Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

(1)

TESIS

Oleh

MARIANNE MAGDA KETAREN

067011051/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan

dalam Program Studi Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MARIANNE MAGDA KETAREN

067011051/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH

Anggota : 1. Prof.Dr.Muhammad Yamin, SH, MS, CN 2. Hj. Chairani Bustami, SH, SpN, M.Kn 3. Dr. Sunarmi SH,M.Hum


(4)

Nama Mahasiswa : Marianne Magda Ketaren Nomor Pokok : 067011051

Program Studi : Magister Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH) Ketua

(Prof.Dr.Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Hj. Chairani Bustami, SH, SpN, M.Kn)

Anggota Anggota

Ketua Program Direktur


(5)

1 Digital Signature Tanda tangan elektronik

2 Digital Identity Tanda pengenal elektronik

3 e - mail (electronic) mail Alamat surat elektronik

4 Digital Certificate Sertifikat Elektronik

5 Cyber Teknologi komunikasi dan pengendalian jarak

jauh

6 Public Key Crypthography

System

Sistem keamanan kriptografi yang menggunakan 2 kunci

7 Encrypt Enkripsi

8 Decrypt Dekripsi

9 Symetric Crypthography Kriptograpi yang menggunakan kunci rahasia

10 Asymetric Crypthography Kriptograpi yang menggunakan kunci publik

11 Data Encryption Standard Ketentuan agloritma untuk enkripsi kriptograpi

simetris

12 Message Pesan

13 e – sign (electronic sign) Tanda tangan elektronik

14 Real evidence Bukti nyata

15 One Way Crypthography Kriptograpi satu arah

16 Message Digest Satu nilai sebuah pesan yang bersifat unik yang

membuat bahwa pesan tersebut mempunyai suatu besaran tertentu

17 Digital Envelope Amplop elektronik yang berfungsi sebagai

pengamanan data yang dikirim

18 Reversed Proses pembalikan

19 Value Nilai

20 Integrity Keutuhan

21 Runs Menjalankan

22 Generates Membuat

23 Random Acak

24 Property Descryption Deskripsi data

25 User Pengguna

26 Modify Perubahan

27 Recipient Penerima

28 E – commerce Perdagangan elektronik

29 Paperless Tanda berkas

30 Scriptless transaction Transaksi tanpa bukti nyata

31 Legal Entity Badan hukum


(6)

teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik. Inovasi ini merupakan suatu layanan pendirian badan hukum perseroan yang dilakukan secara elektronik. Namun tidak hanya proses pendirian saja yang dapat dilakukan pada layanan ini. Proses pengesahan pendirian perseroan juga dapat dilaksanakan. Berkaitan dengan hal diatas maka penulis berminat untuk melakukan penelitian sesuai dengan latar belakang tersebut, untuk mengkaji keabsahan secara hukum tanda tangan elektonik tersebut, dengan judul penelitian ini adalah Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik Dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 200.

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian hukum normatif yaitu suatu penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Hal ini sejalan dengan pendapat Ronald Dworkin menyebut metode penelitian normatif juga sebagai penelitian doktrinal atau doctrinal research, yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum sebagai law as it written in the book, maupun hukum sebagai law as it is decided by the judge through judicial process

Proses pendirian Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 hampir sama dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, namun UUPT Nomor 40 Tahun 2007 menekankan proses pengajuan, pengesahan, pelaporan dan pemberitahuan pendirian Perseroan Terbatas dilakukan dengan sistem elektronik yang diajukan pada Sistem Administrasi Badan Hukum atau Sisminbakum, untuk mengesahkan pendirian perseroan terbatas, dapat di lakukan olen Menteri Hukum dan HAM RI dengan tanda tangan secara elektronik, yang pengaturannya belum diatur dalam hukum di Indonesia, namun dalam pasal 39 KUHAP di kenal barang bukti dalam arti khusus, hal ini merupakan dasar hukum menempatan data elektronik sebagai alat bukti yang sempurna. Tanda tangan elektronik dalam menentukan keabsahan pendirian perseroan terbatas mempunyai kekuatan hukum yang kuat.


(7)

Yang Kuasa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, maka tesis ini telah dapat diselesaikan dengan judul Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik Dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan tesis ini telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Terima kasih yang mendalam dan tulus saya ucapkan secara khusus kepada yang terhormat dan amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH selaku Ketua Komisi Pembimbing serta Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN dan Ibu Hj. Chairani Bustami, SH, Sp.N, M,Kn. masing-masing selaku anggota Komisi Pembimbing, yang telah memberikan pengarahan, nasehat serta bimbingan kepada saya, dalam penulisan proposal penelitian tesis ini.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih secara khusus kepada Ibu Dr. Sunarmi, SH, M.Hum dan Notaris Syahnil Gani, SH, M.Kn selaku dosen yang selama ini telah membimbing dan membina penulis dan pada kesempatan ini dipercayakan menjadi dosen penguji sekaligus sebagai panitia penguji tesis.

Selanjutnya ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada :


(8)

Magister Kenotariatan pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof.Dr.Ir. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktris Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof.Dr.Muhammad Yamin, SH, MS, CN, dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Guru Besar dan Staf Pengajar diantaranya Bapak

Prof.Dr M.Solly Lubis,SH, Prof.Dr. Tan Kamello, Prof.Dr.Syafruddin Kalo,SH,M.Hum, Ibu Hj. Chairani Bustami, SH, M.Kn, Dr.Pendastaren Tarigan,SH,MS, Dr.Budiman Ginting, SH, M.Hum, dan lain lain serta para karyawan pada Program Studi Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara diantaranya Ibu Fatimah, SH, Mbak Sari, Mbak Lisa, Mbak Afni, Mas Adi, Mas Rizal dan lain-lain yang telah banyak membantu dalam penulisan ini dari awal hingga selesai.

5. Rekan-rekan serta teman-temanku tercinta di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara di Program Magister Kenotariatan yang selalu memberikan semangat, memberikan dorongan, bantuan pikiran serta mengingatkan dikala lupa kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini dalam rangka untuk menyelesaikan studi.


(9)

Ketaren, SH dan Ibunda Nurhafni Matondang dan Adik-adikku Debby Yolanda Ketaren, Clarissa Danella Ketaren, Regina Anastasia Ketaren yang telah bersusah payah melahirkan, membesarkan dengan penuh pengorbanan, kesabaran, ketulusan dan kasih sayang, serta memberikan doa restu, sehingga penulis dapat melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan, Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara serta tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada abangku tersayang Bimbo Syahputra yang selama ini memberikan dukungan dan perhatiannya.

Penulis berharap semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, mendapat rahmat dari Allah SWT, agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rejeki yang melimpah kepada kita semua.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama kepada penulis dan kalangan yang mengembangkan ilmu hukum, khususnya dalam bidang ilmu Kenotariatan.

Medan, 28 Juni 2008 Penulis,


(10)

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Marianne Magda Ketaren, SH Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Februari 1984

II. ORANG TUA

Nama Ayah : Alexander Ketaren, SH Nama Ibu : Nurhafni Matondang

III. PEKERJAAN Wiraswasta

IV. PENDIDIKAN

1. SD : SD ST Antonius II Medan 2. SMP : SMP Putri Cahaya Medan 3. SMA : SMA Methodist I Medan

4. S – 1 : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan 5. S-2 : SPs USU Program Magister Kenotariatan (M.Kn)


(11)

ABSTRAK... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Keaslian Penelitian ... 8

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 9

1. Kerangka Teori ... 9

2. Konsepsi ... 26

G. Metode Penelitian ... 30

BAB II : PROSES PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 ... 34

A. Pengertian Perseroan Terbatas ... 34

B. Syarat- syarat Berdirinya Perseroan Terbatas ... 37

C. Pengesahan Perseroan Terbatas Oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI ... 52


(12)

B. Hukum Pembuktian di Indonesia ... 73

C. Tanda Tangan Elektronik Dalam Sistem Hukum Indonesia ... 90

D. Manfaat Ekonomis Atas Pengesahan Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik ... 91

BAB IV : KEKUATAN HUKUM TANDA TANGAN ELEKTRONIK DALAM PENENTUAN KEABSAHAN PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS ... 96

A. Aspek Hukum Tanda Tangan Elektronik... 96

B. Kekuatan Tanda Tangan Elektronik Sebagai Alat Bukti... 102

C. Keabsahan Tanda Tangan Elektronik Dalam Pengesahan Perseroan Terbatas ... 110

D. Keabsahan Tanda Tangan Elektronik Berkekuatan dan Berakibat Hukum... 118

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 121

A. Kesimpulan ... 121

B. Saran ... 122

DAFTAR KEPUSTAKAAN... 124 LAMPIRAN


(13)

A. Latar Belakang

Sasaran umum pembangunan Indonesia diarahkan kepada peningkatan kemakmuran rakyat yang makin merata. Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, diharapkan Perseroan Terbatas dapat menjadi salah satu pilar pembangunan ekonomi nasional, sebab Perseroan Terbatas (PT) adalah entitas bisnis yang penting dan banyak terdapat didunia ini, termasuk Indonesia. Kehadiran Perseroan Terbatas (PT) sebagai salah satu kenderaan bisnis memberikan kontribusi pada hampir semua bidang kehidupan manusia. PT telah menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memberikan kontribusi yang tidak sedikit untuk pembangunan ekonomi dan sosial.1

Untuk menciptakan kesatuan hukum dan untuk kebutuhan hukum baru yang dapat memacu pembangunan ekonomi khususnya berkenaan dengan perseroan terbatas tersebut dan dunia usaha serta untuk menjamin kepastian dan penegakan hukum, maka pemerintah melakukan pembaharuan hukum mengenai PT dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Lahirnya Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menggantikan Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

1

Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penetapan Good Corporate Governance, (Jakarta, Kencana dan Lembaga Kajian Pasar Modal dan Keuangan (LKPMK) Fakultas Hukum UI, 2006), hal. 1.


(14)

tersebut tidak terlepas kaitannya dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi yang tersebar ke seluruh penjuru dunia melalui globalisasi dan timbulnya perkembangan terhadap kekegiatan bisnis internasional. Disamping itu hal ini juga telah mendorong pula adanya perubahan terhadap regulasi di bidang ekonomi untuk mengikuti perkembangan tersebut. Perkembangan globalisasi di bidang ekonomi tersebut telah mempengaruhi berbagai sektor usaha di dunia. Termasuk pula globalisasi dibidang hukum disini terjadi globalisasi hukum yang mengikuti globalisasi ekonomi tersebut, dalam arti substansi berbagai undang-undang dan perjanjian-perjanjian menyebar melewati batas-batas negara yang mengakibatkan terjadinya peleburan prinsip-prinsip hukum pada suatu negara kepada negara lainnya.2

Bagi Indonesia, konsekwensi logis dari perkembangan ini adalah adanya tuntutan untuk mengharmoniskan prinsip-prinsip hukum ekonomi di Indonesia dengan prinsip-prinsip hukum ekonomi di dunia internasional. Tanpa adanya keharmonisan tersebut, Indonesia dapat dikucilkan dari kegiatan bisnis internasional dan investasi karena tidak ada kepastian terhadap perlindungan hukum untuk kegiatan bisnis yang telah biasa dilakukan di dunia internasional.3

Oleh karena itu UUPT sebagai salah satu elemen utama dari regulasi di bidang ekonomi di amandemen untuk mengadopsi berbagai perkembangan yang

2

Bismar Nasution, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2007 dalam Perspektif Hukum Binis, Makalah disampaikan pada seminar bisnis 46 tahun FE USU, Pengaruh Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Terhadap Iklim Usaha di Sumatera Utara, Aula Fakultas


(15)

muncul di dalam dunia bisnis internasional. Hal inilah yang merupakan salah satu alasan utama diundangkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang menggantikan Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Secara umum ada beberapa perkembangan signifikan yang telah diadopsi oleh UUPT.4

Sebelumnya, ketentuan tentang perseroan terbatas diatur oleh ketentuan pasal 36 sampai pasal 56 Buku I titel III dari Kitab Undang-Undang Dagang (KUHD), yang merupakan terjemahan dari Wetboek van Koophandel, Staatsblad 1847 : 23 dan segala perubahannya, terakhir yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1971.5

Beberapa perkembangan dalam UUPT tersebut antara lain diadopsinya prinsip tanggung jawab sosial dan lingkungan atau Corporate Social Responsibility, yang selanjutnya di singkat dengan CSR. Dalam Pasal 74 UUPT disebutkan bahwa setiap perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan prinsip CSR. Akibat dari adanya ketentuan ini adalah adanya kewajiban perusahaan terkait untuk melakukan konservasi lingkungan dan pengembangan di wilayah usahanya sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungannya.6

4

Ibid., hal. 2.

5

Bismar Nasution, Kewajiban Melaksanakan RUPs dan Saat Pembagian Dividen Menurut

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas, Makalah Disampaikan pada In

House Training yang Diselenggarakan oleh Kanwil DJP Sumbagut I Tanggal 21 Desember 2005 Medan, hal. 1.

6


(16)

Selain itu UUPT juga telah mengakui prinsip ekonomi syariah yang telah berkembang pesat beberapa tahun terakhir ini. Pasal 109 UUPT mengakui prinsip-prinsip ekonomi syariah dengan mewajibkan adanya dewan pengawas syariah di perusahaan yang menjalankan bisnis berbasis syariah. Dewan pengawas ini mempunyai tugas untuk memberikan saran dan nasehat kepada direksi serta mengawasi kegiatan perusahaan agar sesuai dengan prinsip syariah. Adanya pengakuan terhadap prinsip syariah dalam UUPT tidak hanya membuat Indonesia ikut dalam trend bisnis internasional yang mulai menggunakan prinsip syariah, tetapi juga dapat mendukung perkembangan ekonomi syariah di Indonesia melalui pengadopsian hukum ekonomi syariah dalam hukum nasional kita.7

Disamping itu, UUPT juga telah mengatur tentang pembelian kembali saham oleh perusahaan buy back dan pemisahan perusahaan tidak murni spin off. Selain itu ada juga larangan kepemilikan silang cross holding dalam pasal 36 UUPT dan isu business judgment rule.8 Berkenaan dengan proses pendirian Perseroan Terbatas atau pengajuan permohonan dan pemberian pengesahan status badan hukum, UUPT telah memenuhi tuntutan masyarakat untuk memperoleh layanan yang cepat yang dilakukan melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik.

Secara umum, beberapa perkembangan diatas merupakan hal-hal yang sangat menarik untuk dibahas. Namun, untuk dapat membahas secara dalam, penelitian ini

7


(17)

memilih salah satu hal terbatas yaitu pengesahan badan hukum perseroan yang ditanda tangani secara elektronik yang dipilih karena kaitannya sangat berpengaruh besar bagi perkembangan bisnis di Indonesia.

Perseroan adalah asosiasi modal yang oleh undang-undang diberi status badan hukum atau rechtspersoon. Pasal 1 angka 1 UUPT menjelaskan bahwa perseroan adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UUPT serta peraturan pelaksanaannya.9

Oleh karena itu, perseroan pada hakikatnya adalah badan hukum yang sekaligus merupakan wadah perwujudan kerjasama para Pemegang Saham. Dengan ini pula UUPT menentukan bahwa perseroan harus didirikan oleh 2 orang atau lebih dengan akta notaris dalam Bahasa Indonesia. Perseroan akan memperolah status badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan.10

Selanjutnya, perseroan itu harus mempunyai sedikit-dikitnya 2 (dua) Pemegang Saham. Undang-Undang perseroan terbatas menyatakan dalam hal setelah perseroan disahkan Pemegang Saham menjadi kurang dari 2 (dua) orang, maka dalam waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut Pemegang Saham yang bersangkutan mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain.11

Di dalam UU No. 40 tahun 2007, terdapat penambahan isu baru berupa jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik. Isu ini

9

Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas.

10

Pasal 7 Undang-Undang Perseroan Terbatas.

11


(18)

merupakan suatu layanan pendirian badan hukum perseroan yang dilakukan secara elektronik. Namun tidak hanya proses pendirian saja yang dapat dilakukan pada layanan ini. Proses pengesahan pendirian perseroan juga dapat dilaksanakan.12

Layanan pendirian perseroan secara elektronik sangat membantu mempermudah proses pendirian perseroan. Salah satunya mempermudah proses pengesahan pendirian perseroan. Karena dalam layanan ini, diberlakukan tanda tangan digital yaitu suatu tanda tangan yang dibuat secara elektronik yang berfungsi sama dengan tanda tangan biasa pada dokumen kertas biasa.13

Pada layanan pendirian perseroan secara elektronik, prosesnya dilakukan dengan pengisian format pendirian badan hukum perseroan. Hal ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat dilaksanakan pengesahan badan hukum perseroan. Ketentuan yang mengatur pengesahan pendirian perseroan adalah Pasal 10 ayat 6 Undang-Undang Nomor : 40 tahun 2007 yang menyebutkan bahwa apabila semua persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat 5 telah dipenuhi secara lengkap, paling lambat 14 (empat belas) hari, Menteri menerbitkan keputusan tentang pengesahan badan hukum perseroan yang ditangani secara elektronik.14

Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka penulis berminat untuk melakukan penelitian sesuai dengan latar belakang tersebut di atas, untuk mengkaji keabsahan secara hukum tanda tangan elektonik tersebut, dengan judul penelitian ini adalah “Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik Dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007”,

12

Pasal 9 ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas.

13


(19)

sehingga dengan demikian, akan terjawab kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan yang terdapat di dalam penelitian ini.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah proses pengesahan pendirian Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007, sehingga menjadi badan hukum ? 2. Bagaimanakah pengaturan tentang tanda tangan secara elektronik di

Indonesia ?

3. Bagaimanakah keabsahan tanda tangan secara elektronik yang digunakan dalam proses pendirian Perseroan Terbatas ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses pengesahan pendirian Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007, sehingga menjadi badan hukum.

2. Untuk mengetahui pengaturan tentang tanda tangan secara elektronik di Indonesia.

3. Untuk mengetahui keabsahan tanda tangan secara elektronik yang digunakan dalam proses pendirian Perseroan Terbatas.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Secara teoritis, diharapkan dengan adanya pembahasan mengenai keabsahan tanda tangan elektronik dalam proses pendirian perseroan terbatas berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 dalam tesis ini, maka


(20)

pembaca dapat semakin mengetahui tentang pengaturan hukum mengenai keabsahan tanda tangan elektronik dalam proses pendirian Perseroan Terbatas. 2. Secara Praktis

Secara praktis, pembahasan dalam tesis ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi kalangan praktisi yang bergerak dalam perusahaan tidak terlepas bagi Komisaris, Direksi dan masyarakat umum yang bergerak dalam bidang Perusahaan Terbatas, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam hal menentukan kebijakan maupun hal-hal yang berkaitan dengan hukum dalam keabsahan tanda tangan elektronik dalam proses pendirian Perseroan Terbatas.

E. Keaslian Penelitian

Guna menghindari terjadinya duplikasi terhadap penelitian di dalam masalah yang sama, maka peneliti melakukan pengumpulan data tentang Keabsahan Tanda Tangan Elektronik Dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 dan pemeriksaan terhadap hasil-hasil penelitian yang ada mengenai hal-hal diatas maka ternyata penelitian ini belum pernah dilakukan oleh peneliti lain dalam judul dan permasalahan yang sama, masalah ini perlu dibahas karena dari beberapa negara lain, hal ini telah diatur dengan Undang-Undang tersendiri. Sedangkan di Indonesia, hal ini merupakan sesuatu yang baru, sehingga dengan demikian maka penelitian ini adalah asli serta dapat dipertanggung jawabkan


(21)

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsepsi 1. Kerangka Teori

Dalam upaya mengkontruksi badan hukum atau legal entity, pada dasarnya merujuk pada teori badan hukum yang sudah ada dan dikenal sejak abad ke-19. Hak badan hukum termiliki dalam konsep kepunyaan publik dan kepunyaan privat. Konsep kepunyaan tersebut, tunduk pada ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang mengatur masing-masing. Berdasarkan itu, teori tersebut sudah menjadi Communi Opinio Dueforum dalam teori hukum suatu organisasi atau lembaga dapat menjadi suatu subjek hukum atau recht subject, sama halnya manusia atau Natuurlijke Persoon.

Kondisi demikian terjadi bila organisasi atau lembaga tersebut telah memenuhi persyaratan tertentu, baik yang ditetapkan secara formal dengan sistem tertutup oleh hukum positif atau perundangan seperti undang-undang mengenai Perseroan Terbatas, atau sistem terbuka. Sebagaimana yang dianut khususnya pasal 1653 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang ketentuan landasan hukum yang dijadikan dasar pendirian suatu badan hukum.15

Perseroan Terbatas (PT) sebagai badan hukum perdata atau privat yang mempunyai status kemandirian persona standi judicio sudah tentu memiliki identitas hukum tersendiri. Identitas hukum suatu korporasi atau perusahaan, terpisah dari identitas hukum para pemegang sahamnya, direksi maupun organ-organ lainnya. Dalam kaidah hukum perdata atau civil law, jelas ditetapkan bahwa suatu perseroan merupakan subjek hukum perdata, dapat membuat perjanjian dengan pihak lain, serta

15

Arifin P. Soeria Atmadja, Transformasi Status Hukum Uang Negara Sebagai Teori

Keuangan Publik Yang Berdimensi Penghormatan Terhadap Badan Hukum, (Jakarta, Bidang Studi


(22)

dapat menuntut dan dituntut dipengadilan dalam hubungan keperdataan. Para pemegang saham menikmati keuntungan yang diperoleh dari konsep tanggung jawab terbatas dan kegiatan korporasi berlangsung terus menerus, dalam arti bahwa keberadaannya tidak akan berubah meskipun ada penambahan anggota-anggota baru atau berhentinya atau meninggalnya anggota-anggota yang ada.16

Perseroan Terbatas sebagai badan hukum perdata sejalan dengan pandangan teori kontrak atau contractual theory, yang menganggap perseroan sebagai kontrak diantara para pemegang saham. Rasio dari contractual theories adalah untuk membatasi tanggung jawab sosial dan menciptakan entitas yang sulit dipengaruhi oleh negara karena keengganan digunakannya perusahaan sebagai alat negara. Teori ini mengakibatkan diletakkannya perusahaan ke dalam bidang hukum perdata.17 Selanjutnya sejalan dengan teori dimuka, maka sebagai kerangka berpikir dilihat juga concession theory yang melihat kehadiran dan operasi perusahaan sebagai sebuah pemberian oleh negara.18

Pembuatan perjanjian Perseroan Terbatas ke dalam suatu akta otentik sangatlah penting karena hal ini telah diisyaratkan oleh Undang-Undang agar Perseroan Terbatas tersebut dapat disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya ditulis UUPT), menyebutkan bahwa akta pendirian Perseroan Terbatas,

16

Ibid, hal. 11.

17


(23)

disyahkan oleh Menteri secara elektronik, sehingga dengan kecanggihan zaman serta menyingkat waktu dalam pendirian Perseroan Terbatas, maka notaris-notaris mempergunakan layanan internet dalam proses Sisminbakum.

Sisminbakum merupakan situs resmi yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, yang selanjutnya disebut Dirjen AHU. Sisminbakum di buat berdasarkan kebutuhan masyarakat dan dunia usaha yang makin berkembang sehingga membutuhkan pelayanan terutama dalam pendirian Perseroan Terbatas.

Tanda tangan mungkin dalam bentuk tulisan tangan, tercetak pada kertas fax, bentuk-bentuk cetakan, tanda dalam bentuk simbol, atau bentuk lain yang dibuat secara mekanis maupun elektronis, jika konsisten dengan hukum suatu negara dimana dokumen tersebut dikeluarkan. Sifat yang diinginkan dari legalitas tanda tangan di antaranya adalah :

a. Tanda tangan itu asli (otentik), tidak mudah ditulis atau ditiru oleh orang lain. Pesan dan tanda tangan pesan tersebut juga dapat menjadi barang bukti, sehingga penandatangan tak bisa menyangkal bahwa dulu ia tidak pernah menandatanganinya.

b. Tanda tangan itu hanya sah untuk dokumen (pesan) itu saja. Tanda tangan itu tidak bisa dipindahkan dari suatu dokumen ke dokumen lainnya. Ini juga berarti bahwa jika dokumen itu diubah, maka tanda tangan digital dari pesan tersebut tidak lagi sah.


(24)

c. Tanda tangan itu dapat diperiksa dengan mudah. Tanda tangan itu dapat diperiksa oleh pihak-pihak yang belum pernah bertemu dengan penandatangan.

d. Tanda tangan itu juga sah untuk kopi dari dokumen yang sama persis.19

Meskipun ada banyak skenario, ada baiknya kita perhatikan salah satu skenario yang cukup umum dalam penggunaan tanda tangan digital. Tanda tangan digital memanfaatkan fungsi satu arah untuk menjamin bahwa tanda tangan itu hanya berlaku untuk dokumen yang bersangkutan saja. Bukan dokumen tersebut secara keseluruhan yang ditandatangani, namun biasanya yang ditandatangani adalah sidik jari dari dokumen itu beserta tandatangannya dengan menggunakan kunci privat. Tandatangan dokumen berguna untuk menentukan waktu pengesahan dokumen.

Dalam pasal 6 Uncitral model law for e-comerce, secara eksplisit memberikan nilai legal yang sama kepada transmisi elektronik seperti halnya bentuk tertulis.

Hal ini sesuai dengan pendapat Richard Hill and Ian Walden yang menyatakan, “where the law requires information to be in writing, that requirement is met by a data message if the information contained there in is accessible so as to be usable for subsequent reference”.20

Penyamaan nilai legal antara transmisi elektronik dengan bentuk tertulis ini dimaksudkan untuk mempermudah posisi transmisi ini sehingga dapat digunakan

19

Wicaksono Wahyu Santoso, Keberadaan Rancangan Undang-Undang Tanda Tangan

Digital dan Transaksi Elektronik, (Jakarta, Lembaga Kajian Hukum dan Teknologi, Fakultas Hukum

UI, 2007) hal. 6.

20

Mukti Fajar ND, Aspek Hukum Pembuktian Digital Evidence Dalam Electronic


(25)

sebagai evidence nyata dalam pembuktian dan sebagai salah satu pendekatan yang relatif paling mudah sebagai solusi yang ditawarkan.

Solusi yang ditawarkan oleh ancestral model law for ecommerce dengan pendekatan yang diadopsi oleh model hukum ini tidak secara menyeluruh menyatakan bahwa transmisi elektronik adalah sebuah bentuk tulisan, atau tidak juga mensyaratkan teknik spesifik untuk tandatangan. Secara bijak, model hukum memulainya dengan membatasi ruang lingkup aplikasi e-commerce.

Hukum ini beraplikasi terhadap segala macam informasi dalam bentuk pesan data yang digunakan dalam konteks aktifitas komersial. Apabila terdapat perkara, khususnya perkara perdata, maka untuk mengambil dan melegalisasi dokumen yang akan dijadikan sebagai barang bukti yang berada di negara lain, dapat digunakan Convention on the Taking Evidence Abroad in Civil Commercial Maters. Di dalam konvensi ini juga diatur cara mengenai kesaksian apabila saksi berada di negara yang berlainan. Konvensi ini diselenggarakan di Den Haag 26 Oktober 1968. Convention on the Service Abroad of Judicial and Extrajudicial Documents in Civil or Commercial Matters (1965) mengatur mengenai cara melakukan panggilan-panggilan dalam perkara perdata apabila ada pihak yang berada di luar negeri atau melakukan pemberitahuan bagi para pihak jika mereka di luar negeri.

Dalam surat tertanggal 14 januari 1988 Nomor : 39/TU/ 88/102/Pid kepada Menteri Kehakiman, Mahkamah Agung mengemukakan pendapatnya bahwa microfilm atau microfiche dapat dipergunakan sebagai alat bukti yang sah di pengadilan menggantikan alat bukti surat sebagaimana tersebut dalam Pasal 184 ayat


(26)

1 sub c Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam pembahasan mengenai keabsahan alat bukti dengan digital evidance dalam electronic commerce ada dua hal yang harus diperhatikan yang baik secara yuridis maupun teknis dapat menjaga validitas suatu alat bukti.

Dalam konsideran UU RI Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan vide f disebutkan bahwa, Kemajuan Tehnologi memungkinkan catatan dan dokumen yang dibuat di atas kertas dialihkan ke dalam media elektronik atau dibuat secara langsung dalam media Electronik. Selanjutnya pasal 15 dalam UU Nomor 8 Tahun 1997 masalah ini lebih diperjelas dengan menyebutkan :

(1) Dokumen perusahaan yang dimuat dalam microfilm atau media lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 (1) dan atau hasil cetaknya merupakan alat bukti yang sah.

(2) Apabila dianggap perlu dalam hal tertentu dan untuk keperluan tetentu dapat dilakukan legalisasi terhadap hasil cetak dokumen perusahaan yang telah dimuat dalam microfilm atau media lainnya.

Sebelum menapak lebih jauh, ada baiknya kalau kita meninjau terlebih dahulu hakikat dari pembuktian. Pada umumnya apabila kita menemui permasalahan dan harus mengambil keputusan yang tepat terhadap permasalahan tersebut kita selalu berusaha untuk mengumpulkan berbagai macam fakta yang berkenaan dengan permasalahan tersebut. Dengan fakta-fakta yang telah terkumpul kita gunakan untuk membuktikan permasalahan tersebut dan kita mencari pemecahannya.


(27)

Pembuktiannya bersifat kemasyarakatan, karena walaupun sedikit, terdapat unsur ketidakpastian. Oleh karena itu kebenaran yang dicapai merupakan kebenaran yang relatif. Kita harus memberikan keyakinan terhadap fakta yang dikemukakan itu harus selaras dengan kebenaran.

Apabila untuk memutuskan suatu sengketa atau kasus mutlak hanya menyandarkan pada keyakinan hakim ini adalah hal yang sangat riskan karena dapat menimbulkan kekhawatiran bahwa keyakinan hakim tersebut akan bersifat subjektif, sehingga akan menimbulkan tindakan sewenang-wenang dari sang hakim yang justru tidak memberikan rasa keadilan bagi para pihak yang berperkara.

Maka wajarlah apabila dari dalil-dalil yang dikemukakan para pihak yang bersengketa menjadi pula dasar pertimbangan bagi hakim agar dapat dicapai suatu keputusan yang objektif. Dalam hubungannya dengan arti pembuktian, Prof.Subekti berpendapat:21

"Membuktikan ialah meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan." Alat-alat bukti yang diakui dalam peradilan perdata Indonesia diatur dalam HIR atau Herzien Indonesisch Reglement pasal 164 dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada pasal 166 yang berbunyi:

"Alat-alat bukti terdiri atas : 1. Bukti tulisan;

2. Bukti dengan saksi-saksi;

21


(28)

3. Persangkaan-persangkaan; 4. Pengakuan;

5. Sumpah."

Selain daripada apa yang telah disebutkan diatas HIR masih mengenal alat pembuktian lain yaitu hasil pemeriksaan setempat, seperti yang ditentukan dalam pasal-pasal berikut ini: Pasal 153 (1) HIR yang berbunyi: "Jika ditimbang perlu atau ada faedahnya, maka ketua boleh mengangkat satu atau dua orang komisaris daripada dewan itu yang dengan bantuan panitera pengadilan akan melihat keadaan tempat atau menjalankan pemeriksaan di tempat itu, yang dapat menjadi keterangan kepada hakim."

Pasal 154 HIR berdasarkan hasil penyelidikan seorang ahli yang berbunyi: "Jika pengadilan negeri menimbang, bahwa perkara itu dapat lebih terang, jika diperiksa atau dilihat oleh orang ahli, maka dapatlah ia mengangkat ahli itu, baik atas permintaan kedua pihak, maupun karena jabatannya." Tanpa mengabaikan pentingnya alat-alat bukti lainnya, pembahasan akan difokuskan terlebih dahulu kepada alat bukti tulisan.

Hal ini disebabkan karena, Permasalahan yang menjadi perhatian saat ini adalah, diperlukannya menjawab apakah dalam acara peradilan, dokumen elektronik dapat dianggap sama surat yang telah kita kenal. Apakah kekuatan hukum dari dokumen elektronik tersebut sama dengan kekuatan hukum alat bukti surat dalam acara perdata. Selain itu, dalam persoalan perdata, alat bukti yang berbentuk tulisan


(29)

itu merupakan alat bukti yang lebih diutamakan jika dibandingkan dengan alat bukti lainnya.

Bahkan menurut definisi Prof. Mr. A. Pitlo, alat pembuktian adalah, Pembawa tanda tangan bacaan yang berarti, menerjemahkan suatu isi pikiran. Alat bukti tulisan ini menurut doktrin ilmu hukum dan undang-undang secara garis besar dibagi 2 macam :22

1. Tulisan biasa

2. Tulisan yang berupa akta.

Tulisan yang berupa akta ini dibagi menjadi 2 yaitu : 1. akta di bawah tangan

2. Akta Otentik

Dari pembagian seperti di atas hal yang menjadi perhatian adalah bilamana suatu tulisan dikatakan sebagai tulisan biasa dan bilamana dikatakan sebagai tulisan yang berupa akta. Pengertian akta adalah suatu surat yang ditandatangani, diperbuat untuk dipakai sebagai alat bukti dan untuk dipergunakan oleh orang untuk keperluan siapa surat itu dibuat.

Selain itu yang termasuk dalam akta adalah: cek, tanda terima (kuitansi), surat perjanjian, atau surat apa pun yang dibuat dan ditandatangani oleh orang yang berwenang dan disepakati oleh para pihak menjadi alat bukti.

Kemudian muncul permasalahan berikutnya, kapankah akta disebut sebagai akta di bawah tangan dan kapan akta tersebut disebut sebagai akta otentik. Sesuai

22


(30)

dengan ketentuan pasal 1868 Kitab Undang-undang Hukum Perdata atau KUHPerdata yang berbunyi, Suatu akta otentik adalah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta dibuat.

Maka untuk membedakan apakah akta tersebut akta otentik atau akta di bawah tangan yang harus kita perhatikan adalah dilihat dari terbentuknya akta tersebut, apabila akta tersebut dibuat di hadapan atau dibuatkan oleh pejabat yang berwenang (notaris) maka akta tersebut adalah akta otentik. Apabila akta tersebut tidak memenuhi hal di atas maka akta itu adalah akta di bawah tangan.

Dalam hukum pidana yang ingin dicapai ialah kebenaran materil, menurut Menurut Wirjono, bahwa kebenaran itu biasanya hanya mengenai keadaan-keadaan tertentu pada masa lampau. Membicarakan mengenai pembuktian dalam hukum acara pidana tentunya tidak dapat meninggalkan dari ketentuan hukum mengenai alat bukti dan barang bukti yang ada di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, mengingat alat bukti dan barang bukti menjadi dasar untuk memutus perkara pidana sesuai dengan pasal 183-189 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dan barang bukti dalam pasal 39 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Menurut pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata alat bukti antara lain adalah:

1. Keterangan saksi 2. Keterangan ahli 3. Alat bukti surat, 4. Petunjuk,


(31)

Pasal ini bersifat limitatif, artinya penggunaan alat bukti tersebut hanya yang disebutkan dalam pasal tersebut saja. Dalam pasal 183 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, seorang hakim dapat memutus perkara berdasarkan minimal dua alat bukti atau syarat minimum pembuktian.

Selanjutnya dengan berbekal alat bukti yang ditemukan itu, hakim tersebut akan memperoleh keyakinan bahwa memang telah terjadi suatu tindak pidana. Jika kita cermati rumusan pasal 183 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut, dengan dua alat bukti tersebut belumlah cukup bagi hakim untuk menjatuhkan pidana kepada seseorang, karena masih diperlukan keyakinan hakim atas dua alat bukti yang dihadirkan di sidang pengadilan.

Jika dengan minimal dua alat bukti tersebut hakim memperoleh keyakinan, maka berdasarkan pasal 183 dan 184 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pelaku tindak pidana dapat dijatuhi hukuman sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Sebenarnya dalam sistem hukum kita juga sudah dikenal suatu konsep keamanan untuk perdagangan yang agak mirip dengan konsep kriptografi kunci publik atau penekanan pada konsep pasangan.

Jaman dahulu, untuk keperluan otentikasi dengan mitra dagang, dipergunakan tongkat kayu yang dipatahkan menjadi dua. Jika orang hendak melakukan pencacahan atas suatu transaksi, orang menorehkan sebuah goresan yang menggores sambungan kedua tongkat atau yang berpasangan tersebut. Untuk mencocokkan, cukup dengan menyambungkan kedua tongkat tersebut dan melihat


(32)

apakah goresan itu melintas sambungan atau patahan tongkat dengan baik. Hal ini dapat kita lihat pada bunyi pasal 1887 Kitab Undang-undang Hukum Perdata atau KUHPerdata yang berbunyi :

Tongkat-tongkat berkelar yang sesuai dengan kembarnya, harus dipercaya, jika dipergunakan antara orang-orang yang biasa membuktikan penyerahan-penyerahan barang yang dilakukannya atau diterimanya dalam jumlah-jumlah kecil, dengan cara yang demikian itu.

Alat bukti elektronik tidak dikenal di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Namun demikian, tidak berarti bila terjadi suatu perkara kejahatan dengan menggunakan komputer pelaku kejahatan tersebut lolos dari jeratan hukum. Dalam kejahatan komputer, ketentuan pasal 183 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat diterapkan meskipun perlu pembuktian lebih lanjut. Alat bukti yang mungkin ditemukan dalam suatu transaksi jika, berdasarkan pasal 184 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa.

Namun biasanya keterangan saksi sangat sulit untuk diperoleh, mengingat pelaku tindak pidana ini biasanya melakukan aksinya secara sendirian. Paling mungkin jika terjadi penyertaan, maka antara pelaku dapat menjadi saksi bagi yang lainnya. Berawal dari penggunaan bukti petunjuk yang bersumber, sebuah petunjuk dapat diperoleh dari keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa sesuai pasal 188 (2) Kitab Undang-undang Hukum Perdata.


(33)

Bila keterangan saksi dan keterangan terdakwa tidak ditemukan, maka petunjuk dapat diperoleh dari surat atau dokumen yang ditemukan, yang

tentunya harus ditemukan penyesuaian satu dengan yang lainnya mengenai alat bukti tersebut. Jika terdapat kesamaan bentuk, metoda atau cara dalam melakukan suatu kejahatan komputer seperti hacking computer maka dari situ akan diperoleh petunjuk atau bukti awal, yang nantinya tetap harus dibuktikan dengan bantuan seorang ahli untuk menjelaskan kasus tersebut.

Unsur penegak hukum seringkali tertinggal dengan pesatnya perkembangan teknologi, jarak yang tercipta antara penegak hukum dengan teknologi juga kurang diantisipasi. Keadaan seperti ini terus berlanjut, sehingga menjadikan jalannya penegakan hukum atas kejahatan atau perselisihan yang berkaitan dengan pengunaan teknologi menjadi terhambat. Hal ini di persulit dengan kurang tanggapnya individu penegak hukum itu sendiri untuk memperkaya dirinya dengan pengetahuan baru yang terkait dengan teknologi.

Fasilitas yang kurang memadai juga merupakan penghambat bagi para aparat penegak hukum dalam menindaklanjuti perkara-perkara yang terkait dengan segala sesuatu yang berbau teknologi. Dalam memutuskan suatu perkara yang berkaitan dengan penggunaan teknologi sebagai basisnya, hakim terkadang masih meraba sampai sejauh mana hal tersebut dapat terbukti dan dapat diputus dengan adil. Hal ini nampak dari putusan yang dikeluarkan berkenaan dengan suatu perkara yang menyangkut masalah teknologi informasi belakangan ini, perkara yang dilihat oleh


(34)

beberapa pakar teknologi informasi sebagai perkara yang berat hukumannya, namun setelah diputus ternyata pelaku dapat bebas tanpa syarat.

Hal ini juga berlaku bagi jaksa dan pembela dalam kasus pidana. Keterbatasan fasilitas tersebut menjadikan putusan, tuntutan atau pembelaan yang diajukan menjadi terkesan seadanya. Begitu lebarnya jarak yang tercipta antara penegak hukum pada akhirnya mendorong diluncurkannya Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) Nomor 11 Tahun 2008. Undang Undang ini akan di harapkan dapat mempermudah aparat penegak hukum untuk memahami segala kasus dan permasalahan yang terkait dengan teknologi informasi.

Walaupun belum ada suatu bentuk perundangan khusus mengatur mengenai hubungan subyek hukum yang terlibat di dalam transaksi yang menggunakan media elektronik, pembuat Kitab Undang-undang Hukum Perdata telah memberikan keleluasaan untuk para pembuat perjanjian dalam bentuk suatu kebiasaan. Dimana hal ini diatur dalam Bagian Keempat Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang penafsiran suatu perjanjian.

Pasal 1346 Kitab Undang-undang Hukum Perdata memberikan keleluasaan lebih di mana suatu perjanjian mengikuti standar kebiasaan dalam negeri atau di tempat perjanjian telah dibuat atau jika meragukan isinya, sehingga secara yuridis, walaupun tidak jelas ditekankan pengaturan mengenai tata cara pelaksanaan, jika hal tersebut sudah diakui sebagai suatu kebiasaan dalam perjanjian yang menggunakan media elektronik, maka kebiasaan tersebut mendapatkan pengakuan yuridis.


(35)

Pengesahan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik tersebut, pada dasarnya bertujuan untuk memberikan kejelasan bagi para pelaku pengguna Teknologi Informasi yang dalam hal ini sangat berkaitan dengan penggunaan internet sebagai media untuk bertransaksi. Kelangsungan perdagangan yang menggunakan media elektronik tidak menutup adanya kemungkinan terjadinya perselisihan antara para pihak. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 ini pada dasarnya bertujuan untuk mencari kerangka hukum untuk transaksi elektronik dan tanda tangan elektronik berdasarkan hukum Indonesia yang berlaku sekarang.

Hal ini disebabkan karena asas pengadilan Indonesia mengharuskan hakim untuk tetap menerima suatu sengketa yang dibawa kehadapannya meskipun tidak ada hukum yang mengaturnya, dan sang hakim diharuskan menggali hukum yang hidup di masyarakat.

Penyusunan dan pengesahan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik ini, sangat memperhatikan kultur hukum yang berlaku di Indonesia saat ini, hal ini dimaksudkan untuk menghindari segala bentuk benturan-benturan dalam pelaksanaan hukum itu. Pada dasarnya, pembuatan dan pengesahan Undang-Undang tersebut akan menguntungkan banyak pihak yang menggunakan media elektronik sebagai media bertransaksi, karena transaksi yang menggunakan media elektronik dapat dibuktikan lebih cepat daripada menggunakan cara konvensional.

Faktor keamanan juga menjadikan alasan mengapa Undang-Undang tersebut diluncurkan, mengingat begitu pentingnya isi dari setiap data yang dikirimkan. Faktor-faktor tersebut menjadikan isi dari Undang-undang tersebut memberikan


(36)

sedikit banyak memberikan perlindungan bagi pengiriman atau transaksi data antar pengguna media tersebut. Para pengguna media yang memanfaatkan media tersebut sebagai sarana transaksi data antara lain adalah perusahaan-perusahaan besar yang melaksanakan perjanjian atau pertukaran dokumen.

Hal tersebut juga dilakukan di banyak negara, maka dari itu rancangan undang-undang tersebut dirasakan perlu untuk memberikan perlindungan terhadap data dan subjek hukum yang terlibat.

Kebiasaan masyarakat di mana kuantitas penggunaan teknologi informasi semakin hari semakin meningkat harus mendapatkan perhatian lebih agar tidak terjadi penyimpangan dalam penggunaannya. Kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi kemajuan teknologi juga merupakan salah satu faktor yang utama, hal ini dapat terlihat dari banyaknya perusahaan yang telah mengaplikasikan teknologi internet dalam kehidupan perusahaannya, yang kemudian dikembangkan dengan melakukan transaksi yang nilainya tergolong besar dan beresiko tinggi melalui internet.

Disamping itu perlunya kepastian masalah pembuktian dalam proses beracara di pengadilan juga merupakan faktor peluncuran Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tersebut, sehingga aparat penegak hukum dapat memberikan pandangan-pandangan yang lebih objektif dalam melihat perkara yang berkaitan dengan Teknologi Informasi.

Penggunaan jasa Sisminbakum adalah Notaris, konsultan hukum dan pihak lain yang telah memiliki kode password tertentu dan telah memenuhi persyaratan


(37)

administrasi yang telah ditetapkan berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum.

Dalam pendirian Perseroan Terbatas ini juga walaupun telah ada pengaturan mengenai Sisminbakum, namun tidak terlepas dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, agar dalam proses pendirian ini tidak terjadi penyimpangan. Selain itu juga dalam pendirian Perseroan Terbatas juga melibatkan jasa Notaris, maka Undang-Undang Jabatan Notaris juga diperlukan.

Berdasarkan hasil inventarisasi terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini, yang terkait dengan permohonan pendirian Perseroan Terbatas melalui Administrasi Badan Hukum atau Sisminbakum, diantaranya adalah :

a. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE

b. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan. d. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1998 tentang Pemakaian Nama

Perseroan Terbatas

e. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas.

f. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1998 tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank

g. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1999 tentang Bentuk-Bentuk Tagihan Tertentu yang Dapat Dikompensasikan Sebagai Setoran Saham h. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor M-01.HT.01.01 Tahun 2000 tanggal 4 Oktober 2000 tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Badan Hukum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

i. Keputusan Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Nomor C-1.HT.01.01 Tahun 2001 tanggal 2 Maret 2001 tentang Dokumen Pendukung Format Isian Akta Notaris (FIAN) Model II untuk Perseroan Terbatas Tertentu.

j. Keputusan Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor C-01.HT.0101 Tahun 2003 tanggal 3 Januari 2003 tentang Tata Cara


(38)

Pengajuan Permohonan dan Pengesahan Akta Pendirian dan Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.

k. Keputusan Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor C-01.HT.01.04 Tahun 2003 tanggal 22 Januari 2003 tentang Tata Cara Penyampaian Laporan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.

l. Keputusan Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor C-03.HT.01.04 Tahun 2003 tanggal 5 Maret 2003 tentang Tata Cara Penyampaian Pemberitahuan Akta Perubahan Anggran Dasar Perseroan Terbatas.

m. Surat Edaran Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor C-HT.01.10-03 tanggal 8 Maret 2004 tentang Berakhirnya Sistem Manual terhadap Permohonan Pengesahan Akta Pendirian, Persetujuan dan Pelaporan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.

n. Surat Edaran Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor C-24.HT.01.10 Tahun 2004 tanggal 12 Nopember 2004 tentang Petunjuk Teknis Sistem Administrasi Hukum Umum.

o. Surat Edaran Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor C-26.HT.01.10 Tahun 2004 tanggal 6 Desember 2004 tentang Tata Cara Pengesahan Pendirian dan Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Yayasan.

p. Surat Edaran Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor C-HT.03.10.03 Tahun 2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Kewajiban Notaris Menyerahkan Disket yang memuat Anggaran Dasar Perseroan Terbatas kepada Perum Percetakan Negara Republik Indonesia.

2. Kerangka Konsepsi

Agar tidak terjadi perbedaan pengertian tentang konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka perlu diuraikan pengertian-pengertian konsep yang dipakai, yaitu sebagai berikut : tanda tangan elektronik ini harus dapat dianggap sebagai alat bukti yang sah setelah melalui prosedur dan mekanisme


(39)

keamanan yang terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan. Tanda tangan elektronik meskipun hanya merupakan suatu kode akan tetapi memiliki kedudukan yang sama dan sejajar dengan tanda tangan manual pada umumnya yang memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum. Dengan demikian, pasal ini membuka kesempatan seluas-luasnya kepada siapa saja untuk mengembangkan metode, teknik, atau proses pembuatan tanda tangan elektronik.

Asas kepastian hukum berarti, memberikan suatu landasan hukum, sehingga pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik serta segala sesuatu yang mendukung penyelenggaraannya mendapatkan pengakuan hukum di dalam dan di luar pengadilan.23

Asas manfaat berarti bahwa pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik diupayakan untuk mendukung proses berinformasi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.24

Asas hati-hati berarti para pihak yang bersangkutan harus memperhatikan segenap aspek yang berpotensi mendatangkan kerugian bagi dirinya maupun pihak lain dalam pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik.25

Asas itikad baik berarti para pihak yang bertransaksi tidak bertujuan untuk secara sengaja mengakibatkan kerugian kepada pihak lainnya tanpa sepengetahuan pihak lain tersebut.26

23

Pasal 3 Penjelasan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

24

Pasal 3 Penjelasan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

25

Ibid., Hal. 3

26

Pasal 4 Penjelasan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.


(40)

Asas netral teknologi berarti pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik tidak terfokus pada penggunaan teknologi tertentu sehingga dapat mengikuti perkembangan teknologi di masa mendatang.27

Yang dimaksud informasi elektronik dapat berupa catatan elektronik, dokumen elektronik, kontrak elektronik, surat elektronik, atau tanda tangan elektronik. Juga meliputi informasi elektronik tertentu yang merupakan rujukan dari suatu informasi elektronik. Informasi elektronik tersebut memiliki makna tertentu atau menjelaskan isi atau substansi yang dimaksud oleh penggunannya.28

Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan Komisaris.29

Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan atau anggaran dasar.30

27

Ibid., Hal. 3

28

Pasal 5 Ayat 1 Penjelasan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

29

Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

30


(41)

Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.31

Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.32

Perseroan Terbuka adalah Perseroan Publik atau Perseroan yang melakukan penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.33

Perseroan Publik adalah Perseroan yang memenuhi kriteria jumlah pemegang saham dan modal disetor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.34

Surat Tercatat adalah surat yang dialamatkan kepada penerima dan dapat dibuktikan dengan tanda terima dari penerima yang ditandatangani dengan menyebutkan tanggal penerimaan.35

31

Pasal 1 Ayat 5 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

32

Pasal 1 Ayat 6 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

33

Pasal 1 Ayat 7 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

34

Pasal 1 Ayat 8 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

35

Pasal 1 Ayat 13 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas


(42)

Surat Kabar adalah surat kabar harian berbahasa Indonesia yang beredar secara nasional, hari adalah hari kalender. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang hukum dan hak asasi manusia.36

G. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian hukum normatif yaitu suatu penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Hal ini sejalan dengan pendapat Ronald Dworkin menyebut metode penelitian normatif juga sebagai penelitian doktrinal atau doctrinal research, yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum sebagai law as it written in the book, maupun hukum sebagai law as it is decided by the judge through judicial process.37

Dari substansi penelitian ini akan menekankan penelitian hukum normatif yang bersifat kualitatif. Berkenaan dengan penelitian kualitatif tersebut Anselmus Strauss dan Juliat Corbin menyebut sebagai berikut ”qualitatif research we mean any kind of research that procedure findings not arrived at by means of statistical procedures or other means of quantifications. It can refer of research about persons,

36

Pasal 1 Ayat 14 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

37

Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, Makalah Disampaikan Pada Dialog Interaktif Tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Penelitian Hukum


(43)

lives, stories, behaviours, but also about organization functionating, social covenants or intellectual relationship.38

Sedikitnya ada tiga alasan penggunaan penelitian hukum normatif yang bersifat kualitatif. Pertama, analisis kualitatif didasarkan pada paradigma hubungan dinamis antara teori, konsep-konsep dan data yang merupakan umpan balik atau modifikasi yang tetap dari teori dan konsep yang didasarkan pada data yang dikumpulkan. Kedua, data yang akan dianalisis beraneka ragam, memiliki sifat dasar yang berbeda antara yang satu dengan lainnya, serta tidak mudah untuk dikuantifisir. Ketiga, sifat dasar data yang akan dianalisis dalam penelitian adalah bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang integral holistic, dimana hal itu menunjukkan adanya keanekaragaman data serta memerlukan informasi yang mendalam atau indepth information.39

Disamping itu, penelitian ini pula melakukan metode penelitian perbandingan hukum atau comparative law pada umumnya didasarkan pada berbagai alasan. Misalnya untuk mengetahui fungsi hukum dan latar belakang sosial yang terkait dengan substansi yang diatur hukum tanda tangan secara elektronik tersebut di berbagai negara, lembaga-lembaga hukum yang ada, serta hubungan-hubungan hukum yang terjadi, yang bermanfaat untuk menganalisis keberlakuan tanda tangan secara elektronik sebagaimana hukum yang diatur di Indonesia.40

38

Ibid., hal. 1-2.

39

Ibid., hal. 2.

40


(44)

Dalam penelitian ini, akan menjadi perhatian bahwa dalam penggunaan perbandingan hukum itu Bernhard Groofeld mengingatkan, bahwa studi perbandingan hukum tersebut harus dilakukan dengan memperhatikan latar belakang budaya, politik dan ekonomi dari negara bersangkutan. Adapun faktor-faktor yang diperbandingkan dalam sistem hukum mencakup hal-hal berkenaan dengan pertama, latar belakang sejarah dan perkembangan sistem hukum. Kedua, karakteristik pola pikir di bidang hukum. Ketiga, perbedaan khusus lembaga hukum yang ada. Keempat, cara penanggulangan masalah pemilihan hukum dan metode interpretasi hukum, serta penanggulangan masalah yang berkaitan dengan Hukum Acara Pengadilan. Kelima, berkaitan dengan warna idiologi dari masing-masing sistem hukum.41

2. Sumber Data

1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Hukum Perusahaan Asing dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan obyek penelitian adalah merupakan bahan hukum primer.

2. Bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, berupa hasil penelitian para ahli, hasil karya ilmiah, buku-buku ilmiah,


(45)

ceramah atau pidato yang berhubungan dengan penelitian ini adalah merupakan bahan hukum sekunder.

3. Bahan hukum tertier, kamus hukum, kamus ekonomi, kamus bahasa Inggris, Indonesia, Belanda dan artikel-artikel lainnya baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri, baik yang berdasarkan civil law maupun common law yang bertujuan untuk mendukung bahan hukum primer dan sekunder.

3. Alat Pengumpulan Data

1. Studi dokumen, yaitu untuk mendapatkan dokumen yang terdapat dalam akta pendirian Perusahaan Terbatas dan perubahannya.

2. Pedoman wawancara dengan nara sumber yang hanya berperan sebagai informan, dimana wawancara dilakukan dengan berpedoman pada pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu sehingga diperoleh data yang diperlukan, sebagai bahan pendukung penelitian hukum normatif ini.

4. Analisis Data

Data sekunder yang telah dianalisis dengan pengolahan data yang meliputi kegiatan analisa data menggunakan metode analisis kualitatif dengan logika dedukasi, yaitu berpikir dari hal umum menuju spesifik, atau pemikiran dimulai dari hal-hal yang umum kepada hal-hal yang khusus yang menggunakan perangkat normatif yang interpretasi dan kontruksi hukum, sehingga analisis data diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian.


(46)

A. Pengertian Perseroan Terbatas

Kata perseroan dalam pengertian umum adalah perusahaan atau organisasi usaha. Sedangkan perseroan terbatas adalah salah satu bentuk organisasi usaha atau badan usaha yang ada dan dikenal dalam sistem hukum dagang Indonesia.42

Perseroan Terbatas (PT) adalah suatu badan hukum yang terpisah dengan individu yang memilikinya atau pemegang saham atau pengurusnya atau komisaris dan direksi. Sebagai badan hukum perseroan terbatas memiliki hak dan kewajiban sendiri. Perseroan Terbatas sebagai suatu badan hukum dinyatakan telah berdiri setelah persyaratan yang ditetapkan oleh undang-undang dipenuhi. Proses pendirian dimulai dengan membuat akta pendirian PT yang dilakukan dengan akta otentik.

Pada tanggal 16 Agustus 2007 telah diberlakukan Undang-Undang baru tentang perseroan terbatas, yaitu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Dalam Undang-Undang ini telah diakomodasi berbagai ketentuan mengenai Perseroan, baik berupa penambahan ketentuan baru, perbaikan penyempurnaan, maupun mempertahankan ketentuan lama yang dinilai masih

42

I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Kesaint Blanc, Jakarta, 2006, hal. 1. Bentuk-bentuk badan usaha yang dikenal dalam sistem hukum dagang Indonesia adalah Perseroan Firma (Fa), Perseroan Komanditer (CV yaitu Commanditaire Vennootschap), dan Perseroan Terbatas (PT). Bentuk-bentuk ini diatur dalam Buku Kesatu Bab III Bagian 1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Selain itu, masih ada bentuk usaha lain yang diatur dalam Kitab


(47)

Undang-relevan. Untuk lebih memperjelas hakikat Perseroan, di dalam Undang-Undang ini ditegaskan bahwa Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

Dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat untuk memperoleh layanan yang cepat, Undang-Undang ini mengatur tata cara:

1. Pengajuan permohonan dan pemberian pengesahan status badan hukum. 2. Pengajuan permohonan dan pemberian persetujuan perubahan anggaran dasar. 3. Penyampaian pemberitahuan dan penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran

dasar dan atau pemberitahuan dan penerimaan pemberitahuan perubahan data lainnya, yang dilakukan melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik di samping tetap dimungkinkan menggunakan sistem manual dalam keadaan tertentu.43

Akta pendirian Perseroan yang telah disahkan dan akta perubahan anggaran dasar yang telah disetujui dan atau diberitahukan kepada Menteri dicatat dalam daftar Perseroan dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia dilakukan oleh Menteri. Dalam hal pemberian status badan hukum, persetujuan dan atau penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar, dan perubahan data lainnya, Undang-Undang ini tidak dikaitkan dengan Undang-Undang tentang Wajib Daftar Perusahaan.

43

Ratnawati. W. Prasodjo, Sosialisasi Undang-Undang Perseroan Terbatas Tahun 2007, (Jakarta, PP-INI, 2007), hal. 3 dan 4.


(48)

Untuk lebih memperjelas dan mempertegas ketentuan yang menyangkut Organ Perseroan, dalam Undang-Undang ini dilakukan perubahan atas ketentuan yang menyangkut penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS dengan memanfaatkan perkembangan teknologi. Dengan demikian, penyelenggaraan RUPS dapat dilakukan melalui media elektronik seperti telekonferensi, video konferensi, atau sarana media elektronik lainnya.44

Sesuai dengan berkembangnya kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, Undang-Undang ini mewajibkan Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selain mempunyai Dewan Komisaris juga mempunyai Dewan Pengawas Syariah. Tugas Dewan Pengawas Syariah adalah memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Perseroan agar sesuai dengan prinsip syariah.45

Bentuk Perseroan Terbatas adalah salah satu bentuk usaha yang paling banyak dipergunakan dalam dunia usaha, karena mempunyai sifat atau ciri yang khas yang mampu memberikan manfaat yang optimal kepada usaha itu sendiri dengan sebagai asosiasi modal untuk mencari untung atau laba. 46

44

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Pasal 77 ayat (1).

45

Ibid., Lihat Pasal 109 ayat (1), (2) dan (3).

46

Ibid., hal. 142. Ada baiknya barangkali memperhatikan kata “laba” dan “untung” yang seringkali dipergunakan dalam dunia bisnis. Pemakaiannyapun sering dipertukarkan karena yang dimaksudkan adalah sama, misalnya “laporan untung rugi”, neraca rugi/laba” dan lain-lainnya. Namun, ada juga yang menggunakan dengan menyebutkan “untung dan laba”, yang dengan sendirinya tidak diartikan persis sama. Secara leksikal atau kosakata, laba artinya adalah selisih antara harga penjualan atau biaya produksi (cost). Dan hasilnya merupakan untung. Sedangkan kalau yang terjadi sebaliknya maka disebut rugi (loss). Oleh karena itulah ada yang disebut neraca laba & rugi (profit &


(49)

B. Syarat-Syarat Berdirinya Perseroan Terbatas

Mengenai pendirian perseroan terbatas dapat dilihat kembali ke masa lalu pada saat masih berlakunya peraturan lama mengenai Perseroan Terbatas yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Buku Kesatu Bab III Bagian 3, mulai Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 tentang Perseroan Terbatas. Seharusnya ada dua pasal lagi, namun Pasal 57 dan 58 telah dihapuskan dengan Staatblad 1938 no. 278. Berdasarkan undang-undang tersebut, mendirikan suatu perusahaan yang berbentuk PT, diperlukan suatu proses atau tahap-tahap yang harus ditempuh.47

Apabila semua tahapan tersebut telah dilalui, artinya telah dipenuhi sesuai dengan ketentuan persyaratan yang berlaku, maka barulah suatu perusahaan berdiri dan memperoleh status sebagai badan hukum yang sah. Bila dianologkan misalnya seperti bayi yang baru lahir, pada tahap awal, dia dibuatkan akta kelahiran sebagai bukti tentang keberadaannya. Hal ini penting untuk menentukan bahwa di kemudian hari setelah berusia tertentu, bisa dinyatakan dewasa dalam pengertian hukum dan sebagai subjek hukum. Demikian juga dengan perseroan terbatas yang baru didirikan atau baru lahir, maka sebagai artificial person atau person in law yang merupakan orang dalam pengertian hukum, diperlukan Akta Pendirian yang dibuat oleh Notaris.48

Menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang Akta pendirian suatu perusahaan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:49

47

I.G. Rai Widjaja, Hukum Perusahaan…op. cit., hal. 148.

48

Ibid., hal. 148-149.

49


(50)

a) Dibuat dalam bentuk otentik sesuai dengan Pasal 38 Kitab Undang-undang Hukum Dagang.50

b) Memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman RI menurut Pasal 36 Kitab Undang-undang Hukum Dagang.51

c) Didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri di daerah hukum tempat kedudukan perseroan, dan

d) Diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia, sesuai dengan Pasal 38 Kitab Undang-undang Hukum Dagang.

Pasal 7 ayat (6) UUPT Nomor 40 Tahun 2007 menyatakan dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) telah dilampaui, pemegang saham tetap kurang dari 2 orang, pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian perseroan, dan atas permohonan pihak yang berkepentingan, Pengadilan Negeri dapat membubarkan perseroan tersebut.

Persyaratan jumlah pemegang saham dan waktu enam bulan tersebut, juga sama dengan yang dikenal di Singapura. Hanya saja di sana dimungkinkan bahwa mereka yang bertindak sebagai nominee atau lembaga bisa isteri, anak, atau teman.

50

Lihat, Pasal 38 KUHD, Akta perseroan tersebut harus dibuat dalam bentuk otentik, atas ancaman kebatalannya. Para pesero diwajibkan mendaftarkan akta itu seluruhnya beserta pengesahan yang diperolehnya dalam register umum yang disediakan untuk ini dikepaniteraan Pengadilan Negeri yang mana dalam daerah hukumnya perseroan itu mempunyai tempat kedudukannya, sedangkan mereka diwajibkan pula mengumumkannya dalam Berita Acara. Segala sesuatu yang tersebut, di atas berlaku juga terhadap segala perubahan dalam syarat pendiriannya, atau dalam hal waktu perseroan diperpanjangnya. Ketentuan pasal 25 berlaku juga dalam hal ini.

51

Lihat, Pasal 36 KUHD, Perseroan terbatas tak mempunyai sesuatu firma, dan tak memakai nama salah seorang atau lebih dari para peseronya namun diambilnyalah nama perseroan itu dari tujuan perusahaannya semata-mata. Sebelum suatu perseroan terbatas bisa berdiri dengan sah, maka akta pendiriannya atau naskah dari akta tersebut harus disampaikan terlebih dahulu kepada Menteri


(51)

Karena yang diharuskan atau dipersyaratkan hanyalah keharusan untuk mencantumkan dua nama pendiri pada saat pendaftaran.52 Perseroan memperoleh status badan hukum setelah Akta Pendirian perseroan disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM. Dalam pembuatan Akta Pendirian, pendiri dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan surat kuasa,53 misalnya notaris.

1) Akta pendirian

Pasal 8 UUPT Nomor 1 Tahun 1995 sebagaimana telah direvisi dengan UUPT Nomor 40 Tahun 2007 menyatakan :

(1) Akta Pendirian memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian perseroan.

(2) Keterangan lain sebagaimana dimaksud pada ayat 1 membuat sekurang-kurangnya :

a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum dari pendiri perseroan.

b. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali diangkat.

52

Ibid., hal. 15.

53


(52)

c. nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.

(3) Dalam pembuatan Akta Pendirian, pendiri dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan surat kuasa.54

Pada dasarnya badan hukum Indonesia yang berbentuk perseroan didirikan oleh warga negara Indonesia, namun demikian kepada warga negara asing diberi kesempatan untuk mendirikan badan hukum Indonesia yang berbentuk perseroan sepanjang undang-undang yang mengatur bidang usaha perseroan tersebut memungkinkan, atau pendirian perseroan tersebut diatur dengan undang-undang tersendiri.55

Syarat-syarat mengajukan permohonan pembuatan Akta Pendirian Perseroan Terbatas adalah :

1) Membuat Akta Pendirian Perseroan Terbatas di hadapan Notaris

2) Membuat atau mengurus NPWP Perseroan Terbatas pada Kantor Pajak setempat. 3) Membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Tambahan Berita

Negara (TBN) Republik Indonesia.

Dalam prakteknya penandatanganan Akte Pendirian Perseroan Terbatas dilaksanakan dengan terlebih dahulu Notaris yang bersangkutan mengecek nama Perseroan Terbatas yang diajukan melalui sistem administrasi badan hukum atau

54


(53)

Sisminbakum, setelah dilakukan disetujui korektor barulah Akta Pendirian Perseroan Terbatas tersebut dapat ditandatangani oleh para penghadap dan notaris.

Setelah akta pendirian Perseroan Terbatas selesai dibuat maka selanjutnya adalah mengajukan permohonan ke Menteri Hukum dan HAM untuk memperoleh pengesahan, agar Perseroan Terbatas memperoleh status badan hukum. Dalam akta pendirian pada umumnya memuat anggaran dasar, yang mengatur hal-hal antara lain, Pertama, nama perusahaan. Kedua, tujuan perusahaan. Ketiga, kegiatan usaha. Keempat, lokasi kantor pusat. Kelima, jumlah direksi dan komisaris. Dan Keenam, struktur permodalan.

Perseroan terbatas atau Naamloze Vennootschap adalah sesuatu perseroan yang modalnya terbagi atas suatu jumlah surat andil atau sero, yang lazimnya disediakan untuk orang yang hendaknya turut. Perkataan terbatas ditujukan pada tanggung jawab atau resiko dari para pesero atau pemegang andil, yang hanya terbatas pada harga surat andil atau sero yang mereka ambil.56

H.M.N. Purwosutjipto berpendapat bahwa perseroan terbatas adalah persekutuan yang berbentuk badan hukum. Badan hukum ini tidak disebut persekutuan tetapi perseroan, sebab modal badan hukum itu terdiri dari sero-sero atau saham-saham. Istilah terbatas tertuju pada tanggung jawab persero atau pemegang saham yang luasnya terbatas pada nilai nominal semua saham yang dimilikinya.57

56

Subekti, Pokok Pokok Hukum Perdata, (Jakarta, Intermasa, 1987), hal.202 – 203.

57

H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 2, (Jakarta, Djambatan, 1991), hal. 90.


(54)

Ali Rido berpendapat bahwa perseroan terbatas adalah suatu bentuk perusahaan yang berbentuk badan hukum yang menjalankan perusahaan, didirikan dengan suatu perbuatan hukum bersama oleh beberapa orang dengan modal tertentu yang terbagi atas saham-saham di mana para anggota dapat memiliki satu atau lebih saham dan bertanggung jawab terbatas sampai bagian saham yang dimiliki.58

Agus Budiarto berpendapat bahwa perseroan terbatas adalah suatu badan usaha yang mempunyai unsur-unsur :

a. Adanya kekayaan yang terpisah. b. Adanya pemegang saham. c. Adanya pengurus.59

I.G. Rai Widjaya berpendapat bahwa Perseroan Terbatas merupakan badan hukum atau legal entity, yaitu badan hukum mandiri atau persona standi in judicio yang memiliki sifat dan ciri khusus yang berbeda dari bentuk usaha yang lain, yang dikenal sebagai karakteristik suatu Perseroan Terbatas yaitu sebagai berikut :

1. Sebagai asosiasi modal.

2. Kekayaan dan utang Perseroan Terbatas adalah terpisah dari kekayaan dan utang Pemegang Saham.

3. Pemegang Saham :

a. bertanggung jawab hanya pada apa yang disetorkan, atau tanggung jawab terbatas atau limited liability.

58

Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,

Koperasi, Yayasan, Wakaf, (Bandung, Alumni, 1983), hal.214.

59


(55)

b. tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan terbatas (PT) melebihi nilai saham yang telah diambilnya;

c. tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan.

4. Adanya pemisahan fungsi antara Pemegang Saham dan Pengurus atau Direksi.

5. Memiliki Komisaris yang berfungsi sebagai pengawas.

6. Kekuasaan tertinggi berada pada Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS.60

Disamping itu, ada juga yang memberikan arti perseroan terbatas sebagai suatu asosiasi pemegang saham atau bahkan seorang pemegang saham jika dimungkinkan untuk itu oleh hukum di Negara tertentu yang diciptakan oleh hukum dan diberlakukan sebagai manusia semu atau artificial person oleh pengadilan, yang merupakan badan hukum karenanya sama sekali terpisah dengan orang-orang yang mendirikannya, dengan mempunyai kapasitas untuk bereksistensi yang terus menerus, dan sebagai suatu badan hukum, perseroan terbatas bewenang untuk menerima, memegang atau mengalihkan harta kekayaan, menggugat atau digugat, dan melaksanakan kewenangan-kewenangan lainnya yang diberikan oleh hukum yang berlaku.61

60

I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Undang- undang dan Peraturan Pelaksanaan di

Bidang Usaha, (Jakarta, Kesaint Blanc, 2003), hal. 142 – 143.

61

Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, (Bandung, Citra Aditya Bakti, 1984), hal. 100.


(56)

Berdasarkan rumusan–rumusan dapatlah disimpulkan bahwa unsur–unsur perseroan terbatas adalah sebagai berikut :

1. Perseroan terbatas adalah badan hukum. 2. Selalu menjalankan perusahaan.

3. Didirikan dengan suatu perbuatan hukum oleh beberapa orang. 4. Modal terdiri atas atau dibagi dalam saham-saham.

5. Para pesero bertanggung jawab terbatas. 6. Adanya pengurus.62

Anggaran dasar juga dapat mengatur hal-hal berikut:63

a. Preemptive rights, pemegang saham memiliki hak untuk membeli terlebih dahulu

atas saham yang dikeluarkan perusahaan berikutnya.

b. Hak untuk menilai, komisaris dapat menilai tambahan dana yang disetor pemegang saham.

c. Aturan lainnya yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan.

Pertanyaan ini muncul ketika pihak di luar perusahaan atau misalnya kreditur ingin menembus tirai perusahaan atau corporate shield dan meminta tanggungjawab

62

Bandingkan dengan Munir Fuady, Ibid., hal. 3 – 4, dikatakan “Setidak – tidaknya ada 15 (lima belas) elemen yuridis dari suatu perseroan terbatas. Ke -15 Elemem yuridis dari perseroan terbatas tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dasarnya adalah perjanjian; 2. Adanya para pendiri; 3. Pendiri/pemegang saham bernaung di bawah suatu nama bersama; 4. Merupakan asosiasi dari pemegang saham atau hanya seorang pemegang saham; 5. Merupakan badan hukum atau manusia semu atau badan intelektual; 6. Diciptakan oleh hukum; 7. Mempunyai kegiatan usaha; 8. Berwenang melakukan kegiatan usaha; 9. Kegiatannya termasuk dalam ruang lingkup yang ditentukan oleh perundang – undangan yang berlaku; 10. Adanya modal dasar (dan juga modal ditempatkan dan modal setor); 11. Modal perseroan dibagi ke dalam saham – saham; 12. Eksistensinya terus berlangsung, meskipun pemegang sahamnya silih berganti; 13. Berwenang menerima, mengalihkan dan memegang aset – asetnya; 14. Dapat menggugat dan digugat di pengadilan; 15. Mempunyai organ perusahaan.”


(57)

pribadi pemegang saham atas kewajiban perseroan. Terdapat dua konsep berkenaan dengan masalah ini yaitu :64

a. Perseroan de jure. Suatu perseroan yang telah melengkapi seluruh ketentuan formal untuk pendirian secara hukum telah menjadi badan hukum. Hal-hal apa saja yang dikategorikan sebagai kewajiban atau mandatory dan hal yang bagaimana dikategorikan sebagai pedoman atau directory tergantung aturan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.

b. Perseroan de facto. Teori ini mengajarkan bahwa meskipun suatu perseroan belum memenuhi seluruh kewajiban untuk mendapatkan status de jure, perseroan tersebut dapat dianggap telah cukup untuk mendapatkan status sebagai badan hukum apabila berhadapan dengan pihak ketiga atau kecuali pemerintah. Untuk mendapatkan status de facto, suatu perseroan harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Pertama, iktikad baik untuk memenuhi persyaratan perundang-undangan. Kedua, iktikad baik dalam menjalankan perseroan seakan-akan perseroan telah berdiri. Misalnya suatu perseroan belum memenuhi seal sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang atau tidak memberikan alamat yang benar. Apabila suatu perseroan telah mendapatkan status de facto maka semua pihak harus memperlakukannya sebagai badan hukum. Hanya saja pemerintah tetap berwenang menyatakan perseroan tersebut tidak sah.65

64

I.G. Rai Widjaja, Log.Cit

65


(1)

Endeshaw, Internet and E-Commerce Law with a Focus on Asia-Pacific, Prentice Hall, 2001;

Friedman, Jack, P., Dictionary of Business Terms, (New York, USA : Barons Educational Services, Inc., 1987).

Fuady, Munir, Hukum Perusahaan dalam Paradigma Hukum Bisnis, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1999).

________, Doktrin-Doktrin Dalam Corporate Law & Eksistensinya Dalam Hukum Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002).

Gautama, Sudargo, Komentar Atas Undang-Undang Perseroan Terbatas (Baru) Tahun 1995 No. 1 Perbandingan Dengan Peraturan Lama, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995).

Hadhikusuma, RT. Sutantya R, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan, Sumantora, Hartono, Sri Rejeki, Beberapa Aspek Permodalan pada Perseroan Terbatas,

(Yogyakarta : Makalah Seminar Nasional, UGM, 1995).

Ikhsan, Achmad, Hukum Perdata IA, (Jakarta : Pembimbing Masa, 1967). ______, Hukum Perdata IB, (Jakarta : Pembimbing Masa, 1969).

Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penetapan Good Corporate Governance, (Jakarta : Kencana dan Lembaga Kajian Pasar Modal dan Keuangan (LKPMK) Fakultas Hukum UI, 2006).

Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Yogyakarta : Liberty, 1986.

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perseroan Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995).

Muis, Abdul, Yayasan Sebagai Wadah Kegiatan Masyarakat (Suatu Tinjauan Mengenai Yayasan Sebagai Badan Hukum Dalam Menjalankan Kegiatan Sosial), (Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 1991).

___________, Bunga Rampai Hukum Dagang, (Medan : Fakultas Hukum Universitas Medan Area, 2001).


(2)

___________, Hukum Persekutuan dan Perseroan, (Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2006).

ND Fajar Mukti, Aspek Hukum Pembuktian Digital Evidence Dalam Electronic Commerce, (Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah, 2007).

_____________, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, Makalah Disampaikan Pada Dialog Interaktif Tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Penelitian Hukum Pada Makalah Akreditasi Fakultas Hukum USU Tanggal 18 Februari 2003.

_____________, Kewajiban Melaksanakan RUPs dan Saat Pembagian Dividen Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas, Makalah Disampaikan pada In House Training yang Diselenggarakan oleh Kanwil DJP Sumbagut I Tanggal 21 Desember 2005 Medan.

_____________, Pertanggung Jawaban Direksi Dalam Pengelolaan Perseroan, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Sehari dalam rangka menciptakan Good Corporate Governance pada Sistem Pengelolaan dan Pembinaan PT (Pesero) BUMN ”Optimalisasi Sistem Pengelolaan, Pengawasan, Pembinaan dan Pertanggung Jawaban Keberadaan PT (Pesero) Dilingkungan BUMN Ditinjau dari Aspek Hukum dan Transparansi” yang diselenggarakan oleh Inti Sarana Informatika, Hotel Borobudur Jakarta, Kamis 8 Maret 2007.

Nasution Bismar, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2007 dalam Perspektif Hukum Binis, Makalah disampaikan pada seminar bisnis 46 tahun FE USU, Pengaruh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Terhadap Iklim Usaha di Sumatera Utara, Aula Fakultas Ekonomi USU, 24 November 2007.

Pramono, Nindyo, Sertifikat Saham PT go Publik dan Hukum Pasar Modal di Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1997).

Pedoman Penggunaan Sistem Administrasi Badan Hukum (SISMINBAKUM), Yayasan Kesejahteraan Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.

Prodjodikoro, R. Wirjono, Azas-Azas Hukum Perjanjian, (Bandung : Sumur, 1981). Rusli, Hardijan, Perseroan Terbatas dan Aspek Hukumnya, (Jakarta : Pustaka Sinar


(3)

Sitompul Asril, Hukum Internet Pengenalan Mengenai Masalah Hukum di Cyber Soace, Jilid II, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2004).

__________, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1993).

Sjahdeini, Sutan Remmy, Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Pailit, (Jakarta : Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, 2001).

Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, Jilid I (bagian kedua), 1958. Subekti R, Aneka Perjanjian, (Bandung : Alumni, 1982).

_______, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta : Pradnya Paramita, 2001).

Suryodiningrat, R.M. Perikatan-perikatan Bersumber Perjanjian, (Bandung : Tarsito, 1978).

Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, (Bandung : Apabeta, 2005). Tan Kamelo, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia : Suatu Tinjauan Putusan

Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, (Medan : PPs-USU, Disertasi, , 2002).

Tirtodiningrat, Mr. KRMTD, Ichtiar Hukum Perdata dan Hukum Dagang, (Jakarta : PT. Pembangunan, 1960).

Usman, Rachmadi, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Bandung : Alumni, 2004).

Utrecht, E., Pengantar dalam Hukum Indonesia, Ichtiar, 1961.

Widjaja, I.G. Rai, Hukum Perusahaan Indonesia, (Jakarta : Prenada Media, 2004). ___________, Hukum Perusahaan, Megapoin, Divisi dari Kesaint Blanc, Bekasi

Indonesia, 2005.

Yani, Ahmad & Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, (Jakarta : Rajawali Pers, 1999).


(4)

Indrajit, Richardus Eko, E-Commerce, Kiat dan Strategi Bisnis di Dunia Maya, Elex Media Komputindo, 2001;

Kantaatmadja, Mieke Komar, Pengaturan Kontrak untuk Perdagangan Elektronik, dalam Buku Cyber Law: Suatu Pengantar, ELIPS II, 2002, halaman 1-13; Kie, Tan Thong, Studi Notariat, Buku I, Penerbit Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta,

2000;

LKHT-UI, Kerangka Hukum dan Regulasi untuk Perniagaan Elektronik dalam bidang Minyak dan Gas Bumi, makalah pada Workshop E-Commerce Sektor Migas, Bandung, 13-14 Nopember, 2001;

LKHT-UI, RUU Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik, Versi 2.1 sosialisasi, Maret, 2002;

LKHT-UI, Tim Peneliti ESET, ?Kerangka Hukum Indonesia untuk Transaksi Elektronik dan Tanda Tangan Elektronik, Jurnal Hukum dan Teknologi, Edisi I, tahun I, 2001, halaman 63-90;

Mulyadi, Lilik, Hukum Acara Perdata, Menurut Teori dan Praktek Peradilan Indonesia, Penerbit Djambatan, 1999;

Munir, Abu Bakar, Introduction to Legal Issues in E-Commerce, bahan paparan pada Internet Banking Workshop, Jakarta ,18 September 2002;

Ramli, Ahmad M, Kekuatan Pembuktian pada Transaksi Elektronik, Makalah pada Seminar Kekuatan Hukum Alat Bukti Elektronik, Jakarta, Juli 2002;

Sitompul, Asril, Hukum Internet, Pengenalan Mengenai Masalah Hukum di Cyberspace, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001;

Sjahdeini, Sutan Remy, E-Commerce, Tinjauan dari Perspektif Hukum, Makalah pada Seminar tentang E-Commerce dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa melalui Arbitrase/Alternatif Penyelesaian Sengketa, Jakarta, 2000;

____________, Sistem Pengamanan E-Commerce, Makalah disajikan pada Seminar tentang Cyber Law: Antisipasi Hukum Terhadap Transaksi Bisnis melalui Cyber Network, Medan, 30 Januari 2001;

Sjahputra, Iman, Problematika Hukum Internet Indonesia, Prenhallindo, Jakarta, 2001;


(5)

Supancana, I.B.R, Cyber Law: Tantangan Regulasi pada Era Cyberspace, bahan kuliah umum pada program Magister Teknologi Informasi UI, Jakarta, 16 & 17 April, 2002;

____________, I.B.R, Identifikasi dan Antisipasi Hukum terhadap Berbagai Permasalahan Aktual di Bidang Telematika, bahan kuliah umum pada Program Magister Teknologi Informasi, Universitas Indonesia, 17 dan 20 April 2001;

____________, I.B.R dkk, Laporan Akhir Tim Penelitian Hukum tentang Aspek Hukum Konvergensi Telekomunikasi, Informasi & Komputer dalam Pembangunan Nasional, BPHN, 2000;

____________, I.B.R, Aspek Regulasi dari Infrastruktur Informasi Global, bahan ceramah pada forum Continuing Legal Education (CLE), BPHN, 1998;

Sutanto, Retnowulan dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, Penerbit Mandar Madju, Bandung, 1997;

Ustadiyanto, Riyeke, Framework E-Commerce, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2001

B. Peraturan Perundang-Undangan : Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1999 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian


(6)

Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M-05 HT.01.01 Tahun 2002 Tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Badan Hukum di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman Dan Hak Asas Manusia Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I. Nomor M.01.HT.01.10 Th. 2006 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Dan Pengesahan Akta Pendirian Persetujuan, Penyampaian Laporan, Dan Pemberitahuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.