ability levels of adolescent at Wira Karya Tama Orphanage Purworejo in 2007/2008 to the peers group, 15 peers were high and 15 peers were low.(2) Guidance topics that could be suggested as a personal-social guidance topic at Wira Karya Tama Orphanage Purworejo in 2007/2008 were: Confidance, Self and Other Appreciation, Leadership, Partnership, and Management Emotion.

KATA PENGANTAR

  Penulis menghaturkan puji syukur pada Yesus Kristus yang telah menyertai penulis dengan kasih dan cinta-Nya dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan kekuatan dan semangat sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  Kelancaran dan keberhasilan dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari penerimaan, dukungan, bantuan dan kerjasama dari semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Drs.Y.B. Adimassana, MA, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, kritik, saran dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  2. Para Dosen Program Studi Bimbingan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah banyak memberikan bekal, bantuan kepada penulis selama menjalani masa studi.

  3. Ibu Sri Tanmiati, S.Pd, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo, serta dukungan beliau yang selalu memberikan semangat kepada penulis agar cepat menyelesaikan studinya. ketulusan, serta segala bentuk bantuan yang diberikan. Mbak Santi yang membantu peneliti dalam melakukan proses uji coba penelitian & penelitian.

  5. Suamiku Valentinus Prima Dhani A, S.S dan Ananda Fransiskus Xaverius Raka Putra Adrianto yang Tercinta, yang selalu setia dan sabar menunggu bundanya lulus kuliah.

  6. Bapak/Ibu Santoso dan Bpk/Ibu Ishadi K, mereka yang selalu memberikan doa dan semangatnya.

  7. Teman-teman Bimbingan Konseling angkatan 2002 & 2003 (Mb.Surmi, Litha, Om gugun yang setia dan sabar membantu penulis bila mengalami kesulitan).

  8. Saudaraku dan semua pihak tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penulisan skripi ini.

  Penulis menyadari bahwa karya penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima sumbangan baik berupa pemikiran, kritik, maupun saran yang bersifat membangun. Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi dunia bimbingan di panti asuhan dan bagi para pembaca.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........……………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............…………………………. ii HALAMAN PENGESAHAN ....…………………………………………………. iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………………. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………………... v ABSTRAK .......……………………………………………………………………vi

  

ABSTRACT .............………………………………………………………………vii

  KATA PENGANTAR.....................………………………………………………viii DAFTAR ISI …………………….……………………………………………... x DAFTAR TABEL………………………………………………………………… xiii DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………... xiv

  BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 1 A. Latar Belakang Masalah ………………………………………. 1 B. Perumusan Masalah …………………………………………… 4 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 5 D. Manfaat penelitian …………………………………………….. 5 E. Batasan Istilah & Variabel …………………………………….. 6

  BAB II KAJIAN TEORITIS….……………………………………………… 8 A. Panti Asuhan …………………………………………………... 8

  1. Pengertian Panti Asuhan ..……………………………. 8

  2. Tujuan Panti Asuhan ……...…………………………. 9

  3. Fungsi Panti Asuhan …………………………………. 10

  B. Remaja …………………………………………………….. 11

  1. Pengertian Remaja …………………………………… 11

  2. Batasan Usia Remaja ………………………………… 12

  3. Tugas Perkembangan Remaja…..…………………….. 12

  C. Kelompok Sebaya ……….…………………………………… 13

  D. Penyesuaian Sosial ……….………………………………….. 17

  1. Pengertian Penyesuaian Sosial ……………………… 17

  2. Penyesuaian Sosial Remaja Panti Asuhan ………….. 18

  3. Aspek-aspek Penyesuaian Sosial ……………………19

  4. Kebutuhan Sosial Remaja Panti Asuhan …………… 25

  E. Bimbingan ………………………………………………….. 27

  1. Pengertian Bimbingan ……………………………… 27

  2. Bimbingan Pribadi-Sosial …………………………... 27

  3. Tujuan Pokok Bimbingan …………………………… 28

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………..…………………….…31

  C. Instrumen Penelitian.………………………………………….. 32

  1. Reliabilitas Instrumen ……………………………… 35

  2. Validitas Instrumen ………………………………… 36

  3. Perhitungan Mean …………………………………. 36

  4. Koefisien Reliabilitas dan Validitas Kuesioner …… 37

  D. Prosedur Pengumpulan Data ………………………………. 38

  E. Teknik Pengolahan Data ……………………………………40

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............………………. 42 A. Hasil Penelitian ………………………………………………. 42 B. Pembahasan ………………………………………………….. 45 BAB V USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN …..…. ………………………. 51 BAB VI RINGKASAN, KESIMPULAN DAN SARAN ..........………………… 57 A. Ringkasan ... …………………………………………………. 57 B. Kesimpulan ….……………………………………………….. 60 C. Saran ………………………………………………………… 60 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 62 LAMPIRAN ………………………………………………………………….. 64

  

DAFTAR TABEL

  TABEL 1 Komposisi Item-item Dalam Tiap Aspek Penyesuaian Sosial . .………………………….. 34

  TABEL 2 Koefisien Relibilitas & Validitas Uji Coba dan Penelitian ………... 37 TABEL 3 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas & Validitas alat tes …………….. 38 TABEL 4 Jumlah Remaja Panti Asuhan dan Tingkat Kemampuan

  Penyesuaian Sosial Per-Aspek ...........……………………………... 43 TABEL 5 Jumlah Remaja Panti Asuhan dan Tingkat Kemampuan

  Penyesuaian Sosial Keseluruhan………………………………….... 44

DAFTAR LAMPIRAN

  LAMPIRAN 1 Tabulasi Data Skor-skor Kemampuan Penyesuaian Sosial Remaja Panti Asuhan ……………………………….. 65

  LAMPIRAN 2 Distribusi Skor Gasal-Genap Uji Coba Penelitian Panti Asuhan Wiloso …………………. 67

  LAMPIRAN 3 Distribusi Skor Gasal-Genap Penelitian …………………… 68 LAMPIRAN 4 Distribusi Skor-skor Kuesioner Tiap Anak dan Penggolongannya………………………………………. 69 LAMPIRAN 5 Perhitungan Skor-skor Per-Aspek Kemampuan

  Penyesuaian Sosial …………………………………………. 70 LAMPIRAN 6 Skor-skor Per-Aspek Kemampuan Penyesuaian

  Sosial & Penggolongannya ………………………………… 71 LAMPIRAN 7 Urutan Tingkat Kemampuan Penyesuaian Sosial ………….. 72 LAMPIRAN 8 Perhitungan Mean Per-Aspek

  Kemampuan Penyesuaian Sosial………………………….... 73 LAMPIRAN 9 Perhitungan Koefisien Reliabilitas & Validitas

  Uji Coba Penelitian .…………...…………………………… 75 LAMPIRAN 10 Perhitungan Koefisien Reliabilitas & Validitas dan

  Perhitungan Mean Penelitian …...….………………………. 77 LAMPIRAN 11 Surat Ket Penelitian Dari Kampus dan Panti Asuhan.............79 LAMPIRAN 12 Contoh Satuan Pelayanan Bimbingan ………………………81 LAMPIRAN 13 Kuesioner Penyesuaian Sosial Remaja

  Terhadap Teman Sebaya …………………………………… 96

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Panti asuhan adalah suatu lingkungan atau tempat tinggal bagi seorang

  yang tidak dapat hidup bersama-sama keluarganya, baik dengan ayah, ibu dan juga saudara-saudaranya. Seorang tersebut hidup dan tinggal bersama orang lain dalam suatu lingkungan yang memberikan situasi berbeda dengan apa yang didapatkan seperti anak-anak yang hidup dan tinggal dalam keluarga yang utuh dan harmonis. Hal ini bisa mungkin terjadi karena keadaan orang tua yang tidak mampu menjalankan tugasnya secara maksimal. Ketidakbersamaan yang dialami seorang yang tinggal di panti asuhan tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti: orangtua meninggal, keluarga broken home, atau juga disebabkan karena tidak mampu menanggung biaya hidup karena himpitan beban ekonomi yang terasa berat. Ketidakbersamaan dengan orangtua ini akan membuat seseorang tidak mendapatkan kasih sayang dan pendampingan secara langsung dari orangtuanya, sehingga fungsi atau peranan orangtua harus digantikan oleh para pengasuh di panti asuhan.

  Bagi anak-anak panti tersebut, perpindahan mereka dari keluarga asli ke panti asuhan ini bisa menimbulkan kesulitan. Kesulitan ini muncul karena dan lain-lain. Kesulitan lainnya adalah perubahan orang-orang yang berada di sekitarnya, karena mereka yang sebelumnya hidup bersama keluarga dan saudara- saudaranya, kini mereka harus hidup bersama orang lain yang belum pernah mereka kenal yaitu para pengasuh panti asuhan dan teman sebayanya.

  Pola sikap, kebiasaan, perilaku remaja bisa berbeda-beda karena pola pengasuhan orang tua mereka berbeda-beda. Oleh karena itu dalam membina hubungan dengan kelompok sebaya akan membutuhkan penyesuaian sosial. Secara tidak langsung mereka harus menyesuaikan diri dengan lingkungan panti asuhan dan teman sebayanya, karena mereka akan tinggal bersama teman sebaya dalam satu tempat dan berusaha melihat teman sebaya sebagai saudara mereka dan keluarga mereka yang baru. Seperti yang diungkapkan Mu’tadin:

  “Kemampuan penyesuaian sosial seharusnya diajarkan lebih awal pada diri individu karena, penyesuaian sosial merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja, individu mulai memasuki dunia pergaulan yang lebih luas di mana penyesuaian diri merupakan salah satu syarat penting bagi individu untuk mencapai kematangan pribadi.” (www.e- psikologi.com) Individu yang memasuki masa remaja memiliki tugas perkembangan yang mencakup banyak hal dan salah satunya adalah mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial. Kemampuan penyesuaian sosial meliputi kemampuan berkomunikasi, berhubungan dengan orang lain, bertindak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku, memberi atau menerima feedback dan lain-lain. Remaja orang yang lain. Hal ini mungkin terjadi karena seseorang tidak dapat menerima kekurangan-kekurangan yang ada dalam diri orang lain. Hambatan yang lain adalah adanya perbedaan kondisi lingkungan barunya dengan kondisi lingkungan yang pernah ia alami, yaitu: perbedaan dengan aturan-aturan yang pernah ia lakukan, perbedaan nilai-nilai norma yang ada, serta watak orang-orang baru ia temui, namun hambatan-hambatan ini bisa diatasi dengan melakukan proses penyesuaian sosial. Dalam Mu’tadin diungkapkan:

  “Pengalaman keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam melakukan penyesuaian sosial akan memberikan dampak langsung pada diri remaja. Kegagalan remaja dalam menguasai kemampuan penyesuaian sosial dapat menyebabkan ia menjadi anak yang rendah diri, terkucil dari dunia pergaulan teman sebayanya, cenderung bersikap kurang normatif seperti halnya bersikap anti-sosial bahkan dapat mengakibatkan anak menjadi terganggu kejiwaan/psikisnya.” (www.e-psikologi.com)

  Demikian pula dengan para remaja yang tinggal di panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo pengalaman berhasil atau gagalnya seseorang dalam melakukan penyesuaian sosial akan menghasilkan bentuk konsekuensi yang harus ia hadapi. Maka dari itu, penyesuaian sosial penting bagi proses perkembangan remaja yang yang tinggal di panti asuhan, sebab mereka tidak akan tinggal selamanya di panti asuhan melainkan harus meninggalkan panti asuhan dan mencari pekerjaan demi kelangsungan hidup mereka.

  Dalam melakukan proses penyesuaian terhadap lingkungannya, remaja ini akan diperlukan dimanapun mereka tinggal di lingkungannya, dimana peraturan-peraturan dan orang-orang didalamnya benar-benar baru dan berbeda dari lingkungan sebelumnya.

  Hal ini membuat peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo tahun 2007/2008 terhadap kelompok sebaya dan menyusun usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial yang dilakukan dengan cara-cara mengetahui aspek-aspek penyesuaian yang rendah dari yang telah dicapai oleh para remaja panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo.

B. Rumusan Masalah

  Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo tahun 2007/2008 terhadap kelompok sebaya. Masalah-masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

  1. Sejauh mana tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama tahun 2007/2008 terhadap kelompok sebaya?

  2. Topik-topik bimbingan apa saja yang dapat diusulkan sebagai usulan topik- topik bimbingan pribadi sosial untuk para remaja panti asuhan Wira Karya Tama tahun 2007/2008?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Mendeskripsikan tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama tahun 2007/2008 terhadap kelompok sebaya.

  2. Menyusun suatu usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial untuk panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo berdasarkan aspek-aspek kemampuan penyesuaian sosial yang dari aspek kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan yang paling rendah.

  D. Manfaat Penelitian:

  1. Bagi pengurus panti asuhan Wira Karya Tama Puworejo: Sebagai bahan informasi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program bimbingan pribadi-sosial bagi anak- anak asuh panti asuhan Wira Karya Tama dan sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan bekal dalam mendampingi dan membantu anak-anak asuh remaja panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo, agar mereka mampu belajar menyesuaikan diri dengan orang lain dalam kehidupannya sehari-hari demi proses perkembangan sosialnya lebih baik lagi.

  2. Peneliti Peneliti secara langsung memperoleh pengalaman menyusun penelitian dalam mengungkap tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan

E. Batasan Istilah dan Batasan Variabel

  Beberapa istilah-istilah yang perlu dijelaskan dengan maksud memberi penegasan tentang maknanya dalam penelitian ini, antara lain:

  1. Deskripsi adalah pemaparan/penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terinci (Poerwadarminta,1976:32). Dalam penelitian ini deskripsi tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja berarti pemaparan/penggambaran mengenai tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja terhadap teman- temannya dalam kelompok sebaya.

  2. Panti asuhan adalah tempat memelihara anak-anak yatim/piatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1976). Maka dalam penelitian ini panti asuhan berarti rumah, tempat untuk memelihara dan menampung anak-anak yang dititipkan di lingkungan panti asuhan.

  3. Tingkat kemampuan penyesuaian sosial adalah tinggi-rendahnya kemampuan seseorang dalam melakukan penyesuaian diri pada orang lain dalam kelompok sebayanya. Beberapa aspek kemampuan penyesuaian sosial yang dijelaskan oleh Hurlock (Hurlock,1991:287) yaitu: Penampilan fisik, penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, sikap sosial, kepuasan pribadi, sifat kepribadian.

  4. Remaja adalah seseorang yang berusia antara 13 tahun hingga 18 tahun.

  Rentangan usia tersebut adalah merupakan usia remaja awal hingga remaja yang kurang lebih sama, minat, nilai-nilai yang diyakini, penampilan diri, sosial ekonomi, jenis kelamin, suku bangsa (ras), letak geografis tempat tinggal.

  5. Penyesuaian sosial adalah “Keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan dirinya terhadap orang lain dan terhadap kelompok” (Hurlock,1992:287).

  6. Bimbingan pribadi-sosial dalam Winkel, W.S. & Sri Hastuti, adalah : “Bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri untuk mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan membina hubungan kemanusian dengan sesama di berbagai lingkungan/ melakukan pergaulan sosial. (Winkel, W.S. & Sri Hastuti, M.M. 2004:118)

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Panti Asuhan

  1. Pengertian Panti Asuhan Panti asuhan adalah tempat untuk merawat; mengasuh seseorang

  (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1976). Di dalam Pedoman Panti Asuhan dikatakan bahwa panti asuhan adalah: “Lembaga kesejahteraan sosial sebagai perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam memelihara anak-anak terlantar, yang bertanggung jawab memberikan pelayanan pengganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuhannya, sehingga mereka memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan harapan” (Anita, 2004:11). Hal ini sesuai dengan pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.” Panti asuhan terbagi menjadi dua kategori yaitu panti asuhan yatim dan panti asuhan piatu. Ada juga yang merupakan gabungan keduanya yaitu panti asuhan yatim-piatu. Untuk panti asuhan yatim sebagai tempat memelihara dan merawat seseorang yang sudah tidak memiliki ayah, sedangkan panti asuhan piatu merupakan tempat memelihara dan merawat seseorang yang sudah tidak memiliki ibu. Jadi panti asuhan yatim-piatu merupakan tempat untuk merawat individu yang tidak lagi mempunyai ayah anak yang orang tuanya atau keluarganya tidak mampu lagi untuk merawat, memelihara dan mencukupi kebutuhan anak atau karena masalah dalam keluarga seperti; perceraian orang tua, hubungan dalam keluarga yang tidak harmonis atau terhimpit kehidupan ekonomi yang semakin susah.

  2. Tujuan Panti Asuhan Panti asuhan adalah lembaga kesejahteraan sosial sebagai perwujudan tanggung jawab bersama-sama antara masyarakat dengan pemerintah, pihak pemerintah yang khusus menangani masalah ini yaitu Dinas Kesejahteraan Sosial (Dinkesos). Panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo termasuk dalam Dinas Kesejahteraan Sosial Wilayah Provinsi Jawa Tengah dan kantor pusat Dinkesos Provinsi Jawa Tengah di Semarang. Panti asuhan Wira Karya Tama bertanggung jawab memberikan pengarahan, memelihara anak-anak terlantar dan bertanggung jawab memberikan pelayanan pengganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuhannya.

  Panti asuhan bertujuan membantu anak-anak asuhnya mempersiapkan dirinya untuk merencanakan, mewujudkan cita-cita dan memenuhi harapan pribadi dan harapan sosial, agar menjadi pribadi yang dewasa dan menjadi anggota masyarakat yang baik. Menurut Departemen Sosial (dalam Widia, Anita.A, 2004:11) panti asuhan memiliki tujuan sebagai berikut:

  a. Agar anak asuh dapat menjadi warga masyarakat dan negara b. Memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak- anak asuh agar terpenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosialnya.

  c. Memberikan asuhan dan bimbingan kepada anak-anak asuh mengarah pada pengembangan pribadi untuk menjadi anggota masyarakat yang mampu hidup layak.

  d. Mewujudkan kader bangsa yang berkepribadian Pancasila.

  3. Fungsi Panti Asuhan Panti asuhan Wira Karya Tama melakukan kegiatan mengasuh dan mendidik. Kegiatan pengasuhan anak-anak panti yang dilakukan untuk membantu anak-anak asuhnya dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya yaitu kegiatan pemeliharaan dan perawatan diri meliputi kegiatan-kegiatan untuk pemenuhan kebutuhan fisik: makan, minum, pakaian. Kehidupan sosial meliputi kegiatan: bermain, berorganisasi. Kegiatan belajar dan kegiatan pengembangan cita-cita meliputi: pemenuhan biaya sekolah, biaya mengikuti kursus-kursus, mendatangkan guru untuk memberikan les pelajaran secara khusus dan mengadakan kegiatan ektrakurikuler untuk pengembangan kemampuan anak-anak asuhnya di luar bidang akademik (menjahit, seni musik, seni tari, Iqro).

  Di dalam panti asuhan ikatan persaudaraan yang terjalin merupakan perwujudan dari tali kasih antara adik dengan kakak, keduanya saling merindukan kedekatan hubungan keluarga yang dulu pernah ia alami di rumahnya. Anak-anak panti asuhan menggantikan kerinduan tersebut dengan selama ini mereka merasa kehilangan figur keluarga dalam hidupnya. Mereka juga menginginkan orang tuanya bisa mendampingi, merawat, mengasuh dan membimbing dirinya seperti anak-anak normal yang lain dan seumuran dengan dirinya. Namun kelemahan dan kondisi ketidakmampuan keluarga membuatnya harus mampu bertahan di lingkungan yang baru dan asing. Anak-anak panti asuhan Wira Karya Tama menciptakan suasana kekeluargaan tersebut dengan cara, saling menghormati, saling menyayangi, saling menghargai dan saling membantu satu sama lain. Seperti yang diungkapkan oleh Ahmadi (dalam Anita, 2004:11-12) bahwa peran keluarga sangat penting dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam pendidikan usia dini yaitu: “Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat.” Wujud nyata dari fungsi panti asuhan adalah menciptakan suasana kekeluargaan yang akhirnya akan menciptakan perasaan sebagai satu keluarga. Suasana kekeluargaan akan terwujud apabila terjalin sikap saling menyayangi, menghargai, menghormati serta bekerja sama antara anggota keluarga.

  B. Remaja

  1. Pengertian Remaja Remaja adalah usia di mana mereka mampu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana mereka tidak lagi merasa di bawah tingkat

  2. Batasan Usia Remaja Remaja adalah seseorang yang berusia antara 13 tahun hingga 18 tahun.

  Rentangan usia tersebut adalah merupakan usia remaja awal hingga remaja akhir (Hurlock 1992:185).

  3. Tugas Perkembangan Remaja Para remaja yang tinggal di panti asuhan juga mempunyai tugas perkembangan yang harus dicapai pada saat usia mereka remaja. Dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi tugas perkembangan remaja yang harus mereka capai adalah melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial khususnya yaitu lingkungan panti asuhan.

  Robert Y. Havigurst (dalam Anita.A, 2004:14) menjelaskan tugas-tugas perkembangan remaja dalam hal sosial, yaitu: a. Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman- teman sebayanya baik dengan teman-teman sejenis maupun dengan teman lawan jenis.

  b. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial mereka sesuai dengan jenis kelamin mereka, artinya mereka mempelajari dan menerima peranan masing-masing sesuai dengan ketentuan- ketentuan atau norma-norma masyarakat.

  c. Mampu bertanggung jawab terhadap semua tingkah lakunya dalam kehidupan sosial.

  d. Mempunyai norma-norma atau nilai-nilai kehidupan yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan tindakan- tindakan dalam kehidupannya.

  Dalam tugas perkembangan di atas dapat terlihat hubungan yang cukup harus ada keseimbangan, sehingga semua tugas perkembangannya dapat tercapai seoptimal mungkin. Remaja di harapkan mampu menjalankan tugas- tugas perkembangan tersebut agar ia mudah melewati proses menjadi seorang pribadi dewasa dan bertanggungjawab, ia belajar untuk menyesuaikan diri, memenuhi harapan-harapan sosial sehingga ia dapat diterima dan merasa puas mendapat pengakuan dari masyarakat. Untuk melakukan tugas perkembangan tersebut, remaja membutuhkan interaksi dengan lingkungan sosial, namun dalam melakukan proses interaksi ini tidak selalu berjalan lancar, terkadang mereka menemui kesulitan. Agar remaja mudah dalam menyelesaikan tugas perkembangannya tersebut, ia melakukan proses penyesuaian.

C. Kelompok Sebaya

  Kelompok sebaya merupakan dunia nyata kawula muda, yang menyiapkan panggung di mana ia dapat belajar bagi dirinya sendiri dalam melakukan proses sosialisasi terhadap orang lain. Dalam kelompok sebaya remaja di antara anggota- anggotanya akan saling memberikan penilaian sehingga mempengaruhi konsep diri masing-masing anak. Kelompok sebaya membuat aturan-aturan dan nilai-nilai sendiri yang di berlakukan bagi anggotanya dan bukan aturan-aturan yang di tetapkan oleh orang-orang dewasa, biasanya di dalamnya terdiri dari orang-orang yang memiliki kesamaan atau kurang lebih sama dalam beberapa hal yaitu, sebagai berikut :

  1. Kesamaan yang pertama yaitu kesamaan mengenai usia, terutama dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu, remaja lebih menyukai bekerja dengan anak-anak yang seumuran dengan dirinya/teman sebayanya daripada dengan anak-anak dewasa yang umurnya lebih tua dari dirinya. Steinberg (dalam Anita, A, 2004:17) menjelaskan: “Even

  when adolesence work in part-time jobs, they are more likely to work with people their own age than with adults.”

  Ini dapat di artikan bahwa remaja tidak mau diatur oleh orang-orang dewasa, mereka ingin mandiri, menunjukkan siapa dirinya-ego involvement bahwa dirinya harus dihargai seperti halnya orang yang dewasa yang selalu di hormati.

  2. Kesamaan yang kedua yaitu kesamaan dalam hal minat. Remaja mengalami perubahan-perubahan hal minat dari minat yang di bawa pada masa kanak-kanak berkurang dan di gantikan oleh minat-minat yang lebih matang, hal ini mungkin di sebabkan karena pada usia remaja mulai di tuntut untuk belajar mempunyai rasa tanggung jawab. Perubahan minat ini juga di pengaruhi karena perbedaan minat antara anak laki-laki dan anak perempuan. Seperti yang diungkapkan oleh Hurlock bahwa:

  “Karena anak perempuan diharapkan berperilaku feminim

  3. Kesamaan yang ketiga yaitu kesamaan mengenai perubahan nilai-nilai yang sama dalam kelompok sebaya yaitu kesamaan nilai dalam memilih teman dan cara bergaul dengan teman. Hal ini berkaitan dengan pendapat Zulkifli mengatakan bahwa: “Seorang remaja bergabung dengan kelompok sebaya yang mau menganggap, mau mengerti, dan mempunyai kesamaan dalam hal pengalaman.” (Anita.

  A, 2004:17)

  4. Kesamaan yang keempat yaitu kesamaan mengenai penampilan diri, pakaian dan aksesoris yang dipakai serta bagaimana cara berpenampilan. Kelompok sebaya memberikan pengaruh yang kuat pada penampilan diri, ini disebakan karena remaja ingin diakui keberadaannya. Seperti yang dikatakan Ryan bahwa: “Salah satu persyaratan utama dalam hal berpakaian bagi kawula muda adalah bahwa pakaian yang dikenakan harus disetujui oleh kelompoknya (Hurlock,1996:220).” Pengaruh yang besar ini dikarenakan remaja selalu ingin menyamakan dirinya dengan kondisi kelompoknya, termasuk dalam hal berpenampilan. Biasanya penampilan yang disukai adalah penampilan yang rapi dan bersih.

  5. Kesamaan yang kelima adalah kesamaan status sosial ekonomi.

  “Remaja dalam memilih teman sebaya sebagai kelompoknya juga

  6. Kesamaan yang keenam yaitu kesamaan jenis kelamin, remaja perempuan akan bergabung dengan remaja perempuan dan remaja laki-laki juga akan bergabung dengan remaja laki-laki pula, kelompok yang anggota kelompoknya mempunyai jenis kelamin yang sama terbentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang disebut klik (cliques). Namun karena terdapat kegiatan-kegiatan yang membutuhkan peran dari lawan jenis, maka remaja mulai menyadari bahwa mereka saling membutuhkan, kemudian mereka akan bergabung dan membentuk kelompok besar yang di sebut dengan crowds yang jumlah anggotanya lebih dari enam orang. Kesamaan minat pada lawan jenis remaja akan di pengaruhi oleh pola minat teman-teman sebayanya seperti yang di katakan Hurlock bahwa : “ Minat pada lawan jenis juga sangat dipengaruhi oleh pola minat diantara teman-teman remaja.” (Hurlock, 1996:227) 7. Kesamaan yang ketujuh adalah kesamaan suku bangsa (ras).

  Kesamaan ras ini akan sangat berpengaruh terhadap kelompok- kelompok kecil dalam memilih anggota-anggotanya.

  8. Kesamaan yang kedelapan yaitu kesamaan letak geografis tempat tinggal. Remaja akan memilih teman yang jarak rumahnya berdekatan sehingga frekuensi pertemuan menjadi sering dilakukan. "Tempat dan partisipasinya dalam berbagai kegiatan-kegiatan kelompok.” (Anita. A, 2004:18-19)

D. Penyesuaian Sosial

  1. Pengertian Penyesuaian Sosial “Penyesuaian sosial adalah keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan dirinya terhadap orang lain dan terhadap kelompok” (Hurlock, 1992:287). Hal ini berarti bagaimana usaha seseorang tersebut untuk hidup bergaul dengan orang lain serta hidup di dalam kelompok masyarakat, dimana dalam kelompok tersebut terdapat norma. Penyesuaian sosial itu merupakan bagian dari proses perkembangan seseorang.

  Jadi penyesuaian sosial di atas merupakan kemampuan seseorang untuk bereaksi se-efektif mungkin terhadap situasi dan kenyataan yang ada, juga merupakan usaha seseorang dalam memenuhi harapan dan tuntutan-tuntutan lingkungannya, sehingga nantinya akan tercipta keseimbangan antara diri dengan lingkungan dimana ia tinggal. Seseorang dikatakan berhasil melakukan penyesuaian sosial apabila ia sudah dapat hidup bergaul dalam satu kelompok sesuai norma-norma yang diterapkan. Dalam menyesuaikan diri terdapat hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan penelitian yang dilakukan penulis yaitu melihat kemampuan seseorang untuk belajar memahami, mengerti dan berusaha untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan dirinya dan menyeimbangkan

  2. Penyesuaian Sosial Remaja Panti Asuhan Suatu kondisi dimana seseorang diterima menjadi anggota kelompok disebut dengan sindrom penerimaan. Dalam penerimaan seorang anggota kelompok akan bergantung pada sekumpulan sifat dan pola perilaku yang disenangi oleh kelompok remaja tersebut dan dapat menambah gengsi dari klik dan kelompok besar yang di idolakannya. Hurlock berpendapat bahwa:

  “Penyesuaian sosial sangat dipengaruhi oleh kelompok sebaya yaitu yang terpenting dan tersulit karena penyesuaian diri yang harus menyesuaikan dengan kebutuhan kelompok sebaya sehingga akan menimbulkan perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial dan nilai-nilai dalam menyeleksi pemimpin kelompok mereka.” (Hurlock, 1996:213) Setiap remaja mempunyai kemampuan penyesuaian yang berbeda-beda.

  Ada orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik yang disebut good-

  adjusment

  , ada orang yang tidak begitu baik dalam melakukan penyesuaian sosial yang disebut poor adjusment, atau orang yang tidak dapat melakukan penyesuaian disebut mal-adjusted. Dalam proses melakukan penyesuaian sosial remaja akan merasa bahagia, bangga dengan dirinya dan merasa percaya diri bila ia sudah di terima oleh kelompoknya. Namun bila remaja gagal melakukan penyesuaian sosial akan membuat anak menjadi rendah diri, mempunyai konsep diri yang negatif tentang dirinya dan menjadi anak yang tertutup. Seperti yang diungkapkan oleh Hurlock bahwa:

  “Penyesuaian dapat dikatakan baik apabila seseorang merasa puas dan masyarakat menerimanya. Sebaliknya remaja yang tidak dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik akan mengalami tidak bahagia, dan tidak menyukai diri sendiri, akibatnya remaja akan mengembangkan sikap egois, tertutup dan bahkan bersikap anti-sosial.” (Hurlock 1991:287)

  3. Aspek-aspek Penyesuaian Sosial Ada beberapa aspek-aspek penyesuaian sosial yang mempengaruhi kemampuan penyesuaian sosial seseorang seperti yang disebutkan oleh Hurlock

  (1991:287) antara lain:

  a. Penampilan Fisik Penampilan fisik disini berarti penampilan remaja yang dapat dilihat secara kasat mata, yaitu bagaimana bentuk tubuh dan wajah seseorang dan penampilan diri. Remaja lebih dinilai pada bagaimana ia berpenampilan Penampilan fisik sangat mempengaruhi konsep diri seseorang, misalnya: seseorang yang berpostur tubuh pendek akan menanamkan pada dirinya sendiri bahwa dia tidak menarik dan ia akan mempunyai konsep diri yang negatif mengenai bentuk tubuhnya, hal ini bisa membuat ia merasa kurang percaya diri. Hurlock menyebutkan bahwa: “Bentuk tubuh yang tidak patut, seperti anak perempuan yang terlampau tinggi atau anak laki-laki yang terlalu kurus, menimbulkan penilaian sosial yang kurang baik.” (Hurlock,1992:174)

  Perasaan-perasaan seperti inilah yang membuat seseorang merasa tidak dalam berperilaku. Hal ini akan menghambat proses penyesuaian sosial dirinya terhadap teman-teman dan lingkungannya. Penampilan fisik lainnya adalah tentang cara berpakaian di kalangan remaja. Dalam hal berpakaian, remaja yang memiliki minat pada pakaian ia akan berusaha keras untuk menyesuaikan dirinya dengan pakaian dikehendaki teman-temannya.

  Seperti yang dikatakan oleh Ryan bahwa : “Salah satu persyaratan utama dalam hal berpakaian bagi kawula muda adalah bahwa pakaian yang harus dikenakan harus disetujui oleh kelompok.” (dalam Hurlock 1996:220). Jadi pakaian yang dikenakan kurang lebih hampir sama dengan yang dipakai oleh teman-temannya atau kelompok sebayanya, yaitu cara berpakaian yang bersih dan rapi serta sesuai dengan keperluan.

  b. Penyesuaian Diri Terhadap Kelompok Pada masa ini,remaja akan melakukan penyesuaian diri pada berbagai kelompok, baik kelompok teman sebaya maupun kelompok orang dewasa.

  Maka secara sosial ia dapat dianggap sebagai orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik. Namun dalam penelitian ini, peneliti ingin membatasi pada penyesuaian terhadap kelompok sebaya yang terdiri dari kelompok kecil atau klik (cliques) dan kelompok besar (crowds).

  1) Kelompok kecil atau klik (cliques) Kelompok kecil ini biasanya terdiri dari teman-teman dekat, bergabung dengan anak laki-laki dan anak perempuan bergabung dengan anak perempuan juga. Hubungan emosional anggotanya dalam klik lebih dekat daripada hubungan pada kelomok besar (crowd). Anak-anak panti asuhan Wira Karya Tama cenderung membentuk klik karena kedekatan mereka yang tinggal dalam satu kamar sehingga membuat hubungan emosional mereka semakin dekat, sehingga anak-anak panti asuhan mempunyai kemauan untuk selalu bersama-sama melakukan pekerjaan-pekerjaan diluar jadwal kegiatan piket.

  2) Kelompok Besar (Crowds) Bersatunya kelompok-kelompok kecil membentuk kelompok besar yang disebut dengan Crowds. Kelompok ini anggotanya terdiri dari banyak orang yaitu lebih dari 6 orang dan anggotanya berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kelompok besar yang ada di panti asuhan Wira Karya Tama, hanya terdapat beberapa kelompok saja, kelompok-kelompok karena mempunyai kesamaan minat tertentu yang sama.

  Bila remaja ingin diterima dalam kelompok harus memiliki kriteria-kriteria yang dipegang oleh kelompok itu. Apabila ia dapat memenuhi kriteria-kriteria tersebut, maka ia akan diterima dan diterima dengan baik dalam kelompok, sehingga dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik pula adalah: a. Kesan pertama yang menyenangkan sebagai akibat dari penampilan yang menarik perhatian, sikap yang tenang, dan gembira.

  b. Reputasi sebagai seseorang yang sportif dan menyenangkan.

  c. Penampilan diri yang sesuai dengan penampilan teman- teman sebayanya.

  d. Perilaku sosial yang ditandai oleh kerja sama, tanggung jawab, panjang akal, kesenangan bersama orang lain, bijaksana dan sopan.

  e. Matang terutama dalam hal pengendalian emosi serta kemauan untuk mengikuti peraturan-peraturan.

  f. Sifat kepribadian yang menimbulkan penyesuaian sosial yang baik seperti: jujur, setia, tidak mementingkan diri sendiri dan keterbukaan.

  g. Status sosial ekonomi yang sama atau sedikitnya diatas anggota-anggota yang lain dalam kelompoknya dan hubungan yang baik dengan anggota keluarga.

  h. Tempat tinggal yang dekat dengan kelompok sehingga mempermudah hubungan dan partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok.

Dokumen yang terkait

Tingkat kecerdasan emosi remaja panti asuhan : studi deskriptif tingkat kecerdasan emosi pada remaja Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan dan tidak mengalami kekerasan serta implikasinya terhadap topik-topik bimbingan pribadi sosial

0 5 120

Studi deskriptif kemampuan mengelola emosi remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro dan implikasinya terhadap usulan program bimbingan pribadi – sosial.

0 0 123

Deskripsi tingkat kemampuan mengelola emosi siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal.

0 1 83

Deskripsi penyesuaian sosial siswa SMP BOPKRI 3 Yogyakarta kelas VII tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

1 0 93

Deskripsi tingkat perilaku bullying siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012-2013 dan implikasinya terhadap penyusunan topik-topik bimbingan pribadi sosial.

0 3 139

Deskripsi tingkat kepercayaan diri siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri I Tepus Gunung Kidul Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal.

0 0 136

Deskripsi penyesuaian sosial siswa SMP BOPKRI 3 Yogyakarta kelas VII tahun ajaran 2013 2014 dan implikasinya terhadap usulan topik topik bimbingan pribadi sosial

0 0 91

Deskripsi tingkat penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya dan implikasinya pada usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial pada siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository

0 0 132

Deskripsi tingkat konsep diri remaja kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 dan implikasinya terhadap penyusunan topik-topik bimbingan kelompok - USD Repository

0 0 107

Deskripsi tingkat kecerdasan interpersonal siswa di asrama putra-putri SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan tahun ajaran 2006/2007 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan kelompok - USD Repository

0 0 147