PERPINDAHAN HARTA TERHADAP ANAK ANGKAT DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus di Kalibuket Kelurahan Tingkir Tengah) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum

  

PERPINDAHAN HARTA TERHADAP ANAK ANGKAT

DALAM PANDANGAN ISLAM

(Studi Kasus di Kalibuket Kelurahan Tingkir Tengah)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum

Oleh:

Habib Mansur

  

NIM : 21112033

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017 Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga Di Salatiga

   Assala mu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : Habib Mansur NIM : 21112033 Judul :

  PERPINDAHAN HARTA TERHADAP ANAK ANGKAT DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus di Kalibuket kelurahan Tingkir Tengah )

  dapat di ajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagimana mestinya.

Wassalamu ’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Salatiga, 25 september 2017 Pembimbing, Drs. Machfudz, M.Ag NIP.19610210 198703 1 006

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYARI’AH

Jl. Nakula Sadewa V No.9 Telp.(0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722

  

Website E-mail : fakultassyariah.iainsala3@gmail.com

PENGESAHAN

  

Skripsi Berjudul:

PERPINDAHAN HARTA TERHADAP ANAK ANGKAT

DALAM PANDANGAN ISLAM

  

(Studi Kasus di Kalibuket Kelurahan Tingkir Tengah)

  Oleh: Habib Mansur

  NIM : 21112033 Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri

  (IAIN) Salatiga, pada hari jum’at, tanggal 29, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam

  Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Sidang : Prof. Dr. H. Muh. Zuhri, M.A ..........................................

  Sekretaris Sidang : Drs. Machfudz, M.Ag .......................................... Penguji I : Tri Wahyu Hidayati, M.Ag .......................................... Penguji II : Luhtfiana Zahriani, S.H., M.H ..........................................

  Salatiga, 29 September 2017 Dekan Fakultas Syari’ah Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

  NIP.19670115 199803 2 002

PERNYATAAN KEASLIAN

  Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Habib Mansur NIM : 21112033 Jurusan : Hukum Keluarga Islam Fakultas

  : Syari’ah Judul Skripsi : PERPINDAHAN HARTA TERHADAP ANAK

  ANGKAT DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus Di Kalibuket Kelurahahan Tingkir Tengah)

  menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 25 september 2017 Yang menyatakan Habib Mansur NIM: 21112033

  

MOTTO

SLOW BUT SURE

(PERLAHAN TAPI PASTI)

  

PERSEMBAHAN

  Bapak Parsito dan Ibu Suyati tercinta yang rela dan ikhlas berkoban moril maupun materil ,dan selalu memberikan doa nasehat kasih sayangnya Ibu Hj. Khoiryah yang telah membesarkan dengan keikhlasannya dengan moril maupun materil beserta doa dan memberikan bimbingan dengan kasih sayangnya.

  

ۡٱ ۡٱ ٱ

ِۡمي ِحَرل ۡ ح َرل َِۡللّ ِۡمۡ ِۡن ۡ م ۡ سِب

  Assalamualaikum wr.wb Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah

  melimpahkan rahmat-Nya serta hidayah taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kewajiban mennyusun skripsi ini. Dan ini tidak lupa sholawat serta salam senantiaasa tercurah pada nabi Muhammad SAW yang telah membawa jalan yang benar penuntun umat yang di rindhoi oleh Allah SWT dan semoga kita masih dalam lindunganya dengan jalannya yang benar.

  Skripsi ini didalam penyususnanya memnuhi kewajiaban tugas akhir dan lengkap guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana hukum strata satu(S1) pada jurusan syariah INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) Salatiga. Adapun judul sekripsi ini adalah PERPINDAHAAN HARTA

  

TERHADAP ANAK ANGKAT DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi

Kasus di Kalibuket Kelurahan Tingkir Tengah).

  Penulis ini menyadari dalam sepenuhnya, bahwa bila masih banyak kekurang atau keselahan dalam penyusunan ini. maka dari itu kritik dan saran membangun mendidik kami nanti. Perkenankalah pada waktu kesempatan ini kami sangat banyak mengucapkan terimakasih yang sebenar-benarnya dengan ketulusan hati dan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati atas segala bantuan yang telah diberikan dalam penyusanan skripsi ini kepaada :

  1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Dr. Siti Zumrotun, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah 3.

Sukron Ma’mun, M. Si selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam

  4. Drs. Mahfudz, M. Ag selaku Dosen Pembimbing

  5. Seluruh dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya

  6. Kakak-kakakku dan adik-adikku Ampel saudarku Karanggede atas dukungannya dan motivasinya.

  7. Mbak Ifo dan Mas Wiji Terima Kasih dalam Bimbingannya dan dukungannya.

  8. Terimakasih kepada teman yang mendukung dalam penulisan ini skripsi terutama mas Adul Majid wawan Rosadi, Daniel Javar dan Khoirul Amri,mirza gulam. yang selalu mendukung lain-lainya.

  10. Terima kasih untuk teman-teman AS angkatan 2012 dengan dukungan motivasi.

  Penulis sadar bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran sangat diharapkan untuk memperbaiki segala kekurangannya. Semoga penelitian ini bermanfaat baik bagi peneliti sendiri maupun bagi masyarakat banyak.

  Salatig 28 september 2017 Penulis

  Habib Mansur NIM: 211-12-033

  

ABSTRAK

  Mansur, Habib. 2017. Perpindahaan Harta Terhadap Anak Angkat dalam

  Pandangan Islam (Studi Kasus di Kalibuket Kelurahahan Tingkir Tengah) . Skripsi. Fakultas Syariah. Jurusan Hukum Keluarga Islam.

  Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Drs.Mahfudz., M.Ag.

  Kata Kunci : Anak Angkat, perpindahan harta,pandangan Islam

  Penelitian ini mencoba mencari kebenaran mengenai fenomena Perpindahan Harta Terhadap Anak Angkat di Kalibuket, Kelurahan Tingkir Tengah. Peneliti mengemukakan dua rumusan permasalahan utama sebagai batas dari penelitian ini yaitu (1) Bagaimanakah Proses Perpindahan Harta Terhadap Anak Angkat di Kalibuket, Kelurahan Tingkir Tengah ? (2) Bagaimana Tinjauan Hukum Islam Terhadap Anak Angkat dalam Perpindahan Harta di Kalibuket, Kelurahan Tingkir Tengah?.

  Jenis dari penelitian ini yaitu penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan Yuridis Sosiologis. Objek dari penelitian ini terletak di Kalibening, sedangkan para pihak yang terkait dengan objek sengketa bertempat tinggal di Kalibuket Kelurahan Tingkir. Teknik dan pengumpulan data pada penelitian ini dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.

  Proses perpindahan harta terhadap anak angkat di Kalibuket Kelurahan Tingkir Tengah merupakan pemberian (hibah), hal tersebut dikarenakan dalam pemberian harta ayah angkat (ZD) kepada anak angkat saat itu masih hidup.

  Anak angkat dalam Hukum Islam tidak mendapatkan bagian warisan. Dia masih menjadi bagian Ahli Waris orang tua kandungnya. Anak angkat terhadap orang tua angkat mendapatkan harta dari jalan hibah atau wasiat. Apabila orang tua angkat tidak memberikan wasiat maka ia bisa mendapatkan harta dengan jalan wasiat wajibah sesuai dengan pasal 209 Kompilasi Hukum Islam.

  DAFTAR ISI SAMPUL LEMBAR BERLOGO

JUDUL ................................................................................................................ i

NOTA PEMBIMBING ...................................................................................... ii

PENGESAHAN ................................................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

ABSTRAK ......................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 7 E. Penegasan Istilah .............................................................................. 7 F. Tinjaun Pustaka ............................................................................... 8 G. Metode Penelitian ............................................................................ 11 H. Sistematika Penulisan ..................................................................... 14

BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI KEWARISAN,WASIAT,DAN HIBAH A. Waris

  1. Definisi Waris ............................................................................. 15

  2. Unsur Waris ................................................................................. 18

  3. Sebab-sebab mendapatkan waris ................................................. 18

  4. Azaz-azaz hukum kewarisan Islam ............................................. 19

  5. Syarat warisan ............................................................................. 20

  6. Penghalang warisan ..................................................................... 20 B.

Wasiat

  1. Pengertian dan Unsur Wasiat ...................................................... 23

  2. Macam-macam Wasiat ................................................................ 24 C.

Hibah

  1. Pengertian Hibah ......................................................................... 30

  2. Dasar Hukum Hibah .................................................................... 32

  3. Rukun-rukun Hibah ..................................................................... 32

BAB III : PAPARAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Kalibuket

  1. Letak Geografis Desa Kalibuket ................................................. 35

  2. Jumlah Penduduk Desa Kalibuket .............................................. 36

  3. Keadaan Penduduk berdasarkan mata pencaharian .................... 36

  4. Keadaan Penduduk berdasarkan berdasarkan keagamaan ......... 38

  5. Keadaan Penduduk berdasarkan pendidikan ............................... 38

  6. Keadaan kelembagaan ................................................................. 39 B.

Data Hasil Penelitian

  1. Harta Sengketa ............................................................................ 41

  2. Profil Anak Angkat ..................................................................... 41

  3. Silsilah ......................................................................................... 42

  4. Kronolologi Kasus ....................................................................... 44

BAB IV: ANALISA PROSES PERPINDAHAN HARTA ORANG TUA ANGKAT PADA ANAK ANGKATNYA DI KALI BUKET BERDASAR HUKUM ISLAM A. Analisa Perpindahan Harta

  1. Harta ............................................................................................ 47

  2. Penerimaan Harta ........................................................................ 50 B.

   Tinjauan Hukum Islam

  BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 56 B. Saran ................................................................................................. 56

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 58

LAMPIRAN ....................................................................................................... 59

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak adalah bagian dari segala tumpuhan dan harapan kedua orang tua

  utamanya adalah ayah dan ibu. Namun demikian, tujuan tersebut terkadang tidak dapat tercapai sesuai dengan harapan. Beberapa pasangan hidup, tidaklah sedikit dari mereka mengal ami kesulitan dalam memperoleh keturunan. Sehingga kemudian di antara merekapun ada yang mengangkat anak.

  Di Indonesia, ada tiga sistem hukum perdata yang berlaku dalam mengatur permasalahan tentang pengangkatan anak. Ketiga sistem hukum itu adalah Hukum Perdata Islam, Hukum Perdata Adat dan Hukum Perdata Barat (Muderis Zaini, 2006: 31). Untuk sementara pembahasan mengenai hukum Adat tidak kami sebutkan disini, melainkan lebih dikonsentrasikan mengacu pada Kompilasi Hukum Islam . Jika yang pertama hukum Islam ditempatkan sebagai blue-print atau cetak biru Tuhan yang selain sebagai kontrol juga sekaligus sebagai

  social engineering terhadap keberadaan suatu Hukum Islam sebagai satu pranata

  sosial memiliki dua fungsi; pertama, sebagai kontrol sosial dan kedua sebagai nilai komunitas masyarakat. Sementara yang kedua, hukum lebih merupakan produk sejarah yang dalam batas-batas tertentu diletakkan sebagai justifikasi terhadap tuntutan perubahan sosial, budaya, dan politik. Oleh karena itu, dalam konteks ini, hukum Islam dituntut akomodatif terhadap persoalan umat tanpa kehilangan prinsip-prinsip dasarnya. Sebab kalau tidak, besar kemungkinan hukum Islam akan mengalami kemandulan fungsi bagi kepentingan umat. Karena itu apabila para pemikir hukum tidak memiliki kesanggupan atau keberanian untuk mereformulasi dan mengantisipasi setiap persoalan yang muncul dalam masyarakat dan mencari penyelesaian hukumnya, maka akan kehilangan aktualitasnya. Akan tetapi, berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini bahwa pengangkatan anak telah dilakukan dengan cara dan motivasi yang berbeda-beda sejalan dengan sistem hukum dan perasaan hukum yang hidup serta berkembang di dalam masyarakat yang bersangkutan.

  Kenyataan tersebut dapat dilihat antara lain dalam Kompilasi Hukum Islam, Disebutkan bahwa anak angkat adalah anak yang dalam hal pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari, biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggung jawab dari orang tua asal kepada `orang tua angkatnya berdasarkan putusan Pengadilan. Pengangkatan anak yang dimaksud bertujuan untuk menolong atau sekedar meringankan beban hidup bagi orang tua kandung. Sedang pengangkatan anak juga sering dilakukan dengan tujuan untuk meneruskan keturunan bilamana dalam suatu perkawinan tidak memperoleh keturunan. Ada pula yang bertujuan sebagai pancingan, seperti di Jawa khususnya. Menurut istilah kepercayaan tersebut, dengan mengangkat anak, keluarga tersebut akan dikaruniai anak kandung sendiri. Disamping itu ada yang disebabkan oleh rasa belas kasihan terhadap anak yang menjadi yatim piatu, kekurangan yang tak kunjung henti-henti sehingga menjadi terlantar atau disebabkan oleh keadaan orang tuanya yang tidak mampu untuk memberi nafkah. Keadaan demikian, kemudian berlanjut pada permasalahan mengenai pemeliharaan harta kekayaan (harta warisan) baik dari orang tua angkat maupun orang tua asli (kandung). Sedang cara untuk meneruskan pemeliharaan harta kekayaan inipun dapat dilakukan melalui berbagai jalur sesuai dengan tujuan semula.

  Hal-hal tersebut di atas, membuat penyusun ingin melihat lebih jauh makna filosofis yang terkandung dari adanya pengangkatan anak yang kian marak dilakukan dengan berbagai keinginan. Kompilasi Hukum Islam (KHI) memberikan hak kepada anak angkat untuk mendapatkan harta dari orang tua angkat.

  Menurut Rachmadi Usman (2009:01), dalam istilah bahasa arab hukum kewarisan disebut

  Fara’id, yang kemudian dalam kepustakaan ilmu hukum belum

  terdapat keseragaman istilah yang digunakan dan sementara terdapat beberapa istilah seperti hukum warisan, hukum waris, hukum kewarisan, hukum mawaris, hukum

  fara’id, dan lain-lain. Namun demikian dari segi kebahasaan, istilah yang

  sesuai untuk penyebutan “Hukum fara’id” tersebut adalah “Hukum kewarisan”, yang juga dipergunakan dalam undang-undang nomor 7 tahun 1989 tentang peradilan Agama sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 3 tahun 2006 dan kompilasi hukum Islam.

  Menurut istilah bahasa

  fara’id juga bisa mempunyai arti taqdir (qadar

  atau ketentuan) dan pada syari’ah ialah bagian yang diqadarkan atau yang ditentukan bagi waris. Adapun asal kalimat

  fara’id adalah jama’ dari faridlah yang

  mempunyai arti satu bagian tertentu, jadi fara’id berarti beberapa bagian tertentu. Dengan demikian

  fara’id dapat diartikan dengan bagian tertentu (yang besar kecilnya sudah ditentukan) yang menjadi hak ahli waris. Adapun Hadits Rasul yang berhubungan dengan hukum kewarisan di antaranya adalah sebagai berikut: Hadits Nabi dari Ibnu Abbas, riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi

  Muhammad SAW bersabda yang artinya : “Berikanlah bagian-bagian tertentu kepada orang-orang yang berhak.

Sesudah itu sisanya untuk orang laki- laki yang lebih utama”

  Menurut Idris Djakfar dalam bukunya Rachmadi Usman (2009 : 26), Adapun sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tersebut, dikeluarkan keputusan menteri agama Nomor 154 Tahun 1991, yang berisikan antara lain agar seluruh lingkungan Instansi Departemen Agama dan Instansi Pemerintah lainnya yang terkait, dalam menyelesaikan masalah-masalah di bidang hukum perkawinan, kewarisan, dan perwaqafan, sedapat mungkin menerapkan Kompilasi Hukum Islam tersebut di samping peraturan perundang- undangan lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Kompilasi Hukum

Islam bukanlah sekedar “Pedoman” bagi hakim di lingkungan Peradilan Agama dalam menyelesaikan perkara-perkara dan permohonan- permohonan yang

  diajukan kepadanya, melainkan sumber hukum materil yang harus dipergunakan olehnya dalam mengadili, memutus dan menyelasaikan permasalahan- permasalahan yang terdapat dalam perkawinan, kewarisan dan perwaqafan bagi mereka yang beragama Islam, di samping peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan perkawinan, kewarisan dan perwaqafan.

  Menurut Kompilasi Hukum Islam dalam hukum kewarisan (2009 : 261), Indonesia merupakan salah satu negara merdeka dan berdaulat sekaligus sebagai Negara Hukum, yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam,bahkan terdapat lembaga Peradilan Agama yang berasas personalitas keislaman yang keberadaannya sama dengan persoalan lainnya yang berpuncak pada mahkamah agung sebagai lembaga yudikatif tertinggi di indonesia. Salah satu hukum materiil peradilan agama di indonesia yang di jadikan rujukan oleh para hakim adalah kompilasi hukum Islam, walaupun berlakunya hanya melalui intruksi Presiden Republik Indonesia nomor 1 tahun 1991, sedangkan salah satu materi Kompilasi Hukum Islam adalah pemberian wasiat wajibah kepada anak angkat pasal 209 KHI, hal ini merupakan terobosan baru dalam hukum Islam yang tidak di temukan dalam kitab- kitab klasik bahkan undang- undang Mesir dan Siria pun tidak menyatakan wasiat wajibah kepada anak angkat. Pasal 209 KHI tidak mungkin tanpa dasar hukum baik melalui istimbat atau istidlal hal ini karena keduanya merupakan metode ijtihad yang tidak boleh ditinggalkan dalam penemuan hukum Islam, terutama hal- hal yang tidak di atur secara jelas dalam nash syara’.

  Dengan demikian penulis akan menelaah pasal 209 KHI melalui pendekatan pemahaman petunjuk Al- Baqarah ayat 180 sehingga gerak pasal tersebut tetap berpijak pada nash syara’ walaupun tidak menafikan metode nas lain. Hak waris anak angkat terhadap harta warisan yang tertera pada pasal 209 dalam kompilasi Hukum Islam adalah :

  “Anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak- banyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua angkatnya.

  Tetapi pada kenyataannya ada anak angkat di Desa Kalibuket Kecamatan Tingkir yang menerima harta warisan sepenuhnya dari orang tua angkatnya. Berangkat dari masalah di atas, maka penulis ingin meneliti tentang bagaimana proses perpindahan harta terhadap anak angkat di desa Kalibuket, serta bagaimana tinjauan hukum islam terhadap anak angkat dalam mendapatkan harta yang di desa Kalibuket. Hasil penelitian di harapkan dapat memberikan informasi, kontribusi dan wawasan tentang alasan positif dan negatifnya memberikan harta sepenuhnya kepada anak angkat.

B. RUMUSAN MASALAH

  Berawal dari permalasahan di atas,dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana proses perpindahan harta terhadap anak angkat di Kalibuket Kelurahan tingkir tengah?

  2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap anak angkat dalam perpindahan harta di Kalibuket Kelurahan Tingkir Tengah ?

C. TUJUAN PENELITIAN

  Dalam peneletian ini, peneliti mempunyai tujuan sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui bagaimana proses perpindahan Harta terhadap anak angkat di Kalibuket kecamatan Tingkir Tengah?

  2. Untuk mengetahu bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap anak angkat dalam perpindahan harta di Kalibuket Kelurahan Tingkir Tengah ?

D. KEGUNAAN PENELITIAN

  Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Penelitian ini dapat berguna bagi penelitia dalam menambahkan wawasan di bidang hukum islam yaitu Perpindahan harta terhadapap anak angkat di daerah masyarakat Tingkir Salatiga.

  2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dan masukan pemikiran terhadap masyarakat tentang hukum Islam khususnya tentang kewarisan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan ilmiah bagi penelitian-penelitian selanjutnya tentang perpindadahan harta terhadapa anak angkat. Diharapkan hasil penelitian ini juga bermanfaat untuk memperkaya wacana keilmuan khususnya dalam bidang hukum Islam dan juga menambah bahan pustaka bagi Institut Agama Islam Negeri (IAIN).

E. PENEGASAN ISTILAH

   Untuk mempermudah pemahaman mengenai penelitian ini, penulis

  akan mengemukakan definisi istilah-istilah yang terkandung dalam judul skripsi ini,sehingga tidak menimbulkan kerancuan. Skripsi ini berjudul PERPINDAHAN HARTA TERHADAP ANAK ANGKAT DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus di Kalibuket Kelurahan Tingkir Tengah)

  1. Anak Angkat Anak yang tadinya tidak mempunyai hunungan darah dengan ayah atau ibu angkatnya setelah di adaopsi di anggap sebagai anak sendiri .

  2. Perpindahan harta

  Suatu harta yang di pindahkan dari pemilik ke pemilik lain

  3. Harta Sesuatu yang ditinggalkan oleh orang yang meniggal dunia yang dibenarkan oleh syariat untuk dipusakai oleh ahli waris.Apa-apa yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia harus diartikan sedemikian luas

  4. Hukum Islam Suatu sudut pandang beragama yang mana kebenaranya berdasarkan pada Al- qur’an dan hadits yang soheh.

  Pembahasan yang biasa dilakukan biasanya merujuk kepada pengangkatan anak serta kewarisan anak kandung atau tunggal.

  Dalam penelitian ilmiah yang berupa skripsi peneliti menemukan beberapa karya yang terkait dengan kewarisan atau pengangkatan hak anak.

  Karya-karya tersebut adalah skripsi Fatkilatul Khasanah yang berjudul “fenomena pengangkatan anak ( Studi Kasus di Dusun Dawung Desa

  Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang). Skripsi ini memiliki

  hasil penelitian sebagai berikut: factor pengangkatan anak disebabkan karena factor ekonomi keluarga pelaku pengangkatan anak yang pengangkatan para pelaku kesulitan untuk mengurus permohonan pengangkatan anak di pengadilan. Kedua faktor tolong menolong karena adanya rasa belas kasihan dari para pelaku pengangkatan anak terhadap orang tua anak maupun anak itu sendiri. Ketiga, factor ketidaktauan hukum yang mengatur tentang tata cara pelaksanan pelaksanaan anak di pengadilan dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan pelaku pengangkatan anak. Ke empat, faktor administrasi dimana dalam berperkara di pengadilan sangatlah rumit karena membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit. Kemudian tinjuan hukum islam mengenai penerapan hak anak angkat dalam Islam berupa pemeliharaan, kesehatan dan pendidikan semuanya terpenuhi, akan tetapi hubungan dengan orang tua kandung semuanya menjadi terputus. Hal ini berakibat pada hubungan kemahraman, perwalian dan kewarisan yang tidak berdasarkan pada syariat islam (Fatkilatul Khasanah. 2017 )

  Penelitian selanjutnya adalah skripsi milik Aina Sufya Fuaida dengan judul “pelaksanaan putusan dalam pembagian waris di pengadilan

  

agama ( studi analisis putusan nomor 632/pdt.G/2007/PA. Amb). Skripsi ini

  memiliki hasil penelitian sebagai berikut : Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa objek sengketa waris yang dimaksud ditetapkan sebagai harta bersama karena tidak ada bukti bahwa harta tersebut telah dibagi. Pembagian waris dilakukan setelah dilakukan pembagian harta bersama. Terhadap dasar-dasar yang telah sesuai dalam putusan, pihak keluarga telah melakukan pembagian waris berdasar putusan. Dapat disimpulkan bahwa dalam memutuskan perkara waris nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb hakim telah menggunakan Kompilasi Hukum Islam. Penerapan Kompilasi Hukum Islam tersebut didukung oleh proses persidangan yang teliti dalam menilai saksi dan bukti serta persidangan tentang kewenangan mengadili dalam bidang kewarisan telah memenuhi seperti yang tertuang dalam UU Nomor 3 tahun 2006. Dan pelaksanaan dalam putusan tersebut telah dilakukan oleh keluarga.

  Seterunsya penelitian skripsinya Slamet Aryanto dengan judul “Pembagian warisan dengan jalan hibah menurut pandangan islam (studikasus di desa Japan ,kecamatan Tegalrejo ,kabupaten Magelang) dalam hasil penelitian ini membahas masalah berkaitandengan pembagian warisan dengan jalan hibah yang dilakukan oleh masyarakat desa Japan, kecamatan Tegalrejo , kabupaten Magelang, mengatuhui komponen- komponen yang saling terkaitasatu sama lain mengatui persyaratan dalam waris itu adalah adanya mawaris atau pewaris, adanya harta yang menjadi warisan (harta yang di pinjam si mati), adanya ahli dan juga mengatui sebab-sebab terjadinya warisan. Hibah yang berati pemberian atau hadiah memiliki fungsi sosial yang urgensi dalam kehidupan masyarakat, hibah dapat di katakan sarana untuk mewujudkan tali persuadaran antara sesama individual.

  Dalam skripsi Muahammad Ali Asad yang judul “Pelaksanaan

  

Hukum Waris Dalam Masyarakat Islam (Studi Kasus Atas Pelaksanaan

  Pembagian Waris Di Kelurahan Tingkir Lor Kecamatan Tingkir Kota) pemnelituian ini mabahas pelaksanaan pembagian waris Islam :yang praktinya merepkan aturan pembagian harta untuk laki-laki adalah dua kalipatdari dua bagian anak perempuan kemuia dalam hukum positif yang berlaku di Indonesia ketentuan tentang pembagian waris di atur pada Kompilasi Hukum Islam buku II tentang kewarisan .penelitian ini melihat pembagian penduduk tingkir lor aturan pembagian ini sering di kenal oleh penduduk dengan istilah sepikul segendongan dan tingkat pemahaman penduduk tingkir terhadap hukum waris islam yang berbagai cara macam- macam dan berfariasi yng terdiri beberapa kelompok tinggi ,sedang, dan rendah.

G. METODOLOGI PENELITIAN

  1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan. Dengan yuridis sosisologis yang berdasarkan teori hukum serta melihat realita yang terjadi di masyarakat.

  Penelitian kualitatif digunakan oleh peneliti bermaksud meneliti sesuatu secara mendalam. (Moleong,2009: 6-7) a. Sumber Data

  1. Data Primer Data Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa.

  Penelitian kualitatif digunakan oleh peneliti bermaksud meneliti sesuatu secara mendalam. (Moleong, 2009:6) primer adalah data yang diperoleh dari pihak pertama berupa hasil wawancara dengan subjek penelitian.

  2. Data Sekunder Data sekunder adalah data pendukung yang membantu peneliti dalam melakukan proses penelitian, dalam penelitian ini penulis menggunakan ayat-ayat Al-Qu r’an dan hadist-hadist tentang anak angkat sebagai waris tunggal atas Harta.

  3. Data Tersier Data tersier merupakan data penunjang yang dapat memberi petunjuk terhadap data primer dan sekunder. Dalam hal ini data tersier yang digunakan adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia

  b. Teknik Pengumpulan Data

  1. Wawancara Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara mendalam (in dept interview). Dengan wawancara mendalam, bisa digali apa yang bersembuyi di sanubari seseorang apakah yang menyangkut masa lampau, masa kini maupun masa sekarang. (Bungin, 2010:67)

  Yang diwawancarai dalam penelitian ini terhadap anak angkat, kerabat dekat, dan pihak-pihak yang bersangkutan di desa Kalibuket Kecamatan Tingkir.

  2. Observasi

  Observasi adalah pengamatan mengoptimalkan

  kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan sebagainya, pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian (Moleong, 2009:175).

  3. Telaah Dokumen Dokumen yang dimaksud adalah segala catatan baik berbentuk catatan dalam kertas (Hard Copy) maupun elektronik

  (Soft Copy). Dokumen dapat berupa buku, artikel, media masa, catatan harian, manifesto, undang-undang notulen, blok, halaman web, foto, dan lainya.(Sarosa, 2012:61). Telaah dokumen dalam penelitian ini menggunakan recorder, foto serta dokumen- dokumen penting lainnya.

  4. Teknik Analisis Data Analisis data ini dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaanya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif sesudah meninggalkan lapangan penelitian.(Moloeng, 2009:281). Penelitian ini menggunakan analisi data diskriptif kualitatif yaitu dengan mengambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan mengenai hak kewarisan anak angkat sebagai waris tunggal, kemudian di tinjau mengunakan analisis KHI dan fiqih.

H. SISTEMATIKA PENULISAN

  Bab pertama ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan istilah, kerangka teori, kajian pustaka, metodelogi penelitian dan sistematika penulisan.

  Bab kedua, ini berisi tentang gambaran perpindahan harta berdasarkan huukm islam secara keseluruhan yang meliputi waris, wasiat dan hibah.

  Didalamya setiap macam perpindahan harta akan dijelaskan mengenai makna, unsur, syarat dan dasar hukum dari masing-masing perpindahan harta Bab ketiga, menjelaskan tentang identitas subjek, lokasi subjek peneliti tinggal, menggali semua yang ada kaitannya dengan subjek yang akan diteliti. Mencari tau cara proses penyerahan harta orang tua angkatnya kepada anak angkatnya

  Bab ke empat, ini membahas tentang analisis mengapa seorang anak angkat bisa mendapatkan hak penuh atas harta yang dimiliki orang tua angkatnya Bab kelima, ini berisi kesimpulan dan saran.

  1. Definisi waris

  Al-miirats dalam bahasa arab adalah bentuk mashdar (infinitif ) dari

  kata warista-yaritsu-irtsan-miiraatsan. Maknanya menurut bahasa ialah “berpindahnya suatu dari orang ke orang lain”, atau dari suatu kaum kepada kaum lain.

  Pengertian menurut bahasa ini tidak lah terbatas hanya pada hal hal yang berkaitan dengan harta ,tetapi nencakup dengan harta benda .Ayat-ayat Al- Qur’an banyak menegaskan Hal ini, demikian pula sabda Rasulullah saw. di antaranya Allah berfirman:

                      

  “dan Sulaiman telah mewarisi Daud[1092], dan Dia berkata: "Hai manusia, Kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan Kami diberi segala

sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata"

  [1092] Maksudnya Nabi Sulaiman menggantikan kenabian dan kerajaan Nabi Daud a.s. serta mewarisi ilmu pengetahuannya dan kitab Zabur yang diturunkan kepadanya.

  

          

        

  

“dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasakan, yang

sudah bersenang-senang dalam kehidupannya; Maka Itulah tempat kediaman

mereka yang tiada di diami (lagi) sesudah mereka, kecuali sebahagian kecil.

dan Kami adalah Pewaris(nya)[1129].

  Maksudnya: sesudah mereka hancur tempat itu sudah kosong dan tidak dimakmurkan lagi, hingga Kembalilah ia kepada pemiliknya yang hakiki Yaitu Allah.

  Selain itu kita dapati dalam hadits Nabi saw:

   ِءاَيِبْنَلأْا ُةَثَرَو ُءاَمَلُعلا ‘Ulama adalah ahli waris para nabi.

  Sedangkan makna al-miirats menurut istilah yang di kenal para ulama ialah berpindahnya hak kepemilakan orang dari orang yang meningggal kepada ahli warisnya yang masih hidup , baik yang ditinggalkan itu berupa harta, tanah, atau apa saja yang berupa hak milik legal secara syar’I ( Ahs- Shabuni. 1995 : 33).

Dalam kompilasi hukum islam (KHI) di nyatakan bahwa “ hukum

  kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (Harta) pewaris, menentukan siapa yang berhak mendapat ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing (AM Summa, 2005: 108).

  Menurut Ash-

Shabuni dalam bukunya “pembagian waris menurut

  Islam ”, harta peninggalan adalah segala sesuatu yang ditinggalakan pewaris baik berupa harta (uang) atau lainnya. Jadi pada prinsipnya segala sesuatu yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dinyatakan sebagai peninggalan. Termasuk di dalamnya persangkutan utang-piutang, baik utang piutang itu berkaitan dengan pokok hartanya (seperti harta yang berstatus gadai), atau utang piutang yang berkaitan dengan kewajiban pribadi yang mesti ditunaikan (misal pembayaran kredit atau mahar yang belum diberikan istrinya).

  Ada beberapa hak yang harus ditunaikan dalam harta peninggalan di antaranya: a. Semua keperluan dan pembiayaan pemakaman pewaris hendaknya menggunakan harta miliknya dengan catatan tidak boleh berlebihan.

  Keperluan-keperluan pemakaman tersebut menyangkut segala sesuatu yang di butuhkan mayit, sejak wafatnya hingga pemakamannya, diantaranya biaya memandikan, pembelian kain kafan, biaya pemakaman dsb hingga mayit sampai ditempat peristirahatan yang terakhir.

  b. Hendaklah utang piutang yang masih di tanggung pewaris ditunaikan terlebih dahulu. Artinya, seluruh harta peninggalan pewaris tidak dibenarkan di bagikan pada ahli warisnya sebelum utang piutangnya di tunaikan terlebih dahulu. Hal ini bersabda Rasullulah SAW, ” jiwa orang mukmin bergantung pada utangnya hingga ditunaikan”.

  c. Wajib menunaikan seluruh wasiat pewaris selama tidak melebihi jumlah sepertiga dari seluruh harta peninggalannya. Hal ini jika memang wasiat tersebut di peruntukkan bagi orang yang bukan ahli waris serta tidak ada protes dari salah satu atau bahkan dari seluruh ahli warisnya. Adapun penuanaian wasiat pewaris dilakukan setelah pembagian harta tersebut di ambil untuk membiayai keperluan pemakamannya termasuk di ambil untuk membayar hutangnya.

  2. Unsur Waris

  a. Ahli waris orang yang benisbah (memiliki akses hubungan ) kepada si mayit karena ada salah satu dari beberapa sebab yang menimbulkan kewarisan.

  b. Harta (harta peninggalan) si mayit.

  c. pewaris adalah setiap orang yang meninggal dengan meninggalkan harta kekayaan.

  3. Sebab sebab mendapatkan waris Ketentuan yang mengakibatkan sseorang untuk berhak mendapatkan harta warisan di dalam hukam islam adalah sebagai berikut: a. Hubungan darah (keturunan/nasab)

  Hubungan kekerabatan disi di dasarkan atas hubungan darah pewaris dan ahli waris akibat kelarhiran seseorang (ahli waris mempunyai dengan mawaris).oleh sebab itu dengan adnya hubungan darah menyebabkan seseorang anak berhak mendapatkan waris.

  b. Hubungan perkawinan Perkawinan adalah bentuk perikatan antara lak-laki dan perempuan yang secara hukum menimbulkan hak salimh mewrisi apabila salah satu meninggal dunia. c. Hubungan raja dan pembantunya Diantara sebab seorang mendapatkan harta waris adalah hubungan bekas budak dengan orang orang yang memerdekakannya,akan tetapi sebab hubungan ini secara praktis tidak di perhatikan karena perbudakan sudah lama hilang dalam masyarakat islam d. Dalam tujuan Islam

  Demi menjaga perbedaharaan negara dalam menampung harta warisa, apabila seseorang meninggal tidak memilik ahli warsis sehingga harta peninggalannya bisa diserahkan baitul mal unuk di gunakan dalam berbagai kepentingan umum umat Islam

  4. Asas Asas Hukum Kewarisan Islam

  a. Asas berlakunya sendiri (ijabari) Peralihan harta waris dari seorang anak yang meninggal duni(pewaris)terhadap seorang yang ahli waris (anak dan keturunannya) berlaku dengan sendirinya, sesui ketentuan dalam Al-Quran tanpa dihubungkan kepada kehendak pewaris atau ahli warisnya, oleh karena adanya kematian si pewaris secara otomatis hartanya akan beralih kepada ahli waris sesui dengan ketentuan yang di peroleh masing-masing berdasarkan aturan yang ad dalam nash Al- Qur’an .

  b. Asas belateral Istilah belateral apabila berkaitan dengan sistem kekerabatan berate kesatuan kekeluargaan yang didasarkan atas garis keturunan pihak bapak dan ibu. Oleh karena itu asa belateral dalam hukum kewarisan berarti seorang ahli waris dapat menerima bagian harta pusaka ,baik dari pihak ayah maupun pihak ibu .pengetian ini mempunyai makna yaitu harta pusaka dari si pewaris dapat di miliki secara perorangan ahli waris bukan memiki secara berkelompok.

  c. Asas atas sama berhak Hukum waris Islam tidak membedakan perbedaan antara laki-laki dan perempuan , baik berstatus masih kecil, dan mereka sudah dewasa semua memiliki hak mendapatkan waris.

  5. Syarat Warisan Basyir (2005:20) menyatakan ada tiga syarat warisan yaitu :

  a. Pewaris benar

  • –benar telah meninggal, atau dengan keputusan hakim dinyatakan telah meninggal.

  b. Ahli waris benar-benar masih hidup ketika pewaris meninggal atau dengan keputusan hakim dinyatakan masih hidup pada saat pewaris meninggal.

  c. Dapat dietahui adanya sebab warisan pada ahli waris.

  6. Penghalang Warisan Basyir (2005:21) menyebutkan ada tiga macam penghalang warisan yaitu sebagai berikut : a. Antara mawaris dan ahli waris terjadi perbedaan keyakinan atai agama.

  b. Terjadinya peristiwa hukum berupa suatu tindak criminal pembunuhan.

  Pembunuhan yang didasarkan karena untuk membela diri tidak dapat diklasifikasikan dalam syarat ini.

  c. Menjadi budak dari orang lain.

  Para ulama biasa mengelompokkan ahli waris dalam dua kelompok besar yaitu :

  1. Kelompok Ashhabul

  • –furudh Ashhabul furudh ialah ahli waris secara pasti mendapatkan bagian

  tertentu dari harta waris yang di tinggalkan si mayit . Mareka adalah 4 orang dari kalangan laki-laki dan 8 orang dari kalangan perempuan. Empat orang dari kalangan laki –laki adalah : (1) ayah (2) kakek dan terus ke atas (3) sauda seibu (4)suami. Sedangkan 8 orang dari kalangan psermpuan mereka adalah : (1) ibu (2) nenek terus ke atas (3) anak perempuan (4) anak perempuan dari laki-laki (cucu prerempuan (5) saudara kandung perempuan (6) saudara perempuan seayah (7) sauadara perempuan seibu (8) istri .

  2. Kelompok Asabah Yang di maksud Asabah ialah kelompok ahli waris yang berhubungan langsung dengan si mayit ,yaitu setiap laki-laki yang antara dia dengan si mayit dalam silsilah nashobahnya tidak pernah terselang dengan ahli waris perempuan anak laki-laki si mayit dan ayahnya (kakek), naka laki-laki dari dari anak laki-laki si mayit dan saudara si landing dari laki-laki atau sauadara seayah, dan begitulah seterusnya .

  Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ,di kenal dua macam ahli waris, yaitu:

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 26

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 16

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 102

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN GRIYA BANK SYARIAH MANDIRI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 119

PERNIKAHAN DI DEPAN JENAZAH ORANG TUA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi di Kelurahan Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 130

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM BARTER (Studi di Desa Benowo Kecanmatan Bener Kabupaten Purworejo) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 1 92

PENGUPAHAN DI TOKO PINTAR 3 PASAR BANDARJO UNGARAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum

0 0 93

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUS NOMOR 46PUU-VIII2010 TERHADAP KEWARISAN ANAK LUAR KAWIN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 101

PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RESPON PEDAGANG BUAH DALAM PELAKSANAAN TERA ULANG TIMBANGAN MEJA DI PASAR BLAURAN SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 1 97

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 121