Studi deskriptif kemampuan mengelola emosi remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro dan implikasinya terhadap usulan program bimbingan pribadi – sosial.

(1)

vii

ABSTRAK

STUDI DESKRIPTIF KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI REMAJA PUTRA PANTI ASUHAN SANCTA MARIA BORO

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI – SOSIAL

Bertha Nur EndahWibowo UniversitasSanataDaharma

Yogyakarta 2015

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang deskripsi kemampuan mengelola emosi remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro dan implikasinya terhadap usulan program bimbingan pribadi – sosial.Subjek penelitian adalah 37 orang remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro.Subjek penelitian memiliki kriteria umur 12-18 tahun.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner kemampuan mengelola emosi. Kuesioner yang disusun terdiri dari 59 item berdasarkan 7 aspek kemampuan mengelola emosi menurut Goleman (1999), yaitu (1) mengendalikan emosi (2) dipercayai (3) beradaptasi dengan baik (4) menyadari bahwa tidak semua ungkapan emosi dapat diterima oleh orang lain (5) peka terhadap perasaan sendiri dan orang lain (6) merespon/menanggapi reaksi emosional orang lain (7) mengatur ekspresi emosi dalam lingkungan sosial. Pengukuran validitas jumlah total item 80, item gugur 21 dan item yang valid 59, serta reliabilitas penelitian 0,825. Pengukuran penelitian menggunakan program SPSS 16.0 for Window dan teknik analisis data yang digunakan adalah kategori tingkat kemampuan mengelola emosi berdasarkan penilaian Azwar (2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 remaja (8%) memiliki kategori kemampuan mengelola emosi dalam kategori sangat tinggi, 5 remaja (13%) memiliki kategori kemampuan mengelola emosi dalam kategori emosi tinggi, 21 remaja (57%) memiliki kategori kemampuan mengelola emosi dalam kategorisedang, 8 remaja (22%) memiliki kategori kemampuan mengelola emosi dalam kategorirendah, dan tidak terdapat remaja yang berada pada kategori kemampuan mengelola emosi sangat rendah.Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengusulkan program pengembangan kemampuan mengelola emosi pada remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro.Program yang diusulkan dilaksanankan selama lima minggu, program kegiatan yang dilaksanakan dengan topik bersyukur, percaya diri, komunikasi efektif, prioritas, dan persahabatan.


(2)

viii

ABSTRACT

DESCRIPTIVE STUDY SKILLS MANAGING EMOTIONS BOY TEEN ORPHANAGE IN SANCTA MARIA BORO AND THE IMPLICATIONS TOWARD THE PROPOSAL

MENTORING PROGRAM PERSONAL – SOCIAL

Bertha NurEndahWibowo Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

The aim of this study is to get the data about the description of the ability to manage emotions of young men in Sancta Maria Orphanage Boro and its implications for the proposed program of personal guidance - social. The subjects were 37 young people Orphanage Sancta Maria Boro. The research subjects 12-18 years of age criteria.

This research is quantitative descriptive. In collecting the data in this study is using a questionnaire about ability to manage emotions. The questionnaire consists of 59 items arranged by seven aspects of the ability to manage emotions according to Goleman (1999), namely (1) controlling emotions (2) trust (3) adapt well (4) recognize that not all expressions of emotion can be accepted by others (5) sensitive toward emotion feelings of his/her own and others (6) respond to the emotional reactions of others (7) regulate the expression of emotions in a social environment. The measurement validity of the total number of items 80, items fall 21 and 59 valid items, as well as the reliability of research 0.825. Measurement studies using SPSS 16.0 for Windows and data analysis techniques used are category level ability to manage emotions based assessment Anwar (2007).

The results showed that there were three teenagers (8%) have the ability to manage their emotions in the category of very high category, five teens (13%) have the ability to manage their emotions in the category of high emotion category, 21 adolescents (57%) have the ability to manage their emotions in medium category currently, 8 teens (22%) have the ability to manage emotions in a lower category, and there are teenagers who are in the category of very low ability to manage emotions. Based on this research, the researcher proposes the development programs the ability to manage emotions in young men Sancta Maria Orphanage Boro. The proposed program will be held for five weeks, the program activities carried out by topic grateful, confident, effective communication, priorities, and friendship.


(3)

STUDI DESKRIPTIF KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI

REMAJA PUTRA PANTI ASUHAN SANCTA MARIA BORO

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI

SOSIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh:

Bertha Nur Endah Wibowo

101114018

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015


(4)

i

STUDI DESKRIPSI KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI

REMAJA PUTRA PANTI ASUHAN SANCTA MARIA BORO

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI

SOSIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memproleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh :

Bertha Nur Endah Wibowo 101114018

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(5)

(6)

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:

Nama : Bertha Nur Endah Wibowo

NIM : 101114018

Demi perkembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada perpustakaan Universitas sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah saya yang berjudul :

STUDI DESKRIPSI KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI REMAJA PUTRA PANTI ASUHAN SANCTA MARIA BORO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI – SOSIAL

Dengan demikian, saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan publikasi di internet atau media lain untuk keperluan akademis tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di Yogyakarta, Pada tanggal, 9 Februari 2015 : Yang menyatakan,


(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 9 Februari 2015 Penulis,


(9)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Ketika kaki ini hendak melangkah, langkah yang pasti itu yang

aku ikuti dan hingga detik yang berlalu ini aku masih bisa

berkata,

inilah jalanku

Skripsi ini ku persembahkan bagi: Tuhan Yesus Kristus, Kedua orang tuaku, Saudara-saudaraku, Orang yang aku kasihi


(10)

vii

ABSTRAK

STUDI DESKRIPTIF KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI REMAJA PUTRA PANTI ASUHAN SANCTA MARIA BORO

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI – SOSIAL

Bertha Nur EndahWibowo UniversitasSanataDaharma

Yogyakarta 2015

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang deskripsi kemampuan mengelola emosi remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro dan implikasinya terhadap usulan program bimbingan pribadi – sosial.Subjek penelitian adalah 37 orang remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro.Subjek penelitian memiliki kriteria umur 12-18 tahun.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner kemampuan mengelola emosi. Kuesioner yang disusun terdiri dari 59 item berdasarkan 7 aspek kemampuan mengelola emosi menurut Goleman (1999), yaitu (1) mengendalikan emosi (2) dipercayai (3) beradaptasi dengan baik (4) menyadari bahwa tidak semua ungkapan emosi dapat diterima oleh orang lain (5) peka terhadap perasaan sendiri dan orang lain (6) merespon/menanggapi reaksi emosional orang lain (7) mengatur ekspresi emosi dalam lingkungan sosial. Pengukuran validitas jumlah total item 80, item gugur 21 dan item yang valid 59, serta reliabilitas penelitian 0,825. Pengukuran penelitian menggunakan program SPSS 16.0 for Window dan teknik analisis data yang digunakan adalah kategori tingkat kemampuan mengelola emosi berdasarkan penilaian Azwar (2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 remaja (8%) memiliki kategori kemampuan mengelola emosi dalam kategori sangat tinggi, 5 remaja (13%) memiliki kategori kemampuan mengelola emosi dalam kategori emosi tinggi, 21 remaja (57%) memiliki kategori kemampuan mengelola emosi dalam kategorisedang, 8 remaja (22%) memiliki kategori kemampuan mengelola emosi dalam kategorirendah, dan tidak terdapat remaja yang berada pada kategori kemampuan mengelola emosi sangat rendah.Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengusulkan program pengembangan kemampuan mengelola emosi pada remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro.Program yang diusulkan dilaksanankan selama lima minggu, program kegiatan yang dilaksanakan dengan topik bersyukur, percaya diri, komunikasi efektif, prioritas, dan persahabatan.


(11)

viii

ABSTRACT

DESCRIPTIVE STUDY SKILLS MANAGING EMOTIONS BOY TEEN ORPHANAGE IN SANCTA MARIA BORO AND THE IMPLICATIONS TOWARD THE PROPOSAL

MENTORING PROGRAM PERSONAL – SOCIAL

Bertha NurEndahWibowo Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

The aim of this study is to get the data about the description of the ability to manage emotions of young men in Sancta Maria Orphanage Boro and its implications for the proposed program of personal guidance - social. The subjects were 37 young people Orphanage Sancta Maria Boro. The research subjects 12-18 years of age criteria.

This research is quantitative descriptive. In collecting the data in this study is using a questionnaire about ability to manage emotions. The questionnaire consists of 59 items arranged by seven aspects of the ability to manage emotions according to Goleman (1999), namely (1) controlling emotions (2) trust (3) adapt well (4) recognize that not all expressions of emotion can be accepted by others (5) sensitive toward emotion feelings of his/her own and others (6) respond to the emotional reactions of others (7) regulate the expression of emotions in a social environment. The measurement validity of the total number of items 80, items fall 21 and 59 valid items, as well as the reliability of research 0.825. Measurement studies using SPSS 16.0 for Windows and data analysis techniques used are category level ability to manage emotions based assessment Anwar (2007).

The results showed that there were three teenagers (8%) have the ability to manage their emotions in the category of very high category, five teens (13%) have the ability to manage their emotions in the category of high emotion category, 21 adolescents (57%) have the ability to manage their emotions in medium category currently, 8 teens (22%) have the ability to manage emotions in a lower category, and there are teenagers who are in the category of very low ability to manage emotions. Based on this research, the researcher proposes the development programs the ability to manage emotions in young men Sancta Maria Orphanage Boro. The proposed program will be held for five weeks, the program activities carried out by topic grateful, confident, effective communication, priorities, and friendship.


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat, anugrah, kasih karunia dan penyertaanNya yang tidak pernah berhenti mengalir sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.Skripsi disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memproleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling. Peneliti menyadari bahawa skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan, perhatian, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu diucapkan banyak terimaksih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dan memebrikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dan ketekunan serta ketulusan hati dalam membimbing. Memberikan motivasi dan mendampingi penulis pada setiap tahap dan seluruh proses penyusunan skripsi ini.


(13)

x

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah mencurahkan ilmunya sepenuh hati selama penulis menuntut ilmu di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Para Remaja Putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro atas waktu dan kesediannya sebagai responden dalam melaksanakan penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Br. Ignatius Wakidi, FIC, selaku Pimpinan Panti Asuhan Sancta Maria Boro yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan pengambilan data penelitian.

7. Orang tuaku tercinta Fx. Sudono dan Sumilah Chatarina atas doa yang tidak henti-hentinya selalu dipanjatkan, dukungan, perhatian, biaya yang telah diberikan kepada penulis.

8. Kakakku Antonius Aris Wibowo dan Adikku tercinta Emilliani Febriniawati Wibowo yang telah banyak mendukung dan mendoakan sehingga penulis selalu semangat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kekasihku Agustinus Prihat Kesuma dan Bapak Ibu di Wonosobo yang telah memberikan dukungan, doa dan perhatian selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

10.Para sahabat Prisca, Rindi, Ria, Dilla, Tya dan Lina yang telah mendukung penulis dalam proses penyelesaian skripsi.

11.Teman-teman di Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2010 untuk kebersamaan dan kerjasamanya selama penulis menyelesaikan studi.


(14)

xi

12.Teman-teman mitra perpustakaan Sanata Dharma yang telah mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi.

Penulis


(15)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GRAFIK……….……...xvii


(16)

xiii BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan Penelitian...4

D. Manfaat Penelitian...5

E. Defenisi Oprasional...5

BAB II : KAJIAN TEORI A. Kemampuan Mengelola Emosi 1. Pengertian Emosi...6

2. Jenis-jenis Emosi…………...8

3. Kemampuan Mengelola Emosi...9

4. Aspek-aspek Kemampuan Mengelola Emosi...11

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Mengelola Emosi………...14

6. Ciri-ciri Orang yang dapat Mengelola Emosi………….……....15

B. Masa Remaja 1. Pengertian Remaja...16

2. Karateristik Remaja...17

3. Tugas Perkembangan Remaja...18

C. Bimbingan Pribadi – Sosial 1. Pengertian Bimbingan Pribadi –Sosial……….………..21


(17)

xiv BAB III: METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian...23

B. Subjek Penelitian...23

C. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner...24

2. Format Penyusunan Skala...24

3. Penentuan Skor...25

4. Kisi-kisi kuesioner ...25

D. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 1. Validitas………..…...27

2. Reliabilitas ………...…………30

E. Analisis Data 1. Menentukan Skor dan Pengelolaan Data……….31

2. Mengkategorisasi Subjek dan Item Penelitian……….32

F. Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian………35

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penenlitian 1. Tingkat Kemampuan Mengelola Emosi………..37

2. Hasil Skor Item Kemampuan Mengelola Emosi……….39

B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Deskripsi Kemampuan Mengelola Emosi Remaja Putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro………42

2. Item-item Kemampuan Mengelola Emosi………...47


(18)

xv BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...54 B. Saran...55


(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Kisi-kisi Kuesioner……… 26

Tabel 2 : Rincian Item yang Valid dan Gugur………. 29

Tabel 3 : Kriteria Goilford………... 30

Tabel 4 :Norma Kategorisasi Skor Item... 32

Tabel 5 :Kategorisasi Skor Butir Instrumen Kemampuan Mengelola Emosi 33 Tabel 6 :Norma Kategorisasi Subjek Penelitian………. 34

Tabel 7 :Kategorisasi Kemampuan Mengelola Emosi Remaja Putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro………. 35

Tabel 8 :Kategori Kemampuan Mengelola Emosi Remaja Putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro………. 37

Tabel 9 : Hasil Analisis Skor Item Kemampuan Mengelola Emosi……… 39

Tabel 10 :Item-item Pernyataan yang Tergolong dalam Kategori Rendah 41 Tabel 11 : Usulan Program Bimbingan Pribadi –Sosial……… 51


(20)

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Halaman

Tingkat kemampuan mengelola emosi remaja Panti Asuhan

Sancta Maria Boro ………. 38

Grafik 2

Skor item kemampuan mengelola emosi remaja Panti Asuhan


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian...58

Lampiran 2: Kuesioner Penelitian...59

Lampiran 3: Tabulasi hasil Uji Coba Kuesioner...62

Lampiran 4: Hasil Analisis Uji Validitas...65

Lampiran 5: Hasil Reliabilitas...71


(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variabel.

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia pernah merasakan senang, gembira, bahagia, sedih, kecewa, marah, jengkel, khawatir, malu, takut dan lain sebagainya. Perasaan tersebut adalah gambaran emosi yang sedang dialami. Emosi selalu dapat dirasakan sehari-hari dan dapat mempengaruhi perilaku manusia. Pada saat senang seseorang dapat bersemangat, percaya diri, dan berani. Di sisi lain saat sedih seseorang bisa menjadi malas, tidak bergairah, marah-marah tanpa sebab dan kurang bisa berkonsentrasi.

Juntika (2011) emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Misalnya gembira, sedih, bahagia, putus asa, terkejut dan sebagainya. Goleman (2007) emosi timbul karena pengaruh perubahan jasmani atau kegiatan individu. Misalnya menangis karena sedih, tertawa karena bahagia. Individu dapat merasakan emosi yang dialami, tetapi mengalami kebingungan atau kesulitan bagaimana mengelola emosi.

Menurut Goleman (dalam Ali, 2005) emosi bisa dibedakan dalam nilai positif dan negatif. Emosi positif, yaitu emosi yang menimbulkan perasaan menyenangkan pada orang yang mengalaminya, di antaranya adalah cinta, sayang, senang, gembira, kagum dan sebagainya. Emosi


(23)

negatif yaitu emosi yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan pada orang yang mengalaminya, di antaranya adalah; sedih, marah, benci, takut dan sebagainya. Individu akan memberikan tanggapan positif terhadap suatu kejadian apabila disertai dengan emosi postif, sedangkan individu akan melakukan tanggapan negatif terhadap suatu kejadian jika disertai emosi negatif.

Menurut Gardner (dalam Wahyuni, 2005), masa remaja merupakan masa transisi, yaitu masa peralihan dari dari usia anak-anak menuju usia dewasa. Selama masa transisi ini, remaja dihadapkan pada berbagai problematika yang terkadang dapat menimbulkan ketidakstabilan emosi, lepas kendali, bingung, cemas dan merasa tidak bahagia.

Permasalahan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari berbagai faktor, seperti faktor dari lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi remaja yang kurang stabil secara emosi, menghasilkan bentuk perilaku tidak terkendali, sensitif, mudah marah tanpa penyebab yang jelas, sehingga terkesan kurang simpatik yang tentu saja membuat kesal orang tua dan lingkungan (Wahyuni, 2005).

Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua anak dapat tinggal bersama dengan orang tuanya, sehingga ada anak yang harus tinggal di panti asuhan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) Panti asuhan adalah rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim atau


(24)

yatim piatu atau anak terlantar. Hurlock (1980) remaja pada umumnya tidak mengungkapkan amarahnya secara meledak-ledak, melainkan dengan cara menggerutu, tidak mau berbicara dengan orang lain, atau mengkritik orang-orang yang menyebabkan amarah.

Peneliti mencoba mengobservasi perilaku remaja panti asuhan Sancta Maria Boro selama KKN. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengasuh panti asuhan, karyawan panti asuhan, serta teman sejawat, peneliti mendapatkan data bahwa remaja panti asuhan Boro kurang mendapat perhatian dan kasih sayang yang mendalam. Hasil observasi dibuktikan dengan timbulnya perilaku remaja yang sering mencari perhatian pada tamu yang datang, manja, cenderung menarik diri dari pergaulan di lingkungannya, pendiam, pemalu, serta kurang percaya diri.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk melihat pengelolaan emosi remaja panti asuhan. Oleh sebab itu, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan remaja dalam mengelola emosi, maka peneliti mengambil judul “Studi Deskriptif Kemampuan Mengelola Emosi Remaja Panti Asuhan Borodan Implikasinya Terhadap Usulan Program Bimbingan Pribadi –Sosial”.


(25)

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Seberapa baik kemampuan mengelola emosi remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro?

2. Berdasarkan hasil analisis butir-butir instrumen kemampuan remaja dalam pengelolaan emosi yang terindikasi rendah, program bimbingan pribadi – sosial apakah yang dapat diusulkan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan seberapa baik kemampuan mengelola emosi remaja putra Panti Asuhan Boro.

2. Mengidentifikasikan butir-butir instrumen kemampuan remajadalam mengelola emosi yang terindikasi rendah guna pengusulan program bimbingan pribadi – sosial.


(26)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi para pembaca khususnya mahasiswa Bimbingan dan Konseling untuk mengembangkan dan memperkaya pengetahuan yang berkaitan dengan pengelolaan emosi pada anak panti asuhan sebagai bekal seorang calon konselor atau guru Bimbingan dan Konseling.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pimpinan Panti Asuhan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan program Bimbingan dan Konseling, khususnya pada usulan program bimbingan pribadi – sosial.

b. Bagi Remaja Panti Asuhan

Semakin memahami dan menyadari akan pentingnya kemampuan dalam mengelola emosi.

E. Definisi Operasional Variabel

1. Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan kemampuan untuk menangani perasaan, kapan seseorang merasakan, dan bagaimana seseorang mengalami atau mengekspresikan emosinya agar bermanfaat dan dapat diterima secara sosial.

2. Bimbingan pribadi – sosial adalah bimbingan untuk membantu para individu dalam membina hubungan dengan diri sendiri serta orang lain.


(27)

6

BAB II

KAJIAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan landasan teori antara lain kemampuan mengelola emosi, masa remaja dan perkembangan pribadi – sosial.

A. Kemampuan Mengelola Emosi

1. Pengertian Emosi

Kata emosi berasal dari bahasa Prancis, emotion yang berasal dari kata emouvoir yang berarti “kegembiraan”. Emosi juga berasal dari bahasa latin emovere, dari e- (varian eks) yang berarti “luar” dan movere yang berarti “bergerak”. Yusuf (2008) menyatakan bahwa emosi merupakan pola keadaan yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Misalnya menangis karena sedih, tertawa karena bahagia.

Pengertian lain juga ada dalam Oxford English Dictionaryyang mendefinisikan emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap (Goleman, dalam Ali, 2005). Safaria (2009), menjelaskan bahwa:

“Orang yang mampu memahami emosi apa yang sedang mereka alami dan rasakan, akan lebih mampu mengelola emosinya secara positif. Sebaliknya, orang yang kesulitan memahami emosi apa yang sedang bergejolak dalam perasaannya, menjadi rentan dan terpenjara oleh emosinya sendiri. Mereka menjadi bingung dan bimbang akan makna dari suasana emosi yang sedang dirasakan”.


(28)

Definisi lain menyatakan bahwa emosi adalah suatu respon terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat (Soegarda, dalam Ali, 2005). Emosi dapat ditunjukkan ketika individu merasa senang mengenai suatu peristiwa, individu dapat marah kepada seseorang ataupun individu dapat merasakan takut terhadap sesuatu.

Emosi banyak berpengaruh terhadap fungsi psikis, seperti; pengamatan, tanggapan, pemikiran, dan kehendak. Individu akan mampu melakukan pengamatan atau pemikiran dengan baik jika disertai dengan emosi positif. Individu akan memberikan tanggapan yang positif terhadap suatu objek manakala disertai dengan emosi yang positif pula. Sebaliknya, individu akan melakukan pengamatan atau tanggapan negatif terhadap sesuatu objek, jika disertai oleh emosi yang negatif terhadap objek tersebut (Ali, 2005).

Berdasarkan pengertian emosi para ahli yang dijabarkan di atas, emosi dapat disimpulkan sebagai pengungkapan suatu perasaan dan pikiran seseorang yang mempunyai kecenderungan untuk bertindak terhadap rangsangan yang datang dari dalam dan luar individu mencakup perubahan perilaku pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian.


(29)

2. Jenis-jenis Emosi

Menurut Goleman (dalam Ali, 2005) emosi bisa dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. Emosi positif, yaitu emosi yang menimbulkan perasaan menyenangkan pada orang yang mengalaminya. Emosi yang positif seperti perasaan senang, bergairah, semangat atau rasa ingin tahu akan mempengaruh individu dalam berkonsentrasi pada aktivitas belajar, seperti disiplin dalam waktu belajar, mengerjakan tugas dan memperhatikan saat ada orang yang membimbing waktu belajar. Contohnya: saat di panti asuhan mengadakan acara ulang tahun panti, para remaja panti merasa senang dan semangat dalam membantu menata panggung dan latihan mementaskan pentas seni, mereka dengan suka cita dan bersemangat membantu mempersiapkan acara supaya acara dapat berjalan dengan lancar dan sukses.

b. Emosi negatif, yaitu emosi yang menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan pada orang yang mengalaminya. Emosi negatif seperti perasaan kecewa, tidak bergairah, marah, maka dalam belajar individu kurang berkonsentrasi dalam belajar, serta tidak disiplin dan taat pada aturan yang berlaku. Contohnya: tidak sportif saat bermain bola memunculkan perselisihan antara beberapa remaja putra panti asuhan mengakibatkan rasa kesal yang berkepanjangan dan membuat


(30)

renggang hubungan persaudaraan di panti asuhan. Sehingga apabila ada tugas yang harus dikerjakan bersama-sama tidak akan selesai pada waktu yang sudah dijadwalkan.

Jadi kesimpulannya adalah emosi mempunyai dua jenis yakni positif dan negatif. Apabila individu mempunyai perasaan terhadap peristiwa yang lebih positif, maka akan terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri individu, tetapi sebaliknya apabila individu mempunyai perasaan terhadap peristiwa yang negatif, maka akan menimbulkan perilaku yang negatif pula.

1. Kemampuan Mengelola Emosi

Menurut pandangan teori kognitif (Safaria, 2009), emosi lebih banyak ditentukan oleh hasil interpretasi individu terhadap sebuah peristiwa. Kita bisa memandang dan menginterpretasikan sebuah peristiwa dalam persepsi atau penilaian negatif, tidak menyenangkan, menyengsarakan, menjengkelkan, mengecewakan, atau sebaliknya dalam persepsi yang lebih positif seperti sebuah kewajaran, hal yang indah, sesuatu yang mengharukan, atau membahagiakan. Ketika kita menilai sebuah peristiwa secara lebih positif maka perubahan fisiologis kita pun menjadi lebih postif.

Menurut Yusuf (dalam Juantika, 2010), kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan memahami diri, mengelola emosi, memanfaatkan emosi secara produktif, empati dan dapat


(31)

membina hubungan dengan orang lain sehingga seseorang lebih mampu untuk mengelola sifat-sifat negatif yang muncul di dalam diri seseorang seperti kesepian dan pemurung, kurang menghargai sopan santun, lebih impulsif (mengikuti kemauan naluriah tanpa pertimbangan akal sehat) dan agresif.

Pengendalian emosi seorang individu harus memberikan perhatian pada aspek mental. Aspek mental dari emosi juga memerlukan bimbingan. Apabila dalam keadaan emosional seseorang bereaksi emosional terhadap rangsangan yang muncul. Oleh karena itu di samping harus belajar bagaimana cara menangani rangsangan yang membangkitkan emosi dan belajar bagaimana cara mengatasi reaksi yang biasanya disertai emosi (Hurlock,1988).

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan untuk menangani perasaan, kapan seseorang merasakannya, dan bagaimana seseorang mengalami atau mengekspresikan emosinya agar bermanfaat dan dapat diterima secara sosial.


(32)

2. Aspek-aspek Kemampuan Mengelola Emosi

Menurut Goleman (1999), aspek kemampuan mengelola emosi meliputi:

a. Mengendalikan emosi

Individu dengan keahlian mengendalikan emosi dapat menjaga emosi. Individu dapat mengelola dan menyeimbangkan emosi yang terjadi di dalam diri individu tersebut. Selain itu juga remaja mampu berpikir jernih dan tetap fokus walaupun berada dalam posisi tertekan. Contohnya remaja panti asuhan mampu mengolah amarahnya dengan bersikap tenang saat ditertawakan dan diejek teman-temannya karena salah membaca renungan malam.

b. Dipercayai

Remaja merasa senang apabila merasa dipercayai oleh orang lain karena dengan dipercaya remaja akan bertanggungjawab dalam mengelola diri. Selain itu dengan dipercaya, remaja mampu mengakui kesalahan sendiri dan berani menegur perbuatan yang tidak dapat diterima. Contohnya sebagai ketua kelompok dalam piket cuci piring bertanggungjawab menegur anggota kelompoknya yang tidak melaksanakan tugas piket walaupun akibatnya menjadi tidak disukai anggota kelompoknya


(33)

c. Beradaptasi dengan baik

Remaja dengan keahlian beradaptasi, dapat terbuka terhadap ide-ide baru yang dimunculkan sehingga remaja akan mampu menyesuaikan diri dengan baik di dalam lingkungan sosial dan memiliki prioritas dalam hidup. Contohnya adalah lebih memilih menaati jadwal piket membersihkan halaman walaupun diajak teman untuk bermain bola.

d. Menyadari bahwa tidak semua ungkapan emosi dapat diterima oleh orang lain.

Meningkatnya usia remaja, membuat mereka belajar dan menyadari bahwa tidak semua ungkapan emosi kesedihan atau kegembiraan hendaknya dapat diungkapkan dan diterima oleh orang lain. Misalnya, remaja yang mengetahui bahwa mengungkapkan kata-kata kasar saat merasa marah adalah perbuatan yang tidak dapat diterima oleh orang lain di lingkungan tempat tinggal.

e. Peka terhadap perasaan sendiri dan orang lain

Individu pada tahap remaja belajar untuk peka terhadap emosi yang dialami oleh orang lain di lingkungannya. Hal ini dapat membantu remaja dalam belajar dan mengetahui reaksi-reaksi emosi yang dapat diterima maupun yang tidak dapat diterima oleh lingkungannya.Misalnya merasa


(34)

bahagia ketika ada teman yang mengucapkan selamat ulang tahun atau Bruder akan merasa bangga jika remaja panti asuhan putra menjadi juara kelas.

f. Merespon/ menanggapi reaksi emosional orang lain

Remaja mampu menanggapi reaksi emosional dari orang lain secara tepat dan dapat diterima oleh kelompok sosial. Misalnya, remaja akan menghilangkan kebiasaan mengejek temannya setelah ditegur oleh Bruder atau remaja akan berani minta maaf setelah mereka mendapatkan penguatan dari Bruder.

g. Mengatur ekspresi emosi dalam lingkungan sosial

Pengungkapan emosi yang berlebihan harus dikendalikan oleh remaja pada umumnya karena pengungkapan emosi yang berlebihan dapat mengganggu orang lain yang ada di lingkungan tempat tinggal. Misalnya seorang remaja yang merasakan emosi gelisah dan takut, akan jarang ditampakkan dibandingkan apabila ada reaksi sosial yang diterima.

Aspek-aspek mengelola emosi tersebut akan digunakan sebagai aspek pembuatan kuesioner tentang kemampuan mengelola emosi pada remaja panti asuhan. Setiap aspek akan dijabarkan dalam indikator dan item-item berupa pernyataan.


(35)

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Mengelola Emosi

Hurlock (1991), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan mengelola emosi antara lain:

a. Pengalaman belajar

Pengalaman hidup seseorang mempengaruhi emosi. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman mengungkapkan emosi, Pengalaman belajar akan menentukan reaksi emosi yang mereka gunakan untuk mengungkapkan emosi. Misalnya seorang anak yang dari kecil memiliki kebiasaan marah dengan membuang barang yang ada di sekitarnya, kebiasaan tersebut terbawa sampai usia remaja karena dipengaruhi pengalaman belajar yang kurang baik dari kedua orang tuanya yang sekarang pada usia remaja menjadi suatu kebiasaan. Pengalaman dengan orangtua, teman-teman, guru-guru mempengaruhi watak asli kita dan mejadikan kita orang yang unik dalam mengalami emosi, dalam mengungkapkannya dan dalam keterbukaan terhadap orang lain. b. Kematangan Berpikir

Perkembangan remaja dalam kematangan berpikir menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti mejadi memahami bagaimana cara mengelola emosi dengan positif. Misalnya remaja semakin mengerti dan memahami bahwa mengungkapkan emosi secara negatif dapat memperburuk relasi dalam suatu kelompok, sehingga remaja dalam kematangan


(36)

berpikir dapat mengolah emosi yang negatif menjadi emosi positif dengan cara saling terbuka, saling mengerti dan saling memahami.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi bergantung pada faktor pengalaman belajar, dan kematangan belajar.

6. Ciri-ciri Orang yang dapat Mengelola Emosi

Menurut Goleman (2007), ciri-ciri orang yang dapat mengelola emosi antara lain:

a. Mampu mengungkapkan amarah dengan tepat

Seseorang mampu mengelola emosinya dengan baik dan mengetahui waktu yang tepat untuk mengungkapakan amarahnya agar tidak membuat luka orang lain. Contohnya: saat seseorang merasa tersinggung dengan ucapan orang lain, seseorang akan mencari waktu yang tepat untuk mengutarakan apa yang dirasakan. Hal ini dimaksudkan agar tidak saling melukai perasaan sendiri dan orang lain.

b. Berkurangnya perilaku agresif

Saat seseorang dapat mengelola emosi dengan baik, seseorang akan mampu memilah tindakan mana yang merugikan dan menguntungkan bagi diri sendiri dan orang lain. Contohnya seorang remaja yang dulunya mempunyai kebiasaan marah dengan cara melukai temannya sekarang berpikir akan kebiasaannya yang


(37)

buruk akan menghambat relasinya, sehingga remaja mengurangi perilakunya yang meledak-ledak.

c. Lebih baik dalam mengelola diri

Seseorang dapat mengelola dan menyeimbangkan emosi yang terjadi di dalam diri individu tersebut. Selain itu juga seseorang mampu berpikir jernih dan tetap fokus apabila berada dalam masalah. Contohnya seseorang dapat mengelola kekesalannya dengan bersikap tenang dan berpikir positif.

B. Masa Remaja

1. Pengertian Remaja

Menurut Hurlock (1991), remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. MenurutAlberty (dalam Juntika, 2011) masa remaja adalah suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terjadi mulai masa kanak-kanak sampai datangnya awal masa dewasa. Juntika (2011) secara tentatif pula sependapat bahwa rentangan masa remaja berlangsung sekitar 11-13 tahun sampai 18-20 tahun menurut umur kalender kelahiran seseorang.

Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintelegensi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial


(38)

orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini (Hurlock, 1991).

Jadi kesimpulannya remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja pada rentang usia 12-18 tahun yang terjadi proses pematangan individu menuju ke masa dewasa awal.

2. Karakteristik Remaja

Ciri-ciri masa remaja menurut Hurlock (1991) antara lain:

a. Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak ke peralihan masa dewasa.

Pada masa periode peralihan ini bukan berarti terputus atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih pada sebuah peralihan dari tahap perkembangan satu ke tahap perkembangan selanjutnya. Anak-anak harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.

b. Masa remaja sebagai periode perubahan.

Pada masa ini, remaja mengalami lima perubahan, yaitu: meningginya emosi yang tingkat intensitasnya bergantung pada tingkat perunahan fisik dan psikologis yang terjadi; perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial; remaja merasa banyak ditimbuli masalah; terjadi perubahan


(39)

nilai-nilai pada masa kanak-kanak menjadi remaja dan remaja menuntut kebebasan.

c. Masa remaja sebagai usia bermasalah.

Remaja tidak mampu untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ia hadapi.

d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. e. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Masalah penyesuaian diri dengan situasi dirinya yang baru, karena setiap perubahan membutuhkan penyesuaian diri.

f. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotipe belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Havighurst (Hurlock, dalam Ali 2005) tugas perkembangan remaja, antara lain:

a. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya Hubungan sosial dipengaruhi oleh seberapa jauh tercapainya kematangan fisik dan mental. Kunci utama pada masa remaja adalah diterimanaya seseorang dalam suatu kelompok, sehingga pada permulaan masa remaja terlihat pembentukan


(40)

kelompok-kelompok. Remaja belajar keterampilan-keterampilan orang dewasa, seperti berkomunikasi yang baik dan memimpin kelompok.

b. Menerima keadaan jasmani

Terjadinya perubahan bentuk tubuh yang disertai dengan perubahan sikap dan minat remaja. Remaja suka memperhatikan perubahan tubuh yang sedang dialaminya sendiri dan membanding-bandingkan dirinya dengan teman sejawatnya. Tujuan dari tugas perkembangan yang dihadapi pada waktu remaja adalah belajar menerima keadaan jasmaninya untuk memelihara dan menjaganya. Perbandingan yang tidak memuaskan dapat menjadi sumber kekecewaan dan rendah diri. c. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan

orang-orang dewasa lainnya

Remaja mengalami sikap ambivalensi (sikap mendua) terhadap orang tuanya. Remaja ingin bebas, namun di satu sisi dengan melihat dunia tahap perkembangan dewasa yang rumit, mereka masih ingin mendapatkan kenyamanan hidupnya di bawah kasih sayang orang tua, dalam hal ini mengakibatkan remaja tidak dapat membuat keputusan-keputusan sendiri dan menerima tanggung jawab sebagai yang diharapkan dari orang dewasa.


(41)

d. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga Negara

Remaja sudah memiliki kemampuan untuk berpikir atau nalar tentang sesuatu yang berada di luar pengalamannya. Sehingga, remaja sudah dapat memikirkan atau memprediksi hal-hal apa yang akan atau mungkin terjadi berdasarkan sesuatu yang abstrak. Tugas perkembangan tersebut bertujuan mengembangkan keterampilan bahasa dan kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah.

e. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial Manusia memiliki dorongan sosial. Remaja harus berkorban untuk mencapai kebaikan, menghargai dan menghormati perilaku yang disetujui oleh masyarakat. Perkembangan kesadaran untuk berkorban atau menghormati, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengakuan masyarakat terhadap peran remaja dan adanya pemberian kesempatan dalam melibatkan remaja dalam berbagai kegiatan sosial.


(42)

C. Bimbingan Pribadi – Sosial

1. Pengertian Bimbingan Pribadi – Sosial

Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2006), bimbingan Pribadi-Sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya; serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).

2. Unsur-unsur Bimbingan Pribadi-Sosial

Bimbingan pribadi-sosial yang diberikan di jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi sebagian disalurkan melalui bimbingan kelompok dan sebagian lagi melalui bimbingan individual, serta mengandung unsur-unsur sebagai berikut (Winkel dan Sri Hastuti, 2006):

a. Informasi tentang fase atau tahap perkembangan yang sedang dilalui oleh siswa remaja dan mahasiswa, antara lain tentang konflik batin yang dapat timbul dan tentang tata cara bergaul yang baik. Termasuk di sini apa yang disebut sex education, yang tidak hanya mencakup penerangan seksual, tetapi pula corak pergaulan antar jenis kelamin.


(43)

b. Penyadaran akan kesadaran masyarakat dewasa ini, yang semakin berkembang ke arah masyarakat modern, antara lain apa ciri-ciri kehidupan modern, dan apa makna ilmu pengetahuan serta teknologi bagi kehidupan manusia.

c. Pengaturan diskusi kelompok mengenai kesulitan yang dialami oleh kebanyakan siswa, misalnya menghadapi orang tua yang taraf pendidikannya lebih rendah daripada anak-anaknya. Khususnya siswa remaja dapat merasa lega, bila dia akan menyadari bahwa teman-temannya mengalami kesulitan yang sama; dia lalu tidak akan memandang dirinya lagi sebagai orang yang abnormal.

d. Pengumpulan data yang relevan untuk mengenal kepribadian siswa, misalnya sifat-sifat kepribadian yang tampak dalam tingkah laku, latar belakang keluarga dan keadaan kesehatan.


(44)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini berisi uraian tentang beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian. Hal yang berkaitan antara lain: jenis penelitian, subjek penellitian, instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya Best (dalam Sukardi, 2003). Sifat deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan mengelola emosi remaja panti asuhan Sancta Maria Boro dan implikasinya terhadap usulan programbimbingan pribadi – sosial tahun 2014/2015.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah remaja panti asuhan Boro. Penelitian ini menggunakan jumlah responden sebanyak 37 remaja putra di panti asuhan Boro dan subjek penelitian uji coba penelitian di Bawen sebanyak 32 remaja putra. Alasan peneliti menggunakan dua tempat panti asuhan yang berbeda karena peneliti mencari subjek remaja putra yang memiliki kriteria umur 12-18 tahun dan mencari subjek yang memiliki tugas perkembangan di masa remaja.


(45)

C. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Kemampuan Mengelola Emosi pada remaja panti asuhan Boro. Peneliti menggunakan kuesioner tertutup. Kuesioner bentuk tertutup berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan pilihan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut (Furchan, 2005). Pada kuesioner ini, peneliti menyediakan 4 alternatif jawaban, yakni SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Sedangkan peneliti tidak mencantumkan alternative jawaban ragu-ragu karena mengurangi kecenderungan responden memberikan jawaban netral

2. Format penyusunan skala

Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala Likert dalam bentuk angket. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Pada skala likert variabel akan diukur dan dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator variabel tersebut dijadikan sebagai dasar untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2010). Pernyataan yang terdapat dalam item-item kemampuan mengelola emosi terdiri dari pernyataan positif atau favourable dan pernyataan negatif atau unfavourable. Pernyataan positif atau favorable merupakan konsep


(46)

keperilakuan yang sesuai atau mendukung atribut/variabel yang diukur. Pernyataan negatif atau unfavorable yaitu konsep keperilakuan yang tidak sesuai/tidak mendukung atribut/variabel yang diukur.

3. Penentuan skor

Penentuan skor dalam pengolahan data yang dihasilkan instrumen ini antara lain: “Sangat Sesuai” = 4, “Sesuai” = 3, “Tidak Sesuai” = 2 dan “Sangat Tidak Sesuai” = 1 untuk pernyataan positif (Favorable Item) dan sebaliknya untuk pernyataan negatif (Unfavorable Item). Total skor tiap responden adalah hasil penjumlahan skor dari seluruh item yang tersedia dan dijadikan sebagai data olahan untuk analisis penelitian ini. 4. Kisi-kisi kuesioner

Kisi-kisi item berdasarkan aspek-aspek kemampuan mengelola emosi pada remaja panti asuhan Boro. Kisi-kisi item uji coba dapat dilihat pada tabel 1.


(47)

Tabel 1

Kisi-Kisi Kuesioner Kemampuan Mengelola Emosi Menurut Goleman (1999)

No

Aspek Indikator

No Item Favo urabl e No. Item Unfavo urable Jum lah Item 1

Mengendalikan emosi a. Menjaga emosi diri dengan baik 1,2 3,4,5 5 b. Menyeimbangkan emosi diri 6,7,8 9,10 5

2

Dipercayai

a. Mempunyai emosi positif terhadap diri sendiri

11,12 13,14, 15

5

b. Memiliki emosi positif kepada orang lain

16,17 ,18

19,20 5

3

Beradaptasi dengan baik

a.Hidup selaras dengan kelompok sosial

21,22 23,24, 25

5

b.Menerima kondisi yang terjadi 26,27 ,28

29,30 5

c.Mempunyai kerja tim yang baik dengan orang lain

31,32 33,34, 35

5

d.Mementingkan kepentingan sosial 36,37 ,38

39,40 5

4

Menyadari bahwa tidak semua ungkapan emosi dapat diterima oleh orang lain

a.Mengetahui perilaku ungkapan emosi positif yang dapat diterima orang lain

41,42 43,44, 45

5

b.Mengetahui perilaku ungkapan emosi negatif yang dapat diterima orang lain

46,47 ,48

49,50 5

5 Peka terhadap perasaan sendiri dan orang lain

a.Memahami emosi yang dialami sendiri

51,52 53,54, 55

5

b.Memahami emosi yang dialami orang lain

56,57 , 58

59,60 5

6 Merespon/ menanggapi reaksi emosional orang lain

a.Tanggap atas emosi yang dapat diterima

61,62 63,64, 65

5

b.Tanggap atas emosi yang tidak dapat diterima

66,67 , 68

69,70 5

7 Mengatur Ekspresi emosi dalam lingkungan sosial

a.Mengungkapkan emosi kegembiraan secara tepat

71,72 73,74, 75

5

b.Mengendalikan perilaku agresif 76,77 ,78

79,80 5


(48)

D. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

1. Validitas

Validitas adalah taraf sampai di mana suatu alat tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995: 242). Menurut Azwar (2007) validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Menurut Azwar (2003) validitas menunjuk pada sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.

Validitas yang diuji untuk instrumen penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional dengan cara professional judgement (Azwar, 2007). Validitas isi tidak dapat dinyatakan dengan angka namun pengesahannya berdasarkan pertimbangan yang diberikan oleh ahli (expert judgement) (Azwar, 2007). Penelitian ini, instrumen penelitian dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dan selanjutnya dikonsultasikan pada ahli (pimpinan panti asuhan Sancta Maria, Boro).

Hasil konsultasi dan telah yang dilakukan oleh ahli dilengkapi dengan pengujian empirik dengan cara mengkorelasikan skor-skor setiap item instrumen terhadap skor-skor total aspek dengan teknik korelasi Spearman's rho menggunakan aplikasi program komputer SPSS 16 for Window.


(49)

Rumus korelasi Spearman's rho adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Keputusan ditetapkan dengan nilai koefisien validitas yang minimal sama dengan 0,30 (Azwar, 2007: 103). Apabila terdapat item yang memiliki nilai koefisien di bawah 0,30 maka item tersebut dinyatakan gugur.

Pada tanggal 23 Agustus 2014 dilakukan uji coba terhadap instrumen (uji empirik) kepada remaja Panti Asuhan yang berjumlah (N) 32 remaja. Dari hasil pemeriksaan konsistensi butir terhadap total, diperoleh 33 butir item yang gugur dari 80 butir item, sehingga terdapat 47 item yang dinyatakan valid. Rincian item yang gugur dapat dilihat pada tabel 2.


(50)

Tabel 2

Rincian Item yang Valid dan Gugur N

o Aspek Indikator

No Item Favour able No. Item Unfavou rable No.Item Valid No.Ite m Gugur

1 Mengendalikan emosi a. Menjaga emosi diri diri dengan

baik

1,2 3,4,5 3,5 1,2,4

b. Menyeimbangkan emosi diri 6,7,8 9,10 6,7,8,10 9

2

Dipercayai

a. Mempunyai emosi positif terhadap diri sendiri

11,12 13,14,

15

11,12,13 ,14,15

- b. Memiliki emosi positif

terhadap orang lain

16,17, 18

19,20 16,17,18

,20

19

3

Beradaptasi dengan baik

a. Hidup selaras dengan kelompok

21,22 23,24,

25

21,23,24 22,25 b. Menerima kondisi yang terjadi 26,27,

28

29,30 27,28,29

,30

26 c. Mempunyai kerja tim yang

baik dengan orang lain

31,32 33,34,

35

31,32,33 ,35

34 d. Mementingkan kepentingan

sosial

36,37, 38

39,40 36,37,38

,39,40

-

4

Menyadari bahwa tidak semua ungkapan emosi dapat diterima oleh orang lain

a. Mengetahui perilaku ungkapan emosi positif yang dapat diterima orang lain

41,42 43,44,

45

42,43,44 41,45

b. Mengetahui perilaku ungkapan emosi negatif yang dapat diterima orang lain

46,47, 48

49,50 47,48,49 46,50

5 Peka terhadap perasaan sendiri dan orang lain

a. Memahami emosi yang dialami diri sendiri

51,52 53,54,

55

51,52,53 ,54,55

-

b. Memahami emosi yang

dialami orang lain

56,57, 58

59,60 56,57,59

,60

58

6 Merespon/ menanggapi

reaksi emosional orang lain

a. Tanggap atas emosi yang dapat diterima

61,62 63,64,

65

61,63,65 62,64 b. Tanggap atas emosi yang

tidak dapat diterima

66,67, 68

69,70 66,70 67,68,

69 7 Mengatur Ekspresi emosi

dalam lingkungan sosial

a. Mengungkapkan emosi

kegembiraan secara tepat

71,72 73,74,

75

71,72,73 ,74,75

-

b. Mengendalikan perilaku agrasif

76,77, 78

79,80 76,78,79 77,80


(51)

2. Reliabilitas

Reliabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran (Azwar, 2007). Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya, disebut sebagai reliabel (Azwar, 2007:176). Sukardi (2003: 127) mengatakan bahwa pengukuran yang menggunakan instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila alat ukur yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur.

Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien AlphaCronbach (α). Adapun rumus koefisien reliabilitas AlphaCronbach (α) adalah sebagai berikut:

α =

2[1-

]

Keterangan rumus :

S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2 Sx2 : varians skor skala

Hasil perhitungan indeks reliabilitas dengan kriteria Guilford dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Kriteria Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi 1 0,91 – 1,00 Sangat tinggi

2 0,71 – 0,90 Tinggi

3 0,41 – 0,70 Cukup

4 0,21 – 0,40 Rendah

5 Negatif – 0,20 Sangat Rendah 2 S 2 S + 2 S x i x


(52)

Dari hasil uji coba empirik kepada remaja panti asuhan putra di Bawen pada tanggal 23 Agustus 2014 dengan jumlah subjek (N) 32 remaja, diperoleh perhitungan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0.825. Berdasarkan peninjauan terhadap hasil perhitungan koefisien reliabilitas pada kriteria Guilford, dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas instrumen masuk dalam kriteria tinggi.

E.Analisis Data

Sugiyono (2011) mengatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. Berikut merupakan langkah-langkah teknik analisis data yang ditempuh dalam penelitian ini:

1. Menentukan skor dan pengolahan data

Penentuan skor pada item kuesioner dilakukan dengan cara memberikan nilai dari angka 1 sampai 4 berdasarkan norma skoring yang berlaku dengan melihat sifat pernyataan favorable atau unfavorable, selanjutnya memasukkannya ke dalam tabulasi data dan menghitung total jumlah skor subjek serta jumlah skor item. Tahap selanjutnya adalah menganalisis data secara statistik menggunakan program aplikasi SPSS.


(53)

2. Mengkategorisasi subjek dan item penelitian a.Kategorisasi subjek penelitian

Norma kategorisasi disusun berdasarkan pada norma kategorisasi yang disusun oleh Azwar (2007) yang mengelompokkan kemampuan mengelola emosi remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro ke dalam lima kategori: sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi Selanjutnya, data setiap subjek penelitian dikelompokkan berdasarkan skor total yang diperoleh ke dalam kategori di atas, sehingga dapat dihitung jumlah dan persentasenya dalam kategori deskripsi kemampuan mengelola emosi.

Norma kategorisasi yang digunakan dapat dilihat pada table 4. Tabel 4

Norma Kategorisasi Skor Item Norma/Kriteria Skor Kategori

µ +1,5 σ <X Sangat Tinggi µ +0,5 σ <X≤ µ+1,5 σ Tinggi µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ Sedang µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ Rendah

X≤ µ -1,5σ Sangat Rendah Keterangan:

Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian berdasarkan perhitungan skala Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek

penelitian menurut perhitungan skala Standar deviasi (σ / sd) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6

satuan deviasi sebaran

µ (mea[n teoritik) : Rata-rata teoritis skor maksimum dan minimum

Kategorisasi tinggi rendahnya skor item deskripsi kemampuan mengelola emosi secara keseluruhan diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut:


(54)

Skor maksimum teoritik : 4 x 59 = 236 Skor minimum teoritik : 1 x 59 = 59

Luas jarak : 236–59 =177

Standar deviasi (σ / sd) : 177: 6 = 29,5 (30)

µ (mean teoritik) : (236+59) : 2 = 147,5 (148)

Maka hasil perhitungan analisis data skor butir/item kemampuan mengelola diri disajikan dalam norma kategorisasi dapat dilihat dalam table 5.

Tabel 5

Kategorisasi Kemampuan Mengelola Emosi Remaja Putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro

Norma/Kriteria Skor Rentang Skor Kategori

µ +1,5 σ <X ≥ 194 Sangat Tinggi

µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ 164-193 Tinggi µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ 134-163 Sedang µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ 104-133 Rendah


(55)

b. Kategorisasi skor item tiap item dalam skala

Kategorisasi skor item dilakukan dengan tujuan memeriksa item pada skala yang dijadikan dasar penyusunan program bimbingan pribadi – sosial di Panti Asuhan Sancta Maria Boro. Kategorisasi skor item pada skala berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang yang berpegang pada Azwar (2007) yaitu kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Norma kategorisasi dapat dilihat pada table 6.

Tabel 6

Norma Kategorisasi Subjek Penelitian Norma/Kriteria Skor Kategori

µ +1,5 σ <X Sangat Tinggi µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ Tinggi µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ Sedang µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ Rendah

X≤ µ -1,5σ Sangat Rendah Keterangan:

Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian berdasarkan perhitungan skala Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek

penelitian menurut perhitungan skala Standar deviasi (σ / sd) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6

satuan deviasi sebaran

µ (mea[n teoritik) : Rata-rata teoritis skor maksimum dan minimum

Kategori di atas diterapkan sebagai patokan dalam pengelompokan tinggi rendah tingkat kemampuan mengelola emosi remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro sebagai berikut:

Skor maksimum teoritik : 4 x 37 = 148 Skor minimum teoritik : 1 x 37 = 37


(56)

Standar deviasi (σ / sd) : 111 : 6 = 19 µ (mean teoritik) : (148+37) : 2 = 93

Hasil perhitungan analisis data skor subjek disajikan dalam norma kategorisasi kemampuan mengelola emosi remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro dapat dilihat pada table 7 di bawah ini:

Tabel 7

Kategorisasi Skor Butir Instrumen Kemampuan Mengelola Emosi

Norma Skor Rentang Skor Kategori

µ +1,5 σ <X ≥ 139 Sangat Tinggi

µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ 109-138 Tinggi µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ 79-108 Sedang µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ 49-78 Rendah

X≤ µ -1,5σ ≤48 Sangat Rendah

Selanjutnya, data skor total item dikelompokkan ke dalam kategori di atas. Item-item yang memiliki skor dalam kategori rendah akan dikembangkan menjadi usulan program bimbingan pribadi – sosial.

F. Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian

Berikut ini adalah tahap-tahap yang ditempuh dalam pengumpulan dan analisis data:

1. Menyusun kuesioner kemampuan mengelola emosi 2. Pengujian item kuesioner oleh dosen pembimbing

3. Pengumpulan data uji coba validitas dan reliabilitas kuesioner 4. Melakukan uji empirik terhadap validitas dan reliabilitas


(57)

5. Pengumpulan data penelitian yang dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro, selanjutnya data penelitian dianalisis.


(58)

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi uraian hasil penelitian mengenai deskripsi kemampuan mengelola emosi remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro dan pembahasan hasil penelitian.

A. Hasil Penelitian

1.Tingkat Kemampuan Mengelola Emosi Remaja Panti Asuhan Sancta Maria Boro

Berdasarkan perolehan data penelitian yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner kemampuan mengelola emosi, dilakukan analisis data dengan teknik deskriptif kategoris dan persentase (Azwar, 2007) yang disajikan dalam tabel 8 dan grafik 1.

Tabel 8

Kategori Kemampuan Mengelola Emosi Remaja Putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro

Norma/Kriteria Skor Rentang Skor

Kategori Distribusi Subjek

Persentase X≤ µ -1,5σ ≤ 103 Sangat Rendah 0 0% µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ 104-133 Rendah 8 22% µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ 134-163 Sedang 21 57% µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ 164-193 Tinggi 5 13% µ +1,5 σ <X ≥ 194 Sangat Tinggi 3 8%


(59)

Perspektif grafis, komposisi dan sebaran subjek berdasarkan Tingkat Kemampuan Mengelola Emosi Remaja Putra Panti Asuhan Boro tergambar grafik sebagai berikut:

Grafik 1:

Tingkat Kemampuan Mengelola Emosi Remaja Putra Panti Asuhan Boro

Pengamatan pada tabel maupun grafik menunjukkan:

a. Terdapat 0 siswa (0%), yang memiliki kemampuan mengelola emosi sangat rendah.

b. Terdapat 8 siswa (22%), yang memiliki kemampuan mengelola emosi rendah.

c. Terdapat 21 siswa (57%), yang memiliki kemampuan mengelola emosi sedang.

d. Terdapat 5 siswa (13%), yang memiliki kemampuan mengelola emosi tinggi.

e. Terdapat 3siswa (8%), yang memiliki kemampuan mengelola emosi sangat tinggi.

0 10 20 30 40 50 60


(60)

Jadi, sebagian besar remaja putra panti asuhan Sancta Maria Boro memiliki kemampuan mengelola emosi dalam kategori sangat tinggi 8%, kategori tinggi 13%, kategori sedang yakni 57%, kategori rendah 22% dan kategori sangat rendah 0%

2. Hasil Skor Item Kemampuan Mengelola Emosi

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menghapus item yang gugur maka, analisis skor item kemampuan mengelola emosi diperoleh hasil yang disajikan dalam tabel 9 dan grafik 2.

Table 9

Hasil Analisis Skor Item Kemampuan Mengelola Emosi Norma/Kriteria Skor Rentang

Skor

Kategori Distribusi Item

Persentase X≤ µ -1,5σ ≤ 48 Sangat Rendah 0 0% µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5

σ 49-78 Rendah 5 8%

µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5

σ 79-108 Sedang 40 68%

µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5

σ 109-138 Tinggi 14 24%


(61)

Kategori skor item kemampuan mengelola emosi jika digambarkan dalam histogram dapat dilihat sebagai berikut:

Grafik 2

Histogram Skor Item Deskripsi Kemampuan Mengelola Emosi Remaja Putra Panti Asuhan Boro

Pengamatan pada tabel maupun grafik menunjukkan:

a. Terdapat 0 item (0%), yang memiliki kemampuan mengelola emosi sangat rendah.

b. Terdapat 5 item (8%), yang memiliki kemampuan mengelola emosi rendah. c. Terdapat 40 item (68%), yang memiliki kemampuan mengelola emosi sedang. d. Terdapat 14 item (24%), yang memiliki kemampuan mengelola emosi tinggi. e. Terdapat 0 item (0%), yang memiliki kemampuan mengelola emosi sangat

tinggi.

Jadi, sebagian besar remaja putra panti asuhan Sancta Maria Boro memiliki kemampuan mengelola emosi dalam kategori sangat tinggi 0%, kategori tinggi 24%, kategori sedang yakni 68%, kategori rendah 8% dan kategori sangat rendah 0%

0 10 20 30 40 50 60 70 80


(62)

Oleh karena itu, item yang teridentifikasi dalam kategori rendah dan sedang, digunakan menjadi dasar untuk merumuskan upaya untuk meningkatkan kemampuan mengelola emosi. Alasannya untuk lebih meningkatkan kemampuan mengelola emosi yang sebelumnya sudah ada, agar lebih mendapatkan hasil seoptimal mungkin dalam kemampuan mengelola emosi.

Tabel 10

Item-item kuesioner yang tergolong dalam kategori rendah

No Aspek Indikator Pernyataan Rank

1 Merespon/ menanggapi reaksi emosional orang lain

Peka terhadap emosi yang dapat ditoleransi oleh orang lain

Saya tidak nyaman memakai baju yang disumbangkan donator

1

2 Dipercayai Mempunyai perasaan positif terhadap diri sendiri

Saya minder saat tampil di acara pentas seni

2 3 Mengendalikan

emosi

Mengontrol emosi diri Saat saya marah, volume dan nada suara saya meninggi

3

4 Peka terhadap perasaan sendiri dan orang lain

Memahami emosi yang muncul dari dalam diri

Saya cemas tidak bisa menabung saat diberi uang oleh orang lain

4

5 Mengatur

ekspresi dalam lingkungan sosial

Mengendalikan perilaku agresif yang merugikan orang lain

Saya mendorong badan teman saya yang telah membuat saya marah


(63)

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Deskripsi kemampuan mengelola emosi remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro

Berdasarkan hasil penelitian yang tergambar dalam tabel 8, terdapat 3 remaja (8%) memiliki tingkat kemampuan mengelola emosi dalam kategori sangat tinggi. Terdapat 5 remaja (13%) memiliki tingkat kemampuan mengelola emosi dalam kategori tinggi. Terdapat 21 remaja (57%) memiliki tingkat kemampuan emosi dalam kategori sedang. Terdapat 8 remaja (22%) memiliki tingkat kemampuan mengelola emosi dalam kategori rendah serta 0 remaja (0%) yang memiliki tingkat kemampuan mengelola emosi dalam kategori sangat rendah. Berdasarkan paparan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro memiliki kemampuan mengelola emosi yang sedang. Hal ini menunjukkan bahwa remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro sudah memiliki kemampuan mengelola emosi, namun kurang dikembangkan secara optimal.

Menurut Goleman (1999) Remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro memiliki kemampuan untuk: pertama, remaja putra dapat mengendalikan emosi. Hal ini terlihat dari remaja mampu berpikir jernih dan tetap fokus walaupun berada dalam posisi tertekan, seperti remaja panti asuhan mampu mengolah amarahnya dengan bersikap tenang saat ditertawakan dan diejek teman-temannya karena salah membaca renungan malam. Kedua, yaitu dipercayai. Hal ini terlihat dari remaja merasa senang apabiladipercayai oleh


(64)

orang lain karena dengan dipercaya remaja akan bertanggungjawab dalam mengelola diri, seperti sebagai ketua kelompok dalam piket cuci piring bertanggungjawab menegur anggota kelompoknya yang tidak melaksanakan tugas piket walaupun akibatnya tidak disukai anggota kelompoknya

Ketiga, yaitu beradaptasi dengan baik. Hal ini terlihat dari remaja dengan keahlian beradaptasi, dapat terbuka terhadap ide-ide baru yang dimunculkan sehingga remaja akan mampu menyesuaikan diri dengan baik di dalam lingkungan sosial dan memiliki prioritas dalam hidup, seperti lebih memilih mentaati jadwal piket membersihkan halaman walaupun diajak teman untuk bermain bola. Keempat, yaitu Menyadari bahwa tidak semua ungkapan emosi dapat diterima oleh orang lain. Hal ini terihat dari kemampuan remaja putra mengetahui perilaku ungkapan emosi negatif dan positifapa saja yang dapat diterima oleh orang lain, seperti remaja yang mengetahui bahwa mengungkapkan kata-kata kasar saat merasa marah adalah perbuatan yang tidak dapat diterima oleh orang lain di lingkungan tempat tinggal.

Kelima, yaitu peka terhadap perasaan sendiri dan orang lain. Hal ini terlihat dari membantu remaja dalam belajar dan mengetahui reaksi-reaksi emosi yang dapat diterima maupun yang tidak dapat diterima oleh lingkungannya, seperti merasa bahagia ketika ada teman yang mengucapkan selamat ulang tahun atau Bruder akan merasa bangga jika remaja panti asuhan putra menjadi juara kelas. Keenam, yaitu mampu merespon reaksi emosional orang lain. Hal ini terlihat dari ketanggapan remaja atas reaksi emosi yang dapat diterima dan tidak dapat diterima, seperti remaja akan menghilangkan


(65)

kebiasaan mengejek temannya setelah ditegur oleh Bruder atau remaja akan berani minta maaf setelah mereka mendapatkan penguatan dari Bruder. Ketujuh, yaitu mengatur ekspresi emosi dalam lingkungan social. Hal ini terlihat dari remaja dapat mengungkapakan emosi kegembiraannya secara tepat dan dapat mengendalikan perilaku agresif yang dapat merugikan orang lain, seperti remaja memberikan ucapan selamat kepada teman yang berhasil memenangkan perlombaan, atau remaja menahan diri tidak melukai temannya yang telah mengejeknya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi sebagian remaja putra panti asuhan masuk dalam kategori sedang dalam hal kemampuan mengelola emosi, seperti yang dijelaskan oleh Hurlock (2005) yaitu faktor kematangan berpikir dan pengalaman belajar. Remaja putra panti asuhan yang masuk dalam kategori sedang, diindikasikan remaja sebenarnya sudah memiliki kemampuan mengelola emosi untuk menangkap dan memahami setiap perilaku dari reaksi emosi positif ataupun negatif orang lain yang dapat diterima maupun yang tidak dapat diterima oleh kelompok sosial, namun kemampuan mengelola emosi remaja yang dimiliki belum berkembang secara optimal.

Selain itu, Hurlock (2005) juga menjelaskan bahwa proses kematangan berpikir akan mempengaruhi kemampuan remaja dalam mengingat dan menduga reaksi emosional dari orang lain.Kemampuan mengingat ini adalah kunci bagi remaja putra panti asuhan untuk belajar bagaimana cara mengelola emosi dengan baik, setelah mereka melihat dari beberapa perilaku pengolahan emosi yang dapat diterima oleh orang lain. Faktor yang kedua yaitu


(66)

pengalaman belajar. Remaja putra panti asuhan yang masuk dalam kategori sedang diindikasikan remaja sebenarnya sudah memiliki kemampuan mengelola emosi positif ataupun negatif orang lain yang dapat diterima maupun yang tidak dapat diterima oleh kelompok sosial, namun kemampuan mengelola emosi remaja yang dimiliki belum berkembang secara optimal.

Remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro yang masuk dalam kategori sedang dalam kemampuan mengelola emosi akan memiliki dampak positif apabila dapat mengembangkan kemampuan mengelola emosi secara lebih optimal. Hal ini terlihat dari tugas perkembangannya antara lain: remaja putra panti asuhan belum sepenuhnya dapat menerima dan bersyukuratas keadaan jasmani atau keadaan fisiknya. Tugas perkembangan tersebut kiranya dapat terlaksana dengan baik, apabila remaja mampu mengolah emosi dari orang lain secara baik dan tepat. Selain itu mampu mengelola emosi dapat membantu remaja putra untuk lebih mengembangkan sikap bertanggung jawab atas kesalahan, dapat dipercaya, mampu beradaptasi dengan lingkungan, peka terhadap emosi diri atau orang lain, serta dapat mengungkapakan emosi positif maupun negatif secara tepat.

Beberapa faktor yang mempengaruhi remaja putra panti asuhan belum optimal mampu mengelola emosi dengan baik yaitu, pertama bedanya proses perkembangan pada masing-masing pribadi remaja putra. Perbedaan ini dipengaruhi oleh proses kematangan berpikir dan pengalaman belajar. Remaja putra panti asuhan yang masuk dalam kategori sedang diindikasikan masih mengalami kesulitan dalam memahami dan mengingat perilaku dari reaksi


(67)

emosi positif maupun negatif yang dapat diterima ataupun tidak dapat diterima oleh orang lain. Kedua, remaja putra panti asuhan belum optimal memiliki kesempatan untuk belajar mengetahui pengolahan emosi dalam beradaptasi dengan lingkungan panti asuhan. Oleh karena itu, kiranya remaja dapat mengelola emosi agar dapat hidup selaras dengan kelompok, dapat menerima kondisi yang dijalani sekarang dan dapat bekerjasama dengan teman-teman panti asuhan.

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro sebenarnya sudah memiliki kemampuan mengelola emosi positif ataupun negatif namun kemampuan mengelola emosi remaja yang dimiliki belum berkembang secara optimal. Kondisi ini dikarenakan, para remaja sedang berproses untuk belajar mengelola emosi, seperti mampu untuk mengendalikan emosi, dipercayai, mampu beradaptasi dengan baik, menyadari bahwa tidak semua ungkapan emosi dapat diterima oleh orang lain, peka terhadap perasaan sendiri dan orang lain, mampu merespon/ menanggapi reaksi emosional orang lain dan mampu mengatur ekspresi emosi dalam lingkungan sosial.

Selain itu juga kemampuan remaja putra panti asuhan dalam mengolah emosi dipengaruhi oleh berbedanya pengalaman belajar dan kematangan berpikir dalam mengelola emosi yang baik. Berdasarkan penjelasan tersebut, faktor pengalaman belajar dan kematangan berpikir dalam mengelola emosi memiliki keterkaitan dan saling mempengaruhi kemampuan remaja putra dalam mengelola emosi, sehingga remaja putra dapat mengembangkan tugas


(68)

perkembangannya yakni menerima keadaan jasamani, belajar menyesuaikan diri dengan kelompok sosial atau teman sebaya, serta mengembangkan emosi positif saat berinteraksi dengan orang yang lebih tua.

2. Item-item kemampuan mengelola emosi

Berdasarkan hasil penelitian butir item tingkat kemampuan mengolah emosi pada remaja putra panti asuhan Sancta Maria Boro, terdapat 0atau 0% item yang masuk dalam kategori sangat tinggi, 14 atau 24% item yang masuk dalam kategori tinggi, 40 atau 68% item yang masuk dalam sedang, 5 atau 8 % item masuk dalam kategori rendah dan 0 atau 0% item masuk dalam kategori sangat rendah.

Item-item yang berada dalam kategori rendah dalam penelitian ini adalah item pertama “Saya kurang nyaman memakai baju yang disumbangkan donatur”. Rendahnya item ini diindikasikan bahwa remaja putra panti asuhan belum memiliki sikap peka terhadap emosi yang dapat di toleransi oleh orang lain. Perilaku ini, kemudian mengindikasikan bahwa remaja putra panti asuhan belum mampu untuk merespon atau menanggapi emosional orang lain. Menurut Hurlock (2005), remaja akan mampu menanggapi reaksi emosional dari orang lain secara tepat dan dapat diterima oleh kelompok sosial jika adanya perubahan yang positif terhadap reaksi emosional yang ditimbulkan.


(69)

Item kedua, “Saya minder saat tampil di acara pentas seni”. Rendahnya item ini diindikasikan bahwa remaja putra belum mempunyai perasaan positif terhadap diri sendiri. Perilaku ini, kemudian mengindikasikan bahwa remaja putra panti asuhan belum memiliki kepercayaan diri. Menurut Goleman (1999) individu akan merasa senang apabila dipercayai orang lain karena dengan dipercaya, individu akan bertanggung jawab dalam mengelola dirinya sehingga remaja merasa percaya diri dengan tindakan yang akan dilakukannya.

Item ketiga “Saat saya marah, volume dan nada suara saya meninggi”. Rendahnya item ini diindikasikan bahwa remaja putra panti asuhan belum memiliki mengontrolan emosi diri yang baik. Perilaku ini, kemudian mengindikasikan bahwa remaja putra panti asuhan belum maksimal memiliki pengendalian emosi. Menurut Goleman (1999), individu dengan keahliannya mengendalikan emosi dapat mengelola dan menyeimbangkan emosi serta mampu berpikir jernih dan tetap fokus walaupun berada dalam posisi tertekan.

Item keempat “Saya cemas tidak bisa menabung saat diberi uang oleh orang lain”. Rendahnya item ini diindikasikan bahwa remaja putra panti asuhan belum memahami emosi yang muncul dari dalam diri. Perilaku ini, kemudian mengindikasikan bahwa remaja putra panti asuhan belum memiliki sikap peka terhadap perasaan sendiri dan orang lain. Pada tahap remaja dalam Hurlock (1980), remaja belajar untuk peka terhadap emosi orang lain sehingga dapat membantu remaja dalam belajar dan mengetahui


(1)

SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN

A. Topik/Pokok Bahasan : Persahabatan B. Bidang Bimbingan : Pribadi – Sosial C. Jenis Layanan : Bimbingan Kelompok

D. Fungsi Layanan : Pemahaman dan pengembangan

E. Tujuan Umum : Remaja mampu membina hubungan baik dengan teman sebaya

F. Tujuan Khusus : Sesudah mengikuti kegiatan ini, peserta diharapkan:

1. Menjelaskan pengertian sahabat 2. Menjelaskan manfaat menjalin

persahabatan

3. Menjelaskan fungsi-fungsi penting dari persahabatan

4. Remaja mampu mengaplikasi cara membina hubungan yang baik dengan teman sebaya

G. Sasaran Pelayanan Bimbingan: Remaja Panti Asuhan Putra Sancta Maria Boro

H. Materi Pelayanan :

1. Pengertian sahabat

2. Manfaat menjalin persahabatan

3. Fungsi-fungsi penting dari persahabatan I. Metode dan langkah-langkah kegiatan:


(2)

2. Langkah-langkah Kegiatan:

No Intrakulikuler Waktu (menit) 1. Pembimbing membuka kegiatan dengan berdoa 2’ 2. Pembimbing memberikan pengantar menjelaskan

tujuan kegiatan

8’

3. Pembimbing membagi remaja dalam 5-6 kelompok 15’ 4. Pembimbing meminta remaja untuk menyimak film

yang diputar

60’

5. Pembimbing meminta remaja untuk mendiskusikan kedalam kelompok tentang makna persahabatan di dalam kegiatan menonton film yang telah diputar

20’

6. Pembimbing meminta perwakilan kelompok untuk sharing

10’

7. Pembimbing merangkum kegiatan hari ini 5’

Total 120’

J. Tempat Penyelenggaraan : Aula PantiAsuhan Sancta Maria Boro K. Waktu : 120 menit

L. Penyelenggara pelayanan : Pembimbing Kegiatan M. Alat : kertas, alat tulis, laptop, LCD N. Evaluasi:

1. Spesifik:

1. Jelaskanlah pengertian sahabat!

2. Jelaskanlah manfaat dari persahabatan!


(3)

O. Sumber :

1. Herron, R dan peter, V. 2002. Cara Asik Jadi Remaja Gaul: Kita-kita Membangun dan Memelihara Persahabatan. Bandung: Kaifa 2. Ichwan, Juswantari, M.Div. Pedoman Pemimpin, Seri Kelompok

Kecil Remaja: Sahabatku, 1999. Penerbit: Sekolah Tinggi Teologi, Bandung

3. Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Yogyakarta, _________________

Pimpinan Panti, Pembimbing Kegiatan,


(4)

Handout

PERSAHABATAN

A. Pengertian Sahabat

Sahabat adalah orang yang mempunyai hubungan dekat dengan kita, dan yang ditandai dengan adanya keterbukaan, kejujuran, saling percaya dan selalu ada disaat kita suka maupun duka.

B. Manfaat Menjalin Persahabatan:

1. Persahabatan membuat orang sukacita

2. Persahabatan membuat hidup seseorang lebih bersemangat 3. Persahabatan membuat segala sesuatu menyenangkan 4. Persahabatan membuat beban hidup lebih ringan karena ada

tempatt untuk berbagi kesedihan C. Fungsi-fungsi penting dari persahabatan:

1. Sebagai kawan, di mana persahabatan memberi teman yang akrab, teman yang bersedia meluangkan waktu bersama mereka dan bergabung dalam melakukan kegiatan-kegiatan bersama.

2. Sebagai pendorong, di mana persahabatan memberikan informasi-informasi yang menarik, kegembiraan dan hiburan.

3. Sebagai dukungan fisik, di mana persahabatan memberikan waktu, kemampuan-kemampuan dan pertolongan.

4. Sebagai dukungan ego, di mana persahabatan menyediakan harapan atau dukungan yang dapat membantu mempertahankan kesan atas dirinya sebagai individu yang mampu, menarik, dan berharga.

5. Sebagai pemberi keakraban dan perhatian, di mana persahabatan memberi suatu hubungan yang hangat, erat, saling mempercayai satu dengan yang lain.


(5)

C. Sinopsis Film

Genta, Arial, Zafran, Riani, Ian adalah lima remaja yang telah

menjalin persahabatan belasan tahun lamanya. Mereka memiliki karakter

yang berbeda-beda. Zafran yang puitis, sedikit 'gila’, apa adanya, idealis, agak narsis, dan memiliki bakat untuk menjadi orang terkenal. Riani yang

merupakan gadis cerdas, cerdas, cerewet, dan mempunyai ambisi untuk

cita-citanya. Genta, pria yang tidak senang mementingkan dirinya sendiri

sehingga memiliki jiwa pemimpin dan mampu membuat orang lain

nyaman di sekitarnya.

Arial, pria termahco diantara pemain lainnya, hobi berolah raga,

paling taat aturan, namun paling canggung kenalan dengan orang baru.

Ian, dia memiliki badan yang paling tambun dibandingkan

teman-temannya, penggemar indomie dan bola, paling telat wisuda. Ada pula

Dinda yang merupakan adik dari Arial, seorang mahasiswi cantik yang

sebenarnya dicintai Zafran. Suatu hari mereka berlima merasa “jenuh”

dengan persahabatan mereka dan akhirnya kelimanya memutuskan untuk

berpisah, tidak saling berkomunikasi satu sama lain selama tiga bulan

lamanya.

Selama tiga bulan berpisah penuh kerinduan, banyak yang terjadi

dalam kehidupan mereka berlima, sesuatu yang mengubah diri mereka

masing-masing untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan. Setelah tiga

bulan berselang mereka berlima pun bertemu kembali dan merayakan

pertemuan mereka dengan sebuah perjalanan penuh impian dan tantangan.


(6)

puncak tertinggi Jawa pada tanggal 17 Agustus. Sebuah perjalanan penuh

perjuangan yang membuat mereka semakin mencintai Indonesia.

Petualangan dalam kisah ini, bukanlah petualangan yang menantang

adrenalin, demi melihat kebesaran sang Ilahi dari atas puncak gunung.

Tapi petualangan ini, juga perjalanan hati. Hati untuk mencintai

persahabatan yang erat, dan hati yang mencintai negeri ini. Segala

rintangan dapat mereka hadapi, karena mereka memiliki impian. Impian

yang ditaruh 5cm dari depan kening.

Sumber: http://www.sigodangpos.com/2012/12/sinopsis-film-5-cm-film-indonesia.html


Dokumen yang terkait

Tingkat kesiapan hidup perkawinan ditinjau dari kematangan psikologis mahasiswa berpacaran dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial (studi deskriptif pada mahasiswa berpacaran angkatan 2013 program studi Bimbingan dan Konselin

0 0 95

Tingkat kemampuan penerimaan diri remaja : studi deskriptif pada remaja kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik tahun ajaran 2016/2017 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

0 1 130

Deskripsi aktualisasi diri siswa kelas XII SMK yang tinggal di Panti Asuhan Bina Putera Bantul tahun 2015 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

0 0 87

Tingkat kecerdasan emosi remaja panti asuhan : studi deskriptif tingkat kecerdasan emosi pada remaja Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan dan tidak mengalami kekerasan serta implikasinya terhadap topik-topik bimbingan pribadi sosial

0 5 120

Studi deskriptif kemampuan mengelola emosi pada peserta didik kelas IV dan V SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi - sosial.

0 2 125

Deskripsi tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja terhadap kelompok sebaya Panti Asuhan Wira Karya Tama Purworejo tahun 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial - USD Repository

0 0 113

STUDI DESKRIPTIF KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI PADA PESERTA DIDIK KELAS IV DAN V SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20122013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK – TOPIK BIMBINGAN PRIBADI – SOSIAL

0 0 123

Tingkat kemampuan mengelola rasa marah : studi deskriptif siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013-2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial - USD Repository

0 0 93

Tingkat kecerdasan emosional remaja panti asuhan : studi deskriptif tingkat kecerdasan emosional pada reemaja Panti Asuhan Pondok Harapan Diakonia Bawen dan implikasinya terhadap usulan topi-topik bimbingan pribadi sosial - USD Repository

0 1 94

Faktor-faktor penyebab perilaku kenakalan remaja santri dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial - USD Repository

0 0 113